injeksi lengkap

Upload: kuroneko-sohma

Post on 15-Oct-2015

772 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

teknologi sediaan steril

TRANSCRIPT

  • LABORATORIUM FARMASETIK

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

    VIAL

    Oleh :

    KELOMPOK IV / GOLONGAN JUMAT

    FITYATUN USMAN (N111 06 001) MIRANTI AZIS (N111 06 002) SUBAEDAH (N111 06 005) NOVIANTY YONATHAN (N111 06 006) DARMA DOGA (N111 06 012) EKA SUCININGSIH (N111 06 043) ARMINI SYAMSIDI (N111 06 050) RESKI (N111 06 070) SHERLING LISANGAN (N111 06 073)

    ASISTEN : DWI WAHYUNI B

    MAKASSAR

    2009

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan

    melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal,

    intramuskuler, subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui

    rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat

    suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara

    difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai untuk bahan

    obat , baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat

    itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara

    kimia. bahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat

    diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air

    melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air

    harus diperhatikan pH larutan tersebut. (1)

    Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang

    diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam

    kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki

    pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran

    mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi

    mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian

    yang dapat diterima (2). Ampul adalah wadah gelas yang tertutup rapat

  • biasanya dalam dosis tunggal padat atau larutan obat jernih atau

    suspense halus yang ditujukan untuk penggunaan parenteral.(3)

    Narium Fenobarbital diberikan dalam bentuk injeksi IV untuk

    mengobati sindrom konvulsi akut(4). Asam folat dapat diberikan secara

    Intramuscular, Intravena, atau Subkutan kedalam bentuk garam(5). Asam

    folat digunakan pada perawatan dari megaloblastik dan makrositik anemia

    dari wanita hamil dan anak-anak(6)

    I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    I.2.1 Maksud Percobaan

    Mengetahui dan memahami cara pembuatan injeksi ampul.

    I.2.2 Tujuan Percobaan

    Membuat injeksi ampul Asam folat.

    I.3 Prinsip Percobaan

    Pembuatan injeksi ampul Asam Folat dengan cara menimbang,

    mencampur, melarutkan bahan sesuai komposisinya dan menyaring,

    menggunakan alat dan bahan yang telah disterilkan dengan cara yang

    sesuai dan dilakukan dalam kondisi aseptik serta memerlukan sterilisasi

    akhir dalam pengerjaannya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori umum Injeksi

    II.1.1 Defenisi sediaan parenteral

    1. Farmakope Indonesia edisi III: 13

    Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau

    serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

    digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke

    dalam kulit atau melalui kulit selaput lendir

    2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics: 283

    Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril yang diberikan

    dengan menembus satu atau lebih lapisan kulit

    3. Scovilles The Art Of Compounding : 124

    Injeksi adalah larutan yang dimaksudkan ke dalam tubuh dengan

    menggunakan alat suntik.

    4. Parenteral Technology Manual : 3

    Parenteral merupakan rute pemberian obat yang dimasukkan ke dalam

    tubuh dengan menggunakan alat suntik.

    5. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition : 1545

    Parenteral merupakan rute pemberian obat melalui injeksi di bawah

    untuk menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.

  • 6. Formularium nasional; 317

    Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau

    serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

    digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke

    dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

    7. Pharmaceutical practice: 247

    Injeksi parenteral adalah langsung diberikan ke dalam darah secara

    bebas dan efek dikontrol atau ke bagian luar jaringan pembuluh darah

    untuk efek local atau sistemik. Sebuah injeksi dapat diberikan secara

    intravena untuk meningkatkan secara cepat konsentrasi obat dalam

    plasma darah, tetapi konsentrasi segera turun dari transfer reversible obat

    dari plasma darah ke dalam jaringan tubuh, sebuah proses yang diketahui

    sebagai distribusi

    8. American pharmacy:224

    Sediaan parenteral (juga disebut parenteral) adalah obat obat steril,

    larutan atau suspensi yang dikemas dalam cara yang sesuai adalah

    pemberian melalui injeksi hipodermik tiap dari bentuk yang disiapkan atau

    setelah penambahan pelarut yang sesuai atau agen pensuspensi.

    9. Dispending Of Medication by Martin: 968

    Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang

    dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau

    membran mukosa

  • 10. Dispending Of Medication by King: 968

    Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang

    dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau

    membran mukosa

    11. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 399

    Obat suntik didefenisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas

    pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah

    parenteral seperti yang umum digunakan menunjukkan pemberian lewat

    suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan

    12. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical

    Adjuncts:192

    Parentral berasal dari kata yunani, para dan enteron berarti diluar

    usus. Deskripsi ini hanya melarang rute oral dan rektal, sebenarnya dalam

    penggunaannya berarti beberapa produk yang diinjeksi secara langsung

    dalam sistem cairan tubuh (darah, limfa, intra atau ekstra cairan seluler).

    Karena produk parenteral diinjeksi secara langsung dalam cairan tubuh

    dan melewati banyak mekanisme pertahanan tubuh, sediaan ini harus

    memiliki sterilitas dan spesifikasi pirogen

    13. Formulasi steril : 39

    Injeksi adalah sediaan stril berupa larutan, emulsi, suspensi atau

    serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

    digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau

    merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.

  • 14. Textbook Of Pharmaceutic : 553

    Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu

    atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke daerah khusus tubuh

    15. Dispending Of Medication by Hoover : 255

    Obat parenteral adalah sediaan bentuk steril yang digunakan melalui

    injeksi di bawah atau melewati satu atau lebih lapisan kulit atau membrane

    mukosa

    16. Farmakope Indonesia edisi IV:317

    Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau

    serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

    digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke

    dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir

    17. Kamus saku kedokteran Dorland edisi 25 :830

    Parenteral: bukan melalui saluran pencernaan tetapi dengan

    penyuntikan lewat jalur lain, seperti subkutan, muscular,dll.

    18. Drug Information;guide for pharmacist 3rd; e- book

    Campuran parenteral : larutan yang mengandung produk produk

    obat untuk penggunaan intravena

    19. Med Math; 75

    Istilah parenteral tidak menunjukkan suatu cara spesifik itu adalah

    istilah umum yang berari melalui suntikan. Bentuk obat untuk pemberian

    secara parenteral termasuk larutan, suspensi dan serbuk. Bentuk obat

  • untuk penggunaan parenteral bersifat steril dan digunakan teknik steril

    untuk menyiapkan dan memberikannya.

    20. www.formulasi steril.com

    Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan di bawah satu atau lebih

    lapisan kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender

    21. Sterile Dosage Forms:1

    Sediaan parenteral adalah sediaan yang disuntikkan pada satu atau

    lebih lapisan pada jaringan kulit.

    Kesimpulan :

    Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa

    larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau

    disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan

    cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir

    atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa

    menggunakan alat suntik.

    II.1.2 Perbedaan parenteral volume besar dan volume kecil

    1. Dispending of Medication by Martin : 970 dan 973

    Parenteral volume kecil dapat diklasifikasin seperti yang lain karena

    volume material diinjeksikan ke dalam tubuh atau volume pengobatan

    dalam wadah. Faktor ini selalu berhubungan dekat sejak unit bungkus

    kecil biasanya cocok saat dosis kecil ditetapkan. Volume pengobatan

    dalam wadah saat penarikan berkali kali dimaksudkn dari 1 unit bungkus

    dibatasi oleh USP sampai 30 ml.

  • Parenteral volume besar diklasifikasikan seperti itu karena volume

    cairan diinjeksikan dan volume cairan dalam tiap wadah. Volume wadah

    brkisar 50 200ml, meskipun yang tersedia biasanya 150, 250, 500, dan

    1000 ml.

    2. Scovilles The Art Of Compounding : 191

    Tiap larutan parenteral. Sebuah pengujian daftar obat yang tercakup

    dalam USP XV dalam bentuk sediaan injeksi memperlihatkan 2 tipe

    umum.:

    a. Yang diinjeksikan dalam volume yang relatif kecil untuk tujuan terapetik

    atau diagnositk.

    b. Yang diinjeksikan dalam volume yang relatif besar untuk

    mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh

    3. Parenteral Technology Manual : 3

    Penyuntikan adalah preparasi cairan obat yang disuntikkan ke dalam

    tubuh, ke dalam atau melewati kulit atau melewati mukus dan membrane

    serviks. Volume hingga 100 ml dikatakan volume parenteral kecil (SVPS).

    Produk injeksi lain yang diberikan secara langsung ke dalam sirkulasi

    darah vena disebut cairan infuse atau volume parenteral besar (LVPS)

    4. Encyclopedia volume 11: 201 dan 207

    Parenteral volume besar

    Larutan volume besar intravena ditujukan untuk injeksi dan

    dimaksudkan untuk penggunaan intravena sediaan ini dikemas dalam

    wadah berukuran 100 ml atau lebih. Larutan steril volume besar lain

  • meliputi penggunaan untuk irigasi atau dialisis. Sediaan ini dapat dikemas

    dalam wadah wadah yang dirancang untuk untuk kosong dengan cepat,

    berisi volume lebih dari 1000 ml. Sediaan ini dikemas dalam unit dosis

    tunggal dalam wadah gelas atau plastic yang cocok, sebagai tambahan

    harus steril, non pirogenik dan bebas dari partikulat. Karena diberikan

    dalam volume besar, agen bakteriostatik tidak pernah digunakan. Sejak

    toksisitas dihasilkan dari pemberian dalam jumlah besar agen

    bakteriostatik.

    Parenteral volume kecil

    Produk ini dikemas dalam vial, ampul, alat suntik, cartrid, botol dan

    wadah lainnya dalam 100 ml atau kurang di bawah klasifikasi ini.

