hubungan ipk dengan nilai ukdi

Upload: dega230989

Post on 09-Oct-2015

199 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sebuah studi hasil kelulusan lulusan atau alumni FK UNDIP angkatan tahun 2005 terhadap IPK nya di S1 dengan Nilai UKDI

TRANSCRIPT

BAB 2

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Pendidikan Dokter yang disusun oleh KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) menyatakan bahwa model kurikulum yang sesuai adalah kurikulum berbasis kompetensi, artinya kurikulum didasarkan dari kompetensi yang harus dicapai mahasiswa.1 Sementara itu, ukuran kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan sebuah kurikulum dan predikat kelulusannya dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Sehingga mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dapat dikatakan memiliki kompetensi sebagai seorang dokter dengan indikasi semakin tinggi IPK semakin tinggi pula kualitas individu sebagai seorang dokter. Di sisi lain, berkenaan dengan upaya penataan praktik kedokteran di Indonesia yang sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Komite Bersama (Komite Dokter Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, dan sejumlah perangkat lainnya) menyepakati bentuk uji kompetensi dalam rangka sertifikasi dokter lulusan baru Fakultas Kedokteran (FK) / Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) yaitu UKDI.2Memandang pernyataan di atas, sudah selayaknya seorang alumnus FK/PSPD mempunyai kompetensi untuk menyelesaikan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) dengan baik. Akan tetapi kenyataan yang diberitakan media massa menunjukkan, bahwa 1.370 dokter diharuskan untuk mengulang UKDI.3 Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan, apakah IPK seorang mahasiswa kedokteran dapat menjamin kompetensi seseorang untuk lulus UKDI? Studi sebelumnya mengenai IPK dengan uji standar kompetensi kedokteran pernah dilakukan, Fields dkk menyatakan terdapat hubungan antara IPK mahasiswa tahun ketiga dengan United States Medical License Examination (USMLE) tahap 1.4 Kulatunga-Moruzi dan Norman juga berpendapat adanya korelasi yang signifikan antara Licentiate Medical Council of Canada (LMCC) tahap 1 dengan IPK program sarjana kedokteran, mereka juga mengatakan IPK merupakan prediktor terbaik untuk menentukan hasil ujian kognitif.5 Selain itu juga ditemukan adanya hubungan OSCE dengan USMLE tahap 2.6 Tetapi meskipun uji standar kompetensi tiap negeri mempunyai landasan ideologi yang sama, teknis pelaksanaanya sangat berbeda, hasil temuan tersebut belum tentu dapat diaplikasikan di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji hubungan IPK program studi pendidikan dokter dengan nilai hasil UKDI. Membawa harapan hasil temuan yang didapatkan dapat membantu instansi pendidikan dalam menyingkapi masalah yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan Indeks Prestasi Kumulatif program pendidikan dokter dengan nilai Uji Kompetensi Dokter Indonesia?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Menilai hubungan antara indeks prestasi program pendidikan dokter dengan nilai Uji Kompetensi Dokter Indonesia?

1.3.2Tujuan Khusus

a.Menganalisis hubungan antara Indeks Prestasi Kumulatif Program Pendidikan Akademik dengan Nilai UKDI. b. Menganalisis hubungan antar Indeks Prestasi Kumulatif Program Pendidikan Profesi dengan Nilai UKDI.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam mengembangkan pendidikan kedokteran.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penelitian yang berkaitan.

1.5OrisinalitasPenelitian mengenai hubungan IPK dengan nilai UKDI pada program pendidikan dokter belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi terdapat penelitian yang mirip pernah dilakukan oleh Fields dkk (2000)4. Adapun literature review yang dilakukan oleh Jan Illing dkk (2009)5 yang didalamnya terdapat beragam review penelitian mengenai uji standarisasi, IPK, dan ujian yang bersifat nasional pada pendidikan kedokteran.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Dokter

