efek pemberian ekstrak kecambah kacang ...digilib.unila.ac.id/57418/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG
HIJAU(Vigna radiata L.) PADA MEDIUM HYPONEX
TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN KRISAN
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) KULTIVAR SUCIYONO
SECARA IN VITRO
(Skripsi)
Oleh
Resti Safitri
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG
HIJAU (Vigna radiata L.) PADA MEDIUM HYPONEX
TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN KRISAN
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
KULTIVAR SUCIYONO SECARA IN VITRO
Oleh
Resti Safitri
Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) adalah salah satu tanaman hias yang
sangat populer di Indonesia dan bernilai ekonomis yang tinggi. Tanaman ini dikenal
memiliki bentuk bunga dan warna yang sangat beragam dan beraroma wangi.
Semakin tinggi permintaan masyarakat terhadap tanaman krisan tidak dibarengi
dengan budidaya yang baik, sehingga hasil budidaya tanaman krisan tidak maksimal.
Usaha untuk meningkatkan hasil dalam budidaya tanaman krisan dilakukan dengan
berbagai cara antara lain melalui kultur jaringan. Medium merupakan salah satu hal
yang perlu diperhatikan dalam kultur jaringan, medium Hyponex merupakan medium
alternatif yang lebih murah dan mengandung hara makro dan mikro. Pemilihan
medium dengan komposisi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang tepat akan
menghasilkan planlet yang tumbuh sempurna dan lengkap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan konsentrasi ekstrak kecambah
kacang hijau (Vigna radiata L.), pada medium Hyponex yang optimum untuk
pertumbuhan eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono
secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
faktor tunggal, yaitu ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) dengan 5
taraf konsentrasi sebagai perlakuan : 0 % v/v, 2 % v/v, 4 % v/v, 6 % v/v, dan 8 % v/v.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga dihasilkan 25 satuan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kecambah kacang hijau pada
medium Hyponex tidak berpengaruh terhadap tinggi planlet, jumlah daun, panjang
akar, klorofil a, b, dan total daun planlet krisan. Persentase planlet hidup pada
penelitian ini menunjukkan hasil 100% hidup.
Kata Kunci : Ekstrak Kecambah Kacang Hijau, Hyponex, In Vitro, Krisan.
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG
HIJAU(Vigna radiata L.) PADA MEDIUM HYPONEX
TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN KRISAN
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) KULTIVAR SUCIYONO
SECARA IN VITRO
Oleh
Resti Safitri
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung
pada tanggal 9 Maret 1997, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara, dari Bapak Purwanto, S.Pd. dan Ibu Titi Yuliani.
Penulis mulai menempuh pendidikan pertama di Sekolah
Dasar di SD N 2 Marga Agung pada tahun 2003-2009. Kemudian, melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 20 Bandar Lampung pada tahun
2009-2012. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah
Atas di SMA N 12 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Selama menempuh
pendidikan sarjana penulis pernah menjadi Anggota Bidang Usaha Dan Pendanaan
(Himbio) FMIPA Unila. Selanjutnya penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Kultur Jaringan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli - Agustus 2018 di Tiyuh
Tri Tunggal Jaya Kecamatan Gunung Agung, Tulang Bawang Barat. Pada bulan
Januari – Februari 2018, penulis melaksanakan Kerja Praktik di Laboratorium
Konservasi Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) di Ciherang Jawa Barat
dengan judul “Pengaruh Perbedaan Komposisi Hyponex Sebagai Media Pada
Perbanyakan Tanaman Krisan (Chrysanthemum Sp.) Var. Padma Buana Secara
In Vitro Di Balai Penelitian Tanaman Hias. Penulis melaksanakan penelitian pada
bulan November - Desember 2018 di Ruang in vitro, Laboratorium Botani, Jurusan
Biologi, FMIPA, Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Segala Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT,
karna berkat rizki, nikmat dan karunia-Nya yang selalu diberikan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Karya ini ku persembahkan kepada orang-orang yang ku sayangi :
Bapak (Purwanto) dan Ibu (Titi Yuliani) yang senantiasa
selalu menyebut namaku dalam do`a nya, selalu memberikan kasih
sayang,
motivasi serta dukungan moril dan materilnya yang tiada henti-hentinya,
Semoga Allah selalu melindungi Bapak dan Ibu.
Terimakasih kakakku (Heri Nugroho) yang selalu melindungiku,
Menjagaku dikala sakit, juga selalu menjadi teladan
untuk membentuk pribadi yang lebih baik.
Terimakasih ku persembahkan untuk bapak/ibu guru dan dosen
yang telah memberikan ilmu serta bimbangannya kepadaku
Almamaterku Tercinta
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah, 6-8).
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah, 286).
Memulai dengan penuh keyakinan.
Menjalakan dengan penuh keikhlasan.
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
~
SANWACANA
Assalamualaikum. wr. wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,
yang telah memberikan rahmat, nikmat, kesehatan dan kelancaran hingga penulis
dapat menyelesaikan Studi strata satu diperguruan tinggi Universitas Lampung.
Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada kekasih Allah SWT, Baginda
Rasullulloh Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke
zaman yang terang dengan keislamannya hingga saat ini.
Skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Ekstrak Kecambah Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) pada Medium Hyponex Terhadap Pertumbuhan Eksplan Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat) Kultivar Suciyono Secara In Vitro”. Ini
dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan, partisipasi dan dukungan, serta do’a dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, selalu memberikan arahan,
bantuan serta motivasi kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga
selesainya skripsi ini.
2. Ibu Dra. Yulianty, M.Si. selaku pembimbing kedua atas arahan, saran, bantuan
dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga terselesainya
skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sri Wahyuningsih, M.Si. selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran,
serta tuntunan kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Tugiyono, Ph.D. selaku Pembimbing Akademik atas segala
perhatian, bimbingan dan motivasinya kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Jurusan Biologi.
5. Kepala Laboratorium Botani, Jurusan Biologi FMIPA Unila beserta seluruh staf
teknisi yang telah memberikan izin, fasilitas, dan bantuannya selama penulis
melakukan penelitian.
6. Ketua Jurusan Biologi FMIPA, Dekan FMIPA, dan Rektor Universitas Lampung
atas izin dan kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat menempuh studi
di Universitas Lampung.
