issn: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/bpa-vol... · liang...

56

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,
Page 2: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

ISSN: 1410 - 3443

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI BALAI ARKEOLOGI BANJARMASIN Volume 7 September 2014

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI Balai Arkeologi Banjarmasin adalah salah satu media publikasi Balai Arkeologi Banjarmasin yang menyebarkan dan memasyarakatkan hasil penelitian dan pengembangan arkeologi, yang dilakukan, baik di lapangan maupun laboratorium, di wilayah kerja Balai Arkeologi Banjarmasin yang meliputi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara . Diseminasi arkeologi melalui BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan bidang sosial-kebudayaan, khususnya arkeologi. BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI diterbitkan satu kali dalam satu tahun, dan setiap edisi dicetak sebanyak 350 eksemplar.

Penanggung Jawab Kepala Pusat Arkeologi Nasional

Mitra Bestari

Prof.Dr. Dwi Purwoko, M.Si. (Sejarah)

Dewan Redaksi Hartatik, M.S. (Peneliti Madya; Etnoarkeologi; Ketua)

Wasita, M.A. (Peneliti Madya; Etnoarkeologi; Anggota) Sunarningsih, M.A.(Peneliti Madya, Arkeologi Permukiman; Anggota)

Nugroho Nur Susanto, S.S. (Peneliti Madya; Arkeologi Sejarah; Anggota) Bambang Sugiyanto, S.S. (Peneliti Madya; Arkeologi Prasejarah; Anggota)

Redaksi Pelaksana

Ida Bagus Putu Prajna Yogi, S.S.(Arkeologi Permukiman) Ulce Oktrivia, S.S.(Arkeologi Prasejarah)

Penerbit

Balai Arkeologi Banjarmasin Jalan Gotong Royong II, Rt. 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan

Telepon/Facsimile: +62 511 4781 716 Email: [email protected]

Desain dan Tata Letak

Nia Marniati Etie Fajari, S.S.(Arkeologi Prasejarah) Rini Widyawati, S.T.

Gambar sampul Pulau Kalimantan

Balai Arkeologi Banjarmasin

Page 3: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

ii Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Dalam kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT. atas ridho-Nya, karena Berita Penelitian Arkeologi volume 7 tahun 2014 padaBalai Arkeologi Banjarmasin dapat. Sehubungan dengan penerbitan ini, kami sampaikan rasaterima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Dwi Purwoko, M.Si. ataskerja samanya untuk meluangkan waktu selaku mitra bestari (peer reviewer) yang telah memeriksadan mengulas kembali karya tulis ilmiah dari saudara Bambang Sugiyanto, S.S.

Dengan terbitnya Berita Penelitian Arkeologi volume 7 tahun 2014 ini, diharapkan dapat mendorongintensifikasi pelaksanaan diseminasi penelitian-penelitian arkeologi yang lain, agar selanjutnyadapat menjadi landasan dalam peningkatan wawasan kebudayaan bagi masyarakat luas sertamenjadi acuan penyusunan perencanaan dan implementasi kebijakan pembangunan daerah diwilayah kerja Balai Arkeologi Banjarmasin (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, KalimantanTengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara).

Redaksi

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI ISSN 1410-3443Vol. 7 September 2014

UCAPAN TERIMA KASIH

Page 4: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

iv Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

III.3.Tinggalan Sisa-sisa Fauna ........................................................................... 35III.4.Kronologi Regional Gua-Gua Hunian di Indonesia ...................................... 36

IV. Penutup .............................................................................................................. 39IV.1.Kesimpulan .................................................................................................. 39IV.2.Saran dan Rekomendasi ............................................................................. 40

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 41Lampiran Peta .................................................................................................................. 44Lampiran Tabel ................................................................................................................. 46

Page 5: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

1Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

EKSKAVASI DAN EKSPLORASI SITUS-SITUS HUNIAN PRASEJARAHDI KAWASAN KARST MANTEWE, KABUPATEN TANAH BUMBU,

KALIMANTAN SELATAN

Bambang Sugiyanto dan Jatmiko

Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan, Telepon(0511) 4781716, Facsimile (0511) 4781716; Email: [email protected]

Pusat Arkeologi Nasional, Jl. Raya Condet Pejaten No.4 Jakarta 12510,Telepon: (021) 7988171 Fax: (021) 798818; Email: [email protected]

Artikel masuk pada 30 Mei 2014 Artikel selesai disunting pada 01 Agustus 2014

Abstrak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai ArkeologiBanjarmasin sejak tahun 2006 – 2008, di wilayah sekitar Bukit Bangkai telah ditemukan12 gua, 11 ceruk, dan 1 lorong yang di antaranya mengandung temuan arkeologis.Salah satu situs di Bukit Bangkai yang kemudian diteliti secara intensif (melaluiekskavasi) sejak tahun 2010 – sekarang adalah Liang Bangkai. Dari bukti-bukti hasiltemuan penelitian arkeologis yang dilakukan oleh Balar Banjarmasin pada tahun2008, 2010, 2012, dan 2013 telah memprediksikan bahwa Situs Liang Bangkaimerupakan suatu situs ceruk hunian (okupasi) manusia prasejarah.

Kata kunci: kawasan karst, Mantewe, situs hunian prasejarah, Tanah Bumbu,Kalimantan Selatan

Abstract. Based on the results of archaelogical exploration performed by Balai ArkeologiBanjarmasin since 2006-2008, it was found a total of 12 caves, 11 rock-shelter, and 1hallway around Bukit Bangkai that contain archaeological findings. One site at BukitBangkai which was studied intensively (by excavation ) since 2010 until now is LiangBangkai. From the findings of archaeological researches conducted by Balai ArkeologiBanjarmasin successively in 2008 , 2010 , 2012 , and 2013 could be assumed thatLiang Bangkai is a rock-shelter occupation site of human prehistory.

Keyword: karst area, Mantewe, prehistorical occupation sites, Tanah Bumbu, SouthKalimantan

Page 6: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

2 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 7: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

3Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

BAB IPENDAHULUAN

Secara administratif, lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yangmerupakan salah satu dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. KabupatenTanah Bumbu yang terletak di ujung tenggara Pulau Kalimantan ini secara astronomis beradapada posisi 2° 52' - 3° 47' Lintang Selatan dan 115°15' - 116° 04' Bujur Timur dengan ibukotanyadi Batulicin, dan mempunyai luas 5.066,96 Km2 (506.696 Ha) atau sekitar 13,50% dari luas wilayahProvinsi Kalimantan Selatan.

Morfologi wilayahnya sebagian besar berupa dataran rendah dengan ketinggian antara 25– 100 meter dan kemiringan 2 - 15° serta sebagian berupa dataran tinggi (gunung dan perbukitan).Dataran tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan Pegunungan Meratus. Puncakgunung tertingginya adalah Gunung Gara Kunyit yang mencapai 640 meter dari permukaan laut(dpl). Sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan (319.470 Ha). Lahan yang sudah dikelolaoleh penduduk sekitar 7.831 Ha dan dimanfaatkan sebagai pertambangan, perairan darat, padangrumput dan tanah terbuka (Sumber: BPN Kab. Tanah Bumbu, 2010).

Foto. 1. Lingkungan Karst Bukit Bangkai, Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe,Kabupaten Tanah Bumbu

Lokasi penelitian arkeologi di wilayah Mantewe tahun 2014 adalah gua-gua hunian masaprasejarah di perbukitan karst Bangkai. Lokasi penelitian difokuskan pada salah satu ceruk besar

Page 8: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

4 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

yang disebut Liang Bangkai. Bukit Bangkai merupakan salah satu perbukitan karst yang mempunyailuas sekitar 8 x 4 kilometer dan terletak di bagian sisi timur dari jalur deretan Pegunungan Meratus.Liang Bangkai adalah nama sebuah ceruk payung (rockshelter) yang oleh masyarakat setempatdiartikan “gua monyet” (asal kata dari kwangkai = monyet). Secara administratif, lokasi ini termasukdalam wilayah Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi KalimantanSelatan, terletak ± 40 km di sebelah barat laut kota Batulicin (ibukota Kabupaten Tanah Bumbu)menuju ke arah Kandangan. Secara astronomis, situs ini terletak pada koordinat 030 12’ 13.5"Lintang Selatan dan 1150 47’ 44.2" Bujur Timur, dan berada pada ketinggian ± 48 meter di ataspermukaan laut.

Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,dan tinggi atap ± 20 meter. Di sebelah ceruk ini terdapat sumber mata air berupa danau (RawaIjo) yang sangat dalam dan tidak pernah kering pada musim kemarau serta mengalirkan anakSungai Wetan. Sekitar 3 kilometer sebelah barat situs terdapat aliran sungai besar yang sangatderas airnya yang dinamakan Sungai Kulon. Sungai ini banyak mengandung sumber bahan batuan(krakal sampai boulder) dari jenis rijang, chert dan andesit. Dilihat dari kondisi fisiknya, LiangBangkai ini memang memungkinkan dan layak sebagai tempat tinggal (hunian) manusia di masalalu. Permukaan lantai Liang Bangkai luas dan relatif datar, sirkulasi udara sangat baik karenamulut gua lebar dan atap tinggi, serta mendapat sinar matahari yang cukup sepanjang musim. Disamping itu, keletakannya yang relatif dekat sumber air (rawa dan aliran sungai) memberi peluanglebih besar dalam memperoleh beberapa jenis sumberdaya lingkungan untuk memenuhikebutuhan hidup. Kondisi lingkungan di sekitar gua relatif subur, lahan di daerah ini oleh masyarakatsetempat sebagian diolah menjadi perkebunan sawit dan karet, serta dimanfaatkan sebagai arealpertanian (sawah).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin pada tahun2006 dan 2008 diketahui bahwa di wilayah ini banyak ditemukan gua-gua dan ceruk yang mempunyaiindikator tinggalan arkeologis. Latar belakang penelitian di wilayah Mantewe (Bukit Bangkai) inijuga didasarkan atas pertimbangan banyaknya temuan gua-gua dan ceruk alam di Pulau Kalimantanyang pernah dipakai sebagai hunian dan ajang aktivitas kehidupan manusia pada masa lalu, diantaranya Gua Babi dan Gua Tengkorak (di Kalimantan Selatan), gua-gua berlukis di PegununganMarang dan gua-gua hunian prasejarah di Kabupaten Berau (Kalimantan Timur), Liang Kaung (diKalimantan Barat), serta beberapa situs gua di luar Kalimantan (Sumatera, Jawa, Sulawesi, Ambon,Nusa Tenggara, Papua, dan sebagainya).

Penghunian gua-gua atau ceruk alam oleh manusia merupakan suatu langkah besar dalamproses adaptasi manusia terhadap lingkungan. Simanjuntak (1994) menyatakan bahwa pemilihangua-gua alam ini merupakan suatu tahap yang telah dicapai manusia sebelum hidup menetap.Disebutnya sebagai kegiatan bertempat tinggal yang masih bersifat semi-sedentaire yang berartisuatu tingkat peralihan menuju kehidupan sedentaire, yang didasarkan pada sebaran depositassemblage artefak secara vertikal dan berkesinambungan. Gua merupakan tempat penyimpanan

Page 9: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

5Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

ideal untuk sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu. Gua juga merupakan tempat berlindung bagimanusia dan binatang, karena gua-gua atau ceruk dianggap suatu tempat yang aman.

Tindakan untuk berlindung dan menghindar yang pada mulanya bersifat keputusan sesaatberdasarkan naluri, kemudian berkembang menjadi pengetahuan. Berdasarkan pengetahuanitu, mereka akhirnya memanfaatkan/memilih gua-gua atau ceruk yang dianggap aman dan nyamanuntuk bertempat tinggal. Tempat yang paling aman adalah tempat yang tidak mudah didatangigangguan atau juga tempat yang mudah mereka pertahankan, misalnya untuk menghindar dariserangan binatang buas, mereka cari tempat-tempat yang tinggi, atau dibalik batu-batu besar,dan lain-lain. Tempat tersebut juga harus terhindar dari panas, angin, dan hujan. Untuk itu, lokasigua-gua yang mereka huni harus cukup luas untuk seluruh anggota kelompok, dan harus cukupmudah mencapainya untuk memudahkan mereka mencari kebutuhan dasar, yaitu makanan dansumber air minum (Eriawati dkk.1995).

Foto. 2. Kondisi situs Liang Bangkai 1.

Gua merupakan salah satu tempat penyimpanan ideal untuk menelusuri sisa-sisa kehidupanmasa lampau. Selain sebagai tempat perlindungan, gua juga dimanfaatkan sebagai tempatbermukim dan melakukan aktivitas sehari-hari oleh manusia pada masa lalu (prasejarah).Pemukiman manusia di gua-gua alam merupakan suatu persoalan yang sangat penting dalamupaya menelusuri perjalanan sejarah okupasi manusia pada kurun waktu prasejarah. Dengandemikian perlu adanya beberapa kajian untuk memahami lebih jauh mengenai pemahamanterhadap penghunian manusia sebagai bentuk adaptasi dengan alam lingkungannya.

