ikhtisar buku
DESCRIPTION
Buku model-model pembelajaranTRANSCRIPT
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme
Guru
Penulis : Dr. Rusman, M.Pd
Penerbit : PT. Rajagrafindo Persada
Tahun : 2012
Edisi : 2 (Dua)
Ketebalan : 415 Halaman
Jenis Buku : Pendidikan
Kelebihan :Kelebihan buku ini adalah covernya menarik sehingga pembaca
tertarik untuk membaca buku ini. Lalu penulis menggunakan
bahasa yang baku dan sesuai EYD sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami isi buku, dan bahasa yang digunakan
pun mudah dimengerti. Kemudian, kualitas kertas yang digunakan
bagus, tidak menggunakan kertas buram, sehingga pembaca pun
nyaman saat membaca buku.Dan spasi yang digunakan tidak
1
terlalu dekat, sehingga tidak membuat pembaca pusing
membacanya.
Kekurangan :Penulis banyak mengulang-ngulang redaksi, padahal dalam materi
yang sama. Selain itu, halaman dalam buku ini ada yang ganda
dan ada pula beberapa halaman yang hilang. Kemudian, ada satu
halaman yang terbalik pencetakannya. Perekat yang digunakan
kurang kuat sehingga lembaran kertasnya mudah lepas. Dan kertas
yang digunakan terlalu tipis, meskipun bagus tidak menggunakan
kertas buram.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar dapat diarahkan kepada proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989 :
28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan
keterampilan. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan
kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat
beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, materi,
strategi, dan evaluasi. Masing-masing komponen saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori psikologis, sosilogis,
psikiatris, analisis system, atau teori lainnya (Joyce and Well, 1980). Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3
BAB 2
STANDAR PROSES SATUAN PENDIDIKAN
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
1. Silabus, yaitu sebagai acuan pengembangan Rencana Pelakasanaan
Pembelajaran. Dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi
dasar. Disusun oleh guru secara lengkap dan sistematis, disusun untuk
setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup), penilaian hasil
belajar, sumber belajar.
B. Prinsip-prinsip Penyusunan Rencana Pembelajaran
1. Memperhatikan perbedaan individu
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
5. Keterkaitan dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
C. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Adanya persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran seperti adanya
jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar, adanya beban
kerja minimal bagi guru, adanya buku teks pelajaran, dan guru harus bisa
mengelola kelas dengan baik.
4
2. Pelaksanaan pembelajaran seperti :
a. Kegiatan pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran
b. Inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
c. Penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, serta tindak
lanjut.
D. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunkan sebagai bahan
penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
E. Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan ini dilakukan dengan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,
dan tindak lanjut.
5
BAB 3
MENJADI GURU PROFESIONAL
A. Pengertian Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan
Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan, Sanual
et al. (1991:23) mengutamakan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan yaitu :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,
emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya,
2. Pendidikan dilakukan secara intensional
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam
menjawab permasalahan pendidikan
4. Pendidikan bertolak dari asuumsi pendidikan
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan
C. Syarat-syarat Guru Profesional
1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisakikan berbagai potensi yang dimilikinya
2. Kompetensi personal, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
3. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan
6
4. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
D. Ciri-ciri Profesi Keguruan
Menurut NEA (National Education Association) (1948) adalah :
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri
7. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
E. Kode Etik Guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga
negara setiap profesi memiliki kode etik profesi.
F. Ruang lingkup Profesi Keguruan
Untuk melaksanakan suatu kompetensi misalnya dalam melakukan program
belajar-mengajar, diperlukan lebih daripada sekedar keterampilan tetapi
memerlukan pengetahuan dan sikap tertentu di samping keterampilan teknis juga
aspek kepribadian lainnya seperti temperamen. Bahkan dalam kesempatan yang
berbeda sesuai dengan tujuan, materi, peralatan, dan terlebih-lebih lagi siswa yang
berbeda-beda. Dengan menguasai materi yang disajikan, maka seseorang telah
memiliki pemahaman tentang ruang lingkup profesi keguruan yang merupakan
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
G. Kinerja Guru Profesional
7
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan
guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar
H. Ukuran Kualitas Kinerja Guru
Menurut Depdiknas efektivitas output sekolah dapat dikelompokkan ke dalam
dua bagian, yaitu pertama efektivitas internal merujuk pada keluaran pendidikan
yang tidak diukur secara moneter , dan jumlah lulusan yang bersifat material.
Kedua efektivitas eksternal, merujuk pada perbandingan antara masukan yang
bersifat bukan moneter dengan keluaran yang bersifat moneter.
I. Kriteria Kualitas Kinerja Guru
Kemapuan pokok yang harus dimiliki guru untuk menjadi tolak ukur kualitas
kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
J. Peranan Guru
Peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu :
a. Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa
b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
c. Guru melaksanakan proses pembelajaran
d. Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah
e. Guru sebagai komunikator
f. Guru mampu mengembangkan keterampilan diri
g. Guru dapat mengembangkan potensi anak
h. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah
K. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi guru, yaitu merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru
harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan
pendidikan dan juga psikologi perkembangan siswa. Keterampilan juga
merupakan tugas profesional guru seperti keterampilan merencanakan
pembelajaran, keteranpilan melaksanakan pembelajaran, dan keterampilan menilai
pembelajaran
8
L. Tugas Guru
Tugas guru pada dasarnya dikelompokan kepada tiga kategori, yaitu :
1. Tugas profensi, yaitu guru harus melakukan proses pendidikan, pengajaran
dan pelatihan.
2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, yaitu guru harus mampu menjadi
orang tua kedua.
3. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan
M. Indikator Kinerja Guru
Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan
pembelajaran di kelas, yaitu :
1. Perencanaan guru dalam program kegiatan pembelajaran, adalah tahap
yang akan berhubungan dengan kemampuan guru meguasai bahan ajar.
