gawat janin adis

39
GAWAT JANIN Pembimbing: dr. Bonar L Tobing, Sp. OG Disusun oleh : Ardisa Permata Putri - 07120080049 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R.S. Sukanto

Upload: bobbyrianto2210

Post on 20-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

Page 1: Gawat Janin Adis

GAWAT JANIN

Pembimbing:

dr. Bonar L Tobing, Sp. OG

Disusun oleh :

Ardisa Permata Putri - 07120080049

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan

Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R.S. Sukanto

Periode 23 Desember 2013 – 28 Februari 2014

Page 2: Gawat Janin Adis

DAFTAR ISI

I. BAB I

PENDAHULUAN................................................................1

II. BAB II

DEFINISI ..............................................................................4

ETIOLOGI........... .................................................................4

PATOFISIOLOGI..................................................................6

DIAGNOSIS..........................................................................8

o Tanda dan gejala gawat janin......................................8

o Pemeriksaan Penunjang...............................................9

PENATALAKSANAAN.....................................................17

KOMPLIKASI.....................................................................24

III. BAB III

PENUTUP...........................................................................25

IV. DAFTAR PUSTAKA...................................................................26

2

Page 3: Gawat Janin Adis

BAB I

PENDAHULUAN

Gawat janin merupakan suatau kondisi yang serius dan membutuhkan

perhatian yang lebih intensif. Istilah gawat janin masih terlalu luas dan samar untuk di

interprestasikan dengan berbagai situasi klinik. Istilah ini biasanya menandakan

kekhawatiran obstetris tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio

sesaria atau persalinan buatan lainnya. Istilah gawat janin (fetal distress) terlalu luas

dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Ketidakpastian dalam diagnosis

gawat janin yang didasarkan pada interpretasi pola frekuensi denyut jantung janin

menyebabkan munculnya istilah-istilah deskriptif misalnya “reassuring”

(meyakinkan) atau “nonreassuring” (meragukan, tidak meyakinkan).

Gawat janin juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang

bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan

kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya

dilahirkan. Hipoksia ialah keadaan jaringan yang kurang oksigen, sedangkan

hipoksemia ialah kadar oksigen darah yang kurang. Asidemia ialah keadaan lanjut

dari hipoksemia yang dapat disebabkan menurunnya fungsi respirasi atau akumulasi

asam.

Tujuan dari penulisan referat ini adalah supaya sebagai tenaga medis mampu

untuk memberikan pelayanan medis yang semaksimal mungkin di bidang obstetri,

yaitu dengan mampu mendeteksi keadaan yang dinilai membahayakan dan

menanganinya sesuai dengan prosedur yang berlaku, dalam hal ini secara khusus

adalah keadaan gawat janin.

3

Page 4: Gawat Janin Adis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin ( kadar

oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada

antepartum maupun intrapartum. Disebut gawat janin, bila ditemukan :

Denyut jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100/menit

Denyut jantung tidak teratur

Keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan

2.2 ETIOLOGI

Gawat janin dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal. Beberapa penyebab

yang umum dan sering terjadi:

1. Kelainan yang berhubungan dengan uterus

Pengencangan otot uterus secara involunter untuk melahirkan bayi.

Kontraksi secara langsung mengurangi aliran darah ke plasenta dan

dapat mengkompresi tali pusat sehingga penyaluran nutrisi terganggu.

Hal ini dapat terjadi pada keadaan:

a. Persalinan yang memanjang (Kala II lama)

b. Hipertonus uterus atau polisistole

c. Penggunanan relaksasi uterus

d. Pemberian oksitosin

2. Penyakit yang berasal dari ibu :

a. Hipertensi dalam Kehamilan (preeclampsia-eklampsia)

b. Kehamilan premature dan postmatur

c. Infeksi

d. Anemia berat

e. Hipotensi

Bila tekanan darah ibu menurun selama persalinan, jumlah aliran darah

ke fetus akan berkurang. Hipotensi dapat disebabkan oleh:

anestesi epidural

4

Page 5: Gawat Janin Adis

posisi supine

Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan jumlah aliran darah

dari vena cava ke jantung

f. Kelahiran multiple

3. Kelainan pada janin

a. Abnormalitas Denyut jantung janin

b. Mekonium yang tebal pada cairan amnion

c. Masalah pernafasan janin

d. Posisi dan presentasi abnormal dari fetus

e. Distosia bahu

4. Kelainan pada plasenta dan tali pusat

a. Abruptio Plasenta

b. Plasenta Previa

c. Perdarahan Trimester III yang tidakdapat dijelaskan

d. Prolaps tali pusat

e. Lilitan tali pusat

f. Oligohidramnion

g. Vasa previa

Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa antepartum adalah

insufisiensi uteroplasental. Faktor yang menyebabkan gawat janin dalam persalinan/

intrapartum adalah kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental,

perfusi uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin, dan

kompresi tali pusat, pengurangan jumlah cairan ketuban, hipovolemia ibu dan

pertumbuhan janin terhambat juga dapat menyebabkan terjadinya kondisi gawat janin.

5

Page 6: Gawat Janin Adis

2.3 PATOFISIOLOGI

Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:

1. Janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per gram

berat badan sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.

Jadi keadaan hipoksia dan asidosis tidak akan terjadi bila tidak ada pemicu

kondisi. Dimana kondisi hipoksia dan asidosis akan menyebabkan terjadi

gawat janin.

2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut oksigen

pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga

halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar daripada

orang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen dari plasenta kepada

janin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan baik. Hasil metabolisme

oksigen akan terbentuk asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi

melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari

perfusi ruang intervilli yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi

CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis.

Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa

menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan

menimbulkan asam organik yang menambah asidosis metabolik. Pada

umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus

darah tali pusat.

6

Page 7: Gawat Janin Adis

Gambar 1. Patofisiologi gawat janin

7

Page 8: Gawat Janin Adis

2.4 DIAGNOSIS

Tanda dan Gejala Gawat Janin

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat

melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah

tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat

makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan

janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini

dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama

diminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang

mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlah

minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau

pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda gawat janin:

Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin

Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauan

menggunakan kardiotokografi

Asidosis janin

Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin

Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala

Adanya mekonium saja tidak mampu untuk menegakkan suatu diagnosis gawat

janin. Mekonium adalah cairan berwarna hijau tua yang secara normal dikeluarkan

oleh bayi baru lahir mengandung mukus, empedu, dan sel-sel epitel. Dalam beberapa

hal, mekonium dapat keluar sebelum kelahiran dan bercampur dengan cairan amnion.

Mekonium dapat mewarnai atau bercampur dengan cairan ketuban dalam beberapa

tingkat, mulai dari mewarnai ringan sampai dengan berat. Adanya mekonium

dianggap signifikan bila berwarna hijau tua kehitaman dan kental. Mekonium kental

merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang sedikit dan

merupakan indikasi perlunya persalinan cepat dan penanganan mekonium pada

saluran napas atau neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium. Pada presentasi

sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibat kompresi abdomen janin

pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi

pada awal persalinan/ saat bokong masih tinggi letaknya.

Terdapat 3 teori yang telah diajukan untuk menjelaskan tentang keluarnya mekonium:8

Page 9: Gawat Janin Adis

- Janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap hipoksia, dan

mekonium merupakan hasil dari suatu usaha janin untuk mengkompensasi.

- Mekonium merupakan tanda maturasi yang normal dari traktus gastrointestinal

di bawah pengaruh persarafan yang mempersarafinya

- Mekonium dapat keluar sebagai stimulasi vagal dari terjepitnya tali pusat dan

gerakan peristalsis yang meningkat

Komponen mekonium seperti garam empedu dan enzim-enzim yang terkandung

di dalamnya dapat menyebablan komplikasi serius bila terinhalasi atau teraspirasi oleh

janin, dapat mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium yang dapat menyebabkan

obstruksi jalan nafas, kehilangan surfaktan paru, pneumonitis kimia. Faktor resikonya

meliputi: insufisiensi plasenta, hipertensi ibu dan pre-eklamsi, oligohidroamnion, ibu

perokok, penggunaan obat-obatan terlarang.

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menentukan diagnosis gawat

janin, adalah :

1. Pemantauan Denyut Jantung Janin (Kardiotokografi)

Pemantauan dilakukan melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam

hubungan dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin dalam rahim. Kebanyakan

dari diagnosis gawat janin yang dilakukan didasarkan atas pola denyut jantung janin,

tetapi diagnosa berdasarkan pola denyut jantung janin ini masih menjadi kontroversi,

karena hal itu lebih merefleksikan suatu keadaan fisiologi dari janin daripada suatu

keadaan patologis.

