flavonoid skripsi.pdf

Upload: echin-nusaly

Post on 07-Aug-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    1/183

    SKRIPSI

    IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN

    INDIGENOUS JAWA BARAT

    Oleh :

    HARDIANZAH RAHMAT

    F24104043

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    2/183

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN

    INDIGENOUS JAWA BARAT

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar 

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

     pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor 

    Oleh :

    HARDIANZAH RAHMAT

    F24104043

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    3/183

    Hardianzah Rahmat. F24104043. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran

     Indigenous Jawa Barat. Di bawah bimbingan Nuri Andarwulan

    RINGKASAN

    Indonesia memiliki tanaman lokal yang sangat berlimpah. Tanaman lokal di

    Indonesia banyak yang belum terjamah dan termanfaatkan untuk dikonsumsisebagai bahan pangan yang kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dan

    kesehatan. Jenis sayuran lokal tersebutlah yang dikenal dengan nama sayuran

    indigenous. Salah satu daerah di Indonesia yang merupakan penghasil sayuran

    indigenous yang cukup berperan adalah daerah Jawa Barat. Komponen fenolik 

    dalam bahan pangan memiliki peran yang sangat baik salah satunya adalah sebagai

    antioksidan. Sayur-sayuran banyak mengandung senyawa fenolik yang berupa

    flavonoid. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa flavonoid

    dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik. Oleh

    karena itu, pemanfaatan sayuran indigenous sebagai sumber flavonoid akan dapatmeningkatkan nilai tambah tanaman-tanaman tersebut. Sejarah membuktikan

     bahwa leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran indigenous karena sudah

    mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan pengetahuan secara turun temurun.

    Perkembangan budaya dan teknologi menyebabkan perkembangan sayuran

    indegenous  menjadi terdesak, maka potensi sayuran ini harus digali dan dikajikembali untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik dalam meningkatkan nutrisi

     bagi yang mengkonsumsinya.P liti i i b t j t k d t k i d t h i k d

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    4/183

    terbanyak ada pada pucuk mete (573.07 mg) dan yang paling sedikit mengandung

    quarcetin adalah terubuk yaitu 3.77 mg. Senyawa myricetin hanya ditemukan padasayuran kucai (16.23 mg), takokak (21.29 mg), daun labu siam (69.39 mg), pucuk 

    mete (37.85 mg), dan antanan beurit (10.46 mg). Senyawa luteolin hanyaditemukan pada sayuran daun kelor dan jumlahnya pun sangat sedikit, sedangkan

    apigenin hanya ditemukan pada daun kacang panjang (114.81mg), daunmangkokan putih (45.47 mg), dan bunga papaya (101.11 mg). senyawa kaempferol

    ditemukan hampir di semua sampel sayuran kecuali takokak dan terubuk.Kaempferol terbesar ditemukan pada bunga turi (189.05 mg) dan terendah pada

    daun pakis (18.63 mg). Total flavonol dan flavone terbesar terdapat pada pucuk 

    daun mete (656.20 mg) dan total fenol tertinggi juga pada pucuk daun mete

    (2809.53 mg). Nilai-nilai tersebut dihitung berdasarkan 100 gram berat kering.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    5/183

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Penulis dilahirkan di Tadang Palie pada tanggal 13 Januari

    1987 dan memiliki nama lengkap Hardianzah Rahmat. Penulis

    merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan

    Bapak Rahimi dan Ibu Rahmatang. Penulis menempuh

     pendidikannya di TK Lamellong Kajaolaliddong, SDN 209

    Wollangi, Madrasah Tsanawiyah Pesantren Ma’had Hadits

    Biru Bone, dan SMUN 2 Watampone. Melalui jalur masuk USMI, penulis

    melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana pada Program Studi Ilmu dan Teknologi

    Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,

    Institut Pertanian Bogor.

    Selama melakukan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

     penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan Organisasi. Penulis pernah menjadi

     pengurus Himitepa (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan) divisi

     profesi dan internal periode 2005-2006. Selain itu penulis aktif pada beberapa

    kegiatan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    6/183

    KATA PENGANTAR 

    Segala puji dan syukur penulis ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang

    telah memberikan berkat, anugerah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama mengerjakan tugas akhir ini, walaupun

     banyak kesulitan yang penulis harus hadapi, namun berkat bantuan dan dorongan

    dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk 

    itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan

    setinggi-tingginya kepada :

    1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi. Selaku dosen pembimbing akademik dan

    sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan

    memberikan dukungan, bimbingan, saran serta arahan selama penelitian dan

     penulisan skripsi ini.

    2. Ir. Elvira Syamsir, MSi selaku dosen penguji. Terima kasih telah meluangkan

    waktunya dan memberikan masukan berupa saran dan pemikiran yang sangat

     berharga untuk menyempurnakan skripsi ini.

    3 D E d P di ti MSi l k d ji T i k ih t l h

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    7/183

    (meskipun terkadang saling mendoakan dalam keburukan. Hehe.. tapi salut atas

    semuanya). Remember Especto patronum.

    9. Rekan-rekan penelitian di Southeast Asia Food and Agricultural Science and 

    Technology Center  (SEAFAST Center) IPB : Sofiyan, Netha, Sukma, Mas Rai,

    Mba Reno, Mas Ayusta, Mba Puspa, Mas Aziz, Mba Anggi atas bantuan,

    kebersamaan, canda tawa, dan dukungan selama penelitian.

    10. 41 Futsal Team : Anto (strong defender) yang mahal senyum saat mencetak gol,

    Aris (goalkeeper paling brani yang pernah ada di squad), Iqbal (winger 

    creative), Dody (1 to 2 yang brillian), Boing (striker yang harus gantung sandal

    karena sakit tapi da sembuh lagi dengan sentuhan magisnya), Dikin dengan

    hadangan tanpa ampunnya, Rhais yang mengaku dirinya titisan Zidane dan

    reserves (Nanang, Mpus, Bima). Terima kasih buat semua kekompakan dan

    kerja kerasnya sudah mampu mempertahankan gelar juara 2 tahun

     berturut-turut sekaligus mendeklarasikan diri sebagai team futsal terbaik ITP

    yang pernah ada.

    11. PS Mania : Bima, Rhais, Dody, Mpus, Anto. Terima kasih buat kebersamaanya,

    d t k t k d l t h j t ht j GLORY MU

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    8/183

     Nia, Mas Wawan, Mba Ira, Mba Hanna, Gugun, dan semuanya. Terima kasih

    atas bantuan, kerjasama, dan, kebersamaan selama penelitian.

    17. Staf SEAFAST Center IPB : Bu Tri Susilo, Pak Zul, Mba Virna, Bu Elly, Pak 

     Nana, Pak Udin, Bi Ana, Bi Entin, dan seluruh keluarga SEAFAST Center IPB.

    18. Pak Aang, Pak Ahi, dan seluruh pihak Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

    Obat (BALITRO), Cimanggu. Terima kasih atas kerjasamanya.

    19. Nia dan Mega Horti. Terima kasih atas sumbangan terubuknya.

    20. Mba Lia dan pihak Puslit Biologi - LIPI, Cibinong. Terima kasih atas

    kerjasamanya.

    21. Teman-teman ITP 41: Arief Otot, Tuko, Tomi (terima kasih buat rumus-rumus

    ajaibnya). Arum, Titin, Risma ( teman praktikum permanen slalu aja mereka,

     bosen d..hehehe). Jendi (sang konsultan virus), Faried, Rina, Sinta, Sabina,

    Citra Devi, Indra, Rani, Novi, Amel, Andry Bawang Bacem, Jamal Zamrud,

    Ary, Lulail, Hajrah, Sucen, Tikainchan, Dhya Jember dan semua ITP 41 yang

    tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Akhi k t h k d T h j l h l dik b lik T h

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    9/183

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

    I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. LATAR BELAKANG ........................................ ..................................... 1

    B. TUJUAN ................................................................................................. 6

    C. MAMFAAT ............................................................................................ 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7

    A. SAYURAN INDIGENOUS   ..................................................................... 7

    B. FLAVONOID .......................................................................................43

    C. IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID .... .................... .................46

    III. BAHAN DAN METODE ............................................................................50

    A. BAHAN DAN ALAT ............................................................................50

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    10/183

     b. Luteolin ........................................................................................62

    c. Quercetin ......................................................................................63

    d. Apigenin ......................................................................................64

    e. Kaempferol ..................................................................................64

    2. Standar Campuran Senyawa Flavonoid .............................................66

    C. TOTAL FENOL ....................................................................................70

    D. ANALISIS FLAVONOID PADA SAYURAN INDEGENOUS  .............71

    1. Bunga Turi ......................................................................................76

    2. Kucai ...............................................................................................78

    3. Takokak...........................................................................................79

    4. Daun Kelor ......................................................................................81

    5. Pucuk Mengkudu ..................... .......................................................86

    6. Lembayung/daun kacang panjang ...................................................88

    7. Terubuk ...........................................................................................91

    8. Mangkokan Putih .............................................................................93

    9. Daun Labu Siam ........................................................................... 96

    10 B P 97

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    11/183

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Komposisi tebu terubuk per 100 gram ............ .................... ................24

    Tabel 2. Penggunaan sayuran indigenous secara tradisional sebagai

    tanaman obat di Indonesia ..................................................................40

    Tabel 3. Spesifikasi HPLC ..............................................................................51

    Tabel 4. Hasil penginjeksian standar flavonoid dalam bentuk tunggal ..............62

    Tabel 5. Hasil penginjeksian standar flavonoid dalam bentuk campuran ..........64

    Tabel 6. Total fenol sayuran indigenous...........................................................66

    Tabel 7. Hasil perhitungan konsentarsi flavonoid pada sampel

    dengan menggunakan kurva standar campuran ...................................68

    Tabel 8. Hasil perhitungan konsentrasi flavonoid pada sampel

    dengan menggunakan eksternal standar campuran ..................... .........70

    Tabel 9. Perbandingan hasil analisis flavonol dan flavone dengan perhitungan

    kurva standar campuran dan eksternal standar campuran ....................75

    Tabel 10. Perbandingan luas area kromatografi ekstrak bunga turi .....................78

    Tabel 11. Perbandingan luas area kromatografi ekstrak kucai ............................79

    T b l 12 P b di l k t fi k t k t k k k 81

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    12/183

    Tabel 26. Rekapitulasi komponen yang terdeteksi pada sampel

    dengan menggunakan HPLC .......................................................... 116

    Tabel 27. Kuatifikasi area komponen unknown pada waktu retensi tertentu ... 117

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    13/183

    DAFTAR GAMBAR 

    Gambar 1. Struktur kimia dari 6 kelas flavonoid .............................. ................. 4

