jurnal nina

22
STRATEGI TRANSFUSI PADA PASIEN DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNITS Latar belakang Ambang hemoglobin optimal untuk transfusi eritrosit pada anak-anak yang sakit kritis belum diketahui. Kami berhipotesis bahwa strategi transfusi sel darah merah dengan menghilangkan jumlah leukosit sebelum penyimpanan akan aman sama seperti strategi transfusi secara bebas atau liberal, sebagai pencegahan komplikasi kerusakan multiorgan. Metode Dalam percobaan ini, kami mendata 637 anak , anak yang sedang sakit kritis yang memiliki konsentrasi hemoglobin di bawah 9,5 g/dl dalam waktu 7 hari setelah masuk ke ICU . Secara acak, kami membagi 320 pasien dengan ambang nilai hemoglobin sekitar 7 g/dl transfusi sel darah merah (kelompok strategi restriktif/ kelompok restrictive-strategy) dan 317 pasien ke ambang nilai hemoglobin sekitar 9,5 g/dl (kelompok liberal-strategy) . Hasil Konsentrasi hemoglobin dipertahankan pada tingkat rata- rata ( ± SD ) yaitu 2,1 ± 0,2 g/dl lebih rendah pada kelompok restrictive-strategy dibandingkan kelompok liberal-strategy (rata-rata nilai terendah, 8,7 ± 0,4 dan 10,8 ± 0,5 g/dl, masing-masing; P <

Upload: laysa26

Post on 01-Feb-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Nina

STRATEGI TRANSFUSI PADA PASIEN

DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNITS

Latar belakang

Ambang hemoglobin optimal untuk transfusi eritrosit pada anak-anak yang sakit kritis

belum diketahui. Kami berhipotesis bahwa strategi transfusi sel darah merah dengan

menghilangkan jumlah leukosit sebelum penyimpanan akan aman sama seperti strategi transfusi

secara bebas atau liberal, sebagai pencegahan komplikasi kerusakan multiorgan.

Metode

Dalam percobaan ini, kami mendata 637 anak , anak yang sedang sakit kritis yang

memiliki konsentrasi hemoglobin di bawah 9,5 g/dl dalam waktu 7 hari setelah masuk ke ICU .

Secara acak, kami membagi 320 pasien dengan ambang nilai hemoglobin sekitar 7 g/dl transfusi

sel darah merah (kelompok strategi restriktif/ kelompok restrictive-strategy) dan 317 pasien ke

ambang nilai hemoglobin sekitar 9,5 g/dl (kelompok liberal-strategy) .

Hasil

Konsentrasi hemoglobin dipertahankan pada tingkat rata-rata ( ± SD ) yaitu 2,1 ± 0,2

g/dl lebih rendah pada kelompok restrictive-strategy dibandingkan kelompok liberal-strategy

(rata-rata nilai terendah, 8,7 ± 0,4 dan 10,8 ± 0,5 g/dl, masing-masing; P < 0,001). Pasien dalam

kelompok restrictive-strategy menerima lebih sedikit transfusi, yaitu sekitar 44% pasien;

sedangkan 174 pasien dalam kelompok ini (54%) sama sekali tidak menerima transfusi,

dibandingkan dengan 7 pasien ( 2 % ) pada kelompok liberal-strategy (P < 0,001). Kelompok

sindrom disfungsi multiorgan yang terdata baru atau yang telah berkembang secara progresif

(komplikasi utama) didapatkan pada 38 pasien dalam kelompok restrictive-strategy,

dibandingkan pada 39 pasien pada kelompok liberal-strategy (12 % pada kedua kelompok)

(penurunan risiko secara nyata pada kelompok restrictive-strategy, 0,4% ; Interval kepercayaan

95 % , -4,6 sampai 5,4). Terdapat 14 kematian di masing-masing kelompok dalam waktu 28 hari

Page 2: Jurnal Nina

setelah pengacakan. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam hasil lainnya,

termasuk efek samping.

