ikhtisar buku

68
IDENTITAS BUKU Judul Buku : Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru Penulis : Dr. Rusman, M.Pd Penerbit : PT. Rajagrafindo Persada Tahun : 2012 Edisi : 2 (Dua) Ketebalan : 415 Halaman Jenis Buku : Pendidikan Kelebihan :Kelebihan buku ini adalah covernya menarik sehingga pembaca tertarik untuk membaca buku 1

Upload: siti-nur-asiyah

Post on 09-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Buku model-model pembelajaran

TRANSCRIPT

Page 1: Ikhtisar Buku

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme

Guru

Penulis : Dr. Rusman, M.Pd

Penerbit : PT. Rajagrafindo Persada

Tahun : 2012

Edisi : 2 (Dua)

Ketebalan : 415 Halaman

Jenis Buku : Pendidikan

Kelebihan :Kelebihan buku ini adalah covernya menarik sehingga pembaca

tertarik untuk membaca buku ini. Lalu penulis menggunakan

bahasa yang baku dan sesuai EYD sehingga memudahkan

pembaca untuk memahami isi buku, dan bahasa yang digunakan

pun mudah dimengerti. Kemudian, kualitas kertas yang digunakan

bagus, tidak menggunakan kertas buram, sehingga pembaca pun

nyaman saat membaca buku.Dan spasi yang digunakan tidak

1

Page 2: Ikhtisar Buku

terlalu dekat, sehingga tidak membuat pembaca pusing

membacanya.

Kekurangan :Penulis banyak mengulang-ngulang redaksi, padahal dalam materi

yang sama. Selain itu, halaman dalam buku ini ada yang ganda

dan ada pula beberapa halaman yang hilang. Kemudian, ada satu

halaman yang terbalik pencetakannya. Perekat yang digunakan

kurang kuat sehingga lembaran kertasnya mudah lepas. Dan kertas

yang digunakan terlalu tipis, meskipun bagus tidak menggunakan

kertas buram.

2

Page 3: Ikhtisar Buku

BAB 1

PENDAHULUAN

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang

ada di sekitar individu. Belajar dapat diarahkan kepada proses yang diarahkan

kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga

merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989 :

28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku

mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan

pelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan

keterampilan. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan

kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat

beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, materi,

strategi, dan evaluasi. Masing-masing komponen saling terkait dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip

atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli menyusun model

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori psikologis, sosilogis,

psikiatris, analisis system, atau teori lainnya (Joyce and Well, 1980). Model

pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model

pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3

Page 4: Ikhtisar Buku

BAB 2

STANDAR PROSES SATUAN PENDIDIKAN

A. Perencanaan Proses Pembelajaran

1. Silabus, yaitu sebagai acuan pengembangan Rencana Pelakasanaan

Pembelajaran. Dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar

Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi

dasar. Disusun oleh guru secara lengkap dan sistematis, disusun untuk

setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran,

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi,

tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,

kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup), penilaian hasil

belajar, sumber belajar.

B. Prinsip-prinsip Penyusunan Rencana Pembelajaran

1. Memperhatikan perbedaan individu

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

5. Keterkaitan dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

C. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1. Adanya persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran seperti adanya

jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar, adanya beban

kerja minimal bagi guru, adanya buku teks pelajaran, dan guru harus bisa

mengelola kelas dengan baik.

4

Page 5: Ikhtisar Buku

2. Pelaksanaan pembelajaran seperti :

a. Kegiatan pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran

b. Inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar

melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi

c. Penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman

atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, serta tindak

lanjut.

D. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur

tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunkan sebagai bahan

penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

E. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan ini dilakukan dengan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,

dan tindak lanjut.

5

Page 6: Ikhtisar Buku

BAB 3

MENJADI GURU PROFESIONAL

A. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas

suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang

berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan

Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan, Sanual

et al. (1991:23) mengutamakan enam asumsi yang melandasi perlunya

profesionalisasi dalam pendidikan yaitu :

1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,

emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya,

2. Pendidikan dilakukan secara intensional

3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam

menjawab permasalahan pendidikan

4. Pendidikan bertolak dari asuumsi pendidikan

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya

6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan

C. Syarat-syarat Guru Profesional

1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisakikan berbagai potensi yang dimilikinya

2. Kompetensi personal, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia.

3. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Pendidikan

6

Page 7: Ikhtisar Buku

4. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

D. Ciri-ciri Profesi Keguruan

Menurut NEA (National Education Association) (1948) adalah :

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

2. Jabatan menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus

3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama

4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen

6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri

7. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat

E. Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima

oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam

melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga

negara setiap profesi memiliki kode etik profesi.

F. Ruang lingkup Profesi Keguruan

Untuk melaksanakan suatu kompetensi misalnya dalam melakukan program

belajar-mengajar, diperlukan lebih daripada sekedar keterampilan tetapi

memerlukan pengetahuan dan sikap tertentu di samping keterampilan teknis juga

aspek kepribadian lainnya seperti temperamen. Bahkan dalam kesempatan yang

berbeda sesuai dengan tujuan, materi, peralatan, dan terlebih-lebih lagi siswa yang

berbeda-beda. Dengan menguasai materi yang disajikan, maka seseorang telah

memiliki pemahaman tentang ruang lingkup profesi keguruan yang merupakan

kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

G. Kinerja Guru Profesional

7

Page 8: Ikhtisar Buku

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan

guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar

H. Ukuran Kualitas Kinerja Guru

Menurut Depdiknas efektivitas output sekolah dapat dikelompokkan ke dalam

dua bagian, yaitu pertama efektivitas internal merujuk pada keluaran pendidikan

yang tidak diukur secara moneter , dan jumlah lulusan yang bersifat material.

Kedua efektivitas eksternal, merujuk pada perbandingan antara masukan yang

bersifat bukan moneter dengan keluaran yang bersifat moneter.

I. Kriteria Kualitas Kinerja Guru

Kemapuan pokok yang harus dimiliki guru untuk menjadi tolak ukur kualitas

kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional.

J. Peranan Guru

Peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu :

a. Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa

b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

c. Guru melaksanakan proses pembelajaran

d. Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah

e. Guru sebagai komunikator

f. Guru mampu mengembangkan keterampilan diri

g. Guru dapat mengembangkan potensi anak

h. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah

K. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi guru, yaitu merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru

harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan

pendidikan dan juga psikologi perkembangan siswa. Keterampilan juga

merupakan tugas profesional guru seperti keterampilan merencanakan

pembelajaran, keteranpilan melaksanakan pembelajaran, dan keterampilan menilai

pembelajaran

8

Page 9: Ikhtisar Buku

L. Tugas Guru

Tugas guru pada dasarnya dikelompokan kepada tiga kategori, yaitu :

1. Tugas profensi, yaitu guru harus melakukan proses pendidikan, pengajaran

dan pelatihan.