    Parenteral volume besar (LVPS) harus disterilisasi akhir,

    sedangkan (SVPS) dapat disterilisasi akhir atau melalui proses dan filtrasi

    aseptic LVPS, biasanya meliputi intravena, dialysis, atau larutan irigasi

    yang mengandung eletrolit, gula, asam amino darah dan proein darah dan

    lemak lemak. LVPS harus diberikan melalui rute intravena. Faktanya

    beberapa injeksi dengan volume lebih besar dari 10 ml harus diberikan

    melalui pemberian intravena.

    SVPS meliputi semua tipe lain dari produk parenteral untuk aplikasi

    topical optalmik atau injeksi melalui rute rute yang bervariasi. Rute

    utama; intramuscular, intravena, subkutan. Rute kedua; hipodermolisis,

    intraabdominal(intraperitonial), intra arterial, intra artikular, intra kardial,

  • intra sistermal, intra dermal, intraksional, intra ocular, intra pleural, intra

    tekal, intra uterin, intra ventikular.

    5. Sterile Dosage Forms : 163

    Larutan intravena volume besar mengacu pada injeksi untuk

    pemberian intravena dan Larutan ini dikemas dalam wadah 100 ml atau

    lebih.

    6. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition: 157O

    Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infus I.V biasanya cairan

    intravena dan digolongkan kedalam kelompok produk steril yang

    disediakan sebagai parenteral volume besar. Terdiri dari injeksi volume

    tunggal yang mempunyai volume 100 ml atau lebih dari dalam pewadahan

    tidak ditambahkan bahan-bahan cairan intravena dikemas dalam wadah

    100 sampai 1000 ml.

    Kesimpulan :

    Perbedaan Parenteral Volume besar Parenteral Volume Kecil

    Volume

    Diberikan pada volume besar, volume wadah berkisar 50 2000 ml

    Diberikan pada volume kecil, volume wadah dibatasi hingga 30 ml

    Tujuan

    Mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh / cairan tubuh

    Diberikan untuk tujuan terapeutik atau diagnostic tertentu

    Wadah Dikemas dalam unit wadah dosis tunggal

    Dikemas dalam unit wadah dosis ganda

    Cara sterilisasi

    Sediaan harus disterilisasi akhir

    Sediaan dapat disterilisasi akhir atau proses filtrasi maupun pengerjaan aseptis

    Rute pemberian

    Intravena Bervariasi tergantung tujuan terapetik/ organ target, dapat berupa intravena, intramuscular, subkutan dan rute lainnya

  • II.1.3 Rute- rute Injeksi

    1. Dispending of Medication by Martin : 970

    1. Parenteral Volume Kecil

    a. Intradermal

    Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan

    "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika

    sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh

    darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan

    dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena

    absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam

    kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap

    mikroorganisme.

    b. Intramuskular

    Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute

    intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal

    daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

    c. Intravena

    Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada

    absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan

    efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.

  • d. Subkutan

    Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit.

    Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset

    lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau

    IM.

    e. Rute Injeksi Lain

    Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga digunakan

    untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi lokal dari pada efek

    sistemik.

    a) Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan

    untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer

    tubuh.

    b) Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika

    kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.

    c) Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi

    lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal

    neuroligia.

    d) Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi

    tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit

    neoplastik seperti leukemia.

    e) Intraperitoneal dan intrapleural

  • 2. Parenteral Volume Besar

    Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan

    subkutan yang secara normal digunakan.

    a) Intravena

    Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan

    lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV

    daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif

    lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari

    obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung

    untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan

    dalam situasi darurat disiapkan.

    Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan

    pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti

    pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan

    potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari

    kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan

    berair.

    b) Subkutan

    Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif

    ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara

    relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat.

    Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri

    dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil

  • (biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan lebih terbatas zat

    tambahannya.

    b. Parenteral Technology Manual : 6-11

    1. Subkutan (s.c)

    Injeksi yang dimasukkan ke dalam jaringan lunak tepat di bawah

    permukaan kulit karena ketersediaan ruangan dalam jaringan terbatas,

    volume injeksi tidak lebih dari 1 ml. Perhatian diinginkan untuk membuat

    formulasi yang berhubungan dengan kondisi pH dan tonisitas.

    2. Intramuskular (i.m)

    Injeksi yang secara langsung dimasukkan ke dalam otot, biasanya

    lengan atau daerah panggul. Rute ini juga digunakan jika obat mengiritasi

    atau tidak larut dalam air atau minyak sehingga obat tersebut harus

    digunakan dalam bentuk suspensi. Volume injeksi harus tetap kecil,

    umumnya tidak lebih dari 2 ml.

    3. Intravena (i.v)

    Injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam aliran darah. Hal ini

    memungkinkan dengan hati-hati untuk memberikan volume kedil larutan

    pekat yang secara normal akan mengiritasi jaringan. Rute ini diberikan

    secara perlahan-lahan sehingga larutan diencerkan oleh darah mengalir

    melewati titik dimana jarum disuntikkan. Rute ini juga digunakan untuk

    pemberian volume besar dari penggantian dan larutan hiperalimentasi.

  • 4. Intrakutan (i.c)

    Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di

    bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil

    (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

    5. Intratekal

    Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi

    lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan

    serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan

    volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume

    1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk

    membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai

    keadaan tubuh pasien.

    6. Intra-artikular

    Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat

    antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.

    7. Intrakardial

    Secara langsung ke dalam jantung, merupakan suatu rute yang mana

    digunakan untuk menginjeksi ke dalam aliran darah volume besar dari

    larutan hipertonik atau larutan teriritasi seperti dekstrosa 70%. Proses ini

    membutuhkan bantuan kateter. Kateterisasi meliputi proses pembedahan

    dan secara umum hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu dari rumah

    sakit yang lebih besar.

  • 8. Intraperitoneal (i.p)

    Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin

    rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.

    9. Intrasisternal dan Peridural

    Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.

    Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis

    untuk injeksi.

    Gambar Rute Injeksi

  • c. Pharmaceutical Drug Formulation : 26-29

    1. Hiperdermoklisis

    Deskripsi : kegunaan rute pemakaian subkutan untuk infus larutan

    volume besar ke dalam jaringan subkutan, disebut hipodermoklisis.

    Indikasi : Meskipun jarang digunakan sekarang, pemakaian cairan

    secara hiperdermoklisis dapat diindikasikan jika kecepatan absorpsi

    lambat diinginkan atau jika tidak ada vena yang cocok (misal untuk bayi

    atau lanjut usia). Cairan seperti Ringer Laktat; dektrosa 2,5% dalam

    0,45% larutan garam, dan garam normal dapat diinjeksikan untuk

    mempertahankan atau pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    Perhatian : Injeksi harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah

    pembengkakan jaringan. Larutan hipertonis, cairan bebas elektrolit, asam

    amino, emulsi lemak, dan lainnya berbeda dari pH tubuh secara signifikan

    tidak digunakan. Infeksi lokal adalah umum dan mungkin menjadi

    masalah. Bila larutan noneletrolit hipertonik disuntikkan, sejumlah besar

    cairan dapat dibawa dari kompartemen vaskuler, menghasilkan

    penurunan volume plasma dan shok.

    2. Intra-arterial

    Dekripsi : Injeksi atau infus ke dalam arteri yang membawa langsung

    pada organ target.

    Indikasi: Rute intra-arterial digunakan umumnya untuk tujuan diagnosis

    seperti menginjeksikan bahan-bahan radiopak untuk studi roentgenografik

    dari cadangan vaskuler pada berbagai organ atau jaringan (seperti

  • koroner, serebral, pulmonari, renal, enterik, atau arteri perifer). Hampir

    semua arteri dicapai dengan kateterisasi arterial.

    Penggunaan rute intra-arterial untuk tujuan pengobatan adalah jarang

    dan terbatas pada umumnya untuk kemoterapi organ tertentu, seperti

    mengobati kanker lokal tertentu (seperti melanoma malignant pada

    ekstremitis bawah), dimana perfusi regional dengan konsentrasi tinggi dari

    obat toksis (yang bila diberikan secara i.v dapat dihubungkan dengan

    reaksi sistemik serius) yang dapat tercapai.

    Perhatian: Rute ini sangat berbahaya karena produk-produk yang

    menggunakan rute ini tidak diencerkan secukupnya ataupun disaring

    untuk paru-paru, hati, ginjal sebelum kontak dengan jaringan perifer atau

    organ vital yang terlindung oleh arteri. Produk yang terkontaminasi dengan

    mikroorganisme endotoksin dan atau bahan partikulat dapat

    menyebabkan komplikasi serius atau reaksi, seperti infeksi (baik intra-

    arterial atau ekstra-arterial) atau tromboembolisme arteri atau

    vasospasme, yang dapat menyebabkan iskemia, infarksi, atau gangren

    pada jaringan atau organ. Sebagai tambahan, bila teknik pemasukannya

    salah, kerusakan pada intima arteri dan dinding pembuluh dapat terjadi,

    sehingga ekstravasi perdarahan serius ataupun aneurisme disserting

    dapat terjadi. Jika udara diinfuskan dengan tidak sengaja, embolisme

    udara dengan akibat iskemia dan atau infarksi jaringan dapat terjadi, dan

    keadaan yang biasanya tidak muncul apabila sejumlah kecil udara

    diinfuskan ke dalam sistem vena.

  • 3. Intralesional

    Deskripsi: Injeksi bahan obat langsung ke dalam atau di sekitar luka,

    biasanya pada atau dalam kulit atau jaringan lembut, untuk mencapai efek

    terapetik.

    Indikasi : Injeksi bahan-bahan obat ke dalam atau sekitar luka

    umumnya telah berguna jika diinginkan untuk menetralkan berbagai toksin

    seperti tetanus dimana injeksi antitoksin ke dalam atau sekitar luka telah

    digunakan. Terapi serupa ditemukan tidak berguna pada rabies, dimana

    diinjeksikan langsung ke dalam atau di sekitar tempat gigitan.