Pendidikan Dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan agar menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran dasar di tingkat Universitas. Pendidikan kedokteran dasar terdiri dari 2 tahap, yaitu sarjana kedokteran dan tahap profesi dokter dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Model kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik horizontal maupun vertikal serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Jenjang pendidikan dokter di Indonesia terdiri dari dua tahap, yaitu tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi dokter. Tahap sarjana kedokteran dilakukan minimal 7 semester (112 minggu atau minimal 4480 jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Tahap profesi dokter dilakukan minimal 3 semester (minimal 2 minggu atau minimal 2880 jam) di RS Pendidikan dan wahana pendidikan lain, serta diakhiri dengan gelar dokter. Kurikulum dilaksanakan melalui pendekatan / strategi SPICES (Student-centred, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective / Early Clinical Exposure, Systematic), kemudian di tingkat institusi terdiri dari muatan yang disusun berdasar Standar Kompetensi Dokter yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan muatan lokal. Beban muatan lokal maksimal 20% dari seluruh kurikulum, muatan lokal dikembangkan oleh setiap institusi sesuai dengan visi, misi, dan kondisi lokal, dapat merupakan materi wajib dan atau materi elektif, materi elektif itu sendiri dapat memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat khusus. Kurikulum tersebut kurang lebih berisi mengenai : Isi kurikulum meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, ilmu biomedik, ilmu kedokteran klinik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran komunitas dan ilmu kedokteran keluarga yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter. Prinsip-prinsip metode ilmiah seperti metodologi penelitian, filsafat ilmu, berpikir kritis, biostatistik dan evidence-based medicine. Ilmu biomedik yang terdiri dari anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, parasitologi, patologi, dan farmakologi. Ilmu-ilmu biomedik dijadikan dasar ilmu kedokteran klinik sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami konsep dan praktik kedokteran klinik. Ilmu-ilmu humaniora yang dijabarkan menjadi ilmu perilaku, psikologi kedokteran, sosiologi kedokteran, antropologi kedokteran, agama, etika dan hukum kedokteran, bahasa, Pancasila serta kewarganegaraan. Ilmu kedokteran klinik yang membahas ilmu penyakit dalam beserta percabangannya, ilmu bedah, ilmu penyakit anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit syaraf, ilmu kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit dan kelamin, ilmu kesehatan mata, ilmu THT, radiologi, anestesi, ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Ilmu kedokteran komunitas berisi tentang ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kedokteran pencegahan, epidemiologi, ilmu kesehatan kerja, ilmu kedokteran keluarga dan pendidikan kesehatan masyarakat. Komponen penting dari setiap kurikulum adalah tersedianya kesempatan bagi mahasiswa untuk mengadakan kontak efektif secara personal dengan pasien seawal mungkin. Selama kontak dimanfaatkan untuk mempelajari interaksi faktor penyebab, patogenesis, faktor fisik dan psikologis, keluarga, komunitas, sosial dan lingkungan yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.Untuk evaluasi akhir hasil belajarnya harus didasarkan pada pencapaian kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter. Pencapaian kompetensi tersebut dinilai dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-referenced). Kriteria kelulusan itu sendiri merupakan hasil pencapaian kompetensi dan penilaian proses pendidikan (akademik dan non-akademik) dan harus memenuhi asas validitas, reliabilitas, kelayakan dan mendorong proses belajar.7

2.2 Standar Kompetensi Dokter

Kompetensi menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, serta pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut :Professional competence is the habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily practice to improve the health of the individual patient and community.Carraccio, et.al. (2002) menyimpulkan bahwa :Competency is a complex set of behaviorsbehaviours built on the components of knowledge, skills, attitude and competence as personal ability.Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu pengetahuan, psikomotor dan afektif. Standar kompetensi terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang diperinci lebih lanjut menjadi kemampuan. Gambar berikut ini mengilustrasikan penjabaran kompetensi.

7 area kompetensi inti yang dimaksud terdiri dari:1. Komunikasi efektif2. Keterampilan Klinis3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran4. Pengelolaan Masalah Kesehatan5. Pengelolaan Informasi6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan PasienStandar Kompetensi dokter yang disusun tidak hanya mengacu pada peran dan tugas dokter tetapi juga mengacu pada gambaran dokter yang dibutuhkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010.1

2.3 Standar Pendidikan Profesi Dokter

Standar pendidikan dokter di Indonesia adalah perangkat penyetara mutu pendidikan dokter yang dibuat dan disepakati bersama oleh stakeholder pendidikan dokter Standar pendidikan dokter juga merupakan perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi. Standar pendidikan dapat pula dipergunakan oleh Institusi Pendidikan untuk menilai dirinya sendiri serta sebagai dasar perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan. Komponen standar pendidikan dokter meliputi isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, serta evaluasi proses pendidikan. Standar dari masing-masing komponen pendidikan tersebut harus selalu ditingkatkan secara berencana dan berkala mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran (medical science and technology), perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran (medical education and technology) dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (public health needs and demands).7

