jurnal endo
TRANSCRIPT
PRINSIP-PRINSIP TEKNIK UNTUK MEMBERSIHKAN
SALURAN AKAR
(The priciples of techniques for cleaning root canals)
Australian Dental Journal Supplement 2007;52(1 Suppl): S52-63)GR young, Parashos, HH Messert
JULIA FAMOR PRATAMI 160112100081
UNIVERSITAS PADJAJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG2012
Abstrak
Preparasi kemomekanika pada saluran akar meliputi instrumentasi mekanis dan irigasi
antibakteri yang secara prinsip dapat langsung mengeliminasi mikroorganisme pada
sistem saluran akar. Beragam instrumen dan teknik telah digambarkan dan dikembangkan
untuk tahap awal pada perawatan saluran akar. Sejak diperkenalkan pada tahun 1988,
instrumen rotary nikel-titanium (NiTi) telah digunakan secara umum dalam perawatan
endodontik karena kemampuannya membentuk saluran akar dengan prosedur komplikasi
yang minimal. Penggunaan instrumen Niti yang aman secara klinis sangat diperlukan dan
pemahaman mengenai dasar metallurgy dari alloy termasuk mekanisme fraktur dan
korelasinya dengan anatomi saluran akar agar penggunaan instrumen NiTi dapat
dilakukan secara aman. Makalah ini membahas tentang prinsip biologis persiapan saluran
akar dengan teknik dan sistem instrumentasi yang benar menggunakan NiTi. Peran dan
sifat-sifat properti irigan saluran akar kontemporer turut didiskusikan.
Kata kunci : Nikel-titanium alloy, instrumentasi saluran akar, preparasi rotari, irigasi,
endodontik.
Singkatan dan persamaan kata : EDTA ethylenediamene tetraacetic acid ; NaOCl sodium
hypoclorite ; NIET non instrumentation endodontic treatment ; NiTi nickel titanium ;
PAD photo activated disinfection.
Pendahuluan
Tujuan dasar dari perawatan endodontik untuk mencegah dan menyembuhkan
periodontitis apikalis. Infeksi bakteri pada saluran akar merupakan penyebab utama
periodontitis apikalis. Pada gigi dengan periodontitis apikalis, bakteri menginvasi dan
berkolonisasi pada jalan masuk sistem saluran akar, sehingga perawatan dilakukan untuk
mengeliminasi mikro organisme secara langsung pada sistem saluran akar dan mencegah
infeksi yang berulang. Preparasi kemomekanika pada saluran akar melalui kombinasi
instrumentasi mekanika dan irigasi antibakteri merupakan tahap awal dalam disinfeksi
saluran. Lalu dilanjutkan dengan penempatan bahan pengisi pada saluran akar dan
restorasi koronal untuk mencegah kesempatan mikro-organisme masuk ke dalam saluran
akar serta untuk mematikan semua mikro organisme agar tidak berproliferasi lebih lanjut.
Teknologi untuk memfasilitasi pembentukan dan pembersihan saluran akar telah
maju secara signifikan. Instrumen baru telah dikembangkan menggunakan alloy
superelastis dan filosofi novel engineering, instrumen berdasarkan standar ISO taper 2
persen (0.02 mm per mm) terkenal saat ini. Ketika sedang dilakukan pencarian mengenai
efektifitas prosedur pembersihan saluran akar, peneliti sepenuhnya tergantung pada
penemuan in vitro dan percobaan klinis dengan mikroba sebelum mengisi akar sehingga
hasilnya dapat diukur.
Dengan dasar pemikiran ini, tujuan dari makalah ini untuk melihat prinsip-prinsip
biologis pada preparasi saluran akar kemomekanika dengan menekankan sistem dan
teknik penggunaan yang benar pada rotary nikel titanium (NiTi). Peran dari larutan
irigasi saluran akar turut dibahas. Sementara keutamaan dari medikamen intrakanal,
pembahasan detailnya di luar ruang lingkup makalah ini dan dibahas di tempat lain
dalam kajian yang lebih khusus.
Prinsip-prinsip dasar preparasi kemomekanika
Sasaran biologis
Dari sudut pandang biologis, tujuan dari preparasi kemomekanika adalah
mengeliminasi mikroorganisme dari sistem saluran akar, untuk menghilangkan jaringan
pulpa yang dapat menjadi tempat pertumbuhan bagi bakteri, dan untuk mencegah tekanan
debris melalui foramen apikal yang dapat menyebabkan inflamasi.
Instrumentasi mekanis memberi kontribusi penting untuk menghilangkan bakteri
pada saluran akar yang terinfeksi. Bystrom dan Sundqvist melaporkan 100-1000 bakteri
mati setelah instrumentasi dengan hand file stainless steel dan irigasi menggunakan
saline. Tetapi saluran akar tidak secara konsisten bebas bakteri. Dalton dkk
membandingkan reduksi bakteri setelah instrumentasi menggunakan cairan saline dengan
rotary instrument NiTi taper 0.04 atau dengan K-file menggunakan teknik step back.
Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua teknik instrumentasi tersebut dengan
nilai 72 persen kultur kembali positif setelah instrumentasi. Penggunaan cairan irigasi
dengan efek antimikroba yang kuat merupakan dasar penting pada preparasi mekanis
untuk mengurangi jumlah bakteri. Sebagai tambahan penggunaan dressing intrakanal
yang memiliki efek antibakteri dianjurkan untuk mengeliminasi bakteri setelah preparasi
kemomekanika.
Sasaran teknik
Tujuan utama dari preparasi saluran akar secara langsung untuk membentuk
saluran akar sehingga bahan pengisi dapat beradaptasi dengan baik. Schilder
mengemukakan bahwa pembentukan saluran akar harus disesuaikan dengan bentuk
anatomi setiap saluran akar dan berkaitan dengan teknik pengisian saluran akar. Beliau
menggambarkan beberapa dasar mekanis untuk instrumentasi optimal :
I. Tapering secara kontinyu dari akses pada kavitas hingga foramen apikal
Preparasi tapering secara kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja irigasi
antimikroba dan menciptakan bentuk resistensi sehingga pengisian menjadi
hermetis.
