isi ctev baru alfi

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kita seringkali menemui bentuk kaki maupun gaya berjalan anak yang aneh misalnya kaki berbentuk X ataupun O. Banyak yang menghubungkan dengan beberapa hal, namun banyak informasi yang berkembang di masyarakat adalah sebatas mitos yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Prevalensi kondisi ini tidak diketahui, tetapi cukup sering untuk dianggap sebagai variasi normal pada balita. Namun demikian, tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan dalam triase kondisi ini. Radiografi, meskipun opsional, mungkin diperlukan untuk membedakan varus fisiologis dari kondisi patologis yang membutuhkan pengobatan. (Medscape. 2012) Kelainan kaki yang banyak dialami anak balita, umumnya bukan berupa penyakit tulang. Namun, lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. Biasa terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Namun gangguan ini bisa juga bersifat patologis jika ditemukan pada rentang umur lebih dari 2 tahun. Beberapa tanda genuvarum dan genu valgus ini bersifat patologis adalah : 1. Jika bowleg atau knock-knee terlihat keluar dari rentang umur diatas, bowleg melebihi umur 3 dan knock knee melebihi umur 7 1

Upload: annisanuraini

Post on 13-Aug-2015

157 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Isi CTEV Baru Alfi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kita seringkali menemui bentuk kaki maupun gaya berjalan anak yang aneh misalnya

kaki berbentuk X ataupun O. Banyak yang menghubungkan dengan beberapa hal, namun

banyak informasi yang berkembang di masyarakat adalah sebatas mitos yang belum bisa

dibuktikan secara ilmiah.

Prevalensi kondisi ini tidak diketahui, tetapi cukup sering untuk dianggap sebagai

variasi normal pada balita. Namun demikian, tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan

dalam triase kondisi ini. Radiografi, meskipun opsional, mungkin diperlukan untuk

membedakan varus fisiologis dari kondisi patologis yang membutuhkan pengobatan.

(Medscape. 2012)

Kelainan kaki   yang banyak dialami anak balita, umumnya bukan berupa penyakit tulang.

Namun, lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu

putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. Biasa terjadi pada umur

dibawah 2 tahun. Namun gangguan ini bisa juga bersifat patologis jika ditemukan pada

rentang umur lebih dari 2 tahun. Beberapa tanda genuvarum dan genu valgus ini bersifat

patologis adalah :

1. Jika bowleg atau knock-knee terlihat keluar dari rentang umur diatas, bowleg

melebihi umur 3 dan knock knee melebihi umur 7

2. Jika unilateral

3. Jika jarak interkondilar atau maleolar lebih dari 2 inci, atau progresivitasnya cepat,

lebih dari ½ inci dalam 6 bulan.

Gejala yang berhubungan seperti nyeri, lemas, tanda-tanda blount’s disease, rickets,

atau sindrom penyakit lain.

Selain itu, ada kelainan kongenital yang dinamakan CTEV (Congenital Talipes

Equinovarus). Pada kasus ini, tampakan bayi keltika lahir sudah menunjukkan

abnormalitas kaki dengan tanda telapak kaki membengkok kedalam.

Dari uraian diatas, jika ternyata abnormalitas bentuk kaki anak tersebut patologis, tentu

akan menimbulkan masalah kesehatan yang perlu segera ditangani. Karena jika tidak segera

1

Page 2: Isi CTEV Baru Alfi

ditangani akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari anak tersebut. Oleh karena

pentingnya perawatan anak dengan genu varum dan genu valgus inilah kita perlu memahami

penyakit dan terapi yang diperlukan oleh anak tersebut. Melalui asuhan keperawatan yang

komprehensif dan holstik diharapkan terjadi perbaikan atau perubahan bentuk kaki menjadi

normal.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah konsep genu valgum dan genuvarum pada anak?

2. Bagaimanakah konsep CTEV?

3. Bagaimanakah pengaruh CTEV pada tumbuh kembang anak?

4. Bagaimanakah asuhan keperwatan yang diberikan pada anak dengan gangguan

CTEV

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan anak dengan kelainan kongenital CTEV

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi konsep genu varum dan genu valgus

2. Mengidentifikasi konsep CTEV

3. Mengidentifikasi tumbuh kembang anak dengan CTEV

4. Mengidentifikasi asuhan keperawatan anak dengan CTEV

1.4 Manfaat

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan CTEV

2

Page 3: Isi CTEV Baru Alfi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-kaki, dan tibia vara),

adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke arah luar) dari kaki berkaitan dengan

paha, sehingga memberikan penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi Biasanya

medial dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat. (Wikipedia, 2012)

Genu varum (bowleg) kondisi dimana kaki membengkok keluar pada posisi berdiri.

Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu ketika berdiri dengan dua kaki,

lutut akan terpisah jauh.

Genu valgum(knock-knee) adalah kondisi dimana kaki membungkuk ke arah dalam pada

posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu berdiri dengan

kaki berjajar bersamaan kedua kaki akan terpisah jauh. (wheaton resource corp)

Genu valgum adalah istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau

bentuk kaki seperti huruf x. Bentuk kaki x ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian

bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh, sementara pergelangan

kaki terpisah(Dewo Sulistyo. 2011)

Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas

umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal. Congenital Talipes Equino-varus

(CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-

anak. Clubfoot  sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah

deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari

kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal

dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang

menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari

kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke arah dalam/medial).

Sampai saat ini masih banyak  perdebatan dalam etiopatologi CTEV. Patogenesisnya

bersifat multifaktorial. Banyak teori telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini,

termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor jaringan

lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak

3

Page 4: Isi CTEV Baru Alfi

dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah terapi, karenanya

mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.

CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi

seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis

tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefootjuga berputar kedalam. Tanpa

terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin

menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi

tantangan bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan

kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi

secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah

kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang

mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis diangggap sebagai deformitas

equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya,

seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus danCalcaneovarus yang mungkin saja terjadi.

CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah

mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis

yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat,

tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan

dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid,

menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.

Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang

berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki

dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.

Deformitas talipes diantaranya :

1. Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam

2. Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar

3. Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit

4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit

Club Foot terjadi kelainan berupa :

1. Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)

2. Hind Foot Varus (tumit terinversi)

3. Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan

plantar fleksi)

4

Page 5: Isi CTEV Baru Alfi

Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka

kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya

melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral

clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan

yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis

(imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.

Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran

hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya

berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.

Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar

dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. 

2.2 Insidensi

Insidensi adalah sekitar 1 dari 1000 kelahiran

a. Pria > Wanita, dengan 65% kasus terjadi pada pria

b. Pada 30-40% kasus terjadi bilateral

2.3 Klasifikasi

1. Postural Club foot

2. Congenital Club foot :

a. Simple

b. Rigid → pada kasus yang rigid, perlu tindakan operasi.

3. Syndromic Club foot associated with :

@ Artrogryposis Multiplex Congenital atau amioplasia → suatu kelainan

kongenital yang berkaitan dengan penggantian otot dengan jaringan fibrosa pada

saat lahir, sehingga mengakibatkan hilangnya mobilitas sendi, dan berkaitan

dengan deformitas seperti misalnya CHD, talipes equinovarus, dislokasi lutut.

5

Page 6: Isi CTEV Baru Alfi

@ Myelomeningocel. Pada kasus ini terjadi imbalance otot sehingga terjadi club

foot tipe rigid.

2.4 Etiologi

Penyebab utama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab

terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer

dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.

Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:

1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan

muncul sebelum fertilisasi.

2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum

yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek

terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.

3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan

temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai

ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila

hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang

ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan

perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini

memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa

perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal

maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).

4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.

5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.

6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.

2.5 Manifestasi klinis

Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita clubfootatau

kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk

mengidentifikasi adanya abnormalitas.

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat,

dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri ,

6

Page 7: Isi CTEV Baru Alfi

pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit sedang menumpu, apakah

pada posisi varus, valgus atau netral.

Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh

sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-

kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya

kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian

anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.

Kemungkinan manifestasi klinis yang ditemui adalah :

1. Tidak adanya kelainan congenital lain

2. Berbagai kekakuan kaki

3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan

4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif

memendek.

5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan

pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan

mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang

sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit

dipalpasi.

6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan

dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini

yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena

posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak

sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila

disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi

tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan

terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak

terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus

pada bagian bawahnya.

7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang

kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada

maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang

7

Page 8: Isi CTEV Baru Alfi

navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena

adanya perputaran subtalar ke medial.

8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior

dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah

dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor

jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.

Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya

subluksasi atau dislokasi.

