Transcript

BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembatasan aktivitas yang terlalu lama pada pasien Gagal Jantung Congestive (CHF) dapat mengakibatkan penurunan moral seperti; depresi karena pasien merasa tidak berguna dan tidak mungkin kembali normal, selain itu akan mengakibatkan cardiac neurosis, hipotensi ortostatik dan takikardi yang tidak baik bagi pasien CHF hal ini disebabkan hipovolemia. Pada pasien yang tirah baring lebih dari 10 hari akan mengalami berkurangnya sirkulasi darah yang bersirkulasi sebanyak 700 -800 ml, hal ini karena volume plasma berkurang lebih banyak dibandingkan sel darah merah. Oleh karena itu Lewis (2000) menganjurkan chair treatment, yaitu duduk dikursi 1 2 jam pada hari kedua dirawat di rumah sakit. Terapi ini baik karena akan menambah pengisian pembuluh darah perifer dan mengurangi venus return, sehingga akan mengurangi beban kerja jantung. Kegiatan fisik pasien CHF penting dilakukan, yang bertujuan untuk mencapai kembalinya keadaan fisik, mental dan sosial secara optimal, Sehingga pasien dapat hidup serta bekerja kembali normal.Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dimengerti bila aktivitas dini akan mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien CHF, asalkan memperhatikan syarat-syarat dibawah pengawasan tenaga kesehatan. Salah satu tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memandirikan pasien, hal ini sesuai dengan model konseptual Dorotea E Orem yang kita kenal dengan model self care deficit. Teori Orem merupakan suatu pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan pasien pada posisi bergantung, karena self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari.Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis akan mencoba mengaplikasikan teori model keperawatan Orem (Self Care) yang berfokus pada aktivitas fisik pasien gagal jantung congestive.B. Tujuan Penulisan

Menganalisis penerapan teori model keperawatan menurut Dorothea E. Orem yang berfokus pada aktivitas fisik pasien gagal jantung congestive (CHF).BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP TEORI MODEL OREMA. Sejarah Konsep Model Dorothea E. Orem

B. Penjabaran Teori Dorothea E. OremPengertian self care menurut Orem (1991) yaitu kemampuan individu untuk memprakarsai dirinya dalam melakukan perawatan diri sendiri dalam rangka mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Sedangkan menurut Benner (1980) yaitu perawatan yang diberikan oleh diri sendiri, merupakan tindakan nyata untuk memenuhi kebutuhan secara spesifik menuju proses hidup yang efektif, yang dipengaruhi oleh perilaku, kemampuan intelektual dan standar penampilan self care. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self care adalah suatu upaya atau tindakan individu dalam memenuhi kebutuhan dirinya dengan mengoptimalkan kemampuan intelektual, perilaku dan pendayagunaan lingkungan yang menunjang pemenuhan self care dalam mencapi kesehatan yang optimal.Menurut Marriner A., (1986) Orem menetapkan teori perawatan diri (self care) sebagai teori secara umum. Orem membagi Self Care menjadi 3 (tiga) konsep yang saling berhubungan, yaitu teori Self Care, teori self Care Deficit dan teori Nursing System, yang mencakup enam konsep sentral yaitu, Self Care, Self Care Agency, Therapeutik Self Care Demand, Self Care Deficit, Nursing Agency, Nursing System dan Conditioning Factor. Seperti pada gambar dibawah ini: Untuk lebih jelas dapat terlihat pada gambar 2.1.

Conditional factor Conditional factor Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1. Teori Perawatan Diri (Self Care)Self care merupakan suatu hal yang terus menerus dilakukan orang dewasa terhadap eksistensi, kesehatan dan kehidupannya. Self care adalah tindakan atau aktifitas dimana individu memulai dan membentuk dirinya dalam hal pemeliharaan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya. Perawatan diri yang dilakukan secara efektif dan menyeluruh dapat membantu menjaga integritas struktur dan fungsi tubuh serta berkontribusi dalam perkembangan individu.