7. Kedua orangtuaku Bapak Purwanto, S.Pd. dan Ibu Titi Yuliani, terimakasih telah
membesarkan, menyayangiku dan selalu mendoakan keberhasilanku.
8. Kakakku Heri Nugroho dan Mba Dwita Mulyana Putri serta keponakan kecil
tante yang cantik Syifani Aulia Nugroho, terimakasih untuk dukungan yang tak
henti-hentinya dan kasih sayangnya.
9. Teman SMA ku (Eski Dostlar) Dila Martanti, Firda Indriyuni Sinaga, dan Lidya
Febiantri Hasanah. Terimakasi telah memberikan canda tawa, dukungan, dan
motivasi saat penulisan skripsi ini.
10. Kekasih Bintang Dwi Prabowo yang ku cintai. Terimakasih untuk pengertiannya,
motivasinya, canda tawanya dan waktunya yang diberikan untuk menemani saat
penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Rekan seperjuangan penelitian kultur jaringan. Trisna Ramadhanty, Marizha
Putri B, Gita P, Azizah, Moza, Lili Mahmuda, Selina, Sazilly, Nurul Aniqotun,
Harum, Dwi, Endang. Terimakasih untuk semua kerjasama, kebersamaan,
semangat dan saran selama menjalani penelitian.
13. Rekan ku semasa dibangku perkuliahan Resti A, Ola, Shasa, Bela, Sun, Ricka,
Amel dan Retno terimakasih atas kebersamaan selama perkuliahan hingga akhir.
14. Rekan Sepertemanan Renaldi, Agam, Kiwil, Alpin, Ableh (Teknik Geofisika),
Panjul (Teknik Geodesi), Embah Heri (Teknik Mesin), Cimeng (Kehutanan),
Atuna, Unia, Mba Vi (Teknik Arsitektur) dan masih banyak lagi yang tidak bisa
dituliskan satu persatu. terimakasi untuk canda tawa yang selalu diciptakan.
15. Teman seperjuangan angkatan Biologi 2015 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terimakasih atas kebersamaan, dukungan serta doanya selama ini.
16. Almamater Tercinta.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan ini, namun besar harapan semoga hasil tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung,
Penulis,
Resti Safitri
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ....................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
PERSEMBAHAN ............................................................................ x
MOTTO ........................................................................................... xi
SANWACANA ................................................................................. xii
DAFTAR ISI .................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xxi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
C. Manfaat penelitian................................................................ 4
D. Kerangka Pemikira .............................................................. 5
E. Hipotesis ............................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Krisan ................................................................... 7
B. Kultur Jaringan .................................................................... 9
C. Ekstrak Kecambah Kacang Hijau ........................................ 11
D. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)................................................ 13
E. Klorofi .................................................................................. 15
III. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 17
B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 17
C. Rancangan Percobaan .......................................................... 18
D. Bagan Alir Penelitian .......................................................... 19
E. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 21
1. Proses Perkecambahan ..................................................... 21
2. Sterilisasi.......................................................................... 21
3. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Kecambah Kacang
Hijau ................................................................................ 22
4. Pembuatan Medium ......................................................... 23
5. Penanaman Eksplan Krisan ke Medium Tanam .............. 24
6. Pengamatan ...................................................................... 24
7. Analisis Data .................................................................... 26
IV. HASIL DAN PEMBHASAN
A. Persentase Planlet Hidup ..................................................... 27
B. Tinggi Planlet ....................................................................... 30
C. Jumlah Daun ........................................................................ 34
D. Panjang Akar........................................................................ 38
E. Analisis Kandungan Klorofil ............................................... 40
1. Klorofil a .......................................................................... 40
2. Klorofil b ......................................................................... 42
3. Klorofil total .................................................................... 43
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 46
B. Saran..................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tata letak satuan percobaan efek pemberian ekstrak
kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) pada medium
Hyponex terhadap pertumbuhan eksplan krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar
Suciyono secara in vitro ......................................................... 17
Tabel 2. Pengenceran ekstrak kecambah kacang hijau ........................ 21
Tabel 3. Persentase jumlah planlet Krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) kultivar Suciono yang hidup dari
perlakuan penambahan ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) kedalam medium Hyponex dengan
berbagai konsentrasi selama 30 hari...................................... 28
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman pada planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
dengan pemberian ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) ke dalam medium Hyponex dengan
berbagai konsentrasi selama 30 hari.................................... 31
Tabel 5. Rata-rata jumlah daun yang terbentuk pada planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
dengan pemberian ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) ke dalam medium Hyponex dengan
berbagai konsentrasi selama 30 hari.................................... 35
Tabel 6. Rata-rata panjang akar pada planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
dengan pemberian ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) ke dalam medium Hyponex dengan
berbagai konsentrasi selama 30 hari.................................... 39
Tabel 7. Kandungan Klorofi a daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
secara In Vitro setelah 30 hari............................................. 41
Tabel 8. Kandungan Klorofil b daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
secara In Vitro setelah 30 hari............................................. 42
Tabel 9. Kandungan Klorofil total daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciono
secara In Vitro setelah 30 hari............................................. 43
Tabel 10. Jumlah Planlet Hidup (Chrysanthemum morifolium
Ramat.)............................................................................... 52
Tabel 11. Analisis Data Tinggi Planlet Krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) Kultivar Suciyono.............................. 53
Tabel 12. Analisis Data Jumlah Daun Planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono.............................................................. 55
Tabel 13. Analisis Data Panjang Akar Planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono.............................................................. 57
Tabel 14. Analisis Kandungan Klorofil a Planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono.............................................................. 59
Tabel 15. Analisis Kandungan Klorofil b Planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono.............................................................. 61
Tabel 16. Analisis Kandungan Klorofil total Planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono.............................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar
Suciyono ........................................................................... 8
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian ....................................................... 19
Gambar 3. Pertumbuhan planlet Krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) kultivar Suciyono pada medium
hyponex dengan penambahan ekstrak kecambah
kacang hijau (Vigna radiata L.) ..................................... 29
Gambar 4. Grafik laju pertumbuhan tinggi tanaman planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono
dengan perlakuan ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) selama 30 hari pengamatan ............... 33
Gambar 5. Grafik laju pertumbuhan jumlah daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono
dengan perlakuan ekstrak kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) selama 30 hari pengamatan ............... 37
Gambar 6. Grafik perbandingan tinggi tanaman planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)............................. 54
Gambar 7. Grafik perbandingan jumlah daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)............................. 56
Gambar 8. Grafik perbandingan panjang akar planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)............................. 58
Gambar 9. Grafik kandungan klorofil a daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)............................. 60
Gambar 10. Grafik kandungan klorofil b daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.)............................. 62
Gambar 11. Grafik kandungan klorofil total daun planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) ............................ 64
Gambar 12. Planlet Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.)..... 65
Gambar 13. Pembuatan larutan stok ekstrak kecambah kacang
Hijau............................................................................... 65
Gambar 14. Larutan stok ekstrak kecambah kacang hijau ............... 66
Gambar 15. Penimbangan bahan-bahan medium Hyponex
Perlakuan........................................................................ 66
Gambar 16. Pembuatan medium Hyponex perlakuan...................... 67
Gambar 17. Penanaman planlet krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) pada medium perlakuan ................ 67
Gambar 18. Planlet krisan (Chrysanthemum morifolium
Ramat.) pada medium perlakuan.................................... 68
Gambar 19. Planlet krisan (Chrysanthemum morifolium
Ramat.) pada medium perlakuan setelah 30 hari............ 68
Gambar 20. Ekstrak daun planlet krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) untuk uji klorofil............................. 69
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komoditi pertanian yang dapat meningkatkan pendapatan petani
adalah bunga potong. Bunga potong memiliki beberapa jenis antara lain:
gladiol, hebras, aster, anyelir, mawar dan krisan. Semua jenis bunga potong
tersebut bernilai ekonomis tinggi bagi petani bunga potong (Pangemanan dkk.,
2011).
