jalan kereta api 2

44
Jalan Kereta Api (2 SKS) Purwo Mahardi MSc

Upload: rozda-izecson-dosantos

Post on 24-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

  • Jalan Kereta Api (2 SKS)

    Purwo Mahardi MSc

  • Topik Kuliah

    1. Pendahuluan

    2. Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel

    3. Pembebanan Struktur Jalan Rel

    4. Elemen-Elemen Jalan Rel

    5. Geometri Jalan Rel

    6. Perhitungan

    2 Jalan Kereta Api

  • Pertemuan 2:

    Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel

    3 Jalan Kereta Api

  • Struktur Jalan Rel

    4 Jalan Kereta Api

  • Struktur Jalan Rel

    Struktur Bagian Atas, bagian atas terdiri atas rel, bantalan dan penambat.

    Struktur Bagian Bawah, yaitu bagian fondasi, terdiri atas balas, sub balas, dan tanah dasar.

    5 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Rel

    6 Jalan Kereta Api

  • Penampang Jalan Rel

    7 Jalan Kereta Api

  • Penampang Jalan Rel

    8 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Jalan Rel

    9 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Jalan Rel

    10 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Jalan Rel

    11 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Jalan Rel

    12 Jalan Kereta Api

  • Rel

    1. Rel (Rail)

    batangan baja longitudinal yang berhubungan secara langsung, dan memberikan tuntunan dan tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api secara berterusan.

    rel juga harus memiliki nilai kekakuan tertentu untuk menerima dan mendistribusikan beban roda kereta api dengan baik.

    13 Jalan Kereta Api

  • Penambat

    2. Penambat (Fastening System)

    Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel digunakan suatu sistem penambat yang jenis dan bentuknya bervariasi sesuai dengan jenis bantalan yang digunakan serta klasifikasi jalan rel yang harus dilayani.

    14 Jalan Kereta Api

  • Bantalan

    3. Bantalan (Sleeper)

    Bantalan memiliki beberapa fungsi yang penting, al:

    1) menerima beban dari rel dan mendistribusikannya kepada lapisan balas dengan tingkat tekanan yang kecil,

    2) mempertahankan sistem penambat untuk mengikat rel pada kedudukannya, dan

    3) menahan pergerakan rel arah longitudinal, lateral dan vertikal.

    Bantalan terbagi atas bantalan besi, kayu maupun beton.

    15 Jalan Kereta Api

  • Penampang Rel

    16 Jalan Kereta Api

  • Balas 4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)

    terdiri dari material granular/butiran dan diletakkan sebagai lapisan permukaan (atas) dari konstruksi substruktur.

    Material balas yang baik berasal dari batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone).

    Lapisan balas berfungsi untuk menahan gaya vertikal (cabut/uplift), lateral dan longitudinal yang dibebankan kepada bantalan sehingga bantalan dapat mempertahankan jalan rel pada posisi yang disyaratkan

    17 Jalan Kereta Api

  • Detail Struktur Jalan Rel

    18 Jalan Kereta Api

  • Subbalas

    5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)

    Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan subbalas.

    Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya mengurangi tekanan di bawah balas sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan tanah dasar sesuai dengan tingkatannya

    19 Jalan Kereta Api

  • Subgrade

    6. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

    Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel yang harus dibangun terlebih dahulu.

    Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas.

    Perilaku tanah dasar adalah komponen substruktur yang sangat penting yang mana memiliki peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan perawatan jalan rel.

    20 Jalan Kereta Api

  • Kriteria Struktur Jalan Rel

    21 Jalan Kereta Api

  • Kriteria Struktur Jalan Rel

    Kekakuan (stiffness)

    Elastisitas

    Ketahanan terhadap deformasi tetap

    Stabilitas

    Kemudahan pengaturan(adjustability)

    22 Jalan Kereta Api

  • Kriteria: Kekakuan

    Kekakuan struktur untuk menjaga deformasi vertikal dimana deformasi vertikal yang diakibatkan oleh distribusi beban lalu lintas kereta api merupakan indikator utama dari umur, kekuatan dan kualitas jalan rel.

    Deformasi vertikal yang berlebihan akan menyebabkan geometrik jalan rel tidak baik dan keausan yang besar diantara komponen-komponen struktur jalan rel

    23 Jalan Kereta Api

  • Deformasi

    24 Jalan Kereta Api

  • Kriteria: Elastisitas

    Elastisitas diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga patahnya as roda, meredam kejut, impact, getaran vertikal.

    Jika struktur jalan rel terlalu kaku, misalnya dengan pemakaian bantalan beton,maka untuk menjamin keelastikan struktur dapat menggunakan pelat karet (rubber pads) di bawah kaki rel.