    Dermatologis umumnya menggunakan rute ini untuk mengobati psoriasis,

    lichen simpleks, sarkoid, lichen planus hipertropikus, herpes zoster (dan

    post-zoster neuralgia) dan jerawat sistik atau nedulus, dengan steroid

    lokal. Keloid juga telah sering ditangani dengan injeksi lokal seperti ini,

    tetapi biasanya dengan steroid berdosis tinggi.

    Perhatian : Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu infeksi, biasanya

    dari organisme yang baru masuk pada nasokamial. Meskipun mengalami

    kesulitan, tergantung pada tipe luka yang diinjeksikan, lingkungan steril

    harus disiapkan sebelum diinjeksikan. Dengan penyakit infeksi,

    penyebaran lokal dari proses yang diobati dapat terjadi.

    4. Intraokuler

    Deskripsi : Ada 4 tipe injeksi intraokuler yang digunakan :

    a. Chamber arterior: injeksi atau irigasi langsung ke dalam chamber

    anterior mata.

  • b. Intravitreal : injeksi langsung ke dalam lubang vitreous pada mata.

    c. Retrobulbar : injeksi di sekitar ( bukan ke dalam) bagian posterior

    bulat.

    d. Subkonjugtiva : meskipun termasuk di bawah intraokuler, injeksi

    subkonjungtiva (dan retrobulbar) bukanlah injeksi intraokuler. Injeksi

    semacam ini diberikan di bawah konjugtiva, sehingga obat-obat

    berdifusi melalui limbus dan sklera ke dalam mata.

    Indikasi : Setiap rute digunakan untuk pengobatan infeksi dan inflamasi

    pada maya yang tidak diobati secara efektif oleh pengobatan secara

    topikal atau sistemik, untuk anestesi globe (retrobulbar) dan untuk dilatasi

    pupil dengan sikloplegik dan midriatik. Memasukkan obat ke dalam mata

    adalah mengalami kesulitan, sebagai transpor intraokuler dan difusi

    adalah miskin. Injeksi intraokuler adalah dilengkapi seringkali oleh infus

    intravena obat terapetik. Pemilihan tipe injeksi intraokuler tergantung pada

    penyakit yang ada dan lokasi yang tepat pada penyakit tersebut pada

    mata.

    Perhatian : Perhatian ekstra dan teknik tepat diinginkan untuk

    meminimalkan atau mencegah kerusakan pada mata, terutama pada

    endotelium kornea. Komplikasi yang dapat timbul tergantung pada seleksi

    rute, adalah kerusakan saraf mata, perdarahan, pelepasan retina,

    nekrosis retina, katarak dan injeksi obat langsung ke dalam sirkulasi

    dengan efek sistemik. Infeksi selalu berbahaya dan harus sedapat

    mungkin dicegah, sebab infeksi dapt menyebabkan kerusakan pada mata

  • yang cepat dan atau kebutaan. Volume larutan yang dapat diinjeksikan ke

    dalam mata biasanya terbatas, umumnya tidak lebih dari 0,1-0,2 ml. Oleh

    karena dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang anatomi dan fungsi

    mata maka ahli mata yang dapat melakukannya.

    5. Intrapleural

    Deskripsi : Biasanya diinjeksikan tunggal ke dalam lubang pleura.

    Seringkali, pipa tidak permanent dimasukkan ke dada melalui

    pembedahan, rute ini dapat digunakan untuk tujuan irigasi atau untuk

    injeksi obat berulang.

    Indikasi : Seringkali, infeksi atau keganasan meliputi lubang pleura,

    umumnya bila proses penyakit adalah kerusakan fungsi pernafasan, maka

    digunakan rute ini. Enzim (seperti streptokinase dan streptodornase) dapat

    diinjeksikan pada empyemas cair tebal yang todak dapat dihilangkan oleh

    absorpsi atau repsorpsi secara alamiah. Bila bagian kiri tidak terobati,

    empyemas dapat menyebabkan fibrasis, adhesi, penebalan pleura dan

    restriksi pernafasan. Juga penyebaran karsinoma atau mesothelomas

    pleura dapat diobati dengan injeksi intrapleural lokal dan bahan-bahan

    antitumor atau sclerosis, terutama bila infus berulang menjadi masalah.

    Perhatian : Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh infeksi

    intrapleural adalah pneumothorax (kolaps paru-paru), perdarahan

    intrapleural dan atau infeksi superimposed. Hal yang terakhir lebih sering

    terjadi saat pipa dada berada di dalam dada untuk periode waktu yang

    panjang.

  • 6. Intrauterin

    Deskripsi : Diinjeksikan atau diinfuskan melalui jarum yang dimasukkan

    secara perkutan ke dalam rahim yang hamil.

    Indikasi : Injeksi atau infus bahan-bahan tertentu seperti garam 20%,

    prostaglandin E atau urea ke dalam rahim yang hamil digunakan setelah

    16 minggu kehamilan untuk menginduksi kerja dalam aborsi medik atau

    membawa fetus yang masih hidup. Meskipun kebanyakan aborsi

    dilakukan menggunakan terknik operasi, maka di tangan ahli yang kurang

    berpengalaman, aborsi medik melalui injeksi intrauterin ini berguna.

    Sebagai tambahan, bahan-bahan yang berbeda untuk studi

    roentgenografik dapat diinjeksikan untuk studi anomaly kongental yang

    potensial.

    Perhatian : Infeksi (amnionitis dan myometritis) adalah komplikasi yang

    paling umum terjadi. Bila garam 20% tidak diinginkan untuk diinfuskan

    secara i.v pada pasien, kematian dapat terjadi. Untungnya hal ini jarang

    terjadi. Seringkali, sindrom koagulopati intravaskular terhambur dapat

    terjadi, yang diakibatkan oleh semua masalah yang disebabkan rute ini.

    Kemungkinan di tangan orang yang tidak berpengalaman, pembengkakan

    rahim atai saluran kemih dapat diinjeksikan.

    7. Intraventrikuler

    Deskripsi : Diinjeksikan langsung ke dalam ventrikel lateral otak.

    Indikasi : Rute ini utamanya digunakan selama pengobatan infeksi

    (seperti meningitis bakteri atau fungi dan atau ventrikulitis) dan keganasan

  • (seperti infiltrasi leukemia dari meningitis atau karsinomatosa) melibatkan

    membran dan cairan serebrospinal yang meliputi SSP. Rute ini digunakan

    terutama dalam situasi dimana obat-obat yang digunakan berdifusi atau

    lewat dengan buruk dari kompartemen vaskuler ke dalam ventrikel dan

    ruang subarachnoid dan atau dimana efek samping sistemik dari bahan

    partikulat diinginkan (seperti dalam pengobatan meningitis fungi dengan

    amfoterisin atau dalam terapi infiltrasi leukemia dengan methothexate).

    Perhatian : Oleh karena cairan serebrospinal adalah organ yang kritis

    sebagai otak dan cordspinal dank arena salah satu fungsinya dipercaya

    untuk menjaga atau melindungi cairan dari organ ini. Pemisahan cairan

    atau membran termasuk deleterius dan mungkin mati. Adanya bahan

    asing, kimia, dan biologik, jika diinjeksikan ke sistem dapat

    mengendapkan inflamasi.

    d. Textbook of Pharmaceutics : 553

    Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu

    atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke dalam daerah khusus

    dari tubuh. Jenis-jenis berikut yang tersedia :

    1. Intradermal atau injeksi intrakutan

    Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick

    test), tuberculosis (Old Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni).

    2. Injeksi Subkutan atau Hipodermik

    Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkan untuk efek

    lokal, seperti anestesi lokal.

  • 3. Injeksi Intramuskular

    Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspensi diberikan

    melalui rute intramuscular.

    4. Intravena

    Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti

    Phytomenadion Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih

    diberikan dalam bentuk infus i.v untuk mengganti cairan darah yang

    hilang akibat shok, luka, operasi pembedahan, atau cairan tubuh hilang

    oleh diarrhoeia, seperti pada kolera.

    5. Injeksi Intra-arterial

    Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer.

    6. Injeksi Intrakardial

    Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk

    pengobatan darurat, bebas bahan partikulat.

    7. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid

    Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida.

    8. Injeksi Intrasisternal

    Untuk pemberian antibiotik.

    9. Injeksi Peridural

    Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.

  • e. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical

    Adjuncts : 193

    Ada beberapa variasi tempat injeksi untuk produk parenteral.

    Beberapa yang umum adalah :

    1. Intravena (IV)

    Diinjeksikan secara langsung dalam vena (produk biasanya larutan,

    jarang emulsi halus, tetapi tidak pernah suspensi dari bahan padat)

    2. Intramuskular (IM)

    Diinjeksikan ke dalam otot skeletal (biasanya dalam daerah deltoid

    atau gluteal)

    3. Subkutan (SC)

    Diinjeksikan ke dalam jaringan secara langsung di bawah kulit

    4. Intradermal (ID)

    Diinjeksikan ke dalam lapisan kulit

    5. Intraspinal

    Diinjeksikan ke dalam kolum spinal

    f. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283

    1. Intramuskular

    Sebuah injeksi intramuskular dimasukkan ke dalam lapisan otot.

    Lapisan cairan obat diabsorbsi dengan cepat; bagaimanapun suspensi

    dan larutan minyak diabsorbsi dengan lambat.

  • 2. Intravena

    Sebuah injeksi intravena dimasukkan ke dalam vena dengan sedikit

    pengecualian hanya larutan cairan yang diberikan dengan cara ini.