    Gambar 2. Pohon turi......................................................................................10

    Gambar 3. Bunga turi .....................................................................................10

    Gambar 4. Kucai ............................................................................................12

    Gambar 5. Takokak ........................................................................................15

    Gambar 6. Daun kelor ....................................................................................18

    Gambar 7. Daun mengkudu ............ ................................................ ................20

    Gambar 8. Tanaman kacang panjang .................... .................... .................... ..22

    Gambar 9. Terubuk .........................................................................................24

    Gambar 10. Mangkokan putih............ .................... .............................. .............27

    Gambar 11. Daun labu siam .................................................................. ............30

    Gambar 12. Bunga papaya ............................. ...................................................33

    Gambar 13. Daun jambu mete .................... .............................. ........................35

    Gambar 14. Pakis .............................................................................................37

    G b 15 A t b it 39

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    14/183

    Gambar 31. Kurva standar campuran apigenin ....................................... ...........69

    Gambar 32. Kurva standar campuran kaempferol .............................. ...............70

    Gambar 33. Kromatogram ekstrak bunga turi ..................... ..............................77

    Gambar 34. Ko-kromatogram ekstrak bunga turi dengan standar campuran ......77

    Gambar 35. Kromatogram ekstrak kucai ............ .................... .................... .......83

    Gambar 36. Ko-kromatogram ekstrak kucai dengan standar campuran .............83

    Gambar 37. Kromatogram ekstrak takokak .................... .................... ...............84

    Gambar 38. Ko-kromatogram ekstrak takokak dengan standar campuran ..........84

    Gambar 39. Kromatogram ekstrak daun kelor .................... .................... ...........85

    Gambar 40. Ko-kromatogram ekstrak daun kelor dengan standar campuran .....85

    Gambar 41. Kromatogram ekstrak pucuk mengkudu....................... ..................87

    Gambar 42. Ko-kromatogram ekstrak pucuk mengkudu dengan standar 

    campuran .......................................................................................87

    Gambar 43. Kromatogram ekstrak lembayung ................................................ ..90

    Gambar 44. Ko-kromatogram ekstrak lembayung dengan standar campuran .....90

    Gambar 45. Kromatogram ekstrak terubuk .................... .................... ............ ...92

    G b 46 K k t k t k t b k d t d 92

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    15/183

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kurva standar dan limit deteksi myricetin................................. 126

    Lampiran 2. Kurva standar dan limit deteksi luteolin.................................... 127

    Lampiran 3. Kurva standar dan limit deteksi quarcetin ..................... ............ 128

    Lampiran 4. Kurva standar dan limit deteksi apigenin .............................. .... 129

    Lampiran 5. Kurva standar dan limit deteksi myricetin................................. 130

    Lampiran 6. Kurva standar asam galat.......................... ................................ 131

    Lampiran 7. Hasil uji tukey kadar air sayuran indigenous ............................. 132

    Lampiran 8. Hasil uji tukey fotal fenol sayuran indigenous .......................... 133

    Lampiran 9. Hasil uji tukey senyawa myricetin pada sampel ..................... ... 134

    Lampiran 10. Hasil uji tukey senyawa quarcetin pada sampel ........................ 135

    Lampiran 11. Hasil uji tukey senyawa apigenin pada sampel ......................... 136

    Lampiran 12. Hasil uji tukey senyawa kaempferol pada sampel ..................... 137

    Lampiran 13. Hasil uji tukey total flavonoid pada sampel .............................. 138

    Lampiran 14. Kadar air sayuran indigenous  .................................................. 139

    L i 15 K d i i di t l h f d 142

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    16/183

    Lampiran 25. Hasil perhitungan jumlah apigenin pada sayuran indigenous

    dengan menggunakan eksternal standar campuran .......... ......... 162

    Lampiran 26. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran

    indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran . 163

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    17/183

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Indonesia merupakan negara yang memiliki tanaman lokal yang sangat

     berlimpah. Tanaman lokal tersebut sampai saat ini masih banyak yang belum

    terjamah dan termanfaatkan, baik untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan

    sendiri maupun sebagai zat-zat yang yang bermanfaat bagi tubuh dan

    kesehatan. Selain itu saat ini di Indonesia belum tercapai keseimbangan antara

     penyediaan pangan dengan jumlah yang diperlukan oleh masyarakat,

    sementara pertambahan penduduk yang terus meningkat sangat memerlukan

     peningkatan dalam hal penyediaan makanan.

      Sayur-sayuran merupakan jenis makanan yang sangat dianjurkan dalam

    menu makanan manusia. Golongan makanan ini merupakan sumber mineral

    dan vitamin terutama yang berwarna hijau atau merah kekuningan. Dari data

    Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003 konsumsi

    sayur-sayuran/ kapita/ hari mencapai 40.95 gram dengan memberi sumbangan

    b k 2 6 % kk l h i S i i i l k i b

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    18/183

    sayuran indigenous. Yang dimaksud dengan sayuran indigenous adalah sejenis

    sayuran yang walaupun tanaman sayuran itu bukan berasal dari Indonesia,

    namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan sudah dikultivasi atau

    dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu, sehingga sudah dianggap

    sebagai tanaman turun-temurun dan telah berevolusi dengan iklim dan

    geografis wilayah Indonesia (Anonim, 2008). Balai Penelitian Tanaman

    Sayuran (Balitsa) bekerjasama dengan Asian Vegetables Research

    Development Center (AVRDC) telah melakukan pendataan terhadap sayuran

    ini terutama yang mempunyai kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh

    manusia yaitu vitamin A, zat besi dan antioksidan.

      Pada penelitian ini jenis sayuran yang akan digunakan adalah

    sayuran-sayuran lokal yang banyak dan sering dikonsumsi oleh masyarakat

    Jawa Barat. Sayuran tersebut adalah daun kelor ( Moringa pterygosperma

    Gaertn.), takokak (Solanum torvum.Swartz) antanan beurit ( Hydrocotyle

     sibthorpioides Lmk), bunga pepaya (Carica papaya.L), pucuk mete

    ( Anacardium occidentale. L), pucuk mengkudu ( Morinda citrifolia.L), daun

    l b i (S hi d l (J ) S ) d k j /l b

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    19/183

    mengkonsumsinya melalui akselerasi pemanfaatan sayuran indegenous. Sejarah

    membuktikan bahwa leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran

    indigenous  karena sudah mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan

     pengetahuan secara turun temurun. Perkembangan budaya dan teknologi

    menyebabkan perkembangan sayuran   indegenous  menjadi terdesak, maka

     potensi sayuran ini harus digali dan dikaji kembali untuk mendapatkan manfaat

    yang lebih baik dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

    Flavonoid merupakan salah satu kelas dari polifenol yang terdiri dari

     beberapa sub kelas seperti flavone, flavonol, flavanonol, flavanon, flavan dan

    anthocyanin (Gambar 1). Menurut Peterson dan Dwyer (2000), anthosianin

    adalah flavonoid bermuatan yang biasanya berikatan dengan gula. Anthosianin

     bertanggung jawab atas sebagian besar adanya warna merah, biru dan ungu

     pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Flavonon ditemukan pada famili jeruk.

    Biasanya mengandung gula yang berkontribusi pada karakteristik flavor.

    Flavone umumnya ditemukan pada daun, sedangkan isoflavon seringkali

    ditemukan pada kacang-kacangan (legume) terutama kacang kedelai. Isoflavon

    b b d d fl h d i i b I fl

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    20/183

    Kandaswami, 1993). Lebih lanjut Middelton dan Kandaswami(1993)

    menyebutkan flavonoid merupakan komponen yang jelas terlihat pada buah

     jeruk dan sumber makanan lain.

    flavanonol

    flavone flavanon

    flavonol

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    21/183

    merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik,

    mudah terurai pada temperatur tinggi.

    Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu

    sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan

    antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit

    kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu

    sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat,

    kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida

    nabati dari kulit jeruk manis (Anonim, 2008).

    Komponen flavonoid yang dianalisis dalam penelitian ini adalah golongan

    flavonol dan flavone. Senyawa yang dianalisis dari golongan flavonol terdiri

    atas myricetin quercetin, , dan kaempferol, sedangkan dari golongan flavone

    terdiri atas apigenin dan luteolin. Pengidentifikasian dibatasi hanya pada kedua

    golongan ini karena kedua golongan senyawa ini merupakan komponen

    flavonoid yang mayoritas (secara kualitatif) terdapat pada sayuran (Lee, 2000).

    Analisis komponen fenolik pada bahan pangan dapat menggunakan

    b b i l i d i li d h i ji k l i i

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    22/183

    maupun derivatisasi, seperti yang diperlukan dalam kromatografi gas (Lee,

    2000). Komponen flavonoid bukan merupakan komponen volatil, oleh karena

    itu, analisis yang tepat adalah dengan menggunakan HPLC.

    B. TUJUAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengetahui

    kandungan komponen-komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada

     beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat.

    C. MANFAAT

    Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai komposisi

    komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada beberapa sayuran indigenous

    daerah Jawa Barat sehingga tercipta peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    23/183

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SAYURAN INDIGENOUS 

    Indonesia sebagai bangsa dengan keragaman sumber daya hayati yang

    dimiliki sangat berpotensi untuk dikembangkan dan digali lebih dalam. Seperti

    halnya sayur-sayuran lokal tentunya sangat berkontribusi terhadap suplai

     pangan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa

    leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran  indigenous  karena sudah

    mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan pengetahuan secara turun temurun.

    Sayuran indigenous adalah sejenis sayuran yang walaupun tanaman sayuran itu

     bukan berasal dari Indonesia, namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan

    sudah dikultivasi atau dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu,

    sehingga sudah dianggap sebagai tanaman turun-temurun dan telah berevolusi

    dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia (Anonim, 2008). Sayuran

    indigenous biasanya tumbuh di pekarangan rumah maupun kebun secara alami

    dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang

    di k l l d k di d h

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    24/183

    1. Bunga Turi (Sesbania grandiflora (L.)Pers.)

    Klasifikasi dari bunga turi adalah :

    Kingdom : Plantae

    Division : Spermatophyta

    Sub Division : Angiospermae

    Class : Dicotyledonea

    Order : Rosales

    Family : Leguminosae

    Genus : Sesbania

    Spesies : (Sesbania grandiflora (L.)Pers.)

    Turi umumnya ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias, di tepi

     jalan sebagai pohon pelindung, atau ditanam sebagai tanaman pembatas

     pekarangan. Tanaman ini dapat ditemukan di bawah 1.200 m dpl. Pohon

    'kurus' berumur pendek, tinggi 5-12 m, ranting sering kali menggantung.

    Kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan, tidak rata, dengan alur 

    b j d li id k b l i b d h

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    25/183

    atau dibuat sayur. Rasanya hampir mirip dengan bunga pepaya namun

    tidak pahit. Turi berbunga merah lebih banyak dipakai dalam pengobatan,

    karena memang lebih berkhasiat. Mungkin kadar taninnya lebih tinggi,

    sehingga lebih manjur untuk pengobatan luka ataupun disentri.

    Daun muda setelah dikukus kadang dimakan oleh ibu yang sedang

    menyusui anaknya untuk menambah produksi asi, walaupun baunya tidak 

    enak dan berlendir. Daun dan ranting muda juga merupakan makanan

    ternak yang kaya protein. Turi juga dipakai sebagai pupuk hijau. Daunnya

    mengandung saponin sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sabun

    setelah diremas-remas dalam air untuk mencuci pakaian.

    Buah bentuk polong yang menggantung, berbentuk pita dengan

    sekat antara, panjang 20-55 cm, lebar 7-8 mm. Biji 15-50, letak melintang

    di dalam polong. Akarnya berbintil-bintil, berisi bakteri yang dapat

    memanfaatkan nitrogen, sehingga bisa menyuburkan tanah. Sari kulit

     batang pohon turi digunakan untuk menguatkan dan mewarnai jala ikan.

    Kulit batang turi merah kadang dijual dengan nama kayu timor.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    26/183

    Gambar 2. Pohon turi

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    27/183

    2. Kucai ( Allium schoenoprasum L.)

    Klasifikasi dari kucai adalah :

    Kingdom : Plantae

    Division : Magnoliophyta

    Class : Liliopsida

    Order : Asparagales

    Family : Alliaceae

    Genus : Allium

    Spesies : ( Allium schoenoprasum L.)

    Kucai ( Allium schoenoprasum L.), atau bawang kucai serta daun

    kucai, dikenal sebagai sayuran daun dan biasa disajikan dalam irisan

    kecil-kecil. Kucai tidak terlalu sering dipakai dalam menu Indonesia.

    Penggunaannya umum dalam masakan dengan pengaruh Tiongkok,

    seperti bubur ayam. Pada budaya boga Tiongkok dan Jepang, kucai

    merupakan bahan campuran isi Jiaozi (Gyza). Kucai berdaun pipih dan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    28/183

     bawangnya masih ada. Sama seperti bawang, kucai mempunyai akar 

     berbawang dan daun. Selain itu, kucai pun dapat ditanam dari bijinya.

    Kucai adalah tanaman yang berumur panjang ( perennial ). Ia dapat terus

    hidup hingga beberapa tahun jika keadaannya tanahnya terus dijaga, yaitu

    tanah yang subur. Kalau menanam kucai untuk di makan, bunganya perlu

    dibuang untuk meningkatkan pertumbuhan daun saja.

    Kucai merupakan jenis sayuran yang berasal dari keluarga Lili

    (tanaman berumbi). Tumbuhan ini mempunyai aroma yang agak tengik 

    tetapi enak dimakan sebagai sebagai sayur atau ulam. Tumbuhan ini juga

    mengandung vitamin B dan C, karoten dan komponen belerang (Anonim,

    2008r). Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan kucai untuk 

     pengobatan, diantaranya untuk mengatasi keputihan, darah tinggi dan

    sembelit. Selain itu, kucai diyakini mempunyai khasiat antiseptik untuk 

    membunuh kuman bakteri dalam usus dan menjadi perangsang dalam

     proses pengasaman usus. Kucai juga berkhasiat melancarkan aliran darah,

    sekaligus menghindarkan pembekuan darah.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    29/183

    3. Takokak (Solanum torvum Swartz)

    Kingdom : Plantae

    Division : Spermatophyta

    Sub Division : Angiospermae

    Class : Dicotyledonae

    Order : Solanales

    Family : Solanaceae

    Genus : Solanum

    Spesies : Solanum torvum Swartz

    Takokak merupakan tanaman perdu yang kecil, tumbuh tegak dengan

    tinggi 1-3 meter. Daunnya tunggal, letaknya berseling, bentuk bulat telur 

    melebar, panjang daun 6-30 cm, berujung runcing, tepi berlekuk 

    menyirip, warnanya hijau muda dan memiliki tangan yang berambut rapat

     bahkan seringkali dengan beberapa duri tempel. Buahnya berwarna

    kuning orange, licin dan bergaris tengah 12-15 cm. Buah takokak sering

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    30/183

    atau menjaga kelembaban tanah. Pemupukan juga diperlukan, tapi cukup

    dengan pupuk dasar saja.

    Selain leunca, tumis oncom merah dan sayur oncom hitam di daerah

    Jawa Barat, juga sering melengkapinya dengan buah takokak. Tak hanya

     jadi penambah di dalam sayuran saja, takokak juga kerap menjadi lalapan

    yang sangat digemari di beberapa daerah. Takokak (Solanum torvum

    Swartz   atau   S ferrugium Jacq) cukup terkenal di beberapa daerah

    Indonesia. Di beberapa daerah, takokak dinamai cepoka, cokowana,

     pokak, atau terong pipit.

    Dalam farmakologi Cina disebutkan bahwa takokak memiliki rasa

     pedas, sejuk, dan agak beracun. Untuk itu, bila digunakan untuk 

     pengobatan penyakit tertentu, perlu diperhatikan dosisnya, karena dapat

    menimbulkan keracunan. Selain itu, penderita kecenderungan glaucoma

    dilarang meminumnya.

    Efek farmakologi takokak diperoleh dari daun dan akarnya. Akarnya

    dicuci dan dipotong-potong secukupnya. Lalu, akar itu dijemur dan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    31/183

    0,84% yang merupakan bahan baku hormon seks untuk kontrasepsi. Juga

    memiliki senyawa sterol carpesterol sebagai antiradang (Anonim, 2007j).

    Manfaat lain takokak juga untuk sakit lambung, sakit gigi, katarak, tidak 

    datang haid, wasir atau ambeien, radang payudara, influenza, panas

    dalam, pembengkakan, bisul, koreng, sakit pinggang, asam urat tinggi,

    keropos tulang, jantung berdebar-debar, menetralkan racun dalam tubuh,

    dan melancarkan sirkulasi darah (Anonim, 2007i)

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    32/183

    Kelor ( Moringa pterygosperma Gaertn.) termasuk jenis tumbuhan

     perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7 -11 meter. Di Jawa, kelor 

    sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Pohon Kelor tidak terlalu

     besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi

    mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran

    kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat

     berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian

    tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih

    kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga

    kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor 

     berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa), sedangkan

    getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok 

    (Jawa).

    Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi ( Moringa

    oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian

    menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    33/183

    kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara

    digosokkan.

    Di lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup

    dengan cara setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung

    ditancapkan ke dalam tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup

    ataupun batang perambat. Disamping itu, manfaat lain dari batang

     bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk 

    melumerkan atau menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu

    dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat

    tidur”, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan

    tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan

    ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air 

    tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis

    tubuhnya akan lumer atau hilang. Sangat unik adalah kebiasaan penduduk 

    sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha

    atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter 

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    34/183

    Pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor 

    sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya

    sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun

    tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun

    tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan

     penyakit jantung.

    Kandungan kimia dari akar dan daun kelor mengandung zat yang

     berasa pahit , getir dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan

    lemak (Anonim, 2007i). Juga kandungan senyawa yang terdapat pada

    serbuk biji kelor memiliki sifat antimikroba, khususnya terhadap bakteri.

    Sehingga kalaupun di dalam air terdapat bakteri Coli (salah satu yang

    disyaratkan tidak terdapat di dalam air minum), akan tereduksi atau mati

    (Anonim, 2007c).

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    35/183

    5. Pucuk Mengkudu ( Morinda citrifolia L.)

    Klasifikasi dari mengkudu adalah :

    Kingdom : Plantae

    Division : Lignosae

    Sub Division : Angiospermae

    Class : Dicotyledonae

    Order : Brassicales

    Family : Rubiaceae

    Genus : Morinda

    Spesies : Morinda citrifolia L.

    Mengkudu tanaman perdu atau bentuk pohon kecil. Tumbuhan ini

    tidak terlalu besar dengan tinggi pohon 3 hingga 8 meter banyak 

     bercabang, kulit batangnya berwarna coklat, cabang- cabangnya kaku,

    kasar tapi mudah patah. Daunnya bertangkai, berwarna hijau tua, duduk 

    daun bersilang, berhadapan, bentuknya bulat telur, lebar, sampai

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    36/183

    setelah bersalin. Caranya adalah ambil beberapa buah mengkudu yang

    sudah masak, bersihkan dan kisarkan buah-buahan itu sehingga hancur 

    dengan air, tapiskan untuk mendapatkan airnya. Airnya ditambahkan

    madu lebah untuk memaniskan kerana rasanya agak masam dan pedas

    sedikit.

    Pada daun mengkudu terkandung protein, zat kapur, zat besi, karoten

    dan askorbin. Efek farmakologis daun mengkudu pertama kali

    ditemukan oleh Raj dalam Darusman (2002), dilaporkan bahwa ekstrak 

    kloroform daun muda mengkudu secara   in-vitro  mempunyai aktivitas

    antihelmintik, cukup baik melawan cacing Ascaris lumbricoides yang ada

     pada usus. Aalbersberg (1993) melaporkan bahwa kandungan karoten

     pada daun mengkudu lebih tinggi dibanding dengan yang terkandung

     pada daun cay sin ( Brassica chinensis) dan Colocasia esculenta.

    Pucuk mengkudu biasanya dimasak atau dicelur untuk dijadikan

     perencah urap dan pecal. Pucuk mengkudu kaya dengan beta karoten dan

    zat besi yang baik digunakan untuk mengatasi masalah kurang darah

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    37/183

    6. Lembayung / Daun Kacang Panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.)

    Klasifikasi tanaman kacang panjang adalah :

    Kingdom : Plantae

    Division : Magnoliophyta

    Class : Magnoliopsida

    Order : Fabales

    Family : Fabaceae

    Genus : Vigna

    Spesies : (Vigna unguiculata (L.) Walp.)

