gambaran kecerdasan emosional
DESCRIPTION
File Contoh KTITRANSCRIPT
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONALMAHASISWA D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTA SUKABUMI
KARYA TULIS ILMIAHDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Diploma III Keperawatan di Program Studi Diploma III KeperawatanUniversitas Muhammadiyah Sukabumi
Disusun Oleh :MARYANA AGUS SUHERLAN
NIM : FOA 0801011
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA D III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KOTA SUKABUMI
MARYANA AGUS SUHERLANNIM: FOA 0801011
Telah Diajukan dan Disetujui Oleh Pembimbing Karya Tulis IlmiahPada Bulan Oktober 2011
Pembimbing
Cuciati, S.kep.NersNIDN: 0412118002
Mengetahui,Ketua Program Studi D III KeperawatanUniversitas Muhammadiyah Sukabumi
Ria Andriani, M.KepNIDN: 0411127901
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA D III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KOTA SUKABUMI
MARYANA AGUS SUHERLANNIM : FOA 0801011
Karya Tulis Ilmiah ini telah disidangkan pada tanggal 31 Oktober 2011
Penguji I (satu) : Wida K. Bhakti, S.Kp.,M.Kes ( ) NIDN : 1104126602
Penguji II (dua) : Laelasari S.Kep.Ners ( ) NIP :198505162010012008
Penguji III (tiga) : Cuciati S.Kep.Ners ( ) NIDN : 0412118002
Disahkan oleh:
Rektor Universitas Muhammadiyah Ketua Program Studi DIII Keperawatan Sukabumi Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Prof. Dr. H. Asmawi Zainul Ria Andriani, M .K e p NIP : 113709152 NIDN : 0411127901
LEMBAR PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di perguruan tinggi manapun.
Sukabumi, 31 Oktober 2011
MARYANA AGUS SUHERLANNIM: FOA 0801011
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan:
Teruntuk kedua orang tua, kakak, adik, special one (IO), sahabat dan orang-orang yang telah berjasa dalam hidupku ini. hari ini aku belum bisa membahagiakan
kalian, aku tidak tau apa yang membuat kalian bahagia, mudah-mudahan suatu saat nanti, aku pasti
membahagiakan kalian, amien ya Allah …
Tuhan, Engkau yang Maha Memiliki Segala SesuatuSegala puji hanya untuk-Mu dan untaian sholawat untuk
Kekasih-MuTuhan, Engkau yang Maha Mencintai dan memilikinya
Aku yakin cinta ini adalah cinta dari-MuSungguh cinta ini telah membuai-kuTuhan, berilah aku selalu cinta-Mu
Agar aku mencintai sesamaku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
Tuhan, Engkaulah Tuhan yang Maha EsaBahagiakanlah orang-orang yang aku cintai
Aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan yang terkutuk
Dengan menyebut nama-Mu yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang:
“katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sseseuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakan. Dan tidak ada sesuatu apapun
yang setara dengan Dia”
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
MARYANA AGUS SUHERLANNIM: FOA 0801011
Gambaran Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
xv + 49 halaman, 7 tabel, 1 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK
Setiap manusia memiliki kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) semua berkesinambungan antara yang satu dan yang lainnya. Alangkah baiknya jika mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang baik/tinggi, karena jika kecerdasan emosional sudah baik/tinggi akan cenderung membawa kepada kesejahteraan hidup, baik buat diri kita sendiri maupun orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosional mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi. Rancangan atau jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota sukabumi yang seluruhnya berjumlah 102 orang, dengan sampel penelitian adalah 91 mahasiswa yang menggunakan teknik total sampling. Dalam pengumpulan data digunalan instrument penelitian berupa kuesioner sebanyak 25 butir soal dengan metode skala likert dan hasil ukur skala interval. Penelitian in dilakukan pada tanggal 27-29 September 2011. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 91 responden, didapatkan (67%) memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, dan (33%) memiliki kecerdasan emosional sedang, sedangkan (0%) memiliki kecerdasan emosional yang rendah.
Daftar Pustaka : 12 (2001-2010)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rangkaian puja dan puji syukur bagi Allah SWT, kepada-
Nyalah berpulang segala urusan dan putusan, Dialah Maha diatas segala Maha,
penentu segala siratan dan suratan alam. Dengan limpahan rahmat dan barakah- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan tema “Gambaran
Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kota Sukabumi” ini.
Untaian shalawat berangkai salam, tercurahkan dengan penuh cinta dan
kerinduan, kepada sang fatih lima ughliq wal khatimi lima sabaq, Nabi besar
Muhammad SAW, pengganti kegelapan menjadi sinaran terang yang syafa’at agung-
nya akan selalu dirindu dan didambakan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah, akhirnya pada kesempatan ini dengan rendah hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Asmawi Zainul. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
2. Bapak Drs. Sakti Alamsyah, M. Pd. Selaku Wakil Rektor 1 Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
3. Bapak Idang Nurodin, S.Ip., M.M. selaku Wakil Rektor II Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
4. Ibu Ria Andriani, M.Kep selaku ketua program studi D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
5. Ibu Nunun Fitria Zainun, S.Kp selaku Sekretaris program studi D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
6. Ibu Jujun Ratnasari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA).
7. Ibu Cuciati, S.Kep.Ners, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan,
bimbingan dan motivasi kepada penulis dari awal sampai selesainya Karya
Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
8. Seluruh staf dosen program studi D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi yang telah mengamalkan ilmunya dan
membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di program studi D III
Keperawatan.
9. Dosen penguji satu; Ibu Wida Kuswida Bhakti, S.Kp.,M.Kes dan penguji dua;
Ibu Laelasari S.Kep.,Ners, yang telah memberikan arahan pada saat ujian.
10. Kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan selalu
memberikan dukungan dan do’a dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Beserta kakak, adik dan sahabatku juga.
11. Seluruh mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kota Sukabumi selaku responden dalam penelitian ini yang
telah bersedia bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan penelitian.
12. Teman-teman satu perjuangan di kelompok Jiwa (Destri, Nira, Rian M, Yudit,
Yaasin, Nova, Ridhola, Afif, Ita, dan Yogi P), semoga kita semua berhasil dan
sukses.
13. Sahabat-sahabatku terutama yang diujung Pulau sana dan teman seperjuangan
mahasiswa/i program studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Sukabumi, yang selalu memberikan motivasi dan berbagi ilmu.
14. Special one (IO), yang selalu ada disaat penulis dalam keadaan suka maupun
duka.
