kehilangan tinggi tekan (mek.fluida).doc
DESCRIPTION
kjdoTRANSCRIPT
KEHILANGAN TINGGI TEKAN (HEAD LOSS)
Dalam merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih, aliran dalam pipa harus
berada pada kondisi aliran turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen
atau tidak, dapat dihitung dengan identifikasi bilangan Reynold menggunakan persamaan
berikut :
Dalam hal ini :
Re = Bilangan Reynold
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/det)
D = Diameter pipa (m)
= Kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m2/det)
Tabel Kekentalan Kinematik Air
Suhu(oC)
Kekentalan Kinematik
(m2/det)
Suhu(oC)
Kekentalan Kinematik(m2/det)
051015202530
1.785 . 10-6
1.519 . 10-6
1.306 . 10-6
1.139 . 10-6
1.003 . 10-6
1.893 . 10-6
1.800 . 10-6
405060708090100
1.658 . 10-6
1.553 . 10-6
1.474 . 10-6
1.413 . 10-6
1.364 . 10-6
1.326 . 10-6
1.294 . 10-6
Sumber: Priyantoro, 1991
Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa dapat diketahui
dengan kriteria sebagai berikut (Triatmodjo, 1996):
Re < 2000 aliran bersifat laminer
Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
Re > 4000 aliran bersifat turbulen
a. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Dalam Pipa (Major Losses)
Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan kinematik. Tegangan geser tersebut
akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama pengaliran. Tegangan geser yang
terjadi pada dinding pipa merupakan penyebab utama menurunnya garis energi pada suatu
aliran (major losses) selain bergantung juga pada jenis pipa.
Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad, 2001 ) yaitu :
Q = 0.85 . Chw . A . R0.63 . S0.54
V= 0.85 . Chw . R0.63 . S0.54
Dalam hal ini :
Q = Debit aliran pada pipa (m3/det)
V = Kecepatan pada pipa (m/det)
Chw = Koefisien kekasaran Hazen-Williams
A = Luas penampang aliran (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
=
R =
S = Kemiringan garis energi (m/m)
=
Untuk Q = , didapat persamaan kehilangan tinggi tekan mayor menurut Hazen-
Williams sebesar (Webber, 1971) :
hf = k.Q1.85
Dengan :
k =
Dalam hal ini :
hf = Kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = Koefisien karakteristik pipa
Q = Debit aliran pada pipa (m3/det)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
Chw = Koefisien kekasaran Hazen-Williams
Tabel Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
No Jenis PipaNilai Koefisien
Hazen-Wlliams (Chw)1 PVC 140-1502 Pipa asbes 120-1503 Batu berlapis semen 100-1404 Pipa besi digalvanis 100-1205 Cast Iron 90-125
Sumber : Haestad, 2001
b. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Dalam Jalur Pipa (Minor Losses)
Kehilangan tinggi tekan minor ini disebabkan oleh adanya perubahan mendadak dari
ukuran penampang pipa yang menyebabkan turbulensi, belokan-belokan, adanya katub dan
berbagai jenis sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi
perlambatan kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat
terjadi pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa. Untuk
jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh diabaikan karena
nilainya cukup berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D > 1000,
kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan (Priantoro, 2001). Persamaan umum untuk
menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan minor ini dapat ditulis sebagai berikut :
Dalam hal ini :
hLm = Kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = Koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan maupun
umur sambungan tersebut.
Tabel Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Jenis Perubahan Bentuk Pipa
Fitting k Fitting k
Awal masuk ke pipa Bell Melengkung Membelok tajam Projecting
Kontraksi tiba-tiba D2/D1 = 0,8D2/D1 = 0,5D2/D1 = 0,2
Kontraksi konis D2/D1 = 0,8D2/D1 = 0,5D2/D1 = 0,2
Ekspansi tiba-tiba D2/D1 = 0,8D2/D1 = 0,5D2/D1 = 0,2
Ekspansi konis D2/D1 = 0,8D2/D1 = 0,5D2/D1 = 0,2
0,03 – 0,050,12 – 0,25
0,500,80
0,180,370,49
0,050,070,08
0,160,570,92
0,030,080,13
Belokan halus 90o Radius belokan/D = 4Radius belokan/D = 2Radius belokan/D = 1
Belokan tiba-tiba (mitered) = 15o
= 30o
= 45o
= 60o
= 90o
Te (Tee) Aliran searah (line flow) Aliran bercabang
Persilangan Aliran searah (line flow) Aliran bercabang
45o Wye Aliran searah (line flow) Aliran bercabang
0,16 – 0,180,19 – 0,250,35 – 0,40
0,050,100,200,350,80
0,30 – 0,400,75
0,500,75
0,300,50
Sumber : Triatmodjo
Contoh SoaL
Dalamp pipa Cast Iron dengan panjang 845 m , diameter 1,00 m dan kehilangan tinggi tekan 1,11m. Hitunglah kapasitas debit yang mengalir pada pipa tersebut dengan persamaan Hazen-Williams.
Penyelesaian :
Chw = 120 (tabel koefisien kekesaran pipa menurut Hazen-Williams)L = 845 mD = 1,00mR = D/4
= ¼= 0,25m
hf = 1,11 m
S =
= 1,11/ 845
= 0,001314 m/m
Q = A.V
= (¼ . 3,14 . 1²). (Chw . R
0,63 .
S
0,54
)
= (¼ . 3,14 . 1²). (0,85 . 0,25
0,63 .
0,001314
0,54
)
= 0,9285 m3/dt