Page 10: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

6 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Menurut pendapat Butzer, terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisilingkungan yang ideal untuk permukiman antara lain:- tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak

terlalu lembab;- tersedianya fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk bergerak lebih mudah (pantai, sungai,

rawa, dan hutan);- tersedianya sumber makanan baik berupa flora dan fauna dan faktor-faktor yang memberi

kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (Butzer 1964).Bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama ini, maka dalam penelitian di

wilayah Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2014 secara umum dimaksudkan untukmengungkap berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor potensi sumberdayadan adaptasi manusia terhadap lingkungan pada masa lalu di wilayah ini, terutama di daerahsekitar Bukit Liang Bangkai. Dalam pengamatan tersebut tidak hanya difokuskan pada tinggalanbudaya materinya (artefaktual) saja, tetapi juga menyangkut berbagai aspek kehidupan yangberkaitan dengan manusia dan lingkungannya (kontekstual), Sasaran utama penelitian terutamadifokuskan pada pola hunian, karakter budaya dan pengamatan terhadap sebaran gua-gua danceruk di wilayah sekitar Bukit Bangkai, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu.Permasalahan penelitian dalam penelitian ini adalah:

- Bagaimana pola hunian atau karakter budaya yang ada di Liang Bangkai?- Bagaimana sebaran situs hunian lain di sekitar Liang Bangkai?- Di mana lokasi sumber bahan batuan calon alat prasejarah di sekitar Bukit Bangkai?

Dalam kajian tentang pemanfaatan lahan gua sebagai tempat bermukim manusia, hal-halpenting yang perlu diperhatikan adalah kegiatan terkecil (skala mikro) dalam suatu gua, sebarangua atau ceruk pada suatu wilayah (baik yang dimanfaatkan maupun tidak), dan selanjutnya dipelajaripolanya (Nurani 2003).

Metode atau strategi dalam penelitian dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu tahap pengumpulan/perekaman data (survei dan ekskavasi) – tahap pengolahan data (analisis) – dan tahap interpretasidata. Perekaman data dilakukan melalui pendeskripsian secara akurat (pencatatan, pemetaan,penggambaran dan pemotretan) dan kemudian diinventarisasi melalui bank data (data base).

Metode pengumpulan data melalui survei permukaan dimaksudkan sebagai dasar dalammenentukan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Survei dengan penjaringan dan perekamandimaksudkan untuk cross-check serta up-date data agar lebih detil dan akurat. Di samping itu,dalam metode penelitian ini juga dilakukan melalui teknik wawancara (interview). Wawancaradilakukan kepada para tokoh masyarakat atau informan yang dianggap mampu dan mengetahuiterhadap obyek yang sedang diteliti. Sedangkan analisis dilakukan secara khusus, yaitu meliputiklasifikasi teknologi, fungsi, dan bentuk.

Page 11: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

7Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Metode penelitian yang dipergunakan secara khusus adalah penggalian arkeologis(ekskavasi). Metode ini dimaksudkan untuk menjaring data secara sistematis, insitu dan akuratsehingga validitasnya lebih terjamin. Penentuan ekskavasi atau penggalian dilakukan melaluipemilihan salah satu situs yang dianggap penting dan mewakili berdasarkan hasil-hasil temuannya(skala prioritas).

Page 12: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

8 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 13: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

9Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

BAB IIHASIL EKSKAVASI DAN EKSPLORASI SITUS-SITUS HUNIAN PRASEJARAH

II.1. Kondisi Geologi Daerah PenelitianSecara umum, struktur geologi regional yang terdapat di daerah penelitian (Kabupaten

Tanah Bumbu) adalah sesar dan pelipatan. Sumbu pelipatan umumnya berarah barat daya – timurlaut dan utara – selatan; yaitu sejajar dengan sesar normal, sedangkan sesar mendatar umumnyaberarah barat laut – tenggara dan barat daya – timur laut. Karena pengaruh tektonik global yangpernah terjadi pada kala Plio Plestosen di wilayah ini mengakibatkan terjadinya ketidakselarasandan pengaktifan kembali struktur geologi yang sudah ada (Cahyono 2012).

Menurut tatanan tektonik, daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk ke dalam CekunganPasir dan diperkirakan terjadi pada Jaman Jura yang mengakibatkan bercampurnya batuanpratersier seperti ultramafik, batuan bancuh, sekis garnet amfibol dan batupasir terkersikan.Genangan laut dan kegiatan gunung api terjadi pada Jaman Kapur Akhir bagian bawah yangmenghasilkan Formasi Pitap, Formasi Manunggul, Formasi Haruyan dan Formasi Paau. PadaJaman Kapur Akhir bagian atas terjadi kegiatan magma yang menghasilkan terobosan diorit.Diorit ini menerobos batuan alas Formasi Pitap dan batuan-batuan yang lebih tua. Pengangkatandan pendataran terjadi pada awal Paleosen – Eosen yang diikuti pengendapan Formasi Tanjungbagian bawah, sedangkan bagian atas formasi ini terbentuk pada saat permukaan laut naik (genanglaut). Paparan karbonat Formasi Berai terbentuk dalam kondisi genang laut Oligosen. Pada kalaMiosen Tengah terjadi penurunan permukaan air laut (susut laut) dan bersamaan denganpengendapan Formasi Warukin dalam suasana darat. Ketika kegiatan tektonik terjadi lagi padaMiosen Akhir, mengakibatkan hampir seluruh batuan Mesozoikum membentuk gundukanpegunungan Meratus yang memisahkan Cekungan Barito dengan Cekungan Pasir. Pada kalaMiosen Akhir, batu-batuan pratersier dan tersier terlipat kuat dan tersesarkan. Pada kala PliosenTengah berlangsung lagi pendataran dan pengendapan Formasi Dahor yang kemudian diikutipengendapan Aluvium.

Adapun susunan formasi batuan yang terdapat di daerah penelitian, secara regional dariyang termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut.

• Endapan Aluvium merupakan endapan satuan batuan termuda. Satuan batuan ini berumurkuarter yang menempati daerah pantai dan pinggiran sungai-sungai besar. Satuan batuanini tersusun oleh litologi lempung, lanau, pasir dan kerikil yang mempunyai sifat belumkompak dan masih terurai serta diendapkan secara tidak selaras terhadap batuan disekitarnya.

• Formasi Dahor tersusun oleh batupasir kuarsa dan mudah hancur serta mengandunglempung, lignit, limonit, krakal kuarsa asap, dan basal. Batuan ini terendapkan dalamlingkungan paralis.

• Formasi Warukin tersusun atas batupasir kuarsa, berbutir sedang sampai kasar dan kurangpadat, konglomeratan, sisipan batu lempung, batu lanau dan batubara.

Page 14: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

10 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

• Formasi Berai terdiri atas batugamping berwarna kuning sampai kecoklatan, umumnyaberlapis, padat, dan keras. Formasi ini diendapkan secara silang jemari pada formasiatas dan bawahnya.

• Formasi Tanjung berupa perselingan batupasir, batulempung, batulanau, konglomerat,dan batubara.

• Batuan Pra-Tersier adalah satuan batuan tertua yang mengisi Cekungan Pasir; terdiri atasbatuan ultramafik, serpentinit, batuan bancuh, sekis garnet amfibol, dan batupasirterkersikan. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras terhadap seluruh formasi yangada.

II.2. Ekskavasi di Situs Liang BangkaiHasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin di wilayah Mantewe (di

sekitar Bukit Bangkai) sejak tahun 2006 dan 2008 telah berhasil didata sejumlah temuan gua-guadan ceruk yang mengandung tinggalan arkeologis, namun tidak semua gua atau ceruk tersebutmempunyai indikator temuan permukaan. Di antara gua-gua dan ceruk yang mempunyai indikatortemuan arkeologis tersebut kemudian dipilih secara acak (sampling) dan ditindaklanjuti melaluiuji coba penggalian (test-pit) untuk mengetahui potensi kandungannya secara vertikal. Salah satugua atau ceruk utama yang mulai digali secara intensif sejak tahun 2010 sampai sekarang adalahsitus utama Liang Bangkai; sedangkan Ceruk-Bangkai 3 dan Liang Bangkai 10 baru digali (test-pit) pada tahun 2014. Selanjutnya uraian mengenai kegiatan penggalian arkeologis (ekskavasi)pada masing-masing gua/ceruk tersebut adalah sebagai berikut.

II.2.1. Ekskavasi Kotak G-14Dalam proses ekskavasi di situs Liang Bangkai-1 tahun 2014 adalah melanjutkan

pendalaman pada kotak ekskavasi G-14 yang sudah dibuka sejak tahun 2010. Kotak ekskavasiini berukuran 2 meter x 2 meter, namun yang diperdalam hanya setengah kotak (2 meter x 1meter) di bagian sisi selatan. Ekskavasi pada Kotak G-14 ini merupakan penggalian lanjutanyang sudah dilakukan sejak tahun 2012. Ekskavasi sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2013di Kotak G-14 ini baru mencapai kedalaman 55 cm (Spit-11). Lambatnya penanganan kotak galiini disebabkan akumulasi temuannya yang sangat padat, dan agenda waktu yang pendek. Metodeyang diterapkan dalam penggalian adalah ekskavasi sistematis dengan teknik pendalamanmemakai sistem spit; setiap spit digali per-5 cm. Kotak ekskavasi G-14 terletak pada posisi dibagian tengah (depan) ceruk dan berjarak sekitar 1 meter dari dinding ceruk (di sebelah utaranya).Ekskavasi pada kotak G-14 di situs Liang Bangkai ini merupakan penelitian lanjutan yang sudahdilakukan sebelumnya dengan tujuan untuk melacak temuan di bagian (lapisan) bawah dan mentrasirlapisan stratigrafi secara lengkap. Secara umum, penggalian pada Kotak G-14 tahun ini hanyamencapai kedalaman akhir 95 cm (spit-19) di bagian kuadran Baratlaut. Selanjutnya uraian mengenaiproses ekskavasi pada Kotak G-14 tersebut adalah sebagai berikut.

Page 15: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

11Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Penggalian lanjutan pada Kotak G-14 dimulai dari spit-12 (60 cm) setelah dilakukanpembongkaran tutup kotak gali. Kondisi lapisan tanah pada spit ini memperlihatkan lapisan tanahteraduk (?) dan merupakan layer-1; yaitu berupa lempung/debu pasiran keabuan bersifat lembutdan lepas bercampur abu bekas jejak perapian. Secara umum, akumulasi temuan masih melimpahdan padat, yaitu berupa; serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkangmoluska, sedangkan fragmen tembikar (gerabah) mulai berkurang.

Penggalian atau pendalaman pada spit selanjutnya (spit-13, kedalaman 65 cm) masihmemperlihatkan kondisi lapisan tanah yang sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yangdihasilkan masih relatif padat dan melimpah serta tidak berbeda dengan temuan pada spitsebelumnya, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkangmoluska, sedangkan fragmen tembikar (gerabah) sudah tidak ditemukan lagi.

Penggalian atau pendalaman pada spit-14 (70 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan masih padat danmelimpah serta tidak berbeda dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa: serpih rijang,fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska.

Penggalian atau pendalaman pada spit-15 (75 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan masih padat danmelimpah serta tidak berbeda dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa: serpih rijang,fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska.

Foto. 3. Kegiatan ekskavasi di kotak G14 Liang Bangkai 1.

Page 16: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

12 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Gambar 1. Denah kotak galian di Liang Bangkai 1 dan penampang irisan Liang Bangkai 1.

 

Page 17: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

13Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Penggalian atau pendalaman pada spit-16 (80 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan masih padat danmelimpah serta tidak berbeda dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa: serpih rijang,fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska.

Penggalian atau pendalaman pada spit-17 (85 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan sudah agak berkurang,namun jenisnya masih tidak jauh berbeda dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa:serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska.

Penggalian atau pendalaman pada spit-18 (90 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan sudah semakinberkurang, namun jenisnya masih sama dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa:serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska.

Penggalian atau pendalaman pada spit-19 (95 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahmasih relatif sama (layer-1). Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkan sudah semakinberkurang, namun jenisnya masih sama dengan temuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa:serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata dan cangkang moluska. Penggalian padaspit ini hanya dilakukan pada sudut/kuadran Baratlaut mengingat waktunya sudah habis, sehinggapendalaman terpaksa dihentikan pada akhir kedalaman ini.

Dari hasil pengamatan lapisan tanah (stratigrafi) di kotak ini hanya memperlihatkan adanya1 (satu) layer yang tidak mengalami perubahan (mulai dari atas sampai akhir/dasar penggalian),yaitu lapisan tanah teraduk (?) dan merupakan layer-1 berupa lempung/debu pasir keabuanbertekstur halus dan lembut bersifat lepas, bercampur dengan abu bekas jejak perapian.

