etika nita

17
LAPORAN ETIKA Tentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku Arsitek BANGUNAN YANG TERINDIKASI PELANGGARAN KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI ARSITEK A.DATA 1. Data Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak Prefek Pacificus Bos pertama kali menginjakkan kakinya di Singkawang pada tanggal 30 November 1905, ia telah memikirikan perlunya sebuah pangkalan, pusat stasi induk Gereja Katolik di Pontianak sebagai ibu koya Borneo Barat. Sebagai waktu yang tepat, pada hari terakhir tahun 1906 Prefek Pacificus Bos mengutus Pater Beatus ke Pontianak. Dia tinggal sebulan lamanya di Pontianak sambil menjajaki kemungkinan untuk bermisi di tengah masyarakat Tionghua pada waktu itu. Saat itu jumlah umat Katolik ada sebanyak 20-an orang (kebanyakan orang Eropa) dari sekitar 18.000 warga Pontianak. Stasi pertama di Pontianak dimulai dalam bulan Maret karena itu perjalanan misi Gereja diserahkan kepada Santo Yoseph sebagai pelindung Gereja. Tanggal 2 Oktober Prefek P. Bos kembali ke Pontianak. Asisten Residen pada waktu itu menganjurkan untuk membeli 1 ANDI NITA ATIRA 3201307041

Upload: dede-gunawan

Post on 13-Jul-2016

98 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kode etik ars

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

BANGUNAN YANG TERINDIKASI PELANGGARAN KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI ARSITEK

A. DATA 1. Data Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, Kalimantan Barat.

Sejak Prefek Pacificus Bos pertama kali menginjakkan kakinya di Singkawang pada

tanggal 30 November 1905, ia telah memikirikan perlunya sebuah pangkalan, pusat stasi

induk Gereja Katolik di Pontianak sebagai ibu koya Borneo Barat. Sebagai waktu yang

tepat, pada hari terakhir tahun 1906 Prefek Pacificus Bos mengutus Pater Beatus ke

Pontianak. Dia tinggal sebulan lamanya di Pontianak sambil menjajaki kemungkinan

untuk bermisi di tengah masyarakat Tionghua pada waktu itu. Saat itu jumlah umat

Katolik ada sebanyak 20-an orang (kebanyakan orang Eropa) dari sekitar 18.000 warga

Pontianak. Stasi pertama di Pontianak dimulai dalam bulan Maret karena itu perjalanan

misi Gereja diserahkan kepada Santo Yoseph sebagai pelindung Gereja. Tanggal 2

Oktober Prefek P. Bos kembali ke Pontianak. Asisten Residen pada waktu itu

menganjurkan untuk membeli sebidang tanah yang terletak tidak terlalu jauh dari pasar

dan bagian kota untuk orang-orang Eropa. Dalam surat yang tertulis tanggal 14 dan 19

Juli 1908 Prefek Pacificus Bos melaporkan kepada Provinsial tentang pembelian tiga

bidang tanah (untuk membangun gereja, pastoran, rumah yatim-piatu, sekolah dan

pekuburan), kemudian sebidang tanah lainnya untuk susteran.

1ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 2: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

Gambar A.1: Pasificus Bos, Pendiri Gereja St. Yoseph Pontianak(Sumber: http://www.rs-antonius.com/sejarah.php; diakses pada 22 Maret 2016)

Arsitek pembangunan gereja Katedral ini adalah seorang militer Belanda, Tuan Van

Noort, yang baru ditempatkan di Pontianak. Tenaga pertukamagan berasal dari Belanda

dan Kalimantan. Dana bersumber dari himpunan warga Pontianak dan luar daerah. Gereja

ini digunakan oleh semua golongan masyarakat tanpa batas pemisah seperti warna kulit,

budaya maupun latar belakang. Bangunan gereja berukuran 20 x 11 meter dengan tinggi

menara 22 meter. Dasar bangunan gereja harus kuat sebab tanah di Kalimantan Barat

(Borneo Barat) memang merupakan tanah delta yang lembut. Dinding gereja terbuat dari

anyaman besi yang diplester semen. Pada tanggal 9 Desember 1909 gereja ini diberkati

oleh Prefek Pacificus Bos. Upacara ini dihadiri oleh seluruh umat Katolik, Katekumen,

instansi – instansi sipil dan militer. Paroki Katedral Pontianak dibuka pada tahun 1909

oleh Pastor Remigius.

2ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 3: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

Gambar A.2: Bangunan Lama Gereja St. Yoseph Pontianak(Sumber: http://mulpix.com/instagram/pontianak_kalbar_kalimantanbarat_kalimantan.html ;

diakses pada 22 Maret 2016)

Sejak tanggal 17 November 1918, ketika Pastor Pasificus Bos ditahbiskan menjadi

Uskup oleh Vikaris Apostolik Jakarta di Pontianak, gereja Pontianak menjadi Gereja

Katedral atau Paroki Katedral.

Pada awalnya sebelum berdirinya paroki-paroki lain, maka Paroki Katedral menjadi

pusat dari pastor-pastor untuk mengunjungi daerah-daerah lain, mulai dari Pontianak ke

Retok, Ambawang, Mempawah, dan sepanjang jalan sampai ke sungai Raya. Daerah-

daerah lain yang juga dikunjungi adalah : Siantan, Anjungan, Toho, Raba dan Tiang

Tanjung serta Teluk Pakedai dan daerah Olak-olak Kubu.

Gereja yang berdiri pada 1909 ini telah menjadi ikon lebih dari satu abad perjalanan

umat Katolik di Kalimantan Barat. Seiring dengan perkembangan umat dan keadaan

bangunan fisik angunan gereja awal yang sudah tidak layak, maka bangunan tersebut di

rubuhkan pada tahun 2011 untuk dibangun gereja baru yang berkapasitas 3000 orang.

Arsitek yang merancang kembali gereja ini adalah Yohanes Reginaldus Adipurnomo,

yang biasa dikenal dengan nama Ricky. Gereja ini terinspirasi dari Basilika St. Petrus

Vatikan, Katedral inipun didesain dengan kubah yang mirip Basiluka St, Petrus. Gereja

3ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 4: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

St. Yoseph yang baru dibangun dengan perpaduan arsitektur Romawi dan Timur Tengah.

Eksterior bangunan didominasi dengan ornament bernuansa Dayak dan interiornya

didominasi nuansa khas Tionghoa berpadu dengan gaya klasik Eropa.

Gereja Katedral St. Yoseph ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs.

Cornelis MH pada tanggal 19 Desember 2014. Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus

Agus turut hadir dalam acara peresmian tersebut. Gubernur Cornelis mengklaim bahwa

Gereja Katedral Pontianak yang sekarang ini adalah pembangunan gereja Katolik terbesar

di Asia Tenggara.

Gambar A.3: Bangunan Baru Gereja St. Yoseph Pontianak(Sumber: http://www.rs-antonius.com/sejarah.php; diakses pada 22 Maret 2016)

Data Fisik Bangunan Gereja St. Yoseph PontianakNama : Gereja Katedral St. Yoseph

Alamat : Jalan Patimura No. 195, Pontianak Kota, Kalimantan Barat

Pemilik : Keuskupan Agung Pontianak

Luas Lahan : 3512 m2

Luas Bangunan : 8934 m2

Batas Lahan Utara : Jalan Raya Pattimura

4ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 5: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

Batas Lahan Timur : Jalan Raya Pattimura

Batas Lahan Selatan : Perumahan / mess bruder

Batas Lahan Barat : Keuskupan

2. Data Arsitek Perancang Bangunan Baru Gereja St. Yoseph Pontianak

Yohanes Reginaldus Adipurnomo, IAI lahir di Pontianak tahun 1974, Ricky

memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada tahun 1998 di Fakultas Teknik Arsitektur

Universitas Pancasila. Sebenarnya, Ricky tak ingin menjadi arsitek. Saat remaja ia gemar

menonton pertandingan balap mobil, selain itu ia juga gemar menggambar. Talenta

menggamar ini yang kemudian membawa Ricky memilih Jurusan Teknik Arsitektur

Universitas Pancasila Jakarta. Sebelum selesai kuliah, ia sudah mulai mendesain

bangunan. Lalu, Ricky bergabung dengan sebuah biro konsultan arsitektur. Selama 10

tahun, ia bekerja di biro ini. Pada 2002, ia mengikuti ujian untuk menjadi seorang arsitek

profesional. Ia pun lulus. Dengan tekad bulat ia memutuskan keluar dari tempat kerjanya.

Ia memulai karir arsitek professional secara nasional sejak tahun sejak tahun 2003. Aktif

dalam organisasi IAI – Kalbar sejak tahun 2002 hingga sekarang, saat ini ia menjabat

sebagai ketua II IAI – Kalbar periode 2013 – 2016.

Gambar A.4: Bangunan Baru Gereja St. Yoseph Pontianak(Sumber: http://www.rs-antonius.com/sejarah.php; diakses pada 22 Maret 2016)

Adapun beberapa karya lainnya dari Ricky, ialah sebagai berikut:

5ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 6: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

1) Masjid Raya Singkawang, Kalimantan Barat

Gambar A.5: Masjid Raya Singkawang, Kalimantan Barat(Sumber: http://blogsingkawang.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-masjid-raya-kota-

singkawang.html ; diakses pada 22 Maret 2016)

2) Rumah Radangk atau Rumah Betang di Perkampungan Budaya Kalimantan Barat

Gambar A.6: Rumah Radakng, Pontianak(Sumber: http://kabarkalbar.com/menilik-kemegahan-rumah-radakng-pontianak/l ; diakses

pada 22 Maret 2016)

3) Gedung PKK Provinsi Kalimantan Barat

4) Gedung Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan

Barat

5) Stadion PSP Pontianak

6ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 7: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

Gambar A.7: Stadion PSP, Pontianak(Sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1492047&page=23 ; diakses

pada 22 Maret 2016)

6) Hotel Nurali Pontianak

7) Stadion Ngabang, Kalimantan Barat

8) Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau

9) Katedral St Yosef Pontianak

B. LATAR BELAKANG

Secara umum, etika dikenal sebagai tata atur hubungan antara manusia yang menyangkut

hubungan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban di dalam berbagai kehidupan. Dalam

menjalankan tugas profesinya, arsitek dibatasi dengan etika profesi. Namun hanya arsitek

yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang terkait demham aturan kode

etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan Kidah Tata Laku Profesi Arsitek Indonesia.

Kode Etik Profesi mengatur prilaku arsitek dalam menjalankan profesinya. Kode etik juga

mengatur hubungan secara professional antara arsitek dan pemberi tugas.

Pada dasarnya, penyimpangan daru apa yang tertera dalam Kode Etik dan Kaidah Tata

Laku Profesi tidak ada sanksi hukumnya, yang ada hanya sanksi organisasi yaitu berupa

teguran lisan, teguran tertulis, penonaktifan sebagai anggota dan yang paling berat adalah

dikeluarkan sebagai anggota IAI. Sanksi yang diberikan oleh organisasi (IAI) ini akan

7ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 8: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

berdampak pada profesi dan psikologis bagi anggota yang terkena sanksi, bahkan

kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan sebagai profesi arsitek. Namun apabila

pelanggaran ini menyangkut hokum terkait dengan pelanggaran undang – undang, peraturan

pemerintah, dan lain sebagainya maka dilakukan penyelesaian lewat pengadilan.

KAIDAH DASAR SATU

KEWAJIBAN UMUM

Para arsitek menguasai pengetahuan dan teori mengenai seni – budaya, ilmu, cakupan

kegiatan, dan keterampilan arsitektur, yang diperoleh dan dikembangkan baik melalui

pendidikan formal, informal maupun nonformal.

Proses pendidikan, pengalaman, dan peningkatan ketrampilan yang membentung kecakapan

dan kepakaran itu dinilai melalui pengujian keprofesian di bidang arsitektur. Hal itu dapat

memberikan penegasan kepada masyarakat, bahwa seseorang bersertifikat keprofesian arsitek

dianggap telah memenuhi standar kemampuan memberikan pelayanan penugasan

profesionalnya dibidang arsitektur dengan sebaik – baiknya.

Secara umum, para arsitek memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk selalu

menjunjung tinggi dan meningkatkan nilai – nilai budaya dan arsitektur, serta menghargai

dan ikut berperan serta dalam mempertimbangkan segala aspek sosial dan lingkungan untuk

setiap kegiatan profesionalnya dan menolak hal – hal yang tidak profesional.

Standar Etika:

a. Pengabdian Diri: Arsitek melakukan tugas profesinya sebagai bagian dari

pengabdiannya kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan mengutamakan

kepentingan Negara dan bangsa.

8ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 9: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

b. Pengetahuan dan Keahlian: Arsitek senantiasa berupaya meningkatkan

pengetahuan dan keahlian serta sikap profesionalnya sesuai dengan nilai –

nilai moral maupun spiritual.

c. Standar Keunggulan: Arsitek selalu berupaya secara terus menerus untuk

meningkatkan mutu karyanya, antara lain melalui pendidikan, penelitian,

pengembangan dan penerapan arsitektur.

d. Warisan alam, budaya dan lingkungan: Arsitek sebagi budayawan selalu

berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya yang tidak semata –

mata menggunakan pendekatan teknis – ekonomis, tetapi juga menyertakan

asas pembangunan berkelanjutan.

e. Nilai hak asasi manusia: Arsitek wajib menjunjung tinggi hak – hak asasi

manusia dalam setiap upaya menegakkan profesinya.

f. Arsitektur, seni dan industry konstruksi: Arsitek bersikap terbuka dan sadar

untuk memadukan arsitektur dengan seni – seni terkait dan selalu berusaha

menumbuh – kembangkan ilmu dan pengetahuan dalam memajukan proses

dan produk industrui konstruksi

Kaidah Tata Laku:

a. Dalam berkarya, arsitek wajib menampilkan kepakaran dan kecakapannya

secara taat asas.

9ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 10: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

b. Arsitek wajib berperan aktif dalm pelestaruan bangunan / arsitektur dan atau

kawasan sejarah yang bernilai tinggi.

c. Arsitek berkewajiban meneliti secara cermat sebelum melakukan rencana

peremajaan, pembongkaran bangunan/kawasan yang dinilaai memiliki

potensi untuk dilestarikan sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik

sebagian maupun seluruhnya,

d. Arsitek berkewajiban memberitahukan dan memberikan saran – saran

kepada pengurus IAI Daerah/Cabang untuk diteruskan kepada yang

berwenang, apabila mengetahui ada rencana perombakan, peremajaan,

pembongkaran bangunan dan atau kawasan yang perlu dilestarikan di

daerahnya.

e. Arsitek mengusahakan penggunaan sumber daya secara efisien,

meningkatkan mutu sumber daya manusia, mempertahankan dan

memperkaya keanekaan hayati serta kelestarian lingkungan, khusunya

pembangunan berkelanjutan.

C. INDIKASI PELANGGARAN ETIKA

Gereja Katedral St. Yoseph merupakan landmark kota selama seabad lebih dan

merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi. Bangunan ini memiliki nilai historis dan

menyimpan memori masa lalu kota. Seperti kutipan dari Prof. Eko Budiharjo seorang ahli

kota yang merupakan guru besar di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, beliau

10ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 11: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

menyebutkan beberapa poin tentang keistimewaan yang dimiliki bangunan tua warisan dari

jaman kolonial. Pertama, bangunan kuno berdaya tahan lama karena dibangun sangat kokoh.

Kedua, bersifat fleksibel, mudah beradaptasi dengan fungsi baru dan ketika hemat energi

karena di desain denagn system pencahayaan jendela yang optimal. Dengan demikian,

bangunan tua memiliki potensi yang masih bisa digali dengan penyesuaian konteks masa

kini.

Perobohan Katedral St. Yoseph merupakan kerugian bagi Kota Pontianak, karena gereja

katedral ini merupakan saksi sejarah yang mencerminkan wajah kota dari masa lampau dan

cerita sebagian umat Kristiani yang pernah menjalani pernikahan, pembaptisan, dsb.

Perobohan gereja ini seperti memenggal memori sebagian warga. Hilangnya bangunan lama

seperti menghilangkan potensi wisata kota. Dari hasil analisa terhadap Gereja Katedral Santo

Yoseph Pontianak diatas, maka pelangaran etika dan tata laku yang dilangar sebagai berikut:

1) Arsitek tidak mengangkat nilai – nilai budaya dan tidak membantu pelestarian bangunan

arsitektur atau kawasan sejarah yang bernilai tinggi.

2) Arsitek tidak meneliti secara cermat sebelum melakukan,renovasi terhadap bangunan

yang dimungkin mempunyai nilai sejarah/budaya yang tinggi untuk dilestarikan.

Seharusnya bangunan lama dalam perencanaan pembangunan gereja tersebut

dipertahankan agar tidak menghilangkan nilai sejarah yang dimiliki. Jika harus

melakukan renovasi total pada bangunan, seharusnya bangunan gereja tersebut

mencerminkan tampilan bangunan sebelumnya dan tidak merubah tampilan secara

keseluruhan dengan bentuk dan konsep luar negeri.

11ANDI NITA ATIRA 3201307041

Page 12: Etika Nita

LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku

Arsitek

Gambar C.1: Gereja St. Yoseph dari Masa ke Masa

(Sumber: http://www.online-instagram.com/user/pontianaksejarah/1558894221/1027181196666338019_

155889422 ; diakses pada 22 Maret 2016)

12ANDI NITA ATIRA 3201307041