    3. Intraperitonial

    Sebuah injeksi intraperitonial dimasukkan ke dalam rongga peritonial

    yakni rongga abdominal dalam risena

    4. Intratekal

    Injeksi ke dalam cairan serebrospinal yang disebut sebagai

    subarachnoid, subdural, atau injeksi intraspinal, tergantung pada

    daerah injeksi. Biasanya volume cairan serebrospinal setara dengan

    volume larutan yang ditarik sebelumnya untuk injeksi.

    g. Scovilles The Art Of Compounding : 193-194

    1. Subkutan atau pemberian secara hipodermik, obat diinjeksikan ke

    dalam jaringan bebas di bawah kulit

    2. Injeksi intramuscular mengizinkan perkenalan obat ke dalam atau

    diantara lapisan otot. Larutan obat diabsorbsi dengan cepat dari

    tempat ini. Suspense atau larutan obat dalam minyak diabsorbsi

    secara lambat dan tetap, dan memberikan aksi lama.

    3. Injeksi intravena adalah cara pemberian larutan obat secara langsung

    ke dalam vena, proses ini disebut sebagai infus, plebolisis atau

    hemolisis

    4. Pemberian intratekal, subcarachnoid atau subdural adalah injeksi

    larutan ke dalam tempat/ ruang berisi cairan serebrospinal, banyak

  • obat tidak diabsorbsi ke dalam cairan serebrospinal atau absorbs

    sangat lambat.

    h. Dispending Of Medication by King : 169-170

    1. Intravena (Iv)

    Larutan diinjeksi secara langsung ke dalam vena sebagai larutan cair

    atau emulsi minyak dalam air. Volume injeksi dapat berkisar kira kira

    1- 1000ml. suatu volume kecil obat yang teratur atau suatu bolus,

    dapat diinjeksikan melalui IV push menggunakan jarum suntik dan

    spoit.

    2. Intramuskular (IM)

    Larutan, suspensi atau emulsi dapat diinjeksi ke dalam otot dengan

    jarum suntik dan spoit.

    3. Subkutan (ic)

    Larutan diinjeksi secara subkutan (melalui hipodermal) adalah di

    bawah kulit dalam sebuah volume kecil bolus (hingga 2 ml) dengan

    sebuah jarum suntik dan spoit, karena aliran darah lambat dalam

    jaringan subkutan. Onset dan aksi dan absorbs biasanya lebih lambat

    dari injeksi IM atau IV

    4. Intradermal (Id)

    Sejumlah kecil larutan, biasanya kurang dari 0,2 ml diinjeksikan

    diantara lapisan kulit, pembuluh darah sangat kecil pada daerah ini,

    meskipun derajat vaskularitas tinggi. Absorbsi dari tempat ID, biasanya

  • pada lengan atau punggung adalah lambat dan terbatas tetapi berguna

    ketika aksi lokal atau difusi terbatas tempat injeksi diinginkan

    5. Intraarterial (IA)

    Injeksi ke dalam arteri yang berguna ketika agent didistribusikan

    secara langsung dan dalam konsentrasi tinggi ke organ besar atau

    jaringan.

    6. Intratekal (IT)

    Banyak obat tidak mampu mencapai konsentrasi terapetik dalam

    larutan serebrospinal (CSF) pada injeksi IV. Bahan ini biasanya

    diinjeksi secara langsung secara intratekal, yakni secara langsung ke

    dalam CSF obat kemudian seluruhnya mengalami perfusi ke ruang

    CSF

    7. Intraartikular

    Injeksi dapat dimasukkan ke dalam tulang sendi rongga sinovial,

    biasanya menghasilkan aksi lokal

    8. Intrakardial

    Injeksi dapat secara langsung ke dalam ruang jantung

    i. Modern Pharmaceutical :442

    1. Rute subkutan

    Meletakkan dengan segera di bawah kulit suatu lapisan lemak,

    permukaan fascla, memberikan pemberian yang nyaman dari

    beberapa obat meliputi vaksin, insulin, skopolamin dan epinefrin.

    Injeksi subkutan biasanya diberikan dalam volume hingga 2 ml

  • menggunakan - 2 22 gange jarum suntik. Obat yang diberikan

    meliputi rute ini akan memiliki onset dari aksi lambat dari rute IM atau

    IV dan total absorbs dapat juga lebih sedikit

    2. Rute intramuscular

    Rute ini adalah rute pemberian kedua setelah rute IV dalam kecepatan

    onset dari aksi sistemik. Injeksi dimasukkan ke dalam striated muscle

    fibres, diletakkan di bawah lapisan subkutan. Tempat dari injeksi ini

    adalah gluteal (pantat), deltoid (lengan atas) dan otot vastus lateral

    (paha lateral), biasanya volume yang diberikan berkisar dari 1,0 3,0

    ml dan volume hingga 10,0 ml, kadang kadang diberikan (dalam

    dosis terbagi) pada gluteal atau daerah paha

    3. Rute intravena

    Pengobatan intravena adalah injeksi secara langsung ke dalam salah

    satu vena untuk mendapatkan kecepatan dan dapat diprediksi atau

    menghindari iritasi jaringan lain. Rute pemberian juga memberikan

    availabilitas maksimum dan menjamin penyaluran obat ke tempat aksi.

    4. Rute Parenteral lain

    a) Intra arterial : secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat

    dalam daerah peripheral)

    b) Intratekal : pemberian obat secara langsung ke dalam cairan

    serebrospinal (dalam kanal spinal)

    c) Intraepidural (ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal)

  • d) Intrasisternal : secara langsung ke dalam daerah caudal dari otak

    diantara cerebellum dan medulla oblongata

    e) Intrartikular : secara langsung dimasukkan dalam tulang sendi,

    biasanya adalah efek local, seperti aksi antiinflamasi steroid dalam

    arthritis

    f) Intrakardial : secara langsung dimasukkan ke dalam jantung ketika

    hidup terancam

    g) Intrapleural : secara langsung dalam rongga, pleural atau paru paru

    (juga digunakan untuk penarikan cairan)

    h) Intradermal (ID) : Pemberian meliputi injeksi ke dalam lapisan kulit.

    j. Pharmaceutical practice: 248

    a) Injeksi Intravena dan infus

    Pemberian melalui rute ini memberikan kontrol yang teliti dan

    konsentrasi obat dalam sirkulasi darah, vena yang dipilih untuk

    pemberian formulasi tergantung beberapa faktor. Ini meliputi ukuran

    dari pemberian jarum suntik atau kateter, jenis dan volume larutan

    yang diberikan dan alat alat pemberian cairan. Cairan diberikan ke

    dalam vena supervisial, biasanya pada bagian belakang tangan atau

    pada hexus internal siku. Rute intravena digunakan secara luas pada

    pemberian produk parenteral , tetapi tidak digunakan untuk pemberian

    emulsi air, dalam minyak atau suspensi.

  • b) Injeksi subkutan

    Injeksi ke dalam jaringan penghubung bebas dan adipose, diberikan di

    bawah kulit. Pada tipe ini, volume injeksi tidak mencapai 1 ml. tetapi

    injeksi meliputi perut, punggung atas, lengan atas dan pinggul atau

    bagian lateral. Rute ini digunakan apabila obat tidak dapat diberikan

    secara oral. Obat obat lebih cepat dan diprediksikan dapat diabsorpsi

    dara pada ketika diberikan secara oral. Pemberian dengan rute ini

    meliputi tempat injeksi, temperatur tubuh,usia pasien dan derajat

    penyebaran tempat injeksi subkutan lebih lambat dan lebih sedikit

    diprediksi daripada rute intramuskular

    c) Injeksi Intramuskular

    Larutan cairan volume kecil, larutan dalam minyak dan suspensi

    diberikan secara langsung ke dalam tubuh pada otot relaksasi.

    Beberapa tempat otot yang digunakan untuk injeksi meliputi otot

    gluteal pada bokong. Otot deltoid pada bahu dan vastus lateralis pada

    paha. Pada otot gluteal orang dewasa, sering digunakan dalam volume

    yang lebih besar dapat ditoleransi. Pada bayi dan anak kecil vastus

    lateralis pada paha biasanya libih dipilih daripada kelompok otot lain

    dan ini yang digunakan. Untuk absorpsi cepat pada pengobatan, obat

    deltoid pada bahu sering digunakan.

    d) Injeksi Intradermal

    Volume sekitar 0,1 ml diinjeksikan ke dalam kulit diantara dermis dan

    epidermis. Absorpsi injeksi intradermal lambat. Rute ini sering

  • digunakan untuk tes diagnostik untuk alergi atau imunitas. Rute ini juga

    digunakan untuk pemberian beberapa vaksin

    e) Injeksi Intra arterial

    Obat ini diberikan langsung pada arteri, memperlihatkan aliran cepat

    dari darah dalam arteri, obat akan didispersi dengan cepat ke dalam

    system darah. Bagaimanapun, manipulasi kesulitan membatasi

    penggunaan injeksi intraarterial tetapi obat dapat diberikan melalui rute

    ini. Untuk target organ spesifik atau jaringan diberikan melalui arteri.

    f) Intrakardiak

    Beberpa larutan cairan yang diberikan dalam keadaan emergensi

    secara langsung ke dalam ventrikel atau otot kardiak untuk efek lokal

    g) Injeksi Intraspinal

    Beberapa larutan cairan diinjeksi dalam volume kurang dari 20 ml ke

    dalam daerah partikular dari kolum spinal. Ini dikategorikan sebagai

    intratekal, subarachnoid, intasisternal, epidural dan injeksi peridural.

    Aliran spesifik dan injeksi dapat diatur untuk membatasi tempat aksi

    obat.

    h) Injeksi Intraartikular

    Beberapa diberikan sebagai larutan cairan atau suspensi ke dalam

    cairan sinovial dalam rongga tulang sendi. Ini sering digunakan untuk

    pemberian lokal dari bahan antiinflamasi

  • k. Formularium Nasional : 317 318

    1. Injeksi intraderma atau intrakuitis

    Umumnya larutan atau suspensi dalam air, digunakan untuk diagnosa.

    Volume lebih kurang 100 I sampai 200 I

    2. Injeksi Subkutan atau hipoderma

    Umumnya larutan isotonis dengan kekuatan sedemikian rupa hingga

    volume lebih kurang 100 ml yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml.