II.2.2. Ekskavasi Kotak K-10Dalam proses ekskavasi di Situs Liang Bangkai-1 tahun 2014 selain melanjutkan pendalaman

pada kotak ekskavasi G-14, juga dilakukan pembukaan kotak ekskavasi baru, yaitu Kotak K-10.Kotak ekskavasi ini berukuran 2 meter x 2 meter, namun yang digali juga hanya setengah kotak(2 meter x 1 meter) di bagian sisi selatan. Tujuan dibukanya kotak ini adalah untuk melacaktemuan di bagian (lapisan) bawah dan mengejar lapisan budaya secara lengkap (krono-stratigrafi).Metode yang diterapkan dalam penggalian adalah ekskavasi sistematis dengan teknik spit; setiapspit digali per-10 cm dan pendalaman dilakukan secara cepat. Kotak ekskavasi K-10 beradapada posisi di sebelah timur G-14 (berjarak 8 meter). Kondisi permukaan kotak K-10 relatif datardan agak melereng ke arah utara dengan beda kontur ketinggian 7 cm. Titik tertinggi beradapada sudut Tenggara (TG) yang selanjutnya dipakai sebagai titik bantu Datum Point (SDP),sedangkan terendah di sudut Baratdaya (BD). Secara umum, penggalian maksimal pada KotakK-10 hanya mencapai kedalaman akhir 170 cm (spit-17) di bagian sisi selatan. Selanjutnya uraianmengenai proses ekskavasi pada Kotak K-10 tersebut adalah sebagai berikut.

Page 18: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

14 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Penggalian pada kotak baru K-10 dimulai dari spit-1 (10 cm) yang diukur dari permukaantanah tertinggi di sudut TG. Kondisi lapisan tanah pada spit ini memperlihatkan lapisan tanahteraduk kehitaman dan keabuan, berbungkal-bungkal bersifat kompak sampai gembur. Di bagiandinding sudut tenggara terdapat jejak tanah terbakar kehitaman. Secara umum, akumulasi temuansangat melimpah dan padat, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebratadan cangkang moluska, serta fragmen tembikar (gerabah).

Foto. 4. Kegiatan ekskavasi di kotak K10 di Liang Bangkai 1.

Penggalian atau pendalaman pada spit selanjutnya (spit-2, kedalaman 20 cm) masihmemperlihatkan kondisi lapisan tanah yang sama. Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkanmasih padat dan melimpah, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata,cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-3 (30 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama, yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padatsampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan semakin meningkat dan melimpah serta tidak berbeda dengantemuan pada spit sebelumnya, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata,cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-4 (40 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama; yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padat

Page 19: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

15Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

sampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan masih dan melimpah serta sama dengan temuan pada spitsebelumnya, yaitu berupa: serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, cangkangmoluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-5 (50 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama; yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padatsampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan masih padat dan melimpah, yaitu berupa serpih rijang, fragmentulang dan gigi fauna vertebrata, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-6 (60 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama, yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padatsampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan sudah mulai berkurang, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulangdan gigi fauna vertebrata, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-7 (70 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama, yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padatsampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan sudah mulai berkurang, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulangdan gigi fauna vertebrata, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-8 (80 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanah masihrelatif sama, yaitu berupa lempung coklat keabuan berbungkal-bungkal bersifat kompak, padatsampai gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan sudah mulai berkurang, yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulangdan gigi fauna vertebrata, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-9 (90 cm) menunjukkan adanya perubahan lapisantanah, yaitu berupa lempung pasiran coklat kehitaman bersifat lepas dan gembur, dan banyakmengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkansudah mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaitu berupa serpih rijang, fragmentulang dan gigi fauna vertebrata, dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-10 (100 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahyang sama dengan spit di atasnya (spit-9), yaitu berupa lempung pasiran coklat kehitaman bersifatlepas dan gembur, dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan sudah mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska),yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, dan fragmen tembikar(gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-11 (110 cm) masih menunjukkan kondisi lapisantanah yang relatif sama, yaitu berupa lempung pasiran coklat kehitaman bersifat lepas dan gembur,dan banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas, jumlah temuan

Page 20: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

16 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

yang dihasilkan sudah mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaitu berupa serpihrijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-12 (120 cm) masih menunjukkan kondisi lapisantanah yang sama, yaitu berupa lempung pasiran coklat kehitaman bersifat lepas dan gembur, danbanyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas, jumlah temuan yangdihasilkan sudah mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaitu berupa serpihrijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-13 (130 cm) menunjukkan adanya perubahan lapisantanah, yaitu berupa lempung pasiran coklat kekuningan bersifat kompak dan padat, banyakmengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas, jumlah temuan yang dihasilkanmulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulangdan gigi fauna vertebrata, dan fragmen tembikar (gerabah).

Penggalian atau pendalaman pada spit-14 (140 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahyang sama dengan spit di atasnya, yaitu berupa lempung pasiran coklat kekuningan bersifatkompak dan padat, banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaituberupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, sedangkan fragmen tembikar(gerabah) sudah tidak ditemukan lagi.

Penggalian atau pendalaman pada spit-15 (150 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahyang sama dengan spit di atasnya, yaitu berupa lempung pasiran coklat kekuningan bersifatkompak dan padat, banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaituberupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, sedangkan fragmen tembikar(gerabah) sudah tidak ditemukan lagi.

Penggalian atau pendalaman pada spit-16 (160 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahyang sama dengan spit di atasnya, yaitu berupa lempung pasiran coklat kekuningan bersifatkompak dan padat, banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan sudah semakin berkurang (terutama fragmen cangkang moluska),yaitu berupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, sedangkan fragmen tembikar(gerabah) sudah tidak ditemukan lagi.

Penggalian atau pendalaman pada spit-17 (170 cm) menunjukkan kondisi lapisan tanahyang sama dengan spit di atasnya, yaitu berupa lempung pasiran coklat kekuningan bersifatkompak dan padat, banyak mengandung pecahan/fragmen kerakal gamping. Secara kuantitas,jumlah temuan yang dihasilkan mulai berkurang (terutama fragmen cangkang moluska), yaituberupa serpih rijang, fragmen tulang dan gigi fauna vertebrata, sedangkan fragmen tembikar(gerabah) sudah tidak ditemukan lagi. Penggalian pada spit ini terpaksa tidak dapat dilanjutkankarena waktunya sudah habis, sehingga pendalaman dihentikan pada akhir kedalaman ini. Kondisiakhir pada kedalaman kotak gali ini memperlihatkan adanya blok batuan gamping (flowstone?)

Page 21: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

17Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

dari dinding batuan gua yang mulai muncul di sudut baratdaya dan melebar ke arah pertengahankotak gali (arah TL).

Dari hasil pengamatan lapisan tanah (stratigrafi) di kotak K-10 ini memperlihatkan adanya 4(empat) susunan layer (mulai dari atas ke bawah), yaitu:

- Layer 1 (ketebalan antara 4 cm – 12 cm): berupa lempung pasiran keabuan bersifat lepasdan berbungkal-bungkal, serta mengandung jejak abu bekas pembakaran. Konsentrasitemuan padat dan melimpah.

- Layer 2 (ketebalan antara 12 cm – 75 cm): berupa lempung coklat kekuningan berbungkal-bungkal bersifat kompak dan padat, mengandung banyak pecahan krikil/krakal gamping.Konsentrasi temuan padat dan melimpah.

- Layer 3 (ketebalan antara 45 cm – 85 cm): berupa lempung coklat kehitaman berbungkal-bungkal, bersifat kompak/padat sampai lepas dan mengandung banyak pecahan krakal/krikil gamping serta abu bekas pembakaran. Konsentrasi temuan sudah mulai berkurang.

- Layer 4 (ketebalan antara 85 cm – 95 cm): berupa lempung coklat kekuningan bersifatkompak dan padat, mengandung banyak pecahan krakal/krikil gamping. Konsentrasitemuan sudah tidak ada.

II.2.3. Ekskavasi (Test-pit) di Ceruk Bangkai (CR) 3Proses ekskavasi di Situs Ceruk Bangkai 3 dilakukan melalui pembuatan kotak ekskavasi

berukuran 2 meter x 2 meter yang dibagi menjadi 4 bagian, jadi masing-masing kotak berukuran1 meter x 1 meter. Kotak gali tersebut dinamakan TP (test-pit), karena sifatnya adalah kotaklubang uji. Tujuan dibukanya kotak ini adalah untuk mengetahui potensi kandungan temuan secaravertikal dan melihat kondisi lapisan budayanya. Metode yang diterapkan dalam penggalian adalahekskavasi sistematis dengan teknik spit, setiap spit digali per-10 cm dan pendalaman dilakukansecara cepat.

Pembukaan kotak ekskavasi TP-1 di CR 3 ini terletak pada posisi tepat di depan mulutceruk dan berjarak 1 meter dari dinding. Kondisi permukaan kotak TP-1 relatif datar dan agakmelereng ke arah selatan dan timur dari dinding ceruk dengan beda ketinggian 10 cm.

Titik tertinggi berada pada sudut Baratlaut (BL) yang selanjutnya dipakai sebagai titik bantuDatum Point (SDP). Secara umum, penggalian maksimal pada Kotak TP-1 hanya mencapaikedalaman akhir 110 cm (spit-11) di bagian kuadran Baratlaut. Secara kuantitas, konsentrasi temuantidak begitu banyak dan hanya didapatkan pada spit-1 sampai spit-4. Pada spit-5 temuan sudahmulai berkurang banyak dan tidak didapatkan lagi pada spit-6 sampai spit-11, sehingga penggaliantidak dilanjutkan lagi serta dialihkan (dengan membuka kotak baru TP-2) di sebelah tenggaranya.Jenis temuan yang didapatkan dalam ekskavasi di kotak gali ini antara lain berupa: serpih rijang,fragmen tulang/gigi fauna vertebrata, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah). Darihasil pengamatan lapisan tanah (stratigrafi) di kotak ini hanya memperlihatkan adanya 1 (satu)layer yang tidak mengalami perubahan (mulai dari atas sampai akhir/dasar penggalian), yaitu

Page 22: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

18 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

lapisan tanah teraduk (?) dan merupakan layer-1: berupa lempung pasiran berwarna coklat keabuanbertekstur halus, bersifat kompak dan keras, berbungkal-bungkal, mengandung jejak abupembakaran dan pecahan krakal/krikil gamping. Kondisi pada akhir kedalaman memperlihatkandominasi blok batuan gamping dinding gua (70 %), sehingga ruang yang dapat digali hanya 30%.

Foto. 5. Kegiatan ekskavasi TP. 1 di Ceruk Bangkai 3

Pembukaan kotak ekskavasi TP-2 di CR 3 terletak pada posisi di sebelah tenggara (TG)dari kotak TP-1. Kondisi kontur permukaan tanah kotak TP-2 juga relatif sama dengan kotak TP-1;yaitu agak melereng ke arah selatan dan timur. Secara umum, penggalian maksimal pada KotakTP-2 hanya mencapai kedalaman akhir 20 cm (spit-2).

Secara kuantitas, konsentrasi temuan tidak begitu banyak dan hanya didapatkan padaspit-1; selanjutnya pada spit-2 sudah tidak didapatkan temuan lagi sehingga penggalian tidakdilanjutkan dan ditutup pada akhir kedalaman ini. Jenis temuan yang didapatkan dalam ekskavasidi kotak gali ini hanya berupa serpih rijang, fragmen tulang fauna vertebrata dan cangkang moluska.Dari hasil pengamatan lapisan tanah di kotak ini tidak jauh berbeda (sama) dengan stratigrafi diTP-1, yaitu hanya memperlihatkan adanya 1 (satu) layer berupa lapisan tanah teraduk (layer-1)bercirikan lempung pasiran berwarna coklat keabuan, bertekstur halus, bersifat kompak dankeras berbungkal-bungkal serta mengandung jejak abu pembakaran dan pecahan krakal/krikilgamping.

Page 23: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

19Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Foto. 6. Kegiatan ekskavasi TP 2 di Ceruk Bangkai 3

II.2.4. Ekskavasi (Test-pit) di Liang Bangkai (LB)-10Proses ekskavasi di Situs Liang Bangkai (LB)-10 dilakukan melalui pembuatan kotak

ekskavasi berukuran 2 meter x 2 meter yang dibagi menjadi 4 bagian, jadi masing-masing kotakberukuran 1 meter x 1 meter. Kotak gali tersebut dinamakan TP (test-pit), karena sifatnya adalahkotak lubang uji. Tujuan dibukanya kotak ini adalah untuk mengetahui potensi kandungan temuansecara vertikal dan melihat kondisi lapisan budayanya. Metode yang diterapkan dalam penggalianadalah ekskavasi sistematis dengan teknik spit; setiap spit digali per-10 cm dan pendalamandilakukan secara cepat. LB-10 merupakan salah satu gua bertingkat-tingkat yang mempunyaibanyak lorong-lorong panjang dan di dalamnya banyak terdapat ornamen stalaktit/stalakmit yangsangat indah. Gua ini berada pada tebing Bukit Bangkai dengan ketinggian lebih dari 25 meterdari dasar gua. Kondisi di dalam maupun di luar pintu masuk gua cukup kering, datar dan luasserta terang (sinar matahari cukup) dan nyaman.

