emergency and humanitarian action technical quide for health crisis response in disaster

Upload: ruli-nurul-aman

Post on 03-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    1/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    2/193

    MENTERIKESEHATANREPUBLIK INDONESIA

    SAMBUTANMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESI

    Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana baikbencana alam non alam maupun bencana sosiaLBerbagai jenis bencana ini dapat menimbulkan krisiskesehatan. Seperti timbulnya korban massal masalahpengungsi masalah pangan dan gizi masalahketersediaan air bersih masalah sanitasi lingkunganpenyebaran vektor penyakit penyebaran penyakitmenular lumpuhnya pelayanan kesehatan munculnyakasus stress pasca trauma dan kelangkaan tenaga kesehatan. Hal ini tenakan mengganggu jalannya pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatanSalah satu peran Kementerian Kesehatan adalah mempersiapkan standar dapedoman agar tugas dan tanggung jawab penanggulangan krisis kesehataakibat bencana dapat dilaksanakan dengan baik terpadu dan sinergis dengapengelola program sektor kesehatan maupun sektor diluar kesehatan. Padtahun 2007 Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Buku Pedoman TeknPenanggulangan Krisis Kesehatan Aki bat encana yang mengacu padstandar intemasionaL Namun dengan adanya perkembangan di bidanpenanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dan adanya masukan dadaerah dari lintas program dan dari lintas sektor maka KementeriaKesehatan melakukan revisi terhadap buku pedoman tersebut.Saya menyambut baik terbitnya revisi buku pedoman ini dan saya berharaagar buku pedoman ini dapat disebarluaskan untuk digunakan sebagai acuaoleh seluruh institusi kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehataakibat bencana di Indonesia Kepada semua phak yang telah berperan dalapenyusunan dan penerbitan buku ini saya sampaikan terima kasih daapresiasi.

    Pedoman Teknis PenongguJongon risis Kesehatan Akibot encana

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    3/193

    ii

    Semoga buku ini bermanfaat bagi penanggulangan krisis akibat bencana diIndonesia dan b gi peningkatan kesejahteraan Rakyat Indonesia.

    Jakarta,S Desember 2011MENTE RI KESEHATAN l

    dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH

    Pedaman Teknis Penanggulongon Krisis Kesehatan Akibat Bencono

    K T PENG NT R

    Negara Republik Indonesia terl etak di daerah rawan bencana. Berbagai jenkejadian bencana telah terjadi di Indonesia, baik bencana alam naturdisasfet ), bencana karena kegagalan teknologi maupun bencana karena ulamanusia manmade disastel). Kejadian bencana biasanya menimbulkajatuhnya korban manusia meninggal, luka-Iuka dan pengungsian) maupukerugian harta benda. Adanya korban manusia dapat menimbulkan kriskesehatan pada masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yanberada di sekitar daerah bencana.Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah masalah kurangnykoordinasi serta keterlambatan respon tanggap darurat dalam pemenuhasumber daya dalam penanggulangan krisis kesehatan. Oleh karena itu, dalarangka pengurangan dampak risiko bencana perlu adanya peningkatakapasitas dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.Keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ditentukaoleh kesiapan masing-masing unit kesehatan yang terlibat, manajemepenanganan bencana serta kegiatan pokok seperti penanganan korbamassal pelayanan kesehatan dasar di pengungsian, penanggulangan dpengendalian penyakit, penyediaan ai r bersih dan sanitasi, penanganan gdarurat, penanganan kesehatan jiwa, serta pengelolaan lagistik dperbekalan kesehatan.Mengingat permasalahan akibat bencana sangat kompleks maka pedilakukan revisi pedoman yang sudah ada. Revisi ini dilakukan untmelengkapi dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini. Pedomsebelumnya belum ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan olka rena itu revisi ini sekaligus untuk menetapkan pedoman ini dalam suakeputusan Menteri Kesehatan.Dengan dilakukannya revisi Pedoman Teknis Penanggulangan KriKesehatan akibat Bencana ini diharapkan petugas di jajaran kesehatanlembaga donor, LSM/NGO nasional dan internasional serta pihak lain ya

    Pedomon Teknis Penonggulongan Krisis Kesehoton Akibot Bencono

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    4/193

    v

    bekerja/berkaitan dalam penanganan krisis kesehatan akiba t bencana diIndonesia menjadi lebih jelas perannya masing masing secara terintegrasisehingga dapat melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibatbencana dengan lebih optimal.Akhirnya kepada semua pihak dan instansi yang terkait baik pemerintahmaupun non pemerintah, kami sampa jkan penghargaan dan terima kasihyang sebesar-besarnya atas peran sertanya sehingga revisi buku pedoman inidapat terwujud.Oemikian, semoga buku ini dapat bermanfaat bag; kita semua.

    Jakarta, 5 Oesember 2 11Sekretaris lenderal

    ..dr Ratna Rosita MPHM

    Pedomon Teknis Penanggulangan risis Kesehatan Akibat Bencana

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puj; syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenan-Nya, Buku PedomTeknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dapat diselesaiktepat pada waktunya. Revisi pedoman yang melibatkan lintas programaupun lintas seldor telah melewati beberapa tahapan proses.Kegiatan penanggulangan bencana, dimulai dari kegiatan pencegahmitigasi dan kesiapsiagaan yang dilakukan pada fase pra-bencana; kegiattanggap darurat pada saat bencana; dan fase pemulihan sebagai matransisi menuju ke keadaan normal yang didukung oleh kegiatan pemantaudan pengumpulan informasi sehingga menuntut sebuah pedoman teknis yapraktis, komprehensif dan mudah digunakan oleh para pelaku yang berperdi dalamnya. OJ sisi lain, bencana dengan segala karakteristiknya merupakperistiwa yang juga selalu menuntut pembelajaran dari hari ke hari, tidterkecuali untuk Indonesia yang telah sejak lama menyandang predisebagai negara supermarket bencana. Selain itu dengan adanya UU No.tahun 2007 yang menempatkan Badan Nasional Penanggulangan BencaBNPB) sebagai koordinator penanggulangan bencana di Indonesia, tu

    mengubah mekanisme penanggulangan bencana menjadi lebih terintegrdan terkoordinasi. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan berbaperkembangan yang terjadi saat ini, baik dari segi peraturan maupmekanisme penanggulangan bencana, maka buku Pedoman TekPenanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang ada saat ini dipandaperlu untuk di revisi dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangkrisis kesehatan akibat bencana.Kami mengucapkan terima kasih kepada unit-unit terkait di lingkungKementerian Kesehatan, Unit Pelaksana Teknis, kalangan profesional, WHEHA Emergency and Humanitarian Action) dan semua pihak yang temembantu memberik.an masukan dan saran dalam penyempurnaan bupedoman ini.

    Pedoman Teknis Penanggu angan risis Kesehatan kibat Bencana

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    5/193

    v

    Semoga buku pedoman ini dapa t bermanfaat bagi semua pihak yang bekerjadalam penanganan krisis kesehatan, khususnya bagi pa ra pelaksana di jajarankesehatan, lembaga donor, LSM/NGO nasional dan internasional.

    Jaka rta, 5 Desember 2011Kepala Pusat Penanggulangan Krisis

    udjiharto SKM MM

    Pedomon Teknis Penanggulongon risis Kesehaton kibot Bencano

    Remark WHO Representative to IndonesiaThe first edition of Technical guideline of Health Action in Crisis has served athe platform for governments, donor agencies, national and internationhumanitarian agencies to work. more effectively and efficiently based ostandards for the people affected During the implementation, we facedynamic changes in disaster management based on lesson learnt on threcent disasters occurred in Indonesia such as the type and severity odisaster; recent policies of Government of Indonesia GoI) and revision ohealth policy, law and regulations based on the updated version of StandaOperating Procedure SOP) in each sector related t disaster management.n 2007, Gol released law no.24 on Disaster Management and establisheNational Disaster Management Agency NDMA) based on the PresidentRegulation no.S Year 200S on 26 January 200S. This agency provides one licommand during disaster phase, coordinative function in pre and p disaster phase. The task and function of NOMA is supported by liministries/departments including Ministry of Health MOH) and relatorganizations based on their tasks and functions.This guideline has been modified based on the updated SOP from each unitMOH and UN agencies. t is expected to strengthen the Disaster RReduction Programme in Health Sector DRR-P HS) and disaster emergenmanagement as a whole in various sectors, enabling self sustainabi lityreducing risk. by having good preparations and effective responseemergencies and disasters according to updated Standard OperatiProcedures in 446 districts, Indonesia by 2012.WHO will always provide necessary supports for MOH in addressing DisasManagement. I would like to thank everyone involved in making this wopossible.

