kasus perio

Upload: siti-hardianti-mahlan

Post on 30-Oct-2015

888 views

Category:

Documents


82 download

DESCRIPTION

jikijik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANI.1LATAR BELAKANGYang melatar belakangi penulis membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas diskusi kelompok berupa pemecahan dan penyelesaian masalah dari kasus yang telah fasilitator berikan. Penyakit periodontal merupakan suatu kelainan dari jaringan periodontal serta membutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi yang merawat dengan pasien, untuk proses penyembuhannya serta mencegah bertambah parahnya kelainan tersebut. Informasi dari penderita, pemeriksaan klinis dan penunjang sangat dibutuhkan untuk menentukan diagnosis, mengidentifikasi strategi perawatan serta kebutuhan perawatan. Untuk menentukan perawatan pada penyakit periodontal tidaklah sama setiap pasien. Dokter gigi membutuhkan penentuan perawatan (design making) serta rencana perawatan sebelum memasuki tahap perawatan. Dalam bidang kedokteran gigi, dikenal istilah perawatan bedah periodontal sederhana. Dimana pengertian dari perawatan bedah periodontal sederhana ialah perawatan bedah yang hanya melewatkan gingiva tanpa jaringan tulang. Dalam skenario ini, akan dibahas mengenai macam-macam perawatan yang termasuk pada perawatan bedah periodontal yang meliputi kuretase, gingivektomi serta kuretase. Dari penjelasan tersebut, kita diharapkan bisa mengetahui pengertian, indikasi & kontraindikasi, alat & bahan, teknik & prosedur serta respon jaringan post perawatan kuretase, gingivektomi serta operkulektomi. Sehingga nantinya kita dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah kita dapatkan secara praktek dengan cara yang tepat kepada masyarakat.

I.2RUMUSAN MASALAHI.2.1Apa diagnosa kasus diatas?I.2.2Rencana perawatan apa yang akan dilakukan?I.2.3Jelaskan rencana perawatan akhir dari kasus dan gambarkan ?

I.3TUJUANI.3.1Mampu mendiagnosa kasus dengan tepat sesuai sign dan symptom yg adaI.3.2Mampu merencanakan perawatan terbaik dari diagnose yang adaI.3.3Mampu menjelaskan secara baik perawatan kepada pasien