Kesimpulan

Pada keadaan stabil, anak-anak yang sedang menderita sakit kritis yang memiliki

ambang batas konsentrasi hemoglobin sekitar 7 g/dl untuk transfusi sel darah merah dapat

menurunkan kebutuhan transfusi tanpa meningkatkan komplikasi.

Hingga 50 % anak-anak yang dirawat di intensive care unit (ICU) menerima transfuse

sel darah merah, namun anak-anak dengan kondisi stabil dapat mentolerir penurunan delivery

oksigen yang dihubungkan dengan anemia derajat sedang. Di satu sisi, transfusi yang

mengandung leukosit dapat menurunkan manfaat transfuse pada anak-anak tersebut dan mungkin

dapat mengakibatkan disfungsi multiorgan melalui stimulasi inflamasi yang diperantarai oleh

leukosit. Sebaliknya, anak-anak di ICU bisa mendapatkan keuntungan dari transfusi karena

delivery oksigen meningkat, seperti pada orang dewasa dengan awal syok septik stadium dini

dapat memberikan manfaat dari transfusi.

Sebuah penelitian secara acak yang melibatkan 838 pasien dewaasa yang sedang sakit

kritis menyatakan bahwa strategi pembatasan transfusi mungkin unggul untuk strategi transfusi

secara bebas. Tidak ada data dari uji coba yang ketat untuk dijadikan pedoman dalam pemberian

transfusi pada anak-anak yang sedang sakit kritis. Beberapa survei dari pediatric intensivists

baru-baru ini mendemonstrasikan variasi yang besar dalam tingkat dan pengamatan sehubungan

dengan transfusi sel darah merah.

Pengurangan jumlah leukosit secara umum, baru-baru ini diperkenalkan oleh banyak

negara, dapat menurunkan efek proinflamasi dari transfusi. Kami menyatakan bahwa strategi

pembatasan transfusi dengan pengurangan jumlah leukosit dalam transfusi sel darah merah

(yaitu, sel darah merah pertama kali disaring untuk menghilangkan leukosit dan kemudian

disimpan dengan cara biasa) dalam kondisi stabil, pada anak-anak yang sedang mengalami sakit

kritis tanpa menyebabkan perburukan disfungsi organ.

Page 3: Jurnal Nina

METODE

Pasien dan Daerah

Kami mendata pasien di 19 PICU diempat negara. Dalam kondisi stabil, anak dengan

sakit kritis antara 3 hari dan berusia 14 tahun yang memiliki setidaknya konsentrasi hemoglobin

9,5 g/dl atau kurang dalam pertama 7 hari setelah masuk ke PICU yang memenuhi syarat untuk

pendataan. Kondisi pasien dianggap stabil jika tekanan arteri sistemik tidak kurang dari 2 SD di

bawah normal sesuai dengan usia dan jika pengobatan kardiovaskular tidak meningkat selama

setidaknya 2 jam sebelum pendataan . Semua anak yang terdata berurut-urut dilakukan

pengacakan. Kriteria eksklusi tercantum pada Gambar 1. Protokol penelitian ini disetujui oleh

dewan etika penelitian di masing-masing lembaga yang ikut berpartisipasi, dan untuk semua

pasien, izin tertulis diperoleh dari orang tua atau wali anak.

Desain Penelitian dan Protokol Pengobatan

Pengacakan dilakukan secara terpusat, dengan data yang di-posting di Internet. Dalam

penelitian ini, Pasien dibagi dalam kelompok sesuai blok 2 atau 4 yang secara acak

didistribusikan atau dikelompokan berdasarkan center dan 3 kelompok umur (≤28 hari, 29-364

hari, dan > 364 hari). Dokter, perawat, dan staf penelitian tidak mengetahui cara pengacakan di

dalam blok.

Pada kelompok restrictive-strategy, ambang konsentrasi hemoglobin untuk transfusi

ditetapkan sekitar 7 g/dl, dengan kisaran target setelah transfusi adalah 8,5-9,5 g/dl. Pada

kelompok liberal-strategy , ambang konsentrasi hemoglobin sekitar 9,5 g/dl, dengan kisaran

target 11 - 12 g/dl. Pada kedua kelompok , sel darah merah ditransfusikan dalam waktu 12 jam

setelah nilai ambang telah dicapai. Transfusi sel darah merah diberikan sesuai dengan formula

yang dihitung berdasarkan berat badan pasien dan rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam unit

sel darah merah. Hanya sel darah merah yang telah dihilangkan komponen leukositnya yang

dapat ditrasnfusi.