    Dr. Khanchit LimpakarnjanaratWHO Representative t Indonesia

    Pedoman Teknis Penanggulangan risis Kesehatan kibot Bencona

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    6/193

    ix

    DAFTARTABEL

    Tabel2.1 KarakteristikBencana 10Tabel2.2 KlasteryangadadiIndonesiabesertaorganisasiketuadananggotanya 17Tabel2.3 Koordinasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab dalampengelolaanobatdanperbekalankesehatanpadapenanggulanganbencana 25Tabel2.4 Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana 28Tabel3.1 Jenispenyakit,obat,danperbekalankesehatanpadatahaptanggapdarurat

    berdasarkanbencana127

    Tabel3.2 Contoh ObatuntukPosKesehatandanPustudengantenagamedisdanparamedis 129

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    7/193

    x

    DAFTARGAMBAR

    Gambar2.1 SiklusPenangananBencana 7Gambar2.2 Struktur Organisasi dalam Kementerian Kesehatan pada Penanggulangan

    Bencana 13Gambar2.3 HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan 14Gambar2.4 PetaLokasiPPKRegional 15Gambar2.5 Alurpenyampaianinformasiprabencana 30Gambar2.6 Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana 31Gambar2.7 Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan 34Gambar2.8 Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian

    bencana 37Gambar3.1 Pembagianareakerja 47Gambar3.2 Pospelayananmedisdepan 51Gambar3.3 Pospelayananmedislanjutanstandar 52Gambar3.4 Alurevakuasikorbandengansistemnoria 53Gambar3.5 Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan 123Gambar3.6 Alurpelaporantahaptanggapdarurat 126

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    8/193

    DAFTARGAMBAR

    Gambar2.1 SiklusPenangananBencana 7Gambar2.2 StrukturOrganisasidalamKementerianKesehatanpadaPenanggulangan

    Bencana 13Gambar2.3 HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan 14Gambar2.4 PetaLokasiPPKRegional 15Gambar2.5 Alurpenyampaianinformasiprabencana 30Gambar2.6 Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana 31Gambar2.7 Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan 34Gambar2.8 Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian

    bencana 37Gambar3.1 Pembagianareakerja 47Gambar3.2 Pospelayananmedisdepan 51Gambar3.3 Pospelayananmedislanjutanstandar 52Gambar3.4 Alurevakuasikorbandengansistemnoria 53Gambar3.5 Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan 123Gambar3.6 Alurpelaporantahaptanggapdarurat 126

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    9/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xi

    DAFTARISTILAH

    AngkaKematianIbu(AKI):kematianperempuanpadasaat

    hamil atau selama 42 hari sejak terminasi

    kehamilan tanpa memandang lama dan tempat

    persalinan,yang

    disebabkan

    karena

    kehamilannya

    atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab

    sebablain,per100.000kelahiranhidup.

    Antihistamin : obat yang digunakan untuk mengurangi

    ataumencegahreaksihistamin(misalalergi).

    Antipiretik:obatpenurundemam.

    Antropometri gizi: cara pengukuran status gizi

    berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan,

    lingkarlengan

    atas,

    lingkar

    kepala,

    lingkar

    dada

    dan

    tebaljaringanlunak.

    Apotek: Tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

    kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

    perbekalankesehatanlainnyakepadamasyarakat.

    Apoteker: Sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan

    profesi dan telah mengucapkan sumpah

    berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

    dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di

    Indonesiasebagai

    Apoteker.

    Pedoman Teknis Penanggulangan xii

    Bahaya: Faktorfaktor yan

    mengancamkehidupan

    Buffer stock: Persediaan ob

    kesehatan di setiap g

    kabupaten/kotayang

    pelayanankesehatanse

    Bencana: Suatu kejadian

    peristiwa yang men

    kehidupan dan peng

    disebabkan,baikoleh

    non alam maupun

    mengakibatkan timbu

    kerusakan lingkungan,

    dampakpsikologis.

    BencanaAlam :Bencanayan

    atau serangkaian peri

    alam antara lain ber

    gunung meletus, banj

    dantanahlongsor.

    Bencana Non Alam : Benc

    peristiwa atau rangkai

    antara lain berupa

    modernisasi,epidemid

    Bencana Sosial: bencana yan

    atau serangkaian peris

    manusia yang meli

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    10/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xiii

    kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan

    teror.

    Brigade siaga bencana (BSB): Suatu satuan tugas

    kesehatan yang terdiridaripetugasmedis (dokter

    danperawat),

    paramedis,

    dan

    awam

    khusus

    yang

    memberikan pelayanan kesehatan berupa

    pencegahan,penyiagaan,maupunpertolonganbagi

    korbanbencana.

    Bronkodilator : alat yang dapat memperlebar lubang

    saluran napas yang menyempit ketika seseorang

    mendapatseranganasma.

    Campak (measles): Ruamkulit (skin rash)yang sifatnyamaculopapular dengan demam, disertai

    conjungtivitisdan/atau

    batuk

    pilek.

    Daerahrawanbencana:Suatudaerahyangmemilikirisiko

    tinggi terhadap suatu bencana akibat kondisi

    geografis, geologis, dan demografis serta akibat

    ulahmanusia.

    Dekongestan : penyembuh pengembangan pembuluh

    darah.

    Diare:Buangairlembekatauencerbahkanberupaairsaja

    lebihsering

    dari

    biasanya

    dan

    merupakan

    penyakit

    yangsangatberbahayaterutamabagibalita.

    Diaredisertaidarah(bloodydiarrhea): Buangairbesarlebihdari

    tigakaliselama24jamdengankonsistensitinja lembek

    Pedoman Teknis Penanggulangan xiv

    atau cair, disertai lendir

    padatinja.

    Endemis:suatukeadaandima

    infeksi tertentu secara

    disuatuwilayah

    tert

    sebagai suatu penyak

    disuatuwilayah.

    Evakuasi: Upaya untukmem

    yangtertimpabencana

    untukmendapatkanpe

    HIV: Human Immunodefic

    menyebabkan AIDS d

    darahputihyangbern

    merusaksistem

    keke

    padaakhirnya tidakda

    penyakitwalaupunyan

    InfeksiMenular Seksual (IMS

    manusiamelalui trans

    oraldanseksanal.

    Infeksi saluran pernapasan a

    akutyangmenyerang

    dari

    saluran

    napas

    musampai alveoli (saluran

    adneksanya, seperti s

    danpleura.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    11/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xv

    ISPAnonpneumonia:Batukataupilekdisertaidemam

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    12/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xvii

    dalam situasi darurat sesuai dengan tujuan dari

    PPAM.

    Lembaga swadaya masyarakat (LSM, nongovernmental

    organization/NGO): Suatu lembaga non

    pemerintahyang

    dibiayai

    sendiri

    oleh

    masyarakat

    danbergerakyangdalambidangtertentu.

    Leptospirosis: Penderitaan dengan demam mendadak

    tinggidisertaisakitkepala,nyeriotot,hiperaestesia

    pada kulit,mual,muntah,diare.Bradikardi relatif,

    ikterus,infeksisiliermata.

    LILA: Lingkar Lengan Atas, merupakan salah satu metode

    pengukuranstatusgizi.

    Lumpuh

    layuh

    akut

    (acuteflaccid

    paralysis,

    AFP):

    Kelumpuhanmendadak(progresif)yangsifatnyalayuh

    (flaccid,floppy)padasatuatau lebihanggotageraktermasukGuillainBarreSyndrome,padaanakusia15tahundandidugakuatsebagaipolio.

    Manajemen SDM kesehatan: Serangkaian kegiatan

    perencanaan dan pendayagunaan tenaga yang

    bekerja secara aktif di bidang kesehatan dalam

    melakukanupaya

    kesehatan.

    Malariaklinis(clinicalmalaria): Demam atau ada

    riwayat demam disertai gejala menggigil, mual,

    Pedoman Teknis Penanggulangan xviii

    muntahdandiare,nyer

    penyakitinfeksilainnyad

    Masalahgizidarurat: Keada

    gizi pada sekelomp

    meningkatdan

    menganc

    Masa inkubasi:waktu b

    suatupatogenorganism

    kimiaatauradiasi, dan

    yangpertamajelas.

    Mitigasi: Serangkaian upay

    bencana, baik melalui

    penyadaran dan

    menghadapibencana.

    Mobilisasi:Penggerakanbantu

    lainkelokasibencana.

    Neonatal:bayiyangberumur0

    Obat: Sediaan atau paduan b

    digunakan untuk mem

    sistem fisiologi atau ke

    menetapkan diagnosa,

    pemulihan,peningkatan

    Obat bantuan: Obatobat yan

    selain dari kabupaten/k

    dari pemerintah (pusat

    swastadanbantuanluar

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    13/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    14/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    15/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xxiii

    Psikoedukasi: Sebuah sub disiplin ilmu piskologi yang

    berkaitandenganteoridanmasalahkependidikan

    Psikopatologi:

    Bagian

    Psikologi

    yang

    menjadikan

    gejala

    kejiwaansebagaiobjeknya

    Psikososial: sebuah cabang ilmupsikologiyangmempelajari

    atribu2 sosial dalam perilaku manusia sehari hari

    dalam kaitan interaksi di dalam lingkungan

    kesehariannya

    Psikotropika: Suatu zat atau obat baik alamiah maupun

    sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif

    melalui pengaruh efektif pada susunan saraf pusat

    yangmenyebabkan

    perubahan

    khas

    pada

    aktivitas

    mentaldanperilaku

    Public SafetyCenter (PSC):Pusatpelayananyangmenjamin

    kebutuhan masyarakat dalam halhal yang

    berhubungan dengan kegawatdaruratan, termasuk

    pelayananmedisyangdapatdihubungidalamwaktu

    singkat di manapun berada, dan merupakan ujung

    tombak pelayanan yang bertujuan untuk

    mendapatkan respons cepat (quick response)terutamapelayananprarumahsakit.

    Rehabilitasi: Perbaikan dan pemulihan semua aspek

    pelayananpublikataumasyarakatsampaitingkatyang

    memadaipadawilayahpascabencanadengansasaran

    utama untuk normalisasi atau berjalannya secara

    Pedoman Teknis Penanggulangan xxiv

    wajar semua aspek p

    masyarakatpadawilaya

    Rekonstruksi: Pembangunan k

    sarana, kelembagaan p

    baikpada

    tingkat

    peme

    dengan sasaran utama

    kegiatanperekonomian

    hukum dan ketertiban,

    masyarakat dalam

    bermasyarakatpadawil

    Rencana kontinjensi: Suatu pr

    dalamkeadaanyangtid

    dantujuandisepakati,t

    ditetapkan, dan sistem

    potensidisetujui

    bersa

    menanggulangisecarale

    ataukritis.

    Resusitasi: Upaya pertolon

    memberikan bantua

    menyelamatkanjiwako

    Risiko Bencana : Potensi keru

    akibatbencanapadasu

    tertentuyangdapatber

    terancam,hilangnya

    kerusakan atau kehila

    kegiatanmasyarakat.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    16/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    17/193

    Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana xxvii

    Tanggap darurat bencana: Serangkaian kegiatan yang

    dilakukandengansegerapadasaatkejadianbencana

    untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,

    yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi

    korban,harta

    benda

    ,pemenuhan

    kebutuhan

    dasar,

    perlindungan, perlindungan, pengurusan pengungsi,

    penyelamatan,sertapemulihansaranadanprasarana.