National Institute of Child Health and Human Development fetal monitoring

workshop (1997) telah memberikan suatu Konsensus tentang pola denyut jantung

janin.

1. Normal apabila denyut jantung janin berkisar antara 110-160 x.menit

dengan variasi 6-25 x/menit, dimana didapatkan suatu kondisi akselerasi

tanpa deselarasi.

2. Intermediet (meragukan)

3. Abnormal, apabila ada tanda-tanda perlambatan atau deselerasi dengan

kemampuan nol atau bradikardi substansial dengan kemampuan nol

9

Page 10: Gawat Janin Adis

Sementara dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

memberikan penilaian terhadap denyut jantung janin sebagai berikut :

1. Denyut jantung janin normal dapat melambat sewaktu his, dan segera

kembali normal setelah relaksasi.

2. Denyut jantung lambat yaitu kurang dari 100 kali per menit saat tidak ada

his, menunjukan adanya gawat janin. Denyut jantung janin dikatakan

bradikardi bila baseline heart rate kurang dari 110 dpm. Jika antara 110

dan 100 dikatakan mencurigakan, sementara di bawah 100 dikatakan

patologis. Penurunan bertahap yang terus-menerus adalah suatu tanda

gawat janin.

Gambar 2. Denyut jantung janin bradikardia

3. Denyut jantung cepat yaitu lebih dari 180 kali per menit yang disertai

takikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi atau amnionitis.

10

Page 11: Gawat Janin Adis

Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin cepat sebaiknya

dianggap sebagai tanda gawat janin.

Gambar 3. Denyut jantung janin takikardi

4. Deselerasi dapat normal atau patologis. Deselerasi awal timbul bersamaan

dengan kontraksi uterus dan biasanya berhubungan dengan dengan

kompresi kepala janin, oleh karena itu timbul pada persalinan seiring

dengan turunnya kepala.

Gambar 4. Deselerasi awal

Deselerasi lambat bila deselerasi persisten setelah kontraksi selesai, hal ini

mengarah pada keadaan gawat janin. Deselerasi dikatakan variabel bila

11

Page 12: Gawat Janin Adis

bervariasi dengan waktu dan bentuk antara satu sama lain, gambaran ini

mengarah pada keadaan hipoksia atau kompresi tali pusat.

Gambar 5. Deselerasi lambat

Denyut Variabilitas Deselerasi Aselerasi

12

Page 13: Gawat Janin Adis

jantung

Pasti normal 110-160 ≥ 5 Tidak ada Ada

Tidak pasti 100-109 atau

161-180

< 5 untuk ≥ 40

menit tapi < 90

menit

Deselerasi

awal atau

deselerasi

variabel atau

satu deselerasi

yang lama ≤ 3

menit

Tidak ada

akselerasi pada

gambaran

normal atau

meragukan

Abnormal < 100 atau

> 180 atau

Bentuk

sinusoid

selama ≥ 10

menit

< 5 selama ≥

90 menit

Deselerasi

variabel atipik

atau deselerasi

lanjut atau satu

deselerasi lama

> 3 menit

Tidak ada

akselerasi pada

gambaran

normal atau

meragukan

Tabel 1. Klasifikasi gambaran dari kardiotokografi

- Normal : 4 kategori dalam golongan normal

- Mencurigakan : Ada 1 golongan tidak pasti

- Tidak normal : ≥ 2 golongan tidak pasti atau ≥ 1 tidak normal

2. Pengambilan sampel darah janin(Fetal Blood Sampling, FBS)dan Pengukuran pH

Sesuai dengan American College Of Obstetricians and Gynecologists, pengukuran

pH pada darah kapiler kulit kepala dapat membantu untuk mengidentifikasi keadaan

gawat janin. Prosedur ini memang jarang dilakukan, tetapi merupakan pemeriksaan

penyerta untuk menegakkan diagnosis gawat janin pada hasil NST yang meragukan.

Pengambilan darah janin harus dilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam

posisi tidur miring.