Krisan (Chrysanthemum sp.) merupakan salah satu tanaman hias terpopuler di
Indonesia. Selain untuk tanaman hias dapat juga dimanfaatkan untuk bahan
baku obat. Bunga potong krisan ini termasuk ke dalam komoditas penting
dalam bisnis tanaman hias. Untuk itu pengembangan krisan perlu terus
diupayakan untuk pemenuhan selera pasar. Maka dapat dilakukan metode
perbanyakan tanaman hias krisan secara in vitro (Rivai dan Hendra, 2015).
Bunga krisan mempunyai keunggulan yang lebih dibanding bunga potong
yang lain dikarenakan bunga krisan tahan akan debu vulkanik gunung berapi,
dan tidak mudah layu (Pangemanan dkk., 2011).
2
Teknik kultur jaringan adalah upaya perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bahan tanam mikro dalam media buatan dengan kondisi bebas
dari mikroorganisme. Dalam teknik kultur jaringan ada dua golongan zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang sangat penting, yaitu auksin dan sitokinin.
Auksin digunakan secara luas dalam teknik kultur jaringan ini yaitu untuk
merangsang pertumbuhan kalus dan organ. Sedangkan sitokinin berperan
penting dalam merangsang pembelahan sel (Hatta dkk., 2008).
Medium tanam merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kultur
jaringan tumbuhan. Ada hal yang perlu diperhatikan pada komposisi media
yaitu kombinasi dan konsentrasi dari zat pengatur tumbuh (ZPT) yang akan
digunakan. Terdapat dua kelompok zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sering
digunakan dalam kultur jaringan, yaitu auksin seperti NAA dan IBA, serta
sitokinin seperti BAP (Gunawan, 1988).
Menurut Shintiavira dkk.,(2012), hyponex merupakan pupuk majemuk dengan
kandungan hara makro-mikro yang lengkap. Pupuk tersebut mengandung N, P,
K, S, Mg, Fe, Zn, Ca, Co, Mn, Mo, B, dan Cu, yang hampir sama dengan
komponen hara makro-mikro medium MS. Medium hyponex (3 g/l 6,5 N-2,6
P-15,8 K) meningkatkan bobot segar kecambah Phalaenopsis (Cardenas and
Wang, 1998). Medium hyponex (1 g/l 6,5 N-4,5 P-19 K + 20 N-20 P-20 K)
meningkatkan jumlah plb atau planlet Phalaenopsis Silky Moon (Thepsithar
dkk., 2009).
3
Pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai zat pengatur tumbuh
(ZPT) alami pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut
hasil penelitian Ilham Latunra dkk.,(2016) , dapat disimpulkan bahwa ekstrak
kecambah kacang hijau dapat menjadi salah satu alternatif pengganti zat
pengatur tumbuh sintetik. Ekstrak kecambah kacang hijau dengan konsentrasi
8 ppm adalah konsentrasi optimal untuk pertumbuhan dan perbanyakan
propagul pisang barangan (Musa acuminata Colla) secara in vitro. Berdasarkan
penelitian lain ekstrak kecambah kacang hijau memiliki kandungan hormon
IAA 3,74%, IBA 1,88%, Kinetin 4,42%, Zeatin 4,09%, GA 1 1,50%, GA 3
2,33%, GA 4 1,71%, GA 12 1,39%, GA 13 1,12%, GA 17 1,17%, GA 19
1,16%, dan GA 28 1,17% (Sunandar dkk., 2017).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kecambah kacang
hijau dapat menggantikan peran ZPT sintetik yang berfungsi bagi pertumbuhan
eksplant krisan, dan harga lebih ekonomis dibanding dengan MS dan ZPT
sintetik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai efek pemberian
ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) pada medium hyponex
terhadap pertumbuhan eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar suciyono secara in vitro.
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Efek penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) pada
media Hyponex yang optimum untuk pertumbuhan eksplan krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono secara in vitro.
2. Kandungan klorofil a, b dan total yang optimum pada planlet krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono secara in vitro
setelah penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.)
pada media Hyponex dengan berbagai konsentrasi.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
penggunaan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) yang optimal
dalam pertumbuhan eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono pada medium Hyponex, dengan demikian dapat membantu
masyarakat dalam budidaya krisan melalui kultur jaringan tumbuhan dengan
medium ekonomis bernilai jual tinggi.
