epid perencanaan

72
Bagian I : Epidemiologi dalam proses perencanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi lebih jauh mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menunjuk dalam Healthy People (Alan Dever, 1984), secara umum dijelaskan bahwa untuk memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam prioritas perawatan kesehatan dengan penekananlebih besar pada pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Epidemiologi mulai berkembang dari pengamatan atas pengaruh lingkungan terhadap penyakit. Hippocrates 400 tahun sebelum masehi menganjurkan untuk mempertimbangkan arah angin, musim, jenis tanah dan penyakit. Epidemiologi merupakan metode pengumpulan dan analisis fakta untuk mengembangkan dan menguji kerangka piker dan dapat menjelaskan terjadinya fenomena kesehatan. Setiap aktivitas epidemiologi merupakan penerapan metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat disajikan suatu informasi yang memperkaya ilmu pengetahuan mengenai fenomena kesehatan tertentu dan untuk pengambilan keputusan atau kebijakan dalam pelayanan kesehatan. (Amiruddin Ridwan, 2006. Epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan. : Makassar).Sebagai suatu disiplin ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebagai ilmu dasar menyangkut mekanisme terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada

Upload: fachri-latif

Post on 20-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

tugas S1

TRANSCRIPT

Page 1: epid perencanaan

Bagian  I : Epidemiologi dalam proses perencanaan 

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang  

Epidemiologi lebih jauh mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Menunjuk dalam Healthy People (Alan Dever, 1984), secara

umum dijelaskan bahwa untuk memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun

kembali dalam prioritas perawatan kesehatan dengan penekananlebih besar pada

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Epidemiologi mulai berkembang dari

pengamatan atas pengaruh lingkungan terhadap penyakit. Hippocrates 400 tahun sebelum

masehi menganjurkan untuk mempertimbangkan arah angin, musim, jenis tanah dan

penyakit. Epidemiologi merupakan metode pengumpulan dan analisis fakta untuk

mengembangkan dan menguji kerangka piker dan dapat menjelaskan terjadinya

fenomena kesehatan. Setiap aktivitas epidemiologi merupakan penerapan metode untuk

mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat disajikan suatu informasi yang

memperkaya ilmu pengetahuan mengenai fenomena kesehatan tertentu dan untuk

pengambilan keputusan atau kebijakan dalam pelayanan kesehatan.(Amiruddin Ridwan,

2006. Epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan. : Makassar).Sebagai suatu

disiplin ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebagai ilmu dasar menyangkut mekanisme

terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada umumnya. Disamping itu,

epidemiologi dapat jga dianggap sebagai ilmu terapan, yang memadukan ilmu-ilmu

biomedik, biostatistika, dan bioteknohlogi untuk memecahkan persoalan-persoalan

kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian. Dalam lingkungan

rumah sakit, ilmu epidemiologi dapat menjembatani kenginan klinis untuk menerapkan

ilmu biomedik dan bioteknohlogi dalam pengambilan keputusan klinik dan kenginan

masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif, efisien , dan terjangkau

pada saat dibutuhkan. (Amiruddin Ridwan,2006. Epidemiologi perencanaan dan

pelayanan kesehatan. : Makassar) Bagi manajer rumah sakit, epidemiologi dapat

digunakan sebagai pedang bermata dua, yaitu :1.   Epidemiologi dapat dimanfaatkan

untuk melandasi pengambilan keputusan dalam  pelayanan pasien oleh staf rumah

sakit.2.  Epidemiologi digunakan untuk memantau pola penyakit dimasyarakat yang

Page 2: epid perencanaan

mencerminkan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jenis-jenis pelayanan yang

dapat diberikan oleh rumah sakit.( Amiruddin Ridwan, 2006. Epidemiologi Perencanaan

Dan Pelayanan Kesehatan, : Makassar)

Perkembangkan metode epidemiologi ditujukan untuk semakin meningkatnya validitas

hasil penelitian, yakni bahwa kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian tersebut

sesuai dengan kenyataan. Disamping itu, validitas kajian  epidemiologi yang tinggi

memungkinkan generalisasi suatu mekanisme biomedis maupun biosasial, dan  informasi

tentang variasi dari mekanisme tersebut menjadi lebih akurat. (Amiruddin

Ridwan,2006.Epidemiologi Perencanaan Dan Pelayanan Kesehatan,: Makassar.)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dilihat pada epidemiologi perencanaan adalah untuk

mengetahui :1.   Kontribusi epidemiologi terhadap manajemen pelayanan kesehatan.2.  

Metode epidemiologi dalam perencanaan kesehatan.3.   Aplikasi epidemiologi dalam

perencanaan kesehatan.

C.  Tujuan 

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu : Untuk mengetahui peranan   epidemiologi

dalam proses perencanaan 

B A B  II

EPIDEMIOLOGI  DALAM PERENCANAAN KESEHATAN 

A. Permasalahan  Perencanaan Kesehatan

 Derajat kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan angka kematian ibu, angka kematian

bayi dan balita, status gizi serta umur harapan hidup. Pencapaian derajat kesehatan di

provinsi keadaan tahun 2004 dibanding angka Nasional (Indonesia Sehat 2010) masih

Page 3: epid perencanaan

tertinggal, yaitu : AKB (IMR) 41,09/1000 kelahiran hidup (Nas. 2010 : 40); AKABA

(CMR) 45,2/1000 kelahiran hidup (Nas. 2010 : 35); AKI (MMR) 215,8/100.000

kelahiran hidup (Nas.2010:67,9). Status gizi masyarakat masih sangat rendah, terutama

Balita dan Ibu hamil. Angka anemia ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 39% yang akan

diturunkan menjadi kurang dari 20% (2008). Angka status gizi buruk masih tinggi 3%

akan diturunkan menjadi 1% (2008). (Analisis Situasi dan Kecendrungan

http://www.jawatengah.go.id )Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan

beban pelayanan kesehatan semakin berat termasuk menurunnya kuallitas lingkungan,

sedangkan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus meningkat

terutama dengan telah terbitnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Sampai saat

ini beberapa penyakit menular masih menjadi masalah antara lain: malaria, demam

berdarah dengue, TBC, pnemounia, diare dan lain-lain yang ditandai masih sering

terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di beberapa tempat. Selain hal tersebut ada ancaman

penyakit yang ditimbulkan karena transisi epidemiologi dan demografi yang berakibat

penyakit yang sudah dapat diatasi dapat muncul kembali (re-emerging deseases)

diantaranya malaria, antraks dan pes, demikian juga penyakit-penyakit baru (new

emerging deseases) antara lain HMFD, meningitis meningococus. Adanya transisi

epidemiologi dan demografi tersebut, menimbulkan beban ganda bagi bidang kesehatan.

Di satu sisi penyakit kronis masih menjadi masalah, sementara penyakit degenaratif

seperti penyakit jantung, kanker dan lain-lain terus meningkat dan selain itu angka

kesakitan/kematian akibat kecelakaan lalu-lintas, akibat roda paksa dan penderita

gangguan mental juga meningkat secara bermakna.

(Analisis Situasi dan Kecendrungan http://www.jawatengah.go.id).isu strategik dalam

kesehatan saat in adalah:

(Analisis Situasi dan Kecendrunganhttp://www.jawatengah.go.id)

1.       Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah yang tidak hanya menghasilkan tingkat rata-

rata pencapaian keadaan kesehatan penduduk secara keseluruhan (goodness of services),

tetapi juga:

Page 4: epid perencanaan

a.      Keadilan dalam pemerataan pelayanan kesehatan atau semakin berkurangnya

perbedaan antara tingkat kesehatan individu dengan kelompoknya (fairness or equity of

services);

b.      Tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu menurut standar profesi (quality of

services) dengan tetap menjaga martabat manusia serta dapat diterima menurut ukuran-

ukuran normatif sosial budaya setempat (customer services);

c.      Terciptanya sikap tanggap sistem kesehatan secara keseluruhan terhadap kebutuhan

masyarakat (responsiveness);

d.      Keadilan dalam pembiayaan kesehatan (fairness in financing);

e.      Tetap terikat dengan pembangunan kesehatan secara nasional dalam wadah negara

kesatuan Republik Indonesia.Sampai saat ini di propinsi, kabupaten maupun kota belum

mempunyai Sistem Kesehatan Daerah yang merupakan pedoman dan arah program

pembangunan kesehatan. Dan terjadinya perubahan pola penyakit (transisi epidemiologi)

merupakan salah satu masalah yang harus dipertimbangkan. 

2.      Kesehatan belum dapat menjadi “main-stream” di dalam pembangunan

daerah.Desentralisasi memberi kesempatan bagi kabupaten/kota untuk mengoreksi

berbagai standar pelayanan kesehatan yang selama ini berlaku sama untuk seluruh

pelosok tanah air. Termasuk di dalam pengertian standar pelayanan kesehatan ini adalah

standar ketenagaan untuk setiap jenis fasilitas kesehatan yang ada dan, standar paket

pelayanan untuk masalah kesehatan tertentu. Pada saat yang bersamaan, melalui

desentralisasi kewenangan ini diharapkan dapat terselenggara pelayanan kesehatan

masyarakat yang lebih rasional, efektif dan efisien sehingga lebih terjamin

kesinambungannya. Disamping itu transisi demografi yang ditunjukkan dengan makin

banyaknya usia produktif dan semakin tingginya umur harapan hidup memberi peluang

tidak langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung

pembangunan kesehatan. Sedangkan meningkatnya jumlah usia produktif akan memberi

peluang pada pengembangan upaya-upaya kesehatan kerja. Lemahnya komitmen dan

kerjas keras dari seluruh petugas kesehatan agar dapat menjadi penggerak Pembangunan

Page 5: epid perencanaan

Berwawasan Kesehatan. 3.      Belum tercukupinya sumber daya kesehatan guna

mengatasi masalah-masalah spesifik daerah maupun komitmen-komitmen nasional dan

global.      Distribusi tenaga kesehatan belum merata dan masih terkonsentrasi

diperkotaan,  sehingga pendayagunaan tenaga belum sesuai dengan kompetensi

teknis.Ragam pendidikan masa lalu untuk tenaga perawat dan bidan masih belum

memenuhi standar kualitas. Kompetensi teknis tenaga kesehatan masih belum terpenuhi

misalnya dalam hal pelayanan kebidanan, asuhan keperawatan serta belum diterapkannya

inform consent secara menyeluruh bagi tenaga kesehatan yang ada. Selain masalah

tenaga kesehatan, masih dijumpai adanya masalah dalam sarana pelayanan kesehatan,

dimana fasilitas kesehatan dengan peralatan, bahan kimia maupun alat/perlengkapan

laboratiorium lainnya belum tercukupi dan belum sesuai standar baik di unit pelayanan

maupun di institusi pendidikan. Juga terbukti bahwa Kelompok penduduk miskin dan

kelompok penduduk risiko tinggi ternyata merupakan kelompok penduduk yang justru

paling sedikit memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.     Jumlah

sumber daya manusia (SDM) kesehatan belum memadai baik dari segi kuantitas maupun

kualitas dengan penyebaran yang tidak merata. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah

penduduk masih rendah karena daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan

kesehatan masih terbatas.4.      Belum adanya strategi dan langkah konkrit dalam upaya

pemberdayaan masyarakat terutama yang berkaitan dengan upaya mengatasi masalah

kesehatan. 5.      Peran swasta dalam pembangunan kesehatan perlu dipacu.Demokratisasi

di bidang kesehatan telah memberikan peluang yang cukup besar bagi masyarakat

termasuk swasta dalam pengambilan keputusan serta pelaksanaan upaya kesehatan. Hal

ini diperkuat dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan

serta berlakunya undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat memacu

meningkatnya kualitas, kinerja dan         prestasi.

Institusi lintas sektor berperan cukup besar dalam memberikan peluang pengambilan

keputusan untuk saling mendukung/potensi. Isyu pokok dalam pengorganisasian

pelayanan kesehatan adalah keberadaan, kapasitas serta kesiapan berbagai institusi di

daerah yang harus mampu merumuskan kebijakan kesehatan dan melaksanakannya.

Institusi tersebut harus mampu membuat perencanaan operasional, serta mengembangkan

berbagai inisiatif baru untuk menyelaraskan visi segenap komponen bangsa mengenai

Page 6: epid perencanaan

Indonesia Sehat 2010 dengan prioritas kegiatan pokok pembangunan kesehatan

didaerah.Selain hal diatas dengan adanya pemanfaatan tehnologi tinggi yang tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat (moral hazard) dan adanya pemasaran (promosi kesehatan)

yang lebih intensif dari pelayanan kesehatan luar negeri dibandingkan dengan dalam

negeri menyebabkan semakin terpuruknya pelayanan kesehatan lokal. B.   