2. Pelaksanaan kegiatan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan
kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan
strategi pembelajaran.
3. Evaluasi dalam kegiatan dengan kemampuan pendekatan atau cara
evaluasi seperti melalui Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan
Patokan, kemampuan evaluasi dengan menyusun alat evaluasi seperti tes
lisan, tertulis, dan tes perbuatan, serta kemampuan pengolahan dan
penggunaan hasil belajar.
N. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya, yaitu :
a. Keterampilan membuka pelajaran
b. Keterampilan bertanya
c. Keterampilan memberi penguatan
d. Keterampilan mengadakan variasi
e. Keterampilan menjelaskan
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Keterampilan mengelola kelas
h. Keterampilan pembelajaran perseorangan
i. Keterampilan menutup pelajaran
9
O. Penilaian Kinerja Guru
Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan yang
terdapata pada SK. Menpan No. 84/1993, dilakukan dengan memfokuskan pada
unsur kegiatan pendidikan, pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang proses
pembelajaran dan bimbingan
P. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Motivasi dan abilitas adalah unsusr-unsur yang berfungsi membentuk kinerja
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Q. Memantau Kegiatan Pembelajaran
Adalah kegiatan pemantauan yang menyertakan proses pengumpulan,
penganalisisan, pencatatan, pelaporan, dan penggunaan informasi manajemen
tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuannya adalah
memberikan masukan terhadap pengambilan keputusan. Kegiatan pemantauan
lebih menekankan pada proses pembelajaran, hasil efektivitas, dan keberhasilan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain
memantau guru, yang harus dipantau adalah sarana dan prasarana, penggunaan
media dan sumber belajar, dan perangkat pembelajaran.
10
BAB 4
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya.
B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan, ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional
atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau
psikomotorik?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hokum, atau teori
tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan
prasyarat atau tidak?
c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta
didik?
11
b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan
kondisi peserta didik?
c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta
didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau
efisiensi?
C. Pola-pola Pembelajaran
Seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software
maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai
penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai
media dan sumber belajar. Sekarang ini atau di masa yang akan datang, peran
guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi ia harus mulai berperan sebagai director
of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar
siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan,
bukan tidak mungkin di masa yang akan datang peran media sebagai sumber
informasi utama dalam kegiatan pembelajaran, seperti halnya penerapan
pembelajaran berbasis computer (computer based instruction), di sini peran guru
hanya sebagai fasilitator belajar saja.
D. Ciri-ciri Model Pembelajaran
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen
dan berdasarkan teori Jhon Dewey Model ini dirancang untuk melatih
partisipasi kelompok secara demokratis.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
12
c. Dapat dijadikan untuk pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar
mengajar dikelas. Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki
kreatifitas dalam pelajaran mengarang.
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1)Urutan langkah-
langkah pembelajaran (syntax), (2)Adanya prinsip-prinsip reaksi,
(3)Sistem sosial, (4)Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut
merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu
pembelajaran.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: (1)Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat
diukur. (2)Dampak pengiring, yaitu dampak belajar jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.
E. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
1. Model Interaksi Sosial
Model Interaksi Sosial, model pembelajaran ini didasari oleh teori
pembelajaran Gestalt yaitu field-theory, model interaksi sosial ini menitik
beratkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat
luas (learning to life together), karena model ini didasari oleh teori
pembelajaran Gestalt maka pokok pandangan dari model ini adalah objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan lebih
bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.
2. Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piagent) dan berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan (misalnya: mengorganisasi
data, memecahkan masalah, menemukan konsep serta menggunakan simbol
verbal dan visual). Pelopor dari teori ini adalah Robert Gagne (1985). Beliau
berasumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
13
perkemangan. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi
yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari : (1)
informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5)
kecakapan motorik. Strategi dari model ini meliputi: mengajar induktif,
latihan inquiry, inquiry keilmuan, pembentukan konsep, model
pengembangan, dan Advance Organizer Model.
3. Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu teori yang berorientasi
terhadap pengembangan diri individu, yang menjadi perhatian utama dari teori
ini adalah emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif
dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu
membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi
secara efektif, model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan
keakuan. Teori ini berpendapat bahwa guru harus berupaya menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, agar siswa bebas dalam belajar dan
mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Strategi
pembelajaran dari teori ini adalah: Pembelajaran nondirektif, latihan
kesadaran, sinetik, sistem konseptual.
4. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu betujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar
dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement), model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perilaku yang tidak bisa diamati lainnya, karakteristik dari
model ini berada dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari oleh
siswa yang lebih efisien dan berurutan. Fase dalam model ini ada empat, yaitu:
fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI); penggunaan media; pengajaran
berprograma (liner dan branching); dan operant conditioning & operant
reinforcement. Implementasi dari model ini adalah meningkatkan ketelitian
dari pengucapan seorang anak. Sedangkan sang guru haruslah selalu perhatian
terhadap tingkah laku belajar dari murid-muridnya.
14
BAB 5
MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
A. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Model ini adalah suatu sistem instruksional yang menggunakan pendekatan
sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari sejumlah
komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi model ini adalah untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara
sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pelaksanaan model ini adalah:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran khusus yang
berupa rumusan yang jelas dan operasional mengenai kemampuan atau
kompetemsi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
2. Mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang dilakukan yang fungsinya
untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa, pada model PPSI evaluasi
dilakukan saat tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan.
3. Menentukan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang akan dilakukan
agar tujuan yang diinginkan tercapai, setelah kegiatan ditetapkan perlu
dirumuskan pokok-pokok mteri yang akan diberikan, sesuai dengan kegiatan
yang telah ditetapkan.
4. Merencanakan program kegiatan belajar mengajar, titik tolaknya adalah suatu
pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah
jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pendekatan
dan metode harus sesuai tujuan dan materi yang telah ditetapkan, termasuk
pelaksanaan evaluasi.
