keamanan uni eropa pasca perang dingin

13
Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin Oleh : Gigih AL Islami Abstraksi European was estabilish trough existence of United State for decade, this was made by NATO as one of US tool to estabilish European stability. US had been being an hegmon benevoleign at Europena region, to estabilish from any treat as long as cold war did. By the end of cold war, NATO and US at Europe have been irelevan. Some plitical intervence of US interest to the European Countries trough NATO was delegitimate US in Europe. Europe is growing to build it’s independence of security by European Security ang Defence Policy. Curent ESDP has been going to be next capter of Europe stability. What is the next chalanges and oportunities to face the next estabilishment of Europe. Key word: EU, ESDP, US, NATO Pendahuluan Usaha Masyarakat Batubara dan Baja Eropa (ECSC) sebagai cikal bakal integrasi eropa 1 menkgawali usaha pembentukan kerjasama mengenai keamanan dalam wadah Komunitas Pertahanan Eropa (EDP). Diusung oleh Jean Monet, ia mempromosikan ide tentang usaha kolektif enam Negara anggota ECSC untuk membentuk suatu usaha kolektif menangkal ancaman Uni Soviet sebagai usaha memperkuat potensi militer dan membentuk tentara Eropa yang beranggotakan enam Negara anggota ECSC. Usaha ini mengalami 1 European intergrations after world war II dalam artikel J. Sucheck dipublikasikan melalui http://www.kakanien.ac.at/beitr/fallstudie/JSuchacek1.pdf diakses pada 4/2/12 12 : 50 pm

Upload: gigih-alislami

Post on 24-Jul-2015

292 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Oleh : Gigih AL Islami

Abstraksi

European was estabilish trough existence of United State for decade, this was made by NATO as one of US tool to estabilish European stability. US had been being an hegmon benevoleign at Europena region, to estabilish from any treat as long as cold war did. By the end of cold war, NATO and US at Europe have been irelevan. Some plitical intervence of US interest to the European Countries trough NATO was delegitimate US in Europe. Europe is growing to build it’s independence of security by European Security ang Defence Policy. Curent ESDP has been going to be next capter of Europe stability. What is the next chalanges and oportunities to face the next estabilishment of Europe.

Key word: EU, ESDP, US, NATO

Pendahuluan

Usaha Masyarakat Batubara dan Baja Eropa (ECSC) sebagai cikal bakal integrasi eropa1

menkgawali usaha pembentukan kerjasama mengenai keamanan dalam wadah Komunitas

Pertahanan Eropa (EDP). Diusung oleh Jean Monet, ia mempromosikan ide tentang usaha

kolektif enam Negara anggota ECSC untuk membentuk suatu usaha kolektif menangkal

ancaman Uni Soviet sebagai usaha memperkuat potensi militer dan membentuk tentara Eropa

yang beranggotakan enam Negara anggota ECSC. Usaha ini mengalami kegagalan setelah

Prancis menolak proposal Monnet dengan alasan ketidaksetujuan pola federalisme kinerja

EDC.2

Tidak lama setelah kegagalan perencanan ini, dilanjutkan dengan pengajuan perencanan

Prancis untuk integrasi eropa. Dikenal dengan Fouchet Plan, rancangan yang diajukan

Prancis ini bertumpu atas identitas Negara anggota. Hingga mencapai kerjasama yang

bertujuan membentuk koordinasi kebijakan luar negri, kebijakan keamanan bersama dan

memperkuat keamanan Negara anggota dari agresi militer. Kerjasama politik Eropa terbentuk

dua tahun kemudian melalui penandatanganan Akta Tunggal Eropa (SEA) yang secara resmi

menyertakan Kerjasama Politik Eropa (EPC) sebagai bagian dari Masyarakat Eropa (ME).