Perkembangan epidemilogi Epidemioloi merupakan ilmu yang yang mempelajari

distribusi, frekuensi dan determinan dalam suatu populasi. Epidemiologi memiliki

kontribusi yang banyak bagi pelayanan kesehatan yaitu pada proses perencanaan

dalam mengidentifikasi kebutuhan masalah kesehatan. Dalam hal ini,  kontribusi

epidemiologi yang berperan disini adalah epidemiologi deskriptif (person, place,

time), deskripsi masalah kesehatan, demografi, dan analisis etiologi.Menunjuk

dalam Healthy people (Alan Dever 1984) : secara umum dijelaskan bahwa untuk

memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam prioritas

perawatan kesehatan dengan penekanan lebih besar pada pencegahan penyakit dan

promosi kesehatan.( Amiruddin,Ridwan, 2006. Epidemiologi Perencanaan dan

Pelayanan Kesehatan. Makassar)Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa

pembangunan sarana fisik telah berhasil memperbaiki ketersediaan pelayanan

kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan, dan diimbangi dengan

semakin canggihnya peralatan medis terutama di rumah sakit. Walaupun demikian

pemerataan ketersediaan sarana ini belum disertai dengan kinerja pelayanan

kesehatan yang efisien dan efektif karena sifatnya yang sangat sentralistikDalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan telah dikembangkan dan

diaplikasikan standar-standar pelayanan kesehatan di Puskesmas, rumah sakit,

institusi pendidikan tenaga kesehatan dan institusi pelatihan kesehatan. Kemudian

untuk pembinaan mutu pelayanan disemua sarana pelayanan kesehatan telah

dilaksanankan melalui akreditasi rumah sakit, institusi pendidikan dan

pengembangan quality assurance di Puskesmas serta dilakukan legislasi tenaga

kesehatanUpaya peningkatan manajemen telah dilaksanakan perencanaan terpadu

secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas berupa minilokakarya,

perencanaan Terpadu Kabupaten dan Propinsi, pembinaan pelaksanaan program

secara terpadu serta dilakukan evaluasi program secara terpadu dan monitoring

Page 7: epid perencanaan

secara berkala untuk perbaikan kinerja program dalam rangka akuntabilitas

penggunaan anggaran.

BAB IIIPEMBAHASAN Dalam proses pembangunan kesehatan saat ini di butuhkan

epidemiologi sebagai penyedia data base untuk mengetahui besaran masalah kesehatan..

Analisis-analisis data kesehatan tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam membuat

perencanaan kesehatan. Namun, ada sebuah pertanyaan yang menjadi penting dalam

proses perencanaan kesehatan ini. Perencanaan kesehatan, perlukah itu ? Tentu ini bukan

sebuah pertanyaan tapi tantangan membuat dua kata itu lebih berfungsi dan diindahkan.

Selama ini rencana tinggal rencana tanpa ada indikator yang jelas dalam mencapai sebuah

makna kemajuan. Seolah-olah cenderung hanya untaian kata yang tertulis legal di sebuah

dokumen dan hanya dibuka saat ada perdebatan yang cenderung menguras segelinang

energi yangtetesannya keluarsia-sia. Perencanaan kesehatan yang betul-betul berdasarkan

realitas, itulah kemaknaan yang sebenarnya. (Perencanaan Kesehatan

http://www.health.lrc.com). Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan

strateginya. baik dalam pelayanan promosi, preventif dan dari segi kuratif dan

rehabilitatifnya. Semua orang yang terlibat dalam perencanaan kesehatan seharusnya tahu

apa yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh rakyat yang sebenarnya.Agar Teori

dan kenyataan dilapangan dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Proses Perencanaan

kesehatan tidak terlepas pada isu strategis.Dimana terdapat beberapa komponen penting

dalam mendukung terlaksananya program perencanaan kesehatan. Maka epidemiologi

memiliki peran strategis untuk menetapakan sebuah kebijakan kesehatan yang termaktub

dalam program-program kesehatan. (Epidemiologi Perencanaan

http://www.depkes.go.id )Sebagaimana kita ketahui data dan informasi sebagai produk

kegiatan Surveilans epidemiologi, merupakan instrumen pendukung untuk menentukan

kebijakan, perencanaan dan penganggaran termasuk untuk pelaksanaan pengendalian

faktor risiko. Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, pencatatan dan pelaporan yang

mempunyai nilai strategis relatif belum optimal yang diakibatkan dari under recorded &

reported, tidak tepat waktu, tidak adekuat, termasuk umpan balik secara berjenjang dari

Pusat – Propinsi – Kab/Kota – Puskesmas tidak dilakukan secara baik dan tidak

mempunyai mekanisme reward dan punishment. (Epidemiologi Perencanaan

Page 8: epid perencanaan

http://www.depkes.go.id ).Surveilans adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data

epidemiologis (untuk masalah kesehatan tertentu secara teratur dan terus menerus dari

kegiatan rutin), dilakukan pengolahan data (koreksi/pemeriksaan, kompilasi, analisis dan

interpretasi) sehingga menghasilkan informasi epidemiologis yang dapat dipakai maupun

oleh pihak lain yang membutuhkannya sebagai bahan untuk perencanaan atau tindakan

maupun pengambilan keputusan (A. Ratgono, 2002)Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan untuk merencanakan suatu program perencanaan, yaitu : 1.      Pada saat kita

berbicara produk pusat berupa: Peraturan perundang-undangan, juklak/juknis, SOP

tentunya bukan hanya ketersediaan dokumen untuk semua stake holders terkait, namun

juga dibutuhkan advokasi dan sosialisasi untuk peningkatan pemahanaman termasuk

bimbingan teknis dan monitoring evaluasi untuk meyakinkan apakah implementasi dari

peraturan perundang-undangan / SOP / juklak / juknis dimaksud sudah dijalankan dengan

benar. 2.      Saat ini dunia global pada umumnya dan Indonesia pada khususnya

mendapat ancaman dengan adanya kasus Avian Influenza dan kecenderungan munculnya

Pandemik Influenza. Berbicara secara makro melalui kebijakan dan perencanaan nasional

kita telah memiliki Pokja dan dokumen Renstra Penanggulangan AI dan PI. Untuk

tindakan yang lebih operasional untuk capacity dan competency building termasuk

pencegahan dan perlindungan kepada kelompok risiko tinggi baik petugas kesehatan

maupun masyarakat yang dianggap rentan belum optimal. 3.      Selain hal tersebut di

atas, kita dihadapkan dengan adanya prevalens AIDS tahun per tahun termasuk

peningkatan kasus pada dua tahun terakhir secara dramatis (1997-2003: 1.487 kasus;

tahun 2004-2005: menjadi 5.321 kasus). Dari keadaan ini termasuk estimasi kasus

HIV/AIDS tahun 2010 dengan kasus yang begitu besar mengharuskan kita untuk

menelaah kebijakan, ketersediaan sarana/prasarana termasuk sumberdaya tenaga

kesehatan4.      Optimalkan proses tanya jawab dan diskusi yang diberikan untuk

mempertajam perencanaan yang lebih strategis yang didukung dengan anggaran yang

berbasis fakta dan memberi hasil yang bukan hanya efisien, efektif dan produktif namun

juga mempunyai daya ungkit besar dalam mensukseskan pembangunan kesehatan. 5.     

Perhatikan keadaan-keadaan khusus serta carikan langkah-langkah solusi nyata yang

akan diambil baik untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Bila diperlukan

kita dapat melakukan reformasi baik dalam hal kebijakan maupun kegiatan-kegiatan yang

Page 9: epid perencanaan

akan dilakukan. 6.      Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang

jelas terhadap permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail tetap kita

butuhkan. Kapasitas dan kompetensi kita sebagai para profesional di bidangnya menuntut

kita harus mampu menangkap dan mendeteksi sekecil apapun potensi masalah dan

mencarikan solusi pemecahannya. Walaupun di dalam implementasinya kita harus

bertindak strategis sesuai dengan skala prioritas dan sumber daya yang dimiliki.

(Perencanaan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 

www.jawatengah.com) Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka

pemerintah,masyarakat  serta bebagai elemen berpartisipasi dalam mencapai tujuan

tersebut. Salah satu bentuk dukungan tersebut dapat terlihat dukungan pemerintah dengan

memberikan prioritas yang tinggi dalam peningkatan kesehatan masyarakat, termasuk

pelayanan kesehatan untuk rakyat kita. Oleh karena itu, kita melakukan berbagai

peningkatan dan perbaikan atas sistem, kebijakan, program sampai dengan layanan yang

kita laksanakan pada tingkat  masyarakat.(Perkembangan Epidemiologi Perencanaan

http://adln.lib.unair.ac.id)

            Pemerintah, dalam hal ini Depkes, telah menetapkan prioritas untuk tahun 2007

ini sebagai bagian dari pembangunan sektor kesehatan 2005-2009. Pertama adalah kita

benar-benar ingin meningkatkan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Kedua,

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin. Revitalisasi puskesmas,

posyandu, kegiatan seperti pekan imunisasi, kita hidupkan kembali di pedesaan dan

hasilnya positif, termasuk pemberian asuransi kesehatan untuk masyarakt miskin agar

mereka memiliki akses di dalam upaya pelayanan kesehatan bagi mereka. (Sistem

Pelayanan Kesehatan  www.dinkes.co.id) Dalam mendukung upaya tersebut di perlukan

sejumlah langkah ke depan untuk terus meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kesehatan,

baik paramedis, dokter maupun dokter-dokter spesialis baik melakukan pendidikan,

pembinaan, dan pembinaan karier. Kita telah menetapkan untuk melakukan program

khusus untuk menambah jumlah dokter-dokter spesialis yang sangat diperluakan

masyarakat luas. Dengan harapan 3-5 tahun mendatang jumlah dokter spesialis kita

makin cukup rasionya dibandingkan jumlah masyarakat yang harus dilayani. Dengan

demikian tenaga medis kita akan semakin termotivasi untuk menjalankan tugas dan

pengabdiannya, terutama di daerah terpencil, teringgal, dan di daerah perbatasan. (Sistem

Page 10: epid perencanaan

Pelayanan Kesehatan  www.dinkes.co.id ).Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak

terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatan telah lama dilakukan. Berbagai upaya kesehatan berbasis

masyarakat banyak didirikan, antara lain dalam bentuk Posyandu yang berjumlah 2622

yang terdiri dari 49,12% Posyandu Pratama, 35,85% Posyandu Madya, 13,58% Posyandu

Purnama, dan 1,45% Posyandu Mandiri, Pondok bersalin desa (Polindes) 77, Pos Obat

Desa (POD) 194, Taman Obat Keluarga (TOGA) 25070, Pos Upaya Kesehatan Kerja

(UKK) 66, tapi pemberdayaan masyarakat dalam bentuk Warung Obat Desa belum ada.

Pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan dan menumbuhkan prakarsa

masyarakat yang lebih luas dalam mendukung upaya peningkatan derajat kesehatan yang

terjadi selama ini belum terkoordinasi dengan baik, sehingga hasilnya menjadi kurang

optimal. Disamping itu upaya menggerakkan partisipasi masyarakat yang dilakukan

selama ini juga masih sebatas mobilisasi, sehingga tidak dapat menjamin

keberlangsungannya. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam berbagai

bentuk, seperti Gebrak Malaria, Gerakan Sayang Ibu (GSI), Gerakan Terpadu TB-Paru

dan lain- lain. (Bagian Epidemiologi www.kompas.com)         Epidemiologi mempunyai

peranan yang penting dalam proses pengambilan keputusan, hal ini karena epidemiologi

sebagai penyedia data base untuk mengetahui besaran masalah kesehatan.. analisis-

analisis data tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan.Hal ini tidak terlepas pada salah

satu komponen epidemiologi, yakni surveilans.Surveilans adalah rangkaian kegiatan

pengumpulan data epidemiologis (untuk masalah kesehatan tertentu secara teratur dan

terus menerus dari kegiatan rutin), dilakukan pengolahan data (koreksi/pemeriksaan,

kompilasi, analisis dan interpretasi) sehingga menghasilkan informasi epidemiologis

yang dapat dipakai maupun oleh pihak lain yang membutuhkannya sebagai bahan untuk

perencanaan atau tindakan maupun pengambilan keputusan (A. Ratgono,

2002)Epidemiologi dalam tataran pengatur kebijakan untuk melakukan suatu proses

perencanaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan , yakni :

1. Tersedianya dokumen sebagai penguat data bagi semua stake holder yang terlibat

dalam dunia kesehatan. Serta adanya telaah kebijakan, sosialisasi, monitoring, dan

Page 11: epid perencanaan

evaluasi bagi kebijakan yang telah ditetapakan dalam bentuk perundang-undangan

agar komitmen terhadap peningkatan kesehatan dapat terwujud.