Ekskavasi di LB-10 dilakukan melalui pembukaan kotak TP-1 yang terletak pada posisidi depan pintu masuk dinding gua. Kondisi permukaan kotak TP-1 relatif datar dan agak melerengke arah baratlaut dengan beda ketinggian 16 cm. Titik tertinggi berada pada sudut Tenggara (TG)yang selanjutnya dipakai sebagai titik bantu Datum Point (SDP). Secara umum, penggalianmaksimal pada Kotak TP-1 hanya dilakukan sampai kedalaman akhir 50 cm (spit-5); hal tersebutdisebabkan karena adanya temuan rangka (cranium) manusia di sudut Baratlaut kotak gali, sehingga

Page 24: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

20 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

sangat menghambat proses ekskavasi dan memerlukan penanganan yang ekstra hati-hati. Secarakuantitas, konsentrasi temuan (terutama fragmen cangkang moluska) sangat melimpah dan padatdisamping fragmen tulang/gigi manusia dan hewan vertebrata serta serpih rijang, sedangkanfragmen gerabah (tembikar) hanya ditemukan satu buah. Akumulasi temuan mulai tampak darispit-1 sampai spit-4, sedangkan pada spit-5 temuan mulai berkurang. Penggalian kotak TP-1 diLB-10 terpaksa dihentikan sementara pada akhir kedalaman ini (spit-5) mengingat waktu yangsemakin terbatas. Penggalian kemudian dialihkan ke arah barat dengan membuka kotak baru(TP-2) untuk mentrasir/menelusuri temuan rangka tersebut. Dari hasil pengamatan lapisan tanah(stratigrafi) di kotak ini hanya memperlihatkan adanya 1 (satu) layer yang tidak mengalami perubahan(mulai dari atas sampai akhir/dasar penggalian); yaitu berupa debu atau tanah pasiran berwarnakeabuan bertekstur halus, bersifat lepas dan banyak mengandung jejak abu pembakaran sertabeberapa pecahan krakal/krikil gamping.

Foto. 7. Kegiatan ekskavasi TP 1 di Liang Bangkai 10.

Pembukaan kotak ekskavasi TP-2 di LB-10 pada awalnya dilakukan untuk menelusurikeberadaan temuan rangka (tengkorak) manusia di TP-1. Posisi kotak TP-2 berada di sebelahbarat kotak TP-1. Kondisi kontur permukaan tanah kotak TP-2 juga relatif sama dengan kotak TP-1; yaitu agak melereng ke arah baratlaut. Secara umum, penggalian maksimal pada kotak TP-2hanya dilakukan sampai kedalaman akhir 30 cm (spit-3) mengingat waktunya sudah habis, sehinggauntuk sementara kedua kotak gali ini ditutup/ditimbun kembali. Secara kuantitas, temuan tidak

Page 25: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

21Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

begitu banyak kecuali cangkang moluska mulai dari spit-1 sampai spit-3. Temuan lainnya berupaserpih rijang, fragmen tulang manusia, dan hewan vertebrata. Temuan penting lainnya di kotakTP-2 adalah struktur rangka manusia yang relatif lengkap/utuh membujur dengan orientasi timur –barat. Temuan ini mulai muncul dan terlihat pada spit-2 dan spit-3 serta masih berlanjut ke spitberikutnya menembus ke arah dinding barat kotak gali. Kondisi rangka yang terlihat di TP-2adalah bagian kepala (cranium) dan terletak di bagian timur, sedangkan di bagian bawahnya(arah barat) terlihat struktur tulang belakang (belikat), di samping kedua sisinya masih melekatkedua lengan tangan dan jari, di bawahnya terdapat tulang pinggul (pelvis) sampai kedua tulangpaha (femur); sedangkan kedua tulang kaki (betis) lainnya masih belum terlihat dan kemungkinanmasih terpendam. Temuan rangka manusia ini berasosiasi dengan beberapa cangkang moluskadan serpih-serpih rijang serta abu bekas perapian (pembakaran). Dari hasil ekskavasi padakedua kotak gali (TP-1 dan TP-2) di LB-10 ini setidaknya telah diperoleh 2 individu rangka manusiayang perlu segera ditangani lebih lanjut. Dari hasil pengamatan lapisan tanah di kotak ini tidakjauh berbeda (sama) dengan stratigrafi di TP-1, yaitu berupa debu atau tanah pasiran berwarnakeabuan bertekstur halus, bersifat lepas dan banyak mengandung jejak abu pembakaran sertabeberapa pecahan krakal/krikil gamping.

II.3. Survei Gua dan CerukKegiatan survei permukaan dalam penelitian di Mantewe dilakukan di kawasan Bukit Bangkai.

Kegiatan ini lebih menekankan pada aspek pengamatan lingkungan dan sebaran temuan secarahorizontal, khususnya berkaitan dengan sebaran gua-gua dan ceruk serta potensi sumberdayalingkungan yang terdapat di wilayah ini. Tidak semua gua dan ceruk yang ditemukan dalampenelitian tahun 2008 tersebut dapat teramati semua, mengingat situasi cuaca yang kurangmendukung dan waktu yang sangat terbatas. Selanjutnya hasil pengamatan/survei permukaantersebut adalah sebagai berikut.

II.3.1. Ceruk Bangkai (CR)-1Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 13,5" LS dan 115° 47´ 44,2"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap timur (90°) dan mempunyai ukuran lebar pintumasuk 4 meter serta tinggi 2 meter.

CR-1 merupakan sebuah ceruk yang mempunyai kriteria layak huni, karena kondisi lantainyarelatif datar dan kering serta cukup sinar matahari. Dari hasil pengamatan permukaan dan pengaisanyang dilakukan di sekitar pintu masuk ceruk didapatkan indikasi adanya temuan arkeologis berupaserpih rijang, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

II.3.2. Ceruk Bangkai (CR)-1aSecara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 04,0" LS dan 115° 47´ 47,4"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 165º dan mempunyai ukuran panjang 20.7 meter,lebar 5,9 meter dan tinggi 4,7 meter.

Page 26: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

22 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

CR-1a merupakan sebuah ceruk bertingkat dan di bagian paling bawah terdapat lorongpanjang yang mengandung air. Kondisi ceruk sangat lembab dan basah serta kurang sinar mataharikarena terhalang rimbunnya pepohonan dan semak belukar. Ceruk ini termasuk dalam kriteriatidak layak huni, namun pada beberapa dinding lorong di lantai/tingkat kedua banyak ditemukanlukisan berwarna hitam yang belum diketahui maknanya. Dari hasil pengamatan permukaan yangdilakukan di sekitar pintu masuk ceruk tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis.

II.3.3. Ceruk Bangkai (CR)-2Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 10,3" LS dan 115° 47´ 51,4"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 135° dan mempunyai ukuran lebar 4 meter dantinggi 4 meter. CR-2 merupakan sebuah ceruk kecil yang mempunyai kriteria layak huni, namuntidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis di permukaannya.

II.3.4. Ceruk Bangkai (CR)-3Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 07,1" LS dan 115° 47´ 53,4"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 115° dan mempunyai ukuran lebar pintu masuk 5meter serta tinggi 4 meter. CR-3 merupakan sebuah ceruk yang mempunyai kriteria layak huni,karena kondisi lantainya relatif datar dan kering serta cukup sinar matahari. Dari hasil pengamatanpermukaan dan pengaisan yang dilakukan di sekitar pintu masuk ceruk didapatkan indikasi temuanarkeologis berupa serpih rijang, cangkang moluska dan fragmen tembikar (gerabah).

II.3.5. Ceruk Bangkai (CR)-4Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 05,8" LS dan 115° 47´ 53,7"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 60° dan mempunyai ukuran panjang 29,5 meter,lebar pintu masuk 9 meter serta tinggi 6 meter. CR-4 merupakan sebuah ceruk kecil yangmempunyai kriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis dipermukaannya.

II.3.6. Ceruk Bangkai (CR)-5Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 01,7" LS dan 115° 47´ 53,2"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 90° dan mempunyai ukuran panjang 12 meter,lebar pintu masuk 5 meter serta tinggi 4 meter. CR-5 merupakan sebuah ceruk yang mempunyaikriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis di permukaannya.

II.3.7. Ceruk Bangkai (CR)-6Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 00,5" LS dan 115° 47´ 53,7"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 135° dan mempunyai ukuran panjang 10 meter,

Page 27: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

23Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

lebar pintu masuk 9 meter serta tinggi 8 meter. CR-6 merupakan sebuah ceruk yang mempunyaikriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis di permukaannya.

II.3.8. Ceruk Bangkai (CR)-7Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 11´ 59,6" LS dan 115° 47´ 54,7"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 120° dan mempunyai ukuran lebar pintu masuk 5,5meter serta tinggi 4 meter. CR-7 merupakan sebuah ceruk yang mempunyai kriteria layak huni,namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis di permukaannya.

II.3.9. Ceruk Bangkai (CR)-8Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 11´ 58,6" LS dan 115° 47´ 50,8"

BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 0° dan mempunyai ukuran panjang 42 meter, lebarpintu masuk 6 meter serta tinggi 12 meter. CR-8 merupakan sebuah ceruk yang mempunyaikriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis di permukaannya.

II.3.10. Ceruk Bangkai (CR)-9Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 02,9" LS dan 115° 47´

49,5" BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 210° dan mempunyai ukuran panjang 33meter, lebar pintu masuk 9 meter serta tinggi 4 meter. CR-9 merupakan sebuah ceruk yangmempunyai kriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologis dipermukaannya.

II.3.11. Ceruk Liang Bangkai (CR)-10Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 06,8" LS dan 115° 47´

50,5" BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 30-100° dan mempunyai ukuran panjang 19- 39 meter, lebar pintu masuk 13 meter serta tinggi 6 - 12 meter. CR-10 merupakan sebuah cerukyang mempunyai kriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologisdi permukaannya.

II.3.12. Ceruk Bangkai (CR)-11Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 03,9" LS dan 115° 47´

48,1" BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 0-60° dan mempunyai ukuran panjang 47meter, lebar pintu masuk 6,5 - 14 meter serta tinggi 0,4 - 3 meter. CR-11 merupakan sebuah cerukyang mempunyai kriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuan arkeologisdi permukaannya.

Page 28: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

24 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

II.3.13. Ceruk Bangkai (CR)-12Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 02,0" LS dan 115° 47´

46,0" BT. Ceruk ini mempunyai orientasi arah hadap 30° dan mempunyai ukuran panjang 38meter, lebar pintu masuk 5 dan 17 meter serta tinggi 3 – 3,5 meter. CR-12 merupakan sebuahceruk yang mempunyai kriteria layak huni, namun tidak didapatkan adanya indikasi temuanarkeologis di permukaannya. Pada beberapa dinding lorong di ceruk ini juga banyak ditemukanlukisan berwarna hitam yang belum diketahui maknanya.

Gambar 2. Sebaran gua dan ceruk yang mempunyai indikasi hunian prasejarah di Bukit Bangkai.

Page 29: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

25Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

II.3.14. Liang Bangkai (LB)-10Situs LB-10 merupakan salah satu gua bertingkat-tingkat yang mempunyai banyak lorong-

lorong panjang dan di dalamnya banyak terdapat ornamen stalaktit/stalakmit yang sangat indah.Gua ini berada pada tebing Bukit Bangkai dengan ketinggian lebih dari 25 meter dari dasar gua.Secara astronomis, lokasi ceruk pada posisi koordinat 03° 12´ 02,6" LS dan 115° 47´ 45,2" BT.Gua ini mempunyai orientasi arah hadap 47º.

Kondisi di dalam maupun di luar pintu masuk gua cukup kering, datar, luas, terang (sinarmatahari cukup) dan nyaman. Dari hasil pengamatan permukaan yang dilakukan di depan/mulutgua banyak didapatkan temuan arkeologis berupa fragmen cangkang moluska, serpih rijang danfragmen tulang. Gua ini termasuk dalam kategori layak huni, sehingga kemudian diputuskanuntuk dilakukan uji coba ekskavasi (test-pit). Pengamatan gua-gua dan ceruk lainnya di kawasanBukit Bangkai secara keseluruhan belum dapat dilakukan karena terbatasnya waktu, dana sertajadwal yang sangat singkat.