SEA memiliki tiga sasaran utama di dalamnya; pembentukan pasar tunggal eropa, merancang

1 European intergrations after world war II dalam artikel J. Sucheck dipublikasikan melalui http://www.kakanien.ac.at/beitr/fallstudie/JSuchacek1.pdf diakses pada 4/2/12 12 : 50 pm2 CFSP dan Integrasi Uni Eropa oleh Zalvin Prakoso diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4108118138.pdf 21/042012 8:02 pm

Page 2: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

kebijakan luar negri dan keamanan bersama, dan memperluas ruang gerak Me ke bidang yang

belum tersentun (bidang keamanan).3

Setelah berjalan SEA segera dihadapkan pada tantangan eksternal di daratan Eropa. Selain

akibat unifikasi Jerman menjadi satu kesatuan, runtuknya Uni Soviet menumbuhkan suasana

baru Eropa Kala itu. Mundurnya Uni Soviet dari perang dingin dengan AS memunculkan

gelombang kemerdekaan Negara – Negara baru ekswilayah Soviet di Eropa Tengah dan

Timur (ETT). EPC mengalami kelemahan menghadapi situasi ini, Eropa kurang mampu

beradaptasi terhadap perkembangan dan perubahan situasi keamanan internasional masa itu.

Mula keadaan ini yang melatar belakangi kebutuhan EU untuk menjamin keberlanjutan Pasar

Tunggal Eropa (PTE) dan Uni Moneter Eropa (UME) untuk mampu mempenetrasikan

perluasan kepentingan Masyarakat Eropa menuju ranah internasional. Walaupun NATO telah

menjadi salah satu elemen keamanan Eropa Barat melalui eksistensi AS dalam hal penyelaras

keamanan Eropa, namun keadaan internasional yang berubah seiring perubahan konteks

perna g dingin, merubah pula persepsi keamanan eropa. Keberadaan NATO sebagai wadah

penangkal ancaman terbesar Eropa saat itu (Uni Soviet) berubah dengan runtuhnya Uni

Soviet. Sementara itu alasan kehawatiran akan agresivitas Jerman segera terbantahkan

dengan penyegeraan diri integrasi Jerman kedalam Eropa dengan pengorbanannya atas mata

uang “Deutsch Mark” menyatukan diri kedalam UME. NATO disisi lain terlihat sebagai

usaha AS melakukan Penetrasi kepentingan politiknya di daratan Eropa Barat melalui

berbagai oprasi militernya. Sementara itu di sisi lain Jerman juga segera mendukung

pembentukan “European rapid-response force”.4

Pnetrasi kepentingan AS melalui NATO dapat segera terlihat setelah program agresi milter

AS ke Irak melalui Nato pada tahun 2003. Kondisi ini memicu berbagai pertentangan

ekonomi maupun politik. Seketika itu pula legitimasi atas kepemimpinan AS di Eropa

memudar, hal lain adalah semakin terlihatnya kekeroposan AS setelah mengalami krisis

Ekonomi akibat kebijakan yang offensive dalam kebijakan luar negrinya. Mengantisipasi hal

ini, pula yang akhirnya merelevansikan uasaha keamanan Ekonomi ME membentuk mata

uang tunggal Euro sebagai mata uang mereka. Tanda – tanda ini melatarbekangi kepercayaan

diri UE untuk teruk mengutamakan independensi setelah lama mngenatungkan keamanan

melalui eksistensi AS.

3 Duke, S. 2000, The Elusive Quest for European Security, St. Anthony’s Series, MacMillan Press dalam Zalvin Prakoso ibid.4 Ibid.