15. Semua pihak lain yang terlibat, yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga apa yang mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya, serta dapat di jadikan ilmu
pengetahuan yang baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Amin
Sukabumi, 31 Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
COVER DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. xiii
DAFTAR BAGAN………………………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan…………………………………………………………… 7
1. Pengertian kecerdasan…………………………………………..... 7
2. Macam-macam Kecerdasan…………………………………........ 9
a. IQ (Intelectual Quotient)…………………………………………... 11
b. EQ (Emotional Quotient)………………………………………….. 12
c. SQ (Spiritual Quotient)……………………………………………. 12
B. Emosi……………………………………………………………........ 13
1. Pengertian Emosi……………………………………………......... 13
C. Kecerdasan Emosional……………………………………………….. 17
1. Pengertian KecerdasanEmosional……………………………….... 17
2. Komponen KecerdasanEmosional ……………………………...... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KecerdasanEmosional………. 24
4. Karaktersistik KecerdasanEmosional Tinggi dan Rendah……….. 24
5. Hubungan Otak Emosional dengan Prestasi……………………… 26
D. Pengertian Mahasiswa……………………………………………….. 27
E. Kerangka Teori Penelitian…………………………………………… 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian…..……….…………………………………………. 30
1. Rancangan Penelitian ……………………………………………..... 30
2. Variabel Penelitian ……………………………………………..…... 30
3. Definisi Operasional………………………………………………… 31
B. Populasi dan Sampel…………………………………………………… 32
1. Populasi……………………………………………………………... 32
2. Sampel………………………………………………………………. 32
C. Tehnik Pengumpulan Data, Instrumen dan Prosedur Penelitian………. 32
1. Tehnik Pengumpulan Data………………………………………….. 32
2. Instrumen Penelitian………………………………………………… 33
3. Prosedur Penelitian………………………………………………….. 33
D. Pengolahan dan Analisa Data………………………………………….. 34
1. Pengolahan Data……………………………………………………. 34
2. Analisa Data………………………………………………………… 36
E. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………... 38
1. Lokasi Penelitian……………………………………………………. 38
2. Waktu Penelitian……………………………………………………. 38
F. Etika Penelitian………………………………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………………… 40
B. Pembahasan……………………………………………………………. 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 48
B. Saran…………………………………………………………………... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………………… 31
2. Table 4.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi…………………… 40
3. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa Mengenali Emosi
Diri....................................................................................................................... 41
4. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa Mengelola Emosi
Diri……………………………………………………………………………... 41
5. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa Memotivasi diri
sendiri………………………………................................................................... 42
6. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa Mengenali Emosi Orang
Lain…………………...………………………………………………………... 42
7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa Membina Hubungan/Kerjasama
Dengan Orang Lain…...………………………………………………………... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Schedul Time Bimbingan KTI
Lampiran 3 Surat permohonan izin Studi Pendahuluan dan penelitian
Lampiran 4 Lembar persetujuan responden
Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen
Lampiran 6 Angket penelitian Pernyataan responden
Lampiran 7 Lembar kegiatan bimbingan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui perguruan tinggi,
mahasiswa belajar berbagai macam hal.
Pendidikan di Indonesia selama ini, terlalu menekankan arti penting nilai
akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
kebangku kuliah, jarang sekali ditemukan pendidikan tentang kecerdasan emosi
yang mengajarkan tentang: integritas; kejujuran; komitmen; visi; kreatifitas;
ketahanan mental; kebijaksanaan; keadilan; prinsip kepercayaan; penguasaan diri
atau sinergi, padahal justru inilah hal yang terpenting (Ary Ginanjar, 2001 : xli).
Proses belajar di perguruan tinggi adalah proses yang sifatnya kompleks.
Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam
belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan
pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi sering
ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan
inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun
ada mahasiswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat
meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena
ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2002), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% ditentukan oleh serumpun faktor yang
disebut Kecerdasn Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa
kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang
yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya,
bisa mengusahakan kebahagiaan dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu
yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat (Sunar, 2010 : 50).
Dalam proses belajar mahasiswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ
tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di bangku kuliah. Namun biasanya
kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ
merupakan kunci keberhasilan belajar mahasiswa di sekolah. Ary Ginanjar
(2001 : xlvi) menegaskan bahwa kecakapan pada hakikatnya dapat dipandang
sebagai sekumpulan kebiasaan yang terkoordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan
dan kerjakan, agar suatu tugas terlaksana. Pendapat ini sekiranya dapat
menegaskan bahwa hakikat dari suatu kecakapan bukanlah hanya suatu
pemahaman, tetapi merupakan metode internalisasi kebiasaan dan karakter
LeDoux mengemukakan bahwa lebih jauh lagi system emosi ternyata dapat
bekerja sendiri tanpa partisifasi kognitif: perasaan memiliki kecerdasannya
sendiri. Bukti ilmiah inilah yang dijadikan yang dijadikan sebagai pendukung
argumentasi Goleman bahwa EQ adalah syarat utama penggunaan IQ secara
efektif (Sunar, 2010 : 40)
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan
mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin
tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia
mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar
seseorang.
Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian
orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Goleman memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ
merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun EQ tidak kalah penting
dari IQ. Bila IQ kita jadikan sebagai satu-satunya kecerdasan yang membuat kita
berhasil, maka hal ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup kita. Mengutip kata
Robert Stenberg seorang ahli dalam bidang successful Intelligences yang
mengatakan: “Bila IQ yang berkuasa, ini karena kita membiarkannya demikian.
Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memilih penguasa yang buruk”
(Ary Ginanjar, 2001 : xl)
Penomena yang peneliti temukan berdasar hasil pengamatan, terdapat
sebagian mahasiswa D III keperawatan yang kurang motivasi dalam hal belajar,
menunda-nunda pekerjaan, acuh dalam hal tugas kelompok, takut bertemu dengan
dosen yang dianggapnya menakutkan, dan yang senang dengan ketidak hadiran
dosen. Terbesit dalam benak peneliti sebuah pertanyaan, “mengapa hal itu bisa
terjadi terhadap sebagian mahasiswa itu?”. Mungkinkah mereka kurang mampu
menggunakan kecerdasan emosinya. Ataukah ada hal lain yang
mempengaruhinya seperti itu.
Maka dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri mahasiswa
sebagai salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilannya, baik itu
dalam kesehariaanya yang dipenuhi rasa optimis untuk belajar, maupun dalam
meraih prestasi akademik dan praktek klinik, maka dalam penyusunan KTI ini
penulis tertarik untuk meneliti :”Gambaran Kecerdasan Emosional Mahasiswa D
III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi ”.
B. Rumusan masalah
Dari uraian di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Gambaran Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
2. Tujuan Khusus
a. Mengdentifikasi kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri sendiri
b. Mengdentifikasi kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri sendiri
c. Mengdentifikasi kemampuan mahasiswa motivasi diri sendiri
d. Mengdentifikasi kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain
(empati)
e. Mengdentifikasi kemampuan mahasiswa untuk membina hubungan
(kerjasama) dengan orang lain
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1. Untuk instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
tentang pentingnya kecerdasan emosional bagi seluruh elemen terkait dalam
instansi pendidikan.
2. Responden
Diharapkan dengan adanya penelitian kecerdasan emosi ini, mahasiswa
mampu menggunakan kecerdasan emosinya dengan sebaik mungkin agar
didapatkan nilai akhir yang memuaskan.
3. Untuk penelitian selanjutnya
sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan
1. Pengertian Kecerdasan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an, yang artinya :
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS Al-Baqarah, ayat 31)”
Sebenarnya kecerdasan sudah ada sejak awal manusia diciptakan, seperti
ayat di atas mengemukakan bahwasannya Allah SWT menciptakan manusia
dengan segala gudang ilmu didalam dirinya. Sunar (2010 : 19) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi
manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. sejumlah
temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang
diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan
keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh
William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang
membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya.
Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu, sebenarnya hingga saat ini para
ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang
komfrehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chalpin (1975)
memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara
itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukakan bahwa menurut teori lama,
kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: (1) kemampuan untuk belajar; (2)
keseluruhan pengetahuan yang di peroleh; dan (3) kemampuan untuk
beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya (Sunar,
2010 : 20).