Page 30: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

26 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 31: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

27Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

BAB IIIBUKTI ARKEOLOGI SITUS HUNIAN PRASEJARAH

Keberadaan situs arkeologi di suatu tempat atau daerah merupakan bagian dari suaturangkaian ekosistem manusia dan lingkungannya. Bukti-bukti arkeologis telah menunjukkan bahwamanusia sejak masa lalu telah mengenal akan kearifan lingkungan. Lingkungan alam telah diubahmenjadi penunjang bagi lingkungan hidup yang dibuat oleh manusia. Pola pemanfaatan lahangua atau ceruk sebagai tempat tinggal dan tempat bermukim sangat menarik untuk dikaji lebihmendalam, terutama mengenai budaya manusia penghuni gua dan pola permukiman yangditerapkan. Dalam ilmu arkeologi, permukiman didefinisikan sebagai studi khusus atau yangmemusatkan perhatiannya pada persebaran okupasi dan kegiatan manusia, serta hubungan-hubungan di dalam satuan-satuan ruang dengan tujuan untuk memahami sistem teknologi, sistemsosial, dan sistem ideologi dari masyarakat masa lalu (Mundardjito 1985). Selain itu, dalam kajianpermukiman juga dipelajari tentang pola yang terjadi dalam pengaturan tempat tinggal dan satuan-satuan komunitas yang diatur secara keruangan di muka bumi (Vogt 1956). Dalam studi keruanganterdapat tiga tingkat ruang; yaitu tingkat mikro (satu rumah tinggal), tingkat meso/semi mikro(beberapa rumah tinggal/desa), dan tingkat makro (wilayah/kawasan) (Clarke 1977). Berdasarkanpada pengertian tersebut, maka dalam mengkaji pemanfaatan lahan gua sebagai tempat tinggalmanusia, hal penting yang perlu diperhatikan adalah kegiatan terkecil (skala mikro) dalam suatugua, sebaran gua atau ceruk pada suatu wilayah (baik yang dimanfaatkan maupun tidak), danpola pemanfaatannya serta pola adaptasi yang dilakukan untuk mempertahankan hidupnya (Nurani2003).

Berdasarkan hasil penelitian (survei dan ekskavasi) yang dilakukan di wilayah Mantewetahun 2014, secara kuantitas temuan yang dihasilkan sangat melimpah, yaitu berupa artefak (serpih)litik, tembikar (gerabah), fragmen tulang/gigi fauna vertebrata, fragmen cangkang moluska/kerang,lukisan dinding gua dan rangka manusia. Selanjutnya analisis dan uraian mengenai temuan-temuanhasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

III.1. Tinggalan BudayaTinggalan budaya dan artefak yang ditemukan dari hasil penelitian di wilayah Mantewe

terdiri dari 3 jenis, yaitu artefak litik yang merupakan tinggalan budaya paling dominan, tembikar(gerabah) dan lukisan dinding gua. Pembahasan dan analisis masing-masing tinggalan budayatersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut.

III.1.1. Artefak LitikPada kehidupan masa prasejarah, suatu kemampuan teknologi secara tidak langsung

mencerminkan hubungan yang aktif antara manusia dengan lingkungan fisik dimana mereka tinggal(Semenov 1964, 1). Sementara itu, Jamez Deetz (1967) berpendapat bahwa, hasil teknologi juga

Page 32: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

28 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

dapat merefleksikan suatu kemampuan dan ketrampilan, serta ide atau gagasan pelaku dalammenciptakan suatu benda. Hal itu dibuktikan melalui berbagai macam wujud dari tinggalan budayamateri (artefak) yang dihasilkan oleh suatu teknologi. Konsepsi tersebut dilandasi adanya pemikiranbahwa dalam menciptakan suatu benda (artefak), seorang pelaku pasti mempunyai konsep ataurencana tentang bentuk, jenis, dan fungsi dari benda yang diciptakan (Deetz 1967, 45-46). Secarakonseptual, pengertian teknologi mencakup dua aspek pokok, yaitu metode dan teknik. Dalamhal ini, metode diartikan sebagai suatu kebiasaan yang dianggap logis dan teratur dalam polapikir manusia, sedangkan teknik merupakan suatu bentuk tindakan nyata dari metode yangberkaitan dengan kemampuan manusia dalam mengolah materi tertentu sehingga menghasilkansuatu benda (Crabtree 1972, 2).

Indonesia memiliki proses perkembangan teknologi alat batu yang identik denganperkembangan teknologi alat batu secara umum, yaitu dari bentuk sederhana menuju bentukyang lebih kompleks dan sempurna. Proses perkembangan tersebut dalam dimensi waktumerupakan suatu proses evolusi teknologis yang cukup panjang yang dikenal dengan istilahPaleolitik (batu tua), Mesolitik (batu madya), dan Neolitik (batu muda). Peristilahan tersebutmerupakan terminologi teknologis (Soejono 1981). Perkembangan teknologis tersebut selainmenunjukkan tingkat perkembangan yang mencirikan suatu budaya, juga memperlihatkan polatingkat kehidupan manusia pada masa lalu. Teknologi Paleolitik berkembang pada pola hidupmanusia yang masih mengembara, teknologi Mesolitik berkembang pada kehidupan hunian digua-gua dan ceruk, sedangkan Neolitik berkembang pesat pada pola hidup pertanian (bercocoktanam).

Foto. 8. Alat serpih berujung runcing cirri khas Liang Bangkai 1

Page 33: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

29Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Terdapat dua faktor yang melandasi teknologi pembuatan alat batu, yaitu metode danteknik. Metode berada pada bentuk pikiran, sedangkan teknik berada di kedua belah tangan.Metode pembuatan alat merupakan suatu tatanan yang dijalankan secara sistematis dan teratur,serta bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Ciri-ciri teknologis yang terdapatpada alat batu, seperti dataran pukul (striking platform), bulbus (bulb of percussion), jejakpenyerpihan (bulbar scar), dan alur penyerpihan (ripples) merupakan akibat dari teknologi pembuatanyang diterapkan oleh si pembuat (Greisser dan Payson 1979, 289 - 296).

Dalam perkembangan industri litik atau alat-alat batu, terdapat dua kelompok utama yangdihasilkan, yaitu kelompok alat-alat masif dan kelompok non masif atau serpih bilah. Perbedaankedua alat tersebut terletak pada aspek teknologis, yaitu Alat masif dibuat dari bongkahan batuatau kerakal yang dipangkas-pangkas sehingga menghasilkan alat, sedangkan alat non masifmerupakan alat yang dihasilkan melalui teknik pelepasan dari batu inti, sehingga dalam sebuahkerakal atau batuan dapat menghasilkan beberapa alat serpih. Pembuatan alat serpih bilah inimasing-masing mempunyai ciri atau kekhasan pada tingkat perkembangan teknologinya, yaitu:(a) Tingkat Teknologi Paleolitik

Alat-alat serpih pada tingkat teknologi Paleolitik merupakan serpih yang dihasilkan denganteknik paling sederhana, yaitu masih menonjolkan pembuatan alat melalui teknik pemangkasan(chipping) dan penyerpihan (flaking). Teknik pemangkasan dilakukan pada satu muka(monofasial) ataupun dua muka (bifasial). Alat-alat serpih bilah yang dihasilkan pada tingkatteknologi Paleolitik ini umumnya dilakukan melalui teknik penyerpihan dengan produkutamanya adalah alat-alat serpih bertipe besar.

(b) Tingkat Teknologi MesolitikPada tingkat teknologi Mesolitik, sebagian produk alat batu tingkatan Paleolitik masihdipertahankan dan diteruskan dengan peningkatan yang lebih cermat pada teknik pembuatandan variasi produknya. Peningkatan lebih lanjut dan cermat lebih ditujukan pada pemangkasandan menonjolnya penyerpihan kedua (secondary-retouched). Produk dari tingkat teknologiini rupanya lebih variatif, karena selain menghasilkan tipe serpih, bilah, dan serut, jugamuncul tipe lain berupa bentuk-bentuk lancipan dan mata panah sederhana.

(c) Tingkat Teknologi NeolitikTingkatan teknologi ini memiliki perkembangan yang lebih lanjut dan cermat dibandingtingkatan Mesolitik, yaitu melalui penyerpihan yang lebih kompleks. Ciri yang menonjoladalah adanya penghalusan (grinding) dan pengupaman (polishing). Produk utama padatingkat perkembangan Neolitik ini adalah lancipan, mata panah, dan gurdi. Pada tingkatperkembangan Neolitik ini diimbangi dengan pola hidup yang sudah mengenal bercocoktanam, sehingga produk yang dihasilkan menunjukkan pemanfaatan dalam aktivitas bertani;seperti lancipan, mata panah bergerigi, dan sudah dibentuk suatu perbengkelan yangmenyebabkan ditemukannya tatal-tatal batu sebagai limbah pembuatan alat.

Page 34: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

30 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Foto. 9. Alat serpih tipe radial core yang ditemukan di Liang Bangkai 1

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembahasan teknologi ini tidak hanya terbataspada teknik pembuatan artefak saja, tetapi juga menyangkut fungsi artefak. Fungsi dalam hal initidak diartikan secara sempit, yaitu kegunaan secara mekanis dari suatu benda; tetapi diartikansecara luas, yaitu berkaitan dengan perilaku atau aktivitas pelaku yang direfleksikan melaluitinggalan budayanya. Selanjutnya uraian tentang teknologi beberapa temuan artefak batu yangdihasilkan dalam penelitian di Situs Liang Bangkai akan diuraikan di bawah ini.

Artefak litik (alat batu) merupakan salah satu temuan yang mendominasi dari hasil penelitian(ekskavasi) tahun 2014. Dari hasil analisis (pengamatan) sementara memperlihatkan bahwa temuanartefak litik yang dihasilkan dari ekskavasi tersebut sebagian besar berbentuk serpihan, tatal,batu inti, dan pecahan-pecahan kerakal gamping dengan ukuran sangat bervariasi; mulai dariyang terkecil (< 1 – 2 cm) sampai dengan yang terbesar (> 5 – 15 cm).

Secara teknologis, temuan artefak batu dari hasil ekskavasi di sekitar wilayah Bukit Bangkai,Mantewe (Gua Utama Liang Bangkai-1, Liang Bangkai-10 dan Ceruk-Bangkai 3) umumnyadipersiapkan melalui teknik pemangkasan atau penyerpihan secara monofasial dan bifasial untukmemperoleh tajaman. Unsur-unsur yang termasuk dalam kategori tipe ini adalah beberapakelompok tipe alat-alat masif dan kelompok tipe alat-alat serpih (non-masif). Dari hasil identifikasisecara umum terhadap beberapa temuan artefak batu hasil ekskavasi pada situs-situs gua danceruk di bukit Liang Bangkai, telah memberikan suatu gambaran adanya beberapa karakter yang

Page 35: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

31Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

sangat umum dikenal di Indonesia dan Asia Timur. Beberapa temuan artefak batu tersebutmemperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan beberapa tipe alat-alat batu yang ditemukan di SitusLiang Bua, Flores. Persamaan tersebut terlihat dari jejak pangkasan (terutama alat-alat masif)yang dikerjakan secara monofasial maupun bifasial untuk memperoleh tajaman, sedangkan padaalat-alat serpih (non-masif) disamping mencirikan tipe-tipe yang sangat sederhana, jugamemperlihatkan adanya penyerpihan ulang pada kedua bagian sisinya (ventral dan dorsal) yangdikenal dengan istilah ‘radial core’ (Brumm dkk. 2006, 624-628). Karakter yang sangat menonjoldan menjadi ciri khas dalam teknologi pembuatan alat-alat batu di Liang Bangkai adalah tipeserpih atau bilah yang meruncing di bagian ujungnya (distal), sehingga bentuknya mirip lancipan(pointed).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap temuan artefak batu Situs Liang Bangkai, dapatdikemukakan bahwa bahan batuan dasar yang digunakan cukup beragam, antara lain terdiri atas,gamping kersikan (rijang), chert, kalsedon, jasper, dan andesit. Di antara jenis-jenis batuan tersebut,chert dan rijang merupakan bahan dasar yang paling banyak digunakan. Jenis batuan chert yangdigunakan pada umumnya mempunyai tekstur halus dan berwarna kekuningan, coklat tua, coklatkemerahan, abu-abu kecoklatan, dan hitam. Batuan ini pada umumnya memiliki kandungan silikatinggi, terutama yang berwarna coklat kemerahan dan semi transparan. Pemilihan terhadap jenis-jenis batuan untuk peralatan tersebut mencerminkan kemampuan komunitas pendukung situs inidalam memilih bahan baku, namun hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungansetempat. Sebagai contoh, karena bahan baku yang mudah didapatkan dan tersedia cukupbanyak di sekitar wilayah ini adalah jenis gamping kersikan dan chert, maka mereka umumnyahanya memanfaatkan jenis batuan ini.

III.1.2. GerabahTemuan gerabah (kereweng) yang dihasilkan dari penelitian di Liang Bangkai tahun 2014

umumnya berasal dari lapisan bagian atas bercampur dengan endapan resen. Temuan gerabahtersebut didapatkan dari hampir semua kotak gali di Liang Bangkai. Secara kuantitas, temuangerabah tersebut memang tidak sebanyak temuan lainnya, namun kehadirannya mempunyai artipenting dalam konteks penghunian gua, khususnya apabila dikaitkan dengan kedatanganAustronesia awal pada masa Neolitik. Dalam hal teknologi pembuatan gerabah, pada awalnyamasih sangat sederhana yaitu dengan teknik tangan (hand made), kemudian berkembang menjaditeknik tatap-landas (paddle-anvill) yang digabungkan dengan teknik roda putar sederhana. Teknologipembuatan gerabah pada masa neolitik di Indonesia pada umumnya tidak terlalu tinggi biladibandingkan dengan di Asia Tenggara (Malaysia, Thailand,

China, Taiwan dan Jepang) (Prasetyo 2004). Di tempat-tempat tersebut telah dikenalpenggunaan roda pemutar serta pemakaian tatap yang dibalut dengan tali atau diukir denganbermacam pola. Tatap-tatap tersebut kemudian menghasilkan berbagai pola hias tertentu.

Page 36: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

32 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Foto. 10. Fragmen gerabah berhias yang ditemukan di Liang Bangkai 1

Temuan gerabah dari hasil ekskavasi di Situs Liang Bangkai terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitugerabah polos dan hias. Pada umumnya temuan gerabah tersebut sudah fragmentaris berasaldari bagian badan, tepian, dasar, karinasi dan tutup. Hasil analisis (pengamatan) sementaramemperlihatkan bahwa temuan fragmen gerabah (kereweng) tersebut mempunyai ketebalanbervariasi, yaitu antara 5 – 7 milimeter. Gerabah polos umumnya berwarna kehitaman dengan slipmerah, sedangkan gerabah hias umumnya memperlihatkan pola garis-garis pendek, lingkarandan tumpal. Fragmen gerabah tersebut kemungkinan merupakan bagian dari wadah (periuk kecil)atau cawan, sedangkan yang agak tebal diduga bagian dari sebuah tempayan.

III.1.3. Lukisan Dinding GuaSalah satu data menarik yang dihasilkan dalam penelitian di kawasan Bukit Bangkai adalah

lukisan dinding gua. Pada awalnya lukisan-lukisan dinding gua tersebut hanya diketahui beradapada sebuah lorong dinding gua di bagian tengah di Situs Liang Bangkai, namun ternyata penelitiantahun 2014 semakin menghasilkan banyak temuan lukisan-lukisan lain yang mempunyai motifdan pola hias berbeda dengan temuan sebelumnya. Dari hasil pengamatan secara intensif disitus utama Liang Bangkai, ternyata lukisan pada lorong-lorong dinding gua ini semakin banyakditemukan lagi di bagian sisi barat dan timur ruang (lorong) gua. Lukisan-lukisan dinding guatersebut ditemukan sedikitnya 20 buah. Selain itu, lukisan-lukisan dinding serupa juga ditemukandi Situs Ceruk-Bangkai 1a (lantai kedua) dan Ceruk-Bangkai 12. Seluruh lukisan dinding yang

Page 37: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

33Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

ditemukan berwarna hitam, memiliki berbagai motif hias yang bervariasi. Lukisan-lukisan dindingtersebut sebagian besar sudah aus dan rusak (kabur) sehingga sulit dikenali serta belum diketahuimaknanya.

Foto. 11. Salah satu jenis lukisan dinding gua yang ada di Ceruk Bangkai 12.

Dari hasil pengamatan setidaknya terdapat 6 motif hiasan yang masih dapat dikenali, yaituantara lain:

1. Motif mata (matahari ?)2. Motif persegi empat (kotak)3. Motif sulur-suluran4. Motif bunga5. Motif binatang (kelelawar ?)6. Motif gambar binatang (ikan ?)7. Motif duri ikan atau daun (?)

III.2. Tinggalan Sisa-Sisa Rangka ManusiaSeperti apa yang telah diutarakan pada bab sebelumnya, temuan sisa rangka manusia

dari hasil penelitian di wilayah Bukit Bangkai (Mantewe) baru didapatkan pada tahun 2014 individu

Page 38: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

34 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

rangka manusia di gua ini, satu individu berupa tempurung kepala (cranium) yang sudah dalamkondisi pecah dan satu individu lagi relatif lengkap; mulai dari tulang kepala (hancur) sampaiujung kaki (namun belum terungkap seluruhnya). Temuan rangka manusia ini berasosiasi denganserpih-serpih rijang dan cangkang kerang yang cukup banyak. Kedua rangka manusia inikemungkinan mempunyai posisi sejajar dengan orientasi hadap barat – timur dan diperkirakanmerupakan kubur primer.

Foto. 12. Temuan rangka manusia sisa penguburan di Liang Bangkai 10

Sistem penguburan primer ini sangat umum dikenal dalam pola penguburan di dalam gua,seperti misalnya di Gua Harimau (Sumsel); Gua Braholo, Song Keplek dan Song Gentong (Jatim),Liang Bua (Flores), dsb. Biasanya si mati (mayat yang dikuburkan) dibekali dengan bekal kubur(funeral gift) berupa taburan hematit, alat-alat batu dan cangkang kerang. Keberadaan temuan inimempunyai arti yang sangat penting bagi pencarian manusia pendukung gua-gua hunian di LiangBangkai yang selama ini dicari-cari. Sudah sekitar 15 tahun setelah ditemukannya rangka manusiadi Gua Babi, tidak ditemukan lagi manusia pendukung gua-gua hunian di Kalimantan Selatan.Pada umumnya manusia pendukung gua-gua hunian di Indonesia (terutama di Jawa) termasukdalam kategori manusia modern (Homo sapiens) yang berasal dari ras Austromelanesoid.

Penanganan dan tindak lanjut terhadap temuan rangka manusia di Liang Bangkai inidiharapkan segera dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri dan status rangka tersebut; seperti misalnyamenyangkut analisis DNA, jenis kelamin, ras, umur, dan sebagainya.

Page 39: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

35Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

III.3. Tinggalan Sisa-Sisa FaunaTinggalan sisa-sisa fauna dalam suatu himpunan gua hunian dapat memberikan petunjuk

tentang subsistensi penghunian gua tersebut. Jenis-jenis sisa tulang fauna dapat memberikanide tentang spesialisasi perburuan, perubahan kultural dan eksploitasi lingkungan pada masalampau oleh manusia pendukungnya. Jumlah individu dari berbagai spesies dapat dipergunakansebagai dasar perkiraan tentang populasi fauna dan manusia yang mengkonsumsinya (Simanjuntak,2004). Keberadaan sisa fauna dalam konteks budaya dan hunian menunjukkan adanya keterikatanyang erat dengan manusia penghuni gua. Fauna tersebut kemungkinan diperoleh dari daerahsekitar melalui perburuan dan pencarian di laut, sungai dan telaga. Sisa fauna laut dari jeniskerang-kerangan sangat menarik untuk diamati. Kemungkinan penghuni gua mencapai arealeksploitasi hingga daerah pantai (sejauh 15 – 20 km) untuk pemanfaatan sumberdaya biota marin(laut). Asumsi lain, bahwa pencarian kerang dilakukan oleh penghuni gua di sekitar pesisir dankemudian melakukan kontak dagang (barter) dengan para penghuni gua di daerah pedalaman.

Tinggalan sisa fauna merupakan jenis temuan kedua (selain serpih rijang) yang palingmenonjol di Situs Liang Bangkai. Sisa-sisa fauna tersebut berupa fragmen tulang-tulang dan gigiserta bagian tengkorak yang tersebar dengan kepadatan bervariasi di temukan dalam ekskavasi,bercampur dengan temuan artefak atau ekofak lainnya. Analisis dan identifikasi tentang berbagaitemuan sisa fauna di Situs Liang Bangkai sampai saat ini memang belum dilakukan secara detil,namun dari hasil pengamatan awal terhadap sisa-sisa fauna tersebut dapat digambarkan sebagaiberikut.

Secara umum, sisa-sisa fauna yang berhasil diidentifikasi berasal 3 Filum, yaitu FilumArthropoda (fauna yang badannya bersegmen), Filum Molusca (siput dan kerang), dan FilumVertebrata. Sisa fauna dari Filum Arthropoda berasal dari Ordo Crustacaea dari Famili Natinidae(udang). Sisa fauna dari Filum Molusca berasal dari Kelas Gastropoda (siput) dan Kelas Pelecypoda(kerang). Sisa siput terdiri dari siput yang berhabitat laut (marine) yaitu Cypraeidae; sedangkanyang berhabitat air tawar adalah sisa-sisa dari Neritidae dan Thiaridae, serta yang berhabitat daridarat adalah sisa-sisa Pleurodontidae (Landouria, Ellaproconcha, Phantidae, Achatinidae ?). Sisakerang dari habitat laut (marin) terdiri atas sisa-sisa Cardiiae dan Veneridae. Dari hasil pengamatan,seringkali sisa-sisa kerang Veneridae ini dimanfaatkan/dibuat artefak. Hal itu terlihat dari jejakbagian pinggirannya yang seolah-olah dipolis (berbentuk membulat), dan kemungkinan berfungsisebagai alat untuk proses finishing artefak yang dibuat dari tulang atau dari pohon kayu/bambu.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bukit Bangkai merupakansatu pernukitan karst yang pernah dimanfaatkan oleh manusia prasejarah ribuan tahun lalu. Hasilsurvei yang dilakukan sekeliling Bukit Bangkai membuktikan bahwa sedikitnya ada 5 situsprasejarah dari 26 situa gua dan ceruk payung secara keseluruhan. Kelima situs itu adalah situsLiang Bangkai 1, Ceruk Bangkai 1a, Ceruk Bangkai 3, Ceruk Bangkai 12, dan Liang Bangkai 10.Liang Bangkai 1 dimanfaatkan sebagai situs hunian dengan kecenderungan perbengkelan litik.Bukti banyaknya serpihan batu menjadi petunjuk akan karakter huniannya. Sementara Liang

Page 40: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

36 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Bangkai 10 digunakan sebagai tempat penguburan dengan penemuan sisa penguburan didalamnya. Situs hunian lainnya ada di Ceruk Bangkai 3, dengan artefak litik, gerabah, dan sisamakanan lainnya. Ceruk Bangkai 1a dan Ceruk Bangkai 12 secara morfologis tidak memenuhisyarat layak huni, tetapi di dalamnya terdapat gambar/lukisan dinding dengan warna hitam. Lukisandinding gua di Bukit Bangkai, secara umum ditemukan di tiga situs yaitu: Ceruk Bangkai 1a,Ceruk Bangkai 12, dan Liang Bangkai 1.

III.4. Kronologi Regional Gua-Gua Hunian Prasejarah di IndonesiaSebagai bahan acuan untuk perbandingan, di bawah ini akan disajikan informasi tentang

kronologi/pertanggalan gua dan ceruk hunian di Nusantara pada Kala Holosen yang dikutip dariartikel Simanjuntak di buku Prasejarah Gunung Sewu (2004).

Tabel 1. Kronologi Gua-gua Hunian di Indonesia

No. Gua/Ceruk Budaya Karakteristik

Temuan Pertanggalan Referensi

1. Gua Tianko Panjang, Jambi Preneolitik

Serpih obsidian, gigi manusia, sisa fauna, biji terbakar

10.250 ± 140 BP Bronson & Teguh

Asmar, 1976

2. Song Keplek, Jawa Timur Preneolitik

Serpih bilah, alat tulang, perhiasan, sisa fauna, dan manusia.

4.510 ± 90 BP

15.880 ± 540 BP

Simanjuntak, 1995

3. Song Terus, Jawa Timur Preneolitik

Serpih bilah, alat tulang, sia fauna darat dan laut, dan manusia.

8.340 ± 340 BP

150.000 BP

Simanjuntak et. al. 1995

Semah et al. 1998

4. Song Perahu, Jawa Timur Preneolitik Serpih dan alat tulang

6.971 BP Lahagu et al. 1991

5. Gua Peturon, Jawa Timur Preneolitik Sepih bilah, alat tulang dan sisa fauna

7.670 ± 120 BP Simanjuntak (in press)

6. Song Gentong, Jawa Timur Preneolitik

Serpih bilah, sisa fauna, kubur, alat tulang, perhiasan cangkang

7.690 ± 70 BP

8.760 ± 190 BP

Marliac & Simanjuntak,

1996

7. Gua Braholo, Wonosari Preneolitik Serpih bilah, sisa fauna, alat tulang

6.620 ± 110 BP

12.060 ± 180 BP

Simanjuntak, 1998

8. Gua Babi, Tabalong (Kalsel) Preneolitik Serpih bilah, sisa fauna, alat tulang

5.400 ± 110 BP Widianto et.al. 1997

9. Liang Kaung, Kapuas Hulu (Kalbar)

Preneolitik?

Neolitik

Lukisan dinding gua, serpih, gerabah

3.030 ± 180 BP Chazine, 1993

10. Liang Mangkalihat, Kaltim Preneolitik?

Neolitik

Lukisan dinding gua, serpih, gerabah

5.240 ±270 BP Chazine, 1993

11. Gua Ulu Leang 1, Sulsel Preneolitik

Neolitik

Serpih bilah, gerabah, mikrolit, domestikasi padi

10.740 ± 50 BP

7.170 ± 650 BP

Bronson & Glover, 1984

12. Liang Toge, Nusa Tenggara Timur

Neolitik Serpih dan kubur 3.550 ± 125 BP Bronson &

Glover, 1984

13. Liang Bua, Nusa Tenggara Timur

Preneolitik

Neolitik

Paleometalik

Serpih bilah

Serpih bilah, dan kubur

Beliung dan benda logam

9.830 ± 490 BP

3.820 ± 120 BP

450 ± 25 BP

GrN14306

GrN-14304

GrN-14301

Page 41: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

37Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

(Sumber: Simanjuntak, 2004)

Secara umum, kronologi Situs Liang Bangkai 1 dan Liang Bangkai 10 didapatkan daripengukuran radiocarbon cangkang kerang yang ditemukan pada beberapa spit. Hasil pengukuranini dapat dilihat di tabel di bawah ini. Sementara itu kronologi situs hunian prasejarah yang ada diBukit Bangkai, berdasarkan analisis radicarbon terhadap cangkang kerang air tawar adalah sebagaiberikut:

No. Gua/Ceruk Budaya Karakteristik

Temuan Pertanggalan Referensi

14. Lie Siri, Timor Timur Preneolitik

Neolitik

Serpih bilah

Gerabah Kalanay

7.270 ± 160 BP

3.545 ± 120 BP

Bronson & Glover, 1984

15. Gua Siti Nafsiah, Maluku Preneolitik

Neolitik

Lancipan tulang, tulang binatang berkantung, oker, dan ikan

Gerabah, beliung, sisa babi, dan anjing

5.120 ± 100 BP

2.000 ± 1.000 BP Bellwood, 1995

16. Leang Tuwo Mane’e, Sulut

Preneolitik

Neolitik

Paleometalik

Serpih bilah

Gerabah, serpih bilah

Logam serpih bilah

4.860 ± 130 BP

4.030 ± 80 BP

990 ± 100 BP

Bronson & Glover, 1984

Name of Sample Percent Modern Carbon (PMC) Age

(years BP*)

LB 1 614 Spit 6 (30 cm) 54,88 ± 0,62 4960 ± 50

LB 1 614 Spit 11 (55 cm) 37,00 ± 0,46 8220 ± 85

LB 1 614 Spit 16 (80 cm) 35,16 ± 0,38 8540 ± 88

LB 1 614 Spit 19 (95 cm) 36,16 ± 0,43 8409 ± 86

LB 1 K10 Spit 2 (20 cm) 53,33 ± 0,63 5196 ± 55

LB 1 K10 Spit 9 (45 cm) 30,46 ± 0,37 9828 ± 98

LB 1 K10 Spit 12 (60 cm) 18,37 ± 0,23 14008 ± 150

LB 10 Spit 4 (40 cm) 50,23 ± 0,55 5693 ± 60

LB 10 Spit 5 (50 cm) 32,85 ± 0,36 9203 ± 95

Page 42: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

38 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Kronologi hunian prasejarah di gua dan ceruk di Bukit Bangkai berkisar antara 4.960 –14.008 BP (before present), atau jika ditarik ke tahun Masehi antara 12.000 - 3.000 SebelumMasehi. Kehidupan manusia prasejarah di Bukit Bangkai, di Desa Dukuhrejo ini mempunyaihubungan yang erat dengan situs hunian Gua Payung yang ada di Desa Bulurejo (layer 2: 2.970± 130 BP, layer 3: 3.070 ± 130 BP). Masa itu termasuk dalam kehidupan manusia pada KalaHolosen, pada saat Daratan Asia persatu dengan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, yang disebutdengan Paparan Sunda.

Page 43: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

39Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

BAB IVPENUTUP

IV.1. KesimpulanPenelitian mengenai kehidupan masa lalu (prasejarah) di sekitar Bukit Bangkai, Kecamatan

Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, secara umum masih merupakan tindak lanjut dari penelitianyang dilakukan secara rutin oleh Balai Arkeologi Banjarmasin sejak tahun 2006 dan 2008. Sebagaitindak lanjut dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, hasil penelitian pada tahun ini (2014)setidaknya telah berhasil menambah berbagai data berkaitan dengan konteks sejarah hunianmasa lalu di sekitar Situs Liang Bangkai. Melalui hasil-hasil penelitian seperti apa yang telahdiuraikan dalam tulisan ini, secara nyata memang masih belum mencapai target dan sasaransecara keseluruhan. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kendala dan waktu yang kurangtepat (karena sedang musim hujan). Namun setidaknya dari hasil penelitian yang dilakukan tahunini telah memberikan masukan dan tambahan data tentang berbagai temuan hasil ekskavasi sertagambaran tentang potensi dan sebaran gua-gua/ceruk di wilayah ini.

Pada masa lalu (prasejarah), manusia mempunyai ketergantungan yang sangat tinggiterhadap lingkungan alam untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Dalam beradaptasi denganlingkungannya, lalu manusia banyak memanfaatkan berbagai macam sumberdaya yang disediakanoleh alam. Mereka menghuni dan menempati gua-gua atau ceruk, membuat alat denganmenggunakan bahan-bahan yang sudah disediakan oleh alam, serta mengumpulkan makanandan berburu binatang. Dari seleksi alam tersebut, kemudian manusia mulai memilih lokasi hunianyang berada pada daerah-daerah yang mempunyai potensi sumberdaya lingkungan yangmendukung.

Dari aspek pemilihan lokasi hunian, secara nyata komunitas penghuni Liang Bangkai telahmenentukan pilihan pada suatu tempat yang mempunyai potensi sumberdaya lingkungan yangsangat baik di perbukitan karst. Pemilihan lokasi pada daerah lingkungan perbukitran gampingtersebut bukan tidak beralasan, namun hal ini didasarkan pertimbangan karena wilayah sekitarmempunyai banyak tinggalan gua-gua dan ceruk yang terbentuk secara alami berkaitan denganproses geologi dan geomorfologi yang terjadi di daerah ini. Ceruk-ceruk yang terbentuk secaraalamiah tersebut, kemudian dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan aktivitas mereka. Merekamemilih lokasi tempat tinggal (ceruk) yang berada pada suatu kawasan yang memiliki berbagaisumberdaya lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; sepertisumberdaya air, flora dan fauna.

Melihat dari potensi tinggalan arkeologisnya yang sangat melimpah dan padat, maka dapatdisimpulkan bahwa Liang Bangkai merupakan situs gua hunian (okupasi) manusia pada masalalu (prasejarah). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persebaran dan kepadatan temuanyang diperoleh dari hasil ekskavasi, menunjukkan bahwa situs ini telah dihuni secara intensifdalam kurun waktu yang cukup lama. Setidaknya, Situs Liang Bangkai mempunyai kandungan

Page 44: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

40 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

lapisan budaya yang bercirikan dari Kala Holosen dengan kronologi antara 12.000 – 3.000 tahunSM.

Berdasarkan hasil temuan ekskavasi di situs utama Liang Bangkai menunjukkan bahwagua/ceruk tersebut diduga sebagai tempat hunian sekaligus aktivitas manusia masa lalu(prasejarah). Bukti-bukti temuan berupa alat-alat serpih litik, tatal batu, batu inti, dan batu pukulyang sangat melimpah menunjukkan bahwa situs ini kemungkinan juga dipakai sebagai areaperbengkelan (atelier). Keberadaan gua-gua dan ceruk lainnya di sekitar bukit Liang Bangkaikemungkinan hanya dimanfaatkan sebagai hunian temporer atau aktivitas lainnya (misalnya untukmembuat coretan-coretan/lukisan dinding gua).

IV.2. Saran dan RekomendasiSitus Liang Bangkai merupakan salah satu bukti situs gua hunian (okupasi) manusia

prasejarah yang terdapat di wilayah Mantewe. Bukti-bukti tinggalan arkeologis yang sangatmelimpah di wilayah ini merupakan potensi yang sangat cerah dan menjanjikan dalampengembangan ilmu pengetahuan/penelitian maupun sebagai aset pariwisata. Penelitian di sekitarwilayah Bukit Bangkai harus tetap dilakukan sampai tuntas/selesai, terutama berkaitan denganpenanganan temuan rangka manusia di LB-10. Seyogyanya temuan ini harus segera ditindaklanjutisecepatnya, mengingat situasi dan kondisinya yang sangat rentan serta mudah rusak. Analisisdan casting (cetakan) harus segera dilakukan mengingat rangka ini sangat jarang/langka ditemukandi wilayah Kalimantan Selatan. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan inputdan kontribusi kepada pemerintah daerah setempat, khususnya pemahaman tentang nilaikepurbakalaan dan potensi tinggalan gua-gua dan ceruk yang pernah dipakai sebagai ajangaktivitas kehidupan manusia masa lalu (prasejarah). Disamping itu, hasil penelitian ini jugadiharapkan dapat memberikan masukan tentang arti pentingnya wilayah ini sebagai area/situspenelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (sejarah kehidupan manusia). Potensisumberdaya alam dan lingkungan yang sangat indah (khususnya panorama di dalam gua-gua)yang terdapat di wilayah ini sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai daerah tujuan dan destinasipariwisata (alam dan budaya).

Page 45: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

41Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Daftar Pustaka

Andi Cahyono, Eko. 2012. Geografi lingkungan dan sumberdaya: pemboran dalam dan pengukurangas dalam lapisan batubara di Kabupaten Tanah Bumbu. Makalah dalam Arya Bima.

BPN Kab. Tanah Bumbu. 2010. Geografi dan Kependudukan Kabupaten Tanah Bumbu.Brumm, Adam, Gitte M.Jensen, G.D. van den Bergh, M.J. Morwood, Iwan Kurniawan, Fachroel

Aziz & Michael Storey. 2010. Hominin on Flores, Indonesia by one million Yearsago. Nature 464: 748 – 753

Butzer, Karl W. 1972. Environment and archaelogy. London: Methuen.Clarke, David. 1977. Spatial information in archaeology. Dalam Spatial Archaeology. London:

Academic Press. Halaman 1-23.Crabtree, Don E. 1972. An introduction to flintworking. Idaho: Occasional Papers of the Museum

Idaho State University.Deetz, James F. 1967. Invitation to Archaeology. New York: The Natural History Press.Eriawati, Y.J. dan Intan S. Fadhlan M., 1995. Gua-Gua Di Maros Dan Pangkep, Sulawesi Selatan.

LPA Bidang Arkeometri. Jakarta: Puslit Arkenas.

Greisser, Sally T dan Payson D. Sheets. 1979. Raw materials as a functional variable in use-wearstudies. Dalam Brian Hayden (ed.), Lithic use-wear analysis. New York: AcademicPress. Halaman 289-296.

Mundardjito, 1985. Manfaat studi permukiman bagi disiplin ilmu arkeologi. Diskusi Ilmiah ArkeologiVI. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah DKI Jakarta dan Jabar.

Nurani, Indah Asikin. 2004. Perkembangan industri litik penghuni gua-gua di Jawa Timur. BerkalaArkeologi XXIV (1): 1-13.

Prasetyo, Bagyo. 2004. Gerabah Gunung Sewu dalam konteks Asia Tenggara. Dalam PrasejarahGunung Sewu. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.

Semenov, S.A. 1964. Prehistoric technology. London: Cory and Mckay Ltd.Simanjuntak, Truman, 1996. Eksplanasi awal tentang kehidupan di dalam gua pada Kala Holosen.

Aspek Arkeologi 19.Simanjuntak, Truman. 2004. Hunian gua dan ceruk: trend baru pada akhir Plestosen. Dalam

Prasejarah Gunung Sewu. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.Soejono, R.P. 1981. Tinjauan tentang pengkerangkaan prasejarah Indonesia. Aspek-Aspek Arkeologi

Indonesia.Sugiyanto, Bambang. 2012. Penelitian gua-gua prasejarah di wilayah Kecamatan Mantewe (Tahap

IV). Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balar Banjarmasin. Belum Terbit.Sugiyanto, Bambang. 2013. Penelitian gua-gua prasejarah di wilayah Kecamatan Mantewe (Tahap

V). Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balar Banjarmasin. Belum Terbit.

Page 46: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

42 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 47: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

43Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

LAMPIRAN GAMBAR

Page 48: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

44 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Peta 1. Lokasi Daeerah Penelitian di Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu(Sumber: Kementerian PU Kab. Tanah Bumbu)

Page 49: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

45Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Peta 2. Geologi dan Tata Guna Lahan Kabupaten Tanah Bumbu(Sumber: Kementerian KLH Kab. Tanah Bumbu)

Page 50: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

46 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

Tabe

l1. D

ata

Gua

-Gua

dan

Cer

uk d

i Buk

it Ba

ngka

i,Ke

cam

atan

Man

tew

e, K

abup

aten

Tan

ah B

umbu

, Pro

vins

i Kal

iman

tan

Sela

tan

No.