    Kacang panjang adalah sejenis sayuran yang populer dikalangan

     penduduk Indonesia. Tanaman diduga berasal dari India, tapi sekarang

    ditanam secara merata di kawasan yang beriklim tropika yaitu Asia,

    Afrika Timur dan Amerika Tengah. Pada kebiasaannya daun kacang

     panjang yang muda digunakan untuk berbagai jenis masakan dan juga

    dimakan mentah sebagai lalap.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    38/183

    a. Kacang panjang tipe merambat (V. sinensis var. sesquipedalis) yang

    kita kenal sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam

    adalah varietas unggul KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no

    1494 Cikole, Subang, Super Subang , Usus hijau Subang dll.

     b. Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (V.

    unguiculata  L.), dan kacang uci/ondel (V.   umbellata  ). Varietas

    unggul adalah KT1, KT2, KT3.

    c. Kacang panjang hibrida (V.  sinensis  ssp.  Hybridus) seperti kacang

     bushitao. Varitas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a,

    18/a dan EG BS/2

    Pada penelitian ini jenis daun kacang panjang yang digunakan adalah

    daun kacang panjang tipe tegak dalam hal ini   Vigna unguiculata  L.

    Tanaman kacang panjang (Vigna  spp.) memiliki buah polong yang

     panjang. Berbunga putih atau hijau muda, bentuknya mirip kupu-kupu.

    Daunnya berbentuk segitiga, bisa dimakan sebagai sayur maupun

    dimanfaatkan untuk pengobatan alami. Daun dan buah kacang panjang

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    39/183

    7. Terubuk (Saccharum edule Hassk)

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermatophyta

    Division : Magnoliophyta

    Class : Liliopsida

    Sub-class : Commelinidae

    Ordo : Poales

    Family : Poaceae

    Genus : Saccharum

    Spesies : Saccharum edule  Hassk 

    Tebu terubuk (Saccharum edule Hassk) merupakan tanaman yang

    termasuk dalam famili Gramineae. Tanaman ini sudah dikenal di daerah

    Jawa dan Madura. Di daerah Jawa Barat tanaman ini dikenal dengan nama

    “tiwu endog” atau “terubus”, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur 

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    40/183

    tanaman ini biasa dimakan dalam bentuk mentah (lalap), dikukus atau

    digoreng sebagai bahan sayur, bahkan seringkali masayarakat sunda

    menjadikanya campuran dalam rebusan indomie. Sayur yang dikenal

    dengan bahan dasar bunga terubuk antara lain, sayur lodeh, tumis, kare,

    dan sayur asam. Di Eropa tebu terubuk sering digunakan sebagai bahan

     pengganti dari cauliflower  (OCHSE, 1931 dan TERRA, 1966).

    Menurut TERRA (1966) bunga tebu terubuk mengandung protein

    sekitar 4.6 - 6 %. Selain itu, tebu terubuk banyak mengandung mineral

    terutama kalsium dan fosfor, di samping vitamin C (asam askorbat).

    komposisi tebu terubuk.dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi tebu terubuk per 100 gram*)

    Komponen Kandungan

    Karbohidrat 3.0 g

    Protein 4.6 g

    Lemak 0.4 g

    Kalsium 40.0 mg

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    41/183

    8. Mangkokan Putih ( Nothopanax scutellarium (Burm.f.) Fosb.)

    Klasifikasi mangkokan:

    Kingdom : Plantae

    Division : Magnoliophyta

    Class : Magnoliopsida

    Order : Apiales

    Family : Araliaceae

    Genus : Nothopanax

    Spesies : ( Nothopanax scutellarium (Burm.f.) Fosb.)

    Mangkokan putih ( Nothopanax scutellarium (Burm.f.) Fosb.) adalah

    tanaman suku araliaceae yang secara tradisional telah digunakan untuk 

    menghilangkan bau badan, pelumas kepala terhadap kerontokan rambut,

    menyembuhkan buah dada yang bernanah, diuretika, dan peluruh

    keringat. Akan tetapi hal ini masih bersifat empiris karena belum ada data

    klinis tentang khasiat mangkokan, bahkan tentang golongan kandungan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    42/183

    Penelitian dilakukan terhadap daun karena bagian yang paling banyak 

    digunakan dalam pengobatan dengan mangkokan adalah daunnya.

    Penelitian makroskopis terutama untuk mengetahui habitus-morfologi

    tanaman mangkokan, sedang secara mikroskopis dilakukan terhadap

    irisan melintang daun, sayatan membujur epidermis atas dan bawah daun,

    serta fragmen serbuk untuk mengetahui anatomi dari daun mangkokan.

    Untuk penelitian skrining fitokimia dilakukan maserasi terhadap serbuk 

    kering daun dengan menggunakan pelarut diklormetana dan metanol

    untuk memeriksa golongan kandungan alkaloid, saponin, flavonoid,

    glikosida antrakuinon, tannin dan senyawa polifenol, serta kumarin,

    sedang untuk golongan kandungan glikosida sianhidrin, minyak atsiri,

    dan iridoid dilakukan terhadap serbuk daun kering (Anonim, 2007e).

    Dari hasil penelitian didapatkan ciri-ciri habitus-morfologi

    mangkokan adalah tumbuhan menahun yang berupa perdu, arah tumbuh

    tegak ke atas, daun hampir bundar berbentuk seperti mangkok, tepi daun

     bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun agak kasar tidak 

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    43/183

    Pohon mangkokanputih ini dapat tumbuh di daerah yang berhawa

     panas atau dingin, dan tumbuh sepanjang tahun. Di tempat - tempat yang

    keadaannya agak lembab, tanaman ini dapat tumbuh dengan subur.

    Pengembangan tanaman pada umumnya dilakukan dengan stek. Daun

    muda biasanya digunakan untuk campuran lalap, urap mentah, pecel, dan

    di Sumatra untuk campuran gulai. Daunnya yang setengah tua dapat

    dipakai sebagai ramuan cemceman, sejenis minyak rambut. Daun yang

    tua dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    44/183

    Labu Siam (Sechium edule, (Jacq) Swartz) merupakan tanaman

    sayuran dataran tinggi yang telah lama dikenal petani di Indonesia selain

     bawang putih, kubis, sawi wortel, lobak dan tomat (Lingga 2001). Labu

    Siam telah dikenal sebagai sayuran buah dan sekarang dikenal sebagai

    sayuran pucuk (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Kandungan kalori yang

    terdapat pada 100 g bahan segar labu siam buah, pucuk dan umbi yaitu 26,

    60 dan 79 kalori. Kandungan vitamin A pada buah dan pucuk labu siam

     pada 100 g bahan segar yaitu 43 dan 4560 I (Anonim, 2008s).

      Berdasarkan ciri fisiknya diduga benih labu siam tergolong sebagai

     benih rekalsitran dengan karakteristik kadar airnya tinggi sehingga mudah

    terkontaminasi mikroba dan lebih cepat mengalami kemunduran (Farrant

    et al. 1988). Umumnya benih rekalsitran tidak mempunyai masa dormansi

     proses metabolisme perkecambahan berjalan terus (Copeland dan

    McDonald 1995) bahkan benih labu siam dapat berkecambah ketika

    masih di pohon (perkecambahan dini) atau bersifat vivipary. Sifat tanaman

    yang mirip dengan labu siam diantaranya adalah tanaman species

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    45/183

    Dalam produksi dan perdagangan internasional, labu siam adalah

    termasuk 5 (lima) jenis sayuran komersial yang penting di Brazil. Ini

    merupakan informasi penting bagi Indonesia karena di Indonesia labu

    siam sangat cocok tumbuh dan berproduksi terus sepanjang tahun.

    Menurut Rukmana (1999) tanaman labu siam dalam pertumbuhan dan

     perkembangannya adalah tanaman hijau sepanjang tahun. Tanaman ini

    direkomendasikan untuk diperbaiki paling sedikit tiga tahun sekali,

    terutama apabila terserang penyakit dan untuk menghindari serangan

     penyakit.

    Labu siam merupakan tanaman merambat pada tanaman lain atau para

     para dan dapat mencapai panjang beberapa meter. Akar tanaman

     berbentuk umbi, daunnya lebar dan pinggir daun tidak merata menurut

    tulang daunnya. bunganya berkelamin satu, ada yang betina dan ada yang

     jantan dalam satu pohon. Bunga jantan berbentuk kecil - kecil, sedangkan

     bunga betina lebih besar dan lebih bulat. Bentuk buahnya menyerupai

     buah avokad, tetapi tidak merata atau berkulit tipis, dengan daging buah

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    46/183

    tinggi dan melancarkan peredaran darah yang tersumbat. Merawat

     bengkak dan luka. Buahnya tidak perlu dikupas berkhasiat dijadikan

    salad, direbus, dihancurkan, dibakar, digoreng dan dijadikan jeruk,

    rasanya lemak seperti kacang. Isi buah dikukus bagi merawat pesakit

    diabetis. Daun mudanya dibuat sayur, serabut dalamnya dibuat bakul dan

    daunnya telah lama dijadikan teh herba diambil secara teratur sebagai

    tonik kesihatan (Anonim, 2008t).

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    47/183

    Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili

    Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan

    kawasan sekitar Mexico dan Costa Rica (Anonim, 2008b). Tanaman

     pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun sub tropis. Di

    daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan

     pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja

     bermutu dan bergizi yang tinggi.

    Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah

    menjadi tanaman perkarangan. Sentra penanaman buah pepaya di

    Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi), Jawa Timur 

    (Kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi

    Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado).

    Daun pepaya muda sering direbus untuk dimakan sebagai urap,

    dimasukkan dalam buntil, atau dihidangkan sebagai lalapan sambal terasi.

    Daunnya melancarkan ASI bagi ibu-ibu yang sedang menyusui bayinya.

    Hal ini karena daun pepaya mengandung alkaloida carpain yang

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    48/183

    garam (Anonim, 2008e). Bunga pepaya sangat lezat jika dihidangkan

    sebagai tumisan, oseng-oseng atau dibuat sayur berkuah santan.

    Sebenarnya bunga pepaya adalah salah satu masakan khas Flores yang

    menggunakan bunga pepaya sebagai bahan dasarnya. Bunga pepaya

    ditumis bersama dengan ikan teri medan.

    Carica papaya ada yang menghasilkan satu macam bunga saja, yaitu

     bunga betina. Sepanjang tahun ia dapat berbuah. Ada yang berbuah bulat

    telur saja, dan ada yang berbuah bulat bola saja. Tetapi ada juga Carica

     papaya yang hanya menghasilkan bunga jantan saja. Ia mudah dikenal

    karena tangkai bulir (tandan) bunganya panjang. Bunga pada ujung

    tangkai berupa bunga sempurna, berisi putik (sel kelamin) betina di

     bagian bawah, dan kepala sari (sel kelamin) jantan di bagian atas. Kalau

    menjadi buah, buahnya bertangkai panjang sampai harus berayun-ayun

    karena menggantung. Papaya gantung ini tidak pernah dimakan sebagai

     buah meja pencuci mulut, tetapi disayur rebus seperti labu siam ketika

    masih muda.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    49/183

    Gambar 12. Bunga Pepaya

    11. Pucuk Mete ( Anacardium occidentale L)

    Klasifikasi dari jambu mete adalah :

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    50/183

    0,5 – 1 m, tulang-tulang daun menyirip. Daun muda berwarna coklat

    kemerahan hingga pucat sedangkan yang tua berwarna hijau gelap.

    Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak 

    manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga

     biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi.

    Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari

     buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan

     jem jambu mete.

    Jambu mete merupakan tanaman sejuta manfaat, artinya semua

    aspek dari tanaman ini sangat berguna bagi manusia. Akar jambu mete

     berkhasiat sebagai obat pencuci perut. Daun mudanya dapat dimanfaatkan

    sebagai lalapan oleh masyarakat Jawa Barat, sedangkan daun yang tua

    dapat menyembuhkan luka bakar. Kulit kayu jambu mete mengandung

    cairan berwarna coklat. Bila terkena udara cairan tersebut barubah

    menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan sebagai bahan tinta, bahan

     pencelup, dan bahan pewarna.. Batang pohon mete menghasilkan gum

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    51/183

    sariawan. Sedangkan getahnya untuk mengobati borok dan kutil.

    Tanaman jambu mete masih mudah dijumpai di sejumlah daerah Jawa

    Tengah. Batangnya berkayu, bulat, bergetah, dan berwarna putih kotor.

    Bagian tanaman yang biasa dipakai untuk pengobatan adalah daun muda,

    kulit kayu, dan getahnya. Daun dan kulitnya mengandung asam

    anakandat, kardol, zat samak, asam galat, gingkol, minyak lemak, protein,

    katekhin, dan sitosterin (Anonim, 2008h)

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    52/183

    Pakis ( Arcypteris irregularis (C.Presl) Ching), merupakan suatu

    tanaman yang selalu berganti daun setiap tahun. Daun-daun yang subur 

    akan kelihatan lebih awal. Warnanya hijau yang kemudian pelan-pelan

    menjadi warna coklat akibat perubahan musim dan jatuhnya spora ke daun

    (Anonim, 2008u).Pakis diduga berasal dari kawasan Amerika dan Asia

    Timur. Pakis pun tumbuh dengan baik pada daerah dengan hutan yang

    lembab.

    Pakis termasuk jenis tanaman paku-pakuan, berkembang biak dengan

    spora. Ada bermacam-macam pakis, misalnya pakis haji, pakis laut, dan

     pakis resam. Di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah tanaman pakis

     biasanya digunakan untuk tanaman hias, tetapi di Sumatra Barat pakis

     banyak diolah menjadi sayur, dimasak rendang, gulai atau hidangan

     bersantan lain. Pakis sengaja ditanam di daerah yang agak dingin, seperti

    kota Bogor dan Sukabumi. Pakis dari Sukabumi, lebih disukai masyarakat

    dibandingkan dengan pakis Bogor karena lebih manis dan lebih lembut.

    Pakis yang tergolong baik untuk dimakan mempunyai tangkai bulat, tebal,

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    53/183

    Gambar 14. Pakis

    13. Antanan Beurit ( Hydrocotyle sibthorpioides Lmk .)

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    54/183

    embun, antanan beurit, dan antanan lembut. Orang Jawa menyebutnya

    Andem, katepa’n, rendeng, dan semanggi. Di Madura dikenal dengan

    nama salatun, take cena, sedangkan orang China menyebutnya tikim,

     patikim, tian hu sui.

    Antanan beurit tumbuh merayap, ramping, subur di tempat lembab,

    terbuka maupun teduh di pinggir jalan, pinggir selokan, lapangan rumput

    dan tempat lain sampai setinggi kira-kira 2.500 m dari permukaan laut.

    Batang lunak, berongga, panjang 45 cm atau lebih, daun tunggal

     berseling, bertangkai panjang, bentuk bulat atau reniform dengan pinggir 

    terbagi menjadi 5 - 7 lekukan dangkal, warna hijau. Bunga majemuk 

     bentuk bongkol, keluar dari ketiak daun, warna kuning. Antanan beurit

    atau pegagan embun merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh

    menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila

    tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah.

    Antanan beurit berasa manis, bersifat mendinginkan, memiliki

    fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    55/183

    value  dari Hydrocotyle sibthorpioides Lam.  Ini belum ada yang secara

    detil menjelaskannya. Namun dalam penggunaannya sebagai obat, seperti

    kebanyakan dari famili Umbelliferae, Hydrocotyle sibthorpioides Lam.

    Mengandung minyak essensial, komponen utama dari terpenoid menjadi

    trans-beta-farnesene. A lignan, L-sesamin, dan caffeoylgalactoside  juga

    telah diisolasi dari tanaman ini.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    56/183

    Tabel 2. Penggunaan sayuran indigenous secara tradisional sebagai tanaman obat

    di Indonesia

    Nama Latin Nama LokalPenggunaanya Secara Tradisional

    di Indonesia

    Sesbania grandiflora (L.)

    Pers.Bunga Turi

     pelembut kulit, pencahar, dan

     penyejuk, dan dapat juga digunakan

    untuk pengobatan luka ataupun

    disentri serta dapat memperlancar 

    ASI (Dhyan, 2008).

     Allium schoenoprasum L. Kucai

    mengatasi keputihan, darah tinggi

    dan sembelit, mempunyai khasiat

    antiseptik untuk membunuh kuman

     bakteria dalam usus dan menjadi

     perangsang dalam proses

     pengasaman usus, berkhasiat

    melancarkan aliran darah, sekaligus

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    57/183

     Moringa pterygosperma

    GaertnDaun Kelor 

    dengan menambahkan kapur sirih,

    daun kelor merupakan obat kulit

    seperti kurap dengan cara

    digosokkan, untuk penurun tekanan

    darah tinggi, diare, diabetes melitus

    (kencing manis), dan penyakit

     jantung (Suriawiria, 2008)

     Morinda citrifolia LPucuk 

    Mengkudu

    ekstrak kloroform daun muda

    mengkudu secara in-vitro mempunyai

    aktivitas antihelmintik, cukup baik 

    melawan cacing Ascaris lumbricoides

    yang ada pada usus (Raj dalam

    Darusman, 2002).

    Daun Kacang

    antioksidan, antivirus, antibakteri,

    gangguan saluran kencing, dan

    meningkatkan fungsi limpa, dapat

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    58/183

    Carica Papaya L.Bunga

    Pepaya

    Bunga Pepaya direbus atau dimakan

    mentah untuk lalap, berfungsi untuk 

    mencuci darah, menyembuhkan

     penyakit kuning, dapat pula sebagai

     penambah nafsu makan (Vinosa,

    2007)

     Anacardium occidentale L Pucuk Mete mengatasi gangguan pegal linu

    (Gupita, 2008)

     Arcypteris irregularis

    (C.Presl) ChingDaun Pakis

     berguna untuk amandel darah tinggi,

    menurunkan darah tinggi (Bunga,

    2008).

    digunakan untuk obat kulit, gangguan

    syaraf, membersihkan darah,

    melancarkan peredaran darah,

     peluruh kencing (diuretika), penurun

     panas (antipiretika), menghentikan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    59/183

    B. FLAVONOID

    Flavonoid merupakan salah satu jenis komponen yang terkandung dalam

    tanaman, dan dapat ditemukan pada semua tanaman vaskuler. Flavonoid adalah

    komponen yang mempunyai berat molekul rendah, dan pada dasarnya

    merupakan  phenylbenzopyrones ( phenylchromones) dengan berbagai variasi

     pada struktur dasarnya, yaitu tiga cincin utama yang saling melekat. Struktur 

    dasar ini terdiri dari dua cincin benzene (A dan B) yang dihubungkan melalui

    cincin heterosiklik piran atau piron (dengan ikatan ganda) yang disebut cincin

    “C” (Middleton et al., 2000). Miean dan Mohamed (2001) menegaskan bahwa

    struktur dasar flavonoid adalah rangkaian cincin karbon C6C3C6.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    60/183

    flavone yaitu pada flavonol terdapat gugus hiroksi pada gugus C3. Kedua

    senyawa ini banyak terdapat pada bagian daun dan bagianluar daritanaman, dan

    hanya sedikit yang ditemukan pada bagian tanaman yang berada di permukaan

    tanah (Hertog et al., (a), 1992).

    Dibandingkan dengan jenis flavonoid lain, jenis flavonol dan flavone

    merupakan dua dari jenis falvonoid yang paling banyak terdapat dalam tanaman

    sayur-sayuran (Robinson, 1995). Oleh karena itulah, pada penelitian ini,

    dilakukan identifikasi pada kedua jenis flavonoid tersebut. Selain karena alasan

     jumlah yang mayoritas, berdasarkan penilitian-penelitian yang telah dilakukan,

    kedua jenis flavonoid ini memiliki kemampuan yang baik, antara lain sebagai

    antioksidan.

      Flavonol terdiri atas quercetin yang umumnya merupakan komponen

    terbanyak dalam tanaman, kaempferol, dan myricetin. Flavone yang terdiri atas

    apigenin dan luteolin, hanya ditemukan pada bahan pangan tertentu, contohnya

    seledri, lada (hanya luteolin), dan peterseli (hanya apigenin) (Lee, 2000).

    Dalam sayuran, quercetinglikosida merupakan komponen yang paling

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    61/183

     pernafasan, seperti bronkitis dan asma (Anonim, 2008). Quercetin mampu

    menghambat oksidasi LDL dengan cara mengkelat ion tembaga, yang dapat

    menginduksi dari LDL (Aviram dan Fuhrman, 2003).

     Senyawa lain dari golongan flavonol yang memiliki peran penting pula

    adalah kaempferol. Senyawa kaempferol berbentuk padatan berwarna kuning

    dengan titik leleh 276-278oC. Senyawa ini hanya sedikit larut dalam air, namun

    larut dalam etanol panas, metanol, dan dietil eter. Konsumsi kempferol dalam

    the dan brokoli menunjukkan adanya hubungan dengan penurunan resiko

    terhadap kanker dan gangguan jantung (Anonim, 2008). Selain itu, kaempferol

     juga mampu menghambat oksidasi LDL dengan cara mengkelat ion tembaga,

    yang dapat menginduksi dari LDL. Namun aktivitas kaempferol ini tidak 

    seefektif seperti liteolin dan quercetin (Aviram dan Fuhrman, 2003).