Page 3: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Landasan Teoritis

Regional security complex/kompleksitas keamanan regional merupakan hasil interkasi unsur

– unsur geografis, entitas dan budaya dalam satu wiayah, dimana keadaan ini akan

mengakibatkan kesaling tergantungan antar aktor Negara yang akhirnya memicu

terbentuknya keompleksitas keamanan regional. Regional scurity compleks dipahami sebagi

suatu kedekatan yang muncul diantara sekumpulan negra dikarenakan satu dan lain hal, yang

mengakibatkan keamanan dasar Negara – Negara tersebut tergabung dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain5. Dalam hal ini, keamana satu Negara sangat berhubungan erat

dengan Negara yang lain, sehingga keamanan nasional tidak mungkin ada tanpa

memperhatikan keamanan wilayah. Meski demikian, tidak berati hubungan antar Negara

dalam kawasan ini akan berlangsung harmonis, tetap terjadi persaingan dan perimbangan

kekuasaan serta serta bentuk aliansi yang mungkin muncul di dalam kawasan, selain itu juga

bermuara pada masuknya faktor eksternal kedalam kawasan dalam membentuk pola tertentu

dalam regional.

Buzan dan Waefer juga menyebutkan empat variabel penyusun struktur esensial RSC6, yaitu:

batas wilayah (yang membedakan RSC dengan Negara sekitarnya),

struktur anarkis (RSC harus terdiri dari dua atau lebih unit-unit otonom),

polaritas (adanya penyebaran kekuasaan antar unit), dan

konstruksi sosial (yang meliputi pola persepsi amity dan enmity antar unit).

Dalam analisa regional security complex dapat dilakukan melalui pengamatan pola amity and

enmity dan melalui pengamatan atas pola distribusi kekuasaan Negara – Negara

utama/penting di kawasan.7 Yang dimaksud dengan amity oleh Buzan adalah hubungan antar

Negara yang terjalin berdasarkan mulai dari rasa persahabatan sampai pada ekspektasi

(expectation) akan mendapatkan dukungan (support) atau perlindungan satu sama lain.

Enmity itu sendiri adalah digambarkan sebagai suatu hubungan antar Negara yang terjalin

atas dasar kecurigaan (suspicion) dan rasa takut (fear) satu sama lain.

5 Barry Buzan dan Ole Waefer, ( 2003), Regions and Power : The Structure of International Security, Oxford, Cambridge University Press6 Ibid. p: 45 – 507 Barry Buzan, (1991), People, States, and Fear, London: Harvester Wheatsheaf p: 186 – 226

Page 4: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Pattern of amity/enmity dapat muncul dan berkembang akibat dari berbagai hal yang bersifat

spesifik seperti sengketa perbatasan, kepentingan yang berkaitan dengan etnik tertentu,

pengelompokan ideologi dan warisan sejarah lama, baik yang bersifat negatif maupun yang

bersifat positif. Selain itu terdapat pula pola distribusi kekuasan di dalam kawasan yang dapat

berupa pengaruh faktor internal mauun eksternal.

Dalam bentuk faktor internal, pergeseran kekuasaan dapat dipicu oleh peningkatan

keberhasilan pembangunan oleh satu Negara. Sedangkan dalam bentuk faktor eksternal, pola

arus kekuasaan dapat tercipta melalui tiga suasana. Yang pertama adalah dengan ikut

bergabung langsung di dalam kawasan, bentuknya dapat berupa bantuan langsung militer

terhadap Negara – Negara di dalam kawasan atau pun dengan menempatkan kekuatan

militernya di dalam kawasan. Yang kedua, dapat dilakukan dengan pembentukan aliansi

dengan Negara di dalam kawasasn. Dan yang terakhir adalah melalui penarikan diri dari

dalam satu kawasan.

Teori ini akhirnya berimplikasi pada pembentukan pengaturan keamanan sebagai usaha

regionalisasi yang berbasis keamanan kawasan. Terdapat lima model dalam pengaturan

keamanan, integrasi, model pluralistik, kolektif, great power concert, dan power restraining

power.

Model integrasi merupakan bentuk dimana kawasan akan membentuk lembaga supra-state

yang memegang otonomi kusus untuk membentuk badan pertahanan kawasan, saat terjadi

konflik, Negara tidak lagi bertindak atas nama Negara, melainkan atasnama badan supra state

yang menaunginya. Model ini tercermin dalam uni eropa.