13

Page 14: Gawat Janin Adis

Pemeriksaan darah janin ini dilakukan bila terdapat indikasi sebagai berikut:

Deselerasi lambat berulang

Deselerasi variabel memanjang

Mekonium pada presentasi kepala

Hipertensi ibu

Osilasi/ variabilitas yang menyempit

Kontraindikasi:

Gangguan pembekuan darah janin

Presentasi fetus yang tidak dapat dicapai

Infeksi pada ibu

Syarat:

Pembukaan lebih dari 2 cm

Ketuban sudah pecah

Kepala sudah turun hingga dasar pelvis

Cara pengambilan sampel darah:

1. Masukkan amnioskopi melalui serviks yang sudah didilatasi setelah ruptur

membran

2. Oleskan lapisan jel silikon untuk mendapatkan tetesan darah pada tempat

insisi

3. Buat insisi tak lebih dari 2 cm dengan pisau tipis

4. Aspirasi darah dengan tabung kapiler yang telah diberi heparin

5. Periksa pH darah

6. Setelah insisi, hentikan perdarahan

Komplikasi :

Perdarahan

Insisi terlalu dalam

Infeksi

14

Page 15: Gawat Janin Adis

Gambar 6. Tindakan pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin menggunakan

amnioskopi

Hasil sampel pH darah janin Tindakan

≥ 7.25 Normal. Ulangi pengambilan sampel

darah jika abnormalitas denyut jantung

janin persisten

7.21 – 7.24 Ulangi pengambilan sampel darah dalam

30 menit atau pertimbangkan terminasi

kehamilan jika terjadi penurunan pH yang

cepat dibandingkan sampel yang terakhir

≤ 7.20 Indikasi terminasi kehamilan

Tabel 2. Interpretasi hasil pemeriksaan pH darah janin berdasarkan Royal College of

Obstetricians and Gynaecologist

3. Profil Biofisik

15

Page 16: Gawat Janin Adis

Konsep dasar dari profil biofisik adalah penilaian beberapa variabel dari kegiatan

biofisik fetus yang lebih sensitif dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan

satu parameter saja. Pemantauan kegiatan biofisik fetus, memainkan peranan dalam

mengidentifikasi janin yang mengalami asfiksia.

Adapun komponen profil biofisik meliputi :

1. Reaksi jantung fetus

2. Pergerakan pernafasan

3. Pergerakan badan

4. Tonus

5. Kedalaman cairan amnion

Profil biofisik dapat dinilai dengan bantuan ultrasonografi dan kardiotokografi

Parameter Skor= 2 Skor= 0

NST

Gerakan pernafasan janin

Gerakan janin

Tonus

Voume cairan amnion

Reaktif

Sekurang-kurangnya 2

akselerasi dari > 15 dpm,

berlangsung > 15 detik,

berhubungan dengan gerakan

janin dalam periode 20 menit

Paling sedikit satu periode

pernapasan dengan lamanya

60 detik dalam periode

observasi 30 menit

3 atau lebih gerakan badan

dalam waktu 30 menit

Paling sedikit satu gerakan

kaki dari fleksi ke ekstensi

dan kembali lagi

Satu kantong cairan sekurang-

kurangnya 2 cm dalamnya

Non reaktif

Tidak ada

Tidak ada

< 3 gerakan

Tidak ada gerakan

< 1 cm

Tabel 3. Skor Biofisik Janin

Normal : 8 atau 10

16

Page 17: Gawat Janin Adis

Ragu-ragu : 4 atau 6

Abnormal : 0 atau 2

Profil biofisik kurang begitu menyita waktu bila dibandingkan dengan OCT

( Oxytocin Contraction Test), dan ada beberapa peneliti yang menganjurkan

pemeriksaan biofisik sebagai langkah selanjutnya setelah tes non stress dan bukannya

OCT. Bila tes kedua setelah NST yang non reaktif adalah skor biofisik, maka

pengelolaannya sebagai berikut:

1. Skor 0-2 biasanya merupakan indikasi adanya gangguan terhadap janin dan

cukup alasan untuk melahirkan janin

2. Skor 4-6 setelah NST yang non reaktif, hendaknya tes diulangi atau lakukan

OCT

3. Skor 8 atau lebih setelah NST yang non reaktif menunjukkan janin tersebut

sehat dimana NST dapat diulangi pada interval tertentu.