    Dapat ditambahkan vasokontraktor seperti epinefrina untuk melokalisir

    efek obat. Jika tidak mungkin disuntikkan infus, volume injeksi 3 liter

    sampai 4 liter sehari masih dapat disuntikkan secara subkutan dengan

    penambahan hialuranidase ke dalam injeksi atau sebelumnya disuntik

    hialuranidase. Cara ini disebut hipodermoklisa.

    3. Injeksi intramuskulus

    Larutan atau suspensi dalam air atau dalam minyak, volume sedapat

    mungkin tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan

    dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

    4. Injeksi intravenus

    Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat

    bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. injeksi intravenus

    yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml,

    disebut infuse. Emulsi minyak-air dapat diberikan intravenous jika

    dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran butiran minyak.

    Sediaan berupa emulsi air minyak, tidak boleh disuntikkan dengan

  • cara ini. Jika volume dosis tungggal lebih dari 15 ml, injeksi

    intravenous tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10

    ml, harus bebas pirogen.

    5. Injeksi intraterium

    Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat

    bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek

    obat diperlukan segera dalam daerah perifer. Tidak boleh

    mengandung bakterisida.

    6. Injeksi intratekal atau injeksi subarachnoid atau injeksi peridual

    Larutan, umumnya tidak lebih dari 20 ml. tidak boleh mengandung

    bakterisida dan diracik dalam wadah dosis tunggal.

    7. Injeksi intrakor

    Larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikkan ke dalam

    otot jantung atau ventrikulus. Tiadak boleh mengandung bakterisida.

    8. Injeksi intraartikulus

    Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam cairan sendi

    dalam rongga sendi.

    9. Injeksi intrabursa

    Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam bursa

    subarachnomilis atau bursa decranon.

    10. Injeksi subkonjungtiva

    Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lender mata

    bawah, umumnya tidak lebih dari 1 ml.

  • L. Pengantar bentuk sediaan Farmasi : 400

    Obat obat dapat di suntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau

    bagian tubuh termasuk sendi (intraarticular), ruang cairan sendi

    (intrasynovial), tulang punggung ( intraspinal) ke dalam cairan spinal

    (intratechal), arteri (intraarterial) , dan dalam keadaan gawat bahkan ke

    dalam jantung (intracardiac). Tetapi, yang paling umum obat suntik di

    maksudkan untuk di masukkan ke dalam vena (intravena, I.V), ke dalam

    otot (intramuscular, I.M), ke dalam kulit (intradermal, I.D.,intrakutan) atau

    di bawah kulit (subkutan,S.K.,sub Q, S.Q.,hipodermik,Hipo).

    M. Formulasi Steril : 11-14

    Cara pemberian obat parental sebagai berikut :

    1. Subkutan atau di bawah kulit (s.c), yaiotu disuntikkan ke dalam tubuh

    melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di

    bawah kulit; volume yang berikan tidak lebih dari 1 ml.

    a. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris.

    b. Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan

    rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal.

    c. Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat dari pada

    sediaan suspensi.

    d. Determinan kevepatan absorpsi ialah total luas permukaan tempat

    terjadinya penyerapan.

    e. Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan adrenaline

    (cukup 1:100.00 200.000) yang menyebabkan konstriksi pembuluh

  • darah lokal, sehingga difusi obat tertahan atau diperlambat.

    Contohnya injeksi Lidocaine Adrenalineuntuk cabut gigi.

    f. Sebaiknya, absorpsi obat dapat dipercepat dengan penambahan

    hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari

    matriks jaringan yang menyebabkan penyebaran dipercepat.

    g. Bila ada infeksi, maka bahayanya lebih besar daripada penyuntikan ke

    dalam pembuluh darah karena pemberian subkutan mikroba menetap

    di jaringan dan membentuk abses.

    h. Zat aktif bekerja lebih ambat daripada secara i.v.

    i. Pemberian s.c dalam jumlah besar dikenal dengan nama

    hipodermoklise.

    j. Contohnya :

    a. Inj neutral insulin (Human Monocomponent) 40 iu/ml

    b. Inj Fondaparinux Sodium 2,5 mg/0,5 ml prefiled syringe

    2. Intramuskular (i.m), yaitu disuntikan ke dalam jaringan otot, umumnya

    doi otot pantat atau paha.

    a. Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada

    suspensi pembawa air atau minyak.

    b. Larutan sebaiknya isotonis.

    c. Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partike.

    d. Sediaan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.

    e. Zat aktif bekerja lambat (preparat depo) serta mudah terakumulasi,

    seingga dapat menimbulkan keracunan.

  • f. Volume sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan ke

    dalam otot dada, sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan ke

    dalam otot-otot lain.

    g. Contohnya :

    a) Injeksi penicilin G 3.000.000 unit

    b) Injeksi serum antitetanus 10.000 atau 20.000 unit

    c) Injeksi vitamin B kompleks

    3. Intravena (i.v.), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah.

    a. Larutan dalam volume ecil (dibawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan

    isohidris, sedangkan volume besar (infus) harus isotonis dan isohidris.

    b. Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena onset of

    action segera.

    c. Obat bekerja paling efisien, biovaibilitas 100%.

    d. Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minya

    tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi

    tidak dianjurkan.

    e. Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah

    tidak banyak berpengaruh.

    f. Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga

    menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol.

    g. Sediaan yang diberikan umumnya sediaan sejati.

    h. Adanya partikel dapat menyebabkan emboli.

  • i. Pada pemberian dengan volume 10 atau lebih, sekali suntik harus

    bebas pigoren.

    j. Contohnya :

    Injeksi ampicilin 500 mg, 1 gram

    Infus sodium xhloride 0,9% 25 ml, 50 ml, 500 ml

    4. Carapemberian parenteral lainnya :

    a. Intraspinal, yaitu disuntikkan ke dalam sumsum tulang belakang.

    1. Larutan harus insotonis dan isohidris.

    2. Bila digunakan sebagai anestesi larutan hipertonis.

    3. Contohnya :

    Injeksi Xylocain heavy 0,5 % 2 ml (Bupivacaine HCl)

    b. Peritoneal, yaitu kateter dimasukkan ke daam rongga perut dengan

    operasi untuk tempat memasukkan cairan steril CAPD (Continous

    Ambulatory Peritoneal Dialisis).

    1. Larutan harus hipertonis.

    2. Zat aktif diabsorpsi dengan cepat.

    3. Volume diberikan dalam jumlah besar (1 atau 2 liter).

    4. Infeksi mudah terjadi karena pemakian yang terus-menerus dan

    penanganan yang tidak steril.

    5. Biasa sebagai cuci darah dengan cara CAPD.

    Contohnya : infus dianeal 1,5% atau 2,5% 2 liter.

    c. Intraartikular, yaitu disuntikkan ke dalam sendi.

    Larutan harus isotonis dan isohidris.

  • Contohnya : injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml.

    d. Intradermal, yaitu disuntikkan ke dalam kulit.

    1. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris.

    2. Volume yang disuntikkan kecil-kecil, antara 0,1 hingga 0,1 ml.

    3. Biasa sebagai diagnostik mantoux tes atau tes alergi.

    4. Contohnya : tes alergi antibiotik 1 ml.

    Injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml.

    N. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy; 671

    Ampul adapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher

    ampul sehingga mementuk segel penutup atau segel atrik. Segel penutup

    dibuat dengan melelehkan sebagian gelas pada gabian atas leher ampul

    bulatan gelas dan menutup bagian terbuka. Segel tarik dibuat dengan

    memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar didaerah ujungnya

    kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapt

    diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup.

    Kesimpulan :

    Rute rute Injeksi

    Rute Tempat Injeksi Vol (ml)

    Jarum suntik yang umum digunakan

    Batas Formulasi

    Jenis pengobatan

    yang diberikan

    Inravena Diinjeksi secara langsung kedalam salah satu vena

    50 ml Veinpuncture in 22 gauge

    Larutan dan beberapa emulsi

    Hampir semua golongan obat

    LVPS Diinjeksi secara langsung ke dalam salah satu vena (Parenteral volume besar)

    100 & lebih (unit infus)

    Venoclysis in 19 gauge

    Larutan dan beberapa emulsi

    Hampir semua golongan obat

  • Subkutan Diinjeksikan di bawah kulit dalam lapisan jaringan subkutan

    2 in 23 gauge Dibutuhkan tidak harus isotonis

    Insulin, vaksin

    IIntramuskular Diinjeksikan ke dalam otot, tempat injeksi biasa adalah gluteal (bokong), deltoid (lengan atas) dan vustus lateral (paha atas)

    2 1 in 22 gauge

    Dapat berupa larutan,emulsi minyak minyak atau suspensi, isotonik lebih disukai

    Hampir semua golongan obat

    Intraarterial Secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat pada daerah peripheral)

    2 - 20 20 -22 gauge Larutan dan beberapa emulsi

    Media radiopaque, antineoplastik, antibiotik

    Intratekal Secara langsung ke dalam cairan cerebrospinal (dalam kanal spinal)

    1 4 24 48 gauge Harus isotonis Anestetik lokal, analgetik dan bahan neurolitik

    Intraepidural Ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal

    6 - 30 5 in 16 18 gauge

    Harus isotonik Anestetik local, narkotik,

    agonis -2 steroid

    Intrasisternal Secara langsung ke dalam daerah caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata

    Harus isotonik antibiotik

    Intraartikular Secara langsung dimaskukkan ke dalam caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata

    2 - 20 1,5 2 inci 18 22 gauge

    Harus isotonik Morfin, anestetik local, AIS, AINS, antibiotik

    Intrakardiak Secara langsung ke dalam jantung ketika hidup terancam (stimulasi epinefrin pada pengobatan gagal jantung)

    0,2-1 5 in, 22 gauge Obat kardiotonik, kalsium.