Kedua adalah pluralistic security community yang mencapai keamanan melalui integrasi

Negara – Negara di dalamnya berdasarkan komitmen untuk menjaga keamanan bersama,

tetapi Negara masih memiliki otoritas atas badan pertahanannya. ASEAN mencerminkan

model ini. Selanjutnya model great-power concert yang menegaskan pencapaian stabilitas

regional melalui penciptaan pengaturan keamanan pada satu kekuatan besar dalam kawasan,

dimana Negara dengan powerful dalam kawasan yang bertindak sebagai hegemon sekaligus

penanggungjawab atas keamanan regional.

Terkahir adalah bentuk power restraining power, dimana keamanan regional merupakan hasil

usaha pencapaian distribusi power di kawasan, konsep ini mengedepankan faktor

penyeimbang dalam kawasan guna menghindari hegemon di kawasan tersebut.

Page 5: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Pembahasan

Eropa sempat diwarnai oleh dinamika peperangan antar Negara modern selepas perjanjian

Westphalia. Perselisihan yang dapat terekam dalam sejarah adalah Perang Dunia. Terdapat

tiga Peranng Dunia yang memiliki dampak yang besar dalam sejarah Eropa. Pertama adalah

Perang Dunia I, sejarah mencatat masa ini merupakan masa yang kelam bagi Eropa. Banyak

masyarakat sipil yang menjadi korban serta infrastruktur yang rusak berat.

Aktor dibalik kekacauan dunia masa itu adalah neagra, diawali dengan agresivitas Austria –

Hungaria atas Bosnia, mengundang solidaritas Russia atas Bosnia. Masih atas dasar yang

sama, Jerman mendukung Hungaria – Austria menghadapi Rusia. Secara serentak, Prancis

menyertakan diri menghadapi Jerman bersama Rusia yang turut mengundang simpati UK

melihat perilaku Jerman atas Belgium. Situasi ini mengawali pola persaingan antara Jerman

dengan Negara – Negara adikuasa di Eropa.

Persaingan yang menyeret Jerman menghadapi Inggris dan Prancis ini menjadi awal pola

hubungan Negara Eropa sebelum perang dingin. Hal ini terlihat tidak lama stelah PD I

berakhir. Kembali Jerman dibawah Adolf Hitler menunjukan agresifitasnya, kali ini Jerman

berniat menyatukan dunia di bawah kekuasaan Jerman mlalui fasisme. Dengan segera Jerman

menduduki sebagian besar daratan Eropa. Kondisi ini langsung memicu respon aktif negar

lain di kaawasan kala itu, berbekal persaingan masa silam, Rusia yang kala itu segera menjadi

sasran agresivitas Jerman; mengundang UK, Prancis dan AS untuk bergabung kembali

menghadapi Jerman. Di fihak lain, Jerman menyertakan Italia dan Jepang atar landasan

kesamaan tujuan dan fasisme.

Gambaran singkat situasi sejarah hubungan Prancis bersama Ingsris dan Jerman bersama

Italia sebagai bagian dari daratan Eropa menunjukan persaingan yang mendalam atas dasar

keamanan masing – masing. Situasi ini melatri pola interaksi Negara Eropa pasca PD II,

antara Ingris dan Prancis bersama memiliki kehawatiran tinggi atas Jerman. Situasi ini yang

mewarnai definisi keamanan Eropa pasca PD II.