2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, yaitu guru harus mampu menjadi

orang tua kedua.

3. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan

M. Indikator Kinerja Guru

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan

pembelajaran di kelas, yaitu :

1. Perencanaan guru dalam program kegiatan pembelajaran, adalah tahap

yang akan berhubungan dengan kemampuan guru meguasai bahan ajar.

2. Pelaksanaan kegiatan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan

kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan

strategi pembelajaran.

3. Evaluasi dalam kegiatan dengan kemampuan pendekatan atau cara

evaluasi seperti melalui Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan

Patokan, kemampuan evaluasi dengan menyusun alat evaluasi seperti tes

lisan, tertulis, dan tes perbuatan, serta kemampuan pengolahan dan

penggunaan hasil belajar.

N. Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya, yaitu :

a. Keterampilan membuka pelajaran

b. Keterampilan bertanya

c. Keterampilan memberi penguatan

d. Keterampilan mengadakan variasi

e. Keterampilan menjelaskan

f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

g. Keterampilan mengelola kelas

h. Keterampilan pembelajaran perseorangan

i. Keterampilan menutup pelajaran

9

Page 10: Ikhtisar Buku

O. Penilaian Kinerja Guru

Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan yang

terdapata pada SK. Menpan No. 84/1993, dilakukan dengan memfokuskan pada

unsur kegiatan pendidikan, pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang proses

pembelajaran dan bimbingan

P. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

Motivasi dan abilitas adalah unsusr-unsur yang berfungsi membentuk kinerja

guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Q. Memantau Kegiatan Pembelajaran

Adalah kegiatan pemantauan yang menyertakan proses pengumpulan,

penganalisisan, pencatatan, pelaporan, dan penggunaan informasi manajemen

tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuannya adalah

memberikan masukan terhadap pengambilan keputusan. Kegiatan pemantauan

lebih menekankan pada proses pembelajaran, hasil efektivitas, dan keberhasilan

guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain

memantau guru, yang harus dipantau adalah sarana dan prasarana, penggunaan

media dan sumber belajar, dan perangkat pembelajaran.

10

Page 11: Ikhtisar Buku

BAB 4

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan

pendidikannya.

B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan, ada beberapa

hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:

1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-

pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan

kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional

atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau

psikomotorik?

b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?

c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan

akademik?

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hokum, atau teori

tertentu?

b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan

prasyarat atau tidak?

c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk

mempelajari materi itu?

3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa

a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta

didik?

11

Page 12: Ikhtisar Buku

b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan

kondisi peserta didik?

c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta

didik?

4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis

a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?

b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya

model yang dapat digunakan?

c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau

efisiensi?

C. Pola-pola Pembelajaran

Seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software

maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai

penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar

dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai

media dan sumber belajar. Sekarang ini atau di masa yang akan datang, peran

guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi ia harus mulai berperan sebagai director

of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar

siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan,

bukan tidak mungkin di masa yang akan datang peran media sebagai sumber

informasi utama dalam kegiatan pembelajaran, seperti halnya penerapan

pembelajaran berbasis computer (computer based instruction), di sini peran guru

hanya sebagai fasilitator belajar saja.

D. Ciri-ciri Model Pembelajaran

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen

dan berdasarkan teori Jhon Dewey Model ini dirancang untuk melatih

partisipasi kelompok secara demokratis.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

12

Page 13: Ikhtisar Buku

c. Dapat dijadikan untuk pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar

mengajar dikelas. Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki

kreatifitas dalam pelajaran mengarang.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1)Urutan langkah-

langkah pembelajaran (syntax), (2)Adanya prinsip-prinsip reaksi,

(3)Sistem sosial, (4)Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu

pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: (1)Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat

diukur. (2)Dampak pengiring, yaitu dampak belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

E. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori

1. Model Interaksi Sosial

Model Interaksi Sosial, model pembelajaran ini didasari oleh teori

pembelajaran Gestalt yaitu field-theory, model interaksi sosial ini menitik

beratkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat

luas (learning to life together), karena model ini didasari oleh teori

pembelajaran Gestalt maka pokok pandangan dari model ini adalah objek atau

peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang

terorganisasikan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan lebih

bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

2. Model Pemrosesan Informasi

Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piagent) dan berorientasi

pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki

kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara

mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan (misalnya: mengorganisasi

data, memecahkan masalah, menemukan konsep serta menggunakan simbol

verbal dan visual). Pelopor dari teori ini adalah Robert Gagne (1985). Beliau

berasumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam

13

Page 14: Ikhtisar Buku

perkemangan. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi

yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari : (1)

informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5)

kecakapan motorik. Strategi dari model ini meliputi: mengajar induktif,

latihan inquiry, inquiry keilmuan, pembentukan konsep, model

pengembangan, dan Advance Organizer Model.

3. Model Personal

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu teori yang berorientasi

terhadap pengembangan diri individu, yang menjadi perhatian utama dari teori

ini adalah emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif

dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu

membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi

secara efektif, model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan

keakuan. Teori ini berpendapat bahwa guru harus berupaya menciptakan

kondisi kelas yang kondusif, agar siswa bebas dalam belajar dan

mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Strategi

pembelajaran dari teori ini adalah: Pembelajaran nondirektif, latihan

kesadaran, sinetik, sistem konseptual.

4. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu betujuan

mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar

dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan

(reinforcement), model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku

psikologis dan perilaku yang tidak bisa diamati lainnya, karakteristik dari

model ini berada dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari oleh

siswa yang lebih efisien dan berurutan. Fase dalam model ini ada empat, yaitu:

fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI); penggunaan media; pengajaran

berprograma (liner dan branching); dan operant conditioning & operant

reinforcement. Implementasi dari model ini adalah meningkatkan ketelitian

dari pengucapan seorang anak. Sedangkan sang guru haruslah selalu perhatian

terhadap tingkah laku belajar dari murid-muridnya.

14

Page 15: Ikhtisar Buku

BAB 5

MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

A. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)

Model ini adalah suatu sistem instruksional yang menggunakan pendekatan

sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari sejumlah

komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai

tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi model ini adalah untuk

mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara

sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam

melaksanakan proses belajar mengajar.