2.  Mampu mempertajam analisis perencanaan kesehatan salah satunya dalam

bentuk proses tanya jawab pada stake holder yang terlibat dalam kesehatan.

3. Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap

permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail tetap kita

butuhkan. Kapasitas dan kompetensi kita sebagai para profesional di bidangnya

menuntut kita harus mampu menangkap dan mendeteksi sekecil apapun potensi

masalah dan mencarikan solusi pemecahannya. Walaupun di dalam

implementasinya kita harus bertindak strategis sesuai dengan skala prioritas dan

sumber daya yang dimiliki.

Tabel 1. Kontribusi Epidemiologi Terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan

ManajementPROSES PERENCANAAN

KONTRIBUSI EPIDEMIOLOGI

PENDEKATAN FUNGSIONAL

PENDEKATAN PROSES

   

planing tekhnik Identifikasi kebutuhan dan masalah

1.       Epidemiologi

Deskriptif2.      

deskriptif masalah kesehatan dalam istilah mortalitas, morbiditas dan faktor

risiko.3.      

demografi4.      

analisis etiologi (risk factors)

  Administrasi dan politik

Penentuan prioritas Estimasi

terhadap:1.      

magnitude og

lose2.       a menability untuk pencegahan

atau reduksi3.      

ukuran-ukuran epidemiologi

    Penyusunan tujuan 1.        kuantifikasi

tujuan2.        kelayakan    Implementasi aktifasi

untuk mencapai tujuan

1.     alternatif-

alternatif2.     analisis cost benefit

Organizing   Mobilisasi dan koordinasi sumber daya

1.       monitoring

program dan2.      

Pemasaran

Page 12: epid perencanaan

Directing      Coordinating      controling teknik Evaluasi 1.       uji klinik 2.      

penilaian out come

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN 

A.     Kesimpulan 1.      Epidemiologi sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan kesehatan.2.      Surveilans  adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data epidemiologis sehingga menghasilkan informasi epidemiologis yang dapat dipakai maupun oleh pihak lain yang membutuhkannya sebagai bahan untuk perencanaan atau tindakan maupun pengambilan keputusan.3.      Upaya peningkatan manajemen perlu terus dilaksanakan perencanaan terpadu secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas berupa minilokakarya, perencanaan Terpadu Kabupaten dan Propinsi, pembinaan pelaksanaan program secara terpadu serta dilakukan evaluasi program secara terpadu dan monitoring secara berkala.B.    Saran1.      Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya. Baik dalam pelayanan promosi, preventif dan dari segi kuratif dan rehabilitatifnya.2.      Semua orang yang terlibat dalam perencanaan kesehata, seharusnya tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh rakyat yang sebenarnya.3.      Teori dan kenyataan dilapangan mesti sesuai.DAFTAR PUSTAKAAmiruddin Ridwan,2006. Epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan.  Makassar . 

Anonim, 2003. Analisis Situasi dan Kecendrungan               http://www.jawatengah.go.id Anonim, 2004. Perencanaan Kesehatan  http://www.health.lrc.com  

Anonim, 2004. Epidemiologi Perencanaanhttp://www.depkes.go.id  Anonim, 2004. Perkembangan Epidemiologi Perencanaan   http://adln.lib.unair.ac.id 

Anonim, 2004. Bagian Epidemiologi   www.kompas.com  Anonim, 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan               www.dinkes.co.id  

Anonim, 2006. Perencanaan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan              www.jawatengah.com  Anonim, 2006. Dinas Kesehatan  www.kompas.com  

Anonim, 2004. Pelayanan Dokter  Keluarga              www.tempo.com Anonim, 2004. Derajat Kesehatan Masyarakat               www.dinkesjambi.com 

Page 13: epid perencanaan

Antropologi Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Primer

August 31, 2009 · Leave a Comment

Antropologi kesehatan merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosiobudaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari kesehatan dan kesakitan yang dilihat dari segi-segi fisik, jiwa, dan sosial serta perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun tingkat kelompok sosial keseluruhannya.

Perkembangan antropologi kesehatan sejak permulaan dasawarsa enam puluhan begitu pesat (seluruh universitas yang tergolong baik di AS membuka program pengkhususan) medical anthropology. Di dunia internasional dan di Indonesia khususnya, telah membentuk kondisi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan maupun penambahan jumlah tenaga ahli. Dengan demikian peranan mereka dalam penelitian berbagai masalah kesehatan dapat berkembang. Kondisi ini bukan hanya bagi kepentingan penelitian konseptual dan teoritis tetapi juga dalam menanggulangi masalah kesehatan bagi kepentingan masyarakat.Foster (1981) mengembangkan Pelayanan Kesehatan Primer (PKP) sesudah dikenal sebagai Primary Health Care (Alma Alta 1978). Deklarasi ini bertujuan untuk mengurangi ketidakadilan pada sistem pelayanan kesehatan nasional negara berkembang seperti Indonesia. Deklarasi ini juga menetapkan bahwa kesehatan adalah suatu hak asasi manusia dan upaya meningkatkan derajat kesehatan setinggi mungkin merupakan tujuan sosial yang penting.

Di pihak lain dinyatakan bahwa rakyat di setiap negara memiliki hak dan kewajiban untuk berperan serta/berpartisipasi sosial, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pelayanan kesehatan mereka. Tahun 2000 (diharap semua di dunia) harus mencapai tingkat kesehatan (hidup produktif) sosial ekonomi (santoso 1988) “kalau upaya yang dimaksud berhasil”. Perlu dikaji karena berbagai masalah yang telah dialami oleh institusi kesehatan PKP (antropologi kesehatan terapan) menunjukkan peranan ilmuwan antropologi kesehatan dlm penelitian mengenai masalah kesehatan & penanggulangan?peningkatan derajat kesehatan penduduk.

Analisis mengenai gejala-gejala dapat secara :- Teoritis- Metodologi disusun berdasarkan teori tertentu

Dua hal di atas untuk pembuktian ilmiah & mempertajam pemahaman hakekat kemanusiaan dari gejala-gejala yang dimaksud secara lebih universal atau komparatif. Keterpaduan antara dimensi biomedis dan non biomedis dalam antropologi sebagai suatu ilmu induk, bukan hal asing.Ruang lingkup antropologi mencakup :

Page 14: epid perencanaan

- Segi biologi manusia- Segi sosio budaya

Berdasarkan segi-segi ini, antropologi mengenal cabang-cabang:-Antropologi biologi-Antropologi sosio budaya-Antropologi linguistik-Prasejarah dan arkeologi

Ruang lingkup antropologi ini tercermin pada antropologi kesehatan yang juga memiliki – segi biologi (biomedis)segi nonbiologi (sosiobudaya & psikobudaya)

AKAR DARI ANTROPOLOGI KESEHATANMenelusuri antropologi kesehatan kontemporer untuk sumber yang berbeda, dimana perkembangannya masing-masing secara relatif (tetapi tidak mutlak) terpisah satu sama lain:1. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi komparatif, tipe-tipe ras, genetik dan serologi2. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif termasuk ilmu sihir dan magic.3. Gerakan “kebudayaan & kepribadian” pada akhir 1930-an & 1940-an, kerjasama antara ahli-ahli psikiatri & antropologi.4. Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah PD II.

ANTROPOLOGI FISIKSejumlah besar antropologi fisik, dokterHasan & prasod (1959), meliputi nutrisi dan pertumbuhan, serta korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari penyakit-penyakit seperti:Radang pada persendian tulang (arthritis), Tukak lambung ( ulcer ), Kurang darah (anemia), Penyakit DM, dll

ANTROPOLOGI FISIK4 hal tadi termasuk studi antropologi yang bersifat medis dan pada tahun-tahun terakhir. Antropologi fisik disibukkan dengan kedokteran forensik, bidang masalah-masalah kedokteran hukum yang mencakup :- Umur- Jenis kelamin- Peninggalan ras manusia- Penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah (terjadi keraguan tentang siapa bapak ?)

ETNOMEDISINKepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit, tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern ( Hughes 1968, mis: pengobatan primitif)

Page 15: epid perencanaan

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPuskesmas aalah satu bidang perhatian antara kesehatan terapan adalah Primary Health Care/PKP, integrasi antara segi biomedisin penyakit umum dan pencegahan penyakit dalam rangka penanggulangan masalah-masalah kesehatan dan peningkatan tingkat kesehatan penduduk melalui PKM, posyandu, dasawisma maupun program KB

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERSEGI NON BIOMEDISINMasalah-masalah, kendala, potensi, perubahan baik yang bersumber pada penduduk resipien maupun yang bersumber pada institusi pemberi pelayanan atau komunikator gagasan, nilai & perilaku menguntungkan kesehatan tsb.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERKonteks masalah Non biomedisin:Sistem-sistem sosiobudaya (umum)Sistem kebudayaan kesehatan tradisional komunitas resipien (khusus)Sistem institusi formal pemberi pelayanan kesehatan biomedisInteraksi pelayanan antara petugas kesehatan & pasien- Anggota-anggota komunitas resipien lainnya, sarana program PKP.Beberapa permasalahan yang dialami PKM dalam rangka PKP beraneka ragam, yaitu:- Upaya penanggulangan dan pengembangan beda-beda, tingkat permasalahan institusi kesehatan tidak sama- Jenis masalah yang dialami tidak sama, upaya yang dilakukan berbeda-beda.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERMisalnya, di propinsi-propinsi pulau Jawa jumlah pengunjung di PKM relatif, memiliki 200 pasien/hari.Untuk luar jawa, PKM desa & kota, kota relatif, desa terpencil seperti Maluku, pasien 10 orang/hari, daerah lain bisa 20 orang/hari walaupun terpencil.Oleh karena itu perlu pembenahan organisasi & manajemen.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPeningkat motivasi kerja untuk mengatasi kondisi di kalangan dokter & paramedik tertentu, bukan hanya terpencil, tetapi daerah sosio ekonominya lebih maju.Motivasi berpengaruh meningkatkan keberhasilan kinerja perawatan medis maupun upaya” prevensi sehubungan dengan komunikasi inovasi kesehatan serta partisipasi sosial yang diharapkan dalam rangka PKP.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPOS PELAYANAN TERPADUDikembangkan atas kesadaran dan upaya partisipasi masyarakat dari setiap komunitas dalam upaya pencegahan penyakit.Posyandu, milik penduduk, perawatan kuratif

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPelayanan yang dilakukan (pengawasan dokter):

Page 16: epid perencanaan

KB, bagi PUS PKK setempat & berada dalam wadah LKMDBayi dan balita, PMTImunisasi

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERKERANGKA KONSEPTUALPerancang institusi-institusi kesehatan PKP berusaha sedapat mungkin berpegang pada prinsip-prinsip pendekatan pembangunan sosial yang digariskan dalam Declaration of Alma Alta (WHO 1978; lihat pula Foster 1981).