5. Pelaksanaan, langkah-langkah dalam pelaksanaan program ini adalah
mengadakan Pre-Test (tes awal), menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan Pos-Test (test akhir).
15
B. Model Glasser
Langkah-langkah Model R. Glasser:
1. Instructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan
objek sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi,
seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran.
Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada praktik.
2. Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk
tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.
3. Instructional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga
pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.
4. Performance Assessment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa
secara tetap atau perilaku siswa yang menetap.
C. Model Gerlach & Ely
Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:
1. Spesifikasi isi pokok bahasan (spesification of content);
2. Spesifikasi tujuan pembelajaran (specification of objectives);
3. Pengumpulan dan penyarinagan data tentang siswa (assessment of entering
behaviors);
4. Penentuan cara pendekatan, metode, dan teknik mengajar (determination
of strategy);
5. Pengelompokan siswa (organization of group);
6. Penyediaan waktu (allocation of time);
7. Pengaturan ruangan (allocation of space);
8. Pemilihan media/sumber belajar (selection of resources);
9. Evaluasi (evaluation of performance);
10. Analisis umpan balik (analysis of feedback).
16
D. Model Jerold E. Kemp
Model ini merupakan salah satu model yang memperhatikan karakteristik
peserta didiknya saat membuat kurikulum, model ini sebelum memilih materi
diadakan pre-test terlebih dahulu, pre-test tersebut digunakan untuk mengetahui
apakah siswa memenuhi persyaratan atau tidak.
Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:
1. Mementukan tujuan pembelajaran umum atau standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Membuat analisis tentang karakteristik siswa, analisis
ini dilakukan agar kita bisa mengetahui segala sesuatu tentang siswa,
seperti latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa agar siswa
tersebut dapat mengikuti program, juga langkah-langkah yang akan
diambil;
2. Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang
spesifik, operasional dan terukur, dengan demikian siswa akan tahu apa
yang harus dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya
bahwa siswa telah berhasil; dari segi guru, rumusan itu akan berguna
dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan/materi yang sesuai;
3. Menentukan meteri/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus;
4. Menentukan penjajakan awal (pre-assessement) atau pre-test, dilakukan
agar mengetahui apakah siswa memenuhi persyaratan untuk mengikuti
program pembelajaran, dan kegiatan ini dapat digunakan untuk memilih
materi yang perlu diajarkan pada siswa;
5. Menentukan startegi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus (yaitu: efisiensi, keefektifan,
ekonomis, dan kepraktisan) melalui suatu analisis alternatif;
6. Koordinasi sarana penunjang yang diperlukan meliputi: biaya, fasilitas,
peralatan, waktu, dan tenaga;
7. Mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana program
pembelajaran tercapai (dari sisi: siswa, program pembelajaran, instrumen
evaluasi, dan metode yang digunakan)
17
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Elaine B. Johnson, mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah
system meracang otak untuk menyusun pola-pola mewujudkan makna.
Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam
memompa kemampuan diri, siswa berusaha mempelajari konsep dan mengaitkan
dengan dunia nyata. Inti dari pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan setiap
materi dengan kehidupan nyata.
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Mengajar bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tapi lebih
ditekanan pada upaya memfasilitasi siswa untuk bisa hidup dari apa yang ia
pelajari. Pembelajaran kontekstual bertujuan membantu siswa melihat makna dari
materi yang dipelajari dengan cara menghubungkannya dengan kehidupan pribadi,
sosial, dan budaya.
B. Komponen Pembelajaran Konstektual
1. Menjalin hubungan yang bermakna
2. Mengerjakan pekerjaan yang berarti
3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri
4. Mengadakan kolaborasi
5. Berfikir kritis dan kreatif
6. Memberikan layanan secara individual
7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi
8. Menggunakan assessment autentik
C. Prinsip Pembelajaran Konstektual
1. Konstruktivisme (Constructivism)
2. Menemukan (Inquiry)
3. Bertanya (Questioning)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
5. Permodelan (Modelling)
6. Refleksi (Reflection)
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
18
BAB 7
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
komunikasi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Proses belajar tidak harus berasal dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
membelajarkan dengan siswa lainnya, karena pembelajaran oleh teman sebaya
bisa lebih efektif daripada oleh guru. Terdapat 4 hal penting dalam strategi
kooperatif, yaitu:
1. Adanya peserta didik dalam kelompok
2. Adanya aturan main
3. Adanya upaya belajar
4. Adanya kompetensi yang harus dicapai
Pengelompokkan siswa dapat dilakukan berdasarkan :
1. Kemampuan siswa
2. Minat dan Bakat siswa
3. Perpaduan antara kemampuan dengan minat dan bakat.
B. Karakteristik Pembelajar Kooperatif
1. Pembelajaran secara Tim
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
3. Kemauan untuk bekerjasama
4. Keterampilan bekerjasama
C. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
1. Prinsip ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Interaksi tatap muka
4. Partisipasi dan komunikasi
19
5. Evaluasi proses kelompok
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1. Penjelasan materi
2. Belajar kelompok
3. Penilaian
4. Pengakuan Tim
E. Model-model Pembelajaran Kooperatif
1. Student Teams Achievment Division (STAD)
Langkah-langkahnya adalah :
a. Penyampaian tujuan dan motivasi
b. Pembagian kelompok
c. Presentasi guru
d. Kegiatan belajar dan tim
e. Evaluasi
f. Penghargaan prestasi
2. Jigsaw
Langkah-langkahnya adalah :
a. Menggali informasi dengan membaca
b. Diskusi kelompok ahli
c. Laporan kelompok
d. Kuis
3. Investigasi Kelompok
Langkah-langkahnya adalah :
a. Membagi siswa dalam kelompok
b. Memberikan pertanyaan terbuka
c. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
d. Mengajak setiap siswa berpartisipasi menjawab setiap pertanyaan
4. Make a Match
Langkah-langkahnya adalah :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik bahasan. Satu sisi
soal, dan satu sisi merupakan jawaban.