Kehadirian dokter diikutisertakan dalam strategi transfusi - sel darah merah untuk

setiap kelompok. Tidak ada protokol perawatan klinis lainnya yang digunakan dalam penelitian

ini. Protokol transfusi diterapkan dari awal hingga 28 hari perawatan di PICU atau sampai terjadi

Page 4: Jurnal Nina

kematian, tidak memandang syarat mana yang pertama terjadi. Protokol dapat dihentikan

sementara, sesuai dengan kebijaksanaan dokter yang hadir, selama periode aktif dan secara klinis

terjadi kehilangan darah secara signifikan, intervensi bedah, hipoksemia berat, atau

ketidakstabilan hemodinamik dan segera dilanjutkan setelah kondisi pasien tidak lagi memenuhi

kriteria suspensi tersebut. Kriteria tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran kepatuhan

terhadap protokol. Pemantauan dan pengumpulan data tidak berubah selama terdapat kriteria

suspensi. Staf klinis dan orangtua mengetahui tentang tugasnya selama dalam kelompok

penelitian, tetapi tim statistika dan sampel dalam penelitian dan komite pemantauan tidak

diberitahukan tentang tugas dalam penelitian ini.

Penilaian Dasar, Pemantauan, dan Pengukuran Dampak

Penilaian dasar dilakukan pada saat pengacakan. Konsentrasi hemoglobin , jumlah

transfusi sel darah merah, jenis obat yang diberikan, penggunaan ventilasi mekanis dan dialisis,

dan intervensi bedah dicatat setiap hari selama periode pemantauan 28 hari. Konsentrasi

hemoglobin diukur setidaknya sekali tiap 6 jam setelah transfusi - sel darah merah. Data

dikumpulkan oleh anggota peneliti yang terlatih.

Dampak utama adalah proporsi pasien yang meninggal selama 28 hari setelah

pengacakan, memiliki disfungsi dari dua atau lebih sistem organ ( disebut multiple organ

dysfunction syndrome, atau MODS) , atau memiliki MODS yang sedang berkembang, sebagai

bukti terjadinya perburukan satu atau lebih sistem organ, seperti yang didefinisikan oleh Proulx

et al. Kami juga mengumpulkan informasi mengenai dampak sekunder lainnya, yang termasuk

dalam skor setiap hari sesuai dengan penilaian Paediatircs Logistic Organ Dysfunction

(PELOD), sepsis, reaksi transfusi, infeksi nosokomial pada pernafasan, infeksi akibat pemakaian

kateter, efek samping, lama perawatan di ICU dan rumah sakit, dan kematian. Kami

menggunakan kriteria diagnostik yang tepat.

Page 5: Jurnal Nina
Page 6: Jurnal Nina

Analisis statistik

Kami memperkirakan bahwa kami akan memerlukan pendataan setidaknya 626 anak-

anak untuk mendeteksi pengurangan mutlak 10 persen dalam risiko disfungsi organ kasus baru

ataupun progresif dalam kelompok, diperlakukan sesuai dengan strategi pembatasan transfusi,

dengan nilai alpha secara keseluruhan 5 % dan kekuatan 90 %.

Salah satu analisis keselamatan yang direncakan dilakukan secara blind, data umum

dan keselamatan dipantau setelah 50 % pasien telah terdaftar. Hanya kematian yang tidak

terduga, efek samping, dan infeksi nosokomial yang dipertimbangkan, yang tidak dilakukan

analisis statistika. Dewan merekomendasikan untuk melanjutkan penelitian.

Kami membandingkan dua kelompok dengan jumlah transfusi per pasien dan proporsi

pasien yang tidak menerima transfusi sel darah merah setelah pengacakan. Kami menggunakan

analisis varians dengan pengukuran berulang untuk memperhatikan perbedaan konsentrasi

hemoglobin dari waktu ke waktu. Kemudian kami menghitung jumlah yang memerlukan

pengobatan untuk pencegahan setelah transfusi sel darah merah pada kelompok restriktif.