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1TAHAP PENEGAKAN DIAGNOSA PERIODONTALDiagnosis secara sederhana adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis dapat ditegakkan dengan langkah-langkah berikut :1. Riwayat penyakit2. Subyektif (gejala)3. Obyektif (tanda)4. Penilaian (diagnosa)5. Rencana perawatanII.1.1RIWAYATRiwayat berhubungan dengan sejarah penyakit yang diderita oleh pasien saat ini maupun masa lampau .Riwayat pasien dibagi menjadi 2 yaitu riwayat umum dan riwayat gigi geligi. Untuk pemeriksaan riwayat gigi mencakup :a. Tanda dan gejala (saat ini), mengetahui tanda dan g ejala saat pasien datang dengan keluhannyab. Tanda dan gejala (masa lampau), mengetahui riwayat penyakit pasien sebelum dia mengalami keluhan yang diderita saat dia datang.c. Perawatan gigi (masala mpau), mengetahui perawatan gigi apa saja yang sebelumnya pernah dijalani oleh pasiend. Pengalaman tentang gigi (masa lampau), mengetahui apa saja yang pernah dialami pasien pada giginya.II.1.2SUBYEKTIF (GEJALA)Pada pemeriksaan subyaktif dikenal istilah anamnesa.Anamnesa yaitu Tanya jawab antara dokter dengan pasien yang berhubungan dengan keluhan yang diderita pasien.Beberapa pertanyaan anamnesa diantaranya bertanya keluhan, lama terjadi, sejak kapan, dan lain-lain .Semua itu merupakan keluhan utama yang harus dicatat.Tindakan awal adalah untuk meringankan keluhan utama.Anamnesa ini untuk menyimpulkan kemungkinan diagnosis sementara dan menentukan urgensi perawatan yang akan dilakukan.II.1.3OBYEKTIF (TANDA)Yaituhal-hal yang dapatdiamatioleh operator.a. Pemeriksaan visual : pemeriksaan visual adalah pemeriksaan dengan melihat secara langsung keadaan pasien (rongga mulut dan sekitarnya). Terdiri dari ekstraoral, intraoral dan gigi geligi.b. Pemeriksaan klinis :untuk melakukan konfirmasi kemungkinan diagnosis menuju diagnosis akhir. Pada pemeriksaan klinis, operator dalam hal ini dokter berusaha untuk menimbulkan kembali rasa sakit yang dinyatakan pasien. Bukan merupakan pemeriksaan gigi tetapi lebih pada pemeriksaan respons pasien terhadap stimulus yang diberikan. Pada pemeriksaan ini pertama sekali menggunakan sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan untuk jaringan pulpa dan jaringan perira dikular berbeda.- Pemeriksaan peri radikular :1. Test perkusi, dikenal dengan test ketukan. Memberi pentunjuk tentang adanya inflamasi pada ligament periodontal.Bisa memberikan respon negative maupun positif.Kemudian mencatat intensitas respons.2. test palpasi/rabaan, untuk menentukan tingkat keparahan inflamasi, dengan menggunakan ujung jari pada apeks gigi. Menimbulkan respon positif maupun negative. Dan pencatatannya samaseperti test perkusi.- pemeriksaanpulpa1. Test dingin, mengetahui respon pasien dengan memberikan sensasi dingin. Bisa menggunakan es batu, karbondioksida (CO2), Chlorethile (bahan pembeku). Responnya berupa positive dan negative.Respon yang hebat dan lama merupakan indikasi adanya pulpitis irreversible.Tidak adanya respon dapat merupakani ndikasi nekrosis pulpa.2.Test panas, sama seperti test dingin, hanya menggunakan rangsangan panas. Berguna jika lokasi gigi yang sakit sulit diketahui dan sensitive terhadap panas. Respon yang hebat dan menetap mengindikasikan adanya pulpitis irreversible. Test panas ini bias dilakukan dengan pemberian air panas, pemberian gutta perca panas, karet poles (untuk menimbulkan panas akibat friksi)3.Electric pulp testing, test ini digunakan untuk menguji apakah pulpa memberi respon atau tidak, hasilnya dapat negative palsu ( saluranakar yang terkalsifikasi) atau positive palsu (pus dalam saluranakar), nekrosis parsial atau teknik penggunaan yang tidak benar. Test ini tidak menunjukkan pulpa sehat atau tidak. Karena angka-angka tidak berperan.

Pemeriksaan periodontal : Pemeriksaan jaringan-jaringan di sekitar gigi.1. Probing, untuk membantu menentukan prognosis yang merupakan suatu perkiraan kesembuhan penyakit. Gigi vital dengan probing yang dalam prognosis nya harus diwaspadai. Jika gigi nekrotikdengan probing yang dalam umumnya mempunyai prognosis yang lebih baik. Makin besar kelainan endo dan makin kecil kelainan perio maka prognosis nya akan lebih baik dan sebaliknya. Karena perio dan endo mirip satu sama lain dan sering berkaitan.2. Mobility. Kelainan endodontic yang luas dapat menyebabkan mobility yang nyata. Umumnya mobilita sini akan membaik secara drastic setelah perawatan endo. Jika terdapat mobilitas yang berasal dari periodontal maka prognosisnya buruk. 3. Interpretasi radiografi. Pada gambaran radiografis, umumnya kelainan pulpa tidak dapat terlihat dan kelainan periapikal sering tidak tampak, dan merupakan gambaran duadimensi saja.

II.1.4DIAGNOSADiagnose merupakan pemberian nama sebuah penyakit setelah dilakukan pemeriksaan.Dimana pemberian diagnose ini sangat berpengaruh terhadap rencana perawatan yang akan dilakukan,dan menentukan apakah penyakit akan mengalami kesembuhan atau sebaliknya.