II. Preparasi saluran akar harus mempertahankan saluran akar yang asli
Sistem kanal bergerak melalui berbagai bentuk geometri dan kurva secara
signifikan melebihi akar. Penggunaan instrumen yang fleksibel untuk menyiapkan
lengkung kanal menghasilkan distribusi gaya yang tidak merata pada daerah
tertentu dan kecenderungan instrumen menjadi lurus di dalam kanal. Sebagai
hasilnya, saluran apikal mengalami transportasi ke arah luar sedangkan koronal
mengalami transportasi menuju cekungan tersebut. Transportasi kanal ini
mengadopsi bentuk jam pasir, dan mungkin dapat menyebabkan ledging,
perforasi akar, atau penipisan dinding yang berlebihan.
III. Foramen apikal harus tetap pada posisi semula
Transportasi kanal dapat menyebabkan kerusakan pada foramen apikal,
menciptakan bentuk karakteristik elips yang dikenal sebagai foraminal rip, zip,
atau tear. Wu dkk. mendemonstrasikan transportasi apikal secara in vitro yang
memberi dampak negatif pada seal apical ketika kurva kanal diobturasi
menggunakan gutta percha lateral.
IV. Pembukaan foramen apikal harus dijaga agar tetap sekecil mungkin
Pembesaran saluran harus sesuai dengan persyaratan biologis seperti yang akan
dijelaskan di bawah ini.
Teknik instrumentasi manual
Sejarahnya, berbagai teknik yang berbeda telah dikembangkan secara khusus
untuk preparasi saluran menggunakan hand files stainless steel standar ISO 0.02 taper.
Teknik step back dijelaskan oleh Mullaney meliputi preparasi pada daerah apikal dari
saluran akar, diikuti dengan melebarkan koronal untuk memudahkan obturasi. Ketika
pengerjaan pada saluran yang bengkok, teknik ini sering menghasilkan kerusakan
iatrogenik pada bentuk-bentuk saluran awal karena melekat kaku kecuali files stainless
steel yang terkecil. Untuk mengurangi insidensi kerusakan iatrogenik, teknik step down
dikembangkan dengan preparasi menggunakan instrumen terbesar pada orifis saluran
kemudian menurun bertahap ke arah apikal menggunakan ukuran file yang lebih kecil.
Perbesaran bagian koronal pada saluran akar berfungsi untuk melengkapi preparasi apikal
dan memberi beberapa keuntungan, termasuk akses yang lurus ke arah apikal,
meningkatkan kontrol taktil, meningkatkan penetrasi bagi cairan irigasi serta
mengeluarkan debris. Penelitian menunjukkan bahwa teknik step down menghasilkan
lebih sedikit penyumbatan, menurunkan insidensi transportasi apikal jika dibandingkan
dengan teknik step back.
Dalam beberapa kali sejak diperkenalkan, NiTi alloy mampu mempreparasi
saluran kanal yang melengkung dengan aman dibandingkan instrumen stainless steel.
Karenanya, teknik instrumentasi tradisional seperti metode step back sekarang sudah
jarang digunakan karena meningkatnya penggunaan instrumen NiTi. Harus disadari,
karena terdapat negosiasi fleksibilitas yang ekstrem, instrumen NiTi tidak dirancang
untuk instrumentasi awal pada saluran akar juga tidak untuk melewati ledge
kekakuannya. Karena path finder yang besar dan untuk membentuk patensi saluran,
instrumen stainless steel kecil harus digunakan untuk mencari saluran. Penciptaan dan
selanjutnya pemeliharaan bagi saluran yang halus dari orifis ke apikal menggunakan
taper 0.02 files manual merupakan langkah persiapan penting sebelum instrumentasi
menggunakan NiTi untuk mengurangi resiko kesalahan iatrogenik seperi formasi ledge
dan fraktur instrumen.
Instrumentasi NiTi rotary
Sejak diperkenalkan instrumen NiTi rotary pada tahun 1988, alat ini berkembang
dari manual menjadi preparasi rotary menggunakan mesin. Dalam survey pada dokter
gigi di Australia, Parashos dkk menemukan bahwa instrumentasi manual masih menjadi
metode preparasi saluran akar yang paling digemari, umumnya endodontis (64%) dan
jumlah dokter gigi umum meningkat dengan menggunakan instrumen Niti rotary.
Mengingat penelitian difusi inovasi, teknologi baru telah mendapatkan momentum yang
cukup untuk akhirnya menjadi teknik pilihan. Jumlah dokter gigi umum dan endodontis
yang telah mengadopsi teknologi baru ini telah melampaui tingkat penting yang
dibutuhkan (10-20%) untuk memastikan bhawa tingkat adopsi NiTi rotary menjadi
dibenarkan.
Mettalurgy NiTi alloy
NiTi alloy digunakan sebagai bahan instrumen endodontik, terbuat dari 56% (wt)
nikel dan 44% (wt) titanium dan secara umum dikenal sebagai 55-Nitinol. Sifat
superelastis pada instrumen NiTi ini dikaitkan dengan transformasi fase- stress induced
dalam struktur kristalin pada material. Transformasi fase austensitic menjadi fase
maternsitic pada saat menekankan, dan hanya dibutuhkan kekuatan cahaya untuk
pembengkokan. Setelah melepaskan tegangan, metal kembali pada fase austensitic dan
file mendapatkan kembali bentuk awalnya. Superelastisitas pada NiTi memungkinkan
deformasi sebanyak 8% ketegangan yang dapat kembali seperti semula, dibandingkan
dengan maksimal kurang dari 15% paduan baja seperti stainless steel. (Gambar 1.)