Analisis statistik untuk menilai dampak primer dilakukan dengan menggunakan

pendekatan pengobatan intensif. Kami menghitung interval kepercayaan 95% (CI) untuk

menurunkan risiko nyata pada pasien dengan MODS baru ataupun progresif. Kami

menyimpulkan bahwa strategi pembatasan transfuse tidak kalah baiknya dibandingkan dengan

strategi transfusi bebas atau liberal untuk transfusi sel darah merah jika batasan tertinggi untuk

CI adalah 95% untuk menurunkan risiko nyata dari dampak utama tidak melebihi 10% batas

keselamatan. Kami menggunakan kurva Kaplan-Meier dan tes log rank untuk membandingkan

waktu berkembangnya kegagalan sistem organ baru ataupun progresif dalam dua kelompok

tersebut. Kami menghitung odds ratio untuk efek pengobatan dengan menggunakan regresi

logistik; model multivariat termasuk usia, negara, dan skor sesuai penilaian Pediatrics Risk of

Mortality (PRISM). Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya hasil yang salah, kami juga

melakukan analisis tiap protokol dari dampak utama pada pasien yang memenuhi atau

melampaui 80% dari kesesuaian terhadap protokol untuk transfusi sel darah merah. Kesesuaian

Page 7: Jurnal Nina

didefinisikan sebagai proporsi hari setelah pengacakan yang setidaknya menggambarkan

konsentrasi hemoglobin sebagai batas ambang transfusi. diperlukan untuk mengobati untuk

mencegah satu transfusi - sel darah merah dalam kelompok terbatas.

Semua analisa dari dampak sekunder didasarkan pada prinsip pengobatan intensif.

Kami membandingkan skor PELOD harian, menggunakan skor awal terburuk, jumlah rata-rata

kejadian disfungsi organ tiap pasien, dan dampak sekunder lainnya yang tercantum di atas.

Variabel kontinyu dibandingkan dengan penggunaan Student t -test atau Wilcoxon rank - sum

test. Variabel kategori dianalisis dengan menggunakan uji chi –square.

Kami meneliti subkelompok pasien yang berada di risiko potensial untuk efek samping

anemia, dikategorikan menurut diagnosi , usia, tingkat keparahan penyakit (seperti yang

diperkirakan dengan skor PRISM), negara, dan status penelitian (yaitu, apakah pasien telah

dihentikan sementara dari penelitian).

Data kontinyu dinyatakan sebagai rata ± SD . Kami melaporkan dua sisi yaitu CI 95

dan nilai-nilai P . Tidak ada penyesuaian nilai P yang dibuat untuk beberapa perbandingan. Data

dianalisis dengan software SAS, versi 9.1 (SAS Institute) .

HASIL

Pasien dan Pengobatan

Dari 26 November 2001, sampai 28 Agustus 2005, total 5399 anak yang memiliki

konsentrasi hemoglobin 9,5 g/dl atau kurang selama 7 hari pertama di ICU dan memenuhi

kriteria untuk dimasukkan dalam penelitian ini. Pada anak-anak tersebut, sekitar 4372 (81 %)

ditemukan setidaknya satu kriteria eksklusi (Gambar . 1). Untuk 379 dari sisa 1.027 pasien (37

%), orangtua atau wali anak menolak untuk memberikan persetujuan. Oleh karena itu kami

mengacak 648 anak-anak untuk dua kelompok penelitian. Dari mereka, 11 ( 2 % ) ditarik setelah

pengacakan, menyisahkan 637 pasien (320 pada kelompok restrictive-strategy dan 317 di

Kelompok liberal-strategy) menggunakan analisis pengobatan intensif . Pasien dalam dua

kelompok penelitian memiliki karakteristik yang serupa pada awalnya (Tabel 1)