II.2RENCANA PERAWATAN PERIODONTALDalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah merencanakan perawatan yang akan dilakukan terhadap kasus tersebut. Rencana perawatan suatu kasus adalah merupakan cetak biru (blue print) bagi penanganan kasusnya. Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium, antara lain: keputusan mengenai gigi mana yang dipertahankan dan gigi mana yang harus dicabut, tehnik yang dipilih untuk terapi periodontal, perlu atau tidaknya prosedur bedah mukogingival atau rekonstruktif dan koreksi oklusal, tipe retorasi yang akan dibuatkan, dan gigi yang akan digunakan sebagai gigi sandaran (abutment).Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana perawatan yang telah disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan bahwa perawatan periodontal tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum disusunnya rencana perawatan, kecuali perawatan emerjensi. Perawatan periodontal membutuhkan suatu perencanaan jangka panjang. Manfaat perawatan periodontal bagi pasien adalah diukur dari seberapa lama gigi geliginya masih dapat berfungsi optimal, dan bukan dari seberapa banyak gigi yang diputuskan untuk dipertahankan. Perawatan periodontal adalah lebih diarahkan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium di rongga mulut pasien, dan bukan untuk secara khusus mengketatkan kembali gigi yang telah mobiliti.Sehubungan dengan prinsip tersebut diatas, keselamatan gigi geligi tidak boleh terancam hanya karena keinginan untuk mempertahankan gigi yang prognosisnya adalah tanda tanya (questionable). Kondisi periodontal dari gigi yang dapat dipertahankan adalah lebih penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan tersebut. Dalam merencanakan perawatan periodontal, titik tolaknya adalah gigi mana yang dapat dipertahankan dengan tingkat keraguan yang minimal dan rentang keamanan yang maksimal. Gigi yang berdasarkanpenilaian prognosisnya lebih menjurus ke prognosis tidak ada harapan sebenarnya tidak bermanfaat untuk dipertahankan, meskipun gigi tersebut bebas dari karies. Gigi dengan kondisi yang demikian akan menjadi sumber gangguan bagi pasien dan mengancam kesehatan periodonsium.

II.2.1RENCANA INDUK UNTUK PERAWATAN YANG KOMPREHENSIFRencana perawatan periodontal diarahkan untuk suatu perawatan yang komprehensif, yang mengkoordinasikan semua prosedur perawatan guna menciptakan gigi geligi yang berfungsi baik dalam lingkungan periodonsium yang sehat. Rencana induk bagi perawatan periodontal terdiri dari perawatan dengan tujuan yang berbeda bagi setiap pasien sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Penyusunan rencana induk tersebut adalah didasarkan antara lain pada diagnosis kasusnya, aktivitas penyakit, serta indikasi tehnik perawatan yang dipilih.Tujuan utama dari perawatan yang komprehensif adalah penyingkiran inflamasi gingiva dan koreksi kondisi yang menyebabkan atau memperparah inflamasi tersebut

