indonesian outlook 2014

16

Upload: bandungfe

Post on 22-Nov-2014

3.055 views

Category:

News & Politics


1 download

DESCRIPTION

Selamat tahun baru 2014! Sepertinya telah menjadi tradisi yang baik untuk memberikan narasi hasil penelitian dalam bentuk ringkas dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Bandung Fe Institute. Tahun ini kita kembali menyajikan Indonesian Outlook 2014 bagi khalayak Indonesia yang telah memiliki keinsyafan kompleksitas... Indonesian Outlook 2014 ini diberi nama "Wawasan Indonesia 2014", dengan keyakinan bahwa apa yang kita wariskan sebagai abstraksi "wawasan nusantara" dari generasi terdahulu mestinya mengalami pemutakhiran dari banyak sisi, khususnya sisi metodologis. Ketika kajian sains mutakhir berada di ranah interdisiplinaritas dalam kesadaran sistem kompleks, maka "wawasan nusantara" hari ini perlu dilakukan dalam perspektif interdisiplin pula. Terdapat 12 bidang kajian dalam Wawasan Indonesia 2014, mulai dari pasar regional, bursa efek, hingga sendi-sendi dasar kehidupan kita sehari-hari di tanah air. Pada dasarnya, Outlook 2014 ini merupakan semacam pemutakhiran tahunan dari buku yang pernah kita terbitkan 2007 dulu yang lalu. Hanya saja kali ini kita menerbitkannya dalam bentuk hardcopy sekaligus sebagai kalender 2014, yang jika berkenan dapat menemani hari-hari kita menjalani 2014 yang penuh optimisme. Karena adalah tugas ilmu pengetahuan untuk menyandingkan ketakpastian masa depan dengan optimisme.

TRANSCRIPT

Page 1: Indonesian Outlook 2014
Page 2: Indonesian Outlook 2014

Lihatlah Indonesia di dunia! Yang kita impor (garis hijau) untuk memenuhi kebutuhan kita, dan apa yang kita

ekspor (garis ungu) untuk membantu negara-negara lain memenuhi kebutuhannya. Indonesia yang kaya itu

kebanyakan masih menjual titipan generasi mendatangnya, tapi masih lebih banyak membeli kriya kreativitas

dari luar sana. Kebanyakan, kita masih menjual hasil bumi yang merupakan titipan generasi mendatang, dan

lebih banyak menjadi pembeli untuk hal yang berbau budaya, teknologi di antaranya. Kita masih belum mampu

menorehkan kemitraan untuk menjadi pen-suplai kreasi, padahal kita mewarisi begitu banyak sumber inspirasi

dari tradisi dari generasi pendahulu kita. Torehan kreatif-lah juga yang sebenarnya membuat tetangga kita,

Singapura menjadi jangkar pergerakan dinamika mata uang di kawasan Pasifik (gambar kiri). Mata uang

perdagangan kita masih berada di jangkar luar pergerakan dinamika valuta di kalangan negara-negara yang ber-

ekonomi politik luar negeri kapitalistik. Mata uang kita berjangkar pada Thailand, sebuah kewaspadaan karena

pernah kejadian dahulu di tahun 1997, krisis moneter bersama di kawasan Asia kita justru ber-awal dari Thailand

(krisis Tom Yang Kung). Gambar itu menunjukkan kedekatan pola dinamika pergerakan mata uang masing-

masing negara selama dua tahun ke belakang ini. Pergerakan mata uang kita sangat dekat dengan Thailand yang

berjangkar ke Singapura.