20
b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan apa soal atau
jawaban yang sesuai.
c. Siswa mencari soal atau jawaban yang cocok dengan yang ia punya
d. Siswa yang mendapat pasangannya sebelum waktu berakhir akan
mendapat point
e. Langkah tersebut diulangi lagi hingga beberapa babak
f. Kesimpulan
5. Teams Games Tournament (TGT)
Langkah-langkahnya adalah :
a. Siswa membuat kelompok kecil
b. Games Tournament dimulai
c. Penghargaan kelompok pemenang
6. Model Struktural
Komponennya adalah :
a. Struktur dan konstruk yang berkaitan
b. Prinsip-prinsip dasar
c. Pembentukan kelompok
d. Tata kelola
e. Keterampilan sosial
21
BAB 8
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan siswa dalam memecahkan masalah adalah
Pembelajaran Berbasis Masalah disingkat (PBM). Dalam PBM ini kemampuan
berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau
tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
A. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendidikan pada abad ke 21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada
di dunia nyata. Pendidikan harus mampu membantu menciptakan individu yang
kritis dengan tingkat kreativitas yang tinggi dan tingkat keterampilan berpikir
yang tinggi pula. Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM
memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok,
dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan lain.
Jenis PBM yang akan dimasukkan dalam kurikulum tergantung pada profil
dan kematangan siswa., pengalaman masa lalu siswa, fleksibilitas kurikulum yang
ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan sumber yang ada.
B. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakan siswa
menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam PBM ini yaitu :
1. Menyiapkan perangkat berpikir siswa
2. Menekankan belajar kooperatif
3. Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam PBM
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
C. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari PBM ini adalah pembelajaran siswa. Dalam setiap perubahan yang
diharapkan bukan hanya diperlukan kemauan akan tetapi kesiapan menyongsong
22
perubahan misalnya, segala perangkat keras dan lunak dari staf sampai pada
tingkat pimpinan.
Pembelajaran Berbasis Masalah ini dilandasi oleh teori belajar, diantaranya :
1. Teori belajar bermakna dari David Ausubel
2. Teori belajar Vigotsky
3. Teori belajar Jerome S. Bruner
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan dari pihak guru
sebagai fasilitator, guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian
dari konsep PBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan
berpikir siswa. Selain itu, siswa juga harus siap terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, menyiapkan diri untuk mengoptimalisasikan kemampuan berpikir
melalui inquiry kolaboratif dalam setiap tahapan proses PBM. Masalah yang
dibahasnya haruslah relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang dan
yang akan datang.
23
BAB 9
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan. Teori
pembelajaran tematik ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, termasuk
Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakana dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Dalam pembelajaran tematik
dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh yang harus diperhatikan guru pada
waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasilnya. Landasan
pembelajaran tematik di SD meliputi landasan filosofis, psikologis, dan landasan
yuridis.
A. Karakteristik model pembelajaran tematik :
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman lansung
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Dalam merancang pembelajaran tematik di SD bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Menetapkan terlebih dahulu tema tema tertentu yang akan diajarkan,
dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar
pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema
tersebut.
24
2. Dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema
pemersatu.
B. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi :
Tema atau judul yang akan dipelajari
Identitas mata pelajaran
Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa
Strategi pembelajaran
Alat dan media
Penilaian dan tindak lanjut
Pengelolaan Kelas
a) Pengaturan tempat belajar, untuk pembelajaran tematik pengaturan ruang
kelas harus fleksibel sesuai dengan strategi pembelajaran yang akan
digunakan. Lebih baik ruang kelas tidak dalam bentuk berjajar/ berbaris.
b) Pengaturan siswa, dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar),
kelompok kecil, dan perorangan (individual).
c) Pemilihan bentuk kegiatan, dimulai dari kegiatan membuka pelajarn,
menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memberikan
penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai dengan menutup
pelajaran.
d) Pemilihan media pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
dapat divariasikan ke dalam penggunaan media visual, audio, dan audio-
visual.
e) Penilaian, penilaian tersebut disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
25
BAB 10
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
Kebijakan pemerintah atas penggunaan ICT didasarkan pada Keppres No.
50/2000 tentang Pengadaan Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Dalam sector
pendidikan pemanfaatan ICT dikenal sebagai e-learning. Yang tujuannya adalah
sebgai berikut :
1. Mengembangkan ICT network untuk umum dan universitas seperti riset
dan pendidikan network di Indonesia.
2. Mempersiapkan suatu rancangan pengembangan sumber daya manusia
dalam mengaplikasikan ICT.
3. Mengembangkan dan menerapkan kurikulum berbasis ICT.
4. Menggunakan ICT sebagai suatu bagian dari kurikulum pembelajaran di
sekolah, universitas, dan pusat-pusat pelatihan.
5. Mengadakan program yang berhubungan dengan pendidikan dengan
mengikutsertakan sekolah-sekolah dalam pembelajaran seluas-luasnya.
6. Memfasilitasi penggunaan internet dengan efisien dalam proses
pembelajaran.
Serta untuk membantu para guru dalam meningkatkan mutu belajar.
A. Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pada tahun 1964, B.F Skiner menciptakan pembelajaran terprogram
(programmed instruction). Sistem pembelajaran terprogram memungkinkan
interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru yang dilakukan
secara langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio,
film, mesin mengajar, dan sebagainya. Prinsip yang digunakan sejalan dengan
prinsip belajar yang dikembangkannya, yaitu conditioning operan, adalah siswa
belajar melalui rangkaian stimulus-respon dan dalam program itu respons dari
stimulus (pernyataan) ditemukan sendiri oleh siswa.
B. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer
1. Model Drills
26
Model drills adalah suatu model dalam pembelajaran dengan jalan melatih
siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui
penyediaan latihan-latihan soal yang bertujuan untuk menguji
performance dan kemampuan siswa melalui kecepatan penyelesaian soal-
soal latihan yang diberikan program CBI. Dalam melatih siswa, guru
hendaknya memerhatikan jalannya pembelajaran serta faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Jelaskan terlebih dahulu tujuan atau kompetensi.
b. Tentukan dan jelaskan kebiasaan, ucapan, gerakan tertentu dan
sebagainya, sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus
mereka kerjakan.
c. Pusatkan perhatian siswa terhadap bahan yang akan atau sedang
dilatih.
d. Gunakan selingan latihan, supaya tidak membosankan dan melelahkan.
e. Guru hendaknya memerhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
siswa.
f. Latihan tidak boleh terlalu lama atau terlalu cepat.
2. Model Tutorial
Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang
bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil
belajar yang optimal. Kegiatan tutorial ini memang sangat dibutuhkan
siswa sebab siswa dibimbing melaksanakan kegiatan belajar mandiri yang
bersumber dari modul-modul dalam bidang studi tertentu. Program tutorial
merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan software berupa program komputer
yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan. Tujuan pembelajaran
tutorial, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai
dengan yang dimuat dalam software pembelajaran.
27
b. Untuk meningkatkan kemampuan kemampuan dan keterampilan siswa
tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesuliatan atau
hambatan agar mampu membimbing diri sendiri.
c. Serta untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar
mandiri dan menerapkannya pada masing-masing CBI yang sedang
dipelajari.
3. Model Simulasi
Model ini bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret
melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati
suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana yang tanpa risiko.
Model simulasi adalah model CBI yang menampilkan materi pelajaran
yang dikemas dalam bentuk simulasi-simulasi pembelajaran dalam bentuk
animasi yang menjelaskan konten secara menarik, hidup, dan memadukan
unsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi dan
harmonis.
4. Model Instruction Games
Tujuan instruction games adalah untuk menyediakan pengalaman belajar
yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah kemampuan siswa
melalui bentuk permainan yang mendidik. Instruction games dapat terlihat
dengan mengenali pola pembelajaran melalui permainan yang dirancang
sedemikian rupa, sehingga pembelajaran lebih menantang dan
menyenangkan. Keseluruhan permainan memiliki komponen dasar sebagai
pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk
mencapai sesuatu yang diharapkan, yaitu tujuan pembelajaran.
28
BAB 11
MODEL PAKEM
(PARTISIPATIF, AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN)
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah tersebut terdapat tiga komponen penting
yang diharapkan dapat meningkatkan suatu pembelajaran di lembaga pendidikan
dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yaitu :
1. Manajemen sekolah, yang diharapkan sekolah dapat terbuka, adanya
akuntabilitas, dan bersifat partisipatif.
2. Peran serta masyarakat, baik secara fisik dan nonfisik/ teknis edukatif.
3. Pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM), yang sesuai dengan prinsip student centered learning.
PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak
(student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan
(learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa
diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut.
A. Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dn menjadi pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan
pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif,
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dalam model PAKEM, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipasif, aktif, kreatif,
efisien, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan
usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
1. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran secara optimal. Siswa diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara
29
guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu
berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam maupun di luar kelas.
2. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajarn yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan
strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran dan
pemecahan masalah.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir
kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a. Pengelolaan tempat belajar.
b. Pengelolaan siswa.
c. Pengelolaann kegiatan pembelajaran.
d. Pengelolaan konten/materi pembelajaran.
30
e. Pengelolaan media dan sumber belajar.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara
guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under
pressure) (Mulyasa, 2006:194). Untuk mewujudkan proses pembelajaran
yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan
baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan
strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
Terdapat empat aspek yang mepengaruhi model PAKEM, yaitu
pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a. Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siwa diajarkan untuk dapat belajar mandiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale dalam kerucut
pengalamannya (cone experience) bahwa dengan pengalaman
langsung sekitar 90% materi yang didapatkan oleh anak akan cepat
terserap dan bertahan lebih lama.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara
lain mengemukakan pendapat, persentaasi laporan, dan memanjangkan
hasil kerja.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya
jawab, dan saling melempar pertanyaan.
d. Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa ayng
telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. Hal ini
dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah
dikeluarkan oleh anak agar dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.
31
B. Model-model Pembelajaran yang Mendukung Pembelajaran PAKEM
Menurut Udin S. Saud, terdapat dua model pembelajaran yang telah biasa
digunakan oleh para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM, yaitu :
1. Pembelajran Kuantum (Quantum Teaching)
Menurut Bobbi de Porter (2005;5) “Quantum is an interaction that change
energy into light”. Maksud dari “energy menjadi cahaya” adalah
mengubah semua hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan
untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi
orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
Pengubahan hambatan-hambatan belajar tersebut bisa dengan
menggunakan beberapa cara, yaitu dengan mulai membiasakan
menggunakan lingkungan sekitar belajar sebagai media belajar,
menjadikan sistem komunikasi sebagai perantara ilmu dari guru ke siswa
yang paling efektif, dan memudahkan segala hal yang diperlukan oleh
siswa. Sehingga diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran antara
guru dan murid, yang sebelumnya satu arah menjadi dua arah, yang
sebelumnya menakutkan menjadi menyenangkan.
2. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau yang labih dikenal dengan sebutan CTL
(contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang
beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara alamiah. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara
meteri pelajaran yang akan diajarkannya kepada siswa sesuai dengan
kondisi yang terjadi dan mendorong siswa untuk bisa menerapkan
pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan menghasilkan makna yang
ditumbuhkan oleh siswa itu sendiri dalam setiap kegiatan belajar-
mengajar.
32
BAB 12
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (E-LEARNING)
E-learning dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet
dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka
kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Persyaratan utama
yang perlu dipenuhi yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui internet
dan adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan.
A. Implementasi Pembayaran Berbasis Web
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web,
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Sebuah program pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
lingkungan kampus dengan berbasis web.
2. Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan.
B. Interaksi Tatap Muka dan Virtual
Ada tiga alasan mengapa forum tatap muka masih dibutuhkan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu :
1. Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang
akan dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik.
2. Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pemahaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta
didik.
3. Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam mengunakan komputer
yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada
setiap peserta didik.
C. Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa
dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita
dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
33
D. Internet Sebagai Sumber Belajar
Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan
kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan yang secara
langsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam
belajar. Karena internet merupakan sumber informasi utama dan pengetahuan,
melalui teknologi ini kita dapat melakukan beberapa hal diantaranya untuk :
1. Penelusuran dan pencarian bahan pustaka;
2. Membangun Program Artificial Intelligence untuk memodelkan sebuah
rencana pembelajaran;
3. Memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan virtual
classroomataupun virtual university;
4. Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.
E. Pemanfaatan E-Learning untuk Pembelajaran
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran yang
menggunakan rangkaian elektronik untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Perbedaan
Pembelajaran Tradisional dengan e-learning, yaitu kelas ‘tradisional’. Guru
dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajaranya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning
fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning
akan ‘memaksa’ palajar memainkan perannya yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha
dan inisiatif sendiri.
34
BAB 13
MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI
Dalam sistem pendidikan, peserta didik dituntut untuk belajar
secara mandiri. Persepsi terhadap istilah belajar mandiri itu
berbeda-beda, disini akan dijelaskan mengenai konsep, persepsi,
atau teori mengenai belajar mandiri.
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri
Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada
oranglain, bebas, dan dapat melakukan seniri. Menurut
Wedemeyer (1983) peserta didik yang belajar secara mandiri
mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri
pembelajaran yang diberikan guru/pendidik di kelas. Peserta
didik mempunyai otonomi dalam belajar, yaitu:
1. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut
menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan belajar.
2. Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang
ingin di pelajarinya dan cara mempelajarinya.
3. Peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai
dengan kevepatannya sendiri.
4. Peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang
akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya.
Menurut Wedemeyer (1983) kemandirian dalam belajar perlu
diberikan kepada siswa karena mereka punya tanggung jawab
dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam
mengembangkan kemampuannya sendiri.Menurut Moore (1983)
ciri utama pembelajaran mandiri adalah peserta didik ikut serta
menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya.
35
B. Tingkat Kemandirian Peserta Didik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar itu dapat
ditinjau dari :
1. Dalam menentukan tujuan pembelajaran
2. Dalam memilih cara dan media belajar yang digunakan
untuk mencapai tujuan
3. Dalam menentukan cara, alat, dan kriteria hasil evaluasi
belajarnya.
Dalam program pendidikan adan yang tingkat
kemandiriannya sangat besar , begitupun sebaliknya.
berikut adalah gambaran mengenai tingkat kemandirian
dalam berbagai program pembelajaran :
Tingkat
Kemandiria
n
No
Tipe Program
Pembelajaran
Mandiri
Dalam
Merumuska
n Tujuan
Dalam
Pelaksanaa
n Belajar
Dalam
Menentuka
n Kriteria
Evaluasi
Peserta
Didik
Mandiri
dalam
menentuka
n
tujuan,cara,
belajar, dan
evaluasi (M)
Guru/
Instruktur
menentuka
n tujuan,
1 Program belajar
sendiri (private
study)
M M M
2 Belajar
keterampilan
dalam bidang
olah raga
M T M
3 Program
pembelajaran
yang pelajaran
dan evaluasinya
dikontrol peserta
didik (Learner
Controls Cours
T M M
36
cara belajar,
dan
evaluasinya
. Peserta
didik tidak
mandiri (T)
and Evaluation)
4 Belajar
Mengendarai
Mobil
M T T
5 Program
pembelajarn yang
evaluasinya
dikontrol peserta
didik
T T M
6 Sekolah mandiri T M T
7 Belajar bebas
untuk
mendapatkan
kredit.
T T T
(Diadaptasi dari Types of Independent Study Programers by
Variable Learner Autonomy tulisan Moore, dalam Desmond
Keegan 1983, 1991).
Kemandirian Peserta Didik dan Keberhasilan Belajar. Tingkat
kemandirian peserta didik berkaitan erat dengan pemilihan
program: (1) apakah memilih program yang kesempatannya
untuk berdialog tinggi dan kurang terstruktur, atau (2) program
yang kurang memberikan kesempatan berdialog dan sangat
tersruktur. Dalam batasannya Moore (dalam Keegan, 1991)
mengatakan bahwa: “kemandirian belajar sejumlah peserta didik
adalah sejumlah mana dalam proses pembelajaran itu siswa
dapat ikut menentukan tujuan, bahan dan pengalaman belajar,
serta evaluasi pembelajarannya”.
1. Karakteristik peserta didik yang mandiri adalah :
a. Sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin ia
capai.
37
b. Dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui
kemana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar
yang diinginkan.
c. Dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk
memecahkan permasalahan yang dijumpainya.
2. Karakteristik peserta didik yang kurang mandiri:
a. Lebih menyukai program pembelajarn yang sudah
terstruktur
b. Lebih suka mengikuti program pembelajaran yang
bahan belajar dan cara belajarnya telah ditentukan
dengan jelas.
c. Belum dapat menilai kemampuannya sendiri.
C. Belajar Mandiri dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut Moore (1983), jarak dalam sistem PPTJ itu jangan
dilihat berdasarkan jarak geografis, namun pendidikan dimana
hubungan antara guru/instruktur dan peserta didik tergantung
pada tiga hal yaitu:
1. Interaksi antara guru/instruktur dan peserta didik (dialog)
2. Struktur program pembelajarannya (struktur)
3. Sifat atau tingkat kemandirian peserta didik (otonomi)
D. Model-model Pembelajaran Mandiri
Tuntutan abad ke-21 mengisyaratkan lulusan setiap jenjang
pendidikan memiliki model pembelajaran yang menghasilkan
lulusaan yang mampu mandri dan bahkan menciptakan lapangan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki. Salah satu jenis strategi yang mampu menciptakan
kemandirian adalah strategi pembelajaran yang dikemukakan
oleh Dave Meier.
1. Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)
38
Somatis artinya adalah belajar dengan bergerak dan
berbuat. Auditori adalah belajar dengan berbicara dan
mendengar. Visual adala belajar mengamati dan
menggambarkan. Intelektual adalah belajar dengan
memecahkan masalah dan menerangkan. Strategi
pendekatan SAVI ini dalam siklus pembelajan 4 tahan
yaitu: (1) persiapan, (2) penyampaian, (3) pelatihan, (4)
penampilan hasil.
2. Model MASTER (Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit,
Reflect)
Mind artinya mendapatkan keadaan berpikir yang benar.
Acquire artinya memeroleh informasi yang terdiri dari
gagasn inti. Search out artinya mencari makna melalui
pembimbing. Trigger artinya memicu memori. Axhibit
artinya memamerkan apa yang diketahui melalui teknik
tantanglah persaingan. Dan reflect artinya mereflekasikan
cara belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa agar terwujud masyarakat
pembelajaran yang ideal untuk abad ke-21 yaitu:
a. Komitmen pada belajar, bagaimana belajar dan kritis
b. Memberikan perhatian sungguh pada pendidikan
sekolah
c. Kekuatan orangtua paling utama
d. Menggunakan teknologi baru
e. Memperbaiaki kondisi guru/pengajar
f. Mengoprasikan sekolah berbasis otak
g. Melibatkan anggota masyarakat
h. Memodemisasikan kurikulum,danMengubah sistem
ujian.
E. Bahan Belajar Mandiri
39
Bahan belajar mandiri adalah bahan belajar yang disusun
sedemikian rupa sehingga relatif mudah dipelajari peserta didik
tanpa bantuan dari orang lain. Bahan belajar mandiri termasuk
bahan belajar terstruktur.
Jenis-jenis bahan belajar mandiri diantaranya adalah:
1. Modul
2. Bahan pembelajaran berprogram
3. Digital content berbasis web
BAB 14
PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN
YANG MENGAKTIFKAN SISWA
A. Pendahuluan
Belajar pada hakikatnyaadalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat
dipandang sebagain proses yang diarhkan kepada tujuan dan
proes berbuat melalui berbagai pengalaman. Untuk itu
pendekatan dan model pembelajaran harus dirancang dengan
baik agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil yang
optimal.
Pembelajarn merupaka suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen, komponen tersebut meliputi: tujuan,
materi, metode, dan evaluasi.
B. Pengertian Pendekatan dan Model Pembelajaran yang
Mengaktifkan Siswa
40
RoyKellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Menurut Sanjaya (2008:127) “pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran. Teori-teori psikologis,
sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.
Joyce dan Weil mengelompokan empat menjadi empat model
pembelajaran, yaitu:
1. Model interaksi sosial
2. Model pemrosesan informasi
3. Model personal
4. Model modifikasi tingkah laku
C. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran
Roy dalam bukunya yang berjudul Effective Teaching
Strategies (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru, artinya
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan
kegiatan belajar bersifat klasik.
2. Pendekatan pembelajaran beroriantasi pada siswa, artinya
pembelajaran yang menemopatkan siswa sebagai subjek
belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.
D. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
1. Landasan PBAS
Beberapa alasan yang melandasi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa diantaranya adalah:
a. Landasan Filosofis
41
Sadullah (2007:142) dalam Pengantar Filsafat “filsafat
progrsif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar
pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang. Karenanya cara terbaik mempersiapkan
para siswa untuk suatu masa depan yang tidak
diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-
strategi pemecahan masalah yang memungkinkan
mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam
kehidupan dan untuk menemukan kebenarankebenaran
yang relevan pada saat ini”
Pandangan filsafat progresivisme pendidikan didasarkn
pada enam asumsi, yaitu :
1) Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat siswa
2) Pembelajaran dikatakan efektif jika
mepertimbangkan interest
3) Pembelajar pada dasrnya aktif bukan pasif
4) Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir
secara rasional
5) Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal
dan juga nilai sosial
6) Manusia berada pada suatu keadaan yang konstan,
dan pendidikan memungkinkan masa depan yang
lebih baik dibandingkan masa lalu
b. Landasan Psikologis
Menurut Sukmadinata (2003:32) dikemukakan bahwa:
“psikologis pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami
situasi pendidikan, interaksi guru dengan siswa,
kemampuan, perkembangan, karakteristik dan faktor-
faktor yang melatarbelakangi perilaku siswa dan perilaku
guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran,
42
bimbingan, evaluasi, pengukuran, dll”. Secara garis besar
ada tiga rumpun besar teori psikologi yaitu:
1) Teori disiplin mental, memandang bahwa individu
memiliki kekuatan, kemampuan, serta potensi-
potensi yang dapat dikembangkan. Teori psikologi
daya memandang setiap individu memiliki daya
mengenal, mengingat, menanggapi, megingat,
mengkhayal, berpikir,dll. Vorstellungen, memandang
bahwa individu memiliki kemampuan untuk
menanggapi sesuatu, sedangkan teori Naturalisme
Romantik dari Jean Jacques Rousseau memandang
bahwa setiap individu memiliki kemampuan/potensi
yang masih terpendam.
2) Teori Behavioristik, teori ini menekankan perilaku
atau tingkah laku. Teori koneksionisme dari
Thorndike memandang bahwa tingkah laku manusia
merupakan stimulus dan respon. Teori pengkondisian
memandang bahwa tingkah laku manusia dapat
dibentuk melalui pengondisian. Teori pengatan
memandang bahwa tingkah laku manusia dapat
dibentuk melalui pemberian penghargaan atau
respons yang dilakukan.