Dalam penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter juga diupayakan hal-hal berikut : Hanya mencakup aspek-aspek umum dari fakultas kedokteran dan program pendidikan profesi dokter. Standar meliputi aspek-aspek sesuai dengan yang dinyatakan di dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) dan (2). Situasi spesifik yang berbeda di setiap daerah maupun situasi umum di tingkat nasional dipertimbangkan. Otonomi fakultas kedokteran dan program pendidikan profesi dokter dihormati sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sehingga penerapan standar ini tidak dimaksudkan untuk menyeragamkan fakultas kedokteran dan program pendidikan dokter. Standar ini tidak dimaksudkan untuk membuat peringkat terhadap fakultas kedokteran ataupun program pendidikan profesi dokter. Standar Pendidikan Profesi Dokter dirumuskan pada tingkat minimal dan mengacu pada Quality Improvement in Basic Medical Education: WFME (World Federation for Medical Education ) International Guidelines yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

2.3.1 Landasan Hukum Standar Pendidikan Profesi Dokter

Dalam ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar lulusan pendidikan dokter di seluruh Indonesia , mempunyai mutu yang setara maka perlu ditetapkan standar nasional pendidikan profesi dokter.Menurut pasal 3, UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :1. Memberikan perlindungan kepada pasien.2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter.3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.Menurut pasal 26, UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran :1. Standar pendidikan profesi kedokteran disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.2. Standar pendidikan profesi kedokteran : a. Untuk pendidikan profesi dokter disusun oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran.b. Untuk pendidikan profesi dokter spesialis disusun oleh kolegium kedokteran3. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran dalam menyusun standar pendidikan berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, asosiasi rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasonal dan Departemen Kesehatan.4. Kolegium kedokteran dalam menyusun standar pendidikan profesi berkoordinasi dengan organisasi profesi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, asosiasi rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.Dalam penjelasan pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter dan dokter gigi adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan yang terkait dengan pendidikan dokter mempunyai standar yang sama maka dokter yang dihasilkan akan dijamin mempunyai mutu yang sama pula. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 27 bahwa pendidikan dan pelatihan kedokteran, untuk memberikan kompetensi kepada dokter, dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran, maka perlu disusun Standar Pendidikan Profesi Dokter.7

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Standar Pendidikan Profesi Dokter

Standar Pendidikan Profesi Dokter digunakan untuk7 : Evaluasi DiriFakultas kedokteran dan program pendidikan profesi dokter dapat menggunakan standar ini untuk menilai atau mengevaluasi diri secara suka rela dalam rangka proses peningkatan mutu. Kaji Ulang oleh Mitra Bestari (Peer Review)Standar ini dapat pula digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi eksternal oleh Mitra Bestari. Akreditasi Standar ini dapat digunakan dalam akreditasi program pendidikan dokter. Uji KompetensiMenurut Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 1 :Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktikkedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.Standar Kompetensi Dokter merupakan materi uji kompetensi.Tujuan ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter adalah6 : Sebagai acuan bagi setiap institusi pendidikan kedokteran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk digunakan dalam akreditasi pendidikan profesi dokter.Untuk menjamin mutu praktik kedokteran.