Langkah-langkah dari pelaksanaan model ini adalah:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran khusus yang

berupa rumusan yang jelas dan operasional mengenai kemampuan atau

kompetemsi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran.

2. Mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang dilakukan yang fungsinya

untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa, pada model PPSI evaluasi

dilakukan saat tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan.

3. Menentukan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang akan dilakukan

agar tujuan yang diinginkan tercapai, setelah kegiatan ditetapkan perlu

dirumuskan pokok-pokok mteri yang akan diberikan, sesuai dengan kegiatan

yang telah ditetapkan.

4. Merencanakan program kegiatan belajar mengajar, titik tolaknya adalah suatu

pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah

jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pendekatan

dan metode harus sesuai tujuan dan materi yang telah ditetapkan, termasuk

pelaksanaan evaluasi.

5. Pelaksanaan, langkah-langkah dalam pelaksanaan program ini adalah

mengadakan Pre-Test (tes awal), menyampaikan materi pelajaran,

mengadakan Pos-Test (test akhir).

15

Page 16: Ikhtisar Buku

B. Model Glasser

Langkah-langkah Model R. Glasser:

1. Instructional Goals (Sistem Objektif)

Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan

objek sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi,

seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran.

Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada praktik.

2. Entering Behavior (Sistem Input)

Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk

tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.

3. Instructional Procedures (Sistem Operator)

Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga

pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.

4. Performance Assessment (Output Monitor)

Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa

secara tetap atau perilaku siswa yang menetap.

C. Model Gerlach & Ely

Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:

1. Spesifikasi isi pokok bahasan (spesification of content);

2. Spesifikasi tujuan pembelajaran (specification of objectives);

3. Pengumpulan dan penyarinagan data tentang siswa (assessment of entering

behaviors);

4. Penentuan cara pendekatan, metode, dan teknik mengajar (determination

of strategy);

5. Pengelompokan siswa (organization of group);

6. Penyediaan waktu (allocation of time);

7. Pengaturan ruangan (allocation of space);

8. Pemilihan media/sumber belajar (selection of resources);

9. Evaluasi (evaluation of performance);

10. Analisis umpan balik (analysis of feedback).

16

Page 17: Ikhtisar Buku

D. Model Jerold E. Kemp

Model ini merupakan salah satu model yang memperhatikan karakteristik

peserta didiknya saat membuat kurikulum, model ini sebelum memilih materi

diadakan pre-test terlebih dahulu, pre-test tersebut digunakan untuk mengetahui

apakah siswa memenuhi persyaratan atau tidak.

Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:

1. Mementukan tujuan pembelajaran umum atau standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Membuat analisis tentang karakteristik siswa, analisis

ini dilakukan agar kita bisa mengetahui segala sesuatu tentang siswa,

seperti latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa agar siswa

tersebut dapat mengikuti program, juga langkah-langkah yang akan

diambil;

2. Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang

spesifik, operasional dan terukur, dengan demikian siswa akan tahu apa

yang harus dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya

bahwa siswa telah berhasil; dari segi guru, rumusan itu akan berguna

dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan/materi yang sesuai;

3. Menentukan meteri/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus;

4. Menentukan penjajakan awal (pre-assessement) atau pre-test, dilakukan

agar mengetahui apakah siswa memenuhi persyaratan untuk mengikuti

program pembelajaran, dan kegiatan ini dapat digunakan untuk memilih

materi yang perlu diajarkan pada siswa;

5. Menentukan startegi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran khusus (yaitu: efisiensi, keefektifan,

ekonomis, dan kepraktisan) melalui suatu analisis alternatif;

6. Koordinasi sarana penunjang yang diperlukan meliputi: biaya, fasilitas,

peralatan, waktu, dan tenaga;

7. Mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana program

pembelajaran tercapai (dari sisi: siswa, program pembelajaran, instrumen

evaluasi, dan metode yang digunakan)

17

Page 18: Ikhtisar Buku

BAB 6

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Elaine B. Johnson, mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah

system meracang otak untuk menyusun pola-pola mewujudkan makna.

Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam

memompa kemampuan diri, siswa berusaha mempelajari konsep dan mengaitkan

dengan dunia nyata. Inti dari pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan setiap

materi dengan kehidupan nyata.

A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Mengajar bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tapi lebih

ditekanan pada upaya memfasilitasi siswa untuk bisa hidup dari apa yang ia

pelajari. Pembelajaran kontekstual bertujuan membantu siswa melihat makna dari

materi yang dipelajari dengan cara menghubungkannya dengan kehidupan pribadi,

sosial, dan budaya.

B. Komponen Pembelajaran Konstektual

1. Menjalin hubungan yang bermakna

2. Mengerjakan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri

4. Mengadakan kolaborasi

5. Berfikir kritis dan kreatif

6. Memberikan layanan secara individual

7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi

8. Menggunakan assessment autentik

C. Prinsip Pembelajaran Konstektual

1. Konstruktivisme (Constructivism)

2. Menemukan (Inquiry)

3. Bertanya (Questioning)

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

5. Permodelan (Modelling)

6. Refleksi (Reflection)

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

18

Page 19: Ikhtisar Buku

BAB 7

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman

yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.

A. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu

komunikasi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.

Proses belajar tidak harus berasal dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling

membelajarkan dengan siswa lainnya, karena pembelajaran oleh teman sebaya

bisa lebih efektif daripada oleh guru. Terdapat 4 hal penting dalam strategi

kooperatif, yaitu:

1. Adanya peserta didik dalam kelompok

2. Adanya aturan main

3. Adanya upaya belajar

4. Adanya kompetensi yang harus dicapai

Pengelompokkan siswa dapat dilakukan berdasarkan :

1. Kemampuan siswa

2. Minat dan Bakat siswa

3. Perpaduan antara kemampuan dengan minat dan bakat.

B. Karakteristik Pembelajar Kooperatif

1. Pembelajaran secara Tim

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

3. Kemauan untuk bekerjasama

4. Keterampilan bekerjasama

C. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

1. Prinsip ketergantungan positif

2. Tanggung jawab perseorangan

3. Interaksi tatap muka

4. Partisipasi dan komunikasi

19

Page 20: Ikhtisar Buku

5. Evaluasi proses kelompok

D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

1. Penjelasan materi

2. Belajar kelompok

3. Penilaian

4. Pengakuan Tim

E. Model-model Pembelajaran Kooperatif

1. Student Teams Achievment Division (STAD)

Langkah-langkahnya adalah :

a. Penyampaian tujuan dan motivasi

b. Pembagian kelompok

c. Presentasi guru

d. Kegiatan belajar dan tim

e. Evaluasi

f. Penghargaan prestasi

2. Jigsaw

Langkah-langkahnya adalah :

a. Menggali informasi dengan membaca

b. Diskusi kelompok ahli

c. Laporan kelompok

d. Kuis

3. Investigasi Kelompok

Langkah-langkahnya adalah :

a. Membagi siswa dalam kelompok

b. Memberikan pertanyaan terbuka

c. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis

d. Mengajak setiap siswa berpartisipasi menjawab setiap pertanyaan

4. Make a Match

Langkah-langkahnya adalah :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik bahasan. Satu sisi

soal, dan satu sisi merupakan jawaban.