    25 Jalan Kereta Api

  • Ketahanan thd Deformasi Tetap

    Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung menjadi deformasi tetap sehingga geometrik jalan rel (ketidakrataan vertikal, horisontal dan puntir) menjadi tidak baik, yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan terganggu

    26 Jalan Kereta Api

  • Stabilitas

    Jalan rel yang stabil dapat mempertahankan struktur jalan pada posisi yang tetap/semula (vertikal dan horisontal) setelah pembebanan terjadi.

    Untuk ini diperlukan balas dengan mutu dan kepadatan yang baik, bantalan dengan penambat yang selalu terikat dan drainasi yang baik.

    27 Jalan Kereta Api

  • Kemudahan untuk Pengaturan dan Pemeliharaan (Adjustability)

    Jalan rel harus memiliki sifat dan kemudahan dalam pengaturan dan pemeliharaan sehingga dapat dikembalikan ke posisi geometrik dan struktur jalan rel yang benar jika terjadi perubahan geometri akibat beban yang berjalan.

    28 Jalan Kereta Api

  • Klasifikasi Jalan Rel

    29 Jalan Kereta Api

  • Pengelompokan Jalan Rel

    Menurut lebar sepur

    Menurut kecepatan maksimum yang diijinkan

    Menurut kelandaian

    Menurut jumlah jalur

    Menurut daya angkut

    Menurut bentuk

    30 Jalan Kereta Api

  • Menurut Lebar Sepur

    Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel

    31 Jalan Kereta Api

  • Menurut lebar sepur (rail gauge)

    Sepur standar (standard gauge), lebar sepurnya ialah 1435 atau 4 feet 8,5 inchi

    Sepur lebar( broad gauge), lebar sepurnya lebih besar dari 1435 mm

    Sepur sempit (narrow gauge), lebar sepurnya kurang dari 1435 mm

    32 Jalan Kereta Api

  • Lebar Sepur

    33 Jalan Kereta Api

  • Persebaran Rel

    34 Jalan Kereta Api

  • Lebar sepur sempit

    Penggunaan jari-jari tikungan lebih kecil

    Penggunaan lahan dan pekerjaan tanah lebih sedikit

    Bantalan yang digunakan lebih pendek

    Jarak kedua roda lebih pendek sensitif terhadap guling kecepatan rendah

    Kapasitas angkut lebih kecil

    35 Jalan Kereta Api

  • Menurut Kecepatan

    Dikenal ada 4 kecepatan:

    Kecepatan perancangan

    Kecepatan maksimum

    Kecepatan operasi

    Kecepatan komersial

    36 Jalan Kereta Api

  • Pengelompokan Menurut Kecepatan Maksimum

    37 Jalan Kereta Api

  • Pengelompokan Menurut Kelandaian

    Kelandaian di emplasemen dibatasi 0 1,5 permil

    1) Kereta yang berhenti tidak berjalan sendiri akibat beratnya, tiupan angin, atau dorongan lain

    2) Lokomotif tidak memerlukan tenaga besar untuk melawan tahanan saat mulai berjalan

    38

    Jalan Kereta Api

  • Pengelompokan menurut daya angkut

    39 Jalan Kereta Api

  • Pengelompokan Menurut Jumlah Jalur

    jalur tunggal, melayani arus kereta api dua arah

    jalur ganda, melayani arus kereta api satu arah

    40 Jalan Kereta Api

  • Single Track

    41 Jalan Kereta Api

  • Double Track

    42 Jalan Kereta Api

  • Standar jalan rel di Indonesia

    43 Jalan Kereta Api

  • Referensi

    1. Banks, J.H. 2002. Introduction to Transportation Engineering.

    MacGraw Hill. 2nd Edition. Boston. 502 p. 2. Berto, O. 2004. Permasalahan dan Strategi Pengembangan

    Perkeretaapian Indonesia. Seminar Nasional Masa Depan Perkeretaapian di Indonesia. Universitas Soegijopranoto, Semarang, 17 Februari 2004.

    3. Bowersox, D., Calabro, P.T & Wagenheim, G.D. 1981. Introduction to Transportation. Macmillan Publishing Co., Inc. New York. 400 p.

    4. Hidayat, H. & Rachmadi. 2001. Rekayasa Jalan Rel. Catatan Kuliah. Penerbit ITB. Bandung.

    5. Rosyidi, S.A.P. 2005. Prasarana Transportasi. Bahan Kuliah. UMY. Yogyakarta

    6. Utomo, S.H.T. 2009. Jalan Rel. Beta Offset. Edisi Kedua. Yogyakarta.

    44

    Jalan Kereta Api