2.6 Patofisiologi

Teori patogenesis clubfeet adalah sebagai berikut: 

1. Penangkapan perkembangan janin dalam tahap fibula 

2. Cacat anlage kartilaginosa dari talus 

3. Faktor neurogenik: kelainan histokimia telah ditemukan di kelompok otot peroneal

posteromedial dan pasien dengan clubfeet.Hal ini mendalilkan terjadi karena

perubahan persarafan dalam kehidupan intrauterin sekunder untuk acara neurologis,

seperti stroke menyebabkan hemiparesis ringan atau paraparesis. Hal ini lebih

didukung oleh kejadian 35% dari varus dan equinovarus deformitas dalam spina

bifida. 

4. Mencabut fibrosis (atau myofibrosis) sekunder untuk jaringan fibrosa meningkat pada

otot dan ligamen: Dalam penelitian janin dan kadaver, Ponseti juga menemukan

kolagen dalam semua struktur ligamen dan tendon (kecuali Achilles tendon), dan itu

sangat longgar dan berkerut bisa diregangkan. Tendon Achilles, di sisi lain, terdiri

dari kolagen erat berkerut dan tahan terhadap peregangan. Zimny et al menemukan

myoblasts di fasia medial pada mikroskop elektron dan mendalilkan bahwa mereka

menyebabkan kontraktur medial.

5. Insersi tendon anomali : Inclan mengusulkan arag hasil insersi tendon anomali club

feet. Namun, penelitian lain tidak didukung. Hal ini lebih mungkin bahwa anatomi

clubfeet dapat membuatnya tampak bahwa insersi tendon anomlali.

Variasi musiman: Robertson mencatat variasi musiman untuk menjadi faktor dalam studi

epidemiologi di negara berkembang. Hal ini bertepatan dengan variasi yang sama dalam

kejadian polio pada anak di masyarakat.. Clubfoot karena itu diusulkan untuk menjadi

8

Page 9: Isi CTEV Baru Alfi

sequela dari kondisi poliolike prenatal. Teori ini kemudian didukung oleh perubahan motor

neuron di kornu anterior di sumsum tulang belakang dari bayi-bayi.

2.7 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi

konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan

koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah

operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan

dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit

menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil

dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang

memerlukan cangkok kulit.

Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah

operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk

mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.

Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf

mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan.

Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya

terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

2.8 Penatalaksanaan

1. Non-Operative :

Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan

remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan

yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot

normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang

dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini

ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan

kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari

sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang

cepat pada periode ini.

9

Page 10: Isi CTEV Baru Alfi

Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur

yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut

akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan

gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi

dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak

dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada

koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.

Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan

yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang

penyembuhan.

Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan

orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan

karena deformitas atau therapi yang lama.

Perawatan “cast” meliputi :

1. Biarkan cast terbuka sampai kering

2. Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari

pertama atau sesuai  intruksi

3. Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan

laporkan bila ada perubahan yang abnormal

4. Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa

nyeri.

5. Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-

otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.

Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma

Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda

kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak

6. Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast

dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat

7. Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

10

Page 11: Isi CTEV Baru Alfi

CAST pada CTEV (Posenti Tretment)

2. Operatif

Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

1. Jika terapi dengan gibs gagal

2. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur

maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang

neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai

dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior

release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau

perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release

talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu

Appley).

Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau

kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakanartrodesis triple yang terdiri atas

reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art.

talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

3. Suportif

a. Splints CTEV

Adalah splints plastik dibentuk sedemikian rupasehingga membuat kaki dalam posisi

yang benar.

11

Page 12: Isi CTEV Baru Alfi

b. Denis coklat belat: membuat kaki di posisi yang benar dan digunakan sepanjang

hari sebelum anak mulai berjalan. Jenissplints harus digunakan pada malam hari saja.

c.  CTEV sepatu: Ini adalah sepatu yang dimodifikasi hanya digunakan ketika anak

mulai berjalan. Modifikasi khusus yang dibuat dalam jenis sepatu adalah:

Lurus dalam perbatasan untuk mencegah gerakan ke dalam kaki

Sepatu luar dibangkitkan untuk mencegah inversi kaki

Tanpa hak untuk mencegah equines(seperti kuda)

Sepatu ini CTEV digunakan sampai anak usia 5 tahun.

Healthline.2010. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)

2.9 Prognosis

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun

demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi

dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus

menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain

menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua

harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan

12

Page 13: Isi CTEV Baru Alfi

tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan

tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi

hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih

kecil dari biasanya

2.10 Pemeriksaan penunjang

2.10.1 Diagnosis

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early

diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat

mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia.

“Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu

jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki

cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang

equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang

dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat

tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki

depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan

dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus

paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah

dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak

dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan

terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada

sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar

fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis

terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid

mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang

navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis,

tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis

bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar

ke medial.

Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior

dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah

13

Page 14: Isi CTEV Baru Alfi

dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor

jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain

seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi

atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang

dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan

malformasi multiple.

2.10.2 Diagnosis Banding

1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat

dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat

terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali

2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki

bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan

manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.

2.10.3 Pemeriksaan diagnostik

Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan ultrasonography

atau terdeteksi saat kelahiran.

14

Page 15: Isi CTEV Baru Alfi

WOC

15

Bentuk kaki tidak normal

CTEV

Gangguan menggerakkan kaki

Fore Foot Adduction

Hind Foot Varus

Equinus ankle

Anatomi tulang abnormal

Teori kromosonal

Teori embrionik

Teori otogenik

Teori neurogenik

Teori amiogenik

Cidera fisik

MK: Ansietas

MK: Nyeri

Tindakan pemasangan GIPS

MK: Kerusakan mobilitas fisik

Kerusakan muskuloskeletal

Vaskularisasi jaringan menurun

Resti kerusakan integritas kulit

Pergerakan kaki yang terbatas

Page 16: Isi CTEV Baru Alfi

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Ny S datang ke RSUA pada 01 juni 2012 dengan keluhan anak laki-lakinya yang baru

dilahirkan 5 hari yang lalu kakinya terlihat kaku dan masuk ke arah dalam. Ny S mengetahui

keadaan kaki anak T tersebut abnormal sejak lahir, namun pada awalnya Ny S mengira lama-

lama akan normal dengan sendirinya. Namun semakin hari Ny A merasa cemas dengan

keadaan anaknya yang akhirnya membawa anak T ke RSUA. Ny S adalah ibu Rumah Tangga

2 anak, beragama islam, suku jawa, tamat SMA. Alamat Ny S adalah Dukuh setro ruwasan 2

no 5. Suami Ny S adalah Tn W seorang PNS guru pada sekolah dasar.

Dari Heteroanamnesa dari ibu pasien, didapatkan data bahwa anak pertama Ny S

normal dan sekarang berumur 2 th. Anggota keluarga Ny S juga tidak ada yang menderita

kelainan seperti ini. Keluaraga Ny S sampai saat ini hanya menderita sakit seperti batuk,

pilek, demam ringan, dan tidak pernah sampai opname. Selama hamil, Ny S ANC ke

puskesmas Tanah Kali kedinding. Saat mengandung anak T, Ny S mengaku tidak menderita

penyakit apapun dan tidak mengkonsumsi alkohol serta tidak merokok. Saat melahirkan anak

T, Ny S ditolong oleh bidan desa. Anak T lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu,

saat lahir langsung menangis dengan BB 2900 gram dan panjang 50cm. Saat persalinan Ny S

dan anak T hanya menginap semalam di bidan tersebut. Anak T sampai saat ini belum dapat

imunisasi apa-apa, sehari-hari minum ASI, BAB warna kuning berampas (memakai

pampers). Berdasarkan informasi dari Ny S, anak T terlihat kaku dalam menggerakkan

kakinya. Sebenarnya Ny S sudah mengetahui kelainan ini sejak anak T lahir. Namun Ny S

beranggapan lama-lama kaki anaknya akan menjadi normal. Namun lama-kelamaan Ny S

cemas dengan keadaan anaknya. Sehari-hari anak T tidur sekitar 12jam dan mandi seka dua

kali sehari dengan air hangat.

Dari pemeriksaan fisik pada An.T didapatkan TD 80/70 mmhg, RR 50x/menit, suhu

36,50C, Nadi 80x/menit. Suara nafas vesikuler, Irama nafas reguler, tidak ada retraksi otot

bantu nafas, tidak ada alat bantu nafas, dan tidak ada pernafasan cuping hidung. Akral An. T

hangat, tidak pucat dan tidak jaundice, CRT 2 detik. Sistem saraf normal, An T BAB dan

BAK di pampers, konsistensi BAB cair kuning berampas, BAK kuning jernih , Tidak ada

16

Page 17: Isi CTEV Baru Alfi

gangguan pada sistem pencernaan, Jika di inspeksi, kaki An. T terlihat kaku, pergerakan kaki

tidak bebas dan kaki terlihat masuk ke arah dalam.