      Myricetin merupakan senyawa yang paling sedikit dijumpai di tanaman

    dibandingkan dengan senyawa laian dari golongan flavonol. Namun demikian,

    myricetin juga memiliki khasiat antioksidan. Menurut Knekt et al. (2002) yang

    dikutip dari anonim (2007), hasil studi  in vitro menunjukkan bahwa dengan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    62/183

      Apigenin adalah senyawa lainnya dari golongan flavone yang akan

    diidentifikasi pada penelitian ini. Apigenin merupakan aglikon dari apiin, yang

    diisolasi dari daun tanaman peterseli dan seledri. Senyawa ini berbentuk 

     padatan dan berwarna kuning, dan sering digunakan untuk pencelupan bulu

    domba (Anonim, 2008). Senyawa apigenin memiliki kemampuan antara lain

    sebagai zat anti perdangan, antibakteri, dan untuk mengatasi masalah lambung

    (Cadenas danPacker, 2002). Perbedaan antara senyawa flavonol dan flavone

    dapat dilihat secara lebih jelas pada Gambar 17.

    Senyawa R1 R2 R3

    Flavonol yang diidentifikasi

    Myricetin OH OH OH

    Quercetin OH OH H

    Kaempferol OH H H

    Flavone yang diidentifikasi

    Luteolin H OH H

    Apigenin H H H

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    63/183

    diperoleh teknik kromatografi cair yang paling kuat yakni HPLC ( High

     Performance Liquid Chromatography). Jadi pada HPLC fase gerak dialirkan

    dengan cepat dan hasilnya dideteksi dengan instrumen.

    Komponen utama dari system HPLC adalah pompa (tekanan tetap dan

    volume tetap), penginjeksi, kolom (ekternal dan internal), detektor, dan

    rekorder atau sistem data yang terintegrasi (Rounds dan Gregor, 2003).

    Parameter-parameter yang akan mempengaruhi system kerja pada HPLC antara

    lain diameter dari kolom HPLC, ukuran partikel, ukuran lubang pada fase diam,

    dan tekanan pompa.

      Terdapat lima tipe HPLC yaitu normal phase chromatography, reversed 

     phase chromatography, ion-exchange chromatography, size-exclusion

    chromatography, dan  affinity chromatography  (Rounds dan Gregor, 2003).

    Pada penilitian ini, tipe HPLC yang digunakan adalah   reversed phase

    chromatography (RP-HPLC). Fase diam dari HPLC jenis ini adalah senyawa

    nonpolar, sedangkan pase geraknya polar. Karena hal tersebutlah maka

    komponen yang akan kelur dahulu adalah komponen yang polar dibandingkan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    64/183

    RP-HPLC terdiri atas alkil turunan silika dan tidak pernah digunakan dengan

    larutan basa (karena larutan basa akan menghancurkan ikatan silika). Kolom

    RP-HPLC dapat digunakan dengan larutan asam tapi tetapi tidak boleh kontak 

    terlalu lama karena asam dapat menimbulkan korosi pada logam yang ada

    dalam peralatan HPLC. Kandungan logam pada kolom HPLC harus dijaga agar 

    tetap rendah supaya dapat memberikan hasil terbaik pada pemisahan komponen.

    Salah satu cara untuk mengetahui kandungan logam di dalam kolom HPLC

    adalah dengan menginjeksikan campuran dari 2,2’- dan 4,4’-bipiridin. Bila

    terdapat ion logam di permukaan silika, maka senyawa 2,2’-bipiridin akan

    mengkelat logam tersebut dan peak dari senyawa yang akan diidentifikasi

    menjadi tidak teratur sehingga dapat memberikan hasil yang tidak sesuai.

      Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi komponen fenolik 

    dalam bahan pangan dengan metode HPLC. Komponen fenolik merupakan

    senyawa aromatik, oleh karena itu, senyawa tersebut akan memberikan

     penyerapan yang baik pada panjang gelombang sinar UV. Flavonoid yang

    merupakan bagian dari senyawa fenolik, memiliki serapan pada panjang

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    65/183

    memiliki dimensi (150 x 3.9-mm ID). Detektor yang digunakan yaitu Linear 

    Model 204 UV-Vis detector (Hertog et al., (a) (1992).

    Menurut Macrae (1988), keuntungan utama dari HPLC adalah

    kemampuannya untuk menangkap komponen dengan stabilitas panas yang

    terbatas ataupun yang bersifat volatil. HPLC merupakan metode yang sangat

    sensitif, tepat, selektif, dan memiliki tingkat otomatisasi yang tinggi, sehingga

    lebih sederhana dalam pengoperasiannya. Di samping itu, HPLC banyak 

    digunakan untuk analisis karena kemudahan injeksi, deteksi dan pengolahan

    data serta dapat digunakan untuk berbagai macam sampel seperti sampel cairan,

     padatan yang dilarutkan, maupun sampel yang labil terhadap pemanasan.

    Modern HPLC telah banyak diaplikasikan seperti pemisahan, identifikasi,

     pemurnian, dan penghitungan komponen yang bervariasi.

    Menurut Adamson et al.,  (1999) HPLC merupakan metode yang efektif 

    untuk mendeteksi dan menghitung komponen fenol dan metode ini telah

    digunakan secara luas. HPLC telah digunakan dalam menghitung prosianidin

    dalam kakao dan coklat.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    66/183

    III. BAHAN DAN METODE

    A. BAHAN DAN ALAT

    I. Bahan

    Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

     bahan untuk analisis bahan untuk membuat larutan standar, dan bahan

    untuk membuat ekstrak sayuran. Bahan-bahan yang digunakan dalam

     pembuatan larutan standar adalah myricetin, luteolin, quercetin, apigenin,

    dan kaemferol (Sigma Aldrich), metanol 62.5%, dan HCl 6M. Bahan-bahan

    yang digunakan dalam pembuatan ekstrak sayuran adalah daun kelor 

    ( Moringa pterygosperma Gaertn.), buah takokak (Solanum torvum.Swartz)

    seluruh bagian tanaman antanan beurit ( Hydrocotyle sibthorpioides Lmk),

     bunga pepaya (Carica papaya.L), daun jambu mete ( Anacardium

    occidentale. L), dan daun mengkudu ( Morinda citrifolia.L), yang diperoleh

    dari BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik) Bogor.

    Daun labu siam (Sechium edule  (Jacq.) Swartz.), daun kacang

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    67/183

    ekstrak sayuran adalah  freezer, freeze dryer, alat refluks, neraca analitik,

     blender kering, labu takar, gelas piala, gelas ukur, pipet mohr, pipet tetes,

    spatula, baskom, dan pisau. Untuk analisis alat-alat yang digunakan adalah

     High Performance Liquid Chromatography (HPLC). HPLC column C-18

     phase; Develosisl ODS-UG-3, alat injector sampel HPLC,  filter syringe,

    vial, oven, neraca analitik, desikator, alat vortex, labu takar, gelas piala,

    tabung reaksi, spatula, gegep, dan cawan alumunium.

      Tabel 3. Spesifikasi HPLC

    Komponen HPLC Tipe

    Solvent cabinet Shimadzu LC-20AD

    Degasser Shimadzu DGU-20A5

    Pump Shimadzu LC 20-AD

    Detector UV-Vis Shimadzu SPD-20A

    Manual injector Hewlett Packard Series 1100

    Injector Rheodyne 20 µL

    Syringe Agilent Technologies, LC 50 µL

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    68/183

    menggunakan blender kering untuk mendaptkan bubuk sampel berukuran

    kurang lebih 30  mesh.  Sampel yang telah diblender kemudian disimpan

    dalam   freezer   dan siap untuk digunakan dalam ekstraksi. Selanjutnya

    sampel kering beku yang telah disimpan dalam   freezer   apabila akan

    digunakan untuk keperluan analisis, Tahap persiapan sampel dapat dilihat

     pada gambar 19.

    C. METODE ANALISIS

    1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1984)

    Penetapan kadar air merupakan cara untuk mengukur banyaknya air 

    yang terdapat di dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar air dilakukan

     pada sampel sayuran segar (awal) dan pada sampel sayuran setelah freezedrying . Penentuan kadar air ini dilakukan dengan metode pengeringan

    dengan oven biasa. Prinsip dari metode ini adalah air dikeluarkan dari

    sampel dengan cara menguapkan air yang terdapat dalam bahan pangan.

    Persiapan yang perlu dilakukan adalah cawan alumunium yang akan

    o

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    69/183

    2. Analisis Total Fenol (Shetty et al.,  1995 yang dikutip oleh Ishartani,

    2004)

    Penentuan total fenol bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa

    fenol pada sampel. Sampel kering beku bubuk mula-mula diambil sebanyak 

    50.0 mg dan dilarutkan dalam 2.5 etanol 95%, kemudian divorteks. Setelah

    itu dilakukan sentrifuse terhadap campuran tersebut selama 5 menit dengan

    kecepatan putaran 4000 rpm. Supernatan diambil sebanyak 0,5 ml dan

    dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 0.50 ml etanol

    95%, 2.5 ml aquades, dan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu 50%. Campuran

    tersebut didiamkan dahulu selama 5 menit, lalu ditambahkan 0.5 ml

     Na2CO3 5% dan divorteks. Setelah itu, sampel disimpan dalam ruang gelap

    selama satu jam, lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Prosedur penentuan total fenol dapat dilihat

    secar ringkas pada gambar 20.

    Standar yang digunakan dalam penentuan total fenol adalah asam galat.

    Standar asam galat dibuat dengan variasi konsentrasi antara 50 – 250 mg/L.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    70/183

    b. Analisis Flavonoid dengan HPLC

    a. Pembuatan larutan Standar Tunggal (Hertog et al., 1992(a))

      Sebanyak 1.5 mg standar yang tersedia dilarutkan dalam 3 ml metanol

    62.5%, sehingga diperoleh standar   stock   dengan konsentrasi 500

    µg/ml. Setelah itu, 2.5 ml dari standar  stock dilarutkan dalam 20 ml

    metanol 62.5%. Kemudian dicampurkan dengan 5 ml HCl 6M untuk 

    menjaga kondisi asamnya supaya komponen flavonoid tersebut tidak 

    terdegradasi. Penambahan metanol dilakukan hingga volume

    mencapai 50 ml, sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah 25

    µg/ml. larutan standar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

    lima konsentrasi, yaitu 0.5, 2.5, 10, 20, dan 25 µg/ml. pembuatan

    larutan standar dengan konsentrasi 0.5, 2.5, 10, 20 µg/ml dilakukandengan melakukan pengenceran dari larutan standar yang memilik 

    konsentrasi 25 µg/ml. Proses pembuatan larutan standar yang

    dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat secara ringkas pada

    gambar 22.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    71/183

    Konsentrasi yang digunakan untuk menentukan LOD adalah

    konsentrasi yang terendah. Setelah diperoleh kesepuluh area tersebut,

    dimasukkan kedalam persamaan kurva standar masing-masing,

    sehingga diperoleh konsentrasi dan standar deviasinya. Besarnya

    LOD adalah tiga kali dari nilai standar deviasi.

    d. Pembuatan larutan dan kurva standar campuran

      Proses pembuatan larutan standar campuran pada penelitian ini sama

    dengan proses pembuatan larutan standar tunggal. Hanya saja pada

    standar campuran ini dibuat dengan cara mencampur kelima standar 

    yang ada dengan perbandingan volume 1:1 dimana konsentrasi

    apigenin dibuat menjadi dua kali konsentrasi standar lainnya.