Page 3: Indonesian Outlook 2014

Inilah wajah perdagangan kehidupan perekonomian kita dari Sisi perputaran arus modal sebagaimana dicatat di Bursa Efek Indonesia dua tahun ke belakang ini. Dua saham yang terhubung menunjukkan kedekatan pola gerak dinamikanya setiap hari. Sebuah gambar yang menunjukkan bahwa belakangan ini menunjukkan bahwa harga saham-saham industrial mulai menjadi jangkar pergerakan di lantai bursa (SMGR), tapi juga saham-saham perusahaan yang meng-eksploitasi hasil bumi (PTBA). Dinamika gerak saham mulai terlihat “sektoral”. Pergerakan saham-saham pertambangan berkelompok dengan yang sesamanya di sektor pertambangan, demikian juga dengan perbankan, misalnya. Ini menunjukkan investor mulai memperhatikan signifikansi sektoral dalam menempatkan modal dan uang. Suatu hal yang baik dan sehat bagi perekonomian secara umum, tapi menunjukkan pula “kegamangan” menjelang 2014. Tren rippling di awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di atas menunjukkan hal itu. Investor kita memang akan merasa perlu melihat tahun 2014 juga sebagai tahun strategis dalam penempatan dana di pasar modal, karena iklim kondusif investasi tentu memperhatikan iklim kondusif sosial ekonomi dan politik yang akan ditentukan tahun 2014 ini.

Page 4: Indonesian Outlook 2014

Bukanlah rahasia bahwa kemandirian ekonomi energi kita masih merupakan cita-cita kehidupan berbangsa. Sudah merupakan

catatan sejarah pula bahwa persoalan “subsidi BBM” yang dikaitkan dengan akuntansi negara menyikapi

perkembangan harga minyak dunia selalu saja menjadi pekerjaan rumah kekuasaan

politik di Indonesia. Pengurangan subsidi memang adalah persoalan ekonomi negara, namun ia selalu

menyisakan persoalan bagi kehidupan sosial dan ekonomi secara umum, yang

tercatat sebagai noktah-noktah inflasi, peningkatan harga-harga

kebutuhan masyarakat di pasar…

Membayangkan mesin cerdas komputer sebagai kumpulan neuron-neuron yang “menebak” pergerakan inflasi di awal tahun depan dan dinamika harga minyak bumi di pasar internasional ditunjukkan pada halaman ini. Proyeksi model statistika komputasional jejaring saraf menunjukkan pola yang rippling pula di deret data historis harga minyak bumi (kanan) jelang pergantian tahun ini. Seolah memberikan isyarat pula bagi proyeksi dinamika inflasi (atas). Peluang masih tingginya harga minyak dunia dan masyarakat yang menantikan pergantian kepemimpinan nasional di tahun 2014 memberikan tantangan dalam memandang dinamika kenaikan harga-harga di masa awal 2014 ini…

Page 5: Indonesian Outlook 2014

Pemilihan Umum disebut-sebut sebagai “pesta demokrasi” meski

lebih sering berperan sebagai “pesta statistik”. Jumlah yang

mewakili partai-partai di parlemen bergantung bukan hanya pada

raupan suara dalam pemilihan, tapi juga aturan terkait jumlah

kursi yang merepresentasikan daerah pemilihan yang

bersangkutan. Lihatlah simulasi perolehan kursi partai-partai di

dua propinsi berikut ini (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Aturan

menyebut bahwa jumlah kursi minimum adalah 3 dan jumlah

kursi maksimum adalah 12 di tiap Daerah Pemilihan. Berdasarkan

geo-lokasinya, kita dapat menemukan 112 konfigurasi yang

mungkin dalam penyusunan Daerah Pemilihan se-Jawa Tengah

dan 839 se-Jawa Timur. Saat kita mensimulasikannya, kita dapat

melihat proyeksi jumlah kursi minimum dan maksimum yang

dapat diperoleh partai-partai politik itu berdasarkan perolehan

suara mereka pada Pemilihan Umum sebelumnya (garis tegak

hitam) beserta rata-rata proyeksinya (garis horizontal merah).

Dari konfigurasi ini kita dapat pula membayangkan “suara yang

hilang” oleh pembulatan jumlah suara berdasarkan kursi untuk

masing-masing partainya (diagram batang). Sebuah partai dapat

kehilangan ribuan suara karenan pembulatan, sementara partai

lain dapat mendulang kursi dengan alasan yang sama pula. Inilah

hasil perdebatan di legislatif ketika RUU terkait hal ini dibahas

beberapa waktu silam.