Agus Efendi (2005 : 81) dalam bukunya Revolusi Kecerdasan Abad 21,
mengemukakan bahwa menurut Howard Gardner, “Kecerdasan adalah
kemampuan utnuk memecahkan atau sesuatu yang bernilai bagi budaya
tertentu”. Sedangkan menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, kecerdasan
terdiri dari: (1) kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan, (2)
kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan,
(3) kemampuan mengkritik diri sendiri
Definisi kecerdasan lain adalah definisi kecerdasan dari Piaget, menurut
William H. calvin, dalam How Brain Think (bagaimana otak berfikir), Piaget
mengatakan, “Intelligence is what you use when you don`t know what to do”.
(Kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang
harus dilakukan). (Agus Efendi, 2005 : 83)
Menurut Agus Efendi (2005 : 85) definisi kecerdasan-kecerdasan di atas
hanya merupakan contoh diantara banyaknya definisi kecerdasan. Para
psikolog terbukti tidak menyepakati definisi kecerdasan tersebut. Bahkan,
menurut Stenberg, berbagai riset menunjukan bahwa budaya yang berbeda
memiliki konsepsi tentang kecerdasan yang berbeda pula. Lebih jauh, saat
menjelaskan definisi kecerdasan dari para ahli (expert definition), seperti telah
dijelaskan di atas-yakni ketika pada tahun 1921, 14 psikolog terkenal diminta
oleh editor the Journal of Educational Psychologi untuk memberikan
pandangan mereka mengenai apa itu kecerdasan. Stenberg mengungkapkan
definisi mereka bahwa kecerdasan adalah: (1) kemapuan untuk belajar dari
pengalaman, (2) kemampuan untuk beradaftasi dengan lingkungan sekitar
(suurounding environment). Dua jenis kemampuan ini merupakan dua tema
yang penting menurutnya, kemampuan utnuk belajar dari pengalaman itu
mengimplikasikan, misalnya, bahwa orang cerdas adalah mereka yang bukan
saja melakukan kesalahan tapi juga mereka yang belajar dari kesalahan dan
tidak melakukannya lagi.
Kesimpulannya, bahwa kecerdasan itu merupakan suatu kemampuan
untuk belajar dari keseluruhan pengetahuan dan kemampuan untuk beradaptsi
dengan cepat dan efektif dengan situasi dan lingkungan yang baru
2. Macam – Macam Kecerdasan
Menurut Agus Efendi (2005 : 5) bahwa manusia adalah makhluk yang
dianugrahi potensi kecerdasan tidak terbatas, berkat otaknya yang banya
seberat satu setengah kilogram, sehingga disebut the 3-pound universe,
meskipun kecerdasan manusia tidak terbatas, namun banyak ahli atau penulis
buku menyebut berbagai jenis kecerdasan. Inilah sederetan kecerdasan
tersebut:
a. Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual)
b. Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk). Menurut Howard Gardner,
kecerdasan ini mencakup, Linguistik Intelligence (Kecerdasan
Berbahasa), Logico-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logis-
Matematis), Visual-Svatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial),
Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik), Musical
Intelligence (Kecerdasan Musik), Interpersonal Intelligence (Kecerdasan
Antarpibadi), Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal), dan
Natural Intelligence (Kecerdasan Natural)
c. Practical Intelligence (Kecerdasan Praktis)
d. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosi)
e. Entrepreneurial Intelligence (Kecerdasan Berwiraswasta)
f. Financial Intelligence (Kecerdasan Finansial)
g. Adversity Qoutient (Kecerdasan Adversitas)
h. Aspiration Intelligence (Kecerdasan Aspirasi)
i. Power Intelligence (Kecerdasan Kekuatan)
j. Imagination Intelligence (Kecerdasan Imajinasi)
k. Intuition Intelligence (Kecerdasan intuitif)
l. Moral Intelligence (Kecerdasan Moral)
m. Spiritual Intelligence (Kecerdasan Spiritual)
n. Succesful Intelligence (Kecerdasan Kesuksesan)
o. DLL
Manusia adalah sekaligus makhluk jasadiah dan ruhaniah. Sebagai
makhluk jasadiah, manusia akan mati. Tidak demikian sebagai makhluk
ruhaniah, seperti ditegaskan oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, dalam filsafat
dan praktek pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas (2003 : 94), walaupun
diciptakan, ruh manusia itu tidak mati dan selalu sadar aka dirinya. Ia adalah
tempat bagi segala sesuatu yang intelijibel dan dilengkapi dengan fakultas
yang memiliki sebutan berlainan dalam keadaan yang berbeda, yaitu ruh
(ruh), jiwa (nafs), hati (qolb), dan intelek (aql). Setiap sebutan ini memiliki 2
makna, yang satu merujuk pada aspek-aspek jasad ataupun kebinatangan yang
satu lagi pada aspek keruhaian. (Agus Efendi, 2005 : 2)
Dalam pembahasan macam-macam kecerdasan ini, peneliti akan
membahas 3 macam kecerdasan, yaitu: (1) Kecerdasan Intelektual “IQ”,
Kecerdasan Emosional “EQ”, dan (3) Kecerdasan Spiritual “SQ”. Mengapa
peneliti hanya membahas ke tiga aspek ini saja. Karena seperti yang telah
dijelaskan Agus Efendi dalam (Wan Mohd Nor Wan Daud, dalam Syed M.
Naquib Al-Attas (2003 : 94)), bahwa manusia teridiri dari aspek ruh, hati;
dalam pembahasan ini ruh dan hati masuk kedalam kategori kecerdan
spiritual, aspek jiwa; dalam pembahasan ini masuk ke dalam kategori
kecerdasan emosional, dan aspek intlektual; masuk pada pembahasan
kecerdasa intelektual. Ketiga aspek kecerdasan ini saling berkaitan antara
kecerdasan satu dengan kecerdasan yang lainnya.
Selanjutnya peneliti akan membahas ke tiga aspek kecerdasan tersebut dan
akan lebih menegaskan pada aspek kecerdasa emosional. Sebagai berikut:
a. IQ (Intelectual Quotient)
memasuki abad ke-20 kita mengenal sebuah istilah popular yang
berkaitan dengan kecerdasan IQ (Intelligence Quotient). sekarang ini
hampir sulit menemukan ada istilah lain selain IQ yang demikian sangat
mempengaruhi seseorang dalam memandang diri mereka sendiri dan
orang lain. Adalah psikolog kebangsaan Prancis, Alfred Binet, yang pada
tahun 1905menyusun suatu test kecerdasan terstandarisasi untuk pertama
kalinya.
Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kemampuan untuk
memecahkan masalah secara logis dan akademis. Kecerdasan intelektual
(IQ) bekait dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal
dan intelektual.
b. EQ (Emotional Quotient)
Penjelasan tentang EQ, akan dijelaskan pada bagian ketiga dari BAB
ini.
c. SQ (Spiritual Quotient)
“Desakan baru yang mendunia untuk mengembangkan kekuatan
kecerdasan spiritual telah datang pada waktu yang tepat karena dunia saat
ini sering tidak salah jika disebut menderita sakit rohaniah.” Begitu kata
Tony Buzan dalam The Power of Spiritual Intelligence (2003: xx1).
ketika menjawab pertanyaa apa sesungguhnya makana kata spirit dan
spiritual. Tony Buzan menjawabnya bahwa konsep keseluruhan tentang
spirit berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Dalam duna
modern, kata itu merujuk ke energi hidup dan kesesuatu dalam diri kita
yang bukan fisik, termasuk emosi dan karakter. ini juga mencakup
kualitas-kualitas vital seperti energy, semangat, keberanian, dan tekad.
kecerdasan spiritual tegas Buzan, terkait dengan cara menumbuhkan dan
mengembangkan kualitas-kualitas tersebut. (Agus Efendi, 2005: 206)
SQ adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang
memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam
dalam memecahkan persoalan. utamanya persoalan yang menyangkut
masalah eksistensial, yaitu saat seseorang pribadi terpuruk, terjebak oleh
kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan
kesedihan (Sunar, 2010 : 249)
Agus Efendi mengutip definisi SQ menurut Zohar dan Marshall (2000:
11) “SQ adalah kecerdasan yang tidak bergantung pada budaya dan nilai;
kecerdasan yang mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun;
kecerdasan yang membuat agama menjadi mungkin tapi tidak bergantung
pada agama; kecerdasan yang bisa menjawab pertanyaan mengenai
makna.”