    Penentuan variasi konsentrasi yang digunakan ditentukan denganmemperhatikan nilai limit deteksi masing-masing standar.

    e. Injeksi ekstrak sampel ke kolom HPLC (Hertog et al., 1992(a))

      Ekstrak sampel yang telah disaring dengan Syringe filter  0.45 µm,

    diinjeksikan ke kolom HPLC C-18 phase; Develosil ODS-UG-3 yang

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    72/183

    dengan peak pada kromatogram sampel merupakan peak jenis

    flavonoid yang ditambahkan. Selanjutnya penentuan kandungan

    flavonoid pada kromatogram sampel dilakukan dengan

    membandingkan kromatogram sampel tersebut dengan

    ko-kromatogram sampel sesuai urutan peak yang terbentuk pada

    masing-masing waktu retensinya.

    g. Identifikasi flavonoid pada sampel

      Hasil dari kromatogram sampel kemudian dibandingkan dengan

    kromatogram standar. Penentuan komponen yang terdapat pada

    sampel dilihat berdasarkan waktu retensi masing-masing standar. Dari

    area yang diperoleh, dihitung konsentrasinya dengan menggunakan

     persamaan garis dari kurva standar campuranyang sudah diperoleh.Selain itu dilakukan pula perhitungan dengan menggunakan eksternal

    standar, yaitu dengan membandingkan luas area komponen pada

    sampel dengan luas area pada standar campuran. Standar campuran

    yang digunakan sebagai eksternal standar adalah standar campuran

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    73/183

    dengan area komponen yang terbentuk pada sampel dengan area pada

    standar campuran. Hasil perhitungan ini kemudian diolah menggunakan

    uji statistik yang berupa HSD Tukey pada taraf   = 0.05. sedangkan

    untuk mengatahui berebda atu tidak antara dua macam cara perhitungan

    yang digunakan, maka dilakukan uji t  dua sampel berpasangan.

    •  Semua hasil perhitungan yang pada sampel dihitung berdasarkan berat

     basah (mg/100 gram sampel segar) dan berat kering sampel (mg/100

    gram sampel kering).

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    74/183

    Sampel

    Pencucian

    Penghancuran dengan blender kering

     Freeze drying selama 48 jam

    Sampel kering beku

    Pembekuan selama 24 jam

    Penirisan

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    75/183

    enda an

    50.0 miligram sampel

    kerin beku bubuk 

    0.5 ml supernatan

    su ernatan

    Pelarutan

    Pemusingan selama 5 menitdengan kecepatan 4000 rpm

    2.5 ml

    etanol 95%

    0.5 ml etanol 95%

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    76/183

    0.500 atau 1.000

    gram sampel kering beku (bubuk)

    Pelarutan

    Pencampuran

    Perefluksan selama 1 jam

     pada suhu 50oC

    Pendinginan

    Gelas

     piala

    400 ml

    10 ml HCl 6M

    40 ml MeOH(aq)

    62.5%

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    77/183

    1.5 mg standar 

    flavonoid

    Pelarutan

    30 ml MeOH(aq)62.5%

    Standar  stock 

    2.5 mlstandar  stock 

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    78/183

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. IDENTIFIKASI/DETERMINASI TUMBUHAN

    Identifikasi/determinasi tumbuhan dilakukan oleh pihak “Herbarium

    Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor dengan

    Kepala Bidang Botani LIPI adalah Dr. Eko Baroto Walujo, APU.

    B. STANDAR FLAVONOID DAN LIMIT DETEKSI

      1. Standar Flavonoid Bentuk Tunggal

    Pembuatan standar bentuk tunggal dilakukan untuk mengetahui

    waktu retensi dari masing-masing standar yang digunakan agar tidak terjadi

    kesalahan dalam menentukan urutan munculnya senyawa flavonoid yangdiidentifikasi apalagi jika semua senyawa flavonoid tersebut terdapat dalam

    suatu kromatogram sampel. Selain itu pembuatan standar bentuk tunggal ini

     juga dimaksudkan untuk mengetahui besarnya limit deteksi dari

    masing-masing standar flavonoid yang selanjutnya akan digunakan sebagai

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    79/183

    dan kaempferol serta 2.5 µg/ml untuk standar apigenin). Setelah diperoleh

    kesepuluh area dalam tersebut, kemudian dimasukkan kedalam persamaan

    kurva standar masing-masing, sehingga diperoleh konsentrasi dan standar 

    deviasinya. Besarnya LOD adalah tiga kali dari nilai standar deviasi.

    Adapun hasil dari penginjeksian masing-masing standar flavonoid yang

    digunakan akan dijelaskan sebagai berikut:

    a. Myricetin  Puncak senyawa myricetin muncul pada kisaran menit ke-3.7

    sampai menit ke-4.2. Gambar 22 menunjukkan hasil kromatogram

    standar myricetin pada berbagai konsentrasi. Persamaan garis yang

    diperoleh adalah y = 83351x-27550 dengan r 2 = 0.999. Limit deteksi dari

    myricetin adalah 0.039 µg/ml. Kurva standar dan perhitungan limitdeteksi dari senyawa myricetin dapat dilihat pada Lampiran 1.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    80/183

      Gambar 23. Kromatogram standar luteolin

    c. Quercetin

      Puncak senyawa quercetin muncul pada kisaran menit ke-7.9

    sampai menit ke-8.8. Gambar 24 menunjukkan hasil kromatogram

    standar quercetin pada berbagai konsentrasi. Persamaan garis yang

    diperoleh adalah y = 79751x-16750 dengan r 2 = 0.999. Limit deteksi dari

    quercetin adalah 0.028 µg/ml. Kurva standar dan perhitungan limit

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    81/183

    d. Apigenin

      Kurva standar apigenin dibuat dengan variasi konsentrasi antara

    2.5-25 µg/ml. senyawa apigenin muncul pada kisaran menit ke- 13.8

    sampai menit ke-14.9. Gambar 25 menunjukkan hasil kromatogram

    standar apigenin pada berbagai konsentrasi. Persamaan garis yang

    diperoleh adalah y = 29067 x - 14806 dengan r 2 = 0.998. Limit deteksi

    dari apigenin adalah 0.22 µg/ml. Kurva standar dan perhitungan limitdeteksi dari senyawa apigenin dapat dilihat pada Lampiran 4. Kebalikan

    dari quarcetin, dari seluruh standar yang digunakan, apigenin memiliki

    limit deteksi yang paling besar. Hal ini berarti, respon dari senyawa

    apigenin terhadap instrumen yang digunakan adalah yang paling rendah

    dibandingkan dengan keempat senyawa lainnya.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    82/183

    2.5 5,0 2510 20 [ ] µg/ml

      Gambar 26 . Kromatogram standar kaempferol

      Tabel 4. Hasil penginjeksian standar flavonoid dalam bentuk tunggal

    Standar

    Flavonoid

    Rt/waktu retensi

    (menit ke-)

    Persamaan kurva

    standar

    Limit deteksi

    (LOD)

    Myricetin 3.7-4.2 y = 83351x - 27550 0.039 0.026*

    Luteolin 7.3-8.1 y = 80577x - 17067 0.056 0.038*

    Quarcetin 7.9-8.8 y = 79751x - 16750 0.028 0.022*

    Apigenin 13.8-14.9 y = 29067x - 14806 0.22 0.19*

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    83/183

    2. Standar Campuran Senyawa Flavonoid

      Dalam suatu bahan pangan, senyawa flavonoid tidak pernah terdapat

    secara mandiri. Adanya senyawa lain (baik itu sesama flavonoid atau bukan)

    akan mempengaruhi senyawa yang dimaksud. Termasuk juga di dalam

     perbedaan waktu retensi antara masing-masing senyawa dalam campuran jika

    dibandingkan bila senyawa tersebut berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan

     pembuatan standar campuran untuk menentukan waktu retensi yang diharapkanakan lebih dekat dengan waktu retensi flavonoid pada sampel.

      Pembuatan standar campuran dilakukan dengan mencampur semua

    standar yang digunakan dengan perbandingan 1:1 pada masing-masing tingkat

    konsentrasi yang sama. Konsentrasi yang dibuat pada standar campuran adalah

    0.83-1.67-2.5-3.33-4.17 µg/ml untuk senyawa myricetin, luteolin, quercetin,dan kaempferol, sedangkan untuk senyawa apigenin , konsentrasi yang dibuat

    adalah1.67-3.33-5-6.67-8.33 µg/ml. Pembuatan konsentrasi apigenin yang

    menjadi dua kali konsentrasi senyawa lainnya dikarenakan respon dari apigenin

    yang sangat rendah jika dibandingkan dengan keempat senyawa lainnya. Hal ini

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    84/183

    standar lainnya. Selain itu dengan variasi konsentrasi standar campuran seperti

    itu dapat menghemat biaya, disamping itu hasil analisa yang dihasilkan akan

    lebih baik dan efisien terutama dari peak-peak yang dihasilkan karena tentunya

    dengan konsentrasi yang lebih besar pastinya peak dan luas areanya akan

    semakin besar juga.

    Dari hasil penginjeksian kelima konsentrasi campuran tersebut, ternyata ada

    hal yang menarik untuk diketahui. Diantara semua standar yang diinjeksikan bila dibandingkan dengan hasil penginjeksian standar dalam bentuk tunggal

    terlihat luas area yang dihasilkan pada konsentrasi 2.5 µg/ml (myricetin,

    quarcetin, dan kaempferol), 5 µg/ml (apigenin) hasil penginjekasin standar 

    campuran ini mengalami peningkatan luas area. Kecuali luteolin justru

    mengalami penurunan luas area. Hal ini terjadi karena dari kromatogram standar campuran yang dihasilkan terlihat bahwa peak yang terbentuk pada waktu

    retensi luteolin dan quarcetin hampir sama bahkan saling menyatu. Hal ini

    memungkinkan terjadinya interaksi antara kedua senyawa tersebut sehingga

    terjadi pengurangan konsentrasi pada satu senyawa di sisi lain terjadi

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    85/183

    Persamaan garis untuk apigenin adalah y = 54005 x - 49812, dengan nilai r 2 =

    0.998. Kurva standar campuran apigenin dapat dilihat pada Gambar 31.Persamaan garis untuk kaempferol adalah y = 183312 x - 85155, dengan nilai r 

    2

    = 0.998. Kurva standar campuran kaempferol dapat dilihat pada Gambar 32.