2.5 PENATALAKSANAAN

Kriteria Tata Laksana Untuk Pola Denyut Jantung Janin yang Meragukan

Tindakan berikut harus dicatat dalam rekam medis:

1. Reposisi pasien

2. Hentikan stimulansia uterus dan koreksi hiperstimulasi uterus

3. Pemeriksaan vaginal

4. Koreksi hipotensi ibu yang berhubungan dengan anestesi regional

5. Pemberitahuan tenaga anestesi dan perawat untuk kebutuhan persalinan

darurat

6. Monitor denyut jantung janin – dengan monitor janin elektronik atau

auskultasi – di ruang operasi sebelum menyiapkan kelahiran per abdominal

7. Adanya tenaga kompeten yang hadir untuk resusitasi dan penanganan

neonatus

8. Pemberian oksigen ke ibu

17

Page 18: Gawat Janin Adis

Meskipun gawat janin memerlukan tindakan segera untuk melahirkan bayi

tetapi seringkali cukup waktu untuk bertindak memberikan terapi yang menolong bayi

yang dalam keadaan gawat tersebut agar terhindar dari pengaruh yang lebih buruk.

Tindakan tersebut ialah resusitasi intrauterus. Penatalaksanaan dari gawat janin

intrapartum menurut American College of obstetricians and Gynecologist (ACOG)

adalah :

1. Reposisi dari Ibu

Miringkan posisi ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.

Fungsi uterus juga akan bertambah ke dalam posisi lateral miring ke kiri, akibat

dari peningkatan aliran darah uterus.

2. Pemberian O2

Pemberian oksigen terhadap ibu dalam konsentrasi tinggi yaitu sebanyak 4-6

l/menit, akan meningkatkan gradiasi PO2 fetal – maternal dan juga akan

meningkatkan transfer oksigen, fawole dan kawan-kawan pada penelitiannya

tentang pemberian oksigen sebagai penatalaksanaan untuk gawat janin

mendapatkan dengan pemberian oksigen sebanyak 6-7 l/menit dapat

memperbaiki pH janin.

3. Hentikan infus oksitosin (bila sedang diberikan)

Deselarasi lambat dari denyut jantung janin sering terjadi karena penggunaan

oksitosin. Penggunaan oksitosin akan menyebabkan hiperstimulasi kontraksi

pada uterus. Dengan menghentikan infus oksitosis akan terjadi penurunan

kontraksi uterus sehingga dapat meningkatkan perfusi uteroplasenta, kontraksi

yang terlalu kuat atau sering akan memperburuk sirkulasi utero plasenta.

4. Tokolitik

Injeksi subkutan atau intravena tunggal dari 0.25 mg terbutalin sulfat diberikan

untuk relaksasi uterus telah dijelaskan sebagai tindakan sementara dari

penanganan denyut jantung yang meragukan selama persalinan. Pencegahan

kontraksi uterus dapat meningkatkan oksigenasi janin, dan menghasilkan

resusitasi intrauterus. Resusitasi seperti ini dapat meningkatkan nilai pH darah

18

Page 19: Gawat Janin Adis

dari kulit kepala janin. Dosis kecil nitrogliserin intravena ( 60 sampai dengan

180 μg) juga dilaporkan dapat memberikan keuntungan.

Tindakan diatas disebut sebagai resusitasi intrauterine. Tindakan ini segera

dilakukan bila terdapat hasil denyut jantung janin yang meragukan. Tindakan ini

dilakukan selama 20 menit dan kemudian dinilai keberhasilannya. Bila dalam 30

menit keadaan gawat janin tidak terdapat kemajuan, ataupun pada keadaan dimana

penatalaksanaan konservatif tidak berhasil, maka persalinan segera harus dilakukan.

Diagnosis saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal.

Diagnosis yang lebih pasti jika disertai oleh air ketuban hijau dan kental atau sedikit

Sambil melakukan tindakan resusitasi intrauterus seperti yang disebutkan

diatas, dapat juga dilakukan tindakan konservatif lain untuk memperbaiki kondisi

gawat janin, yaitu :

1. Pemantauan Denyut Jantung Janin

Pantau DJJ secara teratur selama persalinan, hendaknya dilakukan

setiap 15 menit pada kala I dan setelah setiap kali kontraksi pada kala II.