5
D. Kerangka Pemikiran
Krisan adalah salah satu tanaman hias yang bernilai ekonomis tinggi, dan
diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, karena memiliki keindahan
bentuk, wangi dan beragam warna bunganya. Produksi bunga yang terus
meningkat karena permintaan masyarakat yang tinggi, dapat diatasi dengan
cara perbanyakan yang efektif melalui teknik kultur jaringan. Perbanyakan
tanaman krisan yang dilakukan dengan cara kultur jaringan diharapkan dapat
menghasilkan bibit krisan yang seragam serta waktu yang relatif lebih singkat
dibanding dengan perbanyakan secara konvensional.
Dalam teknik kultur jaringan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) perlu
diperhatikan. Zat pengatur tumbuh (ZPT) sangat berpengaruh untuk
pertumbuhan suatu eksplan. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) auksin digunakan
secara luas dalam teknik kultur jaringan ini yaitu untuk merangsang
pertumbuhan kalus, suspensi sel dan organ. Sitokinin berperan penting dalam
merangsang pembelahan sel. Giberelin berperan untuk pembentukan kalus.
Ekstrak kecambah kacang hijau dapat menjadi salah satu alternatif pengganti
zat pengatur tumbuh sintetik.
6
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.
1. Terdapat konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.)
pada media Hyponex yang optimum untuk pertumbuhan eksplan krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono secara in vitro.
2. Terdapat kandungan klorofil a, b dan total yang optimum pada planlet
krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono secara in
vitro setelah penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata
L.).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Krisan
Klasifikasi tanaman hias krisan menurut Sistem klasifikasi Cronquist (1981)
adalah sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Chrysanthemum
Jenis : Chrysanthemum morifolium Ramat.
Deskripsi krisan Chrysanthemum morifolium Ramat. kultivar Suciyono
menurut Berita Resmi PVT (Pendaftaran Varietas Tanaman) (2014), sebagai
berikut.
Tinggi tanaman ini mencapai 110 – 120 cm, dengan bentuk penampang
batang bulat berwarna hijau berdiameter antara 0,8 – 1,0 cm, panjang ruas
8
3,0 – 3,5. Bentuk daun bercangap menyirip dengan panjang 15 – 17 cm dan
luas 7 – 9 cm. Bentuk bunga dekoratif dengan tipe bunga standar warna bunga
pita putih. Jumlah kuntum bunga per tangkai 1 kuntum, kuntum bunga
berdiameter 12 -14 cm, umur mulai berbunga 58 – 63 hari. Sistem perakaran
bunga krisan ini adalah serabut. Wilayah adaptasi bunga krisan kultivar
suciyono ini adalah 750 – 1200 m dpl. Morfologi tanaman krisan disajikan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Morfologi Tanaman Krisan Chrysanthemum morifolium Ramat.
kultivar Suciyono, (Diambil di Berita Resmi PVT (Pendaftaran Varietas
Tanaman), 2014).
Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) adalah salah satu tanaman hias
yang sangat populer di Indonesia. Bunga krisan ini dibudidayakan oleh petani
kecil sampai pengusaha besar pada lahan dengan ketinggian 600-1.200 m dpl.
Petani kecil membudidayakan tanaman krisan dengan menerapkan teknologi
9
sederhana, sedangkan pengusaha besar menggunakan teknologi modern
berbasis agribisnis. Pengembangan krisan juga dapat berdampak positif
terhadap perekonomian di daerah pedesaan, khususnya terhadap peningkatan
pendapatan petani dan masyarakat yang terlibat dalam pengembangannya
(Muhit, 2007).
B. Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman secara in vitro (kultur jaringan tanaman) adalah sebuah
kegiatan menjaga dan menumbuhkan jaringan (kalus, sel, protoplas) dan
organ tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio) pada
kondisi aseptik (Hartmann dkk., 1997; George dkk., 2007). Teknik ini
digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu: memperbanyak tanaman,
memodifikasi genotype tanaman, memproduksi biomasa dan metabolit
sekunder, mempelajari patologi tanaman, konservasi plasma nutfah dan
penelitian-penelitian ilmiah lainnya. Teknik ini juga telah diaplikasikan pada
berbagai jenis tanaman, baik tanaman semusim maupun menahun, tanaman
herbaceous maupun berkayu. Aplikasi perbanyakan tanaman secara in vitro
ini memiliki kelebihan dan kelemahan (Suryowinoto, 1996; Hartmann dkk.,
1997; George dkk., 2007).
10
Teknik perbanyakan dengan kultur jaringan menurut Santoso dan Nursandi
(2002), mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan dibanding dengan
cara-cara tradisional, antara lain:
Kelebihan perbanyakan tanaman secara in vitro, diantaranya:
Menggunakan potongan-potongan kecil dari bagian tanaman (daun, tunas,
batang, akar, kalus, sel) untuk menghasilkan tanaman baru yang utuh.
Membutuhkan ruang yang kecil, energi dan tenaga yang lebih efisien untuk
menjaga, menumbuhkan dan meningkatkan jumlah tanaman. Menggunakan
metode khusus (kultur meristem), teknik ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang bebas dari virus. Memudahkan aplikasi pada
berbagai jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan yang lambat dan sulit
diperbanyak secara vegetatif. Menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam
waktu yang lama, tetapi harus selalu dijaga nutrisinya dengan disubkultur
diganti menggunakan media baru.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman,
seperti: nutrisi (media), konsentrasi zat pengatur pertumbuhan (ZPT), kadar
gula, cahaya, temperatur, kelembaban, dll. lebih mudah diatur.
Kelemahan perbanyakan tanaman secara in vitro, diantaranya:
Membutuhkan ketrampilan yang memadahi, peralatan, bahan dan biaya yang
mahal, serta sarana pendukung yang mencukupi. Membutuhkan metode yang
khusus dan optimum untuk menunjang keberhasilan aplikasinya pada tiap
11
species dan tanaman. Menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dari
bagian kecil tanaman, pada kondisi tertentu dapat menghasilkan
penyimpangan karakter-karakter tanaman (undesirable characteristics) dan
kelainan genetik (genetic abberant).
Tanaman hasil kultur in vitro terbiasa tumbuh pada medium yang cukup
dengan sumber karbon, kelembaban yang tinggi dan memiliki kemampuan
fotosintesis yang rendah, maka untuk memindahkan tanaman dari kondisi in
vitro ke kondisi ex vitro diperlukan proses aklimatisasi dan adaptasi agar
tanaman tidak mudah mati akibat kehilangan air dan dapat tumbuh normal
pada kondisi ex vitro.