Untuk mencapai keadaan self care ini diperlukan beberapa syarat pencapaiannya. Syarat-syarat perawatan mandiri adalah tujuan yang harus dicapai melalui macam-macam usaha perawatan, yaitu :

a. Universal Self-Care Requisites

Universal self-care requisites merupakan yang terdapat pada manusia dan termasuk didalamnya adalah keseimbangan udara, cairan, makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat dan menyendiri dan interaksi sosial, pencegahan kecelakaan dan meningkatkan fungsi individu dan perkembangan dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan dan kemampuan pasien untuk menjadi normal.

Syarat-syarat ini akan mempengaruhi perilaku manusia yang akan membawa pada kondisi internal dan eksternal yang dapat mempertahankan struktur dan fungsi manusia, sehingga pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan manusia baik fisik maupun psikologis.

b. Developmental Self-Care Requisites

Kebutuhan self-care disesuaikan dengan proses perkembangan dan kematangan seseorang menuju fungsi optimal untuk mencegah terjadinya kondisi yang dapat menghambat perkembangan dan kematangan serta penyesuaian diri dengan perkembangan tersebut.

Terdapat dua tipe Developmental Self-Care Requisites yaitu 1) untuk siklus kehidupan normal, dan 2) untuk kondisi-kondisi khusus. Masing-masing tahap perkembangan manusia mulai dari fetal sampai lansia memiliki karakteristik kebutuhan perawatan diri yang berbeda-beda. Kemampuan perawatan diri secara mandiri atau tergantung sesuai tahapannya sangat mempengaruhi proses perkembangan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kesejahteraan.c. Health Deviation Self-Care Requisites

Merupakan bagaimana memenuhi kebutuhan manusia dengan menghubungkan faktor genetic dan gangguan yang menetap, gangguan struktur dan fungsi manusia (ketidakmampuan) atau efek dari pengobatan dan tindakan. Health deviation (penyimpangan kesehatan) seperti sakit, luka atau kecelakaan dapat menurunkan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya (self-care), baik secara permanen maupun temporer. Kebutuhan ini meliputi :

1) Mencari pengobatan yang tepat dan aman

2) Menyadari dampak dari patologi penyakit

3) Memilih prosedur diagnostik, terapi dan rehabilitatif yang tepat dan efektif.

4) Memahami dan menyadari dampak dari program pengobatan

5) Memodifikasi konsep diri untuk dapat menerima status kesehatannya.

6) Belajar hidup dengan keterbatasan

Menurut Taylor, S.G. & Renpenning, K.M. (2001) selainn 3 konsep di atas masih terdapat lagi suatu teori yang menentukan dalam self care yaitu conditioning factor.

d. Conditioning Factor

Merupakan faktor internal atau eksternal dari individu yang mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan self care atau mempengaruhi jumlah dan macam kebutuhan self care.

Faktor ini meliputi : usia, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosiokultural, faktor Health care system (diagnosa medis dan terapi), faktor sistem keluarga, pola hidup termasuk aktivitas yang bisaa dilakukan, faktor lingkungan serta ketersediaan dan keadekuatan sumber.

Orem (2001) menjelaskan pula tentang beberapa hal yang berhubungan dengan self care yaitu standar dari keadaan perawatan diri (Therapeutic self care demand), dan individu yang memberikan bantuan (self care agency)

Therapeutic Self Care Demand merupakan totalitas dari tindakan perawatan diri yang terbentuk dalam beberapa rentang waktu dalam rangka untuk menemukan kebutuhan perawatan dirinya dengan menggunakan metode yang valid.

Self Care Agency merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memperhitungkan kemampuan merawat dirinya sendiri. Terdapat tiga pengertian yang berhubungan, yaitu : Agent (seseorang yang melakukan tindakan), Self care agent (penyedia perawatan diri) dan Dependent care agent (penyedia perawatan) 2. Kurang Perawatan Diri (Self Care Deficit)

Teori ini merupakan inti dari teori Orem. Kurang perawatan diri merupakan hubungan antara self-care agency dan therapeutic self-care demand dimana self care agency tidak mampu untuk memenuhi therapeutic self-care demand. Hal ini menentukan kapan dan kenapa ilmu keperawatan dibutuhkan.Menurut Aggleton, P. & Chalmers, H. (2000) Orem mengidentifikasi 5 metode untuk memberikan bantuan keperawatan :

a. Memberikan pelayanan langsung dalam bentuk tindakan keperawatan

b. Memberikan arahan dan memfasilitasi kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

c. Memberikan dorongan secara fisik dan psikologik agar pasien dapat mengembangkan potensinya sehingga dapat melakukan perawatan mandiri.

d. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatannya.

e. Mengajarkan pasien tentang prosedur dan aspek-aspek tindakan agar pasien dapat melakukan perawatan dirinya secara mandiri.

Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan metode-metode ini dalam memberikan bantuan perawatan diri. Untuk dapat memberikan bantuan yang tepat, maka perawat harus mengkaji kondisi pasien untuk menentukan metode yang tepat.

Orem (2001) mendefinisikan 5 area aktifitas praktek keperawatan :

a. Membina dan menjaga hubungan perawat-pasien baik individu, keluarga atau kelompok.

b. Menentukan kondisi pasien yang memerlukan bantuan perawat.

c. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan pasien akan kontak dan bantuan perawat.

d. Menetapkan, memberikan dan meregulasi bantuan secara langsung pada pasien.

e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan sehari-hari pasien, perawatan kesehatan lain, pemberian pelayanan sosial dan pendidikan yang dibutuhkan atau yang sedang diterima.

3. Nursing SystemMenurut Aggleton, P. & Chalmers, H. (2000) Teori Nursing system didesain berdasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan aktifitas self carenya. Bila terjadi kurang perawatan diri (self care deficit) berarti adanya kesenjangan antara apa yang dapat individu lakukan (Self Care Agency) dan apa yang dibutuhkan supaya dapat berfungsi secara optimal (Self Care Demand), sehingga dengan hal tersebut keperawatan diperlukan.

Orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat yang membolehkan mereka untuk melakukan kegiatan, mengetahui dan membantu individu untuk memenuhi self care demand melalui latihan dan pengembangan self care agency disebut dengan Nursing AgencyOrem (2001) mengidentifikasikan 3 klasifikasi dari sistem keperawatan untuk memenuhi kebutuhan Self Care pasien, yaitu :a. Wholly Compensatory System

Diperlukan oleh pasien yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri secara langsung dan mengontrol pergerakan atau dalam pengobatan medis supaya tidak melakukan aktifitas.

Wholly compensatory system diberikan kepada pasien dengan tingkat ketergantungan yang tinggi :

1) Tidak mampu melakukan berbagai aktifitas misalnya pada pasien koma.

2) Dapat melakukan gerakan tetapi tidak boleh ada gerakkan pada pasien dengan fraktur.

3) Tidak mampu memberi alasan tindakan self-care tapi mungkin dapat ambulasi dan melakukan self-care dengan pengawasan dan bimbingan, misal pada pasien dengan retardasi mental.

b. Partly Compensatory Nursing System

Situasi dimana perawat dan pasien bersama-sama melakukan asuhan keperawatan termasuk aktifitas sehari-hari, perawatan diri dan atau ambulasi. Perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam pemenuhan kebutuhan self-care misalnya pada pasien lansia, pasien dengan stroke.

c. Supportive-Educative System

Pasien mampu dan dapat belajar untuk melakukan self care yang dibutuhkan, tetapi memerlukan bantuan. Pada sistem ini pasien melakukan semua kebutuhan perawatan dirinya. Pasien membutuhkan bantuan untuk pembuatan keputusan, mengendalikan perilakunya dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Peran perawat adalah meningkatkan self care agency dari pasien, misalnya pasien dengan diabetes diajarkan untuk menyuntik sendiri dan lain-lain

Penjabaran dari Nursing System dari teori Dorothea Orem dapat terlihat pada gambar 2.2Wholly Compensatory System

Accomplishes patients therapeutic self-care

Nurse

ActionCompensates for patients inability to engage in self care

Supports and protect patient

Partly Compensatory System

Performs some self-care measures for patient

Compensates for self-care limitation of patient

Assist patient as required

Nurse

Action

Performs some self-care measures

Regulates self-care agencyPatient

Action

Accepts care and assistance from nurse

Supportive-Educative System

Accomplishes self-care

Patient

Nurse

ActionRegulates the exercise and developmental of self-care agencyAction

Gambar 2 .2 : Basic Nursing System

Sumber : Marriner, A. (1986). Nursing Theorists and Their Work. St. Louis: CV. Mosby Company.