Berakhirnya PD II menghadirkan kembali masa perang yang dikenal dengan istilah Perang

dingin. Dilatari oleh persaingan ideologis antara AS dan Uni Soviet, menjamah daratan

Eropa. Pada situasi ini, muncul gagasan mengenai usaha keamanan Eropa menghindari

pecahnya perang. Melalui kerjasama batu bara dan baja (ECSC) melatari usaha ini, hingga

akhirnya mulai muncul gagasan integrasi Eropa. Setelah kegagalan usaha pembentukan

Page 6: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

komunitas Pertahanan Eropa akibat penolakan Prancis, Prancis menggagas kembali

pembentukan akta tunggal Eropa sebagai landasan integrasi Masyarakat Eropa (ME). Baik

Inggris maupun Prancis masih menunjukan sisi sensitifitas atas segi politik (persoalan

keamana) dalam kerjasama ini, meskipun telah terbentuk Pasar tunggal Eropa dan Uni

Moneter Eropa yang menunjukan keberhasilan yang signifikan. Faktor keterpurukan masa

silam atas perilaku Jerman mempengaruhi kekhawatiran Eropa untuk menyertakan Jerman

dalam urusan keamanan mereka dalam bentuk integrasi keamanan.

Akhir perang dingin membawa dampak baru bagi hubunga Negara – Negara Eropa, terutama

tanggapan atas Jerman. Setelah Jerman bersatu kembali akibat perselisihan ideologis semasa

perang dingin, segera Jerman menunjukan itikad yang baik dalam mendukung integrasi

Eropa. Setelah menyerahkan perubahan mata uangnya mengikuti aturan bersama Eropa,

Jerman menyatakan dukungannya dalam perencanaan pembentukan pasukan pertahanan

Eropa.

Situasi ini yang melatarbelakangi kelonggaran sikap Inggris dan Prancis menghadapi

kerjasama politik, faktor lain adalah ketidak sesuaian identitas Eropa dengan NATO yang

cenderung mengimplementasikan kepentingan politik AS atas Eropa. Hal ini jelas terlihat

stelah agresi NATO atas Irak yang kala itu mendapat tentangan keras Negara – Negara Eropa

Barat termasuk Inggris dan Prancis yang akhirnya harus turut serta dengan tanpa suka rela.

Keterbukaan atas hubungan keamanan bersama Jerman ditunjukan melalui penandatanganan

kerjasama dalam deklarasi St. Paulo 1998. Perjanjian ini berisi tentang kebutuhan Eropa

untuk memiliki kemampuan ayng otonom dalam berbagai tindakannya yang didukung

dengan kemampuan militer yang memadai.8 Keberhasilan kerjasama yang ditunjukan Negara

– Negara Eropa Barat pasca perang dunia kedua merubah pola hubungan di antara mereka.

Keberhasilan ini telah mapu mebawa integrasi di antara mereka untuk membentuk satu

lembaga yang cenrung supra state untuk mengatur dan menjaga kstabilan hubungan di antara

mereka. Situasi ini memunculkan pola amity yang cukup kuat di antara Negara anggota Uni

Eroap.

Berakhirnya perang dingin disisi lain, merubah pola hubunga politik internasional. Isu

keamanan mulai meluas bukan hanya terbatas akan masalah perang dan damai, kondisi ini

memunclkan inisiatif baru Uni Eropa untuk menjalankan fungsinya lebih mendalam. Setelah

menyandarkan urusan keamanan militer kepada AS melalui NATO, kini tuntutan akan

8 Zalvin Opcit.

Page 7: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

keadaan yang berubah mendorong EU untuk cepat melakukan langkah adaptif. Berbagai

kebutuhan akan independensi demi efektifitas peranan EU kedepan menjaga stabilitas dan

keamanan kawasan berdasarkan interpretasi mandiri melatari EU untuk memiliki kemampuan

pengamanan secara mandiri.

Salah satu gagasan yang muncul adalah Kebijakan Keamanan dan Pertahanan Eropa (ESDP).

Institusi ini dicanangkan sebagai wadah bagi integrasi keamanan bersama egara Uni Eropa,

situasi integrasi ekonomi yang telah terbentuk akan melatari pola kerjasama ini menuju

integrasi selanjutnya. Intergrasi Eropa dalam hal politik, menyandarkan kembali persoalan

politik kepada NATO pasca Perang Dingin menjadi sedikit kurang relevan.