Page 8: Jurnal Nina
Page 9: Jurnal Nina
Page 10: Jurnal Nina

INTERVENSI

Konsentrasi hemoglobin di waktu yang sama setelah dilakukan pengacakan menunjukkan

hasil yang sama pada kedua kelompok (8.0 ± 1.0 vs 8.0 ± 0.9 gr/dl). Terdapat perbedaan kadar

hemoglobin yang signifikan antara kedua kelompok setelah di transfusi pertama dan sebelum

dilakukan transfusi (6.7 ± 0.5 vs 8.1 ± 0.1 gr/dl) (Tabel 2). Konsentrasi hemoglobin

dipertahankan diatas kadar normal lebih dari 94%, dengan perbedaan rata-rata konsentrasi

hemoglobin sekitar 2.1 ± 0.2 gr/dl antara kelompok restrictive-strategy dan kelompok liberal-

strategy (rata-rata keseluruhan terendah masing-masing kelompok adalah 8.7 ± 0.4 dan 10.8 ±

0.5 gr/dl).

Page 11: Jurnal Nina

Protokol yang ada untuk sementara ditunda untuk 59 pasien yang terdiri dari 39 pasien

pada kelompok restrictive-strategy dan 20 pasien pada kelompok liberal-strategy (Tabel 2).

Secara keseluruhan, 301 transfusi diberikan pada kelompok restrictive-strategy, sedangkan pada

kelompok liberal-strategy diberikan 542 transfusi (terjadi penurunan sekitar 44% pada kelompok

restrictive-strategy P<0.001); terdata masing-masing pada kedua kelompok, 71 dan 61 transfusi

diberikan saat protokol transfusi dihentikan sementara.

Pada kelompok restrictive-strategy terdapat 174 pasien (54%) yang tidak menerima

transfusi sel darah merah, dibandingkan pada kelompok liberal-strategy yang hanya mempunyai

7 pasien (2%) yang tidak menerima transfusi sel darah merah. Anak-anak dikelompok

restrictive-strategy juga lebih sedikit yang menerima transfusi daripada anak-anak dikelompok

liberal-strategy (0.9 ± 2.6 vs 1,7 ± 2.2 transfusi per pasien, P < 0.001). Dengan protokol yang

ketat, dapat dicegah pemberian terapi transfusi satu sel darah merah untuk dua pasien. Tabel 2

menunjukkan intervensi bersama yang serupa pada kedua kelompok sebelum dan sesudah

pengacakan.

Hasil Utama

Jumlah pasien baru atau pasien progresif yang mengalami MODS (Multiple-Organ-

Dysfunction Syndrome) setelah dilakukan pengacakan adalah 38 pasien dikelompok restrictive-

strategy dan 39 pasien dikelompok liberal-strategy (12% pada kedua kelompok). Risiko

pengurangan yang nyata sekitar 0.4% )95% CI, -4.6 sampai 5.5 pada kelompok restrictive-

strategy); batasan paling tinggi adalah 95% CI tidak melebihi 10%.

Risiko MODS baru ataupun progresif meningkat sesuai dengan keparahan penyakit,

seperti yang dapatdilihat pada skor PRIMS (Paediatric Risk of Mortality), dikedua kelompok

(Tabel 3). Pada waktu dilakukan analisis untuk menilai MODS baru atau progresif didapatkan

rasio hazard sebesar 0.95 pada kelompok transfuse restrictive-strategy dibandingkan pada

kelompok liberal-strategy (95% CI, 0.65-1.49; P = 0.84).

Page 12: Jurnal Nina

Analisis Kedua

Tidak satupun pengukuran tingkat keparahan disfungsi organ menunjukkan hasil yang

berbeda secara signifikan antara kedua kelompok (Tabel 3). Jumlah kematian dalam 28 hari

setelah pengacakan dijumpai sama banyak pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan yang

signifikan yang diamati sehubungan dengan infeksi nosokomial, ventilasi mekanik, durasi rawat

inap di ICU atau reaksi transfuse sel darah merah. Terdapat 221 kasus efek samping yang

Page 13: Jurnal Nina

dijumpai pada pasien dikelompok restrictive-strategy dan 203 kasus efek samping pada pasien

dikelompok liberal-strategy (P = 0.44); dan terdapat masing-masing ditiap kelompok yaitu 28

pasien dan 22 pasien yang mengalami efek samping berat. Pasien dengan satu atau lebih efek

samping terdapat pada 97 pasien pada kelompok restrictive-strategy dan 90 pasien pada

kelompok liberal-strategy (P = 0.59), dan 19 masing pada tiap kelompok yang memiliki satu

atau lebih efek samping berat (P = 0.98).