Fleksibilitas dan bahan yang unik dari NiTi alloy memberikan keuntungan
ketika mempreparasi saluran kanal yang bengkok dan memberikan kemungkinan untuk
melakukan instrumentasi dengan taper yang lebih baik (4-12%), sehingga dapat
memberikan kontrol pembentukan saluran yang lebih (gambar 2). Hasilnya diduga bahwa
preparasi taper yang menggunakan mesin akan memfasilitasi pembersihan saluran akar
berikut obturasi.
Kemampuan membentuk
File Niti rotary menjadi andalan dalam perwatan endodontik karena
kemampuannya membetuk saluran akar dengan komplikasi yang lebih sedikit (gambar
3). Berbagai studi menggunakan gigi manusia yang diekstraksi memberi kesimpulan
bahwa instrumen NiTi rotary memelihara kelengkungan saluran asli lebih baik dari
instrumen stainless steel, khususnya bagian apikal dari saluran akar. Esposito dan
Cunningham menemukan bahwa file NiTi lebih efektif secara signifikan dibandingkan
file stainless steel manual dalam menjaga bentuk saluran akar ketika preparasi apikal
diperbesar melebihi ISO ukuran 30. Secara bersamaan, penelitian in vitro menunjukkan
bahwa istrumen NiTi menghasilkan bentuk yang dapat melengkung dan preparasi yang
lebih baik dibandingkan hand file stainless steel, sehingga dapat mengurangi potensi
terjadinya kesalahan iatrogenik.
Meskipun menawarkan keutungan pembentukan saluran yang lebih baik oleh
instrumen NiTi, terdapat beberapa fakta dari penelitian selanjunya mengenai dampak
yang ditimbulkan dari pembentukan saluran akar pada masa penyembuhan. Petiette dkk.
Mempersiapkan 40 gigi dengan file NiTi atau K-file stainless steel dan ditemukan bahwa
dengan instrumentasi menggunakan hand file NiTi dapat menjaga bentuk saluran akar
lebih baik. Ketika kedua kelompok grup dipanggil kembali satu tahun setelah perawatan
endodontik, peneliti menemukan angka penyembuhan yang lebih tinggi pada gigi yang
dipreparasi dengan file NiTi (diukur melalui perubahan rasio densitometer). Mereka
menyimpulkan bahwa instrumentasi menggunakan file NiTi memberikan prognosis yang
lebih baik dibandingkan dengan file stainless steel karena pemeliharaan bentuk saluran
akar yang lebih baik dan akses yang lebih baik mencapai anatomi apikal. Tetapi, tidak
terdapat hasil penelitian bagi instrumentasi menggunakan NiTi rotary.
Kemampuan membersihkan
Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membersihkan dari instrumen
endodontik adalah dengan menghilangkan debris dari saluran akar, biasanya dinilai
dengan light atau scanning mikroskop electron. Tan dan Messer menemukan bahwa
instrumentasi dengan ukuran file yang lebih besar menggunakan instrumentasi NiTi
rotary menghasilkan saluran yang lebih bersih secara signifikan pada apikal 3 mm
dibandingkan dengan instrumentasi dengan tangan. Tetapi, teknik juga mempengaruhi
dalam memberikan efektifitas dalam membersihkan ruangan pada saluran akar. Setelah
instrumentasi saluran akar yang melengkung pada gigi manusia yang diekstraksi baik
menggunakan NiTi ataupun file manual, Schafer dkk menemukan daerah yang tidak
terinstrumentasi dengan debris yang tersisa pada saluran terlepas dari teknik preparasi.
Kebersihan ditemukan menurun dari bagian koronal ke apikal pada saluran akar. Peters
dkk. menggunakan data mikro-CT untuk menganalisis preparasi saluran akar pada gigi
molar pertama rahang atas setelah diinstrumentasi menggunakan K-file manual dan tiga
NiTi rotary. Mereka menemukan bahwa semua teknik instrumentasi hampir 35%
meninggalkan permukaan dentin yang tidak tersentuh, dengan sedikit sekali ditemukan
perbedaan antar keempat tipe instrumen. Penemuan ini menyoroti keterbatasan
kemampuan instrumen endodontik untuk membersihkan saluran akar dan diperkuat
dengan keutamaan irigasi bahan antibakteri untuk meningkatkan disinfeksi pada sistem
saluran akar.
Waktu bekerja
Beberapa penelitian menunjukkan waktu kerja yang lebih singkat bagi
preparasi menggunakan NiTi dibandingkan dengan instrumentasi manual, sedangkan
penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan. Hal ini lebih bergantung pada faktor
operator dan teknik preparasi dibandingkan dengan instrumen itu sendiri. Sebagai contoh,
sistem NiTi digunakan hanya pada sebagian kecil instrumen seperti ProTaper (Dentsply
Maillefer) akan mempersiapkan saluran lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan
instrumen yang banyak digunakan seperti Lightspeed (Lightspeed Inc. Texas USA).
Fraktur instrumen
Semua instrumen endodontik memiliki potensi untuk patah pada saluran bila
diaplikasikan dengan tidak benar. Saat ini berkembang persepsi pada dokter gigi bahwa
instrumen NiTi memiliki frekuensi yang lebih tinggi untuk patah dibandingkan dengan
instrumen stainless steel, tetapi penelitian yang ada tidak mendukung hasil tersebut.
Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa secara klinis frekuensi patah bagi NiTi
rotary sekitar 1% dari rentang 0.4-3.7%. Sebagai perbandingan, prevalensi rata-rata bagi
instrumen manual mengalami fraktur (kebanyakan file stainless steel) sekitar 1.6%
dengan rentang 0.7-7.4%.
Penggunaan instrumen NiTi yang aman membutuhkan pemahaman mengenai
dasar mekanisme fraktur dan berkorelasi dengan bentuk anatomi saluran. Sattapan dkk
mengidentifikasi dua metode dari fraktur instrumen NiTi ; fraktur fraktur torsional dan
fraktur flexural. Fraktur torsi terjadi ketika tip atau bagian dari instrumen terkunci pada
saluran sedangkan pergerakan instrumen terus terjadi. Batas elastis dari metal melebihi
dan instrumen menunjukkan deformasi plastik (tidak terbelit, terbelit pada arah
sebaliknya) diikuti dengan fraktur. Fraktur torsional dapat terjadi pada tekanan apikal
yang berlebihan pada instrumen dan biasanya dengan nomor files yang lebih kecil.
