gbe - natural environment
DESCRIPTION
gbeTRANSCRIPT
TOPIKAL PAPER
GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT
Natural Environment
Isu Lingkungan Hidup dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal Indonesia (Indeks SRI Kehati)
Pengajar:
Shalihudin Djalal Tandjung, M.Sc., Dr., Prof.
Galing Priyatna12/343682/PEK/18098
AKHIR PEKAN ANGKATAN 25 C
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADAJAKARTA
2014
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................................................ 2Pendahuluan..................................................................................................................... 3Tentang Perusahaan......................................................................................................... 4Indeks Sri Kehati di Pasar Modal Indonesia....................................................................... 5Daftar Pustaka................................................................................................................... 7
2
PENDAHULUAN
Isu lingkungan hidup menjadi agenda penting masyarakat internasional di forum
regional dan multilateral sejak tahun 1972 setelah pelaksanaan konferensi internasional
tentang Human Environment di Stockholm, Swedia dan KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil
tahun 1992. Sejak saat itu, masyarakat internasional menilai bahwa perlindungan lingkungan
hidup tidak terlepas dari aspek pembangunan ekonomi dan sosial.
Permasalahan lingkungan terus menjadi sorotan serta perbincangan, dan saat ini
dalam dunia bisnis terjadi peningkatan usaha dalam hal pengelolaan serta pelestarian
lingkungan. Hal ini disebabkan adanya dorongan yang disebabkan oleh tekanan lingkungan.
Tekanan tersebut bisa sangat berbeda dari tiap Negara dan sector bisnis. Tekanan lingkungan
akan mengakibatkan perusahaan mencari sesuatu yang baru, kreatif serta hemat biaya untuk
mengatur serta meminimalisasi pengaruh lingkungan.
Contoh mencolok dari tekanan lingkungan yang relevan dalam level internasional
antara lain pertama adalah tekanan rantai nilai seperti perusahaan besar mewajibkan pemasok
mereka untuk mengikuti standard Environmental Management System (EMS) yang sesuai
ISO. Kedua, tekanan untuk mengungkapkan kinerja lingkungan di dalam laporan keuangan
tahunan atau dengan pelaporan yang bersifat voluntary. Ketiga, tekanan pembiayaan melalui
dana worldwide growth of social responsible investment (SRI), sistem penilaian investasi
seperti pada Dow Jones Sustainability Index dan persyaratan pengungkapan peraturan
investasi. Keempat, tekanan peraturan kendali seperti RoHS Directive yang merupakan
peraturan di Uni Eropa yang mengatur penggunaan bahan kimia tertentu dalam peralatan
elektrik yang dijual di wilayah tersebut. Kelima, tekanan pajak lingkungan seperti pajak
penggunaan energi, biaya pengeluaran emisi, dsb. Serta yang terakhir adalah adanya tekanan
untuk mematuhi Protokol Kyoto mengenai masalah lingkungan hidup.
Ferreira (2004) menyatakan bahwa persoalan konservasi lingkungan merupakan tugas
setiap individu, pemerintah dan perusahaan. Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan
seharusnya melaporkan pengelolaan lingkungan perusahaannya dalam annual report.
Persoalannya adalah pelaporan lingkungan dalam annual report di Indonesia yang masih
bersifat voluntary. Perusahaan yang melakukan pelaporan ini memiliki beberapa alasan
seperti menjaga reputasi perusahaan agar semakin banyak investor tertarik atau agar
perusahaan tetap survive di lingkungan masyarakat sehingga tidak mengalami penolakan.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri telah meluncurkan indeks Sri Kehati pada tahun
2009. Bahkan Indeks Sri Kehati ini diklaim indeks kedua yang muncul di Asia dengan
3
berdasarkan aspek-aspek corporate social responsibility (CSR) dan sebelumnya, indeks
serupa telah diluncurkan di Jepang. Indeks SRI-Kehati dibuat atas kerjasama BEI dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), yayasan pengelola endowment fund di
bidang pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Nama SRI Kehati mengacu
pada tata cara pengelolaan perusahaan yang bersifat Sustainable and Responsible Investment
(SRI).