Sebuah fakta pemilihan umum sebagai sebuah “pertempuran

statistik” antar partai-partai politik yang akan akan menempatkan

mereka yang akan mewakili warga di kursi legislatif tahun 2014

ini.

Page 6: Indonesian Outlook 2014

Gambar ini menunjukkan kedekatan perolehan suara partai-partai politik dalam

Pemilihan Umum yang lalu (2009). Semakin dekat jarak proksimitas antara satu

daerah dengan daerah yang lain, maka konfigurasi penghitungan suara antar partai-

partai semakin mirip pula secara statistik multi-dimensional.

Terdapat setidaknya beberapa “kelompok” (clustering) karakteristik pemilih di

Indonesia berdasarkan gambar ini, yang ditunjukkan dengan warna cabang yang

berbeda dari visualisasi “pohon portofolio” ini. Adalah hal menarik bahwa preferensi

politik ini seolah pula “membelah” zoon politicon orang Indonesia antara yang berada

di kawasan barat dan timur nusantara. Papua dan Maluku berada di lembar cabang

yang sama, yang bertetangga dengan beberapa kawasan pemilihan di Sulawesi.

Sebuah keunikan statistik terlihat dengan penggambaran bahwa satu kawasan politik

di Sumatera, yaitu Riau, juga berada di daerah cabang pohon portofolio ini.

Hal menarik lain yang dapat kita lihat adalah bahwa karakteristik pemilih di kawasan

Jawa Timur dan Jawa Tengah berada di lembar cabang yang berbeda dengan Jawa

Barat dan Banten. Keempat kawasan ini merupakan kawasan dengan jumlah pemilih

terbesar di Indonesia, dan ini menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik yang

menarik bagi pendalaman ilmu namun juga sangat penting bagi partai-partai politik

yang berkontestasi di pemilihan umum tahun 2014 ini.

Partai politik yang memenangkan kompetisi pemilihan umum tentunya adalah yang

memiliki pengenalan terbaik atas kemauan warganya. Strategi partai politik mesti

didasarkan pada pengenalan karakteristik ini dan bukan semata-mata berdasarkan

trade off antara gelontoran dana dari mereka yang mendanai kampanye dan upaya

peningkatan perolehan suara dan ideologi partai politiknya. Mengenali konstituen

adalah kunci kemenangan dan juga kunci legislasi masyarakat politik yang

berdemokrasi.

Page 7: Indonesian Outlook 2014

Apa sebenarnya yang disebut sebagai “ketegangan” politik menjelang Pemilihan Umum? Tak lain

adalah sengitnya sentimen inter-aktor politik sebagaimana direkam dalam media massa. Antar aktor

politik melempar isu dan menanggapi isu dengan mengemukakan opini politiknya dan atau sikap partai

politik masing-masing. Berbagai statement mengemuka yang merepresentasikan sentimen positif

(garis biru di gambar sebelah) atau sentimen negatif (garis merah). Rekam jejak media massa jelang

PEMILU 2009 tampaknya akan terulang dengan lebih seru di tahun politik 2014 ini. Sejak Februari 2009,

konfigurasi kesetimbangan jejaring konflik sentimen (terhadap isu tertentu) antar tokoh politik

senantiasa meninggi terus dengan percepatan makin tingginya mendekati tanggal-tanggal pemungutan

suara (gambar atas). Demikian pula ketegangan antar tokoh politik yang mewakili partai politik yang

memuncak jelang momen pemilu. Hal ini terekam, khususnya di antara partai politik yang saling tak

berkoalisi. Kedewasaan warga masyarakat agar tak terbawa, adalah hal terbaik menyikapi ini…

Page 8: Indonesian Outlook 2014

Jumlah Orang Miskin (dalam ribu)

Peta Indonesia di-reskala berdasarkan fraksi penduduk miskin di wilayah yang bersangkutan. Makin luas wilayahnya makin besar fraksi orang miskin di wilayah tersebut. Peta diwarnai sesuai dengan jumlah orang miskin di kawasan yang bersangkutan. Makin putih makin tinggi populasi orang miskin di kawasan itu.