Untuk mencapai tujuan ini, tergantung pada kasusnya, prosedur yang dilakukan adalah:1. Penyingkiran iritan pada permukaan akar gigi (ini mutlak harus dilakukan),2. Penyingkiran saku periodontal,3.Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mukogingival yang kondusif (menguntungkan) dalam mempertahankan kesehatan periodonsium,4. Restorasi karies,5. Koreksi restorasi yang cacat. Apabila ada masalah hubungan oklusal, mungkin pula perlu dilakukan:- Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment),- Prosedur restoratif, prostetik dan ortodonti- Pensplinan (splinting),- Koreksi kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing ( clenching).Kondisi sistemik pasien pun perlu dievaluasi, karena kondisi tersebut dapat:1. Menyebabkan perlunya perhatian khusus pada waktu melakukan prosedur perawatan,2. Mempengaruhi respon periodonsium terhadap perawatan,3. Menyulitkan bagi usaha mempertahankan hasil perawatan.Bagi pasien yang demikian perlu dilakukan konsultasi dengan dokter umum atau dokter spesialis yang terkait. Setelah selesainya terapi periodontal aktif perlu pula dilakukan terapi periodontal suportif (supportive periodontal therapy) agar hasil perawatan dapat terpertahankan. Prosedur yang tercakup kedalamnya adalah instruksi kontrol plak, kunjungan berkala secara teratur dengan interval kunjungan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan kondisi restorasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi periodonsium1. Preeliminary phaseEmergency untuk menghilangkan keluhan utama pasien pada gigi atau periapikal ,dll. Dilakukan ekstraksi pada gigi yang tidak dapat sembuh (yang prognosisnya hopeless) dan pengganti sementara jika diperlukan.2. Surgical phase (fase I)a. kontrol plak dan edukasi pasien: Kontrol diet (pada pasien dengan karies rampant) Pembersihan dari kalkulus dan melakukan root planning Koreksi restorasi dan faktor iritasi prostetik Pembersihan karies dan restorasi (sementara / akhir, tergantung tingkat prognosis dan lokasi dari karies)b. Respon terhadap evaluasi pada fase nonsurgical , memeriksa : Kedalaman poket dan inflamasi gingival Plak dan kalkulus serta karies3. Surgical phase (fase II) Terapi periodontal Termasuk penggantian implant Terapi endodontik4. Restorative phase (fase IV) Restorasi akhir Alat prosthodontic cekat dan lepasan Evaluasi pada respon pada prosedur restorasi Tes periodontal5. Maintenance phase (fase V) Pemeliharaan berkala / rutin : Plak dan kalkulus Kondisi gingiva (poket dan inflamasi) Oklusi , pergerakan gigi Perubahan patologi lainnya.

II.2.2TERAPIII.2.2.1 TERAPI FASE Ia) Terapi factor resiko Faktor kontrol resiko lokalDiperkenalkan selama penilaian periodontal yang harus dikoreksi sebagai bagian dari terapi periodontal nonsurgical.Amalgam overhanging- Penghilangan overhanging adalah penting untuk membantu mengontrol inflamasi periodontitis pada pasien periodontitis- Overhanging amalgam yang kecil dapat sering dihilangkan dengan periodontal curet, tapi overhanging yang besar biasanya membutuhkan dokter gigi mengganti restorasi tersebut secara penuh (100%)

Kesalahan design crown- Kesalahan design crown dapat menyebabkan retensi plak dan dapat juga menciptakan problem periodontal ketika tidak cukup celah sebagai hasil dari tempat yang banyak (padat) pada design crown- Solusi : remove (menghilangkan) crown dan mengganti dengan design yang lebih baikKesalahan pada alat- Dapat menyebabkan akibat langsung pada jaringan lunak dan menyebabkan kerusakan periodontal juga mungkin membutuhkanpembuatan lagi.

b). Faktor resiko sistemik1. Dokter gigi harus membuat tiap usaha untuk kontrol atau meminimalkan dampak dari resiko sistemik faktor resiko sistemik, faktor sebagai bagian dari non-surgical terapi. Pasien dengan kebiasaan merokok harus menerima konseling untuk penghentian kebiasaan merokok Pasien dengan diabetes tidak terkontrol dapat dikonsultasikan kepada dokter internist untuk medical treatment yang tepat2. Harus waspada terhadap beberapa sistemik risk factor yang tidak dapat diubah (seperti : genetik, predisposisi)