2.2 UKDI

Pada Profil UKDI, Uji Kompetensi Dokter Indonesia dinyatakan sebagai suatu perangkat uji kompetensi yang merupakan bentuk dari upaya aktualisasi berbagai peraturan praktik kedokteran tersebut dalam rangka peningkatan dan standarisasi kualitas dokter Indonesia, dengan tujuan memberikan informasi berkenaan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari para lulusan dokter umum secara komprehensif kepada pemegang kewenangan dalam pemberian sertifikat kompetensi sebagai bagian dari persyaratan registrasi, untuk kemudian seorang dokter dapat mengurus pengajuan surat ijin praktek dokter atau medical license.2,8 Jejaring National Competence Examination for Indonesian Health Professional (NACE) disebutkan peserta yang dapat mengikuti Uji Kompetensi Dokter adalah dokter lulusan FK/PSPD yang akan memerlukan Sertifikat Kompetensi Dokter.9 Sehingga dapat disimpulkan bahwa UKDI adalah perangkat untuk memberikan informasi berkenaan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dokter umum lulusan FK/PSPD yang memerlukan sertifikat kompetensi sebagai syarat registrasi untuk mengurus surat ijin praktek dokter atau medical license di Indonesia dalam rangka peningkatan dan standarisasi kualitas dokter. Uji Kompetensi untuk mendapatkan medical license semacam ini telah dilakukan di berbagai negara dengan beragam cara. Sebagai contoh, Inggris menyelenggarakan PLAB (Professional and Linguistic Assessment Board) dan Kanada mengadakan LMCC keduanya memiliki 2 tahap pengujian yaitu, uji kognitif pada tahap pertama dan OSCE di tahap kedua, kemudian Amerika dengan USMLE yang terbagi 3 tahap pengujian yang mencakup ranah pengetahuan dasar, kemampuan klinis (diagnosa maupun ketrampilan), dan aplikasinya terhadap aktivitas kepaniteraan. Sedangkan di Indonesia UKDI dilaksanakan hanya sekali dan meranah pada uji kognitif.9,10,11,12,13

2.2.1 Bentuk Soal dan Pelaksanaan UKDI

Untuk menguji ranah kognitif UKDI menggunakan Multiple Choice Questions (MCQ) karena secara objektif dapat menilai kemampuan kognitif, analisis dan pengetahuan dasar (Bush, 2001).14 Pada penelitian yang dilakukan Mousumi dkk(2009) juga dituliskan MCQ yang disusun dengan baik dan sudah ditelaah oleh orang yang dianggap ahli dibidangnya dapat memenuhi pendidikan saat ini dan dianjurkan untuk menilai mahasiswa kedokteran.15 Asesmen dalam bentuk MCQ mempunyai beberapa keuntungan seperti kemudahan pemberian nilai, soal dapat disimpan dan digunakan kembali dan menguji kelompok dengan jumlah yang besar secara cepat,16,17 meskipun begitu MCQ mempunyai kelemahan seperti waktu penyusunannya yang lama.18Sesuai dengan tujuan dari Uji Kompetensi ini, maka materi yang diujikan harus sesuai dengan kompetensi atau standard profesi yang dibutuhkan dokter Indonesia sebagaimana tertuang dalam KIPDI 3 dengan tetap memperhatikan aspek aspek lain sehingga dapat menjamin sifat komprehensifnya. Berkenaan tujuan dari ujian ini adalah untuk mengetahui atau menguji kompetensi seorang dokter, maka ujian akan menitikberatkan pada prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik yang sangat penting di dalam praktek klinik di masyarakat maupun di dalam pendidikan kedokteran tahap pascasarjana, dengan mengutamakan penguasaan prinsip prinsip dasar mekanisme timbulnya penyakit, Clinical Reasoning, serta Critical Thinking dalam kerangka pemecahan masalah / Problem solving. Keseluruhan soal yang dikembangkan harus bersifat terintegrasi dan menguji secara utuh kompetensi yang dibutuhkan seorang dokter dalam menghadapi berbagai permasalahan kesehatan