    Tabel 5. Hasil penginjeksian standar flavonoid dalam bentuk campuran

    StandarFlavonoid

    Rt/waktu retensi(menit ke-)

    Persamaan kurvastandar

    Limit deteksi(LOD)

    Myricetin 4.1 - 5.3 y = 171915x - 76058 0.039 0.026*

    Luteolin 8.4 - 8.7 y = 20332x - 5779 0.056 0.038*

    Quarcetin 8.6 - 9.8 y = 77985x - 16728 0.028 0.022*

    Apigenin 15.1 - 17.3 y = 54005x - 49812 0.22 0.19*

    Kaempferol 17.6 – 20.2 y = 183312x - 85155 0.047 0.037*

    * limit deteksi (LOD) dari standar yang dianalisa (Batari, 2007) pada instrumen

    (sfesifikasi HPLC) yang berbeda tapi dengan jenis kolom yang sama.

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    86/183

    konsentrasi

    (µg/ml)

    area

    (mAU)

    0.83 67525

    1.67 217408

    2.5 344943

    3.33 491388

    4.17 647387

    Gambar 28. Kurva standar campuran myricetin

    konsentrasi

    (µg/ml)

    area

    (mAU)

    0.83 10602

    1.67 29794

    2.5 43950

    3.33 61267

    4.17 79645

    Gambar 29. Kurva standar campuran luteolin

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    87/183

    Gambar 32. Kurva standar campuran kaempferol

    C. TOTAL FENOL

    Total fenol merupakan perkiraan kasar jumlah senyawa fenolik yang

    terdapat dalam suatu bahan. Kebanyakan senyawa fenolik biasanya bersifat

    antioksidan oleh karena itu pengukuran total fenol dapat digunakan untuk 

    memperkirakan aktifitas antioksidan suatu bahan. Pengukuran total fenol yang

    dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode yang mereaksikan ekstrak 

     bahan dengan senyawa folin. Senyawa folin dapat bereaksi dengan gugus

    kromofor pada fenolik dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 725 nm

    konsentrasi

    (µg/ml)

    area

    (mAU)

    0.83 66007

    1.67 228373

    2.5 369565

    3.33 514269

    4.17 687418

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    88/183

    dan terkecil pada kucai (211.7 mg). Untuk nilai total fenol dari tiga belas sampel

    yang dianalisa dapat dilihat pada Tabel 6 dan untuk perhitungan total fenol padasampel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

    Tabel 6. Total fenol sayuran indigenous

    Nama LokalTotal fenol

    (mg/100 g sampel kering)Bunga turi 323,7

    Kucai 211,7

    Takokak 860,3

    Daun kelor 536,1

    Pucuk mengkudu 236,4

    Lembayung 438,3

    Terubuk 204,4

    Mangkokan putih 491.0

    Daun labu siam 412,6

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    89/183

      Hasil perhitungan untuk kandungan flavonol dan flavone pada

    masing-masing sayuran dilakukan dengan menggunakan dua macam perhitungan. Pertama dengan menggunakan persamaan kurva standar 

    campuran, dan yang kedua adalah dengan menggunakan eksternal standar,

    yaitu dengan mengambil satu standar campuran yang memiliki konsentrasi

    tertinggi, dan untuk menghitung konsentrasi flavonol dan flavones pada

    sampel, dibandingkan dengan area komponen yang terbentuk pada sampeldengan area pada standar campuran. Penggunaan dua cara perhitungan ini pada

    dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil yang

    diperoleh jika dihitung dengan dua cara ini. Dari masing-masing perhitungan

    tersebut nantinya akan dibandingkan dan diketahui mana cara yang paling baik 

    dan efektif dalam menghitung komponen flavonoid sampel. Hasil perhitungandengan kedua cara ini dapat dilihat pada Tabel. 7 dan Tabel. 8.

    Perhitungan komponen flavonol dan flavones pada sampel dilakukan

     berdasarkan berat basah dan berat kering sampel. Basis berat basah berarti

    kandungan flavonol dan flavones dihitung sebanyak berapa miligram dalam

    100 l d k hit b d k b i k i

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    90/183

    Sampel

    Perhitungan dengan kurva standar campuran

    Wet basis Dry basis  

    Konsentrasi (mg/100 g sampel segar) Konsentrasi (mg/100 g sampel kering)

    Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol

    Total

    flavonoldan

    flavone

    Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol

    Total

    flavonoldan

    flavone

    Bunga turi 2,76 18,47 21,23 28,27 189,05 217,32

    Kucai 2,69 4,46 7,65 14,79 16,23 26,96 46,20 89,39

    Takokak 2,30 0,66 2,96 21,30 6,09 27,39

    Daun kelor 1,32 95,84 20,79 117,95 5,29 384,61 83,44 473,33

    Pucuk mengkudu 23,67 9,75 33,42 142,65 58,78 201,43

    Lembayung 27,35 12,97 3,33 43,65 242,00 114,81 29,46 386,27

    Terubuk 0,44 0,44 3,77 3,77

    Mangkokan 12,67 6,87 12,95 32,49 83,84 45,48 85,67 214,99

    Daun labu siam 12,49 13,81 9,72 36,03 69,40 76,72 54,02 200,15

    Bunga papaya 18,85 11,95 5,47 36,27 159,44 101,12 46,29 306,85

    Pucuk mete 8,28 125,39 9,91 143,58 37,85 573,07 45,27 656,20

    Pakis 7,42 2,10 9,52 65,81 18,64 84,45

    Antanan beurit 1,57 37,51 10,85 49,93 10,47 249,54 72,17 332,18

      Tidak terdeteksi

    Tabel 7. Hasil erhitun an konsentrasi flavonoid ada sam el den an men unakan kurva standar cam uran

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    91/183

    a)

     konsentrasi standar eksternal yang digunakan adalah campuran standar flavonoid dengan konsentrasi tertinggi

     *4.17 µg/ml untuk standar myricetin, luteolin, quercetin, dan kaempferol

    *8.33 µg/ml untuk standar apigenin

    Sampel

    Perhitungan dengan eksternal standar campurana)

    Wet basis Dry basis  

    Konsentrasi (mg/100 g sampel segar) Konsentrasi (mg/100 g sampel kering)

    Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol

    Total

    flavonoldan

    flavone

    Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol

    Total

    flavonoldan

    flavone

    Bunga turi 2,51 18,50 21,00 25,64 189,33 214,97

    Kucai 2,30 4,01 7,85 14,16 13,88 24,25 47,43 85,55

    Takokak  2,60 0,72 3,32 24,03 6,69 30,71

    Daun kelor  1,38 101,94 21,05 124,37 5,53 409,06 84,48 499,07

    Pucuk 

    mengkudu24,93 9,55 34,48 150,28 57,57 207,85

    Lembayung 28,99 13,00 3,45 45,44 256,53 115,09 30,51 402,13

    Terubuk  0,55 0,55 4,71 4,71

    Mangkokan 13,20 6,49 12,90 32,59 87,38 42,92 85,39 215,70

    Daun labu siam 12,16 14,36 10,13 36,65 67,53 79,77 56,30 203,60

    Bunga papaya 20,40 12,17 5,40 37,98 172,61 103,00 45,72 321,33

    Pucuk mete 7,55 127,80 10,26 145,61 34,50 584,09 46,89 665,47

    Pakis 7,67 2,19 9,86 68,09 19,44 87,53

    Antanan beurit 1,40 39,77 10,79 51,95 9,29 264,60 71,78 345,67

    Tabel 8. Hasil erhitun an konsentrasi flavonoid ada sam el den an men unakan eksternal standar cam uran

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    92/183

    Tabel 9. Perbandingan hasil analisis flavonol dan flavone dengan perhitungan kurva standar campuran dan eksternal standar campuran

    Sampel

    Wet basis Dry basis  

    total flavonol dan flavone

    (mg/100g sampel segar)   (A-B)

    c) total flavonol dan flavone

    (mg/100g sampel kering)   (A-B)

    c)

    Aa)

    Bb)  (A-B)

    d)  %

    e)  A

    a)B

    b)  (A-B)

    d)  %

    e)

    Bunga turi 21,23 21,00 0,23 1,08 217,32 214,97 2,34 1,08

    Kucai 14,79 14,16 0,64 4,30 89,39 85,55 3,84 4,30

    Takokak 2,96 3,32 0,36 12,14 27,39 30,71 3,32 12,14

    Daun kelor 117,95 124,37 6,41 5,44 473,33 499,07 25,74 5,44

    Pucuk mengkudu 33,42 34,48 1,06 3,19 201,43 207,85 6,42 3,19

    Lembayung 43,65 45,44 1,79 4,11 386,27 402,13 15,86 4,11

    Terubuk 0,44 0,55 0,11 24,94 3,77 4,71 0,94 24,94

    Mangkokan 32,49 32,59 0,11 0,33 214,99 215,70 0,70 0,33

    Daun labu siam 36,03 36,65 0,62 1,72 200,15 203,60 3,45 1,72

    Bunga papaya 36,27 37,98 1,71 4,72 306,85 321,33 14,48 4,72

    Pucuk mete 143,58 145,61 2,03 1,41 656,20 665,47 9,27 1,41

    Pakis 9,52 9,86 0,35 3,65 84,45 87,53 3,08 3,65

    Antanan beurit 49,93 51,95 2,03 4,06 332,18 345,67 13,49 4,06a)

     A = hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan kurva standar  

     b) B = hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan eksternal standar 

    c)  (A-B) = selisih hasil perhitungan dengan menggunakan kurva standar dan eksternal standar 

    d) (A-B)  = nilai c) (harga mutlak ; diambil nilai yang positif)e) % = persentase nilai d) dibandingkan dengan nilai a)

  • 8/20/2019 flavonoid skripsi.pdf

    93/183

    1. Bunga turi

    Bunga turi memiliki kadar air sebesar 90.23 %. Berdasarkan hasil analisistotal fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada bunga turi adalah sebanyak 

    31.6232 mg/100 g sampel segar dan 323.6766 mg/100 g sampel kering.

    Gambar 33. menunjukkan kromatogram ekstrak bunga turi hasil

    analisis deng