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERAsing atau tidak serta jarang atau tidak, sesuai deklarasi ini, kita mendengar bahwa PKP:1. Didasarkan pada metode dan teknologi yang bukan hanya praktis tetapi juga ilmiah serta dapat diterima oleh komunitas resipien.2. Dirancang bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan kesehatan individu dan keluarga melalui partisipasi penuh pihak komunitas; dan sesuai dengan biaya yang dapat ditanggung oleh komunitas dan pemerintah dalam mempertahankannya dan mengembangkannya.3. Menekankan pelaksanaan kegiatan pada jiwa kepercayaan akan kemampuan diri dan pengambilan keputusan secara mandiri oleh komunitas.4. Merupakan bagian integral dari sistem kesehatan nasional maupun keseluruhan pembangunan sosial dan ekonomi komunitas.5. Merupakan kontak tingkat pertama dari individu, keluarga, dan komunitas dengan sistem kesehatan nasional yang membawa pelayanan kesehatan sedekat mungkin pada kehidupan dan pekerjaan penduduk6. Membentuk unsur pertama (dasar) dari suatu proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPKM & POSYANDUPrinsip-prinsip dan program PKP bertujuan:Menanggulangi masalah-masalah kesehatan & perangkat secara kuratif & preventifSehubungan dengan angka kematian & kesakitan penduduk, hingga derajat kesehatan meningkat

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPuskesmas dan Posyandu berhubungan dengan prinsip-prinsip PKP tersebut di atas dalam rangka Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Prinsip-prinsip ini antara lain mengisyaratkan bahwa program PKP bertujuan menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan penyakit secara kuratif dan preventif ilmiah sehingga

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERangka-angka kematian dan kesakitan penduduk beserta masalah-masalah lainnya yang terkait dapat berkurang; dengan kata lain derajat kesehatan penduduk meningkat. Selain itu, prinsip-prinsip ini mengisyaratkan bahwa komunitas bukan hanya sebagai resipien PKP tetapi juga berperan dalam wujud partisipasi sosial bersendikan semangat

Page 17: epid perencanaan

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERkepercayaan dan kemampuan diri sendiri (dalam arti komunitas maupun kehidupan sosial komunitas) serta mandiri dalam pengambilan keputusan secara demokratis. Dan PKP merupakan institusi pelayanan pertama dalam jaringan perujukan perawatan.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERProgram PKP berhadapan dengan masalah-masalah (1) organisasi dan logistik, (2) praktek pelayanan dan perawatan biomedis (kuratif dan preventif, termasuk KB), (3) perubahan pengetahuan dan perilaku kesehatan pada pihak resipien sebagai sasaran pelayanan, dan (4) pemahaman makna partisipasi sosial.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERGolongan masalah (1) merupakan kenyataan intrainstitusi pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kemampuan organisasi dan kepemimpinan institusi serta kemampuan personalia medis dan dana yang tersedia.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERGolongan masalah (2) adalah komunikasi antara profesional biomedis dengan pasien dan pendampingnya sebagai kegiatan utama yang menentukan keberhasilan terapi dan prevensi penyakit.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERGolongan masalah (3) dan (4) bersumber pada komunitas sasaran pelayanan terapi dan prevensi penyakit atau kelompok resipien yang mempengaruhi perubahan pengetahuan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan dan penerimaan dan adopsi gagasan partisipasi sosial.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMEROrganisasi PKP, misalnya Puskesmas, adalah penyedia dan pelaksana kegiatan-kegiatan pengobatan maupun prevensi penyakit terhadap komunitas-komunitas di sekitarnya. Organisasi dipimpin oleh seorang dokter umum dan memiliki sejumlah paramedik dengan keahlian yang beragam serta staf administrasi.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPosyandu, sebagai contoh lain, dikoordinasi oleh ketua tim p enggerak PKK tingkat desa dan kelurahan, yaitu istri kepala desa dan lurah atau seorang ibu lain yang ditunjuk oleh istri tersebut yang disetujui oleh kepala desa dan lurah.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPosyandu menyediakan pelayanan prevensi terhadap pasangan usia subur, ibu hamil, dan bagi bayi dan balita serta ibu yang bersangkutan. Kegiatan teknis medisnya diberikan oleh paramedik Puskesmas kecamatan setempat dibantu oleh kader kesehatan PKK desa yang bersangkutan yang sudah dilatih.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERMasalah-masalah kemampuan organisasi pada institusi-institusi ini bersumber pada

Page 18: epid perencanaan

kepemimpinan, penyediaan atau pengadaan logistik, hubungan kerja antarpimpinan dan paramedik atau kader kesehatan, pengelolaan administrasi, kemampuan perawatan medis, maupun persepsi mereka terhadap kelompok sasaran atau resipien.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERKOMUNITAS RESIPIENMasalah umum yang selalu terlihat pada setiap komunitas desa maupun komunitas kota sehubungan dengan kesehatan adalah bahwa perubahan dan penambahan pengetahuan kesehatan beserta perubahan perilaku kesehatan merupakan tindakan yang harus selalu dilakukan.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERSuatu komunitas yang makin tradisional dan rendah derajat pendidikannya, serta tertutup dari informasi umum; makin lambat mengalami proses-proses pemahaman, penerimaan, dan adopsi informasi pengetahuan, nilai, dan praktek kesehatan baru dalam menanggulangi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan komunitas yang bersangkutan.

PELAYANAN KESEHATAN PRIMERkomunitas seperti ini jelas memerlukan bantuan melalui program-program perawatan kuratif dan pencegahan penyakit, seperti yang secara terpadu menjadi lingkupan kerja Puskesmas dan secara terbatas namun strategis oleh Posyandu.

*) ditulis oleh dr. Hermiaty, M.Kes., diunduh dari www.medbook.web.id

Nah, kerabat, ulasan diatas ditulis oleh seorang dokter.Sekarang, bagaimana pendapat para antropolog sendiri ? Khususnya, mereka yang dekat dengan antropologi kesehatan

Kami tunggu komentarnya

RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

Hal yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki basikdi bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau jangkauan epudemiologi, karena ruang lingkup epidemiologi semaking berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambara perkembangan ruang lingkup epidemiolloogi dapat di lihat sebagai berikut.

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya

Page 19: epid perencanaan

berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:

1. Epidemiologi Penyakit Menular

2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

3. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi

4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

5. Epidemiologi Kesehatan Kerja

6. Epidemiologi Kesehatan Darurat

7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

8. Epidemiologi Perencanaan

9. Epidemiologi Prilaku

10. Epidemiologi Genetik

11. Epidemiologi Gizi

Page 20: epid perencanaan

12. Epidemiologi Remaja

13. Epidemiologi Demografi

14. Epidemiologi Klinik

15. Epidemiologi Kausalitas

16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan

17. dan sebagainya.

Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk

POLEWALI.–Ditemukannya penyebab adalah suatu keberhasilan (kepuasan seorang epidemiolog) tetapi tidak ditemukannya penyebab bukan merupakan suatu kegagalan tetapi hanya sebuah rekomendasi —–Belum ditemukan besaran yang bermakna untuk dinyatakan sebagai penyebab, perlu penyelidikan lebih lanjut.——– Tetapi sekali lagi proses mencari penyebab itu adalah sudah merupakan suatu keberhasilan karena biasanya sudah ditemukan besaran proporsi, rate dan rationya dan yang penting adalah telah ditemukan incident atau prevalensinya serta ukuran asosiasi penyakitnya yang bisa dinyatakan sebagai penyebab timbulnya suatu penyakit atau masalah gizi dan kesehatan tersebut.

Ketika telah bekerja di masyarakat seorang epidemiologi harus memiliki keyakinan, komitmen dan konsistensi pribadi untuk terus belajar memahami setiap kejadian penyakit atau masalah gizi dan kesehatan ”apa penyebabnya, yang dalam bahasa epidemiologi disebut ”apa etiologinya atau apa agentnya” . Untuk mengetahui apa itu etiologi atau agentnya seorang petugas epidemiologi harus telah mempunyai seperangkat pengetahuan dan keterampilan.

Page 21: epid perencanaan

Pengetahuan dan skill apa saja yang harus dimiliki oleh seorang yang bekerja di bidang epidemiologi ? Pertanyaan inilah yang sering muncul kepada seseorang yang belum memahami tentang epidemiologi, padahal orang tersebut kadang telah menyelesaikan bangku pendidikan tinggi epidemiologi, namun ia kadang mengalami kesulitan dalam menerapkan ilmu dan keterampilan epidemiologinya.

Untuk menjelaskan panjang lebar tentang pengetahuan dan keterampilan apa yang harus dimiliki oleh seorang yang bekerja dalam epidemiologi sepertinya agak sulit, karena epidemiologi ini adalah suatu study atau sains yang hanya bisa didapatkan secara sempurna melalui bangku pendidikan. Menguasai satu buku epidemiologi tidaklah otomatis seseorang akan mempunyai pengetahuan dan skill yang mempuni tentang epidemiologi. Namun bukan berarti seseorang yang tidak melalui pendidikan tinggi epidemiologi tidak bakal mampu untuk menguasai ilmu epidemiologi. Karena intinya seseorang yang mau belajar tentang epidemiologi dapat saja belajar secara otodidak. Ia dapat memulai dengan memahami arti kata epidemiologi dan prinsip pokok yang ada pada kata tersebut. Disamping itu juga ia mampu untuk menguraikan pernyataan-pernyataan pengetahuan dan keterampilan minimal yang harus dimiliki oleh seorang yang bekerja pada bidang epidemiologi dan selanjutnya yang bersangkutan dapat memulai bekerja dibidang epidemiologi (kesehatan).

Arti Kata Epidemiologi.

Ada tiga kata yang terdapat dalam kata epidemiologi yaitu ”epi” kemudian ”demio” dan yang terakhir adalah kata ” logi” Epi dalam bahasa Yunani artinya “tentang” demikin juga kata demio dalam bahasa Yunani artinya “demo” atau masyarakat, sedang logi artinya ilmu. Jadi keseluruhan arti kata epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Masyarakat yang dimaksud disini adalah masyarakat yang mempunyai masalah terutama masalah kesehatan, lebih khusus lagi tentang masalah penyakit. Masalah disini adalah adanya kelainan atau ketidak normalan yang dinyatakan sebagai penyebab sehingga sesuatu itu dinyatakan sebagai masalah, walaupun secara sederhana bahwa masalah itu pada dasarnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Namun pada dasarnya adalah sama. Anda mengharapkan pekerjaan dapat selesai 100% tapi kenyataannya anda hanya mampu melaksanakannya 80 %, ada kesenjangan 20 %. Jadinya masalahnya adalah 20 %, apa penyebab sampai 20 % tidak tercapai itulah yang akan dijawab secara epidemiologi. Epidemiologi akan mempelajari, membedah sampai benar-benar penyebab tersebut jelas. Epidemiologi tidak akan menjelaskan ”akibat” secara panjang lebar.

Epidemiologi akan mengarahkan setiap orang untuk memahami dengan benar apa yang dikatakan sebagai penyebab yaitu perhatian bagaimana mengukur adanya suatu penyebab penyakit maupun masalah kesehatan, semua terukur dan disajikan secara optimal

Untuk memahami penyebab tersebut, dalam epidemiologi telah dilengkapi dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan tentang frekuensi, distribusi dan mencari faktor utama (determinan) penyebab terjadinya penyakit atau masalah kesehatan pada

Page 22: epid perencanaan

populasi, serta menentukan bentuk penerapannya untuk pengendalian dan peningkatan kesehatan.

Knowledge and Skills of Epidemiolog

Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang yang bekerja sebagai profesional epidemiologi Kesehatan yang saya kutip dari berbagai sumber (Knowledge and Skills of Epidemiolog) diantaranya :

1. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam menentukan frekwensi, penyebaran dan determinat penyakit yang terjadi pada kelompok masyarakat (Omran 1974)

2. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan penyelidikan terhadap :

o penyakit infeksi, non infeksi, fisik dan mentalo pengobatan prophylaxe dan pengontrolan epidemiologi

( International Jurnal Of Epidemiologi. Vol.1 no. 1 tahun 1972)

3. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan kajian epidemiologi guna menghasilkan keterangan mengenai proses terjadinya penyakit dan atau riwayat alamiah terjadinya penyakit.

4. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan atau membuat keterangan tentang klasifikasi penyakit dalam suatu masyarakat

5. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan usaha-usaha pengumpulan keterangan dan data yang dibutuhkan dalam perencanaan dan evaluasi program pencegahan penyakit dan masalah –masalah kesehatan

6. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan usaha-usaha pengumpulan keterangan dan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan pengembangan epidemiologi kesehatan

7. Mempunyai pengetahui dan kemampuan dalam menyusun dan melaksanakan program surveilans dan pengendalian suatu penyakit yang terjadi pada kelompok masyarakat (Depkes RI, 2004)

8. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan pemberantasan wabah penyakit

9. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan program screening10. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan melakukan penilaian manfaat suatu

obat, diet (makanan) dan bentuk pelayanan gizi dan kesehatan

Dari pengetahuan dan skil yang harus dimiliki oleh seseorang yang berminat terhadap epidemiologi maka orang tersebut harus memiliki pengetahuan dasar tentang, biologi, mkrobiologi, kedokteran dasar, kesehatan masyarakat, statistik, gizi, kefarmasian, manajemen kesehatan dan lain-lain. Pengetahuan dasar ini tentunya bisa dipelajari secara otodidak, ini akan mudah bila seseorang tersebut telah mempunyai tingkat pendidikan sarjana kesehatan.

Page 23: epid perencanaan

Penerapan Pengetahuan dan Skill Epidemiologi

Seseorang yang telah mengikuti pendidikan tinggi epidemiologi dan mendapatkan kesarjanaan tentang epidemiologi, dalam prakteknya sangat sulit untuk bisa menerapkan pengetahuan dan skill epidemiologi yang didapatkannya, untuk itu dibutuhkan pengalaman praktek yang cukup. Di bangku kuliah praktek yang dilakukan tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi tengah-tengah masyarakat.