b) DHEInstruksi control plak yang lanjut : pasien diajarkan cara cara membersihka plak dari seluruh permukaan giginyang supragingiva, dengan menggunakan sikat gigi, dental floss dengan cara-cara / metode-metode tertentu.c) ScallingPenggunaan alat untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan stain baik pada mahkota maupun permukaan akar gigi. (willmann, dkk 2003)d) Root planningProsedur perawatan untuk membersihkan sisa kalkulus pada bagian-bagian sementum sehingga permukaan gigi menjadi bersih dan halus.Tujuan scalling & root planning : Memperbaiki kesehatan gingiva dan membuang unsur-unsur yang menyebabkan keradangan gingiva (plak, kalkulus, endotoksin) dari permukaan gigi. Menghilangkan penyebab keradangan lokal. (willmann, dkk 2002 Caranza 2006)e) Splinting Klasifikas splinting terdiri dari :1. A Temporary SplintDigunakan pada short-term basis untuk menstabilkan gigi selama terapi periodontal atau selama trauma.2. A Provisional Splint Digunakan untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun.3. A Permanent SplintDigunakan untuk jangka waktu yang tak terbatas,biasanya digunakan pada penurunan atau pengurangan periodontium yang berlebih.

Macam-macam Splint :A. Extracoronal Splint Biasanya sementara Perbedaan dengan intracoronal splint yaitu tipe splint ini tidak melibatkan preparasi gigi. Sedangkan kemiripannya dengan intracoronal splint yaitu dapat menjadi kuat dengan kawat jika kekuatan tambahan dibutuhkan. Biasanya mengikat gigi anterior.

Indikasi Ekstrakoronal splint Gigi anterior dengan kegoyangan sedang Retensi post-orthodontic tanpa pergerakan Untuk memberikan kestabilan pada kasus trauma akut dan memberikan kesembuhan ligament periodontal, pembentukan kembali tulang alveolar, pemeliharaan posisi gigi, dan kenyamanan selama berfungsi. Prosedur regenerasi di mana kegoyangan mungkin meningkat sementara. Lesi endodontic-periodontic

Teknik splint ekstra coronal Step 1- Mengevaluasi kontak oklusal -Teknik ini dikontraindikasikan pada pasien dengan overbite yang dalam atau minimal post occlusion. Step 2- Mengevaluasi kontak proksimal- Ini mengindikasi jumlah material yang mengalir ke atas permukaan lingual tanpa menimbulkan material yang tidak di support atau sebuah situasi yang tidka enak dipandang. Step 3 Mencoba kawat Material sulit beradaptasi Sangat penting untuk kekuatan dan ketebalan material Benang mungkin digunakan untuk memegang material pada saat kawat terkunci.

Step 4 Memakai etsa, dentin bonding agent dan adhesif sesuai dengan spesifikasi pabrik. Jika mungkin, material sedikit mengalir sampai daerah interproksimal untukmemberikan tambahan resistance. Step 5 Mengecek kontak oklusi Step 6- Memperhalus dan polishing

Kelebihan splint ekstra koronal Hanya membutuhkan sedikit waktu karena tidak perlu preparasi gigi. Lebih reversible

Kekurangan splint ekstra koronal Kompromi awal phonetic dan kenyamanan Dapat membatasi kemampuan pasien untuk melakukan OH

Material splinting ekstra koronal Yang paling sering digunakan adalah resin komposit, amalgam, dan resin akrilik. Resin Komposit paling banyak digunakan untuk extracoronal dan intracoronal splint.Kelebihannya : aplikasi mudah, kuat, estetik, dan relatif mudah dibersihkan.Kekurangannya : bond strength. Amalgam jarang digunakan dalam seharihari karena mudah fraktur dan lebih sulit untuk diperbaiki. Resin Akrilik digunakan terutama pada tipe provisional splint. Keuntungannya : estetik dan kekuatan (khususnya dengan design crossarch). Sedangkan Kekurangannya : sulir diperbaiki dan mudah stain.

B. Intracoronal SplintPaling sering digunakan untuk : Pembuatan preparasi kavitas pada permukaan lingual, palatal, atau oklusal. Preparasi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan retensi dari materialrestorasi.Ada 2 macam Intracoronal Splint, yaitu :1. Continuous Splint digunakan pada regio mandibular karena dimensi mesiodistal dari incisive mandibula relatif pendek.2. Discontinuous Splint lebih sering digunakan pada region maxillae.