dan klinis yang akan dihadapinya. Berikut adalah garis besar komposisi materi ujian 8 :1. Tinjauan 1a. Ketrampilan dasar klinis (10 20%)b. Aplikasi biomedis, behavior, clinical, & epidemiologi pada kedokteran keluarga (40 60%)c. Komunikasi efektif (10 20%)d. Manajemen masalah kesehatan primer (10 20%)e. Penelusuran, kritisi, dan manajemen informasi (2 5%)f. Profesionalisme, moral, dan etika praktik kedokteran (5 10%)g. Kesadaran, pemeliharaan, dan pengembangan personal (5 10%))2. Tinjauan 2a. Kognitif (20 40%)b. Procedural knowledge (20 40%)c. Konatif (20 40%)3. Tinjauan 3a. Recall (5 10%)b. Reasoning (90 95%)4. Tinjauan 4 : Proses normal dan patologia. Pertumbuhan, perkembangan, dan degenerasi (15 25%)b. Kelainan genetik dan kongenital (15 25%)c. Penyakit Infeksi dan Imunologi (15 25%)d. Penyakit neoplasma (15 25%)e. Penyakit akibat trauma atau kecelakaan (15 25%)5. Tinjauan 5 : Organ dan Sistema. Saraf dan perilaku (Neurobehaviour) (5 15%)b. Kepala dan leher (Head and Neck) (5 15%) c. Endokrin dan Metabolisme (Endocrine and Metabolism) (5 15%)d. Saluran cerna, hepatobilier, dan pankreas (Gastrointestinal, hepatobilier and pancreas) (5 15%)e. Saluran pernafasan (Respiratory) (5 15%)f. Ginjal dan saluran kemih (Urogenital) (5 15%)g. Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik (Cardiovascular and limfatik) (5 15%)h. Darah dan sistem kekebalan tubuh (Hematoimmunology) (5 15%)i. Kulit, otot, tulang dan jaringan lunak (Dermatomusculoskeletal) (5 15%)j. Reproduksi (Reproductive) (5 15%) 6. Tinjauan 6 a. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (20-30%)b. Penapisan/Diagnosis (20-30%)c. Manajemen/Terapi (20-30%)d. Rehabilitasi (10-20%)7. Tinjauan 7a. Individu (20 40%)b. Keluarga (20 40%)c. Masyarakat (20 40%)Jumlah soal yang diujikan berjumlah 200, terdiri dari 150 soal untuk uji kompetensi dan 50 soal pretest atau pilot items semata-mata untuk pengumpulan data statistik dan tidak dihitung sebagai skor peserta. Jangka waktu UKDI dilaksanakan dialokasikan 3,5 jam dengan memandang rule of thumb, waktu yang diijinkan untuk menyelesaikan ujian tersebut adalah 1 menit untuk tiap pertanyaan, sehingga waktu yang diperlukan untuk menjawab 200 soal, cukup sesuai. Pilihan ganda atau MCQ yang diujikan menggunakan format A-Type MCQ dimana pertanyaan diikuti dengan 4-5 pilihan jawaban dan peserta diminta untuk menjawab pilihan dengan jawaban terbaik. Penulisan soal dituangkan dalam bentuk skenario atau Vignette yang tidak semata-mata menilai recall of knowledge tetapi juga menilai aplikasi pengetahuan dan pengambilan keputusan klinik tanpa penggunaan kata absolut maupun frase negatif, jelas, dan tidak ambigu. Adapun kesalahan struktur soal yang harus dihindari karena mengarah pada dua hal, yakni, test-wiseness dan irrelevant difficulty. Test-wiseness adalah suatu keadaan dimana peserta ujian dapat menjawab soal bukan karena penguasaan isi materi melainkan kepandaian dalam menebak. Sementara itu Irrelevant difficulty berkaitan dengan kesulitan peserta menjawab suatu soal, bukan karena sulitnya materi tetapi berupa kesulitan yang ditimbulkan struktur soal tersebut, seperti Grammatical Cues, Logical Cues, Istilah absolute, konvergensi soal, multi interpretasi, tidak parallel dan logis, penggunaan BSSD, serta pilihan jawaban maupun badan soal yang terlalu panjang dan kompleks. Kemudian distractor (opsi jawaban yang salah) sebaiknya terdiri dari pilihan dengan masalah yang homogen, masuk akal, bentuk dan panjang menyerupai jawaban yang benar tetapi berbeda dari jawaban yang benar.8,9,19

