ekstrak etanol daun psidium guajava

Upload: yosephinedhitavidyarani

Post on 19-Jul-2015

119 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS KULIAH OBAT TRADISIONAL

Ekstrak Etanol Daun Psidium guajava : Fitokimia dan Aktivitas Trypanocidal Pada Tikus yang Terinfeksi dengan Trypanosoma brucei brucei

Disusun oleh :

Nama NIM Kelas

: : :

Wiria Sende Paiman 088114025 FKK A

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Ekstrak Etanol Daun Psidium guajava : Fitokimia dan Aktivitas Trypanocidal Pada Tikus yang Terinfeksi dengan Trypanosoma brucei brucei

Komposisi fitokimia dan aktivitas trypanocidal dari ekstrak etanol daun Psidium guajava (jambu biji) telah diteliti pada tikus yang terinfeksi dengan Trypanosoma brucei brucei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan kandungan tanin. Komposisi fitokimia lain yang juga terkandung tetapi dalam jumlah kecil antara lain saponin, steroid, dan terpenoid. Hasil uji untuk efek trypanocidal menunjukkan bahwa ada hasil parasitemia yang mutlak rendah pada tikus perlakuan dibandingkan dengan kontrol yang terinfeksi dan yang tidak diberi perlakuan apapun. Selain hasil parasitemia yang rendah oleh ekstrak daun, ada juga yang mengalami perpanjangan rentang hidup dari semua tikus yang terinfeksi dan tikus perlakuan. Perpanjangan hidup berkisar antara 30 hari sampai 32 hari pasca infeksi. Hewan kontrol yang terinfeksi dan yang tidak diberi perlakuan apapun mati pada hari ke-8 pasca infeksi. Kami telah mampu menunjukkan bahwa ekstrak daun P. guajava memiliki sifat trypanocidal yang bisa dikaitkan dengan aktivitas antimikroba yang luas dan aktivitas iron chelation dari flavonoid dan tanin. Iron chelation telah disarankan oleh beberapa laporan sebagai cara yang efektif untuk membunuh trypanosomes. Target utamanya adalah enzim, ribonucleotide reduktase yang aktivitasnya merupakan pusat untuk sintesis DNA sebelum pembelahan sel sehingga diperoleh infeksi trypanosimiasis. Hasil ini membuat ekstrak daun P. guajava kemungkinan untuk mengelola penyakit tidur orang Afrika.

Kata kunci : Psidium guajava, fitokimia, trypanosomes, antimikrobial, iron-chelation, ribonucleotide reduktase.

PENDAHULUAN Kemoterapi dan kemoprofilaksis, dimana merupakan bentuk yang paling penting dan aspek utama dari kontrol dan pemberantasan trypanosomiasis di negara-negara di Afrika yang dilanda masalah tersebut. Hal ini termasuk batas senyawa, resistensi obat, toksisitas obat, dan protocol perawatan berkepanjangan (TDR, 1984). Menurut WHO, lebih dari 80% populasi di dunia masih mengandalkan obat-obatan herbal sebagai sumber utama untuk perawatan kesehatan. Jutaan orang Afrika dari semua usia mengandalkan obat herbal untuk perawatan kesehatan yang utama (McCaleb, 2000). Tanaman telah memberikan dasar untuk pengobatan tradisional untuk berbagai jenis penyakit dan masih menawarkan sumber potensi yang besar dari agen kemoterapeutik yang baru.Di Nigeria Utara, dimana penyakit lazim diderita, tanaman obat digunakan sebagai pengobat tradisional yang digunakan baik secara tunggal atau dalam kombinasi pengobatan berbagai jenis penyakit terutama trypanosomiasis (Igweh and Onabanjo, 1989). Survei literatur yang ekstensif mengungkapkan bahwa Psidium guajava, yang diakui sebagai apel manusia miskin dari tropis, memiliki sejarah panjang dari penggunaan secara tradisional untuk berbagai penyakit. Buah serta jusnya adalah yang bebas dikonsumsi untuk rasa yang hebat dan manfaat nutrisi. Sebagian besar penggunaan secara tradisional telah disahkan oleh para peneliti ilmiah (Kamath et al., 2008). Studi toksisitas pada tikus dan hewan yang lainnya sebagai studi untuk kontrol pada manusia menunjukkan bahwa keduanya baik daun dan buah adalah aman tanpa ada efek samping (Kamath et al., 2008). Sejumlah isolat senyawa kimia dari tanaman seperti quercetin, guaijaverin, flavonoid dan galactosespesific lecithins, menunjukkan aktivitas yang menjanjikan dalam percobaan pada manusia (Abdelrahim et al., 2002). Tanaman tersebut telah dipelajari secara ekstensif dalam hal aktivitas farmakologis dari komponen utama, dan hasilnya menunjukkan ampuh sebagai anti diare, anti hipertensi, hepatoprotektif, antioksidan, antimikroba, hipoglikemik, dan aktivitas antimutagenik (Nwinyi et al . , 2008). P. guajava termasuk dalam famili Myrtaceae. P. guajava mungkin telah dibudidayakan di Peru beberapa ribu tahun yang lalu (Rosa et al 2008.,); arkeologi Peru telah mengungkapkan bahwa benih P. guajava ditemukan disimpan dengan tanaman kacangkacangan, jagung, labu, dan tanaman budidaya lainnya (Hawrelak, 2003). Buah P. guajava masih dinikmati sebagai pengobat yang manis oleh masyarakat adat di seluruh wilayah hutan hujan. Daun dan kulit pohon P. guajava memiliki sejarah panjang dalam penggunaannya sebagai obat yang masih digunakan hingga hari ini (Nwinyi et al 2008.,).