Indikasi Intracoronal Splint-Gigi dengan jaringan periodontium yang berkurang-Overbite yang dalam- Gigi dengan akar sangat pendek atau terdapat resorbsi akar.-Evaluasi potensial abutment gigi-Gigi dengan amputasi akar dan goyang- Untuk menghindari kesalahan penempatan selama prosedur regenerasi-Post-orthodontics, terutama pada kasus intrusion, extrusion, rotation, pathologic migrations, dan molar uprighting.-Pasien dengan kegoyangan gigi yang tidak dapat di terapi dengan cara lain.

Teknik Intracoronal splint Step 1 Evaluasi kontak oklusal, khususnya anterior RA. Coba menghindari centric oklusi dan centric relasi kontak untuk meminimalkan kerusakan dari material. Step 2 Evaluasi kontak proksimal Jika memungkinkan, design preparasi berada pada bagian paling tebal dari kontak area. Hal ini dapat membantu dalam kekuatan, retensi, dan kenyamanan. Step 3 Preparasi kavitas dengan bur no. 699 dan dihaluskan dengan bur no. 331/3. Kedalaman preparasi 1,5 2 mm Step 4 Potong kawat atau mesh untuk mencocokkan preparasi kavitas dan mencoba pada tempatnya. Ketebalan diameter kawat bervariasi, dari 0,018 0,030, tergantung pada kebutuhan kekuatan dan lebar kontak proksimal.

Step 5 Aplikasi etsa, dentin bonding agent dan adhesive menurut spesifikasi pabrik, melapisi material, dan melindungi kawat / mesh. Pelapisan sangat penting untuk memastikan komplitnya curing. Jika menggunakan light cured material, penggunakan rubber dam / woeden wedges dianjurkan untuk menjaga agar tetap kering dan mencegah kelebihan material pada bagian interproksimal space atau bagian jaringan yang injury. Step 6 Mengecek semua kontak oklusal,khususnya bagian protrusive dan kontaklateral protrusive. Jika tidak diperiksa dapat mengakibatkankegagalan awal splint Pada gigi yang super-erupsi, penting untukmelakukan odontoplasty sehingga bagianincisal edge dapat menyediakan distribusi permukaan yang rata untuk posterior disoklusi pada pergerakan protrusive Step 7 Menghaluskan dan polishing. Semua kelebihan material harus dihilangkan dan embrasure harus cukup terbuka untuk menyediakan prosedur rutin dan hygienic.( Nevins M. dkk, 1998)

f). Terapi anti mikroba Host Modulation- Mengarah pada perubahan mekanisme pertahanan yang biasanya digunakan oleh tubuh untuk membantu menjaga agar periodontitis tetap terkontrol.- Penyesuaian dari pertahanan host merupakan focus yang penting pada penelitian periodontal, dan penyesuaian dari host tersebut dipastikan berperan dalam terapi non bedah ke depannya.- Sekarang ini ada obat sistemik di pasaran yang sebenarnya dapat mengubah respon host untuk perlawanan terhadap bakteri : Obat-obatan ini mengandung semacam doxycycline (sama dengan product etracycline) yang dapat digunakan pada dosisyang lebih tinggi sebagai antibiotic. Pada meditasi ini, walaupun dosis dari doxycycline lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk memberikan efek antibakteri, tetapi juga memiliki keuntungan dari sisi lainnya.: Penambahan efek anti bacterial pada dosis tinggi, seperti obat tetracycline dapat mengurangi efek dari kolagenase. Kolagenase adalah enzim yang dapat menghancurkan kolagen dan merupakan bagian dari proses patologis dari periodontitis. Kolagen adalah major building block pada periodontium, sehingga menghambat pemecahan kolagen dan dapat memperlambat timbulnya periodontitis. Harus dapat menduga tambahan produk host modulation yang muncul. Evaluasi yang hati-hati pada setiap produk sangat diperlukan. (Willmann, dkk 2003)