I. Pengkajian

a. Biodata klien :

Nama :Ny S

Alamat :Dukuh Setro Ruwasan

Agama :Islam

Suku :Jawa

Pekerjaan :Ibu rumah tangga

Pendidikan :SMA

Nama Suami :Tn W

Pekerjaan suami :PNS guru

b. Keluhan Utama :

Kelainan pada kaki anak T yang masuk ke arah dalam dan terlihat kaku saat

menggerakkan kaki.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny S datang ke RSUA untuk memeriksakan anak T yang sampai sekarang (5 hari

kelahirannya) ketika menggerakkan kaki terlihat kaku dan kaki terlihat masuk ke dalam. Ny S

cemas dengan keadaan anaknya sehingga memeriksakan anaknya ke RSUA.

d. Riwayat penyakit keluarga

Dalam keluarga Ny S tidak ada yang menderita kelainan seperti ini. Anak pertama Ny S

juga normal.

e. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal

1. Antenatal

Selama hamil Ny S ANC di puskesmas Tanah Kali Kedinding. Ny S tidak merokok,

tidak pernah mengkonsumsi alkohol, hanya minum obat-obatan dari puskesmas saat ANC.

Ny S juga tidak menderita penyakit apapun selama hamil.

2. Natal

17

Page 18: Isi CTEV Baru Alfi

Ny S melahirkan anak T di bidan desa secara spontan dengan usia kehamilan

38minggu. Anak T langsung menangis ketika lahir, berat badan 2900gram dengan panjang

50cm.

3. Postnatal

Setelah melahirkan anak T, Ny S menginap semalam di bidan desa tersebut dan

melakukan pemeriksaan postnatal pada bidan tersebut.

f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan anak T belum terlihat secara signifikan karena umur anak T

baru 5 hari.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluaraga Ny S sampai saat ini hanya menderita sakit seperti batuk, pilek, demam

ringan, dan tidak pernah sampai opname.

h. Riwayat Imunisasi

Anak T belum pernah menerima imunisasi apapun.

i. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola nutrisi

Sejak lahir sampai saat ini anak T hanya minum ASI.

2. Pola eliminasi

Anak T BAB dan BAK di pampers, BAB cair, berwarna kuning, dan berampas.

3. Pola aktivitas

Anak T ketika menggerakkan kaki terlihat kekakuan dalam menggerakkan.

4. Pola istirahat

Sehari-hari anak T tidur sekitar 12 jam.

5. Pola kebersihan diri

Sehari-hari anak T mandi diseka dua kali sehari dengan menggunakan air hangat.

II. Review of System

1. B1(Breathing)

RR : 50x/menit

Suara nafas vesikuler

Irama nafas reguler

Tidak ada alat bantu nafas

18

Page 19: Isi CTEV Baru Alfi

Tidak ada retraksi otot bantu nafas

Tidak ada pernafasan cuping hidung

2. B2

TD 80/70 mmhg

Nadi 80x/menit

CRT 2 detik

3. B3

Tidak ada gangguan

4. B4

Diet ASI

5. B5

Tidak ada gangguan

6. B6

Akral hangat kering merah, tidak ada pucat, tidak ada jaundice, kaki terlihat kaku,

pergerakan tidak bebas, kaki terlihat masuk ke arah dalam.

III.    Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal

4. Ansietas berhubungan dengan abnormalitas kaki pada anak.

19

Page 20: Isi CTEV Baru Alfi

III. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Gangguan rasa

nyaman (Nyeri)

berhubungan dengan

cidera fisik

 

Tujuan :

ketidaknyamanan yang

dialami pasien tidak ada

atau minimal

Kriteria Hasil:

-    Anak tidak

menunjukkan bukti-bukti

ketidaknyamanan

-    ketidaknyamanan minor

dapat ditoleransi

 

1. Berikan posisi yang nyaman,

gunakan bantal untuk menyokong area

dependen

2. Bila perlu batasi aktivitas yang

melelahkan

3. Hilangkan rasa gatal dibawah gips

dengan udara dingin yang ditiupkan dari

spuit asepto, fan, atau pengering rambut.