Fraktur flexural disebabkan oleh metal yang sudah melebihi ambang maximal dan karena
sudah sering dipakai. Hal ini terjadi pada titik kelenturan maksimum ketika instrumen
berputar bebas untuk mencapai saluran akar yang bengkok masih dapat berputar dengan
bebas, diawali dengan defek pada permukaan instrumen yang terjadi setelah cyclic
fatigue. Fraktur flexural menunjukkan patahan yang tajam tanpa disertai dengan defek,
dan ditemukan pada lebih banyak file berukuran besar, menunjukkan bahwa instrumen
besar memiliki siklus yang lebih pendek untuk terjadinya kegagalan. Untuk menghindari
fraktur flexural, pengarang menyarankan untuk mengganti instrumen setelah penggunaan
yang sering. Peningkatan keparahan sudut dan radius kelengkungan saluran akar
menurunkan waktu penggunaan instrumen rotary.
Mengingat pengamatan pada file NiTi rotary dapat mengalami fraktur karena
kelelahan tanpa deformasi plastik sebelumnya, penggunaan instrumen sekali pakai
disarankan oleh sebagian orang, dan tidak ada masukan untuk menggunakan instrumen
berulang kali. Parashos dkk meneliti instrumen NiTi yang dibuang dari 14 endodontis
dan mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan setelah penggunaan
klinis. Penelitian ini tidak mendukung penggunaan sekali pakai yang rutin pada
instrumen untuk mencegah fraktur dikarenakan fraktur instrumen terjadi karena banyak
faktor. Hal yang paling mempengaruhi adalah operator itu sendiri, yang dikaitkan dengan
kemampuan atau keputusan untuk menggunakan instrumen dengan nomor spesifik pada
saat pengerjaan.
Penelitian in vitro mengindikasikan bahwa faktor utama yang dapat
mempengaruhi fraktur pada NiTi rotary meliputi : kondisi anatomis sepert radius dan
sudut kelengkungan saluran akar, frekuensi penggunaan, pengaturan putaran, dan
pengalaman operator. Sattapan dkk menyarankan agar file yang telah digunakan
sebaiknya rutin diamati setelah setiap penggunaan apakah terdapat defek atau tidak, bila
terdapat defek maka segera dibuang. Insidensi yang banyak terjadi mengindikasikan
untuk penggunaan sekali pakai. Hal ini merekomendasikan agar instrumen NiTi
digunakan menggunakan motor eketrik dengan kontrol putaran dan kecepatan yang
konstan. Penggunaan yang rasional dengan putaran rendah atau putaran yang dikontrol
disesuaikan secara individu dengan setiap file tergantung kepada batas elastisitas dari file
itu sendiri, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko fraktur.
Dampak fitur desain instrumen
Selama beberapa tahun system rotary NiTi diperkenalkan untuk pengerjaan
endodontik. Terdapat banyak desain karakteristik yang spesifik, seperti cross sectional
geometry, desain tip, dan taper (Tabel 1), dan faktor ini akan mempengaruhi fleksibilitas,
mengurangi efisiensi dan daya tahan torsional pada instrumen. Tetapi, tingkat
karekteristik instrumen yang akan mempengaruhi hasil akhir klinis sangat sulit untuk
diprediksi.
Disarankan bahwa penggunaan instrumen dengan safety tips adalah lebih baik
daripada cutting tips seperti Quantec SC yang telah terbukti menghasilkan insidensi
terjadinya kesalahan yang lebih tinggi seperti perforasi akar, zipping dan ledging.
Terdapat beberapa fakta instrumen NiTi dengan cutting blades aktif (ProTaper,
FlexMaster, Race, Mtwo) menunjukkan pembersihan saluran kanal yang lebih baik
dibandingkan dengan instrumen radial lands (ProFile). Perbandingan antara instrumen
dengan atau tanpa radial lands berdasarkan evaluasi SEM pada dinding saluran akar
untuk debris residual menunjukkan bahwa radial lands cenderung menggesek dentin ke
dalam dinding saluran akar, sedangkan instrumen dengan sudut pemotongan positif
nampak memotong dan menghilangkan dentin. Penelitian in vitro mengindikasikan
bahwa pemotongan cross section secara aktif tidak memberikan dampak negatif terhadap
preparasi saluran akar. Akan tetapi, instrumen dengan cutting blade aktif harus digunakan
secara hati-hati pada daerah apikal karena over instrumentasi pada daerah ini akan
menimbulkan apikal zip. Beberapa studi melaporkan bahwa desain instrumen dengan
bentuk batang tidak memberikan hasil signifikan untuk memodifikasi bentuk saluran
mirip dengan ukuran apikal, sedangkan pada instrumen yang lain menggambarkan bentuk
yg tipis dan fleksibel yang memungkinkan perbesaran ukuran apikal dengan sedikit
kerusakan.
Tabel 1. Desain pada system file NiTi rotary
Preparasi ukuran apikal
Pada penelitian menggunakan mikroskop elektron dan cahaya dengan akar
yang telah diisi, dengan lesi periapikal asimptomatik yang telah diberi terapi dalam
jangka waktu lama, Nair dkk menemukan mikro organisme yang tersisa pada saluran
akar apikal dan menyimpulkan bahwa bakteri residual memegang peranan penting dalam
kegagalan perawatan endodontik. Sjogren dkk berpendapat bahwa saluran akar apikal
dapat menjadi tempat persembunyian bagi mikroorganisme yang dapat menyebabkan
inflamasi, dan Simon menganggap bahwa kedalaman 3 mm apikal pada sistem saluran
akar merupakan zona kritis pada penatalaksanaan saluran akar yang terinfeksi.