Secara faktual, penguasa di Indonesia semenjak kejatuhan Orde Baru hingga saat ini sepertinya selalu saja meninggalkan jejak makin tingginya kesenjangan ekonomi di kalangan warga masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya terus angka Koefisien Gini Indonesia (gambar sebelah). Keadilan politik sepertinya belum diikuti dengan keadilan ekonomi dan akses bagi warga masyarakatnya. Populasi orang miskin di Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa (gambar bawah), tapi fraksi jumlah mereka yang miskin relatif pada kawasan masing-masing ada di luar pulau Jawa, atau lebih spesifik lagi di kawasan timur Indonesia. Kartogram di bawah menunjukkan daerah-daerah yang “gendut” dengan tingginya fraksi orang miskin terhadap populasi total di masing-masing wilayah di seantero negeri. Sumatera dan Jawa kurus meski jumlah populasi miskinnya tinggi. Tapi di daerah tengah dan timur, jumlah yang tak tinggi diikuti dengan fraksi populasi miskin yang besar. Inilah mungkin yang menjadi pemicu ketakpuasan ekonomi masyarakat di kawasan luar pulau Jawa dan Sumatera terhadap pemerintahan nasional. Semoga harapan ini diperhatikan pasca Pemilu 2014(?).

SULUT

PAPUA

YOGYA

NAD

BANTEN

Page 9: Indonesian Outlook 2014

Upah Minimum

(dalam Rupiah)

Peta Indonesia di-reskala berdasarkan fraksi angkata kerja yang menjadi pengangur terbuka di wilayah yang bersangkutan. Makin luas wilayahnya makin besar fraksi pengangguran terbuka di wilayah tersebut. Peta diwarnai sesuai dengan besarnya Upah Minimum di

kawasan yang bersangkutan. Makin putih makin tinggi gaji minimum di kawasan itu.

Ada penurunan angka pengangguran terbuka di Indonesia di sepanjang waktu belakangan ini. Iklim investasi yang mendorong berbagai pembangunan mungkin adalah penyebab hal positif ini. Namun pemerataan tampaknya hal yang alpa. Konsentrasi fraksi penganggur di Indonesia terkonsentrasi di luar kawasan pulau Jawa secara umum, tapi meng-“gendut” di kawasan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (gambar bawah). Gaji minimum angkatan kerja di Jakarta yang tinggi rupanya dibebani dengan jumlah pengangguran yang luar biasa tinggi pula di kawasan ibukota tersebut. Hal ini tentu memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang kompleks dan unik, yang perlu pola

penanganan yang berbeda dengan kawasan “gendut pengangguran” di luar

pulau Jawa.

NAD

SUMUT

RIAU

SUMBAR

BANTEN

JABAR

DKI

Nusa Tenggara

KALBAR

SULUT

MALUKU

MALUT

PAPUA

Page 10: Indonesian Outlook 2014

Peta Indonesia di-reskala berdasarkan produksi padi di wilayah

bersangkutan. Makin luas wilayahnya makin besar angka produksi beras pengangguran

terbuka di wilayah tersebut pada tahun 2013. Peta diwarnai sesuai sesuai produksi beras di tahun 2008. Makin kuning makin tinggi produksinya 5 tahun sebelumnya.

Pro

du

ksi B

era

s (2

00

8)

Inilah pemetaan yang menunjukkan seberapa mirip profil produksi hasil pertanian wilayah-wilayah di Indonesia. Pemetaan ini dilakukan dengan analisis atas produksi

pertanian di kawasan-kawasan yang bersangkutan dari tahun 2008-2013 untuk hasil produksi padi,

jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu,

dan ubi jalar untuk kawasan-kawasan tersebut.

Produksi pertanian tentu tak semata-mata terkait dengan hal karakteristik alam agrikultural yang ada di kawasan

tersebut, tetapi juga pola hidup dan budaya dari masyarakat pertaniannya.