20

Page 21: Ikhtisar Buku

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan apa soal atau

jawaban yang sesuai.

c. Siswa mencari soal atau jawaban yang cocok dengan yang ia punya

d. Siswa yang mendapat pasangannya sebelum waktu berakhir akan

mendapat point

e. Langkah tersebut diulangi lagi hingga beberapa babak

f. Kesimpulan

5. Teams Games Tournament (TGT)

Langkah-langkahnya adalah :

a. Siswa membuat kelompok kecil

b. Games Tournament dimulai

c. Penghargaan kelompok pemenang

6. Model Struktural

Komponennya adalah :

a. Struktur dan konstruk yang berkaitan

b. Prinsip-prinsip dasar

c. Pembentukan kelompok

d. Tata kelola

e. Keterampilan sosial

21

Page 22: Ikhtisar Buku

BAB 8

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan

dikembangkannya keterampilan siswa dalam memecahkan masalah adalah

Pembelajaran Berbasis Masalah disingkat (PBM). Dalam PBM ini kemampuan

berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau

tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,

dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

A. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendidikan pada abad ke 21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada

di dunia nyata. Pendidikan harus mampu membantu menciptakan individu yang

kritis dengan tingkat kreativitas yang tinggi dan tingkat keterampilan berpikir

yang tinggi pula. Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM

memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok,

dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan lain.

Jenis PBM yang akan dimasukkan dalam kurikulum tergantung pada profil

dan kematangan siswa., pengalaman masa lalu siswa, fleksibilitas kurikulum yang

ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan sumber yang ada.

B. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakan siswa

menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat.

Beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam PBM ini yaitu :

1. Menyiapkan perangkat berpikir siswa

2. Menekankan belajar kooperatif

3. Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam PBM

4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah

C. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah

Inti dari PBM ini adalah pembelajaran siswa. Dalam setiap perubahan yang

diharapkan bukan hanya diperlukan kemauan akan tetapi kesiapan menyongsong

22

Page 23: Ikhtisar Buku

perubahan misalnya, segala perangkat keras dan lunak dari staf sampai pada

tingkat pimpinan.

Pembelajaran Berbasis Masalah ini dilandasi oleh teori belajar, diantaranya :

1. Teori belajar bermakna dari David Ausubel

2. Teori belajar Vigotsky

3. Teori belajar Jerome S. Bruner

Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan dari pihak guru

sebagai fasilitator, guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian

dari konsep PBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan

berpikir siswa. Selain itu, siswa juga harus siap terlibat secara aktif dalam

pembelajaran, menyiapkan diri untuk mengoptimalisasikan kemampuan berpikir

melalui inquiry kolaboratif dalam setiap tahapan proses PBM. Masalah yang

dibahasnya haruslah relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang dan

yang akan datang.

23

Page 24: Ikhtisar Buku

BAB 9

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta

prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan. Teori

pembelajaran tematik ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, termasuk

Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakana dan

berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Dalam pembelajaran tematik

dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh yang harus diperhatikan guru pada

waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasilnya. Landasan

pembelajaran tematik di SD meliputi landasan filosofis, psikologis, dan landasan

yuridis.

A. Karakteristik model pembelajaran tematik :

1. Berpusat pada siswa

2. Memberikan pengalaman lansung

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

5. Bersifat fleksibel

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Dalam merancang pembelajaran tematik di SD bisa dilakukan dengan dua

cara, yaitu :

1. Menetapkan terlebih dahulu tema tema tertentu yang akan diajarkan,

dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar

pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema

tersebut.

24

Page 25: Ikhtisar Buku

2. Dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata

pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema

pemersatu.

B. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi :

Tema atau judul yang akan dipelajari

Identitas mata pelajaran

Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai

Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa

Strategi pembelajaran

Alat dan media

Penilaian dan tindak lanjut

Pengelolaan Kelas

a) Pengaturan tempat belajar, untuk pembelajaran tematik pengaturan ruang

kelas harus fleksibel sesuai dengan strategi pembelajaran yang akan

digunakan. Lebih baik ruang kelas tidak dalam bentuk berjajar/ berbaris.

b) Pengaturan siswa, dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar),

kelompok kecil, dan perorangan (individual).

c) Pemilihan bentuk kegiatan, dimulai dari kegiatan membuka pelajarn,

menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memberikan

penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai dengan menutup

pelajaran.

d) Pemilihan media pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

dapat divariasikan ke dalam penggunaan media visual, audio, dan audio-

visual.

e) Penilaian, penilaian tersebut disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas

pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

25

Page 26: Ikhtisar Buku

BAB 10

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

Kebijakan pemerintah atas penggunaan ICT didasarkan pada Keppres No.

50/2000 tentang Pengadaan Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Dalam sector

pendidikan pemanfaatan ICT dikenal sebagai e-learning. Yang tujuannya adalah

sebgai berikut :

1. Mengembangkan ICT network untuk umum dan universitas seperti riset

dan pendidikan network di Indonesia.

2. Mempersiapkan suatu rancangan pengembangan sumber daya manusia

dalam mengaplikasikan ICT.

3. Mengembangkan dan menerapkan kurikulum berbasis ICT.

4. Menggunakan ICT sebagai suatu bagian dari kurikulum pembelajaran di

sekolah, universitas, dan pusat-pusat pelatihan.

5. Mengadakan program yang berhubungan dengan pendidikan dengan

mengikutsertakan sekolah-sekolah dalam pembelajaran seluas-luasnya.

6. Memfasilitasi penggunaan internet dengan efisien dalam proses

pembelajaran.

Serta untuk membantu para guru dalam meningkatkan mutu belajar.

A. Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer

Pada tahun 1964, B.F Skiner menciptakan pembelajaran terprogram

(programmed instruction). Sistem pembelajaran terprogram memungkinkan

interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru yang dilakukan

secara langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio,

film, mesin mengajar, dan sebagainya. Prinsip yang digunakan sejalan dengan

prinsip belajar yang dikembangkannya, yaitu conditioning operan, adalah siswa

belajar melalui rangkaian stimulus-respon dan dalam program itu respons dari

stimulus (pernyataan) ditemukan sendiri oleh siswa.

B. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer

1. Model Drills

26

Page 27: Ikhtisar Buku

Model drills adalah suatu model dalam pembelajaran dengan jalan melatih

siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Yang bertujuan

untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui

penyediaan latihan-latihan soal yang bertujuan untuk menguji

performance dan kemampuan siswa melalui kecepatan penyelesaian soal-

soal latihan yang diberikan program CBI. Dalam melatih siswa, guru

hendaknya memerhatikan jalannya pembelajaran serta faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Jelaskan terlebih dahulu tujuan atau kompetensi.

b. Tentukan dan jelaskan kebiasaan, ucapan, gerakan tertentu dan

sebagainya, sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus

mereka kerjakan.

c. Pusatkan perhatian siswa terhadap bahan yang akan atau sedang

dilatih.

d. Gunakan selingan latihan, supaya tidak membosankan dan melelahkan.

e. Guru hendaknya memerhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa.

f. Latihan tidak boleh terlalu lama atau terlalu cepat.

2. Model Tutorial

Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang

bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil

belajar yang optimal. Kegiatan tutorial ini memang sangat dibutuhkan

siswa sebab siswa dibimbing melaksanakan kegiatan belajar mandiri yang

bersumber dari modul-modul dalam bidang studi tertentu. Program tutorial

merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan software berupa program komputer

yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan. Tujuan pembelajaran

tutorial, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai

dengan yang dimuat dalam software pembelajaran.

27

Page 28: Ikhtisar Buku

b. Untuk meningkatkan kemampuan kemampuan dan keterampilan siswa

tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesuliatan atau

hambatan agar mampu membimbing diri sendiri.

c. Serta untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar

mandiri dan menerapkannya pada masing-masing CBI yang sedang

dipelajari.

3. Model Simulasi

Model ini bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret

melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati

suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana yang tanpa risiko.

Model simulasi adalah model CBI yang menampilkan materi pelajaran

yang dikemas dalam bentuk simulasi-simulasi pembelajaran dalam bentuk

animasi yang menjelaskan konten secara menarik, hidup, dan memadukan

unsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi dan

harmonis.

4. Model Instruction Games

Tujuan instruction games adalah untuk menyediakan pengalaman belajar

yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah kemampuan siswa

melalui bentuk permainan yang mendidik. Instruction games dapat terlihat

dengan mengenali pola pembelajaran melalui permainan yang dirancang

sedemikian rupa, sehingga pembelajaran lebih menantang dan

menyenangkan. Keseluruhan permainan memiliki komponen dasar sebagai

pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk

mencapai sesuatu yang diharapkan, yaitu tujuan pembelajaran.

28

Page 29: Ikhtisar Buku

BAB 11

MODEL PAKEM

(PARTISIPATIF, AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN)

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah tersebut terdapat tiga komponen penting

yang diharapkan dapat meningkatkan suatu pembelajaran di lembaga pendidikan

dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yaitu :

1. Manajemen sekolah, yang diharapkan sekolah dapat terbuka, adanya

akuntabilitas, dan bersifat partisipatif.

2. Peran serta masyarakat, baik secara fisik dan nonfisik/ teknis edukatif.

3. Pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(PAKEM), yang sesuai dengan prinsip student centered learning.

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak

(student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan

(learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa

diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut.

A. Pengertian PAKEM

PAKEM merupakan model pembelajaran dn menjadi pedoman dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan

pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif,

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Dalam model PAKEM, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan

pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipasif, aktif, kreatif,

efisien, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat

menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan

usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

1. Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

kegiatan pembelajaran secara optimal. Siswa diberikan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara

29

Page 30: Ikhtisar Buku

guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu

berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan

kemampuannya di dalam maupun di luar kelas.

2. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajarn yang lebih banyak

melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,

sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai

fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of

learning) kepada siswa.

3. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan

guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama

pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan

strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran dan

pemecahan masalah.

Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang

menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir

kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.

4. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan

beberapa hal, yaitu :

a. Pengelolaan tempat belajar.

b. Pengelolaan siswa.

c. Pengelolaann kegiatan pembelajaran.

d. Pengelolaan konten/materi pembelajaran.

30

Page 31: Ikhtisar Buku

e. Pengelolaan media dan sumber belajar.

5. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses

pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara

guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under

pressure) (Mulyasa, 2006:194). Untuk mewujudkan proses pembelajaran

yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan

baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan

strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.

Terdapat empat aspek yang mepengaruhi model PAKEM, yaitu

pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi.

a. Pengalaman

Di aspek pengalaman ini siwa diajarkan untuk dapat belajar mandiri.

Seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale dalam kerucut

pengalamannya (cone experience) bahwa dengan pengalaman

langsung sekitar 90% materi yang didapatkan oleh anak akan cepat

terserap dan bertahan lebih lama.

b. Komunikasi

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara

lain mengemukakan pendapat, persentaasi laporan, dan memanjangkan

hasil kerja.

c. Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya

jawab, dan saling melempar pertanyaan.

d. Refleksi

Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa ayng

telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. Hal ini

dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah

dikeluarkan oleh anak agar dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.

31

Page 32: Ikhtisar Buku

B. Model-model Pembelajaran yang Mendukung Pembelajaran PAKEM

Menurut Udin S. Saud, terdapat dua model pembelajaran yang telah biasa

digunakan oleh para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM, yaitu :

1. Pembelajran Kuantum (Quantum Teaching)

Menurut Bobbi de Porter (2005;5) “Quantum is an interaction that change

energy into light”. Maksud dari “energy menjadi cahaya” adalah

mengubah semua hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan

untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi

orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.

Pengubahan hambatan-hambatan belajar tersebut bisa dengan

menggunakan beberapa cara, yaitu dengan mulai membiasakan

menggunakan lingkungan sekitar belajar sebagai media belajar,

menjadikan sistem komunikasi sebagai perantara ilmu dari guru ke siswa

yang paling efektif, dan memudahkan segala hal yang diperlukan oleh

siswa. Sehingga diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran antara

guru dan murid, yang sebelumnya satu arah menjadi dua arah, yang

sebelumnya menakutkan menjadi menyenangkan.

2. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual atau yang labih dikenal dengan sebutan CTL

(contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang

beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan

diciptakan secara alamiah. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa

CTL adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara

meteri pelajaran yang akan diajarkannya kepada siswa sesuai dengan

kondisi yang terjadi dan mendorong siswa untuk bisa menerapkan

pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan menghasilkan makna yang

ditumbuhkan oleh siswa itu sendiri dalam setiap kegiatan belajar-

mengajar.

32

Page 33: Ikhtisar Buku

BAB 12

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (E-LEARNING)

E-learning dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia

pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan

bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet

dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka

kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Persyaratan utama

yang perlu dipenuhi yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui internet

dan adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan.

A. Implementasi Pembayaran Berbasis Web

Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web,

langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Sebuah program pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di

lingkungan kampus dengan berbasis web.

2. Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan.

B. Interaksi Tatap Muka dan Virtual

Ada tiga alasan mengapa forum tatap muka masih dibutuhkan dalam kegiatan

pembelajaran, yaitu :

1. Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang

akan dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik.

2. Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pemahaman belajar dengan

mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta

didik.

3. Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam mengunakan komputer

yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada

setiap peserta didik.

C. Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa

dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita

dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.

33

Page 34: Ikhtisar Buku

D. Internet Sebagai Sumber Belajar

Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan

kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan yang secara

langsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam

belajar. Karena internet merupakan sumber informasi utama dan pengetahuan,

melalui teknologi ini kita dapat melakukan beberapa hal diantaranya untuk :

1. Penelusuran dan pencarian bahan pustaka;

2. Membangun Program Artificial Intelligence untuk memodelkan sebuah

rencana pembelajaran;

3. Memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan virtual

classroomataupun virtual university;

4. Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.

E. Pemanfaatan E-Learning untuk Pembelajaran

Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran yang

menggunakan rangkaian elektronik untuk menyampaikan isi pembelajaran,

interaksi, atau bimbingan. Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk

pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Perbedaan

Pembelajaran Tradisional dengan e-learning, yaitu kelas ‘tradisional’. Guru

dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu

pengetahuan kepada pelajaranya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning

fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan

bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning

akan ‘memaksa’ palajar memainkan perannya yang lebih aktif dalam

pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha

dan inisiatif sendiri.

34

Page 35: Ikhtisar Buku

BAB 13

MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI

Dalam sistem pendidikan, peserta didik dituntut untuk belajar

secara mandiri. Persepsi terhadap istilah belajar mandiri itu

berbeda-beda, disini akan dijelaskan mengenai konsep, persepsi,

atau teori mengenai belajar mandiri.

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri

Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada

oranglain, bebas, dan dapat melakukan seniri. Menurut

Wedemeyer (1983) peserta didik yang belajar secara mandiri

mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri

pembelajaran yang diberikan guru/pendidik di kelas. Peserta

didik mempunyai otonomi dalam belajar, yaitu:

1. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut

menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan belajar.

2. Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang

ingin di pelajarinya dan cara mempelajarinya.

3. Peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai

dengan kevepatannya sendiri.

4. Peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang

akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya.

Menurut Wedemeyer (1983) kemandirian dalam belajar perlu

diberikan kepada siswa karena mereka punya tanggung jawab

dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam

mengembangkan kemampuannya sendiri.Menurut Moore (1983)

ciri utama pembelajaran mandiri adalah peserta didik ikut serta

menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya.

35

Page 36: Ikhtisar Buku

B. Tingkat Kemandirian Peserta Didik dalam Kegiatan

Pembelajaran

Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar itu dapat

ditinjau dari :

1. Dalam menentukan tujuan pembelajaran

2. Dalam memilih cara dan media belajar yang digunakan

untuk mencapai tujuan

3. Dalam menentukan cara, alat, dan kriteria hasil evaluasi

belajarnya.

Dalam program pendidikan adan yang tingkat

kemandiriannya sangat besar , begitupun sebaliknya.

berikut adalah gambaran mengenai tingkat kemandirian

dalam berbagai program pembelajaran :

Tingkat

Kemandiria

n

No

Tipe Program

Pembelajaran

Mandiri

Dalam

Merumuska

n Tujuan

Dalam

Pelaksanaa

n Belajar

Dalam

Menentuka

n Kriteria

Evaluasi

Peserta

Didik

Mandiri

dalam

menentuka

n

tujuan,cara,

belajar, dan

evaluasi (M)

Guru/

Instruktur

menentuka

n tujuan,

1 Program belajar

sendiri (private

study)

M M M

2 Belajar

keterampilan

dalam bidang

olah raga

M T M

3 Program

pembelajaran

yang pelajaran

dan evaluasinya

dikontrol peserta

didik (Learner

Controls Cours

T M M

36

Page 37: Ikhtisar Buku

cara belajar,

dan

evaluasinya

. Peserta

didik tidak

mandiri (T)

and Evaluation)

4 Belajar

Mengendarai

Mobil

M T T

5 Program

pembelajarn yang

evaluasinya

dikontrol peserta

didik

T T M

6 Sekolah mandiri T M T

7 Belajar bebas

untuk

mendapatkan

kredit.

T T T

(Diadaptasi dari Types of Independent Study Programers by

Variable Learner Autonomy tulisan Moore, dalam Desmond

Keegan 1983, 1991).

Kemandirian Peserta Didik dan Keberhasilan Belajar. Tingkat

kemandirian peserta didik berkaitan erat dengan pemilihan

program: (1) apakah memilih program yang kesempatannya

untuk berdialog tinggi dan kurang terstruktur, atau (2) program

yang kurang memberikan kesempatan berdialog dan sangat

tersruktur. Dalam batasannya Moore (dalam Keegan, 1991)

mengatakan bahwa: “kemandirian belajar sejumlah peserta didik

adalah sejumlah mana dalam proses pembelajaran itu siswa

dapat ikut menentukan tujuan, bahan dan pengalaman belajar,

serta evaluasi pembelajarannya”.

1. Karakteristik peserta didik yang mandiri adalah :

a. Sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin ia

capai.

37

Page 38: Ikhtisar Buku

b. Dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui

kemana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar

yang diinginkan.

c. Dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk

memecahkan permasalahan yang dijumpainya.

2. Karakteristik peserta didik yang kurang mandiri:

a. Lebih menyukai program pembelajarn yang sudah

terstruktur

b. Lebih suka mengikuti program pembelajaran yang

bahan belajar dan cara belajarnya telah ditentukan

dengan jelas.

c. Belum dapat menilai kemampuannya sendiri.