3) Teori Cognitive-Gestalt-Field dari Max Wertheimer,
teori ini menekankan perilaku manusi yang bersifat
keseluruhan atau keterpaduan dari bagian-bagian.
2. Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut
diterapkan sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan
pembelajarann, guru dapat mengaktifkan siswa melalui
43
pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara
eklektif yang antara lain sebagai berikut:
Berpikir logis, kritis, dan kreatif
Berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif
Rasa ingin tahu
Penguasaan teknologi dan informasi
Pengembangan personal dan sosial
Belajar mandiri
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, pasal 19 ayat
(1) “ proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatuvitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta fisiologis peserta didik”.Maka PBAS
adalah pembelajaran yang memposisikan siswa siswa sebagai
subjek dalam pembelajaran.
3. Asumsi yang Mendasari PBAS
Standar proses satuan pendidikan yang tertuang dalam
Permendiknas nomor 41 tahun 2007 mengamanahkan bahwa
“pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar
melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Ada
beberapa asumsi yang mendasari PBAS yaitu:
a. Asumsi Filosofis tentang Pendidikan, yaitu pendidikan
bukan hanya mengembangkan intelektual semata,
tetapi mengembangkan sejumlah potensi yang ada
pada diri siswa.
b. Asumsi tentang Siswa sebagai Subjek Pendidikan,
artinya siswa sebagai subjek pendidikan dalam tahap
pengembangan.
44
c. Asumsi tentang Guru, artinya guru wajib menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar
dengan baik.
d. Asumsi yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran
4. Peran Guru dalam Penerapan PBAS
PBAS bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan posisi
guru, tetapi aktivitas belajar siswa diciptakan dan
dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar
siswa. Menurut Sanjaya (2008:139) ada enam tugas yang
harus dilakukan seorang guru dalam desai pembelajaran
PBAS, yaitu: (1) mengemukakan berbagai alternatif
tujuanpembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai; (2) menyusun tugas-tugas belajar
bersama siswa; (3) memberi informasi mengenai kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan; (4) memberikan bantuan
dan pelayanan terhadap siswa yang membutuhkan bantuan
nya; (5) memberikan motivasi belajar; (6) membantu siswa
menarik kesimpulan dalam suatu kegiatan pembelajaran.
5. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Semakin banyak keterlibatan siswa dalam ketiga aspek
(perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
evaluasi hasil pembelajaran), maka semakin menjukan kadar
PBAS dalam pembelajaran.
a. Keterlibatan siswa dalam perencanaan pembelajaran
meliputi: perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan
rancangan pembelajaran, memilih dan menentukan
sumber belajar, menentukan dan mengadakan media
pembelajaran
b. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran meliputi:
kegiatan fisik, mental intelektual. Kegiatan
45
eksperimental, keinginan siswa untuk menciptakan
kondisi belajar yang efektif, keterlibatan siswa untuk
memanfaatkan sumber belajar yang ada, dan adanya
interksi multi arah.
c. Keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran,
dapat meliputi: mengealuasi sendiri hasil belajar,
melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas
yang diberikan guru, dan menyusun laporan hasil
belajar secara tertulis maupun lisan.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS
PBAS akan berhasil apabila didukung oleh beberapa hal di
antaranya adalah:
a. faktor kemampuan guru,
b. sarana prasarana belajar, dan
c. lingkungan belajar.
E. Mengaktifkan Siswa Melalui Pendekatan dan Model
Pembelajaran
Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai metode,strategi, pendekatan, dan model pembelajaran
yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar, diantaranya
adalah:
1. Strategi pembentukan TIM
2. Strategi penilaian sederhana
3. Startegi pelibatan belajar langsung
4. Belajar dalam satu kelas penuh
5. Menstimulasi diskusi kelas
6. Pengajuan pertanyaan
7. Belajar bersama
8. Pengajaran sesama siswa
9. Belajar secara mandiri
46
10. Belajar yang efektif
11. Pengembangan keterampilan
12. Penerapan pembelajaran berbasis maslah
13. Penerapan pembelajaran kontekstual
14. Penerapan pembelajaran berbasis komputer
15. Penerapan pembelajaran PAIKEM (partisipasi,
aktivitas, inofatif, kreativitas, evektivitas, dan menciptakan
pembelajarn menggunakan multimedia)
16. Penerapan model pembelajaran kolaboratif.
47
BAB 15
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan model-model pembelajaran merupaan suatu keniscayaan yang
harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan setiap siswa memiliki tingkat keinginan yang berbeda-beda dalam
menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa ada yang memiliki
tipe auditif, yaitu senang mendengarkan penjelasan gurunya, tipe visual yaitu
senang belajar melalui melihat perantara media pembelajaran, dan ada siswa yang
punya tipe kinestetik, yaitu senang belajar melalui pengalaman langsung. Oleh
karena itu, gurur harus mampu mengembangkan model-model pembelajaran
secara bervariasi agar menyentuh semua minat siswa.
Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara klasikal, tetapi sentuhan guru
harus tetap individual. Tugas gurur bukan semata-mata mengajar, tetapi lebih
kepada membelajarkan siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar merupakan
suatu proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman belajar yang dipersiapkan dan dilakukan oleh guru. Oleh
karena itu, pembelajaran harus mengaktifkan siswa, menyenangkan siswa, sarat
akan nilai, dan bermakna bagi kehidupan siswa.
B. Saran
Dari kekukarangan buku yang ada dapat dilakukan beberapa perbaikan, seperti
diadakan pengecekkan kembali sebelum buku di edarkan, sehingga tidak ada
kesalahan yang bersifat teknis seperti halaman yang hilang, halaman terbalik, atau
halaman ganda. Kemudian untuk memperdalam materi, dapat mengambil dari
beberapa kata ahli, tidak hanya berpacu pada satu ahli saja.
48