C. Penerapan Teori Orem pada Asuhan Keperawatan dengan Pendekatan Proses Keperawatan

Orem mengemukakan tentang proses keperawatan yaitu suatu kondisi yang menunjukkan mengapa seseorang membutuhkan perawatan, mendesain sistem pelaksanaan keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan spesifik, memberikan dan mengontrol pemberian asuhan keperawatan.

Tabel di bawah ini dapat terlihat perbandingan antara proses keperawatan 5 tahap dengan proses keperawatan dari Orem :

Tabel 2.1

Perbandingan Proses Keperawatan ANA dengan Proses Keperawatan Orem

Proses Keperawatan ANAProses Keperawatan Orem

1. Pengkajian (Assessment)

2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan dengan Rasional ilmiah

4. Implementasi

5. EvaluasiStep 1. Diagnosis dan Preskripsi

Menentukan mengapa diperlukan perawatan

Analisa dan interpretasi membuat perkiraan berhubungan dengan perawatan

Step 2. Desain sistem keperawatan dan merencanakan untuk pemberian perawatan

Step 3. produksi dan manajemen sistem keperawatan

Tabel 2.2 : Aplikasi Teori Orem Dalam Proses Keperawatan

PENGKAJIAN

Faktor PersonalUniversal Self CareDevelopmental Self-careHealth DeviationMedical Problem and PlanSelf Care Deficits

Usia

Jenis kelamin

Tinggi badan

Berat badan

Kebudayaan

Suku

Status perkawinan

Agama

Pekerjaan Udara, Air, makanan.

Eleminasi

Aktifitas dan istirahat

Kesendirian dan interaksi sosial

Pencegahan bahaya

Peningkatan fungsi dan perkembangan manusia Kebutuhan khusus untuk proses perkembangan

Kebutuhan baru berkaitan dengan kondisi

Kebutuhan berkaitan dengan kejadian Kondisi penyakit atau cedera

Penatalaksanaan untuk memperbaiki kondisi

Kondisi perspektif dari dokter

Diagnosa medik

Penatalaksanaan medik Perbedaan antara kebutuhan self care dan kemampuan self care

Diagnosa KeperawatanPerencanaanImplementasiEvaluasi

Berdasarkan self care deficitTujuan dan sasaran :

Sesuai dengan diagnosa keperawatan

Berdasarkan self care demand Meningkatkan kemampuan self care

Membuat Nursing System

Wholly compensatory Partly compensatory Supportive educativeMetode yang sesuai untuk menolong

Mengarahkan

Support

Mengajarkan

Bertindak

Memberikan lingkungan untuk berkembangTindakan perawat-pasien untuk:

Meningkatkan kemampuan self care Memenuhi kebutuhan self care Menurunkan self care deficitKeefektifan tindakan perawat pasien untuk :

Meningkatkan self care agency Memenuhi kebutuhan self care Menurunkan self care deficit

Sumber : Nursing Theories: The Basic for Professional Nursing Practice, George, J.B. edisi 4. 1995

BAB III

APLIKASI PENERAPAN TEORI SELF CARE

DALAM PROSES KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus

Ny. A, usia 62 tahun, berat badan 68 kg, tinggi 153 CM, status Janda, suku Jawa, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga , riwayat pendidikan tamat SMP, jumlah anak 4 dan cucu 9, tinggal bersama anaknya yang pertama beserta 3 orang cucunya. Ny. A dirawat di bangsal non infeksi dengan diagnosa medis gagal jantung kongestive dengan riwayat Diabetes Mellitus dan hipertensi yang tidak terkontrol. Saat ini ny. A menjalani perawatan hari kedua. Kondisi yang ditemukan saat ini adalah : tingkat kesadaran compos mentis, GCS 14, tekanan darah 150/110 mmHg, nadi : 126X/menit, RR 30X/menit, ronchi basah pada kedua basal paru. Ny. A tampak sangat lemah, terdapat oedem pada kedua tungkai bawah, distensi vena jugularis, terpasang infus, kateter urine, oksigen 6 liter/menit melalui masker, pengawasan ketat intake dan out put cairan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ny. A tidak dapat melakukannya, semua pemenuhan kebutuhan dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merobah posis dan buang air besar .