Konstriksi apikal dalam teori meupakan bagian tersempit dalam saluran dan
lokasi pulpa berakhir dan periodonsium dimulai. Area ini tidak seragam berbentuk bulat,
tetapi secara umum berbentuk ovoid atau tidak teratur, oleh karena itu dibutuhkan ukuran
instrumen paling tidak sama atau lebih besar dengan diameter saluran apikal. Penelitian
morfologi mengindikasikan saluran akar lebih besar dari 300 hingga 350 mikron pada
gigi orang dewasa normal, dan dapat membesar ketika terjadi resorbsi periodontitis apikal
berkembang. Berdasarkan anatomi yang telah diketahui preparasi minimum apikal
membutuhkan ISO ukuran 30 hingga 35 atau lebih besar.
Penelitian mikrobiologis menunjukkan bahwa ukuran preparasi apikal yang
lebih besar menghasilkan pengurangan bakteri yang lebih banyak dibandingkan dengan
ukuran apikal yang lebih kecil. Disinfeksi yang baik dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Diketahui bahwa penetrasi bakteri ke dalam tubuli dentin tergantung variabel
jarak. Preparasi apikal yang lebih besar dapat meningkatkan pembuangan infeksi dentin
yang lebih besar. Diketahui juga bahwa penggunaan irigan dengan efek antimikroba lebih
baik pada permukaan dibandingkan dentin yang lebih dalam. Pembesaran saluran dapat
memfasilitasi akses irigan terhadap organisme yang dapat berpenetrasi lebih dalam ke
dalam dentin. Shuping dkk menemukan bahwa penambahan efek antibakteri pada sodium
hipoklorit (NaOCl) hanya terbukti jelas setelah instrumentasi membesar dengan ukuran
ISO 30-35. Penulis menyarankan bahwa saluran harus diinstrumentasi pada ukuran yang
memadai untuk memudahkan efisiensi irigan berpenetrasi pada regio apikal pada saluran.
Sebagai tambahan pada penemuan ini, yaitu penelitian histologis mengindikasikan bahwa
peningkatan pembesaran apikal akan mengarah terhadap pembersihan preparasi apikal
yang diukur dengan jumlah debris yang tersisa.
Pertimbangan lain yang dapat dipilih pada ukuran preparasi saluran akar akhir
adalah ukuran saluran pada kekuatan akar. Sathorn dkk menemukan bahwa ukuran pada
preparasi NiTi rotary meningkatkan, pembentukan saluran yang bulat dan halus
berfungsi untuk menghilangkan konsentrasi tegangan, dengan demikian resiko fraktur
dapat dikurangi. Sebaliknya, instrumentasi yang mengarah pada pembuangan dentin
irregular dengan bentuk saluran lurus dapat melemahkan akar. Lam dkk. menemukan
kelemahan lebih rendah pada fraktur akar yang dipreparasi dengan instrumen NiTi rotary
dibandingkan dengan preparasi instrumentasi menggunakan tangan, dan dipercaya bahwa
perbedaan ini disebabkan oleh bentuk saluran yang bulat yang dihasilkan oleh file rotary
untuk mengarahkan konsentrasi tegangan agar lebih kecil. Secara bersamaan, fakta
mengindikasikan bahwa pembesaran apikal dengan instrumen NiTi rotary tidak
melemahkan akar dibandingkan dengan instrumentasi menggunakan tangan dan ini dapat
meningkatkan resistensi fraktur.
Beberapa penelitian longitudinal menguji dampak dari pembesaran apikal pada
hasil akhir perawatan endodontik. Kebanyakan peneliti menemukan bahwa tidak terdapat
perbedaan dalam penyembuhan ketika dilakukan pembesaran apikal. Setiap penelitian
ini, bagaimanapun menggunakan instrumen manual stainless steel. Persiapan saluran
menjadi ukuran yang lebih besar menggunakan file steel yang kaku sering dikaitkan
dengan transportasi saluran yang dapat membahayakan disinfeksi saluran dan prognosis
yang tidak seimbang. Tidak seperti stainless steel, file NiTi rotary merupakan suatu
mesin dimana dimensi yang akurat pada suatu saluran dapat diprediksi, dan dapat
diperbesar dengan aman walaupun saluran yang bengkok tidak selalu dapat dicapai
dengan steel file.
Dalam beberapa waktu, banyak penekanan yang ditujukan pada preparasi
saluran yang lebih besar pada saluran akar yang mengecil. Hal ini sebagian besar
didasarkan oleh filosofi obturasi, dimana teknik pengisian saluran akar menggunakan
material termoplastik menganjurkan preparasi saluran dengan taper yang lebih besar dan
ukuran preparasi apikal yang minimal (ISO ukuran 20,25, atau 30), sehingga
memungkinkan untuk pengisian yang lebih padat dengan sedikit kesempatan untuk
ekstrusi. Berfokus pada fase obturasi dari perawatan, teknik ini kehilangan tujuan
biologisnya, dan tidak dirancang untuk debridement kemomekanika yang optimal pada
saluran akar apikal. Pada saluran akar yang terinfeksi, preparasi apikal menjadi hal yang
sangat penting, dan harus segera diarahkan untuk memaksimalkan pengendalian mikroba.
Dalam hal ini, kebanyakan literatur mendukung filosofi bahwa ukuran preparasi apikal
yang lebih besar dikombinasikan dengan taper sedang.
Tujuan Akhir pada Prosedur pembersihan
Pelebaran apikal pada instrumentasi saluran akar da obturasi menjadi
perdebatan dalam decade yang cukup lama dan menjadi yang kontroversi. Pada gigi vital
dengan inflamasi pulpa, bakteri tidak terdapat di daerah apikal saluran akar, dan beberapa
penulis menyarankan jarak instrumentasi 2-3 mm dari gambaran apeks pada radiografi
untuk meninggalkan pulpa normal apikal. Hal ini berdasarkan fakta histologis bahwa
tindakan aseptik pada parsial pulpotomi akan merangsang proses penyembuhan alami
apikal saluran akar menjadi tersumbat oleh pembentukan jaringan seperti sementum.