Produksi pangan terlihat sangat terkonsentrasi di pulau jawa (gambar katogram di bawah) yang karakteristiknya juga sangat

berbeda dengan yang ada di pulau-pulau bagian barat nusantara (gambar sebelah).

Dari kartogram terlihat kesenjangan produksi pangan yang ada meski potensi lahan dan berbagai hal penting untuk pertanian

dapat di-provisi di kawasan luar itu. Dan ranting-ranting besar di pohon portofolio pertaniaan di sebelah memberikan isyarat

pentingnya menelaah kawasan-kawasan tersebut untuk dijadikan ujung tombak ketahanan pangan Indonesia

dari sisi peningkatan produksi pertanian.

Tantangan ini

harus diperhatikan oleh siapapun yang menjadi penguasa

pilihan rakyat di tahun politik 2014, mengingat vitalnya produksi pertanian bagi peningkatan

ketahanan sosial dan ekonomi di bidang pangan. Kedaulatan pangan adalah fondasi ketahanan nasional.

Page 11: Indonesian Outlook 2014

Beginilah kira-kira struktur pemerintahan Majapahit (1293-1500an) tempo dulu jika

“konstitusi” atau tata pemerintahannya dijadikan bagan modern sistem

pemerintahan yang lazim digambarkan di masa kini. Sebuah struktur yang tak

“ngotot” dengan trias politika, melainkan penuh dengan elemen struktural yang

bottom-up. Uniknya adalah bahwa struktur serupa ini tak hanya berskala “nasional”, tapi juga di-“ulang” di kawasan-kawasan

lain yang disebut-sebut sebagai bagian wilayah Majapahit pada masa itu. Dari

penelitian berdasarkan jejaring kompleks elemen-elemen struktur pemerintahan ini

ditemukan bahwa “raja” bukanlah moda penting dalam tradisi pemerintahan

Majapahit, melainkan “Rakriyan Mahapatih” yang sebenarnya posisinya “terkunci di bawah”

berbagai elemen struktural pemerintahan lain. Tidak ada

“pemusatan kekuasaan” di struktur ini.

Menarik untuk melihat bahwa struktur ini seolah menunjukkan

bahwa Majapahit “menyerap” struktur dan tata

pemerintahan kerajaan tradisi lain di bumi nusantara.

Page 12: Indonesian Outlook 2014

Inilah peta sentimen selebritas Indonesia dalam pemberitaan infotainment di caturwulan terakhir tahun 2013!

Peta Sentimen merupakan sebuah penggambaran preferensi

sentimen (tidak selalu rasional dan tidak pula harus emosional) antar aktor sosial berdasarkan preferensi masing-masing atas

faktor sosial tertentu. Dua aktor sosial yang memiliki preferensi positif terhadap satu (atau lebih) faktor akan berpreferensi positif

satu sama lain, dan demikian pula sebaliknya.

Peta Sentimen Selebritas Indonesia merupakan visualisasi pemrosesan data-data dari NewsMedia Processing

Suite yang dibangun untuk melakukan evaluasi semantik atas preferensi aktor sosial

terhadap faktor-faktor sosial sebagaimana diberitakan di media massa, khususnya pada

rubrik Infotainment dan pemberitaan seputar selebritas Indonesia.

Penelaahan selama kurang dari

setahun pemberitaan media massa infotainment menunjukkan beberapa hal menarik.

Dalam graf jejaring peta sentimen selebritas ditunjukkan bahwa banyaknya isu dan topik seputar informasi

selebritas senantiasa terkait dengan banyaknya pengelompokan artis/tokoh selebritas yang

diberitakan.

Melalui observasi dinamis atas Peta Sentimen Selebritas Indonesia dapat dilakukan

berbagai pengukuran dan analisis atas “kesetimbangan sosial” di panggung

info hiburan masyarakat banyak tersebut, baik berupa konflik, pelanggaran hukum, maupun

berbagai event hiburan di mana berbagai selebritas tersebut akan menjadi bintang yang

mengisi acaranya.