Dan sekali lagi saya katakan ketika telah bekerja di masyarakat seorang epidemiologi harus memiliki keyakinan, komitmen dan konsistensi pribadi untuk terus belajar memahami setiap kejadian penyakit atau masalah gizi dan kesehatan ”apa penyebabnya, yang dalam bahasa epidemiologi disebut ”apa etiologinya atau tepatnya apa agentnya” .

Ditemukannya penyebab adalah suatu keberhasilan (kepuasan seorang epidemiolog) tetapi tidak ditemukannya penyebab bukan merupakan suatu kegagalan tetapi hanya sebuah rekomendasi —–belum ditemukannya besaran yang bermakna untuk dinyatakan sebagai penyebab, perlu penyelidikan lebih lanjut.——– Tetapi sekali lagi proses mencari penyebab itu adalah sudah merupakan suatu keberhasilan karena biasanya sudah ditemukan besaran proporsi, rate dan rationya dan yang penting adalah telah ditemukan incident atau prevalensinya serta ukuran asosiasi penyakitnya yang bisa dinyatakan sebagai penyebab timbulnya suatu penyakit atau masalah gizi dan kesehatan tersebut. Untuk ukuran besaran dan asosiasi penyakit dan masalah kesehatan Anda bisa pelajari dalam buku-buku epidemiologi dasar maupun lanjutan.

Page 24: epid perencanaan

@Arali2008.–Sejak meningkatnya  penderita diare dan ditemukannya kematian diare di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulwesi Barat dari Minggu Ketiga Bulan Oktober 2008 sampai dengan Akhir November 2008 belum diketahui penyebabnya (etiologinya), akhirnya pada minggu pertama Desember 2008, Penulis ( Arsad Rahim Ali) dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar ( dr. H.Achmad Azis. M.Kes ) berdasarkan diagnosa klinis dan etiologi KLB  yang dihubungkan dengan hasil pemeriksaan Laboratorium terhadap sampel muntahan dan tinja dua pasien diare serta sampel air dilokasi kejadian disimpulkan sebagai berikut :

Penyebab Peningkatan Kasus ( Kesakitan dan Kematian ) diare di Kabupaten Polewali Mandar adalah

1. Bakteri Escherichia Coli* yang singkron dengan 65 % tanda dan gejala dari 23 kematian Diare. Tanda-tanda dan gejala dari penderita yang terinfeksi E.Coli ini adalah Kejang perut yang amat sangat (kadang-kadang berdarah), mual, muntah, demam, mengigil, sakit kepala, sakit otot dan gejala lainnya yang menyertai. Masa masuknya Bakteri E.Coli ini ketubuh penderita sampai menimbulkan tanda dan gejala  rata-rata 10-24 jam. Penularannya melalui makanan dan minuman oleh induvidu  terinfeksi. Faktor yang berkontribusi terjadinya KLB adalah orang terinfeksi manangani makanan, pendingin yang tidak tepat atau  suasana dingin ketika turun hujan, pemasakan yang tidak mengcukupi, Pembersihan dan sanitasi peralatan yang tidak tepat dan lain-lain

2. Sisanya 35 % disebabkan oleh MPN Coliform dan Staphilococcus Aureus. Kedua bakteri ini dalam perjalannya telah infeksi makanan yang dikonsumsi oleh penderita, berkembang  karena adanya tinja atau kotoran manusia dan ternak ( Kambing, Sapi dan Ayam) yang telah mencemari lingkungan sekitar pemukiman penduduk. Tanda dan gejalanya yang ditemukan yaitu mual, muntah, sakit perut dan diare, kelihatan ringan  namun karena disertai dengan penyakit lain, hingga menimbulkan kematian. Masa masuknya Bakteri ini ketubuh penderita sampai menimbulkan tanda dan gejala  rata-rata 2 – 8  jam.  Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya KLB adalah orang yang terinfeksi  menyentuh makanan matang atau makanan telah terinfeksi dari serangga dan air juga ditemukan pada makanan yang disentuh pada suhu hangat ( suhu inkubasi bakteri)

3. Hasil analisis Resiko Relatif terhadap lokasi terhadap kematian yang memiliki jamban dan kandang ternak di bawah kolong rumah adalah  induvidu (Rumah Tangga) yang tidak memiliki jamban 10 kali beresiko untuk menderita diare dan menyebabkan kematian. Sementara  Induvidu (Rumah Tangga) yang memiliki kandang ternak dibawah kolong rumah memiliki 8 kali beresiko untuk menderita diare yang menyebabkan kematian. Dan yang terakhir adalah Induvidu ( Rumah Tangga) yang tidak memiliki jamban dan mempunyai kadang ternak dibawah kolong rumah adalah 21 kali beresiko untuk menderita diare yang berlanjut pada kematian.

Demikian Akhirnya Penyebab Kasus Kesakitan dan Kematian Diare di Polewali  Mandar terungkap pada 1250 Penderita Diare dan 23 Kematian Diare ( Case Fatality Rate 2 %)   yang dimulai pada minggu ketiga bulan Oktober sampai dengan Akhir November 2008.

Page 25: epid perencanaan

Tulisan ini penulis juga kirim ke www.news.okezone.com Download Dokumen-dokumen lain dan baca Artikel lain yang berhubungan dengan penanggulangan diare

1. Leaflet_Diare 2. Poster Pengobatan dan Pencegahan Diare 3. Diare dan Ada Yang Meninggal di Polewali Mandar Sulawesi Barat 4. Hujan Turun, Anak Kegeringan dan Ada yang Meninggal 5. Hasil Penyelidikan Kasus Jumino, Neurofibromatosis di Polewali Mandar 6. Penyakit Cacing Pada Anak SD Di Polewali Mandar

————————————————————————————————

*Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli)

Polewali Mandar Sulawesi Barat.–  Teman saya bertanya “Apakah itu epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Faktor Resiko?  Teman saya bertanya ketika melihat penyakit hipertensi telah berada pada urutan ke 6 dari 10 penyakit terbesar dari pasien kunjungan rawat jalan pada Puskesmas se Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2009 (Lihat/tekan gambar disamping).  Dan Hipertensi alias tekanan darah tinggi itu adalah faktor resiko terjadi STROKE dan berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan sistem peredaran darah pada tubuh. Tahun-tahun sebelumnya penyakit ini hanya berada pada urutan ke 9 dan 10. Saya hanya bisa menjawab yang perlu diketahui dari epidemiologi penyakit tidak menular dan factor resiko adalah  dimulai dari pemahaman tentang Epidemiologi  yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan  adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok masyarakat. Penyakit  yang dikaji  bisa penyakit menular, bisa juga penyakit tidak menular. Inti kajiannya  adalah ditemukan penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO, pengertian dari faktor resiko itu adalah  karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau kelompok masyarakat— bukan induvidu—Kunci dari ilmu epidemiologi itu adalah ditemukannya penyebab, bisa penyebab penyakit, bisa penyebab

Page 26: epid perencanaan

masalah kesehatan atau masalah pelayanan kesehatan.  Penyakit itu sendiri ada yang menular ada juga yang tidak menular. Khusus penyakit tidak menular yang perlu diketahui pada dasarnya adalah FAKTOR RESIKOnya.

Pada awal-awal perkembangan ilmu epidemiologi,  lebih dikhususkan pada  penyakit menular, etiologi adalah kuncinya atau penyebab  biologis dari suatu penyakit infeksi, terjadi karena adanya infeksi mikro organisme (organisme yang sangat kecil) misalnya  virus, bakteri dan lain-lain.  Sekarang bukan saja penyakit menular yang sering terjadi, tetapi juga penyakit-penyakit yang tidak menular. Sehingga dalam epidemiologi penyakit tidak menular dipakai istilah FAKTOR RESIKO — bukan etiologi—–karena bukan menyangkut penyakit infeksi.

Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik  atau  bersifat kronik alias berlangsung lama, tapi ada juga yg kelangsungannya mendadak misalnya saja keracunan. Penyakit tidak menular adalah Penyakit non-Infeksi  karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit tidak menular.. Penyakit tidak menular adalah Penyakit degeneratif  karena berhubungan dengan proses degenerasi (ketuaan). Dan Penyakit Tidak Menular adalah New comminicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Pengertian-pengertian dasar ini harus difahami dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya FAKTOR RESIKO sebagai faktor penyebab.

Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat), seperti yang dijelaskan oleh oleh Simbong SW dalam epidemiologi penyakit tidak menular  tulisan MN Bustam, 2000. MN. Bustam adalah dosen penulis ketika kuliah di FKM-UNHAS)

Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu dan ditemukan juga  pada induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa dirubah atau tepatnya :

1. Factor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetic2. Factor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan

olah raga

Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu  dan ditemukan juga secara  tidak stabil pada individu-induvidu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat  yaitu

Page 27: epid perencanaan

1. Factor resiko yang dicurigai yaitu  factor-faktor yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai factor resiko misalnya merokok sebagai penyebab kangker rahim

2. Factor resiko yang  telah ditegakkan yaitu factor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai factor resiko terjandinya kangker paru

Faktor resiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu  dan induvidu-induvidu lainnya sebagai factor resiko  dalam keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.

Kegunaannya  daripada factor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :

1. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.

2. Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat  menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan factor pengganggu  sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab.

3. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose

Kapan suatu factor resiko dapat ditegakkan sebagai factor resiko? Dalam epidemiologi dapat  atau biasa dilakukan dengan memakai konsep kausalitas sebab musebab (hubungan kausa), menurut para ahli kausalitas ada  8 kriteria (Hill 1965) yaitu

1. Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya resiko relative yang tinggi2. Temporal atau menurut urutan waktu, selalunya sebab-musebab mendahului

akibat.3. Respon terhadap dosis paparan yang dapat menyebabkan penyakit4. Reversibilitas dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian

penyakit5. Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat

dan penelitian yang lain6. Biologis7. Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat8. Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

Menentukan besar factor resiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya resiko relative atau odds rasio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara inciden populasi yang terpapar (Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non Exposure) pada kelompok yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan frekwensi penyakitnya.

Page 28: epid perencanaan

Perlu juga diketahui pengertian factor resiko dan prognosis. Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat dari keadaan sakit. Sedangkan factor resiko adalah berapa besar kemungkinan sakit dari seorang yang sehat.

Untuk upaya pencegahan, sebenarnya upaya pencegahan pada penyakit tidak menular praktisnya hanya ditujukan kepada factor resiko yang telah diidentifikasi. misalnya pada penyakit stroke dimana hipertensi dianggap sebagai factor resiko utama, tentunya pencegahannya adalah menurunkan tekanan darah yang tinggi (hipertensi). Selaian itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit :

1. Gaya hidup (life style)2. Lingkungan (environment)3. Biologis4. Pelayanan kesehatan (delivery health)

Misalnya  untuk pencegahan penyakit stroke dengan hipertensi sebagai Faktor Resiko diatas maka dilakukan intervensi kepada “gaya hidup” dengan melakukan reduksi stress, makan makanan yang rendah garam, lemak dan kalori, olah raga, tidak merokok dan lain-lain.  Untuk “lingkungan” dengan menyadari stress akibat kerja. Untuk “biologi” dapat dilihat dari jenis kelamin riwayat keluarga dalan –lain-lain. Dan yang terakhir “pelayanan kesehatan” dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan dan  pemeriksaan tensi

Untuk Upaya pencegahan dengan menggunakan Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk penyakit tidak menular, upaya pencegahan

Page 29: epid perencanaan

penyakit tidak menular ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada 4 tingkat pencegahan dalam epidemiologi itu adalah

1. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.

2. Pencegahan tingkat pertama, meliputi  Promosi  kesehatan masyarakat, misalnya : kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Yang lainnya adalah Pencegahan khusus, misalnya : pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif

3. Pencegahan tingkat kedua meliputi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening. Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah

4. Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.

Kesimpulannya yang perlu diketahui dari epidemiologi penyakit tidak menular dan factor resiko adalah  dimulai dari pemahaman tentang Epidemiologi  yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan  adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok masyarakat,. Penyakit  yang dikaji  bisa penyakit menular penyakit bisa juga tidak menular. Intinya kajian  adalah ditemukan penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.

Konsistensi dalam Kerangka Penelitian Desain Penelitian   Epidemiologi

21 08 2009

Page 30: epid perencanaan

Polewali Mandar Sulawesi Barat.– Sebagaimana postingan penulis tentang skill dan keterampilan seorang epidemiologi pada blog ini, kepuasan seorang epidemiologi adalah ditemukannya penyebab. Salah satu cara untuk menemukan penyebab adalah dengan melakukan penelitian epidemiologi yaitu suatu cara bagaimana   mencari faktor penyebab maupun hubungan sebab akibat terjadinya penyakit serta masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat atau kelompok masyarakat.