TENTANG PERUSAHAAN
Eastspring Investments, adalah bagian dari Prudential Corporation Asia, yang
merupakan perusahaan manajer investasi dari Grup Prudential di Asia. Eastspring
Investments menjadi salah satu perusahaan manajer investasi terbesar di Asia, dengan
beroperasi di 12 negara, memiliki lebih dari 2.000 karyawan di Asia dan mengelola sekitar
US$94 miliar dana kelolaan (30Juni 2013). Eastspring Investments adalah manajer investasi
multinasional yang mengelola reksadana on-shore terbesar di Asia. Eastspring Investments
beroperasi di Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Uni Emirat
Arab, Vietnam and Indonesia, dan joint venture di India, Cina serta Hong Kong. Belum lama
ini, Eastspring Investments juga membuka cabang di Amerika Serikat.
Sedangkan Eastspring Investments Indonesia sendiri adalah perusahaan Manajer
Investasi yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memperoleh ijin Manajer
Investasi dari Bapepam-LK (kini OJK) pada awal tahun 2012. Eastspring Investments
sebenarnya sudah memiliki sejarah panjang berinvestasi di pasar modal Indonesia dan
melayani nasabah Indonesia sejak lebih dari 10 tahun lalu. Sebagai bagian dari komitmen
untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan menjadi lebih dekat dengan semua
pemangku kepentingan, Eastspring Investments kemudian mendirikan kantor di Jakarta pada
tahun 2011. Sejak awal kehadirannya di Indonesia, Eastspring Investments Indonesia telah
menempatkan posisinya dalam jajaran perusahaan manajer investasi terbesar di tanah air
dengan dana kelolaan lebih dari Rp 42,83 triliun per 31 Maret 2014, meliputi reksadana dan
discretionary fund.
Sejak mendapatkan izin sebagai manajer investasi di Bulan April 2012, PT.
Eastspring Investments Indonesia telah menerbitkan empat produk reksadana yang dijual
melalui Bank sebagai Agen Penjual Efek Reksadana, yaitu dua reksadana saham dan dua
reksadana pendapatan tetap, dengan detail sebagai berikut :
4
1. EASTSPRING INVESTMENTS ALPHA NAVIGATOR , diluncurkan pada
tanggal 29 Agustus 2012 dan merupakan reksa dana saham terbuka dengan komposisi
utama pada saham-saham pilihan (best ideas stocks) yang diperdagangkan melalui
Bursa Efek Indonesia.
2. EASTSPRING INVESTMENTS IDR HIGH GRADE, diluncurkan pada tanggal 9
Januari 2013 merupakan reksa dana pendapatan tetap yang bertujuan untuk
memberikan potensi keuntungan atas investasi jangka panjang pada Efek bersifat
utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan/atau korporasi
Indonesia yang ditawarkan dalam Penawaran Umum dan/atau diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia dan instrument pasar uang dalam negeri.
3. EASTSPRING INVESTMENTS VALUE DISCOVERY, diluncurkan pada tanggal
29 Mei 2013 merupakan reksa dana saham yang mempunyai keunikan berinvestasi
pada sekumpulan saham (stock universe) yang termasuk dalam 30 saham dengan
kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia yang dikelola secara aktif untuk
memberikan kinerja yang menarik bagi investor.
4. EASTSPRING INVESTMENTS YIELD DISCOVERY, diluncurkan pada tanggal
29 Mei 2013 adalah reksa dana pendapatan tetap terbuka yang mempunyai keunikan
melakukan diversifikasi investasi pada Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi
untuk memberikan imbal hasil yang optimal. Selain itu sebagian kecil portofolio dapat
berinvestasi pada saham-saham dengan tema tertentu (thematic) sebagai “topping”
untuk memberikan potensi peningkatan imbal hasil tambahan yang lebih menarik bagi
investor.