    Tersangkahepatitis(suspectedhepatitis): Penderitadengan

    warnakuningpadaskleramatanya.

    Tim Reaksi Cepat (TRC): Tim yang sesegera mungkin

    bergerak ke lokasi bencana setelah ada informasi

    bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan

    bagikorban.

    Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Rapid Health

    assessment/RHA team): Tim yang dapat

    diberangkatkanbersamaandenganTimReaksiCepat

    ataumenyusuluntukmenilaikondisidankebutuhan

    pelayanankesehatan.

    TimBantuanKesehatan: Tim yang diberangkatkan

    untuk menangani masalah kesehatan berdasarkan

    laporanTimRHA.

    Timrescue:

    Tim

    yang

    dibentuk

    khusus

    untuk

    menyelamatkankorbandi lokasibencanayangterdiri

    daritenagamedis,petugaspemadamkebakaran,dan

    SAR.

    Pedoman Teknis Penanggulangan xxviii

    TenagaDisasterVictim Identif

    bertugas melakukan p

    korbanyangmeninggal

    Triase: Pengelompokan korba

    ringan

    trauma/penypenanganan/pemindaha

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    18/193

    xxix

    DAFTARISISambutanMenteriKesehatanRepublikIndonesia i

    KataPengantar iii

    UcapanTerima

    kasih

    v

    SambutanPerwakilanWHOIndonesia vii

    DaftarTabel ix

    DaftarGambar x

    DaftarIstilah xi

    DaftarIsi xxix

    I PENDAHULUAN 11. LatarBelakang 12. Tujuan 43. Sasaran 44. Dasar

    Hukum

    4

    II MANAJEMENPENANGGULANGANKRISISKESEHATAN 61. KonsepDasardanKarakteristikBencana 6

    1.1. Konsepdasarmanajemenpenanggulanganbencana 61.2. Karakteristikbencana 9

    2. KebijakanPenangananKrisisKesehatan 112.1. Pengorganisasian 11

    a. Tingkatpusat 12b. Tingkatdaerah 19

    2.2. Mekanismepengelolaanbantuan 20a. Sumberdayamanusia 20b. Obatdanperbekalankesehatan 23c. PengelolaanbantuanSDMinternasional 24d. Pengelolaandonasiobatdaridonorinternasional 25

    2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis 29a. Informasiprabencana 29b. Informasisaatdanpascabencana 30

    III PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA 391. PelayananKesehatanKorban 391.1. Pusatpengendalioperasikesehatan 39

    1.2. Tahappenyiagaan 411.3. Tahapupayaawal(initialaction) 421.4. Tahaprencanaoperasi 43

    a. Menyusunrencanaoperasi 43b. Keselamatan 44

    1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarurat 45

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    19/193

    xxx

    a. Pencariandanpenyelamatan 45b. Triase 47c. Pertolonganpertama 49d. Prosespemindahankorban 52e. Perawatandirumahsakit 54f. Evakuasiposmedissekunder 60

    2. PelayananKesehatanPengungsi 602.1. Pengendalianpenyakitdanpenyehatanlingkungan 60

    a. Surveilanspenyakitdanfaktorresiko 61b. Proseskegiatansurveilans 63c. Imunisasi 67d. Pengendalianvektor 68e. Pencegahandanpengendalianpenyakit 70

    2.2. Airbersihdansanitasi 97a. Airbersih 97b. Pembuangankotoran 103c. Sanitasipengelolaansampah 104d. Pengawasandanpengamananmakanandanminuman 105

    2.3. Pelayanankesehatangizi 107a. Surveilansgizidarurat 107b. Penanganangizidarurat 108c. PemberianMakananBayidanAnak(PMBA)usia024bulan 114

    2.4. Pengelolaanobatbencana 120a. Tahapkesiapsiagaan 120b. Tahaptanggapdarurat 121c. Tahaprehabilitasidanrekonstruksi 130d. Evaluasi 131

    2.5. Kesehatanreproduksidalamsituasidaruratbencana 1332.6. Penanganankesehatanjiwa 140

    a. Fasekedaruratanakut 140b. Faserekonsiliasi 143c. Faserekonsolidasi 146

    IV PENATALAKSANAANKORBANMATI 1511. ProsesDisasterVictimIdentification 151

    1.1. Fase1:faseTKP 1511.2.

    Fase

    2

    :

    fase

    post

    mortem

    153

    1.3. Fase3:faseantemortem 1551.4. Fase4:faserekonsiliasi 1551.5. Fase5:fasedebriefing 156

    2. MetodedanTeknikIdentifikasi 156

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    20/193

    xxxi

    3. PrinsipIdentifikasi 1584. SetelahKorbanTeridentifikasi 1585. JikaKorbanTakTeridentifikasi 1596. BeberapaHalPentingBerkaitandenganTataLaksana 160

    V MONITORINGDANEVALUASI 162DAFTARPUSTAKALAMPIRAN

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    21/193

    1

    BABI

    PENDAHULUAN

    1. LatarBelakang

    Indonesiamemilikikondisigeografis,geologis,hidrologis,dandemografisyang

    memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor

    nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa

    manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang

    dalamkeadaantertentudapatmenghambatpembangunannasional.

    Wilayah Indonesia secara geografis dan geologis dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    a. merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng

    tektonik,yaitu:lempengEuroasia,Australia,Pasifik,danFilipina.

    b. terdapat130gunungapiaktifdiIndonesiayangterbagidalamTipeA,TipeB,dan

    Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurangkurangnya satu kali sesudah

    tahun1600danmasihaktifdigolongkansebagaigunungapitipeA,tipeBadalah

    gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus sedangkan tipe C

    adalahgunungapiyangmasihdiindikasikansebagaigunungapiaktif.

    c. terdapatlebihdari5.000 sungaibesardankecilyang30%diantaranyamelewati

    kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan

    tanahlongsorpadasaatmusimpenghujan.

    BeberapakejadianbencanabesardiIndonesiaantaralain:

    a. Gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi dan tsunami terbesar terjadi pada

    tanggal 26 Desember 2004, melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan

    sebagian wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah korban yang sangat

    besar,yaitu120.000orangmeninggal,93.088oranghilangdan4.632orangluka

    luka.Kemudianpadatanggal17Juli2006,peristiwayangsamakembalimelanda

    pantai Selatan Jawa (Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Cilacap,

    Kebumen, Gunung Kidul dan Tulung Agung) yang menelan korban 684 orang

    meninggal dunia, 82 orang orang hilang dan korban dirawat inap sebanyak 477

    orang dari 11.021 orang yang lukaluka. Empat tahun kemudian, tepatnya pada

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    22/193

    2

    25 Oktober 2010, peristiwa gempa bumi dan tsunami kembali terjadi di Kab.

    MentawaiProvinsiSumateraBaratdenganjumlahkorbansebanyak509orang;

    b. Gempa bumi. Gempa bumi Nias, Sumatera Utara terjadi pada 28 Maret 2005

    denganjumlahkorbanmeninggal1745orang,korbanhilang25orangdankorban

    lukaluka sebanyak 1.987 orang. Setahun kemudian, tepatnya pada 27 Mei 1976

    gempa bumi kembali mengguncang DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang

    menelan korban sebanyak 5.778 orang meninggal, 26.013 orang rawat inap dan

    125.195 orang rawat jalan. Kemudian pada 30 September 2009, gempa bumi

    Sumatera Barat dengan kekuatan 7,6 Skala Richter kembali lagi terjadi di lepas

    pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB mengakibatkan korban

    meninggal dunia sebanyak 1.117 orang, korban luka berat sebanyak 788 orang,

    korban luka ringan sebanyak 2.727 orang dan pengungsi sebanyak 2.845 orang.

    Selainitu,sebanyak279.201unitrumahmengalamikerusakan.Saranakesehatan

    yang rusak sebanyak 292 unit, terdiri dari 10 rumah sakit, 53 puskesmas, 137

    pustu, 6 kantor dinas, 15 polindes/poskesdes, 2 gudang farmasi dan 69 rumah

    dinas;

    c. Ledakan bom. Ledakan bom Bali I 12 Oktober 2002, ledakan bom Bali II 1

    Oktober 2005 dan ledakan bom di wilayah Jakarta (bom Gereja Santa Anna dan

    HKBP 22 Juli 2001, bom Plaza Atrium Senen 23 September 2001, bom sekolah

    Australia 6 November 2001, bom tahun baru Bulungan 1 Januari 2002, bom

    kompleks Mabes Polri Jakarta 3 Februari 2003, bom bandara SoekarnoHatta

    Jakarta 27 April 2003, bom JW Marriott 5 Agustus 2003, bom Pamulang

    Tangerang8Juni2005,bomdiHotelJWMarriottdanRitzCarltonJakarta17Juli

    2009) mengakibatkan permasalahan kesehatan yang juga berdampak kepada

    aspeksosial,politik,ekonomi,hukumdanbudayadiIndonesia;

    d. Letusan gunung berapi. L etusan Gunung Merapi di Jawa Tengah 15 Mei 2006

    mengakibatkan 4 orang meninggal, 5.674 orang pengungsian dengan

    permasalahan kesehatannya. Meletusnya Gunung Merapi di Provinsi Jawa

    Tengah dan DI Yogyakarta 25 Oktober 2010, mengakibatkan korban meningggal

    dunia sebanyak 347 orang yang terdiri dari 249 orang di Provinsi DI Yogyakarta

    dan 98 orang di Provinsi Jateng, korban rawat inap sebanyak 258 orang, korban

    rawat jalan sebanyak 52.272 orang dan jumlah pengungsi sebanyak 61.154 jiwa

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    23/193

    3

    yang tersebar di 550 titik. Adapun fasilitas kesehatan yang rusak sebanyak 65

    unit;

    e. Kegagalan teknologi. Kasus kegagalan teknologi yang pernah terjadi adalah

    ledakanpabrikpupukPetroWidadaGresik padatanggal20Januari2004dengan

    jumlahkorbanmeninggal2orangdan70oranglukabakar;

    f. Banjir lumpur panas. Banjir lumpur panas yang sampai kini masih menjadi

    permasalahan di Indonesia sejak 29 Mei 2006 adalah lumpur lapindo di Sidoarjo

    di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc, Dusun Balongnongo, Desa

    Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang

    mengakibatkanpengungsiansebanyak10.574jiwa;

    g. Banjir bandang. Banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua

    Barat 4 Oktober 2010, mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 161

    orang, korban rawat inap 36 orang, pulang sembuh 129 orang, korban rawat

    jalan 5.154 orang, dan pengungsi sebanyak 7.950 jiwa yang tersebar di empat

    kabupaten/kota di Prov. Papua Barat dan satu kabupaten di Provinsi Papua.