Oleh Karenanya,   sebelum melakukan penelitian epidemiologi, seorang epidemiolog  terlebih dahulu harus membuat metodologi atau sistimatika dalam bentuk desain penelitian. Berikut penulis mencoba memberikan penjelasan ringkas atau sedikit tips tentang penelitian epidemiologi dan desain penelitian serta masalah konsistensi peneliti,  Postingan ini, penulis peruntukkan bagi mereka mahasiswa (calon sarjana),  atau yang telah menjadi sarjana atau juga bagi mereka yang  baru pertama kali ingin melakukan penelitian tetapi masih mengalami kesulitan alias tidak konsisten dalam isi kerangka  penelitian epidemiologi  dan desain penelitiannya, sehingga kepuasan penemuan penyebab jauh dari yang diharapkan dari seorang epidemiologi karena terganjal berbagai kritikan tentang ketidak konsistenan dalam penyusunan kerangka penelitian desain epidemiologinya.

Penelitian Epidemiologi.

Dalam beberapa reteratur yang penulis miliki dan penulis gunakan dalam melakukan penelitian praktis  pada  pekerjaan kedinasan, penelitian epidemiologi dapat dilakukan secara eksperimental  maupun secara obeservasional. Penelitian Eksperimental  sesuai dengan namanya  membutuhkan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada obyek yang diteliti. Intervensi atau perlakuan dapat secara keseluruhan sampel  atau secara randomisasi (eksperimental murni), atau intervensi/perlakukan dapat juga dilakukan secara  non randomisasi (eksperimental semu) misalnya  semua pengunjung yang memeriksakan kesehatan di laboratorium atau diklinik kesehatan atau contoh konkritnya mencoba membandingkan efisiensi dari suatu program gizi melalui intervensi pemberian makanan tambahan pada anak SD.

Sedangkan penelitian observasional  biasanya didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti,  dapat dilakukan

Page 31: epid perencanaan

secara deskriptfi dan analitik. Penelitian deskriptif lebih sering disebut analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit yaitu banyaknya kasus baru dan lama dalam periode tertentu.  atau juga analisis desktiptif terhadap masalah kesehatan lainnya. Manfaatnya adalah  untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang.  Penelitian deskriptif juga  merupakan cara termudah untuk menjelaskan kejadian serta distribusi suatu penyakit atau masalah pada suatu populasi,  karena yang digunakan adalah  dengan mengajukan pertanyaan epidemiologi : Who, When dan  Where serta pertanyaan pendukung lainnya.

Sementara itu Penelitian analitik adalah bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Ada tiga bentuk dalam penelitian analitik ini yaitu cross sectional study, case controle study dan cohort study

Cross sectional study merupakan penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus dengan  prevalensi penyebab atau  faktor resiko. Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat yg terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan ( ditanya masalahnya (akibat) sekaligus penyebabnya (faktor resikonya).

Sedangkan case controle study, didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yangg menderita  penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang tidak menderita atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian case control ini adalah diketahui penyakitnya kemudian  ditelusuri penyebabnya.

Dan yang terakhir adalah cohort study yaitu penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan  atau  yang tidak terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian ini (cohort) adalah kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui terus diamati secar terus menerus  akibat yang akan ditimbulkannya.

Apa yang dijelaskan diatas ( tentang penelitian epidemiologi)  pada dasarnya merupakan desain penelitian atau tepatnya desain penelitian epidemiologi. Kadang seseorang yang akan melakukan penelitian dibingunkan dengan  beberapa pertanyaan “apakah penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif atau kuantitatif.? Dan pertanyaan berikut “Bagaimana bentuk kerangka atau sistimatika penelitian serta cara penulisannya? Berikut penjelasan  Desain penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitaif berdasarkan kerangka Penelitian dan cara penulisannya. namun sebelumnya penulis  jelaskan  lebih jauh dari penjelasan penelitian epidemiologi diatas,  penelitian observasional deskriptif dapat disamakan dengan penelitian kualitatif  karena  jenis data nominalnya yang sangat menonjol. Sementara itu penelitian eksprerimen dan obeservasional analitik dapat disamakan dengan penelitian kuantitatif.

Page 32: epid perencanaan

Desain Penelitian Berdasarkan Kerangka Penelitian sangatlah jelas dan sederhana dalam membuat kerangka desain penelitian Kualitatif  atau Penelitian Kuantitatif dan perbedaan diantara keduanya,  namun masih banyak diantara peneliti baru mengalami kesulitan dalam membedakannya, belum lagi masalah penulisan yang banyak ditemukan ketidak konsistenannya.

Penelitian Kuantitatif

Kerangka penelitian kuantitatif dimulai dengan bab pertama pendahuluan yang berisikan Latar belakang yang isi narasinya dibuat sesuai konsep piramida terbalik dan ditutup dengan  satu paragraf dengan pernyataan jastifikasi, mempunyai Batasan masalah atau rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, biasa juga dimasukan pertanyaan penelitian dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari pertanyaan rumusan masalah). Dan yang terakhir dan sangat penting juga dalam  pendahuluan adalah Tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Rumusan masalah, hipotesis (kalau ditepatkan di pada bagian pendahuluan) dan Tujuan penelitian harus mempunyai pernyataan yang sama ( harus konsisten ,sama setiap kata demi kata termasuk kata sambungnya) yang beda hanya pada bentuk kalimatnya.

Pada rumusan masalah bentuk pernyataanya adalah kalimat tanya, contoh “Apakah  Ada AAA BBB CCC?.”  Pada hipotesis, bentuk pernyataanya adalah kalimat menolak atau menerima, Contohnya  “Ada atau tidak ada AAA BBB CCC.“  Dan pada tujuan bentuk pernyataannya adalah kalimat beriniat, Contoh tujuan umumnya, Untuk mengetahui  AAA BBB CCC. Dan tujuan khususnya “ Untuk mengetahui AAA. Untuk Mengetahui BBB, untuk mengetahui CCC dan untuk mengetahui AAA dan BBB” dan seterusnya.

Setelah bab pendahuluan selanjutnya masuk pada bab tinjauan pustaka. Dibagian bab ini,  menguraikan semua konsep yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian. Disini juga harus konsisten (karena banyak yang tidak konsisten bagi sebagian calon sarjana atau yang baru meneliti) dengan apa yang telah ditulis pada bagain pendahuluan. Contoh dibagian pendahuluan disebut tentang AAA BBB CCC yang akan diteliti, maka pada tinjauan pustaka maka dibagi dalam tiga bagian  besar yaitu  penjelasan tentang AAA, Penjelasan tentang BBB dan penjelasan tentang CCC. Dalam penjelasan peneliti harus mengaturnya kerangka dan isinya, yaitu berisi tentang pengertian sebagai dasar dalam membuat definisi operasional, kriteria pengukuran sebagai dasar untuk membuat indikasi pengukuran dan kriteria objektif dan beberapa teori dan hasil penelitian sebagai dasar penentuan hipotesis.

Bab selanjutnya adalah Kerangka Konsep. Penyusunan kerangka konsep atau kerangka pikir  berdasarkan konsep dalam tinjauan pustaka, yang berisikan tentang pernyataan-pernyataan definisi operasional, kriteria objektif dan hipotesis Penelitian (Ho dan Ha) dan lainnya sebagai pendukungnya. isiannya tentunya sudah sangat mudah karena sudah ada dalam tinjauan pustaka.

Page 33: epid perencanaan

Dan bab yang terakhir adalah Metode Penelitian berisi, pertama,  Jenis Penelitian  Kuantitatif  (Cross Sectional, Case Kontrol, Cohort. Dll). Disini nampak Desain penelitiannya bila perlu juga sudah ada cara menyusun hasilnya lengakp dengan tabel-tabelnya. Kedua, Lokasi Penelitian. Mencantumkan alasan atau pertimbangan pemilihan lokasi penelitian dan Ketiga, Populasi dan sampel tentunya harus ada metode penentuan sampel dan sampel minimal 30.

Penelitian Kualitatif

Ada sedikit perbedaan yang sistimatik  terhadap kerangka penelitain kualitaif dan kuantitatif yang telah dijelaskan diatas.  Kerangka penelitian kualitatif  pada bagian pertama pendahuluan berisi latar belakang yang dibuat berdasarkan konsep piramida terbalik dan diakhiri dengan jastifikasi, kemudian rumusan masalah yang pada umumnya digabung dengan pertanyaan penelitian tampa hipotesis penelitian, —– berbeda dengan  penelitian kuantitatif  yang menggunakan hipotesis —– Kemudian tujuan penelitian dan yang terakhir pada bab pendahuluan adalah manfaat penelitian. Intinya  disini (pada penelitian kualitatif) tidak ada hipotesis untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Pada bab tinjauan pustaka diuraikan semua konsep yang digunakan sebagai sebagai rujukan dalam penelitian. Hampir sama dengan penelitain kuantitaif  tetap berisikan pengertian, kriteria pengukuran atau batasan-batasan termasuk teori-teori dan hasil penelitian pendukung. bedanya  hanya  tidak diarahan pada pernyataan definisi operasional, kriteria objektif dan hipotesis pada kerangka konsepnya, tetapi disusun sesuai dengan konsep peneliti dengan mencoba mendefinisikan presepsi dan penilaian orang tentang suatu objek yang diteliti yang dinyatakan dalam bentuk  kalimat atau kata-kata (verbal). (lihat perbedaan skala ukuran kuantitatif dan kualitatif pada gambar)

Bab atau bagian kerangka konsep disusun  kerangka konsepnya atau kerangka pikirnya berdasarkan konsep dalam tinjauan pustaka. Pada definisi operasional, dibuat definisi variabel yang akan diteliti menurut konsep peneliti, tidak seperti pada penelitian kuantitatif didasarkan pada konsep yang telah ditentukan para ahli. Definisi operasional juga tidak mempunyai  kriteria objektif dan hipotesis penelitian sebagaimana pada penelitian kuantitatif.

Page 34: epid perencanaan

Dan yang terakhir pada penelitian kualitatif adalah metode penelitian berisikan Jenis penelitian (kualitatif), lokasi penelitian dicantumkan alasan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian dan informan sebagai pengganti populasi dan sampel. Perlu diingat dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel melainkan informan. Metode pemilihan informan diantaranya Purpossive, snowbaling dan lain-lain.

Yang terpenting juga baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif adalah bab penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan khusus, jadi jikalau ada 5 tujuan khusus yang dibuat maka kesimpulannya juga ada 5 kesimpulan, demikian juga sarannya harus ada 5 saran (rekomendasi) kalau simpulan baik disarankan terus ditingkatkan kalau kesimpulan kurang baik disarankan perlu perbaikan.

Demikian penjelasan ringkas atau sedikit tips tentang penelitian epidemiologi dan desain penelitian serta masalah konsitensi peneliti,  yang penulis peruntukkan bagi mereka mahasiswa (calon sarjana),  atau yang telah menjadi sarjana tetapi masih mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian epidemiologi  dan desain penelitiannya. Semoga bermanfaat.

Salam   sahabat

Page 35: epid perencanaan

Epidemiologi dalam proses   perencanaan

Posted on February 11, 2009. Filed under: epid perencanaan |

BAB I

EPIDEMIOLOGI DALAM PROSES PERENCANAAN

Dr. Ridwan Amiruddin

A. KONTRIBUSI EPIDEMIOLOGI

Menunjuk dalam Healthy People (Alan Dever 1984) ; secara umum dijelaskan

bahwa untuk memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam

prioritas perawatan kesehatan dengan penekanan lebih besar pada pencegahan penyakit

dan promosi kesehatan. Epidemiologi, lebih jauh mengalami perkembangan seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang perencanaan dan

manajemen kontribusi epidemiologi dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1.

KONTRIBUSI EPIDEMIOLOGI TERHADAP MANAJEMEN PELAYANAN

KESEHATAN MANAJEMENT PROSES PERENCANAAN KONTRIBUSI

EPIDEMIOLOGI PENDEKATAN FUNGSIONAL PENDEKATAN PROSES

Planning Tekhnik Identifikasi kebutuhan dan masalah

1. Epidemiologi Deskriptip a. Person b. Place c. Time

2. Deskripsi masalah kesehatan dalam istilah mortalitas, morbiditas dan faktor risiko

3. Demografi

4. Analisis etiologi ( risk factors) Administrasi dan politik Penentuan prioritas Estimasi

terhadap ; 1. Magnitude og loss 2. Amenability untuk pencegahan atau reduksi 3.

Ukuran-ukuran epidemiologi Penyusunan tujuan 1. Kuantifikasi tujuan 2. Kelayakan

Implementasi aktifitas untuk mencapai tujuan 1. Alternatif-alternatif 2. Analisis cost

benefit Organizing Mobolisasi dan koordinasi sumber daya 1. Monitoring program dan 2.