2.2.2 Standar Kelulusan UKDI

Mengingat Uji kompetensi ini sangat menentukan (high-stakes assessment) bagi karier seorang dokter dan akan dijadikan acuan kompetensi secara nasional, maka proses penentuan standar kelulusan harus dilakukan dengan melibatkan komponen yang dapat mewakili pemegang kebijakan seperti para pendidik dari fakultas kedokteran, dokter yang melakukan praktik, organisasi profesi, depkes atau unsur pemerintah dan masyarakat. Metode yang dipakai adalah PAP atau criterion reference dengan menggunakan panel expert judge. Seseorang dapat mendaftarkan dirinya untuk menjadi panel expert judge , namun kemudian dipilih oleh badan pelaksana dengan kriteria merupakan ahli di bidang kedokteran dan menguasai teknik standard setting dengan memperhatikan keterwakilan stakeholder. Dalam rangka memberikan keseimbangan antara standar kompetensi yang bersifat mutlak dan pertimbangan proporsi kelulusan uji kompetensi maka metode yang akan digunakan adalah Modified Angoff Method. Melihat pembuatan soal UKDI melibatkan seluruh fakultas kedokteran di Indonesia. Setiap fakultas akan membuat membuat soal yang selanjutnya dikumpulkan oleh reviewer masing-masing fakultas. Reviewer tersebut bertugas untuk memilih soal-soal yang dianggap berkompetensi. Soal yang terpilih kemudian akan dikirim ke Badan Pelaksana UKDI yang selanjutnya akan dirandom dan dikirim kembali ke fakultas yang berbeda, untuk dinilai kembali soal-soal oleh fakultas lain, setelah soal kembali ditelaah maka soal akan dikumpulkan ke Bank Soal UKDI (Item Bank). Soal tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan penulisan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, yang kemudian diujikan terlebih dahulu minimal 30 peserta (idealnya 100 peserta) lalu ditentukan Difficulty Index (prosentase peserta menjawab dengan benar) dan Discrimination Index (Hubungan soal tersebut dengan tes secara keseluruhan lazim dihitung sebagai koefisien korelasi poin biserial) lalu di kaji ulang oleh bidang ilmu terkait. Semua MCQ yang telah dikumpulkan dalam sistem Item Banking akan diklasifikasikan menjadi beberapa parameter, seperti 8,9,20 : nama, bidang ilmu, dan institusi pembuat soal klasifikasi isi materi dengan membandingkan dengan Standar Kompetensi daftar bagian dari soal tersebut yang pernah dipakai sebelumnya kunci jawaban statistik soal, seperti Difficulty Index dan Discriminating Index

Untuk menentukan batas nilai kelulusan dengan Angoff Method, hal pertama yang dilakukan adalah menyeleksi sekelompok ahli (experts), biasanya 5-8 guru atau praktisi yang telah berpengalaman sebagai guru ataupun supervisor dan memahami tingakatan kompetensi yang diharapkan untuk seorang peserta dikatakan lulus. Para expert judges ini diambil dari berbagai bidang ilmu yang sesuai dengan soal dan berasal dari beragam daerah dan institusi. Kemudian soal yang ada akan di review baru setelah itu ditentukan batas kelulusannya. Sehingga setiap masing-masing UKDI memiliki batas kelulusan yang berbeda tergantung tingkat kesulitan soal.9,20

2.5 Evaluasi Akhir Hasil Belajar2.5.1 Sistem Kredit Semester

Program Pendidikan Akademik menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. Sebagai takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar, 1 sks diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per minggu sebanyak 1 jam perkuliahan atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri.21 Tujuan diberlakukannya sistem tersebut adalah agar mahasiswa berkesempatan menyelesaikan studi dalam periode sesingkat-singkatnya serta menyesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan dari mahasiswa tersebut.

2.5.2 Indeks Prestasi

Hasil pembelajaran mahasiswa dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP) yang merupakan ukuran kemampuan mahasiswa yang dapat dihitung berdasarkan jumlah SKS mata kuliah yang diambil dikalikan dengan nilai bobot masing-masing mata kuliah dibagi dengan jumlah seluruh SKS mata kuliah yang diambil pada semester tersebut. Jenis penilaian dan cara melakukannya disesuaikan dengan sifat mata kuliah, kemudian nilai ujian diumumkan secara terbuka dan dinyatakan dalam bentuk huruf dengan nilai bobot sebagai berikut :A= 4B= 3C= 2D = 1E = 0Jika hasil yang didapatkan terhitung buruk, mahasiswa dapat memperbaiki nilai hasil ujian di lain semester. Jika karena suatu hal nilai belum dapat ditentukan, maka kepadanya diberikan nilai TL yang berarti Tidak Lengkap dengan bobot nol (0).Dalam perhitungan indeks prestasi, setiap mata kuliah bobot sks-nya hanya satu kali dipergunakan sebagai pembagi dan nilai yang dipergunakan adalah nilai keberhasilan yang tertinggi. Perhitungan IP menggunakan rumus sebagai berikut :

dengan K adalah besarnya SKS masing-masing mata kuliah, dan N adalah nilai masing-masing mata kuliah. Tingkat keberhasilan mahasiswa sejak semester pertama sampai dengan suatu semester tertentu dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Perhitungan IPK menggunakan rumus sepperti tersebut di atas dengan K adalah besarnya seluruh SKS mata kuliah yang telah ditempuh dan N adalah nilai seluruh mata kuliah yang diperoleh.21Mengenai Predikat kelulusan program sarjana dan program diploma adalah sebagai berikut :INDEKS PRESTASIPREDIKAT2,00 2,75Memuaskan2,76 3,50Sangat memuaskan3,51 4,00Dengan pujian (cumlaude)