C. Belajar Mandiri dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh

Menurut Moore (1983), jarak dalam sistem PPTJ itu jangan

dilihat berdasarkan jarak geografis, namun pendidikan dimana

hubungan antara guru/instruktur dan peserta didik tergantung

pada tiga hal yaitu:

1. Interaksi antara guru/instruktur dan peserta didik (dialog)

2. Struktur program pembelajarannya (struktur)

3. Sifat atau tingkat kemandirian peserta didik (otonomi)

D. Model-model Pembelajaran Mandiri

Tuntutan abad ke-21 mengisyaratkan lulusan setiap jenjang

pendidikan memiliki model pembelajaran yang menghasilkan

lulusaan yang mampu mandri dan bahkan menciptakan lapangan

pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki. Salah satu jenis strategi yang mampu menciptakan

kemandirian adalah strategi pembelajaran yang dikemukakan

oleh Dave Meier.

1. Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)

38

Page 39: Ikhtisar Buku

Somatis artinya adalah belajar dengan bergerak dan

berbuat. Auditori adalah belajar dengan berbicara dan

mendengar. Visual adala belajar mengamati dan

menggambarkan. Intelektual adalah belajar dengan

memecahkan masalah dan menerangkan. Strategi

pendekatan SAVI ini dalam siklus pembelajan 4 tahan

yaitu: (1) persiapan, (2) penyampaian, (3) pelatihan, (4)

penampilan hasil.

2. Model MASTER (Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit,

Reflect)

Mind artinya mendapatkan keadaan berpikir yang benar.

Acquire artinya memeroleh informasi yang terdiri dari

gagasn inti. Search out artinya mencari makna melalui

pembimbing. Trigger artinya memicu memori. Axhibit

artinya memamerkan apa yang diketahui melalui teknik

tantanglah persaingan. Dan reflect artinya mereflekasikan

cara belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa agar terwujud masyarakat

pembelajaran yang ideal untuk abad ke-21 yaitu:

a. Komitmen pada belajar, bagaimana belajar dan kritis

b. Memberikan perhatian sungguh pada pendidikan

sekolah

c. Kekuatan orangtua paling utama

d. Menggunakan teknologi baru

e. Memperbaiaki kondisi guru/pengajar

f. Mengoprasikan sekolah berbasis otak

g. Melibatkan anggota masyarakat

h. Memodemisasikan kurikulum,danMengubah sistem

ujian.

E. Bahan Belajar Mandiri

39

Page 40: Ikhtisar Buku

Bahan belajar mandiri adalah bahan belajar yang disusun

sedemikian rupa sehingga relatif mudah dipelajari peserta didik

tanpa bantuan dari orang lain. Bahan belajar mandiri termasuk

bahan belajar terstruktur.

Jenis-jenis bahan belajar mandiri diantaranya adalah:

1. Modul

2. Bahan pembelajaran berprogram

3. Digital content berbasis web

BAB 14

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

YANG MENGAKTIFKAN SISWA

A. Pendahuluan

Belajar pada hakikatnyaadalah proses interaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

dipandang sebagain proses yang diarhkan kepada tujuan dan

proes berbuat melalui berbagai pengalaman. Untuk itu

pendekatan dan model pembelajaran harus dirancang dengan

baik agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil yang

optimal.

Pembelajarn merupaka suatu sistem yang terdiri dari

beberapa komponen, komponen tersebut meliputi: tujuan,

materi, metode, dan evaluasi.

B. Pengertian Pendekatan dan Model Pembelajaran yang

Mengaktifkan Siswa

40

Page 41: Ikhtisar Buku

RoyKellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan

dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada

guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Menurut Sanjaya (2008:127) “pendekatan dapat diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran. Para ahli menyusun model pembelajaran

berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran. Teori-teori psikologis,

sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.

Joyce dan Weil mengelompokan empat menjadi empat model

pembelajaran, yaitu:

1. Model interaksi sosial

2. Model pemrosesan informasi

3. Model personal

4. Model modifikasi tingkah laku

C. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran

Roy dalam bukunya yang berjudul Effective Teaching

Strategies (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan

dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru, artinya

menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan

kegiatan belajar bersifat klasik.

2. Pendekatan pembelajaran beroriantasi pada siswa, artinya

pembelajaran yang menemopatkan siswa sebagai subjek

belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.

D. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

1. Landasan PBAS

Beberapa alasan yang melandasi pembelajaran

berorientasi aktivitas siswa diantaranya adalah:

a. Landasan Filosofis

41

Page 42: Ikhtisar Buku

Sadullah (2007:142) dalam Pengantar Filsafat “filsafat

progrsif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar

pada masa kini mungkin tidak benar di masa

mendatang. Karenanya cara terbaik mempersiapkan

para siswa untuk suatu masa depan yang tidak

diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-

strategi pemecahan masalah yang memungkinkan

mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam

kehidupan dan untuk menemukan kebenarankebenaran

yang relevan pada saat ini”

Pandangan filsafat progresivisme pendidikan didasarkn

pada enam asumsi, yaitu :

1) Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat siswa

2) Pembelajaran dikatakan efektif jika

mepertimbangkan interest

3) Pembelajar pada dasrnya aktif bukan pasif

4) Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir

secara rasional

5) Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal

dan juga nilai sosial

6) Manusia berada pada suatu keadaan yang konstan,

dan pendidikan memungkinkan masa depan yang

lebih baik dibandingkan masa lalu

b. Landasan Psikologis

Menurut Sukmadinata (2003:32) dikemukakan bahwa:

“psikologis pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami

situasi pendidikan, interaksi guru dengan siswa,

kemampuan, perkembangan, karakteristik dan faktor-

faktor yang melatarbelakangi perilaku siswa dan perilaku

guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran,

42

Page 43: Ikhtisar Buku

bimbingan, evaluasi, pengukuran, dll”. Secara garis besar

ada tiga rumpun besar teori psikologi yaitu:

1) Teori disiplin mental, memandang bahwa individu

memiliki kekuatan, kemampuan, serta potensi-

potensi yang dapat dikembangkan. Teori psikologi

daya memandang setiap individu memiliki daya

mengenal, mengingat, menanggapi, megingat,

mengkhayal, berpikir,dll. Vorstellungen, memandang

bahwa individu memiliki kemampuan untuk

menanggapi sesuatu, sedangkan teori Naturalisme

Romantik dari Jean Jacques Rousseau memandang

bahwa setiap individu memiliki kemampuan/potensi

yang masih terpendam.