B. Emosi
1. Pengertian Emosi
Dalam bukunya Revolusi Kecerdasan Abad 21, Agus Efendi (2005 : 171)
Emosi adalah salah satu dari yang oleh para Psikolog disebut dengan trilogi
mental yang terdiri dari kognisi, emosi dan motivasi. Akar kata emosi adalah
movere , kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakan, bergerak”,
ditambah awalan “e-” untuk member arti “bergerak menjauh”, ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak
dalam emosi (1998 : 7).
Dalam buku terkenalnya Emotional Intelligence (1998 : 441), Goleman
mengatakan bahwa dalam makna yang paling harfiah, Oxford English
Dictionary mendefinisikan kata emosi dengan “Setiap kegiatan atau
pegolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap”
Sedangkan menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, dalam bukunya
Excutive EQ (1996 : xii-xiii). Kata emotion bisa didefinisikan dengan gerakan
(movement), baik secara metaforsis maupun literal, kata emotion adalah kata
yang menunjukan gerak perasaan. Dengan begitu menurut mereka, kecerdasan
emosionallah yang lebih memotivasi kita untuk mencari potensi kita sendiri;
untuk mencapai tujuan unik kita; yang mengaktifkan nilai-nilai dan aspirai-
aspirasi kita yang paling dalam dari apa yang kita pikirkan (what whe think
abaout). Menurut mereka, sudah sekian lama emosi dipandang sebagai
kedalaman (depth) dan kekuatan (power). oleh karena itu pula, dalam Bahasa
Latin, kedalaman dan kekuatan itu disebut dengan motus anima yang artinya
“the spirit that move us”, jiwa yang menggerakan kita.
Daniel Goleman sendiri mempunyai daftar emosi yang relative lengkap,
yang oleh Kartajaya dikatakan representatif. Daftar emosi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, kekerasan,
kebencian patologis.
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengsihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, defresi berat.
c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, nyeri, takut sekali, sampai dengan
paling parah fobia dan panik.
d. Kenikmatan : gembira, bahagia, ringan puas, riang, senagn, terhibur,
bangga, kenikmatan indarwi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, hingga yang
eksterm mania.
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f. Terkejut : shok, terkesiap, takjub, terpana.
g. Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah, tidak enak
perasaan.
h. Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, hati hancur lebur,
perasaan sedih atau dosa yang mendalam.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi
itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan
Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar,
tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan.
Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu
membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu
dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi.
Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas,
melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan
(Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-
gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri,
tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu
maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar
menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani
menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah
laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya
.
C. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Orang yang pertama kali menggunakan istilah kecerdasan emosional
adalah Peter Salovey dan John Mayer. Kemudian Danil Golemanlah yang
mengkajinya secara mendalam dari banyak hasil riset mengenainya (Agus
Efendi, 2005 : 164)
Danil Goleman, dalam karyanya Working With Emotional Intelligence
(1995 : 512-514). Mendefinisikan kecerdasan emosional dengan “…
Kemampuan mengenali diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain”. Sedangkan Cooper
dan Sawaf, dalam bukunya Excutive EQ (1977), juga mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai “Kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai
sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan dan pengaruh” (Agus
Efendi, 2005 : 171-172)
Salovey dan Mayer (1997), dalam (Sunar, 2010 : 138) mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai “Kemampuan
untuk memproses informasi emosional, lebih khusus lagi kemampuan untuk
mengenali makna emosi dan hubungan mereka, serta mampu untuk alasan dan
memecahkan masalah atas dasar mereka”.
Sedagkan Hein, dalam (Sunar, 2010 : 138) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai “bisa tahu bagaimana memisahkan perasaan sehat dari
yang tidak sehat dan bagaimana mengubah perasaan negative menjadi
positif”.
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang mengaktifkan nilai-
nilai yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang difikirkan menjadi
sesuatu yang menyentuh rasa. Emosi ini biasanya ada di hati. Hati adalah
sumber energi, keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati itu
juga sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar,
menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani. Hati nurani akan menjadi
pembimbing terhadap sesuatu yang harus ditempuh dan sesuatu yang
diperbuat. Artinya manusia sebenarnya telah memiliki sebuah radar hati
sebagai pembimbingnya (Ary Ginanjar, 2001 : xliii)
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 :
50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik
yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum
kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,
matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal.
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar
pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi
mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu
dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan
yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah
kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu
pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk
menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52).
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar
pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi
dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.”
Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan
diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan
kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta
memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53).
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey
(Goleman, 200 : 57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan
emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah
kemampuan mahasiswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
2. Komponen Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan
kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan
emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi
lima kemampuan utama, yaitu :
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini
merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64)
kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran
tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah
larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang
belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu
prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan
mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan
yang menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan
motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan
diri (Goleman, 2002: 100)
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali
orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang
orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul,
dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi
menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi
(Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang
lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka
pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri,
maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan
orang lain.
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang
lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini
akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena
mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini
populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan
karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah
tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk
positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.
Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-
komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional
sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua
sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor
fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat
terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan
emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan,
kemampuan berfikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal.
Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan
emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1) Stimulus itu sendiri,
kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa
distorsi dan 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi
proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi
merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan (Yuli`s Blog, 2009)
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah
Steven Hein (dalam www.EQI.org, 2002) membedakan individu dengan
kecerdasan emosional tinggi dan rendah. Ia juga mengkarakteristikkan
orang yang memiliki Emotional Intelligence tinggi dan rendah atas cirri
yang khas, yaitu :
a. Ciri-ciri individu dengan tingkat Emotional Intelligence yang tinggi :
1) Mampu untuk melabelkan perasaannya daripada melabelkan
perasaan orang lain ataupun situasi.
2) Mampu membedakan mana yang pikiran dan mana yang merupakan
rasa.
3) Bertanggung jawab terhadap rasa.
4) Menggunakan rasa mereka untuk membantu dalam membuat suatu
keputusan.
5) Respek terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain.
6) Bersemangat dan tidak mudah marah.
7) Mengakui rasa orang lain.
8) Berupaya untuk memperoleh nilai-nilai positif dari emosi yang
negative.
9) Tidak bertindak otoriter, menggurui ataupun memerintah
b. Ciri-ciri individu dengan tingkat Emotional Intelligence yang rendah :
1) Tidak berani bertanggung jawab terhadap rasa yang dimiliki, tetapi
lebih menyalahkan orang lain terhadap hal yang terjadi pada
dirinya.
2) Berlebihan ataupun menekan rasa yang dimilikinya.
3) Cenderung menyerang, menyalahkan, menilai orang lain.
4) Merasa tidak nyaman apabila berada disekitar orang lain.
5) Kurang memiliki rasa empati.