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi AkademikDjamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan definisi prestasi akademik menurut Azwar (2002) adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program pendidikan. Selanjutnya menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.22,23,24Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik antara lain25 :A. Faktor internal 1.Faktor jasmaniah (fisiologi), yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh. 2.Faktor psikologis, terdiri atas:a. Faktor intelektif yang meliputi:(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur - unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diric. Faktor kematangan fisik maupun psikis.d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.B. Faktor eksternal 1. Faktor sosial yang terdiri atas:a) Lingkungan keluargab) Lingkungan sekolahc) Lingkungan masyarakatd) Lingkungan kelompok 2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.Pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 2004) dengan membandingkan antara prestasi yang ada.22

BAB 3KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Indeks Prestasi Kumulatif(IPK)Nilai Uji Kompetensi Dokter IndonesiaProgram PendidikanDokter(kurikulum, dosen, evaluasi)MinatBakatSarana PrasaranaMotivasi belajarProses PembelajaranMasa StudiJalur MasukLingkungan(Status Tempat Tinggal)Jenis Kelamin

3.2 Kerangka Konsep

Nilai Uji Kompetensi Dokter IndonesiaIndeks Prestasi Kumulatif(IPK)3.3 HipotesisTerdapat hubungan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada Program Studi Pendidikan Dokter dengan Nilai UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia).

BAB 4METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan Kedokteran. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada bulan Maret Juni 2011.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Penggunaan pendekatan cross-sectional pada penelitian ini karena tidak adanya intervensi apapun dan pengambilan data dilakukan sekali waktu.

4.3 Variabel Penelitian4.3.1 Variabel bebas:Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Program Studi Pendidikan Dokter

4.3.2 Variabel tergantung:Nilai UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia

4.3.3 Definisi Operasional Variabel

No.Variabel tergantungDefinisi operasional variable dan cara pengukuran dataSkala Varia-bel

1Indeks PrestasiKumulatif (IPK)ProgramPendidikanDokterTolak ukur mahasiswa yang dihitung berdasarkan jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) tiap mata kuliah Program Sarjana Kedokteran dan Program Profesi DokterRasio

2Nilai UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia)Jumlah angka yang menunjukkan parameter hasil dari Uji Kompetensi Dokter Indonesia untuk mengevaluasi kelayakan ilmu pengetahuan profesi bidang kesehatan dari seorang individu saat pertama kali mengikuti UKDI atau first-takeRasio

4.4 Populasi dan Sampel4.4.1 Populasi targetMahasiswa FK UNDIP

4.4.2 Populasi terjangkauMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Angkatan 2002- 2004 yang mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia.4.4.3 Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus:

n = besar sampel = kesalahan tipe II = 20% Z =0,84 = kesalahan tipe I = 5%Z = 1,96 r = perkiraan koefisien korelasi = 0,446

hasil perhitungan =

Koefisien korelasi yang digunakan berasal dari studi terdahulu yang identik.5 Jumlah sampel minimal adalah 71.

4.4.4 Cara Pengambilan SampelUntuk memilih subyek penelitian digunakan consecutive sampling, yang artinya semua subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut akan diambil sebagai sampel: Kriteria Inklusi :1. Mahasiswa FK UNDIP yang mengikuti UKDI2. Mahasiswa FK UNDIP angkatan 2002 20043. Data tersedia Kriteria Eksklusi :1. Data tidak tersedia

4.5 Materi / Alat PenelitianAlat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berisi IPK Program Sarjana Kedokteran, IPK Program Profesi Dokter, Nilai UKDI dan Data Pribadi Mahasiswa FK UNDIP.

4.6 Alur Penelitian

1. Data IPK dan data Nilai UKDI diperoleh dari Bag. Akademik FK UNDIP kemudian dipilah dan diambil sesuai kriteria inklusi dan eksklusinya2. Analisis data yang ada3. Alur Penelitian :

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang mengikuti UKDI

Pengambilan data yang diperlukan pada instansi pendidikan FK UNDIP

Analisis

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan program SPSS for windows 15.0. Data yang ada dilakukan editing, coding, tabulasi, lalu diinput. Pengujian hipotesis digunakan uji korelasi Pearson, yang sebelumnya uji distribusi dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov, jika ditemukan sebaran tidak normal maka pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji korelasi Spearman.