    Intrapleural Secara langsung ke dalam rongga pleural atau paru-

    2-30 2-5 in 10-55 gauge

    Anestetik lokal, narkotik.

  • paru (juga digunakan untuk menarik cairan)

    Intraperitonial Secara langsung ke dalam rongga perut/ rongga abdominal dalam visera

    Vaksin rabies, larutan pencuci ginjal

    Intradermal Secara langsung ke dalam lapisan kulit epidermis di bawah stratum korneum

    0,1-0,5

    in. 26 gauge

    Sebaiknya isotonic

    Bahan diagnastik vaksin

    Intra okuler Ke dalam chamber anterior mata (injeksi chamber anterior( secara langsung ke dalam lubang vitreus mata (intravitreal), injeksi disekitar bagian posterior bulat (retrobular) secara langsung diberikan dibawah konjungtiva (injeksi konjungtiva)

    0,1-0,2

    Antinfiamasi, anestetik, midmatik

    II.1.4 Keuntungan dan kerugian sediaan parenteral

    II.1.4.1 Keuntungan sediaan parenteral

    a. Sterile Dosage Forms : 11

    1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan,

    yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal

    jantung, asma, syok.

  • 2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara

    oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin,

    hormon dan antibiotik.

    3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar

    harus diberikan secara injeksi.

    4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli

    karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga

    dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral.

    5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila

    diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.

    6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk

    parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara

    intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.

    7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada

    keseimbangan cairan dan elektrolit.

    8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total

    diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.

    2. Parenteral Technology Manual : 6

    1. Aksi obat biasanya lebih cepat.

    2. Seluruh dosis obat digunakan.

    3. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif

    ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.

  • 4. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat

    ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat

    dektrosa.

    5. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena

    dapat menyelamatkan hidupnya.

    3. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283

    Beberapa obat mempunyai keuntungan dibandingkan dengan

    pemberian secara oral.

    1. Pemberian rute ini adalah penting ketika jalur gastrointestinal tidak

    dapat digunakan karena pembedahan atau kekurangan stabilitas,

    seperti obat-obat penisilin dan penisilin G.

    2. Respon fisiologis dari injeksi lebih cepat dan efektif dibandingkan

    pemberian secara oral.

    3. Dalam kasus darurat dimana pasien tidak sadar atau tidak menerima

    obat oral, pemberian parenteral dapat memberikan efek yang segera

    dan menentu.

    4. Injeksi dapat menghasilkan efek lokal. Anestesi lokal digunakan oleh

    dokter gigi untuk menginjeksi dekat batang dari serabut dan membantu

    sensasi nyeri segera pada daerahnya.

    4. Pharmaceutical practice: 247

    Terapi parenteral digunakan untuk:

    1. Menghasilkan efek yang dibatasi

    2. Pemberiab obat jika rute oral tidak dapat digunakan

  • 3. Pemberian obat pada pasien yang tidak sadar

    4. Mengembalikan dengan cepat cairan dan elektrolit

    5. Menjamin penyaluran obat ke jaringan target

    5. Dispending Of Medication by Hoover : 258

    1) Membutuhkan tanggung jawab dalam pembuatan, pembagian dan

    kontrol pada pencampuran secara parenteral

    2) Mengurangi kebutuhan perawat untuk mencampur, kesebaran merata

    dan aktivitasnya

    3) Membutuhkan standarisasi label pada pencampuran larutan untuk

    membantu mengurangi kesadaran

    4) Membutuhkan persiapan kontrol yang efektif pada penggunaan, obat

    yang kadaluwarsa pada pencampurannya.

    5) Membutuhkan persiapan akurasi pada kalkulasi bahan dan dalam

    proses pembuatannya

    6) Membutuhkan control kondisi lingkungan dengan menggunakan LAF.

    II.1.4.2 Kerugian sediaan parenteral

    1) Sterile Dosage Forms : 11

    1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan

    membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian

    rute lain.

    2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk

    pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat

    dihindari.

  • 3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk

    mengembalikan efek fisiologisnya.

    4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk

    sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.

    2) Parenteral Technology Manual : 11

    1. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien,

    terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk

    pemakaian i.v.

    2. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk

    mengatur dosis.

    3. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya.

    Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah

    penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.

    4. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian

    sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek

    sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang

    diinjeksikan.

    3) Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283

    Beberapa orang tidak menyukai pemberian injeksi karena :

    1. Umumnya, injeksi itu tidak nyaman.

    2. Dibutuhkan orang-orang yang terlatih untuk pemberiannya.

    3. Perhatian harus diberikan untuk injeksi intravena.

  • 4. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada

    bentuk sediaan lain.

    5. Terapi parenteral lebih mahal daripada bentuk yang lain karena

    penggunaan dan produksinya.

    4) Modern Pharmaceutical ; 441

    Kerugian rute parenteral meliputi frekuensi nyeri dan rasa tidak

    nyaman dari injeksi, dengan rasa takut psikologi terhadap jarum suntik,

    tambahan pada kenyataan bahwa obat atau dosis yang tidak tepat sering

    membahayakan atau tidak mungkin ditiadakan ketika telah diberikan

    secara parenteral (terutama secara intravena) daripada oral.

    5) Dispending Of Medication by King ; 167-168

    a. Membutuhkan kontra proses lingkungan, keahlian dan teknik khusus

    untuk formulasi, preparasi, penanganan dan penggunaan klinik

    b. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan secara psikologi diperoleh dengan

    injeksi

    c. Bahaya masalah introgenik dari terapi obat

    d. Biaya relatif mahal

    6) Dispending Of Medication by Martin ; 969

    Kerugian parenteral meliputi dibutuhkannya teknik aseptik dalam

    produksi dan pemberian, membutuhkan keahlian khusus untuk

    pemberian, nyeri yang nyata atau rasa takut secara psikologi, dengan

    injeksi dan biaya yang relatif mahal. Bagaimanapun, ada dua kerugian

    yang jika tidak dikontrol atau diamati dengan seksama dapat menunjukkan

  • akibat fatal. Ini berkembang cepat dari reaksi alergenik pada individu yang

    sensitif dan sebagai akibat dari efek kesalahan pada pemilihan atau dosis

    obat terjadi. Ini sangat sulit jika tidak mungkin untuk mengembalikan efek

    serupa.

    7) American Pharmacy ; 225-226

    a. Rasa takut sebagian besar orang pada jarum suntik hipodermik

    b. Biaya pengobatan yang meningkat adalah faktor lain, sangat mahal

    untuk memasarkan obat dalam bentuk injeksi daripada tablet atau

    kapsul

    c. Produk injeksi memerlukan lebih banyak perhatian dalam

    pemeliharaan dari perlakuan bentuk dosis sederhana

    d. Tidak dapat diberikan tanpa penggunaan perlengkapan khusus, dan

    metode pemberian memerlukan latihan khusus.

    8) Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical

    Adjuncts ; 192-193

    Ada sedikit keraguan, dari sudut pandang psien, produk parenteral

    merupakan salah satu bentuk pemberian yang kuang diinginkan. Ini

    berdasarkan rasa takut yang umum karena sakit dari jarum.

    9) Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition ; 1546

    Diantara kerugian dari bentuk dosis ini memenuhi syarat pemberian

    aseptis, resiko toksisitas jaringan dan iritasi lokal, nyeri nyata atau faktor

    psikologi dan kesulitan dalam kesalahan pemeriksaan yang dilakukan.

    Pada situasi lain, sedikit antagonis langsung farmakologi yang segera

  • ada, pemeriksaan yang salah tidak mungkin ada. Satu kerugian lain

    adalah tiap hari atau frekuensi pemberian merupakan kesulitan bagi

    pasien untuk mengunjungi ahli yang profesional atau belajar untuk

    menginjeksi diri sendiri.

    10) Dispending Of Medication by Hoover : 258

    1) Kebutuhan teknik aseptic pada produksinya, pencampuran dan

    pemberiannya

    2) Membutuhkan keahlian khusus sebagai syarat untuk pembuatan

    3) Nyeri fisiological dengan adanya injeksi

    Kesimpulan :

    Keuntungan :

    1. Dapat digunakan pada obat yang tidak dapat diberikan pada rute oral.

    2. Dapat diberikan pada pasien yang tidak kooperatif, mual atau muntah

    dan tidak sadar.

    3. Aksi obat dan respon fisiologis cepat.

    4. Dapat menghasilkan efek yang dibatasi dan efek sistemik, tergantung

    tujuan terapi.

    5. Dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengembalikan cairan dan

    elektrolit tubuh.

    6. Dapat digunakan pada keadaan darurat untuk mempertahankan hidup

    pasien.

    7. Rute pemberian bervariasi sehingga memunkinkan pemberian suatu

    obat mencapai organ target atau tempat yang dibutuhkan.

  • Kerugian :

    1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang ahli.

    2. Pemberian parenteral membutuhkan ketelitian yang cukup dalam

    mengatur dosis

    3. Membutuhkan pengerjaan secara aseptik

    4. Rasa sakit yang tidak disukai oleh pasien kadang dapat terjadi

    5. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada bentuk

    sediaan lainnya

    6. Akibat yang dapat terjadi dari reaksi alergenik pada individu yang

    sensitif dan kesalahan pada pemilihan dosis berakibat fatal karena

    tidak mungkin untuk mengembalikan efek serupa

    7. Biaya relatif mahal

    8. Metode pembuatan rumit, sehingga sedikit farmasis yang dapat

    membuat produk

    9. Produk injeksi lebih banyak memerlukan perhatian dalam

    pemeliharaan karena pasien harus mengunjungi ahli profesional atau

    belajar untuk menginjeksi diri sendiri

    II.1.5 Komposisi injeksi

    a. Sterile Dosage Forms : 16

    Obat-obat dalam larutan dalam pembawa yang cocok, dengan atau

    tanpa bahan tambahan, ditujukan untuk penggunaan parenteral yang

    dikenal sebagai injeksi. Injeksi dapat dikemas sebagai unit dosis tunggal

  • atau unit dosis ganda, volumenya dapat sejumlah setengah milliliter,

    seperti injeksi Atropin Sulfat atau sebanyak 1 L seperti injeksi dektrosa.

    b. Pharmaceutical Practice ; 250-255

    Formulasi produk parenteral :

    1) Pembawa untuk injeksi

    Obat umumnya ada dalam suatu injeksi dalam konsentrasi rendah.