6) Cenderung kaku, kurang fleksibel, cenderung membutuhkan suatu
aturan yang sistematis agar merasa nyaman.
7) Menghindari tanggung jawabnya dengan menyatakan tidak ada
pilihan lain.
8) Pesimistis dan cenderung menganggap dirinya ini adil.
9) Sering merasa kurang dihargai, kecewa, hambar atau merasa jadi
korban.
5. Hubungan Otak Emosional dengan Prestasi
Menurut Agus Efendi (2005: 183), kecerdasan emosional adalah
kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti
dikatakan Goleman, kita tidak boleh melupakan peran motivasi positif dalam
mencapai prestasi. Motivasi positif itu berupa kumpulan perasaan antusiasme,
gairah dan keyakinan diri. Kesimpulan in ditunjukan oleh hasil berbagai studi
terhadap para atlet Olimpiade, musikus kelas dunia, dan para grand master
catur yang menunjukan adanya cirri yang serupa pada mereka. Cirri serupa itu
berupa kemampuan memotivasi diri untuk tak henti-hentinya berlatih secara
rutin.
Keuntungan tambahan atas sukses dalam kehidupan yang didorong oleh
motivasi, selain karena kemampuan bawaan lainnya, dapat dilihat pada unjuk
kerja yang menakjubkan oleh mahasiswa-mahasiswa Asia yang belajar
disekolah-sekolah Amerika serta diberbagai bidang pekerjaan. “… kita
termotivasi oleh perasaan antusiasme dan kepuasan pada apa yang kita
kerjakan. Atau, bahkan kadar optimal kecemasan emosi-emosi itulah yang
mendorong kita untuk berprestasi. Dalam arti inilah kecerdasa emosional
merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam
mempengaruhi semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun
menghambat kemampuan-kemampuan itu,” tulis Goleman (1998: 112).
D. Pengertian Mahasiswa
Menurut Susantoro (Rahmawati, 2006) mahasiswa merupakan kalangan muda
yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut
mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa
juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik
dan rasional. Kenniston (Rahmawati, 2006) mengatakan bahwa mahasiswa
(youth) adalah suatu periode yang disebut dengan “studenthood” yang terjadi
hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum
masuk ke dalam dunia kerja yang menetap. Berbeda dengan pendapat yang telah
dikemukakan oleh dua ahli tersebut di atas, Visi Pelayanan Mahasiswa
menyebutkan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang mempersiapkan
diri dalam keahlian tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi.
Mahasiswa mempunyai peran penting sebagai agen perubahan (agent of
change) bagi tatanan kehidupan yang secara realistis dan logis diterima oleh
masyarakat (Chaerul, 2002). Sejalan dengan pendapat Chaerul, Kartono
(Rahmawati, 2006) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggota
masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain:
1) Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi
sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.
2) Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin
masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
3) Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi
proses modernisasi.
4) Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkualitas dan profesional.
Ditinjau dari kepribadian individu mahasiswa merupakan suatu kelompok
individu yang mengalami proses menjadi orang dewasa yang dipersiapkan atau
mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan keahlian tertentu.
E. Kerangka Teori Penelitian
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian. (Notoatmodjo, 2010: 83)
kerangka teori dalam penelitian ini yaitu :
Bagan 2.1Kerangka teori penelitian
Kecerdasan Emosional, yang terdiri dari:
mengenali emosi diri mengelola emosi diri memotivasi diri sendiri mengenal emosi orang
lain (empati) membina hubungan
dengan orang lain
Macam-macam kecerdasan
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Spiritual
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskkriptif. Metode
penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif dengan
menggambarkan kecerdasan emosional mahasiswa D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah kota Sukabumi.
( Notoadmodjo, 2005 : 138)
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu. (notoatmodjo, 2010 : 103)
Dalam penelitian deskrptif ini variabelnya adalah gambaran kecerdasan
emosional Mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota
Sukabumi, yang terdiri dari sub variabel, yaitu:
a. kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri
b. mengelola emosi diri sendiri
c. memotivasi diri sendiri
d. mengenali emosi orang lain (empati)
e. kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentsang batasan variabel yang
dimaksud, atau apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
(Notoatmodjo, 2010 : 112)
Tabel 3.1Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Gambaran
Kecerdasan
Emosional
Mahasiswa
D III
Keperawatan
Universitas
Muhammadiyah
Kota Sukabumi
Teridentifikasi tingkat
kecerdasan emosional
Mahasiswa
D III Keperawatan
Universitas
Muhammadiyah Kota
Sukabumi, yang meliputi:
a. kemampuan untuk
mengenali emosi diri
b. mengelola emosi diri
c. memotivasi diri sendiri
d. mengenali emosi orang
lain (empati)
Kuesio
ner
1. Kategori
Tinggi
(Skor 76-
100)
2. Kategori
Sedang
(51-75)
3. Kategori
Rendah
(25-50)
Likert
e. kemampuan untuk
membina hubungan
(kerjasama) dengan
orang lain
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi, yang berjumlah 102 orang.
2. Sampel
Jumlah sampel yang diambil adalah 91 orang, dengan menggunakan
teknik total sampling.
C. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Prosedur Penelitian
1. Tehnik Pengumpulan data
Mahasiswa yang dapat peneliti ambil dari 102 responden hanya terdapat
91 responden, hal ini dikarenakan mahasiswa saat itu tidak masuk kelas, ada
yang dikarenakan sakit dan ada juga yang ijin tidak masuk. Tekhnik
pengumpulan data yaitu dengan cara peneliti mendatangi mahasiswa yang
sedang berkumpul dalam kelas, kemudian menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian, setelah mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden maka
selanjutnya responden diminta untuk mengisi angket dengan cara
memberikan cheklist (√) dengan menggunakan balpoint pada bagian dari
kontinium yang menggambarkan tanggapan terhadap objek, kemudian
diperoleh nilai atau skor yang menunjukan tanggapan responden tentang
sifat dari objek yang disajikan.
2. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa, variabel dan
subvariabel di kaji menggunakan instrumen penelitian berupa angket yaitu
daftar pernyataan yang menggali isi dari variabel dan subvariabel. Beberapa
indikator dari kecerdasan emosional dibuat pernyataan sebanyak 25 soal
dengan menggunakan skala likert.
Dalam angket atau kuesioner ini terdapat daftar pernyataan yang
tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan
tanda (√) terhadap alternatif jawaban. Instrumen penelitian akan
menggunakan kuisioner tertutup, hanya dengan menjawab pertanyaan
dengan memilih jawaban yang telah disediakan.
3. Prosedur/ Tahap Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010 : 75) proses penelitian itu pada garis
besarnya terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan (prencanaan), atau menyusun proposal penelitian
Pada tahap persiapan ini peneliti merumuskan masalah, studi
pendahuluan, studi kepustakaan, menentukan judul, menyusun
instrument penelitian, mengajukan sidang proposal.
b. Tahap pelaksanaan penelitian, atau pengumpulan data
Selanjutnya peneliti mengumpulkan data dari mahasiswa dengan
cara menyebarkan angket/kuesioner.
c. Tahap pengolahan dan analisa data, atau mengolah data menganilisis
hasil penelitian
Dan setelah data terkumpul, peneliti mengolah dan menganalisis
data dengan cara tabulasi data, selanjutnya memilih karakteristik hasil
tabulasi, kemudian memprosentasekannya.
d. Tahap penulisan hasil penelitian, atau laporan hasil penelitian.