Berdasarkan prinsip ini, hasil akhir secara klinis dilaporkan memberikan tingkat
kesuksesan yang tinggi.
Pada gigi nekrosis dengan pulpa terinfeksi, bakteri dapat berpenetrasi pada
hampir semua bagian saluran akar dan telah terdapat pada foramen apikal. Panjang dari
instrumentasi sangat penting pada kasus terinfeksi dan harusnya tidak lebih pendek dari
tingkat apikal bakteri. Idealnya, jalan masuk saluran akar diinstrumentasi, disinfeksi dan
diisi, dan klinisi harus memperhitungakan penilaian per kasus dimana saluran akar
berakhir. Konsep tradisional dari anatomi apikal adalah saluran akar menyempit ke arah
apeks untuk membentuk konstriksi apikal sebelum memperluas membentuk foramen
apikal. Namun secara klinis penentuan anatomi saluran akar tetap beragam. Dummer dkk
menemukan konstriksi apikal klasik ditemukan pada lebih dari setangah jumlah gigi,
sedangkan sebagian yang lain menyatakan konstriksi apikal biasanya hilang pada kasus
periodontitis apikal dikarenakan proses resorpsi. Foramen apikal merupakan tempat yang
berfungsi untuk penentuan titik instrumentasi pada kasus terinfeksi, dan Kuttler
menemukan jarak antara apeks ke foramen sekitar 0.5mm,. Wu dkk melaporkan bahwa
jarak antara foramen apikal apeks secara radiografis bervariasi dari nol hingga 3mm.
Elektronik multifrekuensi modern berupa apex locator dapat digunakan sebagai
pengganti penentuan panjang akar berdasarkan radiografik, dan ditujukkan untuk
mengidentifikasi posisi dari foramen apikal 0.5 mm dengan keakuratan hingga 90%.
Beberapa penelitian telah melakukan penilaian dampak dari panjang
instrumentasi dan obturasi terhadap hasil akhir perawatan. Neighsi dkk menemukan
bahwa gigi yang instrumen endodontik tidak dapat menjangkau apikal foramen 5.3 kali
meningkatkan resiko terjadinya kegagalan dibandingkan dengan gigi yang foramennya
masih dapat dijangkau. Pada gigi dengan pre-operatif nekrosis pulpa dan periodontitis
apikal, Chugal dkk menemukan bahwa gigi yang sembuh panjang kerjanya mendekati
panjang kerja pada radiografi (0.5-0.12 mm) dibandingkan dengan gigi dengan penyakit
yg persisten. Mereka melaporkan bahwa setiap millimeter yang hilang pada panjang kerja
meningkatkan kesempatan untuk gagal sebanyak 14%. Setelah melakukan pencarian
literature dan meta-analisis Schaeffer dkk menyimpukan bahwa gigi yang diobturasi 0-
1mm dari apeks radiografis menunjukkan penyembuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan gigi yang diobturasi lebih dari 1 mm dari apeks, sedangkan yang lain menemukan
bahwa hasil yang lebih baih terjadi ketika pengisian saluran akar melebihi 2 mm dari
apeks secara radiografis. Penemuan pada penelitian ini dibenarkan bahwa saluran akar
dapat menjadi tempat persembunyian mikroba yang akan menyebabkan inflamasi, dan
dalam bukti saat ini, direkomendasikan bahwa akar seharusnya diinstrumentasi dan diisi
0.5 mm dari apeks radiografi, kecuali secara klinis menetapkan bahwa saluran keluar
pada jarak yang lebih besar. Hal ini diakui bahwa titik akhir dari instrumentasi tidak
selalu berkorelasi dengan obturasi akhir. Pengisian akar dibawa lebih dekat pada apeks
radiografi yang dapat melebihi lebih dari saluran akar oleh pengukuran kecil dari
berbagai kasus. Mempersiapkan saluran akar yang bersih dan bentuk yang baik
memungkinkan penempatan bahan pengisi padat dengan seal pada apikal, diharapkan
hasil yang menguntungkan dapat dicapai.
Patensi apikal
Selama instrumentasi, berpotensi untuk terjadinya infeksi debris dentin yang
berakumulasi pada saluran akar atau terekstrusi ke jaringan periapikal. Instrumentasi
NiTi rotary dikombinasikan dengan irigasi yang berulang memberikan kekuatan yang
secara signifikan untuk membuang debris di apikal lebih banyak dibandingkan dengan
instrumentasi manual menggunakan K-file. Adanya hambatan di daerah apikal saluran
dapat menghambat disinfeksi zona kritis dengan membatasi akses bahan irigasi yang
dapat menyebabkan kehilangan pada panjang kerja. Hambatan pada apikal dapat juga
menjadi predisposisi terjadinya komplikasi seperti ledge, transportation dan perforasi
akar. Ekstrusi debris ke dalam jaringan periapikal merupakan hal tidak diinginkan yang
mungkin berperan dalam flare-up dan kegagalan dalam perawatan. Oleh karena itu lebih
baik dilakukan pencegahan akumulasi debris dentin pada bagian apikal saluran akar.
Penggunaan patensi file disarankan untuk mencegah oklusi pada foramen
apikal dan untuk memelihara kontrol panjang kerja selama prosedur instrumentasi. Hal
ini berkaitan dengan perpindahan file secara pasif (ISO 8 hingga 10) hingga 1 mm
melalui foramen tanpa melakukan pelebaran. Diyakini bahwa patensi file kecil dapat
membatu membersihkan ujung saluran selama prosedur kemomekanika. Hal ini menjadi
kontroversi, dan pada tahun 1997 hanya 50% dari 48 sekolah dental melakukan survey di
US tentang pengisi patensi file. Keuntungan dari pengisi patensi file belum dapat diuji
dan tidak terdapat penelitian yang menunjukkan penurunan atau peningkatan prognosis.