Pemasaran Directing Coordinating Controling Teknik Evaluasi 1. Uji clinik 2. Penilaian

outcome Sumber; Alan Dever 1985. Pengambilan keputusan merupakan mata-rantai

manajemen. Disamping itu, proses pengambilan keputusan juga merupakan fungsi

kepemimpinan. Seorang manajer harus mempengaruhi atasan, teman sejawat atau staf

Page 36: epid perencanaan

untuk mencapai suatu pengambilan keputusan yang tepat. Secara umum ada 3 komponen

pokok pengambilan keputusan, adanya fakta, alternatif dan kerangka pikir. Dengan

bahasa yang sederhana dan akurat, ketiga komponen pengambilan keputusan ini dapat

dikomunikasikan secara efektif, mudah dimengerti dan mempengaruhi mereka yang

terlibat dalam pengambilan keputusan dan implementasi keputusan tersebut.

Epidemiologi merupakan metode pengumpulan dan analisis fakta untuk mengembangkan

dan menguji kerangka pikir yang dapat menjelaskan terjadinya fenomena kesehatan.

Dalam epidemiologi tercakup metode dan subtansi ilmu pengetahuan yang ditemukan

atau dijelaskan melalui metode tersebut. Setiap aktivitas epidemiologi merupakan

penerapan metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat disajikan

suatu informasi yang memperkaya ilmu pengetahuan mengenai fenomena kesehatan

tertentu dan untuk pengambilan keputusan atau kebijakan dalam pelayanan kesehatan.

B. PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi mulai berkembang dari pengamatan atas pengaruh lingkungan terhadap

penyakit. Hippocrates 400 tahun sebelum masehi menganjurkan untuk

mempertimbangkan arah angin, musim, jenis tanah dan penyakit. Oleh karena pengaruh

John Graunt yang juga menjadi bapak demografi, epidemiologi berkembang sebagai

metode yang bersifat kuantitatif. William Farr menyelidiki pengaruh pekerjaan, status

perkawinan dan pelbagai faktor sosiasl ekonomi terhadap variasi kematian. Pengaruh

kondisi sanitasi terhadap tingkat kematian dideskripsikan oleh Edwin Chandwick (Tabel

1.2.). Tabel 1.2. Laporan Penyelidikan Kondisi Sanitasi Dari Populasi Pekerja di Inggris,

1842 PERIODE JUMLAH PEMBAPTISAN JUMLAH PEMAKAMAN TINGKAT

KEMATIAN 1796-1805 1627 1535 1 dari 31 1806-1815 1654 1313 1 dari 40 1816-1825

2165 1390 1 dari 47 Sumber : Snow, 1855 dalam Dasar Epid. 1995. Melalui Tabel 1.2

Chadwick menunjukkan adanya penurunan tingkat kematian dengan perbaikan sanitasi

lingkungan . Jonh Snow dalam buku On the made of communication of cholera yang

diterbitkan pada tahun 1855 secara spesifik menunjukkan bahwa penduduk yang

menggunakan air minumdari sumber air yang terletak di sebelah hilir kota london,

sehingga kemungkinan tercemar, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi (Tabel

1.3). Tabel 1.3. Tingkat Kematian Karena Kholera Pada Penduduk Dengan Suplai Air

Page 37: epid perencanaan

Minum Yang Berbeda PERUSAHAAN AIR MINUM JUMLAH RUMAH JUMLAH

KEMATIAN JUMLAH KEMATIAN PER 1000 RUMAH Southwark & Vauxhall

40.046 1.263 315 Lambeth 26.107 98 37 Perusahaan lain di London 256.423 1.422 59

Sumber : Snow, 1855 dalam Dasar Epid. 1995. William Farr menunjukkan bahwa

pekerja tambang logam lebih sering menderita penyakit paru-paru dan memiliki risiko

kematian yang lebih tinggi dari kelompok penduduk yang lain. Tahap perkembangan

setelah konsep lingkungan sebagai penyebab penyakit adalah konsep penyebab khusus

terhadap suatu penyakit. Pasteur mengemukakan teori kuman sebagai penyebab spesifik

suatu penyakit. Dengan ditemukannya mikroskop oleh Anton Van Leeuwenhoek,

penyelidikan atas penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri berkembang dengan

pesat. Salah satu revolusi dalam pemikiran tentang faktor-faktor yang menyebabkan atau

mencegah terjadinya penyakit adalah penemuan Edward Jenner bahwa orang bisa dibuat

kebal terhadap suatu penyakit dengan cara vaksinasi. Pasteur juga berperan besar dalam

membekukan prosedur imunisasi. Faktor inang (host) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

genetik yang mulai diperhatikan setelah orang mengamati adanya pengelompokan

(clustering) penyakit pada populasi tertentu. Konsep sebab akibat terjadinya penyakit

yang cenderung bersifat multikausal memacu perkembangan metode epidemiologi,

sehingga dapat diterapkan untuk menyelidiki fenomena yang tidak secara langsung

berkaitan dengan penyakit. Miettinen (1985) mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu

ilmu tentang terjadinya fenomena (the science of occurrence). Dilingkungan rumah sakit,

epidemiologi dapat digunakan dalam penyelidikan wabah yang terjadi di kamar bayi,

menilai manfaat penerapan suatu teknologi dengan mempertimbangkan efektifitas, risiko

dan effisiensi. Keputusan untuk melakukan screening dan promosi kesehatan juga

dilandasi fakta temuan penyelidikan epidemiologi. Sebagai ilmu tentang kejadian

fenomena dalam populasi, epidemiologi digunakan untuk memantau perubahan yang

terjadi di masyarakat yang berpengaruh terhadap pola penyakit dan permintaan akan

pelayanan rumah sakit. Sebagai suatu disiplin ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebagai

ilmu dasar menyangkut mekanisme terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada

umumnya. Disamping itu, epidemiologi dapat juga dianggap sebagai ilmu terapan, yang

memadukan ilmu-ilmu biomedik, biostatistika dan bioteknologi untuk memecahkan

persoalan-persoalan kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian.

Page 38: epid perencanaan

Dalam lingkungan rumah sakit, ilmu epidemiologi dapat menjembatani keinginan klinisi

untuk menerapkan ilmu biomedik dan bioteknologi dalam pengambilan keputusan klinik

dan keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif, efisien,

dan terjangkau pada saat dibutuhkan.

C. METODE EPIDEMIOLOGI

Dengan bergesernya konsep penyebab tunggal penyakit menjadi konsep multikausal,

metode epidemiologi menjadi semakin kompleks dan diperkaya oleh bidang ilmu-ilmu

teknologi, sosial, ekonomi dan perilaku. Dulu praktisi epidemiologi adalah “physician

who can count”, sekarang klinisi yang mempraktekkan epidemiologi dituntut sebagai

“physician who knows computer”. Praktisi epidemiologi tidak hanya terdiri dari dokter

atau klinisi, tetapi ilmuwan dari disiplin paramedik maupun non medik. Perkembangan

metode epidemiologi antara lain dipengaruhi oleh : 1. Metode pengukuran fenomena

kesehatan; teknologi diagnostik klinik, biomedik, elektromedik, sosial-ekonomik dan

perilaku. 2. Metode kuantitatif untuk mengidentifikasi pola kejadian dan memperkirakan

dampak suatu faktor (dikenal sebagai risk factor) terhadap terjadinya penyakit. 3. Metode

penelitian yang menyangkut rancangan pengamatan atau pengumpulan data dalam uji

klinik (randomized clinical trial), rancangan kohor, kasus-kontrol, survai surveillance

penyakit. Deteksi penyakit dapat dilakukan pada tahap dini, misalnya dengan kemajuan

dalam biokimia atau bioteknologi dan elektromedik sebagai teknologi imaging yang

secara lebih tajam dapat menampilkan kelainan-kelainan struktural pada tingkat seluler,

jaringan maupun organ. Pengukuran sosial seperti kuantitatif social network, social

support dan kepatuhan berobat serta kemitraan dokter-pasien mempertajam hasil kajian

epidemiologik. Perkembangan epidemiologi mutakhir ditandai dengan meluasnya

aplikasi metode kuantitatif yang semakin rumit, sesuai dengan konsep penyebab penyakit

yang semakin rinci.Prinsip-prinsip kuantifikasi kejadian penyakit, identifikasi kelompok

yang paling rentan, komparasi antar kelompok dan analisis subjek kelompok tetap

melandasi metode kuantitatif dalam epidemiologi. Besarnya data hasil penelitian yang

harus dianalisis memungkinkan penajaman hubungan sebab akibat , apakah ada

kesimpulan yang bias, kerena ada faktor perancu (confounding factor), yakni suatu faktor

yang berhubungan erat dengan penyebab penyakit dan sekaligus juga merupakan faktor

Page 39: epid perencanaan

risiko penyakit tersebut. Analisis subkelompok menjadi relevan jika risiko penyakit

berbeda tajam antara kelompok yang satu dan yang lain, suatu kondisi yang dikenal

sebagai interaksi (interaction atau effect modification) di antara faktor risiko. Identifikasi

penyebab penyakit dilakukan dengan mengukur efek faktor risiko terhadap terjadinya

penyakit. Pengukuran efek ini didasarkan atas perbandingan atau rasio antara risiko

menderita penyakit pada kelompok yang satu dibandingkan dengan kelompok yang lain.

Pada penelitian kohor atau longitudinal dapat dihitung rate ratio dan risk ratio atau

relative risk. Pada penelitian kasus-kontrol dihitung odds ratio. Ukuran –ukuran tersebut

menunjukkan berapa besar pengaruh suatu faktor dalam meninggikan risiko menderita

suatu penyakit. Perkembangan metode epidemiologi ditujukan untuk semakin

meningkatnya validitas hasil penelitian, yakni bahwa kesimpulan yang diambil dari hasil

penelitian tersebut ssuai dengan kenyataan. Disamping itu, validitas kajian epidemiologi

yang tinggi memungkinkan generalisasi suatu mekanisme biomedis maupun biososial,

dan informasi tentang variasi dari mekanisme tersebut menjadi lebih akurat.

D. APLIKASI EPIDEMIOLOGI

Bagi manajer rumah sakit, epidemiologi dapat digunakan sebagai pedang bermata dua.

Pertama Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan

dalam pelayanan pasien oleh staf rumah sakit. Kedua epidemiologi digunakan untuk

memantau pola penyakit di masyarakat yang mencerminkan kebutuhan dan permintaan

masyarakat akan jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh rumamh sakit.

Keputusan dalam pelayanan pasien dipengaruhi oleh : 1. Pengetahuan akan penyebab

penyakit 2. Pengetahuan akan riwayat alamiah penyakit 3. Hasil evaluasi efektifitas

tindakan untuk mengobati dan mencegah penyakit 4. Perhitungan sumberdaya dan

manfaat yang didasarkan atas analisis cost-effectiveness, cost-utility dan cost-benefit.

Dengan dukungan epidemiologi, manajer rumah sakit dapat mengembangkan produk

pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan permintaan pasar, mengingat peran

epidemiologi untuk memantau dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan

fungsinya sebagai market intelligence untuk terus menerus mengikuti situasi pasar bagi

pelayanan rumah sakit. Dengan menggunakan fakta yang akurat dan relevan dan

Page 40: epid perencanaan

kerangka pikir yang jelas, manajer rumah sakit dapat mengkomunikasikan kebutuhan

rumah sakit untuk berkembang dalam situasi kompetitif. File planningepid\bab1

Prinsip-prinsip epid

1.Defenisi/pengertian Epidemik, Pandemik, dan Endemik ! 2.Ruang lingkup, tujuan, dan kegunaan epidemiologi ! 3.Capaian studi epidemiologi ! Jawaban :

1.Epidemik, Pandemik, dan Endemik : a.Epidemik : Suatu keadaan dimana masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat. b.Pandemik : suatu epidemi global atau wabah global yang merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. c.Endemik : Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. (Sumber : http//:www.wikipedia.com). 2.Ruang lingkup, tujuan, dan kegunaan epidemiologi : Ruang Lingkup : a.Epidemiologi Penyakit Menular b.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular c.Epidemiologi Kesehatan Reproduksi d.Epidemiologi Kesehatan Lingkungan e.Epidemiologi Kesehatan Kerja f.Epidemiologi Kesehatan Darurat g.Epidemiologi Kesehatan Jiwa h.Epidemiologi Perencanaan i.Epidemiologi Prilaku j.Epidemiologi Genetik k.Epidemiologi Gizi l.Epidemiologi Remaja m.Epidemiologi Demografi n.Epidemiologi Klinik o.Epidemiologi Kausalitas p.Epidemiologi Pelayanan Kesehatan (Sumber : Ruang Lingkup Epidemiologi «EPID HOLIC.htm) Tujuan : a.Menjelaskan kejadian penyakit/ masalah kesehatan melalui identifikasi "sebab" atau determinan b.Memprediksi jumlah & distribusi kejadian penyakit/ masalah kesehatan pada populasi tertentu. c.Menggambarkan frekuensi, distribusi, pola, kecenderungan kejadian penyakit dan status

Page 41: epid perencanaan

kesehatan. d.Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi. (Sumber: pengantar epidemiologi « ig.@dity@ sety@w@n,skm.htm) Kegunaan : Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya. (Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.) Situs : http://www.geocities.com/klinikikm/epidemiologi/pengertian-peranan.htm

a.Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat. b.Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan. c.Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. d.Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya. e.Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan. (Sumber: dasar-e-p-i-d-e-m-i-o-l-o-g-i.html).