    Adapunfasilitaskesehatanyangrusaktercatatsebanyak42unit;

    h. Konflik .Sejakawaltahun1999telahterjadikonflikvertikaldankonflikhorizontal

    di Indonesia, ditandai dengan timbullnya kerusuhan sosial, misalnya di Sampit

    Sambas, Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, Poso, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur,

    Papua, Tarakan dan berbagai daerah lainnya yang berdampak pada terjadinya

    pengungsianpenduduksecarabesarbesaran.

    Semua kejadian tersebut menimbulkan krisis kesehatan, antara lain:

    lumpuhnyapelayanankesehatan,korbanmati,korbanluka,pengungsi,masalahgizi,

    masalah ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular,

    gangguankejiwaandangangguanpelayanankesehatanreproduksi.

    Secara umum, upaya penanggulangan krisis kesehatan masih menghadapi

    berbagaimacamkendala,antaralain:

    a. sisteminformasiyangbelumberjalandenganbaik;

    b. mekanismekoordinasibelumberfungsidenganbaik;

    c. mobilisasibantuankelokasibencanamasihterhambat;

    d. sistempembiayaanbelummendukung;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    24/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    25/193

    5

    d. Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

    dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembar Negara Tahun 2000

    Nomor54,TambahanLembaranNegaraNomor3952);

    e. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

    KementerianNegara;

    f. PeraturanPresidenNomor24Tahun2010tentangKedudukan,TugasDanFungsi

    kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I

    KementerianNegara;

    g. Peraturan Menteri Kesehaan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang

    PedomanPenyelenggaraanSistemKewaspadaanDiniKejadianLuarBiasa(KLB)

    h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang

    Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

    Kesehatan;

    i. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri Nomor

    1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan nomor Pol. : Kep/40/IX/2004 tentang Pedoman

    PenatalaksanaanIdentifikasiKorbanMatipadaBencanaMassal

    j. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 448 /Menkes/SK/VII/1993 tentang

    PembentukantimKesehatanPenanggulanganBencanadisetiapRumahSakit

    k. Keputusan Menteri Kesehaan Nomor 28/Menkes/SK/I/1995 tentang Petunjuk

    PelaksanaanUmumPenanggulanganMedikKorbanBencana

    l. KeputusanMenteriKesehaanNomor 205/Menkes/SK/III/1999tentangProsedur

    PermintaanBantuandanPengirimanBantuan

    m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 066/MENKES/SK/II/2006 tentang

    Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan Dalam Penanggulangan

    Bencana

    n. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman

    PenanggulanganBencanaBidangKesehatan

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    26/193

    6

    BABII

    MANAJEMENPENANGGULANGAN KRISISKESEHATAN

    1. KonsepDasardanKarakteristikBencana

    1.1. Konsep

    dasar

    manajemen

    penanggulangan

    bencana

    Manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan

    sifatsifat manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat

    beberapaperbedaan,yaitu:

    a. nyawadankesehatanmasyarakatmerupakanmasalahutama;

    b. waktuuntukbereaksiyangsangatsingkat;

    c. risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat

    berakibatfatal;

    d. situasidankondisiyangtidakpasti;

    e. petugasmengalamistresyangtinggi;

    f. informasiyangselaluberubah.

    Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan

    penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana

    dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan

    dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan

    pascabencana.Padadasarnya,upayapenanggulanganbencanameliputi:

    a. Tahapprabencana,terdiriatas:

    1) Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan

    mitigasi

    2) Situasipotensiterjadibencana,kegiatannyaberupakesiapsiagaan

    b. Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan

    darurat

    c. Tahappascabencana,kegiatannyaadalahrehabilitasidanrekonstruksi

    Setiap tahapan bencana tersebut dapat digambarkan dalam suatu

    siklussepertidibawah.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    27/193

    7

    Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara

    tegas. Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu

    diselesaikan sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan

    dilanjutkanketahapberikutnya,yaknipemulihan.Siklusiniharusdipahami

    bahwa pada setiap waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara

    bersamasama pada satu tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda.

    Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi

    kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk

    mengantisipasibencanayangakandatang.

    Gambar2.1. SiklusPenanggulanganBencana

    Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada

    setiaptahapdalamsiklusbencanaantaralain:

    a. pencegahandanmitigasi;

    Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan

    mengurangi risiko dampak bencana.Upayaupayayangdilakukan antara

    lain:

    1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan

    standar;

    2) pembuatanpetarawanbencanadanpemetaanmasalahkesehatan

    3) pembuatanbrosur/leaflet/poster

    4) analisisrisikobencana

    PraBencana SaatBencana

    PascaBencana

    Tanggap

    Darurat

    Pencegahan

    Mit igasi

    Kesiapsiagaan

    Rekonst ruksi Pemulihan

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    28/193

    8

    5) pembentukantimpenanggulanganbencana

    6) pelatihandasarkebencanaan

    7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis

    masyarakat.

    b.kesiapsiagaan;

    Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi

    kemungkinan terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada

    saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi. Upayaupaya yang dapat

    dilakukanantaralain:

    1) penyusunanrencanakontinjensi;

    2) simulasi/gladi/pelatihansiaga;

    3) penyiapandukungansumberdaya;

    4) penyiapansisteminformasidankomunikasi.

    c. tanggapdarurat;

    Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk

    menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan

    antaralain:

    1) penilaiancepatkesehatan(rapidhealthassessment);

    2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana

    kesehatan;

    3) pemenuhankebutuhandasarkesehatan;

    4) perlindunganterhadapkelompokrisikotinggikesehatan.

    d.pemulihan.

    Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya

    rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena

    bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik.

    Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan

    prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.

    Upayaupayayangdilakukanantaralain:

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    29/193

    9

    1) perbaikanlingkungandansanitasi;

    2) perbaikanfasilitaspelayanankesehatan;

    3) pemulihanpsikososial;

    4) peningkatanfungsipelayanankesehatan;

    1.2.Karakteristikbencana

    Setiap jenis bencana memiliki karakteristik dan sangat berkaitan erat

    denganmasalahyangdapatdiakibatkannya.Denganmengenalkarakteristik

    setiap ancaman, kita dapat mengetahui perilaku ancaman tersebut dan

    menyusun langkahlangkah pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan

    termasuk dalam penyusunan rencana operasional saat terjadi bencana.

    Berikutbeberapakarakteristikjenisbencana:

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    30/193

    10

    ~ f ; ';n .'- '

    , .0 "3 ~, ', ,

    ,o,,~ ~ ; ' ; ~ : - l ~ ~ ~. , ~ t ~ ~ I 1 - . . . . :':." ' - ~ " ' - " ~ " l 3 1 - ; ; : ~ _ S - ~ 3 " l 3 " ' ' ' ... g ~ 1 : ; - ~ " i ii'I ~ ~ 3 ~ ; ; "1 ," l 1 - - ~ 1 ( :- ,..- ~f: ; i o ~ ~ ; - ~ L ' i :0.O ~ _ " 3 " ' - g ., " l o 1 ( ~ " l : -" < ..- ..- .."It" -@I l~ t ...'- " -< ::'l 'l '::: ' "', ;;' .. t [email protected] - Ill.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    31/193

    11

    2. KebijakanPenangananKrisisKesehatan

    Kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, maka

    penanganannyaperludiaturdalambentukkebijakansebagaiberikut:

    a. setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera

    mungkinsecaramaksimaldanmanusiawi;

    b. prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat

    medikterhadapkorbanlukadanidentifikasikorbanmatidisaranakesehatan;

    c. pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitasfasilitas kesehatan pada

    masatanggapdaruratharustetapterlaksanasecaraoptimal;

    d. pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai

    dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat dan dapat dibantu oleh

    masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan

    negarasahabat;

    e. bantuankesehatandaridalammaupunluarnegerimengikutiketentuanyang

    berlakuyangdikeluarkanolehKementerianKesehatandanKementerianatau

    lembagaterkait;

    f. penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan

    pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku anggota

    BPBD;

    g. monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan krisis

    kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam

    pelaksanaanpenanggulangankesehatan.

    2.1.Pengorganisasian

    Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh

    BadanNasionalPenanggulanganBencana(BNPB)ditingkatpusatdanBadan

    PenanggulanganBencanaDaerah(BPBD)ditingkatdaerah.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    32/193

    12

    a. Tingkatpusat

    1) BadanNasionalPenanggulanganBencana(BNPB)

    BNPB merupakan lembaga pemerintah non departemen

    setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan

    menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan

    pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien serta

    mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana

    secara terencana,terpadudanmenyeluruh.AdapuntugasdariBNPB

    adalahsebagaiberikut:

    a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

    penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

    penanganantanggap darurat,rehabilitasi,danrekonstruksisecara

    adildansetara;

    b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang

    undangan;

    c. menyampaikaninformasikegiatankepadamasyarakat;

    d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

    Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada

    setiapsaatdalamkondisidaruratbencana;

    e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan

    sumbangan/bantuannasionaldaninternasional;

    f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima

    dariAnggaranPendapatandanBelanjaNegara;

    g. melaksanakankewajibanlainsesuaidenganperaturanperundang

    undangan;dan

    h. menyusunpedomanpembentukanBPBD.