INDEKS SRI KEHATI DI PASAR MODAL INDONESIA
Hadirnya Indeks Sri Kehati ini mulai menyadarkan publik dan termasuk investor
untuk jeli memilih saham yang pro lingkungan dan tidak sekedar kinerja keuangan diatas
kertas serta likuiditas saham. Terlebih saat ini aturan baru Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bakal mewajibkan praktek CSR untuk dilaporkan dalam
laporan keuangan tahunan dan menjadi indikator penilaian kinerja perusahaan. Karena
bagaimanapun juga strategi bisnis perusahaan, kini tidak bisa lagi mengabaikan dampak
sosial lingkungan. Perusahaan tidak mungkin lagi menghindar dari tanggung jawab sosial
karena kegiatan mereka tidak hanya dilihat dari dimensi ekonomi, tetapi juga sisi sosial dan
5
lingkungan. Dengan kata lain, CSR harus dipertimbangkan untuk memaksimalkan manfaat
bagi setiap pemangku kepentingan (stakeholder).
Kini seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi di saham-saham
yang pro lingkungan memicu pertumbuhan Indeks Sri Kehati meningkat sekitar 25%
pertahun sejak pertama kali diluncurkan. Berdasarkan data BEI, perusahaan yang termasuk
dalam Indeks Sri Kehati berjumlah 25 emiten, dan nilai capital market saham Sri Kehati telah
mencapai 2,000 Triliun atau sekitar 55% dari capital market BEI sekitar 3,800 Triliun.
Beberapa manajer investasi juga telah mengeluarkan reksadana berbasis indeks Sri
Kehati (misal: Mandiri Manajemen Investasi). Berdasarkan fakta tersebut, ada baiknya
Eastspring Investment juga mempertimbangkan untuk membuat reksadana yang serupa,
mengingat kondisi ini didukung kesadaran masyarakat untuk terus berinvestasi tanpa banyak
merusak lingkungan terus meningkat. Pada saat ini CSR dianggap sebagai investasi masa
depan bagi perusahaan, karena minat investor menanamkan modal di perusahaan yang
menerapkan CSR lebih besar dibandingkan yang tidak menerapkan CSR. Emiten yang
melakukan CSR dinilai oleh para investor sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, dan
tanggung jawab ini tidak terbatas kepada perusahaan itu sendiri tetapi pada lingkungannya.
Rasa tanggung jawab ini yang dinilai oleh investor sebagai komitmen perusahaan yang
tinggi terhadap kelangsungan usahanya.
Tantangan kedepannya adalah indeks Sri Kehati ini harus lebih dikenal luas oleh
masyarakat, sehingga harus terus disosialisasikan kepada kalangan emiten dan para
pengambil keputusan investasi. Dengan bertambahnya daftar saham yang masuk ke dalam
Indeks Sri Kehati maka akan lebih banyak pilihan bagi para investor. Disisi lain, alangkah
bagusnya apabila pemerintah ataupun otoritas bursa memberikan lebih banyak insentif bagi
emiten yang pro lingkungan, misalnya berupa tambahan insentif pajak dari pemerintah
ataupun pengurangan biaya listing tahunan dari pihak pengelola BEI.
Daftar Pustaka6
Suratno, Ignatius Bondan, Darsono, dan Mutmainah S. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance.
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. “The Relations among environmental disclosure, environmental performance, and economic performance: a simultaneous equations approach”. Accounting Organizations and Society. Vol. 29. pp.447-471.
Bursa Efek Indonesia. (www.idx.co.id). Indeks Sri Kehati. 2013
Ahmad Nabhani. (www.neraca.co.id). Industri Pasar Modal Berbicara CSR. 2012
Eastspring Investments. (www.eastspring.co.id). Eastspring Investments di Indonesia. 2012
7