4. Hindari menggunakan bedak atau

lotion dibawah gips

 

1. Mengurangi ketegangan

ekstremitas yang di gips

2. Untuk mencegah nyeri

3. Udara dingin dapat

mengurangi rasa gatal

4. Karena substansi ini

mempunyai kecenderungan untuk

”menggumpal” dan menimbulkan

iritasi

 

2. Resiko tinggi

kerusakan integritas

kulit berhubungan

dengan gips

Tujuan :

Pasien tidak mengalami

iritasi kulit

Kriteria Hasil :

Tidak ditemukannya tanda-

tanda kerusakan integritas

1. Pastikan bahwa semua tepi gips

halus dan bebas dari proyeksi pengiritasi

2. Jangan membiarkan anak

memasukkan sesuatu ke dalam gips

3. Waspadai anak yang lebih besar

untuk tudak memasukkan benda-benda

1. Tepi gips yang tidak halus

dapat mengiritasi kulit

2. Untuk mencegah trauma

kulit

3. Untuk mendorong kepatuhan

4. Karena kulit yang tidak

Page 21: Isi CTEV Baru Alfi

kulit

 

kedalam gips, jelaskan mengapa ini

penting

4. Jaga agar kulit yang terpajan tetap

bersih dan bebas dari iritan

5. Lindungi gips selama mandi,

kecuali jika gips sintetik tahan terhadap

air

6. Selama gips dilepas, rendam dan

basuh kulit dengan perlahan

 

bersih dapat memicu timbulnya

iritasi

5. Karena kulit dapat teriritasi

akibat adanya air di dalam gips

6. Karena gips akan mengeras

dengan kulit terdeskuamasi dan

sekresi sebasea

 

3. Kerusakan mobilitas

fisik berhubungan

dengan kerusakan

muskuloskeletal

 

Tujuan :

Pasien mempertahankan

penggunaan otot pada area

yang tidak sakit

 

Kriteria hasil :

-       Ekstremitas  yang

tidak sakit tetap

mempertahankan tonus otot

yang baik.

1. Dorong untuk ambulasi sesegera

mungkin

2. Ajarkan penggunaan alat

mobilisasi seperti kurk untuk kaki yang di

gips

3. Dorong anak dengan alat ambulasi

untuk berambulasi segera setelah kondisi

umumnya memungkinkan

4. Dorong aktivitas bermain dan

pengalihan

5. Dorong anak untuk menggunakan

1. Untuk meningkatkan

mobilitas

2. Untuk membantu melatih

ekstremitas dengan bantuan

3. penopang berat badan

4. Untuk melatih dan

meningkatkan mobil

5. Untuk melatih otot yang

tidak sakit

6. Untuk mempertahankan

Page 22: Isi CTEV Baru Alfi

-       Anak melakukan

aktivitas yang sesuai

dengan usia dan kondisi

anak

 

sendi-sendi di atas dan di bawah gips

 

fleksibilitas dan fungsi sendi

4. Ansietas berhubungan

dengan abnormalitas

kaki pada anak.

 

Tujuan :

Ibu pasien tidak cemas

Kriteria Hasil :

Tidak ada ekspresi takut

dari ibu pasien

 

1. Jelaskan apa yang terjadi pada An

T termasuk faktor penyebab dan solusi

yang akan dilaksanakan pihak RS.

1. Menghilangkan rasa takut

dan mendorong kerja sama

 

 

Page 23: Isi CTEV Baru Alfi

BAB 4

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan

istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah

dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang

meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi

media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).

Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan

bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim

dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi

dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.

Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari

deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi

dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Pemasangan gips serial segera

dimulai setelah kelahiran.

3.2  Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada

orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan  kondisii bayinya, bila

orang  tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi  segeralah meminta  konfirmasi

pada petugas medis tentang keadaan kaki bayi. Bila ternyata ada kelainan sebaiknya segera

berobat ke dokter spesialis orthopedic untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena

pengobatan CTEV ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin

kontrol serta mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal.

Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih tepat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Isi CTEV Baru Alfi

Healthline24x7, 2010. ongenital Talipes Equino Varus(CTEV). [Online] Available at: http://www.healthline24x7.com/diseases/musculoskeletal-disorders/congenital-talipes-equinovarus-ctev-/management[Diakses 02 Mei 2012].

Klinik, C. f., 2009. Kenali clubfoot atau CTEV pada anak. [Online] Available at: http://footclinic.wordpress.com/2009/08/29/kenali-clubfoot-atau-ctev-pada-anak/[Diakses 02 mei 2012].

Perawat2008, 2011. CTEV (Congenital Talipes Equino Varus). [Online] Available at: http://perawat2008a.wordpress.com/2011/10/14/ctev-congenital-talipes-equino-varus/[Diakses 02 mei 2012].

Doenges,marilyn.1999.Rencana Asuhan keperawatan(edisi 3). Jakarta:EGC

:EGC