N

ama

Gua

/Cer

uk

Kele

taka

n As

trono

mis

O

rient

asi/

Arah

Had

ap

Uku

ran

Mul

ut/P

intu

Mas

uk

(met

er)

Indi

kato

r Tem

uan

Kete

rang

an /

Kode

Situ

s

BT

LS

Ting

gi

Pjg

Lbr/L

rg

1 C

eruk

Ban

gkai

-1

03˚ 1

2 ' 1

3.5"

11

5˚ 4

7' 4

4.2"

Ti

mur

(90˚

) 2

3 - 4

-

Serp

ih li

tik, g

rbah

, ckg

krg

/mol

uska

C

eruk

(CR

-1)

2 C

eruk

Ban

gkai

-1a

03˚ 1

2 ' 0

4.0"

11

5˚ 4

7' 4

7.4"

Se

lata

n 4,

7 20

,17

5,9

Luki

san

dind

ing

Cer

uk (C

R-1

a); L

ower

cha

mbe

r

3 C

eruk

Ban

gkai

-2

03˚ 1

2 '1

0.3"

11

5˚ 4

7' 5

1.4"

13

4 2

– 4

- -

Cer

uk (C

R-2

)

4 C

eruk

Ban

gkai

-3

03˚ 1

2 '0

7.1"

11

5˚ 4

7' 5

3.4"

11

4 3

– 7

- Se

rpih

litik

, frg

. tlg

, grb

ah, c

kg k

rg/m

olus

ka

Cer

uk (C

R-3

)

5 C

eruk

Ban

gkai

-4

03˚ 1

2 '0

5.8"

11

5˚ 4

7' 5

3.7"

60

˚ 5

– 6

29,5

9

– 9,

5 -

Cer

uk (C

R-4

)

6 C

eruk

Ban

gkai

-5

03˚ 1

2 '0

1.7"

11

5˚ 4

7' 5

3.2"

90

˚ 3

– 4

12

5 -

Cer

uk (C

R-5

)

7 C

eruk

Ban

gkai

-6

03˚ 1

2 '0

0.5"

11

5˚ 4

7' 5

3.7"

13

2 –

8 10

8

- 9

- C

eruk

(CR

-6)

8 C

eruk

Ban

gkai

-7

03˚ 1

1 '5

9.6"

11

5˚ 4

7' 5

4.7"

12

1 –

4 19

2

– 5,

5 -

Cer

uk (C

R-7

)

9 C

eruk

Ban

gkai

-8

03˚ 1

1 '5

8.6"

11

5˚ 4

7' 5

0.8"

4

– 12

42

6

- C

eruk

(CR

-8)

10

Cer

uk B

angk

ai-9

03

˚ 12

'02.

9"

115˚

47'

49.

5"

210˚

1

– 4

33

7 –

9 -

Cer

uk (C

R-9

)

11

Cer

uk B

angk

ai-1

0 03

˚ 12

'06.

8"

115˚

47'

50.

5"

30 -

100˚

6

– 12

19

– 3

9 4

– 13

-

Cer

uk (C

R-1

0)

12

Cer

uk B

angk

ai-1

1 03

˚ 12

'03.

9"

115˚

47'

48.

1"

0 - 6

0,4

– 3

47

6,5

– 14

-

Cer

uk (C

R-1

1)

13

Cer

uk B

angk

ai-1

2 03

˚ 12

'02.

0"

115˚

47'

46.

0"

30˚

3 –

3,5

38

5 –

17

Luki

san

dind

ing

Cer

uk (C

R-1

2)

14

Lian

g Ba

ngka

i-1

03˚ 1

2 ' 1

4.1"

11

5˚ 4

7' 4

3.3"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-1)

Page 51: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

47Berita Penelitian Arkeologi Vol. 7/2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

No.

N

ama

Gua

/Cer

uk

Kele

taka

n As

trono

mis

O

rient

asi/

Arah

Had

ap

Uku

ran

Mul

ut/P

intu

Mas

uk

(met

er)

Indi

kato

r Tem

uan

Kete

rang

an /

Kode

Situ

s

BT

LS

Ting

gi

Pjg

Lbr/L

rg

15

Lian

g Ba

ngka

i-1a

03˚ 1

2 ' 0

3.6"

11

5˚ 4

7' 4

2.9"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB-

1a)

16

Lian

g Ba

ngka

i-2

03˚ 1

2 ' 1

1.5"

11

5˚ 4

7' 5

0.6"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-2)

17

Lian

g Ba

ngka

i-3

03˚ 1

2 ' 1

5.0"

11

5˚ 4

7' 3

9.8"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-3)

18

Lian

g Ba

ngka

i-3a

03˚ 1

2 ' 1

2.8"

11

5˚ 4

7' 4

0.0"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB-

3a)

19

Lian

g Ba

ngka

i-4

03˚ 1

2 ' 0

8.7"

11

5˚ 4

7' 5

2.4"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-4)

20

Lian

g Ba

ngka

i-5

03˚ 1

2 ' 0

4.1"

11

5˚ 4

7' 5

3.2"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-5)

21

Lian

g Ba

ngka

i-6

03˚ 1

2 ' 0

2.8"

11

5˚ 4

7' 5

3.2"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-6)

22

Lian

g Ba

ngka

i-7

03˚ 1

1 ' 5

7.2"

11

5˚ 4

7' 5

5.3"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-7)

23

Lian

g Ba

ngka

i-8

03˚ 1

1 ' 5

5.9"

11

5˚ 4

7' 5

5.1"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-8)

24

Lian

g Ba

ngka

i-9

03˚ 1

1 ' 5

7.6"

11

5˚ 4

7' 5

3.0"

-

- -

- -

Gua

Lor

ong

(LB

-9)

25

Lian

g Ba

ngka

i-10

03˚ 1

2 ' 0

2.6"

11

5˚ 4

7' 4

5.2"

-

- -

- Se

rpih

litik

, frg

. tlg

& rg

ka m

nsia

, ckg

krg

/ m

olus

ka

Gua

Lor

ong

(LB-

10)

26

Loro

ng B

angk

ai-1

03

˚ 12

' 12.

7"

115˚

47'

50.

4"

- -

- -

- G

ua L

oron

g (L

R-1

)

Page 52: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

48 Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-situs Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Mantewe

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 53: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

Berita Penelitian Arkeologi Vol. 8 /2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Ekskavasi dan Eksplorasi Situs-Situs Hunian Prasejarah Di Kawasan Karst Mantewe, KabupatenTanah Bumbu, Kalimantan SelatanBambang Sugiyanto dan Jatmiko

Abstrak. Berdasarkan hasil penelitian (eksplorasi) yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasinsejak tahun 2006 – 2008, di wilayah sekitar Bukit Bangkai telah ditemukan sejumlah 12 gua, 11ceruk, dan 1 lorong yang diantaranya mengandung indikator temuan arkeologis (Sugiyanto, 2012).Salah satu situs di Bukit Bangkai yang kemudian diteliti secara intensif (melalui ekskavasi) sejaktahun 2010 – sekarang adalah Liang Bangkai. Dari bukti-bukti hasil temuan penelitian arkeologisyang dilakukan oleh Balar Banjarmasin pada tahun 2008, 2010, 2012, dan 2013 telahmemprediksikan bahwa Situs Liang Bangkai merupakan suatu situs ceruk hunian (okupasi) manusiaprasejarah.

Kata kunci: kawasan karst, Mantewe, situs hunian prasejarah, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

Abstract. Excavation and Exploration on the Prehistoric Settlement Sites in the Karst ofMentewe, Tanah Bumbu Region, South Kalimantan. Based on the results of archaelogicalexploration performed by Balai Arkeologi Banjarmasin since 2006-2008, it was found a total of 12caves, 11 rock-shelter, and 1 hallway around Bukit Bangkai that contain archaeological findings.One site at Bukit Bangkai which was studied intensively (by excavation ) since 2010 until now isLiang Bangkai. From the findings of archaeological researches conducted by Balai ArkeologiBanjarmasin successively in 2008 , 2010 , 2012 , and 2013 could be assumed that Liang Bangkaiis a rock-shelter occupation site of human prehistory.

Keyword: karst area, Mantewe, prehistorical occupation sites, Tanah Bumbu, South Kalimantan

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI ISSN 1410-3443Vol. 7 September 2014

LEMBAR ABSTRAK

Page 54: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

Berita Penelitian Arkeologi Vol. 8 /2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Prof. Dr. Dwi Purwoko, Msi., menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di bidang Sejarah jenjangS1 di Universitas Indonesia. Melanjutkan jenjang S2 bidang Ilmu Politik di Universitas Nasional,dan jenjang S3 bidang Penyuluhan Pembangunan di Institut Pertanian Bogor. Kajian yangdiminatinya adalah sejarah, agama dan politik. Dwi Purwoko aktif menjadi narasumber di berbagaiworkshop dan kegiatan ilmiah lainnya. Selain itu juga menjadi editor buku Kemandirian Santri danPembanguan Masyarakat (2010), dan mitra bestari beberapa jurnal ilmiah, yaitu antara lain majalahHarmoni, Pena Mas, Aspirasi, Suluah. Dwi Purwoko juga aktif mengajar di Program Pasca SarjanaSTIAMI, dan membimbing tesis mahasiswa pasca STIAMI dan UNPRI. Tugas saat ini adalahProfesor Riset di PMB-LIPI, Jalan Gatot Subroto 10 Jakarta 12190, dan dapat dihubungi melaluiemail: [email protected].

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI ISSN 1410-3443Vol. 7 September 2014

BIODATA MITRA BESTARI

Page 55: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

Berita Penelitian Arkeologi Vol. 8 /2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Penulisan bab, subbab, serta bagian-bagian dari subbab dalam bentuk kasus kalimat (sentencecase), dan hanya huruf pertamanya saja yang merupakan huruf kapital. Pembagian bab dansubbab disusun sebagai berikut, Bab menggunakan angka romawi: I, II, III, ..... Subbab dan bagian-bagian bab berikutnya

secara berurutan menggunakan penomoran: I.1. I.1.1. II.1.1.1. II.1.1.1.1.III.1.1.1.1.1 ..........dan seterusnya;

Apabila terdapat istilah asing atau lokal yang bukan Bahasa Indonesia, maka ditulis dengancetak miring atau italics;

Judul grafik, tabel, dan bagan dituliskan di atasnya, sedangkan referensinya dituliskan dibawahnya;

Judul gambar, peta, dan foto dituliskan di bawahnya beserta referensinya; Penutup disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan,

dan hasil penelitian; Pengutipan sumber tertulis dicetak mengikuti Chicago Style yang merupakan gaya kutipan

yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah dengan ketentuan sebagai berikut, Catatan perut ditulis seperti contoh: (Soekmono 1963, 17-23) atau (Hastings et.al. 1911, 135)

atau (McKinnon pers.comm, 18 Juli 2008); Judul karya tulis kutipan dalam bentuk kalimat kasus (sentence case), hanya huruf pertama

yang kapital, huruf-huruf berikutnya kecil, kecuali nama jurnal, etnis, agama, undang-undang,negara, kerajaan, kota, desa, situs, geografis, dan sebagainya;

Referensi dan sumber lainnya disusun secara alfabet dan kronologis seperti contoh: Buku, bagian buku atau proceedings, dan ensiklopedia (ISBN)

Adham, D. 2002. Salasilah Kutai. Tenggarong: Bagian Kehumasan dan ProtokolPemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.

American Heritage. 2000. Dictionary of the English language. Fourth edition. Boston:Houghton Mifflin Company.

Bellwood, Peter, J.J. Fox and D. Tryon, eds. 1995. The Austronesian: historical andcomparartive perspective. Canberra: Australian National University.

Groslier, Bernard Philippe. 2002. Indocina, persilangan kebudayaan. Terj. dan eds.Daniel Perret, Jean Couteau dan Ida Sundari Hoesen. Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia.

Page 56: ISSN: 1410 - 3443arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/01/BPA-VOl... · Liang (ceruk) Bangkai memiliki ukuran maksimum panjang ± 40 meter, lebar ± 14 meter,

Berita Penelitian Arkeologi Vol. 8 /2014 – Balai Arkeologi Banjarmasin

Balai Arkeologi BanjarmasinJalan Gotong Royong II, RT. 03/06, Banjarbaru 70711Kalimantan Selatandan melalui surat elektronik ke [email protected].

Dewan Redaksi berhak menolak naskah yang tidak sesuai dengan pedoman penulisan naskah; Penulis yang naskahnya diterbitkan dalam Berita Penelitian Arkeologi akan menerima 2

eksemplar Berita Penelitian Arkeologi dan 1 eksemplar cetak lepas naskah; Melampirkan biodata penulis yang meliputi nama, pendidikan terakhir, jabatan fungsional dalam

instansi, nama instansi, minat bidang penelitian, hasil penelitian, dan akun email..