19

20

B. Aplikasi Teori Orem Pada Proses Keperawatan Ny. A

1. Pengkajian

Berdasarkan teori Self-care, maka hal-hal yang perlu dikaji adalah factor

personal, universal self-care, development self-care, health deviation, medical problem and plan dan self-care deficit. Data yang dikumpulkan dari Ny. A adalah sebagai berikut :

Faktor personal : usia 62 tahun, berat badan 68 kg, tinggi 153 CM, status Janda, suku Jawa, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga , riwayat pendidikan tamat SMP

Universal self-care : Ny. A tampak sangat lemah, terpasang infus, kateter urine, oksigen 6 liter/menit melalui masker. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ny. A tidak dapat melakukannya, semua pemenuhan kebutuhan dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merobah posis dan buang air besar .

Development self-care : status Janda, , tinggal bersama anaknya yang pertama beserta 3 orang cucunya ,pekerjaan ibu rumah tangga ,tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari Ny. A tidak dapat melakukannya, semua pemenuhan kebutuhan dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merobah posis dan buang air besar .Health deviation : Aktual gangguan system Kardiovaskuler dan adanya sesak nafas, tekanan darah tinggi, odem pada ke dua tungkai bawah, distensi vena jugularis.

Medical problem and plan : Diagnosa medik : gagal jantung kongestive dengan riwayat diabetis mellitus dan hipertensi yang tidak terkontrol, sesak nafas, oedem

21

pada kedua tungkai, distensi vena jugularis. Perencanaan : Immobilisasi, monitor tekanan darah, nadi, pernafasan , monitor tingkat kesadaran, berikan oksigen 6 liter/menit melalui masker, pengawasan intake dan out put cairan, Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, motivasi klien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita.

Self-care deficit : Ketergantungan pasien karena kondisi penyakit sehingga tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas myocardium, perubahan frekwensi, irama, dan konduksi listrik.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, imobilisasi

c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini tujuan yang ingin dicapai akibat self-care deficit Ny.A yaitu terpenuhinya kebutuhan self care dalam kondisi ketidakmampuan yang dialami akibat proses penyakit, dengan pertimbangan apakah orang yang bertanggung jawab terhadap Ny. A dalam hal ini anaknya dapat dilibatkan, sehingga diharapkan nantinya kebutuhan self-care dapat terpenuhi dalam kondisi normal atau optimal dengan kriteria : bernafas dengan normal, dapat makan dan minum tanpa

22

dibantu, dapat melakukan eliminasi urine dan buang air besar, dapat melakukan aktivitas/pergerakan sesuai dengan tingkat toleransinya.

Model sistem keperawatan : Wholly compensatory, dan metode yang dilakukan membantu, membimbing, mendukung, mengajarkan, intervensi langsung dan memberikan lingkungan yang nyaman dan aman.

4. Implementasi

a. Perawat bersama pasien dan keluarga melakukan kontrak untuk dapat memenuhi kebutuhan self-carenya

b. Menentukan hal-hal yang perlu dilakukan baik bagi pasien dan keluarga

c. Bersama pasien dan keluarga mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan pasien dan aktivitas yang perlu mendapat bantuan

d. Membantu, membimbing, mendukung pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari- meningkatkan kemampuannya hari, aktivitas dan kegiatan lain yang mendukung pasien dan keluarga yang dapat.

e. Keberhasilan dalam mengembalikan fungsi self-care yang normal harus didukung sepenuhnya oleh perawat dan keluarga

5. Evaluasi

Evaluasi yang dibuat harus berdasarkan dari tujuan yang diharapkan dan implementasi yang dilakukan pada Ny. A. Hal-hal yang dapat dievaluasi pada Ny. A meliputi :

23

a. Terpenuhinya kebutuhan self care terutama yang sangat penting untuk kehidupan yaitu bernafas, minum, makan, eliminasi bak dan bab, aktivitas dan istirahat.

b. Ny. A dan keluarga dapat mengerti dan dapat melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan self-care Ny.A

c. Komplikasi tidak terjadi akibat adanya imobilisasi , mis : decubitus

d. Penilaian menyeluruh terhadap Wholly compensatory apakah efektif dalam meningkatkan self care agen Ny.A

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Penerapan model konseptual Dorothea Orem sebagai salah satu model konseptual yang berfokus kepada kemandirian pasien/klien dalam mencapai kondisi sehat merupakan salah satu cara dan pendekatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, dimana jika kita sebagai seorang perawat dapat melaksanakan hal tersebut minimal dengan menerapkan suatu teori keperawatan maka asuhan keperawatan yang kita lakukan akan lebih bermakna.