Mengingat pentingnya pengobatan yang luas dari tanaman P. guajava yang dibuktikan dalam berbagai penelitian yang disebutkan di atas dan juga dikuatkan dalam sebuah artikel baru-baru ini Kamath et al. (2008), ada insentif yang kuat untuk penelitian lebih lanjut ke dalam aktivitas farmakologi ekstrak tanaman P. guajava terhadap infeksi penyakit mengingat fakta bahwa tanaman tersedia di daerah tropis dan dalam jangkauan penduduk local. Sejalan dengan percobaan ini dirancang untuk menilai aktivitas trypanocidal dari ekstrak daun P. guajava.

BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman Sampel daun segar P. guajava (guava) yang digunakan untuk penelitian diambil dari sebuah perkebunan lokal di Ilorin, Kwara, negara bagian Nigeria. Tumbuhan ini diidentifikasi dan dibuktikan pada Herbarium dari Departemen Tanaman Biologi Universitas Ilorin, Nigeria dan specimen telah disimpan di departemen untuk tujuan referensi.

Preparasi Sampel Ekstrak etanol daun disiapkan menurut metode Viera et al. (2001). 500 g sampel segar dari daun P. guajava daun kering udara dan tanah. Sampel direndam dalam campuran etanol dan air dengan perbandingan 8:2 (v/v) dan dibiarkan selama 24 jam. Campuran disaring dan filtrate dipekatkan dengan penguapan pada suhu 40C.

Parasit Typanosoma brucei brucei diperoleh dari bagian Kedokteran Hewan dan Departemen Studi Peternakan, Institut Nigeria untuk Penelitian Trypanosome (NITR) Vom Jos, Nigeria. Parasit itu disuntikkan secara intra peritoneal ke tikus dan dipelihara ke tikus yang lainnya.

Skrinning Fitokimia Analisis fitokimia ekstrak tanaman dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Odebiyi dan Sofowora 1978 untuk menguji keberadaan antara lain tannin, resin, glikosida, flavonoid, alkaloid dan saponin.

Hewan Percobaan Tikus putih albino dewasa yang diperoleh dari Departemen Biokimia Laboratorium Penelitian, Universitas Ilorin, Nigeria. Tikus tinggal di kandang dan dibiarkan untuk adaptasi selama 2 minggu sebelum dimulainya percobaan. Standar tikus pellet dan air dibersihkan untuk tikus ad libitum. Inokulasi Tikus dengan Parasit Parasit diinfeksikan pada darah yang diperoleh dari ekor tikus pada parasitemia tinggi dan digunakan untuk menjaga suspensi parasit dalam 0,90% larutan garam yang diinokulasikan ke dalam rongga peritoneum tikus yang tidak terinfeksi dengan berat berkisar 200-250 g. Suspensi sebagaimana dijelaskan oleh Ekanem dan Yusuf (2005) berisi 3 atau 4 trypanosome per tampilan 100x pembesaran. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 1, 2, 3 dan tabel 1.

DISKUSI

Gambar 1. Parasitemia T. brucei tikus terinfeksi yang diobati dengan ekstrak etanol daun P. guajava, infeksi berlangsung sampai kematian hewan. Pengobatan dimulai 72 jam sebelum infeksi. Setiap titik adalah adalah jumlah rata-rata dari lima ekor tikus

Gambar 2. Parasitemia T. brucei tikus terinfeksi yang diobati dengan ekstrak etanol daun P. guajava, infeksi berlangsung sampai kematian hewan. Pengobatan dimulai pada hari pertama parasit terlihat dalam darah. Setiap titik adalah adalah jumlah rata-rata dari lima ekor tikus

Gambar 3. Parasitemia T. brucei tikus terinfeksi yang diobati dengan ekstrak etanol daun P. guajava, infeksi berlangsung sampai kematian hewan. Pengobatan dimulai pada 7 hari pasca infeksi. Setiap titik adalah adalah jumlah rata-rata dari lima ekor tikus

Tabel 1. Skrinning Fitokimia dari Ekstrak Etanol Daun P. guajava Senyawa yang diuji Karbohidrat Gula Pereduksi Lipid Alkaloid Steroid Tanin/Polifenol Antrakuinon Terpenoid Flavonoid Saponin Hasil yang diperoleh + + + + ++ + +++ +

