estetika deleuze

19
Forum Ceblang-Ceblung, 23 Oktober 2014

Upload: ceblangceblung

Post on 12-Aug-2015

307 views

Category:

Art & Photos


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Estetika Deleuze

Forum Ceblang-Ceblung, 23 Oktober 2014

Page 2: Estetika Deleuze

“Great artists are also great thinkers, but they think in terms of sensations rather than concepts. Painters, for examples, think in terms of lines and colours, musicians think in sounds, film-makers think in images, and so on.”

Seniman besar adalah juga pemikir besar, namun mereka berpikir melalui sensasi, ketimbang konsep. Pelukis, sebagai contohnya, berpikir melalui garis dan warna, pemusik melalui suara, pembuat-film berpikir melalui imej-imej, dan sebagainya.

Page 3: Estetika Deleuze

“Philosophy needs a nonphilosophy that comprehends it; it needs a nonphilosophical comprehension just as art needs nonart and science needs nonscience.” (WP, 218)Filsafat membutuhkan sesuatu yang nonfilsafat untuk dapat memahaminya; ia membutuhkan sebuah pemahaman nonfilosofis sebagaimana seni membutuhkan yang bukan seni dan sains membutuhkan yang non-sains.”

• Untuk memahami filsafat butuh yang bukan filsafat: ia bisa dipahami melalui bidang-bidang lain (pengalamanan berkesenian, pengalaman menjadi buruh, dsb)

• Untuk berfilsafat juga butuh yang bukan filsafat.

Page 4: Estetika Deleuze
Page 5: Estetika Deleuze

Kant: penilaian, berjarakDeleuze: “resonansi”, saling mengadakan, tarik-menarik

Page 6: Estetika Deleuze

Estetika yang berangkat dari proses penciptaan.

Logika sensasi: Karya seni memiliki “nalar”nya sendiri – diagram (graph)

How does it means? (intepretasi, penilaian)

How does it works? (eksperimentasi)

Page 7: Estetika Deleuze

Apa itu penciptaan?Mengatasi, melampaui, meloncati

....

Klise-klise Mooi indieSimbol, ikon-ikon – rujukan, banalTeknik-teknik penggambaransensasional, bombastis ...

Lukisan nude Basoeki Abdullah:tubuh definitif (pose), “ready-made image”

“Dogmatic image” gambaran mapan, gambar-gambar siap

pakai.

Page 8: Estetika Deleuze

Invisible forceEncountered sign, the

sensible

Tubuh: tekanan, detak, panas-dingin, ...

Sensasi

“greget”

“scream” (body)

Pengenalan, pencocokan, recognized sign, representasi, “gambar-gambar siap pakai” (mapan)

Organ: definisi.

Representasi

Ikon-ikon banal, klise

Atraktif - “horror” (persepsi, definisi)

Page 9: Estetika Deleuze

E k s e k u s i

Terjadi dengan sendirinya (bisa disadari,

bisa tidak, hanya tidak terkatakan) oleh seniman

saat berkarya

d e f o r m a s i?

Page 10: Estetika Deleuze

khaos yang menjelma ritme

“Diagram pada esensinya adalah suatu khaos, katastrope, tapi ia juga sekaligus menjadi benih dari

tatanan, keselarasan, atau ritme. Ia menjadi khaos yang agresif ketika berhadapan dengan gambaran yang sudah mapan, representasional, namun ia juga menjadi benih

dari ritme dalam hubungannya dengan tatanan baru lukisan.”

Page 11: Estetika Deleuze

Nashar mencari kemungkinan di atas kertas lukis: untuk menghindari bayangan-bayangannya tentang kampung yang akibatnya membuat ia terperangkap dan tidak bisa menyatu dengan media lukisnya (lihat surat malam kelima).

“Akhirnya jalan yang kutempuh , ialah setelah ada beberapa garis tentang obyeknya, maka tentang kampung halaman itu aku tinggalkan sama sekali. Aku hanya melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada di kertas lukis itu saja.”

Bacon ...

Page 12: Estetika Deleuze
Page 13: Estetika Deleuze

Affandi .... On the spot ... Meruntuhkan gambaran lebih dlu yang bercokol di kepalanya

“Waktu melukis saya selalu mau menjadi satu dengan obyek yang saya lukis. Saya kehilangan diri saya, lalu ada perasaan seperti mau berkelahi.”

On the spot dengan efek-efek cat air yang impresionistik

Page 14: Estetika Deleuze
Page 15: Estetika Deleuze

Asygnifying trait , manual trait

Sudjojono: sapuan kuas

The diagram is thus the operative set of asygnifying and nonrepresentative lines

and zones, line-strokes and color-patches.” (Logic of Sensation, 101)

Page 16: Estetika Deleuze

“Jalan”

Page 17: Estetika Deleuze

Kalau diagram itu sifatnya manual, “agresif” (ekspresif) di atas kanvas,

bagaimana kemungkinan (“jalan”) bagi pelukis dengan teknik realis “mengatasi”

klisenya?

Page 18: Estetika Deleuze

Bagaimana mengolah (meloncati) “narasi” atau “tema” yang disodorkan, yang sudah ada dengan teknik realis

(halus) yang nyaris tak meninggalkan bekas tangan?

Bermain dengan teknik?Eksperimentasi teknik

“melepas” narasi, menyatukan “narasi”

dengan seniman“riset”

Ardana: “struktur” lukisan

Page 19: Estetika Deleuze

“painting is dead”?