    2) KementerianKesehatan

    Tugas dan kewenangan Kementerian Kesehatan adalah

    merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta

    mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain,

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    33/193

    13

    baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam

    pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah

    maupun non pemerintah, LSM, lembaga internasional, organisasi

    profesi maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan

    perundangan yang berlaku. Selain itu Kementerian Kesehatan secara

    aktif membantu mengoordinasikan bantuan kesehatan yang

    diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan masalah

    kesehatanlain.

    Gambar2.2.StrukturorganisasidalamKementerianKesehatanpada

    penanggulanganbencana

    a) HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan

    Dalam Peraturan Presiden No 8 tahun 2008 tentang Badan

    Nasional Penanggulangan Bencana dinyatakan bahwa dalam

    menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB dikoordinasikan oleh

    Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan salah

    satu unsur pengarah BNPB adalah pejabat eselon 1 Kementerian

    Kesehatan. Hubungan antara BNPB dan Kementerian Kesehatan

    terlihatpadadiagramdibawah.

    Menkes(Penanggung Jawab)

    Sekjen

    (Koordinator)

    PPK(Pelaksana Koordinasi)

    Unsurteknis

    (Unsurteknis)

    Unsurteknis

    Unsurteknis

    (Unsurteknis)

    (Unsurteknis)

    Pj.EselonI

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    34/193

    14

    Gambar2.3.HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan

    b) PusatPenanggulanganKrisisRegional

    Kementerian Kesehatan membentuk 9 (sembilan) Pusat

    Bantuan RegionalPenanganan Krisis Kesehatanyangberperan untuk

    mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan kesehatan dan

    masingmasing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan

    sarana,bahan,obatsertaperlengkapankesehatanlainnya,yaitudi:

    1. regional Sumatera Utara berkedudukan di Medan dengan

    wilayah pelayanan Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara,

    Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau dan Sub Regional

    SumateraBarat;

    2. regional Sumatera Selatan berkedudukan di Palembang dengan

    wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi,

    ProvinsiBangkaBelitung,danProvinsiBengkulu;

    3. regional DKI Jakarta kedudukan di Jakarta dengan wilayah

    pelayanan Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi

    Banten,ProvinsiJawaBaratdanProvinsiKalimantanBarat;

    4. regional Jawa Tengah di Semarang dengan wilayah pelayanan

    ProvinsiDIYogyakartadanProvinsiJawaTengah;

    Presiden

    Menko Kesra

    BNPBKementerian

    KesehatanKementerian/

    Lembaga lain

    BPBDPPK Regional/Dinkes Provinsi/

    Kab Kota

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    35/193

    15

    5. regional Jawa Timur di Surabaya sebagai Posko wilayah tengah

    denganwilayahpelayananJawaTimur;

    6. regional Kalimantan Selatan di Banjarmasin dengan wilayah

    pelayanan Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan

    TengahdanProvinsiKalimantanSelatan;

    7. regionalBalidiDenpasardenganwilayahpelayananProvinsiBali,

    ProvinsiNusaTenggaraBaratdanProvinsiNusaTenggaraTimur;

    8. regional Sulawesi Utara di Manado dengan wilayah pelayanan

    Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku

    Utara;

    9. regional Sulawesi Selatan di Makasar, sebagai Posko Wilayah

    Timur dengan wilayah pelayanan Provinsi Sulawesi Tengah,

    Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi

    Sulawesi Barat, Provinsi Maluku serta Sub Regional Papua. Sub

    Regional Papua berpusat di Jayapura dengan wilayah pelayanan

    ProvinsiPapuadanProvinsiIrianJayaBarat.

    Gambar2.4.PetaLokasiPPKRegional

    PPK Regional Sumatera Utara (NAD,SUMUT, RIAU , KEPRI, SUMBAR )

    PPK Regiona l Sumatera Selatan(SUMSEL, JAMBI, BENGK ULU, BABEL)

    PPK Regional DKI Jakarta (JAKARTA, L AMPUNG,BANTEN, JABA R, KALBAR)

    PPK Regional Jawa Tengah(JATENG,YOGYAKATA)

    PPK Regional Jawa Ti mur(JAWA TIMUR)

    PPK Regional Bali (BALI,NTB, N TT)

    PPK Regional KalimantanSelatan (KALSEL, K ALTENG,KALTIM)

    PPK Regio nal Sul awesi Utara(SULUT, GORONTALO , MALUT)

    PPK Regi onal Sul awesi Selatan(SULSEL, SULTENG, SULTRA,SULBAR , MALUKU, PAPUA BAR AT,

    PAPUA)

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    36/193

    16

    PusatRegionalPenangananKrisisKesehatanberfungsi:

    1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre)

    kesiapsiagaan dan penanggulangan kesehatan akibat bencana

    dankrisiskesehatanlainnya;

    2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat

    obatan);

    3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan

    SDMkesehatanyangsiapdigerakkandidaerahyangmemerlukan

    bantuanakibatbencanadankrisiskesehatanlainnya;

    4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam

    regional tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan

    perguruantinggi.

    Sementara ini Kementerian Kesehatan telah memiliki 9 Pusat

    Bantuan Regional dan 2 Sub Regional. Namun demikian tidak

    menutup kemungkinan di masa datang akan dikembangkan lagi

    pusatpusat bantuan regional lainnya yang bertujuan mempercepat

    akses penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kedekatan

    wilayahdankemudahanaksesbantuan.

    c) UnitPelaksanaTeknisKementerianKesehatan

    Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknis Kesehatan

    Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL) serta

    Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) merupakan unitunit

    pelaksana teknis Kemenkes di daerah. KKP berperan dalam

    memfasilitasi penanganan keluar masuknya bantuan sumber daya

    kesehatanmelaluipelabuhanlaut/udaradandaerahperbatasanserta

    karantina kesehatan. BTKL berperan dalam perkuatan sistem

    kewaspadaandinidanrujukanlaboratorium.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    37/193

    17

    d) HubunganantaraPemerintahdenganKomunitasInternasional

    Pendekatan klaster (cluster approach) adalah suatu model

    koordinasi dengan mengelompokkan para pelaku kemanusiaan

    berdasarkanguguskerjauntukmemberikanrespondaruratyanglebih

    dapat diperkirakan dengan penetapan pimpinan kelompok/ klaster.

    Pimpinan klaster bersamasama dengan sektorsektor pemerintah

    membangun koordinasi baik dalam perencanaan maupun

    pelaksanaan. Pendekatan klaster bertujuan agar bantuan respon

    darurat dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi antar pelaku

    baik dari pemerintah maupun non pemerintah. Pendekatan klaster

    dilaksanakan pada kejadian bencana berskala besar atau

    membutuhkan bantuan internasional dalam respon multisektor

    dengan partisipasi luas dari para pelaku kemanusiaan internasional

    (Pedoman Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing

    NonpemerintahPadaSaatTanggapDarurat,BNPB,2010)

    Rapat koordinasi klaster rutin bersama lembaga internasional

    dan lembaga asing nonpemerintah yang dapat dilakukan di tingkat

    nasional, atau di tingkat provinsi, dan di lapangan untuk membahas

    progres bantuan yang dilakukan oleh pihak internasional dan

    dikoordinasikanolehBNPBsertalembaga/instansiyangberwenang.

    KlasterKesehatan

    Pada saat bencana dan sistem klaster digunakan, pertemuan

    koordinasi untuk klasterdipimpin oleh Kementrian Kesehatandengan

    dukungan WHO. Klaster kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa

    subklaster sesuai dengan kebutuhan di lapangan, subklaster

    tersebutakandipimpinolehunitterkaitdalamKementrianKesehatan

    ataudinaskesehatandilokasibencana.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    38/193

    18

    Gambar.2.5Skemaoperasionalklasterkesehatan

    b.Tingkatdaerah

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat

    daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi

    penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pada tingkat

    provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah

    gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota

    dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau

    setingkateselonIIa.

    Kepala BPBD dijabat secara rangkap (exofficio) oleh Sekretaris

    Daerahyangbertanggungjawablangsungkepadakepaladaerah.

    BPBDmempunyaifungsi:

    1) perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

    penangananpengungsidenganbertindakcepatdantepat,efektifdan

    efisien;

    2) pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana

    secaraterencana,terpadudanmenyeluruh.

    BPBDmempunyaitugas:

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    39/193

    19

    1) menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan

    pemerintah daerah dan BNPB terhadap usaha penanggulangan

    bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,

    rehabilitasi,sertarekonstruksisecaraadildansetara;

    2) menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang

    undangan;

    3) menyusun,menetapkan,danmenginformasikanpetarawanbencana;

    4) menyusundanmenetapkanprosedurtetappenangananbencana;

    5) melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada

    wilayahnya;

    6) melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

    kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap

    saatdalamkondisidaruratbencana;

    7) mengendalikanpengumpulandanpenyaluranuangdanbarang;

    8) mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

    AnggaranPendapatandanBelanjaDaerah;

    9) melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang

    undangan.

    Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu

    anggota unsur pengarah penanggulangan bencana memiliki tanggung

    jawab dalam penanganan kesehatan akibat bencana dibantu oleh unit

    teknis kesehatan yang ada di lingkup provinsi dan kabupaten/kota.

    Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan akibat bencana di lingkungan

    dinas kesehatan dikoordinasikan oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala

    DinasKesehatandengansuratkeputusan.

    Tugas dan kewenangan dinas kesehatan provinsi dan

    kabupaten/kota adalah melaksanakan dan menjabarkan kebijakan,

    memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan kegiatan

    penanganankesehatanakibatbencanadiwilayahkerjanya.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    40/193

    20

    Dalam hal memerlukan bantuan kesehatan karena ketidak

    seimbangan antara jumlah korban yang ditangani dengan sumber daya

    yang tersedia di tempat, dapat meminta bantuan ke Kemenkes cq Pusat

    PenanggulanganKrisismaupunkepusatbantuanregional.