Kami juga melakukan analisis per-protokol untuk menilai hasil utama. Hampir 99%

pasien memenuhi 80% kriteria kepatuhan, dan hasil dari analisis per-protokol hanya berbeda

sedikit dari analisis lainnya (risiko pengurangan yang nyata pada kelompok restrictive-strategy,

0.8%; 95% CI, -4.3-5.9).

DISKUSI

Page 14: Jurnal Nina

Kami menemukan bahawa dibandingkan dengan kelompok transfusi liberal-strategy,

kelompok restrictive-strategy dengan ambang kadar hemoglobin sekitar 7 gr/dl menghasilkan

96% pengurunan jumlah pasien yang telah menerima transfusi dan 44% penurunan jumlah

penerima transfusi sel darah merah, tanpa kenaikan rerata jumlah pada pasien MODS baru dan

progresif, pasien stabil ataupun pada pasien kritis. Juga tidak terdapat perbedaan klinis yang

berarti pada kedua kelompok pada hasil kedua.

Penelitian kami menunjukkan bahwa strategi restriktif transfusi aman dilakukan pada

pasien anak yang kondisinya stabil saat perawatan di ICU dan bahwa strategi tersebut sama

amannya dengan strategi transfusi liberal. Namun, hasil pada orang dewasa yang mengalami

sakit kritis berbeda dari hasil yang didapat pada anak. Pada uji coba dua strategi transfusi pada

orang dewasa yang mengalami sakit kritis, rata-rata tingkat perburukan kegagalan organ dan

komplikasi lainnya secara signifikan lebih tinggi dengan menggunakan strategi transfusi liberal.

Pada penelitian ini juga menunjukkan kematian pasien dewasa lebih tinggi pada kelompok

liberal-strategy daripada kelompok restrictive-strategy, sedangkan jumlah kematian sama pada

pasien anak dikedua kelompok (14 pasien ditiap kelompok).

Perbedaan antara hasil kami dan peneliti lainnya pada sampel pasien dewasa mungkin

disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, keadaan kritis pada orang dewasa mungkin lebih

rentan dibandingkan keadaan kritis pada anak akibat dari transfusi sel darah merah yang

merugikan. Kedua, uji coba pada pasien dewasa tidak menggunakan sel darah merah yang

mengandung leukosit, seperti yang dilakukan pada penelitian kami. Leukosit yang ikut

ditransfusi dalam komponen sel darah merah dapat membahayakan pasien yang rentan akibat

dihasilkannya sitokin dan respon cepat inflamasi. Dua uji coba acak yang melibatkan pasien

dewasa yang memiliki penyakit vaskular atau yang telah menjalani operasi jantung menunjukkan

tingkat penurunan disfungsi organ pada pasien yang menerima transfusi sel darah merah yang

mengandung leukosit. Selain itu, dua uji coba sebelum dan setelah mengevaluasi program

reduksi leukosit menunjukkan penurunan rata-rata episode demam pada lebih dari 14.000 pasien

dewasa dan penurunan rata-rata bronchopulmonary dysplasia post-transfusi, retinopathy of

prematurity, dan necrotizing enterocolitis pada bayi prematur. Oleh karena itu, pada penelitian

kami, penurunan jumlah leukosit dapat membantu mencegah efek berbahaya dari transfusi,

khususnya pada kelompok liberal-strategy.

Page 15: Jurnal Nina

Tiga uji coba yang lebih kecil pada sampel anak juga telah menilai berbagai strategi

transfusi. Dalam penelitian yang melibatkan 147 pasien anak yang menjalani operasi jantung,

menunjukkan kadar hematokrit sekitar 21% selama tindakan cardiopulmonary bypass yang

dihubungkan dengan perkembangan saraf yang memburuk, dibandingkan dengan kadar

hematokrit sekitar 27%.