Beberapa yang melatari pandangan ini adalah perubahan yang signifikan di Eropa, NATO

sebagai penangkal Russia telah kehilangan lawannya. Disisi lain fungsinya menjaga Eropa

atas kehawatiran agresifitas Jerman talah tebantahkan dengan bergabungnya Jerman

terintegrasi bersama kedalam EU. Faktor penetrasi AS atas NATO memunculkan skeptisme

tersendiri atas NATO.

Perilaku AS yang tidak mencerminkan identitas Eropa sekarang ini menjadi penghalang bagi

keberlanjutan fungsi EU. AS di satu sisi mengedepankan unipolaritas, penggunaan military

power dalam urusan keamanan dan perang adalah alasan membela diri. Di sisi lain EU

berpegang teguh dengan pengutamaan jalan damai dan diplomatik dalam penyelsaian

sengketa, penegakan aturan dan norma dalam melakukan aksi politik luar negri dan

mengagungkankan multipolaritas.9 Situasi ini memberkan peluang bagi perjalanan ESDP

kedepan untuk mendapat dujungan penuh identitas EU.

Tantangan yang menghadapi EU menuju stabilitas keamanan melaui ESDP dapat dilihat

melalui kacamata realisme. Keberhasilan Ekonomi yang dicapai Eropa sekarang ini tidak

terlepas dari ketiadaan kebutuhan akan masalah militer karena kehadiran AS dan NATO. AS

telah mampu menjadi stabilitas hegemon yang menjalankan peran dengan sangat baik di

antara negara – negara Eropa. Sehingga jika EU eutuskan untuk berjalan mandiri daam

persoalan keamanan, akan dihadapkan dengan masalah kebutuhan akan kemampuan militer

ini. Sementara itu di sisi lain, untuk urusan militer tidak dibutuhkan dana yang sedikit, krisis

ekonomi yang sempat melanda Yunai menjadi warning tersendiri bagi usaha ini. Dibutuhkan

hegemon lain yang mampu mengantikan posisi AS untuk menanganni persoalan keamanan.

9 Opcit.

Page 8: Keamanan Uni Eropa Pasca Perang Dingin

Jika diusahakan penggunaan integrasi untuk urusan keamanan, bagi EU masih belum

menunjukan signifikansi yang cukup baik. Dalam penanganan politki, EU masih belum

meiliki cukup latar belakang menuju integrasi keamanan. Penanganan keamanan seringkali

merepresentasikan kebutuhan yang berbeda, wilayah politik masih menjadi isu yang sensitif

sejauh ini. Kondisi ini akan memicu kesulitan perumusan keamanan bagi EU.

Kesimpulan

Kesimpulan tulisan ini adalah NATO sudah tidak relevan dijadikan sebagai sandaran

keamanan bagi EU. Melalui perilaku ini akhirnya EU ecap mendapati situasi yang

memberatkan dirinya, perbedaan arah poltik antara EU dan NATO menjadi dualisme Eropa

pada satu sisi. Kondisi ini memberikan peluang pencapaian usaha menuju integrasi melaui

ESDP, terlihat melalui ketersediaan Ingris dan Prancis yang semula begitu enggan untuk turut

campur dalam urusan politik wilayah EU. Disisi lain, ketiadaan pengalaman integrasi

keamanan Negara anggota EU dalam masalah perumusan isu keamana, menjadi tantangan

tersendiri. Besarnya biaya yang dibutuhkan ntuk menopang perncanaan ini menjadi maslah

tersendiri bagi EU, krisis Yunani menjadi peringatan tersendiri untuk EU berusaha

menghendel secara mandiri masalah keamanan. Ketiadaan Negara eropa sebagai Hegrmon

penggati AS akan memicu persoalan tersendiri menuju independensi penanganan keamanan

EU.

Next Questuions:

Bukti gerakan EU menuju ini

Kasusnya apa?