    2.2.Mekanismepengelolaanbantuan

    a. Sumberdayamanusia

    Padasaat terjadibencanaperluadanyamobilisasiSDMkesehatan

    yangtergabungdalamsuatuTimPenanggulanganKrisisyangmeliputi:

    1) TimReaksiCepat/TRC;

    2) TimPenilaianCepat/TPC(RHAteam);

    3) TimBantuanKesehatan.

    Sebagai koordinator tim adalah Kepala Dinas Kesehatan

    Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun

    2006).

    1) TimReaksiCepat

    Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 024

    jam setelah ada informasi kejadian bencana. Kompetensi TRC

    disesuaikan dengan jenis bencana spesifik di daerah dan dampak

    kesehatan yang mungkin timbul. Sebagai contoh untuk bencana

    gempa bumi dengan karakteristik korban luka dan fraktur,

    kompetensiTRCterdiridari:

    a) pelayananmedik;

    1. dokterumum

    2. dokterspesialisbedah/orthopedi

    3. dokterspesialisanestesi

    4. perawatmahir(perawatbedah,gadar)

    5. tenagaDisasterVictimsIdentification(DVI)

    6. apoteker/tenagatekniskefarmasian

    7. sopirambulans

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    41/193

    21

    b) surveilansepidemiolog/sanitarian;

    c) petugaskomunikasi;

    d) petugaslogistik.

    2) TimPeniaianCepat(RHAteam)

    Tim yang bisa diberangkatkan dalam waktu 024 jam atau

    bersamaan dengan TRC dan bertugas melakukan penilaian dampak

    bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang kesehatan, minimal

    terdiridari:

    a) dokterumum

    b) epidemiolog

    c) sanitarian

    3) TimBantuanKesehatan

    Tim yang diberangkatkan berdasarkan rekomendasi Tim RHA

    untukmemberikanpelayanankesehatandenganperalatanyanglebih

    memadai,minimalterdiridari:

    a) dokterumumdanspesialis

    b) apotekerdantenagatekniskefarmasian

    c) perawat

    d) perawatMahir

    e) bidan

    f) sanitarian

    g) ahligizi

    h) tenagasurveilans

    i) entomolog

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    42/193

    22

    Pendayagunaantenagamencakup:

    1. distribusi;

    Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk

    tingkatprovinsidankabupaten/kotaadalahdinaskesehatan.Pada

    saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari dalam/luar

    negeriditerimaolehdinaskesehatanberkoordinasidenganKantor

    Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan didistribusikan oleh dinas

    kesehatan.

    2. mobilisasi.

    Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan SDM kesehatan pada saat dan pasca bencana bila

    masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat

    ditangani oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan

    dariregional,nasionaldaninternasional.

    b.Obat

    dan

    Perbekalan

    Kesehatan

    Masalah utama yang sering berkaitan dengan obat dan perbekalan

    kesehatandonasi sebagaiberikut:

    1) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tidak sesuai dengan

    situasi darurat yang terjadi, baik dari aspek pola penyakit maupun

    Estimasikebutuhantenagakesehatandilokasibencana:

    1. Untukjumlahpenduduk/pengungsiantara10.00020.000orang:

    Dokterumum :4org

    Perawat :1020org

    Bidan :816org

    Apoteker :2org Tenagateknis

    3. n/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus kebutuhan tenaga di fasilitas

    rujukan/rumahsakit

    Kebutuhandokterumum=( pasien/40) drumumditempat

    Kebutuhan dokter spesialis Bedah = [( pasien dr bedah/5) / 5] dr bedah di

    tempat

    Kebutuhan dokter spesialis anestesi = [( pasien dr bedah/15) / 5] dr

    anestesiditempat

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    43/193

    23

    tingkatpelayanankesehatanyangtersedia.Obattersebutseringtidak

    dikenal oleh tenaga kesehatan setempat maupun pasien, bahkan

    kadangkadangtidakmemenuhistandarpengobatanyangberlaku;

    2) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tiba tanpa terlebih

    dahulu disortir dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan

    tanpaadanamageneriknya;

    3) kualitas obat dan perbekalan kesehatan donasi kadangkala tidak

    sesuaidenganstandaryangberlakudinegaradonor;

    4) pihakdonorkadangtidakmenghiraukanproseduradministrasinegara

    penerima;

    5) pihak donor sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari yang

    semestinya;

    6) obat dan perbekalan kesehatan donasi dalam jumlah yang tidak

    sesuai kebutuhan, akibatnya beberapa obat berlebih harus

    dimusnahkan. Hal ini dapat menimbulkan masalah pada negara

    penerima;

    c. PengelolaanbantuanSDMinternasional

    Prinsip utama dalam pengelolaan sumber daya manusia

    internasionalyangefektifadalahsebagaiberikut:

    1) dapat membedakan antara kebutuhan yang bersifat segera untuk

    menyelamatkan nyawa (pencarian, penyelamatan dan pelayanan

    medis darurat) dan tipe bantuan kesehatan yang dibutuhkan untuk

    rehabilitasi jangka panjang. setiap tipe membutuhkan kebijakan dan

    pendekatanstrategisyangberbeda;

    2) memastikan bahwa tim medis dari luar dapat segera beroperasi pada24 jam pertama (golden hours), tepat waktu untuk menyelamatkan

    nyawa.keterlambatanuntukmembantukorbanbencanaseringsekali

    disebabkan oleh hambatan logistik (akses, transportasi, cuaca)

    daripada kurangnya personel medis. dalam hal ini tim bantuan medis

    dariluarhanyaakanmenambahmasalah;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    44/193

    24

    3) pada saat kekurangan sumber daya manusia menjadi masalah,

    permintaan ditargetkan terutama pada negara tetangga atau negara

    laindalamsubregionalyangsama;

    4) menerima sukarelawan atau tim medis dari luar dengan kriteria

    sebagaiberikut:

    a) disponsori oleh organisasi yang dikenal dengan baik dan dapat

    menjaminkualifikasisukarelawanatautimmedisyangdikirimkan;

    b) mengetahui atau familier dengan bahasa, kebudayaan dan level

    teknologiyangsesuaiuntuksituasibencanadidaerahtersebut;

    c) dapatbekerjatanpadukunganyangberlebihandarioranglain;

    d) mau dan dapat tinggal selama periode waktu yang sesuai dan

    layak;

    e) informasikan kepada media, misi diplomatik, konsulat, dan agensi

    lain mengenai kriteria, kebijakan dan menjelaskan prosedur

    registrasi, kewajiban, cakupan kerja dan supervisi sebelum

    menerimaataumengirimkantimmedis.

    d.Pengelolaandonasiobatdaridonorinternasional.

    WHOtelahmenerbitkanGuidelinesforDrugDonations,dalambuku

    tersebut ada empat prinsip utama yang harus dipenuhi dalam proses

    pemberian sumbangan obat. Adapun empat prinsip tersebut adalah

    sebagaiberikut:

    1) prinsip pertama: obat sumbangan harus memberikan keuntungan

    yangsebesarbesarnyabaginegarapenerima,sehinggabantuanharus

    didasarkan pada kebutuhan, sehingga kalau ada obat yang tidak

    diinginkan,makakitadapatmenolaknya;

    2) prinsip

    kedua: obat sumbangan harus mengacu kepada keperluan

    dansesuaidenganotoritaspenerimadanharusmendukungkebijakan

    pemerintah di bidang kesehatan dan sesuai dengan persyaratan

    administrasiyangberlaku;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    45/193

    25

    3) prinsip ketiga: tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas.

    Jika kualitas salah satu item obat tidak diterima di negara donor,

    sebaiknyahalinijugadiberlakukandinegarapenerima;

    4) prinsip keempat: harus ada komunikasi yang efektif antara negara

    donor dan negara penerima, sumbangan harus berdasarkan

    permohonan dan sebaiknya tidak dikirimkan tanpa adanya

    pemberitahuan.

    Tabel 2.3. Koordinasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam

    pengelolaanobatdanperbekalankesehatanpadapenanggulanganbencana.

    No Tingkat

    Koordinasi

    Koordinator InstitusiyangD ik oo rd in as i I ns ti tu si

    Terkait

    Tahapan

    Bencana

    1. Kabupaten

    /Kota

    Dinas

    Kesehatan

    Pustu,Puskesmas,Instalasi

    FarmasiKabupaten/Kota

    PosKesehatan,Pustu,

    Puskesmas,Instalasi

    FarmasiKabupaten/Kota,

    RSU,RSSwasta,RSTNI,RS

    POLRIdanLSM

    Pustu,Puskesmas,Instalasi

    FarmasiKabupaten/Kota

    BPBD

    Kab/Kota

    BPBD

    Kab/Kota

    BPBD

    Kab/Kota

    Kesiapsiagaan

    Tanggap

    darurat

    Rehabilitasi,rekonstruksi

    2. Provinsi Dinas

    Kesehatan

    DinasKesehatan

    Kabupaten/Kota

    DinasKesehatan

    Kabupaten/Kota,RSU,RS

    TNI,RSPOLRItingkat

    Provinsi,RSSwastadikota

    Provinsi,BPOM

    DinasKesehatan

    Kabupaten/Kota,RSUProvinsi

    BPBD

    Provinsi

    BPBD

    Provinsi

    BPBD

    Provinsi

    Kesiapsiagaan

    Tanggap

    darurat

    Rehabilitasi,rekonstruksi

    3 Nasional PPKdengan

    Leading

    Program

    DitjenBinfar

    danAlkes

    DitjenPP&PL,DitjenBina

    Yanmedik,DitjenBina

    Kesmas,BPOM

    BNPB Kesiapsiagaan

    Tanggap

    darurat

    Rehabilitasi,

    rekonstruksi

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    46/193

    26

    Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pihak

    donorharusdiverifikasioleh:

    1) pihak dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan BPBD

    kabupaten/kota bila obat dan perbekalan kesehatan langsung dikirim

    kekabupaten/kota;

    2) dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan BPBD Provinsi bila

    obatdanperbekalankesehatandonasilangsungdikirimkeProvinsi;

    3) pihak Kementerian Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes) bila obat dan

    PerbekalanKesehatanditerimaditingkatNasional;

    4) bila obat dan perbekalan kesehatan diterima oleh BPBD atau BNPB,

    maka BPBD atau BNPB memberikan informasi bantuan ke Dinas

    Kesehatan Provinsi di tingkat provinsi atau Kementerian Kesehatan di

    tingkatnasional.