2) Teori Behavioristik, teori ini menekankan perilaku

atau tingkah laku. Teori koneksionisme dari

Thorndike memandang bahwa tingkah laku manusia

merupakan stimulus dan respon. Teori pengkondisian

memandang bahwa tingkah laku manusia dapat

dibentuk melalui pengondisian. Teori pengatan

memandang bahwa tingkah laku manusia dapat

dibentuk melalui pemberian penghargaan atau

respons yang dilakukan.

3) Teori Cognitive-Gestalt-Field dari Max Wertheimer,

teori ini menekankan perilaku manusi yang bersifat

keseluruhan atau keterpaduan dari bagian-bagian.

2. Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa

Pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut

diterapkan sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan

pembelajarann, guru dapat mengaktifkan siswa melalui

43

Page 44: Ikhtisar Buku

pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara

eklektif yang antara lain sebagai berikut:

Berpikir logis, kritis, dan kreatif

Berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif

Rasa ingin tahu

Penguasaan teknologi dan informasi

Pengembangan personal dan sosial

Belajar mandiri

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, pasal 19 ayat

(1) “ proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatuvitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta fisiologis peserta didik”.Maka PBAS

adalah pembelajaran yang memposisikan siswa siswa sebagai

subjek dalam pembelajaran.

3. Asumsi yang Mendasari PBAS

Standar proses satuan pendidikan yang tertuang dalam

Permendiknas nomor 41 tahun 2007 mengamanahkan bahwa

“pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar

melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Ada

beberapa asumsi yang mendasari PBAS yaitu:

a. Asumsi Filosofis tentang Pendidikan, yaitu pendidikan

bukan hanya mengembangkan intelektual semata,

tetapi mengembangkan sejumlah potensi yang ada

pada diri siswa.

b. Asumsi tentang Siswa sebagai Subjek Pendidikan,

artinya siswa sebagai subjek pendidikan dalam tahap

pengembangan.

44

Page 45: Ikhtisar Buku

c. Asumsi tentang Guru, artinya guru wajib menciptakan

suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar

dengan baik.

d. Asumsi yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran

4. Peran Guru dalam Penerapan PBAS

PBAS bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan posisi

guru, tetapi aktivitas belajar siswa diciptakan dan

dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar

siswa. Menurut Sanjaya (2008:139) ada enam tugas yang

harus dilakukan seorang guru dalam desai pembelajaran

PBAS, yaitu: (1) mengemukakan berbagai alternatif

tujuanpembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai; (2) menyusun tugas-tugas belajar

bersama siswa; (3) memberi informasi mengenai kegiatan

pembelajaran yang harus dilakukan; (4) memberikan bantuan

dan pelayanan terhadap siswa yang membutuhkan bantuan

nya; (5) memberikan motivasi belajar; (6) membantu siswa

menarik kesimpulan dalam suatu kegiatan pembelajaran.

5. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran

Semakin banyak keterlibatan siswa dalam ketiga aspek

(perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan

evaluasi hasil pembelajaran), maka semakin menjukan kadar

PBAS dalam pembelajaran.

a. Keterlibatan siswa dalam perencanaan pembelajaran

meliputi: perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan

rancangan pembelajaran, memilih dan menentukan

sumber belajar, menentukan dan mengadakan media

pembelajaran

b. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran meliputi:

kegiatan fisik, mental intelektual. Kegiatan

45

Page 46: Ikhtisar Buku

eksperimental, keinginan siswa untuk menciptakan

kondisi belajar yang efektif, keterlibatan siswa untuk

memanfaatkan sumber belajar yang ada, dan adanya

interksi multi arah.

c. Keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran,

dapat meliputi: mengealuasi sendiri hasil belajar,

melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas

yang diberikan guru, dan menyusun laporan hasil

belajar secara tertulis maupun lisan.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS

PBAS akan berhasil apabila didukung oleh beberapa hal di

antaranya adalah:

a. faktor kemampuan guru,

b. sarana prasarana belajar, dan

c. lingkungan belajar.

E. Mengaktifkan Siswa Melalui Pendekatan dan Model

Pembelajaran

Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai metode,strategi, pendekatan, dan model pembelajaran

yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar, diantaranya

adalah:

1. Strategi pembentukan TIM

2. Strategi penilaian sederhana

3. Startegi pelibatan belajar langsung

4. Belajar dalam satu kelas penuh

5. Menstimulasi diskusi kelas

6. Pengajuan pertanyaan

7. Belajar bersama

8. Pengajaran sesama siswa

9. Belajar secara mandiri

46

Page 47: Ikhtisar Buku

10. Belajar yang efektif

11. Pengembangan keterampilan

12. Penerapan pembelajaran berbasis maslah

13. Penerapan pembelajaran kontekstual

14. Penerapan pembelajaran berbasis komputer

15. Penerapan pembelajaran PAIKEM (partisipasi,

aktivitas, inofatif, kreativitas, evektivitas, dan menciptakan

pembelajarn menggunakan multimedia)

16. Penerapan model pembelajaran kolaboratif.

47

Page 48: Ikhtisar Buku

BAB 15

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengembangan model-model pembelajaran merupaan suatu keniscayaan yang

harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini

dikarenakan setiap siswa memiliki tingkat keinginan yang berbeda-beda dalam

menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa ada yang memiliki

tipe auditif, yaitu senang mendengarkan penjelasan gurunya, tipe visual yaitu

senang belajar melalui melihat perantara media pembelajaran, dan ada siswa yang

punya tipe kinestetik, yaitu senang belajar melalui pengalaman langsung. Oleh

karena itu, gurur harus mampu mengembangkan model-model pembelajaran

secara bervariasi agar menyentuh semua minat siswa.

Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara klasikal, tetapi sentuhan guru

harus tetap individual. Tugas gurur bukan semata-mata mengajar, tetapi lebih

kepada membelajarkan siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar merupakan

suatu proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui

berbagai pengalaman belajar yang dipersiapkan dan dilakukan oleh guru. Oleh

karena itu, pembelajaran harus mengaktifkan siswa, menyenangkan siswa, sarat

akan nilai, dan bermakna bagi kehidupan siswa.

B. Saran

Dari kekukarangan buku yang ada dapat dilakukan beberapa perbaikan, seperti

diadakan pengecekkan kembali sebelum buku di edarkan, sehingga tidak ada

kesalahan yang bersifat teknis seperti halaman yang hilang, halaman terbalik, atau

halaman ganda. Kemudian untuk memperdalam materi, dapat mengambil dari

beberapa kata ahli, tidak hanya berpacu pada satu ahli saja.

48