DAFTAR PUSTAKA

1.Konsil Kedokteran Indonesia (2006). Standar Kompetensi Dokter. Jakarta, Konsil Kedokteran Indonesia.2.Ikatan Dokter Indonesia (2007, 5 August 2007). Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Diakses 5 februari, 2011, dari http://www.idionline.org/2007/08/uji-kompetensi-dokter-indonesia/.3.Anna, L. K. (2010, 28 August). 27 Persen Dokter Tidak Lulus Uji Kompetensi. Kompas. Diakses 5 februari, 2011, dari : http://health.kompas.com/index.php/read/2010/08/28/06215656/27.Persen.Dokter.Tidak.Lulus.Uji.Kompetensi.4.Fields, S. A., C. Morris, et al. (2000). Early Identification of Students at Risk for Poor Academic Performance in Clinical Clerkships. Academic Medicine 75(10): S78-S80.5.Illing, J., M. Campbell, et al. (2009). Selection Methods for Foundation Programme: A Literature Review. Newcastle, North East Education.6.Simon, S. R., A. Bui, et al. (2007). The relationship between second-year medical studentsOSCE scores and USMLE Step 2 scores. Journal of Evaluation in Clinical Practice 13(6): 901-905.7.Konsil Kedokteran Indonesia (2006). Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta, Konsil Kedokteran Indonesia.8.Divisi Ujian Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Profil Uji Kompetensi Dokter Indonesia.Diunduh 2011 jan 9, dari: http://www.ukdi.org/?page_id=859.National Competence Examination for Indonesian Health Professional (2010). Petunjuk Penulisan Soal Ujian. Diakses 13 maret 2011, dari : http://nace.ukdi.org/nc_121itemwrit.php.10.General Medical Council (2008).PLAB Examination Regulations.Diakses 13 Maret 2011, dari :http://www.gmc-uk.org/doctors/plab/part2_examination_regulations_may_2008.asp#PLAB.11. Medical Council of Canada. Qualifying Examination Part I. Diakses 13 Maret 2011, dari : http://www.mcc.ca/en/exams/qe1/.12. Medical Council of Canada. Qualifying Examination Part II. Diakses 13 Maret 2011, dari : http://www.mcc.ca/en/exams/qe2/.13.Examination, U. S. M. L. (2011). 2011 USMLE Bulletin - Examination Content. Diakses 13 Maret 2011 , dari:http://www.usmle.org/General_Information/bulletin/2011/content.html#step3.14.Bush, M. (2001). A Multiple Choice Test that Rewards Partial Knowledge. Journal of Further and Higher Education 25(2): 157-163.15.Mukophadhyay, M., K. Bhowmick, et al. (2009). Evaluation of MCQs for Judgement of Higher Levels of Cognitive Learning. Gomal Journal of Medical Sciences July-December 2010 8(2): 112-116.16.Epstein, M. L., A. D. Lazarus, et al. (2002). Immediate Feedback Assessment Technique Promotes Learning and Corrects Inaccurate First Responses. The Psychological Record 52: 187-201.17.Kuechler, W. L. and M. G. Simkin (2003). How Well Do Multiple Choice Tests Evaluate Student Understanding in Computer Programming Classes. Journal of Information Systems Education 14(4): 389.18.Wesolowsky, G. O. (2000). Detecting Excessive Similarity in Answers on Multiple Choice Exams. Journal of Applied Statistics 27(7): 909-921.19.Divisi Ujian Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Annex 1. Petunjuk Pembuatan Soal. Diunduh 2011 januari 9, dari: http://www.ukdi.org/?page_id=8520.Munawarrah, Ani, Rima(2008). Uji Kompetensi Dokter : Saat Proses Tak Lagi Jadi yang Utama. Sinovia. Makassar, Fakultas Kedokteran Universitas Hasannudin. 31: 2-5.21.Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro(2007). Buku Pedoman Akademik Kurikulum 2002. Semarang, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.22.Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.23.Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.24.Arini, N. K. S. (2009). Pengaruh Tingkat Intelegensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik pada Siswa Kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Jakarta.25.Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.26.Madiyono, B., S. M. Mz, et al. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. S. Sastroasmoro. Jakarta, Sagung Seto: 302-330.