Kemudian pada tahap akhir, peneliti menyusun laporan dari hasil
penelitian, membahas hasil penelitian, menyimpulkan dan
memberikan saran-saran.
D. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010 : 176) apabila data yang diolah kualitasnya
jelek, maka hasilnya juga jelek. Oleh sebab itu, untuk mencegah hal ini maka
diperlukan tahap-tahap proses pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.
Biasanya dalampemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku (Code Book) untuk memudahkan kembali melihat likasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel.
c. Scoring
Pernyataan diberikan skor atau nilai jawaban masing-masing sesuai
dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut :
1. seringkali : nilai 4
2. jarang : nilai 3
3. kadang-kadang : nilai 2
4. tidak pernah : nilai 1
d. Data Entry/Processing
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
e. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
f. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dianalisis, apabila penelitiannya deskriptif, maka akan
menggunakan statistik deskriptif.
2. Analisa Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data numerik yang
mencakup variabel dengan skala pengukuran interval. Data yang diperoleh
diurut dan dari skor terendah sampai tertinggi, adapun nilai yang diperoleh
berdasarkan jawaban responden nilai yang terendah adalah 25 dan nilai
tertinggi adalah 100, setelah itu dibuat table data distribusi frekuensi dengan
cara:
a. Menentukan rentang (data terbesar dikurangi data terkecil)
b. Menentukan banyak kelas interval yang diperlukan
c. Memilih ujung kelas interval pertama
d. Menentukan kelas median
e. Menentukan batas bawah kelas median
Dengan menggunakan langkah tersebut, maka diperoleh tiga kategori
tingkat kecerdasan emosional, yaitu:
a. Berdasarkan tujuan umum
1) Tinggi jika nilai : 76-100
2) Sedang jika nilai : 51-75
3) Rendah jika nilai : 25-50
b. Berdasarkan tujuan khusus
1) Mengenali emosi diri sendiri
a) Tinggi jika nilai : 25-32
b) Sedang jika nilai : 17-24
c) Rendah jika nilai : 8-16
2) Mengelola emosi diri sendiri
a) Tinggi jika nilai : 19-24
b) Sedang jika nilai : 13-18
c) Rendah jika nilai : 6-12
3) Memotivasi diri sendiri
a) Tinggi jika nilai : 10-12
b) Sedang jika nilai : 7-9
c) Rendah jika nilai : 3-6
4) Mengenali emosi orang lain
a) Tinggi jika nilai : 13-16
b) Sedang jika nilai : 9-12
c) Rendah jika nilai : 4-8
5) Membina hubungan/kerjasama dengan orang lain
a) Tinggi jika nilai : 13-16
b) Sedang jika nilai : 9-12
c) Rendah jika nilai : 4-8
Kemudian hasil dari data itu dianalisis menggunakan analisis univariate
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan distribusi responden berdasarkan
hasil akhir scoring, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = Jumlah prosentase
F = Frekuensi responden dari hasil akhir scoring
N = Jumlah responden
(Arikunto, 2006)
Selanjutnya data ditabulasikan ke dalam tabel dan diprosentasikan.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di program studi D3 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kota Sukabumi
P = F/N x 100%
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 27-29 September 2001,
pada pukul 08.00, 09.30 dan 12.30, sampai dengan selesai.
F. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010 : 202, dalam Milton 1999) ada 4 prinsip dasar
dan kaidah etika penelitian, yaitu :
1. Menghormati martabat
Peneliti menghormati hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan keterbukaan
Prinsip keterbukaan dan adil harus dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti memperhitungkan manfaat penelitian semaksimal mungkin, dan
peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang gambaran kecerdasan emosional mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi terhadap 91
responden, yang dilaksanakan mulai tanggal 27 sampai dengan 29 September di
kampus Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Diperoleh hasil dan akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tujuan Umum
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Mahasiswa D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
KRITERIA FREKUENS PROSENTASE
TINGGI 61 67
SEDANG 30 33
RENDAH 0 0
JUMLAH 91 100
Dari table 4.1 di atas diketahui bahwa distribusi frekuensi kecerdasan
emosional mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah kota
Sukabumi dari 91 responden, didapatkan (67%) memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi, dan (33%) memiliki kecerdasan emosional sedang, sedangkan
(0%) memiliki kecerdasan emosional yang rendah.
2. Berdasarkan Tujuan Khusus
a. Gambaran kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri sendiri
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa
Mengenali Emosi Diri Sendiri
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
TINGGI 46 51
SEDANG 44 48
RENDAH 1 1
JUMLAH 91 100
Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri sendiri yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu 51%.
b. Gambaran kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri sendiri
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa
Mengelola Emosi Diri Sendiri
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
TINGGI 44 48
SEDANG 44 48
RENDAH 3 4
JUMLAH 91 100
Prosentase kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri sendiri yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi dan sedang yaitu 48%.
c. Gambaran kemampuan mahasiswa memotivasi diri sendiri
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa
Memotivasi Diri Sendiri
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
TINGGI 54 59
SEDANG 33 36
RENDAH 4 5
JUMLAH 91 100
Prosentase kemampuan mahasiswa memotivasi diri sendiri yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu 59%.
d. Gambaran kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa
Mengenali Emosi Orang Lain
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
TINGGI 54 59SEDANG 28 31RENDAH 9 10JUMLAH 91 100
Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu 59%.
e. Gambaran kemampuan mahasiswa menjalin hubungan/kerjasama dengan
orang lain
Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Kemampuan Mahasiswa
Menjalin Hubungan/Kerjasama dengan Orang Lain
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
TINGGI 74 81
SEDANG 17 19
RENDAH 0 0
JUMLAH 91 100
Prosentase kemampuan mahasiswa menjalin hubungan/kerjasama
dengan orang lain yang paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu
81%.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti mengidentifikasi masalah berdasarkan tujuan
dari penelitian, yaitu tujuan umum dan khusus.
Berdasarkan tujuan umum tentang gambaran kecerdasan emosional
mahasiswa D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah kota Sukabumi pada
hasil penelitian, ternyata (67%) memiliki kecerdasan emosional tinggi, dan
(33%) memiliki kecerdasan emosional sedang, dan tidak seorangpun dari
responden (0%) yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah.
Hal ini menggambarkan bahwa hampir seluruhnya dari mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi, memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi dan tidak ada yang memiliki kecerdasan emosional
rendah. Ini dibuktikan dengan, hampir dari seluruh mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi mengikuti semua
kegiatan perkuliahan. Hampir semuanya tidak ada yang mengulang pelajaran
tahun depan, walaupun ada satu sampai lima orang yang mengulang pelajaran
tahun depan. Dan hal ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional baik/tinggi
akan membantu kecerdasan intelektual, untuk memperoleh nilai-nilai akhir yang
baik.
Seperti LeDoux mengemukakan, bahwa lebih jauh lagi system emosi
ternyata dapat bekerja sendiri tanpa partisifasi kognitif: perasaan memiliki
kecerdasannya sendiri. Bukti ilmiah inilah yang dijadikan yang dijadikan sebagai
pendukung argumentasi Goleman bahwa EQ adalah syarat utama penggunaan IQ
secara efektif (Sunar, 2010 : 40). Jadi jika kecerdasan emosional sudah
digunakan dengan baik (hasil ukur tinggi), kecerdasan intelektual akan beguna
dengan baik dan efektif untuk memperoleh nilai-nilai akademik dengan baik.
Berdasarkan tujuan khusus akan diuraikan sebagai berikut:
1. Kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri sendiri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan
dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran
diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri
(Goleman, 2002 : 64).
Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri yang paling
tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (51%), mahasiswa ini mampu
mengenali emosi diri sendiri dengan baik, yang kedua adalah dengan kategori
sedang yaitu (48%), mahasiswa ini kurang mampu mengenali emosi diri
sendiri, dan yang terakhir adalah dengan kategori rendah yaitu (1%),
mahasiswa ini tidak mampu mengenali emosi diri sendiri.
2. Kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri sendiri
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan,
yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan
kita (Goleman, 2002 : 77-78).
Prosentase kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri sendiri yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (48%), mahasiswa ini
mampu mengelola emosi diri sendiri dengan baik, yang kedua adalah dengan
kategori sedang yaitu (48%), mahasiswa ini kurang mampu mengelola emosi
diri sendiri, dan yang terakhir adalah dengan kategori rendah yaitu (4%),
mahasiswa ini tidak mampu mengelola emosi diri sendiri.
3. Kemampuan mahasiswa memotivasi diri sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan
motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri
(Goleman, 2002: 100)
Prosentase kemampuan mahasiswa memotivsi diri sendiri yang paling
tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (59%), mahasiswa ini mampu
memotivasi diri sendiri dengan baik, yang kedua adalah dengan kategori
sedang yaitu (36%), mahasiswa ini kurang mampu memotivasi diri sendiri,
dan yang terakhir adalah dengan kategori rendah yaitu (5%), mahasiswa ini
tidak mampu memotivasi diri sendiri.
4. Kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang
lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (59%), mahasiswa ini
mampu mengenali emosi orang lain dengan baik, yang kedua adalah dengan
kategori sedang yaitu (31%), mahasiswa ini kurang mampu mengenali emosi
orang lain, dan yang terakhir adalah dengan kategori rendah yaitu (10%),
mahasiswa ini tidak mampu mengenali emosi orang lain.
5. Kemampuan mahasiswa membina hubungan/kerjasama dengan orang lain
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan
antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.
Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga
memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Prosentase kemampuan mahasiswa membina hubungan/kerjasama
dengan orang lain yang paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu
(81%), mahasiswa ini mampu membina hubungan/kerjasama dengan orang
lain dengan baik, yang kedua adalah dengan kategori sedang yaitu (19%),
mahasiswa ini kurang mampu membina hubungan/kerjasama dengan orang
lain, dan yang terakhir adalah dengan kategori rendah yaitu (0%),
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari hasil pembahasan tentang
gambaran kecerdasan emosional mahasiswa D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kota Sukabumi terhadap 91 responden, adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan tujuan umum
Bahwa sebagian besar dari responden, yaitu 67% dari mahasiswa memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
2. Berdasarkan tujuan khusus
a. Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi diri yang paling
tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (51%)
b. Prosentase kemampuan mahasiswa mengelola emosi diri yang paling
tertinggi adalah dengan kategori tinggi dan sedang yaitu (48%)
c. Prosentase kemampuan mahasiswa memotivasi diri yang paling tertinggi
adalah dengan kategori tinggi yaitu (59%)
d. Prosentase kemampuan mahasiswa mengenali emosi orang lain yang
paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (59%)
e. Prosentase kemampuan mahasiswa membina hubungan/kerjasama dengan
orang lain yang paling tertinggi adalah dengan kategori tinggi yaitu (81%)
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Berupayalah terus dalam meggunakan kecerdasan emosi kalian dengan
sebaik mungkin agar ilmu yang kalian peroleh dapat bermanfaat dan kalian
menjadi manusia yang sabar juga menjadi manusia yang berhasil dalam
segala hal yang baik. Dan teruslah motivasi diri kalian untuk mendapatkan
apa yang kalian cita-citakan.
2. Untuk Institusi
Harapan dan saran peneliti untuk institusi, agar terus meningkatkan
kualitas-kualitas kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa D III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Semua kecerdasan
(IQ, EQ dan SQ) antara satu dengan yang lainnya berkesinambungan.
3. Untuk Peneliti Lanjutan
Untuk penelitian lanjutan yang memiliki kaitan tentang kecerdasan,
maka perlu untuk meneliti tentang:
a. Gambaran motivasi belajar
b. Gambaran factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap nilai akhir akademik
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dhafir, M.Pd, H. Drs. Syarqawi. 2007. Pedoman Penulisan Paper Niha`ie. Sumenep, Madura: Al-Amien Printing
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta (Anggota IKAPI)
Goleman, D. 2002. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Kecerdasan Emosional. http://nadhirin.blogspot.com. Diakses Tanggal 30 Juni 2009
Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman. Yuli`s Blog.com. Diakses tanggal 19 Oktober 2009
Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pengertian Mahasiswa. Sutisna.Com.htm. Diakses Tanggal 09 November 2010
Psikologi Malang. http://psychologyclub.web.id. Diakses Tanggal 05 Desember 2009
Sunar P, Dwi. 2010. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ dan SQ. Jogjakarta: FlashBooks
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Maryana Agus Suherlan
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 5 Agustus 1988
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Kawin
Alamat : Kp. Ciseupan Rt 10/ Rw 04 Desa Karangjaya
Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten
Sukabumi
Email : [email protected]
No Hp : 087720565710
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Ciseupan : 1995-2001
2. MTS dan MA Ponpes Al-Amien Prenduan : 2001-2007
3. Program Studi DIII Keperawatan : 2008-2011
Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI)
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
VARIABEL INDIKATOR DESKRIPTOR NOMO
R ITEM
Kecerdasan Emosional
3. kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri
4. mengelola emosi diri
5. motivasi diri sendiri
1. a. Mampu mengenali emosi diri sendiri:a.1. maraha.2. bencia.3. sediha.4. bahagiaa.5. cintaa.6. malasa.7. semangatb. mampu mengenali tanda dari gejala emosi
1,2,3,4,5,6,7,8
6. mengenali emosi orang lain (empati)
7. kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama)
2. a. mampu menghibur diri sendiri b. mampu melepaskan kecemasand. mudah melepaskan rasa marah atau
kecewae. mampu memahami akibat emosi
terhadap orang lainf. mampu menenangkan diri sendiri
ketika emosig. mampu memaafkan kesalahan orang