Kekhawatiran timbul mengenai patensi file yang berpotensi mengekstrusi debris ke dalam
jaringan periapikal. Izu dkk menganalisa efektifitas 5.25% NaOCl dalam mencegah
inokulasi pada jaringan periapikal dengan patensi file yang terinfeksi. Penelitian lain
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pada perkembangan nyeri post-operatif
setelah digunakan patensi file, menunjukkan bahwa ekstrusi debris ke apikal selama
pengisian patensi file tidak terlalu penting.
Irigasi saluran akar
Instrumentasi pada sistem saluran akar harus selalu didukung oleh cairan
irigasi antimikroba. Meskipun kemajuan teknologi dalam kempuan membentuk saluran
akar, kurang dari 35% permukaan saluran akar masih belum terinstrumentasi., dan
pembersihan saluran untuk menghilangkan jaringan lunak dan mengeliminasi bakteri
sangat bergantung pada cariran kimia yang digunakan karena kompleksitas anatomi
ruang pulpa. Irigasi juga penting untuk membilas debris selama instrumentasi, berfungsi
sebagai lubrikan bagi instrumen, dan menghilangkan smear layer. Smear layer terbentuk
dari bahan organik dan anorganik seperti dentin dan jaringan pulpa, yang tersisa dan
dapat berisi bakteri. Lapisan ini menutupi jalan masuk ke tubuli dentin dan dapat
melindungi bakteri dalam dentin akar dari agen antimikroba. Selain itu, dapat
mengganggu adaptasi sealer pada saluran akar sehingga memungkinkan bakteri untuk
masuk. Idelanya, irigasi saluran akar harus memiliki spektrum antimikroba yang luas
dengan aktivitas yang kuat terhadap biofilm pateogen endodontik, harus dapat melarutkan
sisa jaringan pulpa, mencegah pembentukan smear layer selama instrumentasi atau
melarutkan dalam sekali pembentukan dan memiliki sedikit potensi kaustik atau alergi.
Pemaparan berikut ini akan difokuskan pada dua cairan yang paling sering digunakan
sebagai irigasi saluran akar.
Sodium hipoklorit
Sodium hipoklorit diakui sebagai irigan yang paling ideal digunakan selama
instrumentasi karena memberikan efek antimikroba yang kuat dan aktifiats proteolitik.
Tidak seperti irigan yang lain, NaOCl memiliki kemampuan yang unik untuk melarutkan
jaringan nekrosis, dan juga komponen smear layer.
NaOCl biasa digunakan untuk irigasi pada saluran akar dengan konsentrasi
berkisar antara 1-5.25 %. Masih menjadi kontroversi mengenai konsentrasi yang tepat
untuk perawatan endodontik. Sementara aktivitas bakterisid dan kapasitas pelarutan
jaringan baik seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOCl begitu juga dengan
toksisitas jaringan dan potensi kaustik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa reduksi
bakteri intrakanal tidak signifikan meningkat ketika digunakan NaOCl 5% selama
instrumentasi dibandingkan dengan 0.5%. Hal ini disebabkan karena daerah yang tidak
bersih sebagai hasil ketidakmampuan larutan menjangkau daerah-daerah tersebut bukan
karena konsentrasi larutan. Berkenaan dengan kapasitas pelarutan jaringan, Moorer dkk
menemukan bahwa penggunaan hipoklorit yang sering lebih penting dibandingkan
dengan konsentrasinya. Mereka menyarankan konsentrasi yang lebih rendah pada NaOCl
masih dapat memberikan efek pelarutan yang baik pada jaringan ketika digunakan
berulang kali. Dengan memperhatikan bukti saat ini, penggunaan cairan NaOCl lebih
besar dari 1% tampaknya tidak dibenarkan.
Larutan Ethylenediamene tetraacetic acid (EDTA)
EDTA (17%) merupakan agen yang dapat menghilangkan ion kalsium untuk
demineralisasi komponen anorganik dentin. Irigasi EDTA disarankan untuk
menghilangkan smear layer yang dihasilkan oleh instrumentasi saluran akar. Penelitian
mengenai penghilangan smear layer menunjukkan bahwa NaOCl tidak dapat
menghilangkan komponen anorganik smear layer. EDTA sendiri saja tidak dapat
sepenuhnya menghilangkan smear layer, sehingga masih meninggalkan komponen
organik. Yang paling efektif adalah kombinasi antar NaOCl dan EDTA untuk
menghilangkan lapisan organik dan anorganik, dengan NaOCl sebagai pembilas terakhir.
EDTA memiliki aktivitas instrinsik antiseptik yang kecil masih dapat memberikan
kontribusi bagi disinfeksi saluran akar dengan membuang smear layer.
Terdapat fakta bahwa chelating agen seperti EDTA dapat berinteraksi secara
kimia dengan NaOCl untuk mengurangi jumlah chlor bebas dan memiliki potensi untuk
menghambat aktivitas antibakteri serta potensi disolusi jaringan pada preparasi NaOCl.
Sehingga direkomendasikan bahwa irigasi NaOCl dapat digunakan selama instrumentasi,
tanpa bersama dengan EDTA. Ketika pembentukan saluran telah selesai, saluran dapat
dibilas menggunakan EDTA untuk membuang smear layer. Diikuti dengan pembilasan
akhir menggunakan NaOCl untuk membuang debris.
Telah tersedia chelating agent dalam bentuk pasta, terdapat fakta bahwa pasta
kurang efektif dibandingkan dengan EDTA cair dalam menghilangkan smear layer.
Sebagai tambahan Peter dkk menunjukkan bahwa tipe pasta kurang efektif dibandingkan
larutan cair dalam mengurangi stress selama instrumentasi NiTi rotary. Mereka
mengamati bahwa pasta cenderung menempel di parit pada file endodontik sehingga
menyumbat dentin, sedangkan cairan irigan cenderung membuang dentin keluar saat
instrumentasi. Penggunaan pasta chelators tidak direkomendasikan.