II.2.2.2 TERAPI FASE IVMerupakan suatu Pemeriksaan berkala / rutin : Plak dan kalkulus Kondisi gingival ( poket/ inflamasi) Oklusi, pergerakan gigi Perubahan patologi lainnyaII.2.2.3 PROSES PENYEMBUHAN1. Reevaluasi setelah 4 minggu SRP (Scalling Root Planning) Sudah ada penyembuhan epitel dan jaringan ikat Px cukup terlatih dengan OH Eliminasi keradangan gingival : 3-4 minggu setelah menghilangkan kalkulus dan factor iritan local Penyembuhan Long Epitelial Junctional >> new attachment Perlekatan epitel : 1-2 minggu2. Hipersensitivitas akar dan resesi margin gingival sering terjadi pada proses healing. 3. Penyembuhan setelah perawatan periodontal : Setelah periodontal debridement, maka jaringan periodontalakan terbentuk. Tidak terbentuk susunan tulang baru, sementum, atau periodontal selama proses penyembuhan dan akan terbentuk kembali setelah periodontal debridement. Pada terapi periodontal non bedah dapat mengurangi perdarahan, biasanya susunan long junctional epithelium bersatu dengan resesi gingival, dan hal ini sering pada terapi periodontal non bedah.

(gambar : contoh splinting)

BAB IIIPEMBAHASANIII.1KASUSSeorang pasient wanita usia 45 tahun dengan keluhan gigi depan bawah goyang derajat satu, setahun yang lalu telah terjadi kecelakaan pada pemeriksaan intra oral gigi n11, 12, goyang derajat 1 dan 21 22 goyang derajat dua. Gigi 24 dan 25 periodontal abses, OH jelek kalkulus indeks 80 % dan bleeding indeks 50%.III.2PERTANYAAN KASUS1. Apa diagnosa kasus diatas?2. Rencana perawatan apa yang akan dilakukan?3. Jelaskan rencana perawatan akhir dari kasus dan gambarkan ?III.3PENYELESAIAN KASUSIII.3.1DIAGNOSA GIGIDIAGNOSA

31Vital ( mob 1)

32Vital( mob 1)

33Vital( mob 1)

41Vital( mob 1)

42Vital( mob 1)

43Vital( mob 1)

GIGIDIAGNOSA

11Vital ( mob 1)

12Vital( mob 1)

21Vital( mob 2 )

22Vital( mob 2)

24Vital(Abses P)

25Vital(Abses P)

1.RB 2 .RA

III.2RENCANA PERAWATANIII.2.1 PERAWATAN YANG KOMPREHENSIF Penyingkiran iritan pada permukaan akar gigi(mutlak dikerjakan) pada gigi 24 dan 25 yang mengalami abses periodontal. Penyingkiran saku priodontal pada gigi 24 dan 25 Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mucogingival yang kondusif dalam mempertahankan kesehatan periodontium Pensplinan (splinting)III 2.2 SEKUENS PROSEDUR PERAWATAN III.2.2.1 PERAWATAN PRELIMINARIUntuk gigi 24 dan 25 yang mengalami abses periodontal akut tersebut dilakukan perawatan emerjensi,yang berupa Pemberian antibiotika untuk meredakan komplikasi sistemik yang menyertai pembentukan absesIII.2.2.2 THERAPY FASE 1(FASE ETIOTROPIK) Kontrol plak ,untuk semua gigi Scalling root planning untuk semua gigi Therapy anti mikroba dengan pemberian antibiotik pada gigi 24 dan 25 abses periodontal akut Lakukan pengasahan gigi pada gigi 24 dan 25 karena mengalami ekstrusi akibat abses periodontal akut