    Pembawa memberikan proporsi sangat tinggi dari formulasi dan tidak

    toksik juga tidak mempunyai aktivitas terapeutik. Air sering mengandung

    variasi luas kontaminan seperti elektrolit, organisme dan partikulat, dan

    gas tidak larut seperti karbondioksida dan klorin. Variasi luas dari

    kontaminan menyebabkan masalah dalam preparasi air untuk

    penggunaan injeksi. Ini disebut air untuk injeksi dan harus digunakan

    sebagai pembawa untuk produk parenteral.

    2) Pelarut bukan air

    Air bercampur kosolven seperti gliserin dan propilenglikol, digunakan

    sebagai pembawa dalam cairan parenteral volume kecil. Bahan ini

    digunakan untuk meningkatkan solubilitas obat dan menstabilkan obat

    yang didegradasi melalui hidrolisis.

    3) Bahan tambahan

    Variasi bahan tambahan seperti bahan antimikrobial, antioksidan,

    buffer, pengkhelat dan bahan penambah atau pengatur tonisitas

    digunakan dalam formulasi injeksi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan

    produk yang aman dan elegan.

  • a. Bahan antimikrobial

    Beberapa ditambahkan pada produk jika dikemas dalam dosis ganda

    vial. Bahan ini tidak digunakan dalam volume besar atau jika formulasi

    obat memiliki kemampuan aktivitas antimikroba. Bahan antimikrobial

    ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan organisme yang dapat

    berupa kontaminasi selama penggunaan produk.

    Bahan antimikroba harus steril dan efektif pada bentuk bebas,

    aktivitasnya dapat secara cepat menurun melalui interaksi dengan

    komponen bahan injeksi.

    Penutup karet memperlihatkan penyerapan pengawet antimikroba dari

    larutan injeksi. Penyerapan pengawet lebih signifikan dengan bahan alami

    dan karet neopren dan lebih sedikit dengan penutup karet butyl.

    b. Antioksidan

    Banyak obat dalam larutan cair lebih mudah didegradasi melalui

    oksidasi. Produk parenteral volume kecil dari obat sering mengandung

    antioksidan. Bisulfit dan metabisulfit yang paling sering atau umum

    digunakan sebagai antioksidan dalam larutan injeksi. Antioksidan harus

    dipilih secara hati-hati untuk penggunaannya dalam injeksi untuk menjaga

    interaksi dengan obat. Antioksidan memiliki potensi oksidasi yang lebih

    rendah dari obat dan mencegah oksidasi atau memblok reaksi oksidatif.

    Mungkin formula injeksi, ditambahkan antioksidan juga mengandung

    pengkhelat. Bahan pengkhelat seperti EDTA atau asam silat

    menghilangkan bekas elemen degradasi katalis oksidatif.

  • c. Buffer

    pH ideal sediaan parenteral adalah pH 7,4. Jika pH diatas pH 9,

    nekrosis jaringan dapat dihasilkan, sedangkan di bawah pH 3 nyeri dan

    radang pembuluh darah pada jaringan dapat terjadi. Buffer digunakan

    pada injeksi untuk mempertahankan pH dari kemasan produk. pH berubah

    dapat meningkat melalui interaksi antara produk dan wadah.

    Bagaimanapun, buffer yang digunakan dalam injeksi harus dapat diterima

    cairan tubuh untuk merubah pH produk setelah injeksi. Buffer asetat, sitrat

    dan fosfat yang umum digunakan pada produk parenteral.

    d. Bahan pengatur tonisitas

    Larutan isotonik sama dengan tekanan osmotik plasma darah dan

    tidak membahaykan membran sel darah merah. Larutan hipotonik memiliki

    tekanan osmotik yang lebih rendah dari plasma darah dan menyebabkan

    sel darah mengembang dan pecah karena cairan masuk ke dalam sel

    melalui osmosis. Larutan hipertonik memiliki tekanan osmotik yang lebih

    tinggi dari plasma, sebagai akibatnya sel darah merah kehilangan cairan

    dan menyusut. Larutan cairan hipotonik dibuat isotonik melalui

    penambahan NaCl, glukosa atau manitol.

    c. Dipending Of Medication by King ; 180-182

    Komponen produk :

    1) Pembawa

    Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami

    diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena

  • kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat

    diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat

    bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk

    semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan.

    Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas.

    a. Pembawa air

    Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa

    paling penting untuk sediaan injeksi.

    b. Pembawa bukan air

    Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan

    yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level

    toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit dari

    bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan terbatas

    pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil.

    2) Bahan larut

    Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau

    substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus

    dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan

    dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai

    untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus

    tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk

    potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan,

    karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas

  • dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas

    dari kotoran besar.

    Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung

    satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan

    antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan

    penambah tonisitas.

    3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah

    dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi

    kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi

    selama penggunaan.

    4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan

    oksigen atau bahan lain di lingkungan.

    5) Bahan pengkhelat sering digunakan untuk menambah aksi

    antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan

    mengkatalisis oksidasi.

    6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH

    selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang

    sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen.

    7) Formulasi ini juga ditambahkan bahan pengatur tonisitas larutan.

    d. Dispending Of Medication by Martin ; 976-979

  • Komponen produk :

    1) Pembawa

    Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami

    diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena

    kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat

    diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat

    bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk

    semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan.

    Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas.

    a. Pembawa air

    Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa

    paling penting untuk sediaan injeksi.

    b. Pembawa bukan air

    Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan

    yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level

    toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit

    dari bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan

    terbatas pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil.

    2) Bahan larut

    Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau

    substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus

    dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan

    dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai

  • untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus

    tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk

    potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan,

    karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas

    dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas

    dari kotoran besar.

    Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung

    satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan

    antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan

    penambah tonisitas.

    3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah

    dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi

    kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi

    selama penggunaan.

    4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan

    oksigen atau bahan lain di lingkungan.

    5) Bahan pengkhelat sering digunakan untuk menambah aksi

    antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan

    mengkatalisis oksidasi.

    6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH

    selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang

    sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen.

  • 7) Dalam formulasi, juga digunakan bahan pengatur tonisitas dari

    larutan. Penambahan bahan pengatur tonisitas menjadi kondisi

    isotonis sangat penting untuk menjaga integritas sel darah merah,

    pada pemberian secara intravena dari volume besar larutan atau

    mencegah nyeri pada injeksi secara subkutan atau intramuskular,

    pada syarat akhir.

    e. Ensiklopedia vol.11; 226-230

    1) Pelarut

    Pelarut yang secara luas digunakan pada SVP adalah air untuk injeksi

    (API) USP, sebagai pelarut digunakan dalam komponen formulasi dan

    harus disterilisasi akhir. Ini disiapkan melalui destilasi atau osmosis balik

    dan tingkat kemurnian air dari kontaminasi endotoksin.

    2) Bahan penambah kelarutan

    Bahan penambah kelarutan obat yang sedikit larut dalam air meliputi

    jenis yang ditunjukkan dibawah ini, dengan perbedaan mekanisme untuk

    meningkatkan kelarutan dalam air : kosolven, gliserin, PEG 300 dan 400,

    propilenglikol, etanol, surfaktan : polisorbat 80 0,1-0,5%, pluronik 68 0,05-

    0,25%, agen pembentuk kompleks : -siklodekstrin, polivinil pirolidon.

    Cairan bahan penambah kelarutan pada dasarnya termasuk kosolven

    yang dapat bercampur dengan air, seperti etanol, propilenglikol, PEG 400,

    dan gliserin. Pelarut bekerja dengan menurunkan tetapan dielektrik air

    sehingga meningkatkan kelarutan hidrofobik atau obat hidrofilik yang

    sukar larut. Bahan aktif permukaan meningkatkan kemampuan dispersi

  • dan kelarutan air dari bahan yang sukar larut karena susunan kimianya

    yang unik yang memiliki baik bagian fungsi hidrofobik dan hidrofilik pada

    molekul yang sama. Bagian hidrofobik mengadsorpsi permukaan molekul

    obat, sedangkan bagian hidrofilik berinteraksi dengan molekul air.

    Bahan penambah kelarutan dalam bentuk padatan meliputi

    siklodekstrin yang bekerja melalui pembentukan kompleks yang larut

    dalam larutan air. Molekul ini, seperti bahan aktif permukaan, adalah

    amfifilik yaitu mengandung fungsi hidrofobik pada bagian interior dan

    fungsi hidrofilik pada eksterior.

    3) Bahan pengawet antimikrobial

    Bahan penyelamat untuk mempertahankan sterilitas produk selama

    penyediaan produk dan penggunaan. Bahan ini diberikan dalam preparasi

    dosis ganda dari beberapa wadah karena kemungkinan terkecil terhadap

    kontaminasi selama penggunaan. Ini juga digunakan meskipun terjadi

    kontroversi dalam produk dosis tunggal yang dibuat secara aseptik untuk

    memberi jaminan sterilitas tambahan. Ini dapat diterima selama

    memperlihatkan bahwa bahan antimikrobial tidak digunakan untuk

    menutupi ketidakcukupan teknik aseptik. Contohnya : fenol, m-kresol,

    metil paraben, propil paraben, klorobutanol, benzil alkohol, benzalkonium

    klorida, thimerosal.