3. Capaian Studi Epidemiologi : Didalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode, yakni : 1). Epidemiologi Deskriptif (Descriptive Epidemiology) Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time). 1).1 Orang (Person) Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas. 1).2 Tempat (Place) Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara : 1. Batas daerah-daerah pemerintahan

Page 42: epid perencanaan

2. Kota dan pedesaan 3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai laut atau padang pasir) 4. Negara-negara 5. Regional Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya. Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti. Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri. Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah. Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) : 1. Susunan umur 2. Susunan kelamin 3. Kualitas data 4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk. Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya. Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut : 1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya. 2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.

Page 43: epid perencanaan

3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat. 4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain. Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya "reservoir" infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut "receptive area" untuk demam kuning. Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium. 1.3 Waktu (Time) Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan : 1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan. 2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun. 3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut "secular trends". 2. Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiology) Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Ada 3 studi tentang epidemiologi ini : 2.1 Studi Riwayat Kasus (Case History Studies) Dalam studi ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang yang tidak terkena (kelompok kontrol). Contoh : Ada hipotesis yang menyatakan bahwa penyebab utama kanker paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok orang penderita kanker paru-paru. Kepada penderita ini ditanyakan tentang kebiasaan merokok. Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat 2 kelompok, yakni penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang tidak merokok. Kemudian kedua kelompok ini diuji dengan uji statistik, apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. 2.2 Studi Kohort (Kohort Studies) Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang

Page 44: epid perencanaan

telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.

Contoh : Untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama penyebab kanker paru-paru, diambil 2 kelompok orang, kelompok satu terdiri dari orang-orang yang tidak merokok kemudian diperiksa apakah ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok dan kelompok non perokok. 2.3 Epidemiologi Eksperimen Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan). Contoh : untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah beberapa tahun kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Situs : http://www.geocities.com/klinikikm/epidemiologi/metode.htm

Surveilans Epidemiologi Sebagai Bentuk Penerapan Keperawatan Komunitas

Oleh : Mahyuliansyah

Surveilans adalah suatu observasi terhadap orang-orang yang diduga menderita suatu penyakit menular dengan cara mengadakan bermacam-macam pengawasan medis, yang tidak membatasi bergerak dari orang atau orang-orang yang bersangkutan. Pengertian ini berkembang bukan saja pengamatan terhadap populasi tetapi pengamatan semua factor yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat.Surveilans mutlak diperlukan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai dasar perencenaan, monitoring dan evaluasi program

Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit yang meliputi kegiatan :1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit. Mengenal Epidemiologi Penyakit berarti mengenal apa yang kita hadapi dan mengenal perencanaan program yang baik.2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dan sesudah program dilaksanakan sehingga

Page 45: epid perencanaan

dapat diukur keberhasilannya menggunakan data sueveilans epidemiologi.3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.Dengan system surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan pola penayakit di suatu daerah tertentu dapat mengantisipasi kecenderungan penyakit di suatu daerah.Tujuan akhir surveilans adalah untuk menetukan luasnya infeksi dan resiko penularan penyakit sehingga tindakan pemeberantasan dapat dijalankkan secara efektif dan efisien. Oleh karaena itu data surveilans harus sesuai dengan kondisi penyakit/masalah kesehatan masyarakat setempat.Dengan melakukan surveilans yang baik, maka data yang ada dapat etrkumpul, diolah dan dianalisa sehingga menjadi informasi untuk perencanaan program, penanggulanagan dan pencegahan penyakit.Peranan perawat komunitas di Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan surveilans adalah sangat penting artinya, mengingat bahwa Puskesmas adalah sebagai sumber informasi yang dapat langsung dari masyarakat. Sehingga informasi masalah penyakit atau masalah kesehatan segera dapat diketahui lebih akurat. Peran ini sangat erat kaitannya dengan peran perawat komunitas berdasarkan rumusan Departemen Kesehatan pada penerapan Desa Siaga,salah satunya sebagi penemu kasus di lapangan, yakni melakukan surveilans epidemiologi, melakukan penemuan kasus/masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menerapkan prinsip privacy dalam penemuan kasus-kasus yang dinilai negatif oleh masyarakat, melaporkan hasil penemuan kasus kepada pihak terkaitKegiatan-kegiatan perawat komunitas yang berhubungan langsung dengan surveilans epidemiologi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit menular adalah :• Pengamatan penyakit menular tertentu. • Pengamatan terpadu untuk pemantauan programdan dampak program melalui pemantauan Wilayah Setempat (PWS), dan pengamatan dan pemberantasan berbagai vector penyakit, dan pengamatan secara laboratorium. • Pengobatan penderitan baik yang bersifat pencegahan maupun penyembuhan dalam rangka pemutusan rantai penularan. • Imunisasi untuk mencegah penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.• Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit seperti diare, malaria, demam berdarah, Rabies dan penyakit yang dapat menimbulkan wabah.Dari penjelan di atas secara langsung dan tidak langsung menyatakan bahwa upaya surveilans epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan fungsi dan perawat komunitas itu sendiri.

Sumber :Depkes RI, 1997, Jakarta, Mudol Pelatihan Funsional Bagi Tenaga Surveilas di Puskesmas.

Dini Meinanda Mutiara, Rumiati, Selvi Ermawati, 2008,………….., Keluarga Binaan Sebagai Wujud Peran Perawat Komunitas dalam Penanggulangan Gizi Buruk pada Anak

Page 46: epid perencanaan

Keperawatan Komunitas dan Konsep Pemicuan

Pemicuan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mendorong atau memotivasi seseorang, keluarga atau masyarakat agar berbuat lebih baik.Bentuk dari kegiatan pemicuan yaitu suatu promosi aplikatif yang memungkinkan tumbuh rasa takut, jijik, rasa bersalah yang kemudian muncul rasa tanggung jawab dan ingin memperbaiki keadaan.Kegiatan pemicuan merupakan salah satu kegiatan yang lebih gampang untuk memunculkan peran serta / memperdayakan masyarakat.Pemicuan merupakan konsep dari kegiatan CLTS yang diadopsi dari Banglades. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal ini tidak buang air besar disembarang tempat.Bagaimanakah penerapan konsep pemicuan dalam keperawatan komunitas ?

Pemicuan yang dilaksanakan pada program CLTS berorientasi pada sanitasi lingkungan yang poin akhirnya ada kesadaran masyarakat untuk buang hajat pada tempatnya yaitu dengan berperan serta membuat jamban keluarga.Kaitannya dengan keperawatan komunitas adalah pada kasus penyakit yang memungkinkan mempengaruhi kesehatan di masyarakat.Konsep pemicuannya sama tapi orientasinya pada penyakit. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :PersiapanPerawat komunitas mengadakan pendataan kasus-kasus bersama pembina desa. Sumber data berasal dari laporan penyakit bulanan atau laporan dari masyarakat. Selanjutnya dilakukan pengelompokan mana yang memungkinkan terjadi wabah atau tidak. . Tentukan wilayah mana yang segera perlu pemicuan.

Sebelum pemicuan.Lakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan kegiatan pemicuan sekaligus meminta dukungan dan menentukan kapan dilaksanakan kegiatan pemicuan.

Pemicuan.Masyarakatkan yang telah diikutsertakan oleh tokoh masyarakat diberikan penjelasan tentang kegiatan pemicuan. Lakukan tanya jawab tentang masalah penyakit yang ada yang mungkin meresahkan masyarakat, misalnya TBC, DBD, atau penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi misalnya campak.Setelah semua memahami tentang masalah penyakit yang dimaksud lakukan kunjungan pada penderita. Setelah itu lakukan kembali pertemuan untuk mendengarkan pendapat masing-masing peserta. Sekiranya telah muncul kesadaran bahwa penyakit yang diderita

Page 47: epid perencanaan

memang mengkuatirkan maka picu rasa tanggung jawab mereka untuk menanggulanginya. Setelah ada kesepakatan misalnya tentang penyakit campak maka tidak ada istilah lagi takut akan imunisasi pada balita yang ada di daerah mereka semua bertanggung jawab mengimunisasika balita secara lengkap. Selain itu disepakati juga tentang menjaga kebersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk sekiranya penyakit yang diderita adalah demam berdarah. Dan lain-lain sesuai penyakitnya.

Setelah pemicuan.Dilakukan evaluasi tentang perkembangan penyakit dan hasil kesepakatan serta hasil cakupan program di Puskesmas.

Dapat disimpulkan bahwa pemicuan dapat dilaksanakan dalam keperawatan komunitas. Kegiatannya merupakan upaya pomotif dan preventif untuk mencegah wabah atau kejadian luar biasa di suatu wilayah.

Bahan bacaan.Modul pelatihan fasilitasi Pamsimas/CLTS.

Jaminan Mutu dalam Keperawatan Komunitas

Oleh : Mahyuliansyah

Mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi harapan atau melebihi harapan.

Jaminan mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Prinsif Jaminan Mutu1. Berfokus pada klien. Ketika melakukan upaya keperawatan seorang perawat komunitas memandang klien secara komprehensip (keseluruhan) yakni melihat klien berdasarkan biopsikososial-kultural2. Berorintasi pada sistem dan proses. Setiap alur kegiatan berdasarkan tata kerja yang berlaku dan dilaksanakan secara sistematis.3. Data sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk menentukan tindakan dan upaya keperawatan sesuai dengan data yang didapat sehingga tidak terjadi kesalahan prosedur.4. Mendorong suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dan perbaikan mutu. Dari hasil upaya yang dilakukan apakah sudah memenuhi standar, apabila belum maka perlu perbaikan.

Demensi mutu pelayanan1. Tecnical competence (kompetensi teknis). Perawat komunitas harus mempunyai

Page 48: epid perencanaan

kemampuan memberikan pelayanan, keterampilan dan penampilan sesuai dengan ilmu dan seni keperawatan. Kompetensi teknis ini melihat tingkatan ilmu yang didapat.2. Acces to service (akses terhadap pelayanan).Keadaan demografis, geografis, sosek tidak mempengaruhi dalam pelayanan. Upaya keperawatan tidaklah terpengaruh biarpun medannya sulit dan terpencil. Standar pelayanan keperawatan tetaplah sama.3. Efektiveness (kesanghilan).Sesuai petunjuk dan prosedur, teknologi yang tepat.Hal ini sudah pasti karena pelayanan keperawatan haruslah sesuai dengan standarnya kalau tidak ingin dikatakan salah atau malpraktik.4. Interpersonal relation (hubungan antar individu). Hubungan interpersonal yang baik menumbuhkan rasa saling percaya dan percaya diri ketika melakukan upaya keperawatan sehingga tidak ada keraguan untuk menerapkan standar keperawatan.5. Efficiency (kemangkusan)Sumber daya yang berpotensi optimal.Tenaga keperawatan sesuai dengan kompetensinya memberikan tindakan dan upaya keperawatan6. Continuity (kesinambungan).Keperawatan yang dilaksanakan harus sampai selesai tidak terputus-putus sehingga masalah dapat terpecahkan.7. Safety (keamanan). Upaya keperawatan haruslah aman bagi klien dan aman juga bagi perawat serta lingkungan.8. Amenitis (kenyamanan). Kenyamanan sangat mendukung ketika dilakukan upaya keperawatan sehingga tidak ada rasa malu atau risih. Nyaman dari segi waktu, tempat dan lingkungan.

Bentuk pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar, aman, terjangkau dan berdampak terhadap penurunan angka kematian, kesakitan, cacat serta malnutrisi adalah jaminan mutu dalam melaksanakan keperawatan komunitas.

Bahan bacaanMateri pelatihan tenaga surveilans Puskesmas tahun 1997