    Berdasarkan hasil verifikasi dapat disimpulkan menerima atau

    menolakobatdanperbekalankesehatandonasi.

    Persyaratanteknisobatsumbangan,antaralain:

    1) masa kadaluarsa obat danperbekalan kesehatan sumbangan minimal

    2 (dua) tahun pada saat diterima oleh penerima bantuan. Hal ini

    dimaksudkan agar obat dan perbekalan kesehatan tersebut dapat

    dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program maupun situasi

    darurat;

    2) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan yang diterima harus

    berasal dari sumber resmi dan terdaftar/mempunyai izin edar di

    negeri pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO atau lembaga

    independen lainnya. Hal ini diperlukan untuk menjamin keamanan

    dariobatdanperbekalankesehatanyangakanditerima;

    3) obat yang diterima sebaiknya sesuai dengan DOEN (Daftar Obat

    Esensial Nasional), hal ini diperlukan agar tidak mengganggu Program

    PenggunaanObatEsensialdisaranakesehatan);

    4) kekuatan/potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang

    biasadigunakanolehpetugaskesehatan;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    47/193

    27

    5) semuaobatdanperbekalankesehatanmenggunakanlabelberbahasa

    IndonesiaataubahasaInggris;

    6) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya memenuhi

    aturan internasional pengiriman barang yaitu setiap obat dan

    perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya disertai dengan detail

    isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk sediaan, jumlah,

    nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire date), volume, berat dan

    kondisipenyimpananyangkhusus;

    7) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan donor bisa mendapat

    fasilitas pembebasan tarif pajak sesuai ketenyuan perundang

    undanganyangberlaku;

    8) obat dan perbekalan kesehatan donasi yang rusak/kadaluwarsa

    dilakukan pemusnahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang

    berlaku.

    Tabel2.4.Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    48/193

    28

    2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis

    Informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus

    dilakukandengancepat,tepat,akuratdansesuaidengankebutuhan.Padasaat

    pra, saat dan pascabencana pelaporan informasi penanggulangan krisis

    kesehatan akibat bencana dimulai dari pengumpulan sampai penyajian

    informasi dan ditujukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan

    krisiskesehatanakibatbencana.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    49/193

    29

    Dalam pengumpulan data sebaiknya terpilah, sesuai dengan keharusan

    untuk mengarusutamakan gender dalam semua kebijakan/program/kegiatan

    yangmemerlukandataterpilah

    a. Informasi

    Pra

    Bencana

    Dalam rangka mendukung upayaupaya sebelum terjadi bencana

    diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai

    bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait

    penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk

    informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan

    kesiapsiagaan sumber daya dan upayaupaya yang telah dilakukan terkait

    dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,

    khususnyaditingkatkabupaten/kota.

    Informasiyangdikumpulkandalambentukprofilterdiridari:

    1) gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas

    wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data

    demografi,daninformasibencanayangpernahterjadi;

    2) Upayapencegahan,mitigasidankesiapsiagaan,yangpernahdilakukan;

    3) Upayatanggapdaruratdanpemulihan,yangpernahdilakukan;

    4) Gambaranpengelolaandatadaninformasi.

    Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat

    menyusuninformasiprofilpenanggulangankrisiskesehatanakibatbencana

    ini yang dikumpulkan secara berkala setahun sekali. Informasi profil ini

    diharapkansudahtersediapadasetiapbulanApril.

    Sumber informasi prabencana yang dituangkan kedalam bentuk

    profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait

    danpuskesmas.

    Alurpenyampaianinformasiprabencanaadalahsebagaiberikut:

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    50/193

    30

    Gambar2.4.AlurPenyampaianInformasiPraBencana

    b. Informasisaatdanpascabencana

    Informasisaatdanpascabencanainiterdiridari:

    1) Informasipadaawalkejadianbencana;

    Informasiiniharusdisampaikansegerasetelahkejadianawaldiketahui

    serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir

    penyampaianinformasiFormB1atauB4(terlampir).

    Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan

    kesehatan,dinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kotadanlintassektor.

    Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian bencana

    adalahsebagaiberikut:

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    51/193

    31

    Keterangan:

    ArusPenyampaianInformasi

    ArusKonfirmasi

    Gambar2.5AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasiAwalKejadian

    Bencana

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    52/193

    32

    fORM 8-1

    A. J E ~ J S B E k C ~B. DESKRJPSJ B E k C ~C. LOKASI DENCANA1.Ousun

    1 . D ~ oelurahZlll~ . F o . . : m a t l l l ' l

    - I . F ~ ~ l p ~ - I 1 : n taS.PrO'.-m::'

    FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN 8Et.;CANA

    >5-.ldaL ';o (lWaf'. Poe'l1ununl13n .' e p u J ~ l a n ; Pantal ; lalnl ..n l$< butl.an: ................ .D. WAKTU KEJADJAk BENCAkA.............: i l L pu)."I .............E.JUMLAH KORBAN1.M-I1:nmggalJ. Lul.i ll'.uat

    : .......................... Jt:.a........................... J":.a

    2. Hllang .......................... JI-:. a01 luLl Rmpn .......................... JI:. i I

    S.Pencunp . ........... ........ n" L ( l ~ a $ i ~ e n ' u l \ c , = J a n . ............. ............f. fASJLJTAS UMUM1. . . L ~ s : I oe 1.:.l.asi I.o ),a.jian boe n(; IIla:

    o t.1udah dlJanllatl 1')l nftllnai.an .............. .as,uLar LZII'ena ........................................... .

    2.JaJur l O I ) U D l I . ~ ",-ane rlCISJh dapat d1c:unaJ,.0i Ihr"Ma."IIl J;VlnM h..triL [] BaiL [] T rputus [] Bl lurl b r S J e : ~ h a l l l I I l a d ~

    G SARMA KESEHATAN YANG RU5AK1.Jurllah d a n J ' I m s f ~ s d l t a s Fl s'I hatan

    . arana Kl sehet'8:1l Kandisi Bangunan Fu'lgS"iPehiyanan

    b.PUske-smasCo Purtud GudangFannas( . Pall'ndOl-s

    1.SuPlh.o r air . o r ~ h :-M :IigunaL: f'I[] (ul.upD TJdal. ( ~ I ~ U P

    m k Trdak \'a

    H. UPAYA P E U ~ G G U L ~ G ~ YANG TElAH DJlAKUKAkI ............................. " ................................................... " ........................................ .Z .................................................................... ..J. BAkTUAN SEGERA YANG DJPERlUKAN1 ............................................................................................................................2 ............................ " ............................... .................... " ........................................ .

    lllrl p3l3Pusl'i sr13s ........_ ........Harla"JP.

    rod",

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    53/193

    33

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    54/193

    34

    2) Informasipenilaiankebutuhancepat.

    Informasi ini dikumpulkan segera setelah informasi awal kejadian

    bencana diterima oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan

    menggunakanformulirisianformB2(terlampir).Sumberinformasinya

    dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas

    kesehatanprovinsi/kabupaten/kotadanlintassektor.

    Alurpenyampaianinformasipenilaiankebutuhancepatadalahsebagai

    berikut:

    Gambar2.6.AlurPenyampaianInformasiPenilaianCepatKesehatan

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    55/193

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    56/193

    36

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    57/193

    37

    3) Informasiperkembangankejadianbencana

    Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan

    informasi terkait dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibat

    bencana yang terjadi. Formulir penyampaian informasinya

    menggunakanformB3(terlampir).

    Sumber informasi berasal dari sarana pelayanan kesehatan dan

    dinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kota.

    Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian

    bencanaadalahsebagaiberikut:

    Keterangan:

    ArusPenyampaianInformasi

    ArusKonfirmasi

    Gambar2.7.AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasi

    PerkembanganKejadianBencana

    4) Saranapenyampaianinformasi

    a. Informasiprabencana

    Profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan

    upayaupaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan

    krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat

    kabupaten/kotadapatdisampaikanmelaluiemaildansecaraonline

    melaluiwebsite.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    58/193

    38

    b. Informasisaatdanpascabencana

    Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan

    Form B1 dapat disampaikan melalui telepon dan melalui faksimil.

    Informasi padaawal kejadian bencana yang menggunakanForm B

    4dapatdisampaikanmelaluismsgateway.

    InformasipenilaiankebutuhancepatyangmenggunakanForm

    B2 dapat disampaikan email dan secara online melalui website

    sertamelaluifaksimil.

    Informasi perkembangan kejadian bencana yang

    menggunakan Form B3 dapat disampaikan melalui email dan

    secaraonlinemelaluiwebsitesertamelaluifaksimil.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    59/193

    39

    BABIII

    PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA

    1. PelayananKesehatanKorban

    Pelayanan kesehatan pada saat bencana bertujuan untuk menyelamatkan

    nyawa, mencegah atau mengurangi kecacatan dengan memberikan pelayanan

    yang terbaik bagi kepentingan korban. Untuk mencapai tujuan tersebut,

    penanganan krisis kesehatan saat bencana dalam pelaksanaannya melalui lima

    tahap pelaksanaan, yaitu tahap penyiagaan, upaya awal, perencanaan operasi,

    operasitanggapdaruratdanpemulihandaruratsertatahappengakhiranmisi.

    Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasi oleh Pusat

    PengendaliKesehatan(Pusdalkes)dinaskesehatansetempatyangdiaktivasisesaat

    setelahinformasikejadianbencanaditerima.