    4) Buffer

    Buffer digunakan untuk mempertahankan pH larutan pada range

    maksimum untuk memberi stabilitas obat dari degradasi hidrolitik. Sistem

  • buffer digunakan dalam SVPs meliputi asam lemah dan garam natrium.

    Pemilihan buffer yang sesuai tergantung pada range pH dimana obat itu

    dapat stabil.

    Beberapa sistem buffer yang umum digunakan dalam produk parenteral

    volume kecil :

    pH sistem buffer konsentrasi (%)

    3,5 5,7 asam asetat asetat 1 2

    2,5 6,0 asam sitrat sitrat 1 5

    6,0 8,2 asam fosfat fosfat 0,8 2

    8,2 10,2 asam glutamat glutamat 1 2

    5) Antioksidan

    Fungsi antioksidan melalui reaksi yang istimewa, lebih baik dari obat,

    dengan molekul oksigen, jadi meminimalisir atau menghentikan reaksi

    oksidasi. Reaksi oksidasi meliputi pembentukan radikal bebas yang

    dikatalisis oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, logam berat, panas,

    peroksid, ion hidroksid dan udara. Banyak obat digunakan pada produk

    SVP sensitif terhadap oksigen dan degradasi dengan cepat tanpa

    perlindungan penambahan antioksidan. Perhatian lain yang harus

    diperhatikan seperti perlindungan terhadap cahaya, panas, logam berat

    dan peroksid; formulasi produk pada pH rendah adalah hal lain yang

    harus diperhatikan.

  • 6) Bahan penstabil protein

    Aksi terapeutik protein dan peptida menjadi penting dalam formulasi

    SVP. Bahan ini sangat reaktif dengan air, komponen formulasi lain,

    komponen wadah, dan udara dalam wadah, dan sensitivitas yang tinggi

    untuk merubah kondisi lingkungan seperti temperatur, pH, cahaya,

    kelembaban, dan manipulasi secara mekanik reaksi degradasi baik kimia

    maupun fisika. Protein dengan baik diketahui mengagregasi pada

    temperatur berlebih (panas dan dingin) atau melalui pengocokan dan

    penggunaan. Agregasi protein tidak hanya mempengaruhi protein kimia,

    tetapi juga penampakan fisika dan kualitas. Beberapa jenis bahan

    digunakan untuk meminimalis degradasi protein dan SVPs.

    Sebagian besar bahan meliputi serum albumin : asam amino seperti

    glisin, lisin, dan glutamin; bahan surfaktan terutama polixamer 188

    (pluronik 68) dan polisorbat 80; polihidroksi seperti sorbitol, gliserol dan

    PEG; karbohidrat seperti laktosa dan maltosa; dan antioksidan, bahan

    pengkhelat, polivinil pirolidon, alkohol, dektrosa dan gelatin.

    7) Penambah tonisitas

    Banyak jenis bahan yang digunakan untuk menambah tonisitas SVP.

    Yang paling umum adalah elektrolit seperti natrium klorida dan garam

    natrium lain, dan nonelektrolit seperti gliserin dan laktosa. Normalnya,

    formulator SVP pertama harus percaya bahwa konsentrasi obat dan

    bahan lain membutuhkan kelarutan, stabilitas atau tujuan lain. Satu yang

    dilakukan setelah formulasi, osmolaritas diukur dan jika hipotonik,

  • penambah tonisitas ditambahkan. Jika formulasi hipertonik, tetapi pada

    level yang tidak dapat diterima untuk pemberian, formulasi membutuhkan

    bahan cair atau bahan pereduksi.

    8) Bahan lainnya

    Bahan serbuk digunakan dalam preparasi Freeze-dried untuk

    meningkatkan kontak padatan yang dihasilkan dari proses liofilisasi untuk

    membantu pemeriksaan kualitas produk. Trio- dan lioprotektan digunakan

    dalam preparasi Freeze-dried, terutama protein yang sensitif terhadap

    prosedur pendinginan dan pengeringan. Bahan ini mencegah degradasi

    protein selama pendinginan, pengeringan, dan selama penyimpanan.

    Bahan pensuspensi memelihara obat yang disuspensi dalam pelarut

    setelah pengocokan dan mensuspensi kembali. Bahan pengemulsi

    menurunkan tegangan permukaan untuk membuat formulasi campuran

    minyak dan pelarut air. Bahan semisolid meningkatkan kemampuan

    dispersi obat dalam salep mata dan memberi basis salep. Contohnya :

    a. bahan serbuk : manitol, laktosa, sukrosa, dekstrosa

    b. bahan pensuspensi : Na-CMC, gelatin, sorbitol

    c. trio- dan lioprotektan : sukrosa, polivinil pirolidon, metil selulosa, gelatin

    d. basis salep mata : petrolatum

    f. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ; 406-410

  • 1) Pelarut dan pembawa untuk obat suntik

    a. Pembawa air

    Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik

    secara besar-besaran adalah air untuk injeksi (water for injection USP). Air

    ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse

    osmose) dan memenuhi standar yang sama dengan purified water USP

    dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidak lebih dari 1 mg per 100 ml

    API USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk

    obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut

    dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan yang akan

    disterilkan setelah dibuat. Air untuk obat suntik harus disimpan dalam

    wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran

    temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik

    dimaksudkan untuk digunakan dalam waktu 24 jam sesudah

    penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas

    pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.

    b. Pembawa bukan air

    Walaupun pembawa air merupakan pembawa umum yang dipilih

    sebagai pembawa obat suntik, tetapi penggunaanya dalam formulasi

    mungkin dihindari karena kelarutan senyawa obat dalam air terbatas atau

    senyawa obat mudah terhidrolisis. Bila faktor-faktor fisika dan kimia

    membatasi penggunaan pembawa air secara keseluruhan, pembuat

    formulasi harus beralih pada suatu pembawa bukan air.

  • Diantara pelarut bukan air yang sekarang digunakan sebagai produk

    parenteral adalah minyak-minyak lemak nabati, gliserin, polietilen glikol,

    propilenglikol, alkohol dan yang lebih jarang digunakan adalah etil oleat,

    isopropil miristat dan dimetilasetamid. Semua ini dan pembawa bukan air

    lainnya dapat digunakan asalkan aman dan tidak mempengaruhi efek

    terapi sediaan atau bereaksi pada penentuan kadar dan pemeriksaan-

    pemeriksaan lainnya dalam jumlah yang diberikan. Batasan-batasan

    ditetapkan oleh USP untuk minyak lemak nabati yang dapat digunakan

    pada produk parenteral. Antara lain harus tetap jernih bila diinginkan

    sampai 10C untuk menjamin kestabilan dan kejernihan produk obat

    suntik selama penyimpanan di lemari pendingin. Minyak harus tidak boleh

    mengandung minyak mineral atau parafin karena zat-zat tersebut tidak

    diabsorpsi jaringan tubuh.

    2) Zat tambahan

    USP mengizinkan penambahan zat-zat yang sesuai ke dalam sediaan

    resmi yang digunakan sebagai obat suntik, dengan tujuan meningkatkan

    kestabilan atau kegunaan, asalkan tidak dilarang sesuai yang tercantum

    dalam monograf masing-masing, tidak berbahaya dalam jumlah yang

    diberikan dan tidak mengganggu efek terapi sediaan alat penentuan kadar

    dan pemeriksaan-pemeriksaan. Senyawa penambah kebanyakan adalah

    pengawet antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan, dan lain-

    lain. Zat-zat yang dipergunakan hanya untuk pewarna dilarang keras

    diberikan dalam produk parenteral.

  • Selain zat tambahan yang berefek menstabilkan, udara di dalam

    produk obat suntik sering diganti dengan gas inert seperti nitrogen untuk

    meningkatkan kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara

    oksigen dalam udara dengan obat.

    g. Farmakope Indonesia edisi III ; 14

    1) Zat pembawa berair, umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai

    pembawa untuk injeksi berair. Injeksi NaCl, injeksi NaCl majemuk,

    injeksi glukosa, campuran gliserol dan etanol atau zat pembawa berair

    lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa berair harus memenuhi

    uji pirogenitas.

    2) Zat pembawa tidak berair, umumnya minyak untuk injeksi. Minyak

    untuk injeksi (olea pro injectione) meliputi minyak lemak, ester asam

    lemak tinggi alam maupun sintetik. Minyak injeksi harus memenuhi

    syarat : (1) harus jernih pada suhu 10, (2) tidak berbau asing atau

    tengik, (3) bilangan asam 0,2 0,9, (4) bilangan iodium 79 128, (5)

    bilangan penyabunan 185 -204, (6) harus bebas minyak mineral.

    3) Larutan dapar, umunya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar

    borat, dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar

    rendah.

    4) Zat pengawet, kecuali dinyatakan lain, zat pengawet yang cocok dapat

    ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan ke dalam wadah dosis

    ganda atau injeksi yang dibuat secara aseptik. Untuk zat yang

    mempunyai sifat bakterisida, tidak perlu ditambahkan zat pengawet.

  • Kadar zat pengawet harus sedemikian rupa sehingga dapat

    mencegah pertumbuhan jasad renik. Untuk injeksi berair umumnya

    digunakan fenol 0,5% b/v, kresol 0,3% b/v, klorkresol 0,1% b/v,

    klorbutanol 0,5% b/v dan fenil raksa (II) nitrat 0,001% b/v.

    h. Modern Pharmaceutics ; 450-457

    1) Bahan aktif

    2) Bahan tambahan

    a. Antioksidan

    Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit

    adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu

    digunakan :

    1. Asam askorbat

    2. Sistein

    3. Monotiogliseril

    4. Tokoferol

    b. Bahan antimikroba atau pengawet

    1. Benzalkonium klorida

    2. Benzil alkohol

    3. Klorobutanol

    4. Metakreosol

    5. Timerosol

    6. Butil p-hidroksibenzoat

    7. Metil p-hidroksibenzoat