Seorang pasien gagal jantung kongestive perlu belajar mengatur kegiatan sesuai respons personal terhadap setiap situasi. Tujuan rehabilitasi bagi pasien CHF adalah memperpanjang, mengembangkan dan memperbaiki kualitas hidupnya. Tujuan tersebut hanya bisa dicapai dengan mendorong aktivitas fisik dan penyesuaian fisik, memberikan pendidikan kesehatan pada pasien maupun keluarga dan memulai penyuluhan pesikososial dan bimbingan bila diperlukan.

Penerapan model konseptual ini dalam aktivitas fisik pasien CHF, sesuai karena pasien CHF membutuhkan bantuan dari total, parsial sampai suporative dalam pemenuhan self carenya. Pemulihan pasien CHF membutuhkan waktu yang lama, bila tidak dilakukan latihan sejak dini maka kemungkinan pasien mampu mandiri dalam pemenuhan self carenya sulit, sehingga diperlukan pemberian asuhan keperawatan yang menggunakan metode melatih pasien mandiri. Metode ini terdapat dalam teori self care Orem.

A. SARAN

Setelah model konseptulal Orem diaplikasikan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) maka dapat penulis sarankan hal-hal sebagai berikut ;

1. Dalam perawatan pasien dengan CHF baik bila kita terapkan dengan menggunakan model konseptual Orem, karena keterbatasan yang dimiliki pasien sehingga memerlukan nursing agency dan pasien perlu untuk dilatih menjadi mandiri karena pasien dengan CHF proses rehabilitasinya membutuhkan waktu lama.

2. Model konseptual Orem dapat diterapkan pada semua tatanan pelayanan kesehatan, seperti di di rumah akit, keluarga, kelompok, dan komunitas.3. Penerapan kedua teori tersebut dapat dijadikan sebagai landasan penelitian yang berhubungan dengan pasien CHF. DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2005). Cardiac Rehabilitation and secondary Prevention of Coronary Heart Disease. Diambil pata 18 September 2005 dari http://www.circh.AHAjournal.org/contenfull/111Craven, R. F. & Hirnle, C.J. (2000). Fundamental of Nursing. Lippincott ; Philadelphia.

Dennis, c.m. (1997). Self Care Deficit Theory of Nursing. Mosby years book ; St. Louis Doenges E.Marillyn., Moorhouse Frances Mary., Geissler C. Alice (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa : I Made kariasa, Ni Made Sumarwati.edisi ke 3. EGC. Jakarta.Fitzpatrick, W. (1989). Conceptual Models of Nursing. Appletton & Lange ; California

George, J. B. (1995). Nursing Theorists The Base for Proffesional Nursing Practice. Third Edition. Appletton & Lange ; CaliforniaKozier, at all. (2004). Fundamental of Nursing. Pearson Education inc. ; USA

Lewis, S.M. and Dirksen, S.r. (2000). Medical Surgical Nursing. 5th ed. Mosby Year Book inc ; St Louis Missouri

Meleise, A. I. (1997). Theoretical Nursing : Development and Progress. Third Edition. Lippincott ; Philadelphia.

Orem, D.E., (2004). Nursing concept of Practice. C.V. Mosby Company ; St LouisSmletzer, Suzanne. & Bare, Brenda, G. (1996). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing. 8th ed. Lippincott ; Philadelphia

Tomey, A. M. (1997). Nursing Theorists and Their Work. Third Edition. Mosby ; St. Louis.Tomey Marriner Ann., Alligood Raile Martha. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 7 th ed. Mosby. St. Louis.

Self care

Therapeutic self care demand

Self cere agency

Self care deficit

Nursing agency

Nursing system

PAGE 18


Top Related