Eksplan yang digunakan dalam kultur jaringan harus bersifat meristematis
(embrio, zigotik muda dan dewasa, kotiledon, mata tunas, daun, epikotil,
hipokotil). Eksplan yang berasal dari embrio umumnya lebih mudah untuk
tumbuh dan berkembang, karena masih mempunyai cadangan makanan yang
tersimpan di bagian endosperm. Sedangkan untuk tujuan pemuliaan untuk
mendapatkan tanman yang identik, sebaiknya menggunakan bagian mata
tunas dari pohon dewasa yang sudah terpilih (Herawan dan Hendrati, 1996)
12
C. Ekstrak Kecambah Kacang Hijau
Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Sistem klasifikasi Cronquist (1981)
dan APG II (2003) adalah sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Vigna
Jenis : Vigna radiata L.
Ekstrak kecambah kacang hijau merupakan bahan yang potensial sebagai
sumber fitohormon auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA).
Kecambah kacang hijau sebagai sumber auksin eksogen terhadap berbagai
spesies tanaman, seperti padi, nilam, tomat dan lain-lain (Sujanaatmaja dan
Ukun, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Sunandar dkk (2017), ekstrak kecambah kacang
hijau memiliki kandungan fitohormon IAA 3,74%, IBA 1,88%, Kinetin
4,42%, Zeatin 4,09%, GA 1 1,50%, GA 3 2,33%, GA 4 1,71%, GA 12 1,39%,
GA 13 1,12%, GA 17 1,17%, GA 19 1,16%, dan GA 28 1,17%.
13
Kacang hijau dalam bentuk kecambah juga mempunyai kandungan vitamin
lebih banyak dari bentuk bijinya. Kadar vitamin B meningkat jumlahnya 2,5 –
3 kali lebih besar sedangkan vitamin C yang praktis sangat sedikit pada biji-
bijian kering dalam bentuk kecambah meningkat menjadi 20 mg/100 g kacang
hijau. Hal tersebut mampu memacu pertumbuhan pisang secara in vitro
dengan optimal (Winarno, 1981).
D. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Sitokinin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berfungsi
untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, mencegah kerusakan
klorofil, serta perkembangan tunas. Auksin berperan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Peran fisiologis auksin adalah mendorong
perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xylem dan floem,
pembentukan akar, dominan apikal, respon tropisme serta menghambat
pengguguran daun. Auksin juga terkandung dalam kecambah kacang hijau
(Vigna radiata L.) (Arif dkk., 2016).
Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa organik
yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat menunjang dan dalam
jumlah banyak justru dapat menghambat serta dapat merubah proses fisiologi
tanaman (Abidin, 2003).
14
Kandungan hormon pertumbuhan auksin, sitokinin dan giberelin memberikan
pengaruh yang baik terhadap respon pertumbuhan eksplan tanaman dalam
kultur jaringan. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh Ulfa (2014)
menunjukkan bahwa ekstrak kecambah kacang hijau memiliki hormon auksin
1,68 ppm, giberelin 39,94 ppm, dan sitokinin 96,26 ppm. Hal yang sama juga
dinyatakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa interaksi yang tepat antara
auksin dan sitokinin akan memberikan pengaruh yang baik dalam pembelahan
sel dan mengontrol differensiasi sel.
Penggunaan zat pengatur tumbuh di dalam kultur jaringan tergantung pada
arah pertumbuhan jaringan yang diinginkan. Untuk pembentukan akar atau
pembentukan kalus digunakan auksin sedangkan untuk pertumbuhan tunas
digunakan sitokinin. Namun sering pula dibutuhkan keduanya tergantung
pada perbandingan/ratio sitokinin terhadap auksin atau sebaliknya. Jenis dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat untuk masing-masing tanaman
tidak sama karena tergantung pada genotipe serta kondisi fisiologi jaringan
tanaman (Lestari, 2011)
Pembentukan akar umumnya dimulai dengan pemindahan indol acetic acid
(IAA) yang diproduksi pucuk tanaman ke bagian batang yang luka untuk
menstimulasi pembentukan akar (Brenner dkk., 1987).
15
E. Klorofil
Klorofil a dan b pada tumbuhan tingkat tinggi merupakan pigmen utama
fotosintetik, yang berperan menyerap cahaya violet, biru, merah, dan
memantulkan cahaya hijau (Salaki, 2000).
Klorofil adalah pigmen utama penyerap cahaya yang terdapat di dalam
membran tilakoid. Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan
cahaya dengan panjang gelombang yang berlainan. Klorofil banyak menyerap
sinar dengan panjang gelombang antara 400 – 700 nm, terutama sinar merah
dan biru. Sifat kimia klorofil tidak larut dalam air melainkan larut dalam
pelarut organik yang lebih polar seperti etanol dan kloroform (Dwidjoseputro,
1994).
Campbell (2003), menyatakan bahwa auksin tidak hanya memacu
pemanjangan batang tetapi juga memacu pertumbuhan seluruh bagian
tumbuhan termasuk akar dan daun. Menurut Marlin (2005), pemberian auksin
secara eksogen dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya pada
luas daun. Sumarni dan Rosliani (2001), menyatakan bahwa semakin luas
daun diharapkan efektivitas daun dalam menyerap cahaya yang semakin
banyak pula untuk proses fotosintesis sehingga akumulasi fotosintat yang
dihasilkan menjadi tinggi seperti yang telah dinyatakan oleh Lukikariati
16
(1996), bahwa fotosintat yang dihasilkan akan mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan bagian tanaman.
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai bulan
Desember 2018 di Laboratorium Botani (ruang penelitian in vitro), Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat-alat penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah Autoklaf, Laminar Air Flow (LAF) merk
ESCO, pinset, scalpel, mata pisau scalpel, Erlenmeyer berukuran 50 ml,
cawan petri berdiameter 10 cm, corong, botol kultur berukuran 250 ml,
gelas ukur bervolume 100 ml dan 500 ml, mikropipet, pipet tip, karet,
kapas, gunting, isolasi bening, tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan
analitik, mikroskop, spektrofotometer, kuvet, pipet ukur, corong, mortar
dan penumbuk, waterbatt dan kamera.
18
2. Bahan-bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Planlet krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono yang dibeli di
Balai Penelitian Tanaman Hias, akuades, sukrosa, agar, alkohol 70 %,
alkohol 96 %, Etanol 95 %, Kalium Hidroksida (KOH), Asam Chlorida
(HCl), dan Hyponex.
C. Rancangan Percobaan
Metode penelitian ini disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 1 faktor yaitu ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna
radiata L.) dengan lima taraf konsentrasi yaitu 0 % v/v, 2 % v/v, 4 % v/v, 6 %
v/v, dan 8 % v/v. Penelitian ini dilakukan dengan 5 ulangan , sehingga total
botol yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 botol. Tata letak satuan
botol dapat dilihat pada Tabel 1.
19
Tabel 1. Tata letak satuan percobaan efek pemberian ekstrak kecambah
kacang hijau (Vigna radiata L.) pada medium Hyponex terhadap
pertumbuhan eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono secara in vitro.
K0U2 K2U5 K6U1 K2U1 K8U5
K4U1 K6U3 K4U5 K2U3 K0U1
K4U4 K0U3 K8U1 K4U2 K6U4
K8U2 K2U4 K0U4 K6U5 K8U4
K0U5 K4U3 K6U2 K8U3 K2U2
Keterangan :
K0 : Ekstrak kecambah kacang hijau 0 % v/v
K2 : Ekstrak kecambah kacang hijau 2 % v/v
K4 : Ekstrak kecambah kacang hijau 4 % v/v
K6 : Ekstrak kecambah kacang hijau 6 % v/v
K8 : Ekstrak kecambah kacang hijau 8 % v/v
U1-U5 : Ulangan 1-5
D. Bagan Alir Penelitian
Penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1) Penentuan konsentrasi ekstrak
kecambah kacang hijau, 2) Penanaman eksplan krisan berukuran ± 2 cm
dalam medium Hyponex yang sudah ditambahkan ekstrak kecambah kacang
hijau sesuai konsentrasi, 3) Penentuan krisan konsentrasi ekstrak kecambah
kacang hijau yang optimal untuk pertumbuhan planlet krisan secara in vitro,
4) Data dihomogenkan lalu di analisis dengan parameter tinggi planlet, jumlah
daun, jumlah akar dan kandungan klorofil. Tahap penelitian disajikan dengan
bentuk bagan alir seperti Gambar 2.
20
Gambar 2. Bagan alir Penelitian
Medium krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono
berjumlah banyak
untuk stok subkultur
Medium yang baik
tidak terjadi
kontaminan dan tidak
terlalu padat atau cair
Pembuatan medium
Hyponex dengan
penambahan ekstrak
kecambah kacang hijau
berbagai konsentrasi
Parameter eksplan krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono berupa
tinggi planlet, jumlah
daun, jumlah akar,
persentase planlet yang
hidup serta kandungan
klorofil
Terjadi pertumbuhan
berupa tinggi, daun, akar
dan peningkatan
kandungan klorofil
eksplan krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono
Terjadi peningkatan
klorofil a dan b serta
pertumbuhan eksplan
krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono
Penanaman eksplan krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono ke
medium perlakuan
Terjadinya
pertumbuhan tunas,
daun dan akar pada
eksplan krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono
Terdapat konsentrasi
ekstrak kecambah
kacang hijau yang
efektif untuk
pertumbuhan eksplan
krisan
(Chrysanthemum
morifolium Ramat.)
kultivar Suciyono
Luaran Perlakuan Indikator
21
E. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
1. Proses Perkecambahaan
Proses perkecambahan dilakukan dengan cara biji kacang hijau
dikecambahkan dengan cara merendam selama 24 jam, kemudian
ditiriskan lalu diletakkan di atas baki plastik yang dilapisi tissue lembab,
dijaga kelembabannya dengan cara memercikan air sesuai kebutuhan dan
ditempatkan di tempat gelap. Lalu biji kacang hijau akan mulai
berkecambah 1 – 3 hari kemudian.
2. Sterilisasi
a. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang akan digunakan untuk penelitian dicuci dengan air dan
deterjen sampai bersih, dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas, selanjutnya disterilkan ke dalam autoclave pada temperatur
121ºC selama 20 menit. Untuk alat penanaman setelah disterilkan di
autoclave, alat berupa pinset dan gunting direndam dengan alkohol 96
% lalu dipanaskan di atas nyala api bunsen dengan tujuan agar tetap
steril saat penanaman berlangsung. Menurut Nurcahyani (2014),
Untuk sterilisasi medium. Medium yang telah dituangkan kedalam
botol kultur, disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu
22
121ºC dengan tekanan 2atm selama 15 menit. Medium yang telah
disterilkan disimpat dalam rak penyimpanan selama 3-4 hari. Setelah
3-4 hari jika medium bebas kontaminasi maka medium tersedut dapat
digunakan
b. Sterilisasi Ruang Kerja
Sterilisasi ruang kerja dilakukan di dalam ruang inkubasi dengan
menggunakan desinfektan dan di dalam Laminar Air Flow (LAW).
Sinar UV dinyalakan selama 45 menit, lalu blower dan lampu
dinyalakan, lalu disemprotkan alkohol 70 % pada permukaan Laminar
Air Flow (LAW), selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan kapas
steril.
3. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Kecambah Kacang Hijau
Menurut Ulfa (2014) tauge yang sudah dibersihkan ditambah aquades
dengan perbandingan 1:1 (100 gram tauge ditambahkan 100 ml aquades),
lalu diblender sampai halus, selanjutnya ekstrak tauge disaring ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 1 sehingga
dapat diperoleh larutan stok ekstrak tauge dengan konsentrasi 100%.
Untuk mendapatkan masing-masing konsentrasi ekstrak tauge dalam
perlakuan perlu dilakukan pengenceran. Susunan tabel pengenceran
ekstrak kecambah kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 2.
23
Tabel 2. Pengenceran ekstrak kecambah kacang hijau.
Konsentrasi Ekstrak Volume larutan stok (ml) Volume aquades (ml)
0 % v/v 0 100
2 % v/v 2 98
4 % v/v 4 96
6 % v/v 6 94
8 % v/v 8 92
4. Pembuatan Medium
Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hyponex hijau .
untuk pembuatan 1 liter media tanam hyponex dibutuhkan hyponex
sebanyak 3 gram, gula 30 gram, dan agar 7 gram. Untuk memudahkan
pembuatan medium dengan 5 taraf konsentrasi yang berbeda maka,
larutan hyponex hijau dibagi ke dalam 5 glass beaker masing-masing 0,6
gram. Lalu tambahkan ekstrak kecambah kacang hijau 0 %, 2 %, 4 %, 6
%, dan 8 % ke dalam 5 glass beaker sebanyak 100 ml. Ditambahkan gula
sebanyak 6 gram ke dalam 5 glass beaker, lalu tambahkan aquades 100
ml ke dalam 5 glass beaker agar larutan mencapai 200 ml. Selanjutnya
diukur pH-nya hingga 5,7 (jika medium terlalu asam tambahkan KOH 1
N, namun jika medium terlalu basa tambahkan HCL I N). Dimasukan ke
dalam panci lalu masak hingga mendidih dan berwarna agak bening.
Selanjutnya, medium diuang kedalam botol kultur. Lalu sterilisasi
24
medium dengan menggunakan autoclave pada tekanan 17,5 psi, 121ºC
selama 15 menit.
5. Penanaman Eksplan Krisan ke Medium Tanam
Eksplan berasal dari planlet tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium
Ramat.) kultivar Suciyono. Planlet krisan kemudian di multiplikasi dengan
cara menghilangkan bagian akar dan daunnya. Kemudian planlet dipotong
sepanjang ± 2 cm yaitu bagian pucuk planlet tanaman krisan. Setelah itu
eksplan ditanam di medium tanam dengan berbagai perlakuan dan masing
masing botol berisi 2 eksplan tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium
Ramat.) kultivar Suciyono.
6. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan eksplan krisan dilakukan setiap 3 hari sekali
selama 4 minggu setelah penanaman. Parameter yang diamati dan diukur
dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Persentase Jumlah Planlet Hidup
Persentase planlet yang hidup dihitung pada hari terakhir pengamatan.
Jumlah planlet hidup x 100%
Jumlah seluruh planlet
(Nurcahyani dkk., 2014).
25
b. Tinggi planlet (cm)
Tinggi planlet diukur menggunakan mistar pada akhir penelitian
diukur dari luar botol.
c. Jumlah daun (Helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang muncul pada
eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar
Suciyono.
d. Panjang akar (cm)
Jumlah akar dihitung berdasarkan banyaknya akar yang muncul pada
eksplan krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar
Suciyono.
e. Kandungan klorofil
Analisis kandungan klorofil dilakukan pada hari terakhir pengamatan.
Bahan analisis klorofil menggunakan daun planlet (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) kultivar Suciyono yang seragam banyaknya
dihilangkan ibu tunggal daunnya, lalu digerus dengan mortar dan
ditambah 10 ml alkohol 96%. Setelah itu larutan disaring dengan
kertas saring Whatman No. 1 dan dimasukkan ke dalam flakon lalu
ditutup rapat. Larutan sampel dan larutan standar diambil sebanyak 1
mL dimasukan kedalam kuvet. Setelah itu dilakukan pembacaan
serapan dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang (λ) 648
nm dan 664 nm, dengan tiga kali ulangan setiap sampel.
26
Kadar klorofil dihitung dengan menggunakan rumus menurut Miazek
(2002), sebagai berikut:
Klorofil a = 13,36 λ664 – 5,19 λ648 mg/l
Klorofil b = 27,43 λ648 – 8,12 λ664 mg/l
Klorofil total = 5,24 λ664 + 22,24 λ648 mg/l
7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pertumbuhan planlet krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat.) kultivar Suciyono dengan ekstrak kecambah kacang
hijau (Vigna radiata L.) berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif komparatif dan didukung foto.
Data kuantitatif dari setiap parameter yang diperoleh dihomogenkan
menggunakan uji Levene, kemudian data dianalisis ragam ANARA atau
ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 % jika terdapat beda
nyata antar perlakuan.
46
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) pada medium
Hyponex tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi planlet,
jumlah daun dan panjang akar planlet Krisan (Chrysanthemum morifolium
Ramat.) kultivar Suciyono.
2. Penambahan ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata L.) pada medium
Hyponex tidak berpengaruh nyata dan tidak memberikan hasil yang optimum
terhadap klorofil a, klorofil b, dan klorofil total pada planlet Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) kultivar Suciyono.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau dan
waktu penelitian lebih lama agar mendapatkan hasil yang lebih optimum, serta
penggunaan planlet yang berukuran lebih besar agar pertumbuhan lebih
terlihat maksimal.
V. KESIMPULAN
47
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2003. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung IPKI. Bandung.
Andaryani, S. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-d
Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha curas L.) secara In Vitro.
Skripsi. Universitas Negeri Surakarta. Surakarta.
Anwaruddin, M. J., N. L. P. Indrayani, S. Hardianti, dan E. Mansyah. 1996. Pengaruh
konsentrasi asam giberelat dan lama perendaman terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan biji manggis. Jurnal Hortikultura 6: 15.
Arif, M., Murniati, dan Ardin. 2016. Uji Beberapa Zat Pengaruh Tumbuh Alami
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) Stum Mata
Tidur. Jom Faperta Vol 3 (1).
Aryantha, I. N. P., D. P. Lestari, dan N. P. D. Pangesti. 2004. Potensi isolat bakteri
penghasil IAA dalam peningkatan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada
kondisi hidroponik. Jurnal Mikrobiologi Indonesia 9: 43-46.
Berita Resmi PVT. 2014. Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan.
http://pvtpp.setjen.pertanian.go.id/cms/wp-content/uploads/2016/04/65.-Balithi-
Krisan-Suciyono.pdf. Diakses pada 9 Maret 2019.
Brenner, M.L., D.J. Wolley, V. Sjut, and D. Salerno. 1987. Analysis of apical
dominance in relation to IAA transport. Hortscience 25(5): 833-835.
Campbell, dkk. 2003. Biologi Jilid I. Erl angga. Jakarta.
Cardenas, EC. dan Wang, YT. 1998. The effect of micronutrients and GA on the
growth of phalaenopsis seedling in vitro. Subtropic. Plant Sci. Vol. 50: 45-8.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System Of Classification Of Flowering Plants.
Colombia University. New York.
48
Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
George, E.F., Hall, M.A. dan De Klerk, G.J., 2007. Plant Propagation by Tissue
Culture. 3rd Edition, Vol. 1. The Background. Exegetic. Basingstone. UK. 508 p.
Gunawan, L.W., 1988. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. Pusat Anta, Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.
Hartmann, H.T., Kester, D.E., Davies, F.T. dan Geneve, R.L., 1997. Plant
Progataion: Principles and Practices, Sixth Edition, Prentice-Hall, Inc. Simon &
Schuster/ Aviacom Company, Upper Saddle River. New Jersey. 769 p.
Hatta, M., M. Hayati, dan U. Irayani. 2008. Pengaruh IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Benth.) In Vitro. J. Floratek,
Vol. 3: 56 – 60.
Herawan, T., dan R.L. Hendrati. 1996. Petunjuk Teknik Kegiatan Kultur Jaringan,
Badan Litbang Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Laturna, A.I., B. Baharuddin, dan M. Tuwo. 2016. Respon Pertumbuhan Propagul
Pisang Barangan (Musa acuminata Colla) Dengan Ekstrak Kecambah Kacang
Hijau SecaraIn Vitro. Prosiding Seminar Nasionalfrom Basic Science to
Comprehensive Education. ISBN: 978-602-72245-1-3.
Lestari, E.G. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman
Melalui Kultur Jaringan. AgroBiogen 7(1):63-68.
Lukikariati, S., N.L.P. Indriyani, A. Susiloadi, dan M.J. Anwarudin. 1996. Pengaruh
naungan dan konsentrasi Asam Indol Butirat terhadap pertumbuhan bibit batang
bawah manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok, Solok dalam Jurnal
Hortikultura, Vol. 6 (3) : 220-226.
Marlin. 2005. Regenerasi in vitro planlet jahe bebas penyakit layu bakteri pada
beberapa taraf konsentrasi BAP dan NAA. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia, Vol. 7 (1) : 8-14.
Matulata, AV. 2003 Subtitusi Media MS Dengan Air Kelapa dan Gandasil D pada
Kultur Jaringan Krisan. Eugenia. Vol. 9 (4) : 203-11.
Miazek. Mgr Inz. 2002. Krystian. Chlorophyll Extraktion From Harvested Plant
Material. Supervesior: Prof. Dr. Ha. Inz Stanislaw Ledakowicz.
49
Muharyati, Y., Defiani, M.R., Astiti, N.P.A. 2015. Pertumbuhan Anggrek Vanda
helvola pada Media yang di Perkaya Jus Tomat. Jurnal Metamorfosa II. (2): 66-
71.
Nurcahyani, E., dan Lindawati. 2014. Analisis Lignin dan Struktur Anatomi Planlet
Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) Hasil Seleksi Asam Salisilat secara In
Vitro. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. Vol.2
No.2.
Nurcahyani, E., B. Hadisutrisno, I. Sumardi, dan E. Suharyanto. 2014. Identifikasi
galur planlet vanili (Vanilla planifolia Andrews) Resisten terhadap infeksi
Fusarium oxysporum f. sp. vanillae hasil seleksi in vitro dengan asam fusarat.
Prosiding Seminar Nasional: “pengendalian penyakit pada tanaman pertanian
ramah lingkungan”. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Joglosemar-
Fakultas Pertanian UGM. ISBN 978- 602- 71784-0-3./2014. Pp 272- 279.
Pangemanan, L., Kapantow, G., Watung, M. 2011. Analisis Pendapatan Bunga
Potong (studi kasus petani bunga krisan putih di Kelurahan Kakaskasen Dua
Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). ASE – Vol. 7 (2) : 5 – 14.
Rivai, R. R dan H. Helmanto. 2015. Induksi Kalus Chrysanthemum indicium Untuk
Meningkatkan Keragaman Genetik Dari Sel Somatik. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon, Vol. 1 (1) : 167 - 170.
Salaki, M. 2000. Biologi Sel. Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi Indonesia
Timur Kerja Sama Universitas Sam Ratulangi Canadian Internasional
Development Agency Simon Frases University.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Santoso, U. dan F. N. Nursandi. 2010. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Prees:
Malang.
Shintiavira, H. Soedarjo, M. Suryawati, dan Winarto,B . 2012. Studi Pengaruh
Substitusi Hara Makro dan Mikro Media MS dengan Pupuk Majemuk dalam
Kultur In Vitro Krisan. J. Hort. Vol. 22 (4) : 334-341.
Subandi, A. 2008. Metabolisme. http://metabolisme.blogs pot.com/2007/09. Diakses
pada 8 Maret 2019.
50
Sujanaatmaja dan Ukun. 2006. Pemanfaatan Limbah Dan Bahan Alam Hayati Untuk
Produksi Biostimulant-fitohormon: Perangsang Pertumbuhan Tanaman Pangan
Dan Hortikultura Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sumarni, N dan R, Rosliana. 2001. Media tumbuh dan waktu aplikasi larutan hara
untuk penanaman cabai secara organik. Jurnal Hortikultura, Vol. 11 (4) : 237 -
243.
Sunandar, N. Anggraeni, A.N.A. Faizin, dan A. Ikhwan. 2017. Kuantifikasi Metabolit
Sekunder pada Ekstrak Kecambah Kacang Hijau, Kacang Tunggak, dan Kacang
Tanah dengan Teknik GC-MS. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi.
Thepsithar, C., A. Thongpukdee, dan K. Kukieatdetsakul. 2009. Enhancement of
organic supplements and local fertilizers in culture medium on growth and
development of Phalaenopsis Silky Moon protocorm. Afr. J. Biotechnol. Vol. 8
(18) : 4433 - 40.
Ulfa, Fachirah. 2014. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur
Tumbuh Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang Solanum tuberosum L.
Pada Sistem Budidaya Aeroponik. Disertasi Program Studi Ilmu Pertanian Pasca
Sarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Winarno, F.G. 1981. Dari Nilai Gizi Tauge sampai Noda Bitot. Kumpulan Pikiran
dan Gagasan Tertulis. Pusbangtepa, IPB. Bogor.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Agromedia Pustaka, Jakarta.