    1.1. Pusatpengendalikesehatan(Pusdalkes)

    Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi

    komandotanggapdaruratbencanayangmemilikistrukturterdiridari:

    a. ketuapusdalkes;

    Ketuabertugasdanbertanggungjawabuntuk:

    1) mengaktifkanpusatpengendaliankesehatan(pusdalkes);

    2) membentukpospengendalikesehatandilokasibencana;

    3) membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan,

    melaksanakan dan mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap

    daruratbencana;

    4) melaksanakan komandodanpengendalianuntukpengerahansumber

    daya manusia kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta

    berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili

    instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi

    aksesibilitaspenanganantanggapdaruratbencana.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    60/193

    40

    b. bidangoperasi;

    Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepat

    masalah kesehatan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah

    sakit, evakuasi medis, perlindungan kesehatan pengungsi, serta

    pemulihan prasarana dan sarana kesehatan dengan cepat, tepat, efisien

    dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan

    tanggapdaruratbencana.

    c. bidangperencanaan;

    Bidangperencanaanbertugasdanbertanggungjawabataspengumpulan,

    analisisdatadaninformasiyangberhubungandenganmasalahkesehatan

    saat penanganan tanggap darurat bencana dan menyiapkan dokumen

    rencanasertalaporantindakanoperasitanggapdarurat.

    d. bidanglogistikdanperalatan;

    Bidanglogistikdanperalatanbertugasdanbertanggungjawab:

    1) menyediakan fasilitas, jasa, dan bahanbahan serta perlengkapan

    untukpelayanankesehatansaatmasatanggapdarurat;

    2) melaksanakan koordinasi,penerimaan,penyimpanan, pendistribusian

    dantransportasibantuanlogistikdanperalatankesehatan;

    3) melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi

    umum;

    e. bidangadministrasikeuangan;

    BidangAdministrasiKeuanganbertugasdanbertanggungjawab:

    1)melaksanakanadministrasikeuangan;

    2)menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap

    daruratbencanadibidangkesehatan;

    3)mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando

    tanggapdaruratbencanayangterjadi.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    61/193

    41

    1.2. Tahappenyiagaan

    Tahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik

    manusia maupun logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi

    bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian bencana diperoleh

    hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencakup peringatan awal,

    penilaiansituasidanpenyebaraninformasikejadian.

    Peringatan awal berupa informasi kejadian bencana dapat berasal dari

    laporan masyarakat, media massa, perangkat pemerintah daerah atau

    berbagai sumber lainnya. Sesaat setelah terjadi bencana, petugas kesehatan

    yang berada di lokasi bencana segera melakukan penilaian awal (initial

    assessment) untuk mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini

    berupa informasi singkat yang segera dilaporkan ke Pusdalkes. Contoh form

    penilaianawaldapatdilihatpadaFormB1.

    Jika informasi kurang memadai, segera dikirim Tim Rapid Health

    Assessment (RHA) untuk memastikan kejadian, menilai besarnya dampak

    kejadian dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi yang kurang atau tidak

    tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang diakibatkan

    karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur

    komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga Tim

    Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama

    dengan Tim RHA. Tim RHA dan TRC dimobilisasi dalam waktu 0 24 jam

    setelahkejadian.

    Setelah memastikan kejadian bencana, Pusdalkes segera menyebarkan

    informasikejadianketingkatyanglebihtinggidanmemobilisasisumberdaya

    sesuai kebutuhan. Informasi kejadian harus bersirkulasi mengikuti

    perkembangan dan disampaikan dengan menggunakan media komunikasi

    darilokasikejadiansampaiketingkatpusat.

    1.3. Tahapupayaawal(initialaction)RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang

    dilakukanuntukmengetahuibesarmasalah,potensimasalahkesehatanyang

    mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang harus

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    62/193

    42

    segera dipenuhi agar penanganan bencana dapat berdaya guna dan berhasil

    guna.

    Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan kejadian

    bencana, waktu dan lokasi kejadian, mengetahui jumlah korban, potensi

    risiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya yang harus segera

    dipenuhi. Hasil akhir dari kegiatan RHA adalah sebuah rekomendasi bagi

    pengambilkeputusanuntukmenentukanlangkahlangkahdalampenanganan

    suatu bencana. Kompetensidan jumlah anggota tim tergantung kepada jenis

    bencanadanluasnyadampakbencana.

    Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA meliputi aspek medis,

    epidemiologis dan kesehatan lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki

    pengalaman dan pengetahuan di bidangnya, memiliki integritas dan mampu

    bekerja dalam situasi bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat

    dibentukbeberapatim.

    Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan pelayanan

    medis korban pra rumah sakit, rumah sakit dan rujukan. Penilaian ini harus

    dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin untuk penanganan yang cepat

    dantepat.Kegiataniniharusdilakukanolehorangyangmemilikipengalaman

    dan pengetahuan di bidang kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai

    antaralain:

    a. mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana, akses

    transportasidankomunikasidaridankelokasi,lokasiposmedislapangan

    (dapat berupa puskesmas atau tenda perawatan sementara) dan sumber

    dayayangberadadilokasi;

    b. mengidentifikasi pos medis depan beserta sumber dayanya, yaitu rumah

    sakit terdekat, yang akan dijadikan sebagai tempat rujukan awal. Data

    mengenai rumah sakit setempat seharusnya sudah tersedia sebelum

    terjadibencana;

    c. mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya, yaitu

    rumah sakit rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih

    lengkap.Data mengenai sumber daya rumah sakitrujukanini seharusnya

    sudahtersediasebelumterjadibencana;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    63/193

    43

    d. mengidentifikasi pos medis sekunder, yaitu rumah sakit lainnya seperti

    rumah sakit TNI, Polri atau swasta yang dapat dijadikan sebagai tempat

    rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih lengkap. pos

    medis sekunder ini untuk mengantisipasibanyaknya jumlah korban yang

    dirujukkeposmedisbelakang;

    e. mengidentifikasialurevakuasimedisdarilokasisampaiposmedisdepan,

    posmedisbelakangdanposmedisekunder.

    Identifikasiidentifikasidiatasmemungkinkansemuatimbantuanuntuk

    mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara cepat dan

    efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses identifikasi ini adalah dengan

    membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan

    topografi utama daerah tersebut, seperti jalan raya, batasbatas wilayah

    alami dan artifisial, sumber air, sungai, bangunan, dan lainlain. Dengan peta

    ini dapat dilakukan identifikasi daerahdaerah risiko potensial, daerah

    lokalisasi korban, akses untuk mencapai lokasi, dan untuk menetapkan area

    kerja.Hasilpenilaiantersebutharusdilakukandandilaporkandengancepat.

    1.4. Tahaprencanaoperasi

    a. Menyusunrencanaoperasi

    Rencana operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat harus

    merujuk pada hasil rekomendasi RHA dan informasi penting lainnya dari

    sektor terkait, seperti masalah keamanan, pencemaran bahanbahan

    berbahaya dan lainlain. Kompetensi tenaga medis dan perlengkapan

    yang disiapkan harus sesuai dengan rekomendasi RHA. Jika dalam

    rekomendasi diperlukan dokter spesialis bedah dan anestesi untuk

    penanganan korban luka berat yang memerlukan pembedahan, TRC atau

    tim bantuan kesehatan minimal harus terdiri dari dokter bedah, dokter

    anestesi, dokter umum, perawat mahir bedah dan UGD. Jumlahnya

    disesuaikan dengan jumlah perkiraan kasus bedah dan ketersediaan

    tenagamedisdilokasibencana.

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    64/193

    44

    Perludisiapkantimpenolongterlatihuntukmelakukanperawatan

    medis pra rumah sakit secara baik di lapangan. Tim medis lapangan ini

    memilikikemampuanuntuk:

    1) memberikanpertolonganlifesupport;

    2) melakukantriasedenganbaik;

    3) melakukankomunikasiradiodenganbaik.

    Sebelum TRC dan Tim Bantuan Kesehatan bertugas, dilakukan

    briefing untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi di lokasi

    bencanadanmenetapkankegiatankegiatanyangakandilakukandilokasi

    bencana. Ditetapkan pula perlengkapan yang perlu dibawa untuk

    mendukungkegiatankegiatanyangakandilakukan.

    b. Keselamatan

    Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatan

    merupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas

    kesehatan. Perlu dilakukan koordinasi dengan sektor terkait untuk

    memastikan keamanan dan keselamatan petugas di lokasi agar petugas

    dapatbekerjadenganoptimal.

    Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi perlindungan

    kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala

    risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan

    dapat terjadi (meluasnya bencana, material berbahaya, kemacetan lalu

    lintas, dan lainlain). Langkahlangkah penyelamatan yang dilakukan,

    antaralain:

    1) aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko, misalnya

    dengan cara memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya,

    penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang

    terpaparolehbencana;

    2) aksipencegahanyangmencakuppenetapanarealaranganberupa:

    a) daerah pusat bencanaterbatas hanya untuk tim penolong

    profesionalyangdilengkapidenganperalatanmemadai;

  • 8/12/2019 Emergency and Humanitarian Action Technical Quide for Health Crisis Response in Disaster

    65/193

    45

    b) areasekunderhanyadiperuntukanbagipetugasyangditugaskan

    untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan

    kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos

    medissekunder,pusatevakuasidantempatparkirbagikendaraan

    yangdipergunakanuntukevakuasidankeperluanteknis;

    c) areatersiermedia massa diijinkan untuk berada diareaini, area

    juga berfungsi sebagai penahan untuk mencegah masyarakat

    memasukidaerahberbahaya.

    Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis bencana

    yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran, kemungkinan

    terjadinyaledakan),arahangindantopografi.

    Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah

    campur tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya

    penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi

    dengan melakukan kontrol lalulintas dan keramaian. Langkah

    pengamananinimempengaruhipenyelamatandengancara:

    1) melindungitimpenolongdaricampurtanganpihakluar;

    2) mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan

    mobilisasisumberdaya;

    3) melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh

    kecelakaanyangterjadi.

    1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarur