gastroesofageal reflux disease
DESCRIPTION
lkjljTRANSCRIPT
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GASTROESOFAGEAL
REFLUX DISEASE
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN Gastroesofageal reflux disease (GERD) suatu keadaan dimana
terjadinya refluks isi lambung ke dalam esofagus dengan akibat menimbulkan gejala klinik.
Patogenesisnya gangguan mekanisme peristaltik, kompetensi sfinkter, relaksasi sfinkter yang abnormal
Penyebab GERD pada • populasi ras kulit putih • dari segi geografis : benua Afrika dan Asia prevalensinya sangat
rendah , Amerika utara dan Eropah rasionya tinggi. • pria = wanita tetapi esofagitis dan barret’s esofagus pria > wanita
Gambaran klinis GERD • gejala yang khas heart burn dan regurgitasi • yang tidak khas
Komplikasi yang sering dari GERD adalah perdarahan, ulkus esofagus, striktur esofagus, Barret’s esofagus dan adenokarsinoma.
GERD
refluks isi lambung ke dalam esofagus
dengan akibat menimbulkan gejala klinik
PATOFISIOLOGI bersifat kompleks dan multifaktorial. ketidakseimbangan antara mekanisme antirefluks pada lower esophageal
sphincter (LES) dan kondisi lambung. Gangguan mekanisme antirefluks pada LES berupa
• tonus yang melemah refluksat mudah masuk ke esofagus secara berulangkali + berkurangnya peristaltik esofagus kontak refluksat dan mukosa esofagus akan berlangsung lebih lama
• Makin rendah pH lambung, tingkat agresivitas refluks akan lebih meningkat
• faktor refluksat lebih agak dominan dibandingkan faktor motilitas• adanya relaksasi sfingter abnormal. • Sedangkan kondisi lambung yang berperan adalah sekresi asam
lambung atau cairan lambung lainnya yang berlebihan, lambatnya pengosongan lambung, pasca operasi lambung, peningkatan tekanan dalam lambung seperti pada kasus obesitas, kehamilan, ascites dan adanya hiatus hernia
Berbagai mekanisme pertahanan dari esofagus terhadap refluks isi lambung ini, anatara lain : • mekanisme peristaltik esofagus dan unsur gravitasi • produksi air liur guna, • bersihan lumen esofagus, • daya tahan mukosa esofagus, • mekanisme antirefluks.
Esofagus dibatasi oleh kedua ujung dari masing-masing otot sfingter yaitu sfingter krikofarengius dan LES.
Banyak penderita refluks gastroesofageal memiliki tekanan LES yang rendah dibanding populasi sehat dengan beberapa faktor penyebab yaitu • makanan (kafein, lemak, coklat, alkohol), • obat-obatan seperti preparat antikolinergik,teofilin,progesterone, preparat
kalsium antagonis, diazepam, preparat agonis beta-adrenergis, preparat antagonis alpa-adrenergik dan merokok.
gejala pada GERD didasari adanya kontak asam lambung pada dinding esofagus serta berat ringannya gejala berkolerasi dengan lamanya pajanan asam dan pepsin tersebut dengan dinding esofagus
Gejala klinis
Gejala khas• Heart burn
• Regurgitasi
• Disfagia
Gejala tidak khas• nyeri dada non kardiak + 30%, mengi, batuk pada
malam hari, aspirasi pnemoni, bronchitis, otolaringeal, suara serak, sakit sewaktu menelan(odinofagia), sendawa dan gangguan pada gigi
Manifestasi klinis dijumpai berupa; • Erosive reflux esophagitis GERD endoskopi ditemukan
lesi mukosa esofagus, • Non erosive reflux disease (NERD) tidak adanya refluks
esofagitis secara endoskopi. Kelainan ini merupakan akibat hipersensitivitas mukosa esofagus terhadap asam yang dihubungkan dengan peningkatan persepsi nyeri.
• Extra esophageal reflux disease (EERD) yaitu adanya manifestasi diluar saluran cerna seperti batuk kronik, suara serak, manifestasi asma. Manifestasi ini disebabkan adanya mikro aspirasi atau mekanisme refleks yang didasarkan rangsangan pada kemiripan reseptor di esfagus, bronkus, laring oleh refluksat asam di mukosa esofagus distal.
DIAGNOSIS
Berdasarkan • gejala klinis yang khas
• pemeriksaan penunjang lainnya (pemeriksaan radiografi barium, endoskopi disertai biopsi dan mungkin sitologi, pemantauan pH esofagus 24 jam, pemeriksaan manometrik atau motilitas, tes perfusi asam dan pemeriksaan skintigrafi).