III.2.2.2 DILAKUKAN EVALUASI RESPON TERHADAP FASE 1 KEMUDIAN DILAKUKAN MAINTANCE Pengecekan kembali untuk : Kedalam saku dan inflamasi gingiva untuk gigi 24 dan 25 Plak kalkulus untuk semua gigi jika,kalkulus kurang dari 10% lanjutkan ke therapy fase 2 Kekuatan splint dalam mengontrol kegoyangan gigi III.2.2.3 THERAPY FASE II(FASE BEDAH) Lakukan Drainase abses periodontal akut baik dari dalam saku maupun dari luar. Dilakukan drainase dengan insisi eksternal,dengan cara sebagai berikut :1. Daerah abses di isolasi dengan gulungan kain kasa2. Lalu keringkan dan diberi anastesi topical3. Setelah anastesi berjalan,palpasi daerah abses dan cari daerah yang paling lunak.4. Jika abses pada permukaan vestibular dengan pisau scalpel dibuat insisi vertical mulai dari lipatan mukosaginggival melintasi daerah yang paling lunak sampai tepi gingival5. Jika abses pada permukaan oral,insisi dimulai tepat apical dari pembengkakan meluas sampai ke tepi ginggiva ,pada waktu menginsisi harus dipastikan bahwa ujung pisau sampai menyentuh jaringan keras guna memastikan telah tercapainya daerah push.6. Setelah pus keluar,daerah insisi di irigasi dengan air hangat dan luka insisi di kuakkan untuk memungkinkan drainase selanjutnya. Setelah drainase absesnya berhenti,daerah insisi dikeringkan dan diolesi dengan antiseptic.7. Bagi pasien tanpa komplikasi sistemik diintstrusikan berkumur dengan segelas air garam hangat /2 jam. Pasien dianjurkan juga untuk mengurangi aktivitas dan makan makanan yang lunak. Lalu lakukan maintance dari drainase tersebut,jika tidak ada symptom akutnyan lagi maka dapat dilanjutkanke fase berikutnya III.2.2.4FASE III ( PEMBUATAN SPLINT) Pensplinan untuk gigi anterior rahang bawah dangigi 21 22 11 121. Splint Gigi Anterior bawah ( mob 1) : gigi 33.32.31.41.42.42Dibuat: splint sementaraJenis: splin resin dengan pengetsaan ( ekstracoronal splin)2. Splin Gigi 11 dan 12( mob 1)Dibuat : splin sementaraJenis: splin resin dengan pengetsaan ( ekstracoronal splin)3.Splint Gigi 21 dan 22 ( mob 2)Dibuat: splint permanentJenis: Intracoronal splint Lakukan maintance untuk pengontrolan kekuatan dan perubahan mobilitas gigi

III.2.2.5 THERAPY PERIODONTAL SUPPORTIF Kunjungan berkala Pemeriksaan plak dan kalkulus setelah dilakukan perawatan periodontal Kemudian pengecekan kondisi gingiva (saku ,inflamasi ) gigi 24 25

III.3GAMBARAN RENCANA PERAWATAN TERHADAP PASIEN

FASE II( KURATIF = DRAINASE FASE III( PEMBUATAN SPLINT)MAINTAINCEEVALUASIFASE I( FASE AWAL)FASE PRELIMINARI ATAU FASE PENDAHULUAN

BAB IVPENUTUPIV.1KESIMPULANA. Diagnose untuk gigi anterior bawah vital dengan derajt kegoyangan 1 Diagnose untuk gigi 11 dan 12 vital(mob1) dan 21 dan 22 vital(mob2) Diagnosa untuk gigi 24 dan 25 vital : abses periodontal akutB. Rencana perawatn yang akan dilakukan oleh penulis : Gigi mob 1 semua anterior rahang bawah : dibuatkan splint sementara Gigi mob 2 untuk gigi 21 dan 22 : dibuatkan splint Permanent Gigi mob 1 untuk gigi 11 dan12 : dibuatkan splint sementara Gigi 24 dan 25 di lakukan perawatan berupa drainase abses,pengasahan gigi yang ekstrusi dan pemberian antibiotika.IV.2SARAN Dalam menegakkan diagnose hendaknya dilakukan secara sistematis agar didapatkan diagnose yng tepat sehingga dalam melakukan perawatan periodontal menghasilkan perawtan yang baik ( berhasil). Selain itu Perlu hati-hati dalam pemilihan perawatan yang akan dilakukan,agar secara biologis mampu menyehatkan dan secara estetis mampu memberikan kepuasan kepada pasien . |Penyelesaian Kasus Periodonti1