Dalam subkelompok pasien pada sebuah penelitian melibatkan 100 bayi prematur yang

secara acak dilakukan transfusi dengan strategi restriktif dan liberal, menunjukkan adanya risiko

perdarahan otak intraparenkim, periventricular leukomalacia, dan apnea lebih tinggi pada

kelompok restrictive-strategy. Pada penelitian yang mengikutsertakan 451 bayi prematur yang

secara acak dilakukan strategi transfusi secara restriktif dan liberal, menunjukkan rata-rata

mortalitas dan morbiditas berat sekitar 2.6% lebih tinggi pada kelompok restrictive-strategy ,

tetapi perbedaannya tidak signifikan. Dari laporan yang diterbitkan, tidak jelas apakah sel darah

merah yang menjalani pengurangan jumlah leukosit dilakukan pada tiga penelitian anak.

Untuk meminimalisir potensi bias yang terjadi, kami menyembunyikan data perawatan,

memastikan pasien di-follow-up dengan lengkap dan menilai keadaan klinis secara objektif.

Kami kehilangan 11 pasien yang di-follow-up (2%), rata-rata terendah cukup untuk mencegah

terjadinya bias yang disebabkan jumlah sampel yang terlewati. Meskipun terdapat berbagai pola

latihan sebelum penelitian ini, tingkat kepatuhan dalam mengikuti penelitian ini melebihi 97%

pada kedua kelompok. Kesimpulan terkait dengan hasil klinis yang berasal dari penelitian ini

diperkuat oleh konsistensi dari pengamatan pada kedua hasil dan seluruh subkelompok utama.

Kami telah mencatat data dari kelompok restrictive-strategy, terdapat suspensi yang secara

signifikan menjelaskan protokol ambang batas transfusi, yang mungkin menunjukkan

kegelisahan para dokter saat mengetahui pasiennya mempunyai konsentrasi hemoglobin yang

rendah. Suspensi yang ada merupakan hasil dari keadaan acute respiratory distress syndrome,

perburukan syok, atau meningkatnya perdarahan tetapi tidak menyebabkan komplikasi.

Meskipun meningkatnya jumlah suspensi, kami tetap melaporkan penurunan yang signifikan

jumlah sel darah merah yang ditransfusikan pada kelompok restrictive-strategy.

Pada penelitian ini hanya memiliki sedikitnya satu batasan. Walaupun mortalitas dapat

terjadi pada hasil penelitian dengan sampel orang dewasa yang mengalami sakit kritis, rata-rata

Page 16: Jurnal Nina

mortalitas rendah terjadi pada sekitar 4% sampel anak – kami tidak akan membuat design

penelitian dengan menggunakan kekuatan yang cukup untuk mendeteksi perubahan yang berarti

dalam menilai tingkat mortalitas. Dalam perawatan keadaan kritis, kegagalan organ merupakan

dampak yang terjadi secara signifikan. Kami menggunakan data mortalitas dan data

perkembangan kegagalan organ baru atau progresif, yang harus berhubungan dengan intensivist

pediatrik.

Kesimpulannya, kami menemukan bahwa strategi transfusi restriksi dapat dengan aman

mengurangi tingkat paparan sel darah merah dalam transfusi pada pasien anak yang kritis.

Meskipun strategi transfusi suspensi diizinkan dalam kondisi tertentu. Kami tidak dapat

mendeteksi perbedaan yang bermakna dalam hasil klinis, secara keseluruhan dan diantara semua

subkelompok telah diperiksa. Kami merekomendasikan strategi transfusi restriktif pada pasien

anak yang kondisinya stabil di ICU. Rekomendasi ini, bagaimanapun, tidak berlaku untuk bayi

prematur, orang dewasa, pasien dengan penyakit arteri koroner, atau anak-anak dengan

hipoksemia berat, hemodinamik tidak stabil, perdarahan aktif, atau penyakit jantuk sianotik.