Page 13: Indonesian Outlook 2014

ILM

U P

ENG

ETA

HU

AN

&

PEN

ELIT

IAN

INO

VA

SI D

ALA

M E

KON

OM

I

PER

LIN

DU

NG

AN

HU

KU

M

FISIKA BATIK KONSTRUKSI BOROBUDUR

MUSIK GENERATIF PEMETAAN ETNO-BUDAYA

TATA NEGARA KERAJAAN TRADISIONAL

GENERATOR MOTIF UKIR TRADISI

KOMPUTASIONAL

ANYAM OTOMATA

BASIS DATA BUDAYA

Kekayaan keberagaman budaya tradisi di Kepulauan Indonesia merupakan sumber inspirasi yang menjanji- kan banyak peluang inovasi bahkan pengembangan sains modern. Hingga saat ini ribuan data telah ter- kumpulkan melalui partisipasi banyak pihak yang dapat dijadikan sumber inovasi. Inovasi-inovasi termutakhir terkait Fisika Batik hingga pemetaan alternatif untuk etno-budaya di samping berbagai inovasi yang mendorong perekonomian berbasis kreativitas, serta peluang-peluang untuk keperluan basis data budaya dalam berbagai diplomasi multi-lateral untuk pembahasan hal terkait perlindungan hak atas kekayaan intelektual (intangible cultural heritage) telah dimungkinkan melalui basis data terpadu. Budaya perlu dilihat sebagai informasi dan data demi inovasi & inspirasi masa depan.

Page 14: Indonesian Outlook 2014

Mengingat Indonesia masih menjadikan politik sebagai panglima-nya, tak pelak tahun 2014 merupakan tahun yang sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Pada tahun ini, masyarakat akan memilih lagi mereka-mereka yang akan mewakili mereka di dewan legislatif dan kepala pemerintahan yang memimpin kekuasaan eksekutif di level negara, untuk yang keempat kalinya semenjak reformasi menjatuhkan diktator Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Harapan memperlengkapi diri dengan berbagai pemetaan sains dalam menghadapi berbagai kompleksitas dan ketakpastian di tahun yang baru ini merupakan harapan pembuatan WAWASAN INDONESIA 2014 ini. Sebagaimana telah dimulai sejak tahun lalu, outlook dalam bentuk buku yang padat uraian sepertinya tak tepat, apalagi dengan kesadaran bahwa kompleksitas persoalan yang dihadapi di masa yang akan datang bukannya lebih mudah; justru makin berat. Itulah sebabnya kita menuliskan outlook ini dalam ketebalan sejumlah bulan dalam kalender masehi yang kita gunakan sehari-hari. Tiap bulan disesuaikan menampilkan sisi infografi tentang pemetaan yang memberikan wawasan kompleksitas Indonesia pada domain tertentu. Outlook ini sederhananya mengetengahkan gambaran umum, bagaimanakah ilmu-ilmu kompleksitas melihat persoalan dan fenomena sosial. Sederhananya, Outlook 2014 ini adalah sebuah sari pati dari berbagai riset kompleksitas yang telah dilakukan di Bandung Fe Institute sebagai Center for Complexities di Surya University, sejak satu dekade yang lalu. Praktisnya, riset adalah pekerjaan tentang bagaimana meng-ekstraksi informasi dari sekian banyak data yang ada. Enam tahun lalu kami telah menerbitkan buku berjudul “Solusi untuk Indonesia”. Buku tersebut berbicara tentang berbagai metodologi kerja dan bagaimana kira-kira keinsyafan akan kompleksitas sistem sosial menjadikan metodologi ilmiah memberikan makna bagi perspektif kita dalam melihat Indonesia. Kami menyarankan pembaca untuk membaca buku tersebut, karena boleh dibilang, lembaran-lembaran outlook ini merupakan ekstensi pemutakhiran dari apa yang dijelaskan di buku tersebut. Keluasan topik dan kajian kompleksitas terpampang dari multidimensionalitas yang diketengahkan dalam lembar-lembar Outlook ini. Kita bicara dalam domain ekonomi, politik, antropologis, sosiologis, psikologis, bahkan budaya populer dengan dipersenjatai dengan metode ilmiah, kajian ekonofisika dan sosiofisika.

Orang Indonesia mewarisi sebuah konsep bernama “Wawasan Nusantara”, sebagai cara pandang orang Indonesia dalam memandang dirinya sendiri. Kami merasa bahwa konsep ini hanya relevan untuk masa kini jika dan hanya jika diketengahkan dalam perspektif yang interdisiplin. Wawasan Nusantara seyogianya tampil dari sains yang tumbuh dari substrat masyarakat Indonesia, bukan hanya membeo pada definisi-definisi interpretatif mereka yang bahkan hanya sedikit “mengenal” kita, namun jubah-jubah akademia warisan abad pencerahan memaksa kita untuk mengikutinya. Wawasan Indonesia perlu dilihat sebagai cara pandang interdisiplin oleh bangsa Indonesia dalam melihat dirinya sendiri. Interdisiplin dalam pengertian memiliki keterbukaan untuk melewati batas-batas domain ilmu pengetahuan warisan abad pencerahan dan modernisme. Wawasan sebagai cara pandang, karena jika visi keliru, alhasil jalan yang dilewati pun tentu ber-alamat keliru. Outlook ini adalah upaya untuk memberi wawasan tentang Indonesia dari data-data Indonesia: sebuah cara pandang orang Indonesia dalam memandang negerinya sendiri menjelang hari-hari baru di sepanjang tahun 2014. Outlook sepantasnya memberikan gambaran tentang masa depan. Ia memberikan semacam sinyal-sinyal prediksi akan apa yang mungkin terjadi demi sebuah antisipasi. Namun kenyataan sistem kompleks adalah karakteristik ketidakpastiannya yang ineheren, yang seolah melarang kita melakukan prediksi. Di sini, kesadaran akan sistem kompleks tidak melihat “prediksi” sebagai “peramalan masa depan”. Prediksi harus dilihat sebagai kemampuan kita dalam mencerna berbagai informasi atas data-data yang berseliweran di depan kita, sehingga kita lebih siap menghadapi masa depan. Inilah yang diketengahkan oleh lembar-lembar outlook ini. Tahun 2014 merupakan tahun yang penting dan karenanya sangat strategis, di antaranya karena ia merupakan momen penting pergantian struktur politik yang tentunya akan memberikan dampak besar bagi dinamika sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Semoga lembaran-lembaran ini memberikan keriangan intelektual sebagaimana yang dialami oleh Tim Peneliti saat melakukan penelitian-penelitian yang disinggung. Karena kompleksitas dan ketakpastian masa depan bukanlah sesuatu untuk dihindari, melainkan untuk disambut dalam keriangan yang cendekia!

Bandung, 30 Desember 2013

Page 15: Indonesian Outlook 2014

Kerabat Kerja

Hokky Situngkir (Presiden BFI, Direktur Center of Complexities Surya University), Rendra Suroso (Riset Coginitive Sciences), Rolan M. Dahlan (Riset Ekonomi Evolusioner), Ardian Maulana (Riset Sosiologi Komputasional), Billy F. Tarigan (Inovasi Anak Bangsa),

Vande Leonardo, Guntur Purba, Usman Apriadi, Dadan Suhandana, Arief Yuliarso, Megami Umayah, Nenden Herawati , Siti Sarimanah, Muhammad Alvy Rinaldi, David Andyka Putra, Asri Kania (Kesekretariatan)

http://www.bandungfe.net/

http://xityzone.com/

Disclaimer: Semua yang direpresentasikan dalam publikasi ini adalah gambaran sangat singkat hasil penelitian dan riset dalam lingkungan Bandung Fe Institute. Untuk dapat menggunakannya sebagai landasan

keputusan dan kebijakan perlu mendapatkan supervisi dari peneliti terkait. Bandung Fe Institute tidak bertanggung jawab atas berbagai pengambilan keputusan terkait kebijakan yang dilakukan berdasarkan presentasi ini tanpa supervisi langsung dari peneliti terkait.

CENTER FOR COMPLEXITIES

Page 16: Indonesian Outlook 2014