lain
9,10,11,12,13,14
3. a. mampu memacu semngat belajard. berusaha meyakinkan diri untuk
meraih yang terbaik walau dalam keadaan sulit
e. selalu optimis dalam menghadapi kesulitan
15,16,17
4. a. mampu merasakan dan memahami perasaan orang lain
a.1. sedih a.2. bahagia a.3. marahb. mengetahui bagaimana cara menolong
teman yang mengalami permasalahan
18,19,20,21
5. a. selalu membina hubungan baik dengan orang lain
b. selalu bekerja sama dengan orang lain
c. menjalin pertemanan
d. bersosialisasi
22,23,24,25
ANGKET PENELITIAN KECERDASAN EMOSIONALMAHASISWA D III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KOTA SUKABUMI
Petunjuk Pengisian:1. Beri tanda checklist dengan menggunakan balpoint pada kolom jawaban yang
tersedia.contoh:
NOMOR PERNYATAAN VARIABELSK JR KD TP
1 Pernyatan nomor 1
SK : Sering kaliJR : JarangKD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
2. Isilah angket ini dengan jujur, sesuai dengan apa yang ada rasakan3. jawaban anda akan sangat menentukan hasil dari penelitian yang dilakukan4. beri tanda tangan pada tempat yang disediakan setelah anda isi seluruh jawaban
No Pernyataan-pernyataan SK JR KD TP1 Saya menyadari kalau saya sedang marah2 Saya menyadari kalau saya sedang benci terhadap
seseorang3 Saya menyadari kalau saya sedang sedih4 Saya menyadari kalau saya sedang bahagia5 Saya menyadari kalau saya sedang jatuh cinta terhadap
seseorang6 Saya menyadari kalau saya sedang malas belajar7 Saya menyadari kalau saya sedang semangat belajar8 Saya mampu mengenali tanda dari gejala
fisiologis yang berbeda dengan suasana emosi yang berbeda pula (misal: waktu marah jantung berdetak kencang, waktu jatuh cinta raut muka berseri-seri)
9 Saya mampu menghibur diri sendiri meski dalam keadaan sulit
10 Saya tidak cemas dalam menghadapi ujian 11 Saya mudah melepaskan
diri dari perasaan sedih,atau marah yang berlarut-larut
12 Saya mampu memahamiakibat dari perilaku saya sendiri terhadap orang lain (missal : kalau saya baik, orang lain merasakan kebaikan saya)
13 Saya mampu menenangkandiri saya sendiri dengan baik ketika dalam keadaan emosi-emosi negative (misal marah, benci, kecewa, dll)
14 Saya mudah memaafkan kesalahan orang lain15 Saya mampu memacu semangat belajar meski saya
sedang mengalami (penuh) masalah16 Saya selalu meyakinkan diri saya
untuk meraih cita-cita meski banyak kesulitan yang saya hadapi
17 Dalam menghadapi kesulitansaya senantiasa bersikap optimis
18 Saya bisa merasakan dan memahami kalau teman saya sedang bersedih
19 Saya bisa merasakan kalau teman saya sedang bahagia20 Saya bisa merasakan dan memahami kalau teman saya
sedang marah21 Saya tahu bagaimana caranya menolong seorang
teman yang sedang mengalami permasalahan22 Saya membina hubungan baik dengan orang lain23 Saya bekerja sama dengan orang lain atau teman
dalam hal-hal yang baik (missal: tugas kelompok, acara kelompok)
24 Saya mengutamakan persahabatan daripada permusuhan25 Saya merasa bahagia ketika saya berbaur atau
bersosialisasi dengan orang lain
Nomor : 1059/F.Kep/D/2011 Sukabumi, 4 Agustus 2011Lampiran : 1 (satu)Perihal : Permohonan pen gambilan data
Kepada Yth.Ka. Biro Administrasic/q Ka. Bag. KemahasiswaanDi tempat
Puja dan puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Hidayah
dan Inayah-Nya kita masih di beri kesehatan jasmani dan rohani.
Sesuai dengan kalender akademik tahun ajaran 2010/2011 kami Program studi
DIII Keperawatan akan melaksanakan pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Dalam
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah tersebut mahasiswa akan melakukan observasi kasus
dan pengambilan data primer maupun sekunder.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka kami memohon bantuan Bapak
untuk mengizinkan mahasiawa/i kami dalam menindak lanjuti Program kegiatan
tersebut. Nama mahasiswa Terlampir.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tembusan : 1. Ka. Prodi DIII Keperawatan 2. Arsip
Lampiran
NOKELOMPOK
MATA KULIAHNAMA
MAHASISWARUANG/TEMPAT
JUDUL
1
2
KEPERAWATAN JIWA
KEPERAWATAN JIWA
Nira Dwi Afriannisa(FOA0801041)
Maryana Agus Suherlan
Prodi DIII Keperawatan UMMI
Prodi DIII Keperawatan
Gambaran Umum Mekanisme Koping Mahasiswa Dalam Menghadapi Proses Belajar Mengajar di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
Gambaran Kecerdasan Mahasiswa DIII
Ria Andriani, M .K e p Nunun Fitria Z , S .Kp
3 KEPERAWATAN JIWA
(FOA0801011)
Ridhola (FOA0801016)
UMMI
Prodi DIII Keperawatan UMMI
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
Gambaran Umum Mekanisme Koping Mahasiswa Dalam Melakasanakan Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jalan R. Syamsudin, SH. No. 50 Sukabumi
Telepon : (0266) 218342, 218345 Fax : 218342
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah in:
Nama :
Kelas :
Ria Andriani, M .K e p
Umur :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan yang cukup dari peneliti tentang:
“GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA D III
KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTA SUKABUMI”
Dengan suka rela, saya bersedia menjadi responden untuk penelitian di atas.
Sukabumi, Oktober 2011Responden
………………………………
SCHEDUL TIME BIMBINGAN KTITAHUN 2011
Nama Pembimbing : Cuciati, S.Kep.NersNama Mahasiswa : Maryana Agus Suherlan
NO Nama
Juli Agustus September
Minggu
III
Minggu
IV
Minggu
I
Minggu
II
Minggu
III
Minggu
IV
Minggu
I
Minggu
II
Minggu
III
1 Konsul Judul
2 Konsul Bab I,II
3 Studi Pendahuluan
4 Konsul Bab III
5 Konsul Kisi Instrumen
6 Acc Seminar Proposal
7 Pengajuan seminar
8 Seminar Proposal
9 Revisi Hasil Seminar
No Nama
September Oktober Nopember Desember
Mingu
IV
Minggu
I
Minggu
II
Minggu
III
Minggu
IV
Minggu
II
Minggu
III
Minggu
II
Minggu
III
10 Penelitian/pengumpulan
data dan Tabulasi data
11 Konsul Bab IV dan V
12 Pengajuan Sidang
13 Sidang KTI
14 Revisi Hasil sidang
15 Uji komperhensif
16 Pembekalan Wisuda
17 Wisuda
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KTITAHUN 2011
Nama Pembimbing : Ibu Cuciati, S.Kep, Ners Nama Mahasiswa : Maryana Agus Suherlan
No Tanggal Materi yang dikonsulkan Saran pembimbing Ttd pembimbing1 22-07-2011 Judul
Latar belakang Judul satu spasi jaraknya Penomena harus mendukung latar belakang
2 13-08-2011 BAB I BAB II
BAB I: Manfaat penelitian dibuat berdasar keperluan
BAB II: Perhatikan penulisan dan penomoran, dan spasi
3 16-08-2011 BAB I BAB II BAB III Kuesioner
BAB I dan BAB II: ACC BAB III: Populasi dan sampel diperbaharui kembali Kuesioner: Perhatikan dan gunakan bahasa yang
mudah dimengerti
4 19-09-2011 BAB III Kesioner
BAB III: ACC Kesioner: ACC
5 20-09-2011 Power point Power point maksimal 15 slide Masukan poin-poin yang penting saja
6 22-09-2011 Power point ACC
7 23-09-2011 Seminar proposal Penemona dispesifikan ke-kecerdasan emosional bukan pengetahuan kecerdasan emosional
Penulisan daftar pustaka 1 spasi dan 1,5 spasi Bisa lanjut ke penelitian
8 03-10-2011 BAB IV BAB V
BAB IV: Pembahasan dibandingkan dengan teori BAB V: Kesimpulan tidak meng-copy dari
pembahasan
9 11-10-2011 BAB IV BAB V
Pembahasan tidak berbelit-belit, hindari pengulangan kata yang sama
10 21-10-2011 BAB IV BAB V
BAB IV dan BAB V: ACC
11 22-10-2011 Power point Pembahasan jangan terlalu banyak ACC Sidang