- = tidak ada; + = sedikit; ++ = cukup; +++ = banyak

Hasil yang diperoleh dari perlakuan dengan ekstrak etanol daun P. guajava menunjukkan bahwa ekstrak daun efektif dalam pengelolaan trypanosomiasis Afrika, karena ada perpanjangan besar masa hidup hewan yang terinfeksi dibandingkan dengan kontrol. Ada juga penurunan parasitemia yang cukup besar untuk semua hewan yang diberi perlakuan ekstrak etanol. Khusus untuk pengobatan profilaksis dimana parasitemia tetap sangat rendah. Hasil ini menegaskan banyak penggunaan farmakologi ekstrak daun P. guajava (Kamath et al., 2008). Kematian hewan perlakuan bahkan pada tingkat parasitemia yang rendah mungkin tidak ada hubungannya dengan pelepasan faktor ekstraselular oleh trypanosomes. Penelitian telah menunjukkan bahwa faktor-faktor ekstraselular memiliki efek patologis pada tikus (Nwagwu et al., 1987; Boutignon et al., 1990; Ekanem, 1989; et al; Ekanem et al 1994., 1996). Setelah invasi pada sistem mamalia, trypanosomes berkembang biak dengan cepat untuk menentukan jumlah populasi yang menginfeksi inangnya (Poltera, 1985; Pentreath dan Kennedy, 2004). Racun dilepaskan ke dalam sistem mamalia (Nwagwu et al;., 1987; Boutignon et al,. 1990; Ekanem, 1989; Ekanem et al., 1994, 1996). Antibodi yang dihasilkan oleh inang tidak efektif untuk melawan parasit karena kemampuan parasit untuk menghasilkan antigen dalam jumlah yang banyak. Mekanisme pertahanan inang hanya spesifik pada bagian tertentu saja dan sering tertinggal di belakang dalam hal kemajuan penyakit terutama saat interaksi antigen-antibodi (Sternberg, 2004). Akhirnya ada kerusakan pada sistem imun inang yang digabungkan dengan invasi parasit dari sistem saraf pusat dan

menyebabkan koma dan kematian. Penghapusan parasit dari sistem dan secara bersamaan meningkatkan sistem imun inang bisa sangat relevan dalam kontrol penyakit tidur pada orang Afrika (Hoet et al., 2004; Chibale, 2005). P. guajava memiliki sifat trypanocidal serta kemampuan untuk memperpanjang masa hiduptikus yang terinfeksi T. brucei (gambar 1-3). Meskipun klirens parasit dari darah tikus terinfeksi tetap mati, disarankan melibatkan agen yang belum tentu parasit hidup. Faktor ekstraselular yang berasal dari parasit (Nwagwu et al., 1987; Ekanem, 1989; Boutignon et al., 1990; Ekanem et al., 1994, 1996) bisa bertanggung jawab terhadap kematian. Skrinning fitokimia (tabel 1) menunjukkan bahwa ekstrak mengandung sejumlah flavonoid dan tanin. Kemampuan ekstrak untuk mempertahankan parasitemia rendah mungkin sebagian disebabkan oleh kapasitasnya untuk mengkelat besi. Sebuah studi oleh Thepanon et al. (2005) menunjukkan bahwa ekstrak daun memiliki kapasitas yang sangat baik untuk membentuk kompleks berwarna dengan besi. Terapi Iron-chelation telah terbukti untuk anti-parasit khususnya trypanosomiasis di Afrika (Ekanem, 1989). Yang utama dalam hal ini adalah enzim ribonucleotide reduktase (RNR). RNR yang membutuhkan zat besi untuk aktivitasnya memainkan peran kunci dalam produksi ribonucleotide untuk proliferasi sel. Jadi menghapus besi yang tersedia dari sistem sel bisa memberi efek merusak pada proliferasi parasit sejak parasit membutuhkan zat besi untuk membentuk infeksi mereka. Flavonoid juga telah memberi kontribusi pada efek keseluruhan dari ekstrak seperti dalam penelitian ini. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa flavonoid bertanggung jawab atas aktivitas antimikroba ekstrak daun P. guajava.

HASIL Hasil skrinning fitokimia secara kualitatif ekstrak daun P. guajava disajikan pada tabel 1. Analisis fitokimia dari ekstrak daun P. guajava menunjukkan adanya tanin, saponin, steroid, flavonoid, dan gula pereduksi. Konsentrasi flavonoid dan tanin ditemukan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komponen fitokimia lainnya. Hasil trypanocidal untuk uji profilaksis ditunjukkan pada gambar 1. Gambar 2 dan 3 menunjukkan hasil untuk aktivitas trypanocidal dari awal hingga akhir tahap pengobatan pada hewan yang terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak memperpanjang masa hidup hewan perlakuan.

KESIMPULAN Penelitian ini telah mampu menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas trypanocidal sehingga memberikan kepercayaan kepada pengguna tumbuhan di Afrika dalam pengobatan tradisional. Namun kami menyarankan bahwa prinsip-prinsip aktif dalam ekstrak harus diisolasi untuk studi lebih lanjut untuk membentuk efek individual dan sinergis jika ada.