Denyut dihitung dalam 1 menit dan dimulai saat terjadi kontraksi sehingga

dapat mendeteksi deselerasi. Bila pada kasus resiko tinggi, pergunakan

pemantauan DJJ elektronik dan sediakan sarana untuk pemeriksaan pH

darah janin.

2. Pemeriksaan per vaginam (pemeriksaan dalam)

Jika denyut jantung abnormal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium

pada cairan amnion, lakukan :

- Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah

penanganan yang sesuai.

- Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap abnormal minimal

3 kontraksi, lakukan pemeriksaan vaginal :

a. Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai solusio

plasenta

b. Tanda infeksi ( demam, sekret vagina berbau), berikan antibiotik

sesuai dengan penatalaksanaan amnionitis

c. Bila tali pusat di bawah bagian yang terendah, atau ada di vagina,

tangani sesuai dengan penanganan prolaps tali pusat

19

Page 20: Gawat Janin Adis

3. Koreksi hipotensi maternal yang berhubungan dengan Regional analgesi

Hipotensi dapat disebabkan oleh epidural anastesi atau posisi supine

yang mengurangi pengembalian darah dari vena cava inferior menuju

jantung. Penurunan aliran darah dari hipotensi ini dapat menyebabkan

gawat janin. Perubahan posisi miring ke kiri/lateral dapat mengkoreksi

hipotensi karena posisi supine. Jika hal ini gagal maka tekanan manual pada

uterus mungkin dibutuhkan. Dapat juga dilakukan tindakan lain seperti

mengangkat tungkai dan pemberian cairan intravena kristaloid (ringer

laktat) secara cepat. Hal-hal itu akan membantu mengembalikan tekanan

arteri ibu hamil dan akan meningkatkan aliran darah dalam ruang intervili.

4. Amnioinfusion

Amnioinfusion adalah suatu tindakan memasukkan cairan kristaloid

kedalam rongga amnion untuk menggantikan cairan amnion yang berkurang

atau sudah tidak ada.

Berdasarkan laporan-laporan terdahulu, amnioinfusion transvaginal kini

digunakan untuk:

Penanganan deselerasi variabel atau deselerasi lama

Profilaksis kaus-kasus oligohidroamnion, seperti ketuban pecah dini

Usaha untuk mengencerkan atau ’mencuci’ mekonium yang kental.

Cara ini dilakukan dengan memberikan 500 sampai dengan 800 ml

bolus cairan normal salin yang hangat diikuti dengan pemberian infus

secara kontinu sebanyak 3 ml per jam. Akan tetapi pemberian infus amnion

ini tidak dapat diberikan jika ada deselerasi lambat, pH kulit kepala janin

kecil dari 7,2, solusio plasenta, plasenta previa, insisi vertical uterus

sebelumnya atau kelainan uterus yang telah diketahui.

Sementara itu Ramon Martin (1997) dalam penelitiannya mencoba

memberikan suatu tata cara dalam penatalaksanaan gawat janin. Langkah awal dalam

penatalaksanaan gawat janin adalah mengenal dan mendeskripsikan pola denyut

jantung janin. Penyebabnya harus dapat diidentifikasi, dan penyebab itu harus cepat

dikoreksi sesegera mungkin. Seperti yang diperlihatkan dalam tabel dibawah ini :

20

Page 21: Gawat Janin Adis

Gambar 7. Penatalaksanaan sesuai dengan pola denyut jantung janin dikutip dari

Ramon Martin.

Jika pola dari denyut jantung janin tidak memperlihatkan pola seperti diatas,

maka diperlukan suatu pengukuran yang lebih akurat yaitu pH darah kulit kepala janin

atau dilahirkan dengan segera.

Pengulangan variabel deselerasi menandakan adanya kompresi tali pusat,

terutama jika adanya oligohidroamnion atau setelah dilakukan amniotomi. Dalam

situasi ini pemberian infus amnion secara transervikal (Amnioinfusion) dapat

mengurangi deselerasi.