Pemeriksaan Radiografi Barium Pemeriksaan Endoskopi dan Biopsi
Tabel 1 . Klasifikasi esofagitis secara endoskopi menurut Savary-Miller-Ollyo
Tabel 2 . Klasifikasi esofagitis secara endoskopi menurut sistem Los Angeles
Pemantauan pH esofagus 24 jam Pemeriksaan manometrik Tes perfusi asam Pemeriksaan skintigrafi
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi secara umum • menghilangkan gejala
• menyembuhkan kerusakan mukosa yang muncul dan
• mencegah komplikasi
Tahap pertama : modifikasi gaya hidup ( terapi non medikamentosa)
bertujuan mengurangi frekuensi refluks Menghindari makan dalam jumlah banyak dan yang dapat menyebabkan heart
burn Menurunkan berat badan dan tidak berpakaian ketat dapat mengurangi tekanan
gradien antara lambung dan esofagus. Menghindari obat-obatan yang dapat memperburuk heart burn dengan
menurunkan tonus LES dan dapat merusak mukosa esofagus secara langsung Berhenti merokok Meninggikan posisi badan saat tidur menghindari berbaring terlentang setelah tiga jam makan Pada umunya 60% penderita memberikan respon yang memadai dengan bentuk
terapi ini. Kegagalan respon merupakan indikasi penggunaan bentuk terapi tahap kedua
Tahap kedua : terapi medikamentosa Sistem step up Sistem step down
Terapi pemeliharaan ARH-2 atau PPI
Dosis ganda PPI
SembuhTeruskan dosis
Belum sembuh Evaluasi patofisiologi
Gejala (-) Gejala (+)
Esofagitis ringanNon esofagitis
Esofagitis sedang ringan
Terapi awal ARH-2 atau cisaprid
Terapi awal PPI
Terapi pemeliharaan ARH-2 atau cisaprid
Dosis ganda ARH-2 atau PPI
Dosis teruskan
Dosis naikkan
Gejala (-) Gejala (+) Sembuh
Belum sembuh
Tahap ke tiga : Pembedahan Kriteria dilakukan untuk pembedahan yaitu bila gagal dengan
pengobatan tahap pertama dan kedua, atau pada penderita dengan esofagitis erosive berat, dijumpai simptom yang menetap berupa laryngitis, asma, bronkiektase yang menyebabkan regurgitasi atau telah terjadi komplikasi berupa perdrahan, ulkus, striktur esofagus, barret’s esofagus
terapi pembedahan pada GERD secara signifikan lebih efektif dibanding dengan terapi medikamentosa terbukti dengan hilangnya gejala dan adanya penyembuhan mukosa esofagus setelah dilihat dengan endoskopi
Prosedur bedah yang lazim dilakukan adalh fundoplikasi Nissen, semifundoplikasi Toupet , Belse Mark IV gastropexy dan Hill posterior gastropexy.
ditemukan secara signifikan peninggian tonus LES dan peningkatan bermakna peristaltik esofagus bagian tengah dan bawah pada penderita post operatif fundoplikasi Nissen dibanding sebelum operasi.
Keterangan : skor 1:efek - : skor 4 : menedekati 100%
KOMPLIKASI
Komplikasi utama GERD adalah • perdarahan
• ulkus
• striktur
• terbentuknya Barret’s epitelium
• adenokarsinoma
KESIMPULAN GERD merupakan suatu keadaan dimana terjadinya refluk isi lambung ke
esofagus dengan akibat menimbulkan gejala klinis Gejala yang sering ditemukan pada GERD adalah heart burn, regurgitasi,
disfagia dan memiliki sensifitas yang tinggi bila gejala dominan adalah heart burn dan regurgitasi
Prosedur diagnostik yang membantu untuk menegakkan diagnosis GERD yaitu pemantauan pH esofagus 24jam, pemeriksaan radiografi barium, endoskopi, biopsy dan tes perfusi asam
Diagnosis GERD ditetapkan berdasarkan gejala klinis yang khas berupa heart burn dan disertai pemeriksaan penunjang dijumpai gambaran refluks cairan lambung, peradangan mukosa esofagus dan esofagus dalam keadaan asam
penatalaksanaan GERD sebaiknya disesuaikan dengan tahap-tahap yang ada (tahap I, II dan III) yang didasarkan pada hasil analisa diagnosis yang timbul
Komplikasi yang ditimbulkan oleh GERD berupa perdarahan esofagus hingga adenokarsinoma harus diwaspadai sedini mungkin.