Penggunaan ultrasonik untuk meningkatkan pembersihan saluran akar
Penggunaan instrumen ultrasonik secara aktif dapat memberi kontribusi pada
pembersihan sistem saluran akar melalui agitasi larutan irigasi. Energi ultrasonik pada
instrumen endodontik menghasilkan osilasi (25-40 KHz) yang menginisiasi pergerakan
cairan sepanjang instrumen yang dikenal sebagai acoustic streaming. Hal ini akan
membantu melepaskan debris dari permukaan saluran akar dan lebih efisien membantu
bahan irigan masuk ke dalam anatomi saluran akar. Pada keadaan tertentu ultrasonik
dapat memicu pembentukan gelembung vakum pada cairan ; proses tersebut dikenal
sebagi kavitasi, bagaimanapun acoustic streaming menjadi aksi utama dalam proses ini.
Sebagai tambahan, energi ultrasonic dapat menghasilkan panas, menyebabkan larutan
sodium hipoklorit lebih efektif.
Aktivasi ultrasonik pada larutan irigasi sebaiknya hanya dilakukan secara pasif
setelah preparasi saluran selesai dilakukan, menggunakan instrumen narrow non-cutting.
Instrumen tanpa osilasi dapat menyebabkan ultrasonik lebih efektif dalam larutan irigan
dibandingkan file yang menempel pada saluran akar. Dengan demikian, penggunaan file
ultrasonik selama preparasi saluran dapat menyebabkan gouging pada dinding saluran
akar dan transportasi yang parah pada saluran dengan perforasi zipping dan strip.
Beberapa penelitian klinis melaporkan pembersihan saluran akar dan isthmus
di daerah apikal yang lebih baik ketika menggunakan aktivasi ultrasonik pasif. Secara
bersamaan, pada ultrasonik pasif terdapat keuntungan dalam pembersihan saluran akar,
terutama pada kasus anatomi saluran akar yang kompleks seperti isthmus dan bentuk
saluran yang oval.
Konsep alternatif dalam pembersihan saluran akar
Kesulitan dalam memprediksi sterilisasi pada system saluran akar yang
terinfeksi menggunakan protokol perawatan yang ada telah menstimulasi tekni yang
dapat secara langsung dan lengkap membunuh mikroorganisme secara meneyeluruh
dalam saluran akar. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa baik CO2 dan X:YAG laser
memberikan potensi antimikroba, tetapi dibandingkan dengan penelitian dalam saluran
intrakanal yang terinfeksi menunjukkan efek yang sama, atau lebih lemah dibandingkan
irigasi menggunakan NaOCl. Sebagai tambahan, sistem saluran akar yang kompleks dan
saluran yang bengkok dapat menurunkan efektifitas laser. Photo activated disinfection
(PAD) menggunakan photosensitizer mengandung larutan yang dimasukan ke dalam
saluran akar dan melekat pada dinding sel bakteri. Iradiasi dengan energi laser yang
rendah pada panjang gelombang yang spesifik akan menghasilkan radikal bebas yang
dapat membunuh bakteri. Seal dkk membandingkan pemusnahan biofilm Streptococcus
intermedius pada saluran akar menggunakan PAD atau irigasi 3% NaOCl. Mereka
menemukan bahwa walaupun PAD bersifat bakterisid, tetapi tidak dapat membunuh
bakteri tuntas seperti irigasi NaOCl 3%. Teknik lain berguna untuk meningkatkan
disinfeksi saluran akar termasuk cairan aktif elektrokimia dan gas infiltrasi ozon. Pada
titik ini, terdapat fakta yang menyarankan bahwa disinfeksi saluran akar kurang efektif
dibandingkan irigasi menggunakan NaOCl.
Selama beberapa tahun terakhir, sekelompok peneliti di Jepang telah
mengembangkan konsep perawatan endodontik tanpa instrumentasi (NIET),
menggunakan campuran obat antibakteri untuk disinfeksi pada kamar pulpa. Campuran
antibakteri ini dikenal 3mix-MP dan mengandung metronidazole, ciprofloxacin, dan
mynociclin (3Mix) dicampur macrogol dan propylene (MP). Teknik meliputi pembuatan
“kavitas medikasi” ( diameter 1mm dan kedalaman 2mm) pada orifis tiap saluran akar
sebagai reseptor obat-obatan. Obat 3mix ditutup di atasnya dengan glassionomer dan
dilakukan restorasi koronal. Penelitian in vitro diperlihatkan bahwa kombinasi 3mix-MP
dapat membunuh bakteri yang disolasi dari saluran akar, dan dapat berpenetrasi melalui
dentin akar. Pada penelitian in vivo, terdapat beberapa fakta yang menunjukkan secara
klinis bahwa teknik tersebut dapat sukses pada kasus dimana kamar pulpa dan saluran
akar tidak membutuhkan retensi restorasi koronal. Tetapi dibutuhkan percobaan klinis
yang berkaitan dengan efek samping dari obat dan reaksi alergi serta potensi bagi
kedaruratan resistensi antibiotik.
Kesimpulan
Berdasarkan pandangan biologis, perawatan saluran akar bertujuan untuk
mengeliminasi mikroorganisme dari sistem saluran akar dan mencegah reinfeksi.
Preparasi kemomekanika pada saluran akar meliputi instrumentasi mekanis dan irigasi
antibakteri, serta tahap yang paling penting adalah disinfeksi pada kamar pulpa.
Teknologi yang berkembang pada instrumen NiTi rotary mengantarkan pada
perkembangan yang dramatis dimana pembentukan saluran akar dapat dilakukan dengan
lebih baik dengan komplikasi yang minimal. Sementara langkah-langkah seperti
pembesaran apikal atau irigasi antimikroba yang lebih efektif dapat meningkatkan
reduksi mikroba. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahi disinfeksi yang
sempurna bagi sistem saluran akar pada periodontitis apikalis.