21

Page 22: Gawat Janin Adis

Gambar 8. Alogaritma diagnosis dan penatalaksanaan gawat janin. Dikutip dari

Elizabeth H.15

22

Page 23: Gawat Janin Adis

Berdasarkan penjelasan tatalaksana di atas, maka secara singkat penatalaksanaan

umum untuk keadaan gawat janin (tindakan ini dilakukan bila ditemukan DJJ atau

hasil kardiotokografi yang meragukan atau abnormal) :

Reposisi pasien ke sisi kiri

Hentikan pemberian oksitosin

Pemberian oksigen pada Ibu

Pemberian tokolitik (bila ada hiperstimulasi uterus)

Pemantauan denyut jantung janin secara teratur

Identifikasi penyebab maternal ( demam ibu, obat-obatan), dan diterapi sesuai

dengan penyebab

Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap abnormal minimal 3

kontraksi, lakukan pemeriksaan vaginal

o Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai solusio

plasenta

o Tanda infeksi ( demam, sekret vagina berbau), berikan antibiotik

sesuai dengan penatalaksanaan amnionitis

o Bila tali pusat di bawah bagian yang terendah, atau ada di vagina,

tangani sesuai dengan penanganan tali pusat prolaps

Jika denyut jantung abnormal menetap atau ada tanda tambahan gawat janin,

rencanakan persalinan:

o Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di

atas simfisis pubis atau ujung tulang terendah dari kepala pada stasion

0, lahirkan dengan ekstraksi vakum atau forsep.

o Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di

atas simfisi pubis atau ujung tulang terendah dari kepala di atas stasion

0, lahirkan dengan seksio sesarea.

23

Page 24: Gawat Janin Adis

2.6 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :

Asfiksia

Kematian janin

Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi tali

pusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus tali pusat

KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai oligohidramnion yang lama

menyebabkan terjadinya deformitas janin.

24

Page 25: Gawat Janin Adis

BAB III

KESIMPULAN

Gawat janin merupakan salah satu keadaan obstetrik yang membutuhkan

perhatian. Dimana tujuan dari penanganan obstetrik adalah untuk menurunkan angka

kematian dan kesakitan ibu serta penurunan angka kematian janin.

Secara umum gawat janin dapat berlangsung kronis dan akut. Oleh karena itu

perlu diketahui penyebabnya sehingga dapat didiagnosis dan ditatalaksanai sesuai

penyebabnya.

Diagnosis dari gawat janin dapat berupa pemantauan jumlah gerakan janin per

hari oleh sang ibu, monitoring denyut jantung janin ataupun dengan pemeriksaan pH

darah kulit kepala janin.

Penatalaksanaan dari gawat janin disesuaikan dengan penyebab, adalah :

1. Reposisi Ibu

2. Hentikan infus oksitosis

3. Pemeriksaan vagina

4. Koreksi hipotensi ibu

5. Pemantauan denyut jantung janin

6. Pemberian oksigen pada Ibu

7. Pemberian tokolitik (bila hiperstimulasi)

25

Page 26: Gawat Janin Adis

DAFTAR PUSTAKA

1. Cleveland. Fetal Distress. Cleveland: Department of Patient Education and Health

Information. 2007. Diakses tanggal 17 Januari 2014 di

http://www.clevelandclinic.org/health/healthinfo/docs/3800/3896.asp?index=1241

2. Hayley Willacy. Fetal Disress. UK: PatientPlus. 22 Juni 2007. Diakses tanggal 11

Januari 2014 di http://www.patient.co.uk/showdoc/40000220/

3. Cunningham, Garry F., M. D. et al: Antepartum Assesment, Williams Obstetrics,

22nd ed, Connecticut: Appleton & Lange, 2002:40:1095-1108

4. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam: Ilmu

Bedah Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 2006:6:52-60

5. Hayley Willacy. Meconium Stained Liquor. US: PatientPlus. 7 Agustus 2006.

Diakses tanggal 21 Januari 2014 di

http://www.fetal.freeserve.co.uk/meconium.html

6. Sofie Rifayani Krisnadi, Johanes C. Mose, Jusuf S. Effendi. Pedoman Diagnosis

dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. Bandung: Rumah Sakit Hasan Sadikin.

2005:7-1

7. World Health Organization. Fetal Distress in Labour.2003. Diakses tanggal 21

Januari 2014 di

http://www.who.int/reproductive-health/impac/Symptoms/Fetal_distress_S95_S96

.html

26

Page 27: Gawat Janin Adis

27