Transcript
Page 1: TIKET MASUK FIX.docx

Pada Pengerjaan BAB I, tiap sub bab menggunakan hanya 2 literatur saja. Jadi kalian memilih diantara 4 literatur dibawah ini. Karena persyaratan dari asisten adalah “usahakan hanya ada 2 orang dengan literatur yang sama pada setiap kelompok” maka kami dari tim sukses limnologi mendapatkan sebuah strategi, DENGAN CARA YANG NANTI AKAN DI JELASKAN OLEH MASING-MASING CO KELOMPOK, yang sebelumnya telah kami ajak berdiskusi. Jadi untuk pengerjaan Tiket masuk BAB I dan BAB 2 ini, harap segera menghubungi CO kelompok kalian masing-masing, agar kalian dapat cepat mengerjakan tiket masuk ini.HARAP SEGERA MENGHUBUNGI CO MASING-MASING.

TIKET MASUK PRAKTIKUM LIMNOLOGI ADALAH :1. PRINT Jurnal tentang Kualitas Air yang telah kalian cari2. Resume Vidio Tutorial praktikum maksimal 4 halaman3. Mengerjakan lembar kerja BAB 1 dan BAB 24. Foto 3X4 beralmamater 2 lembar

1. PENDAHULUAN

1.1 Pengertian LimnologiMenurut Suwignyo (1982), dalam Ardianor dan Sulmin Gumiri (2006), perairan

pedalaman (inland water) diistilahkan bagi semua badan air yang berada di daratan. Ilmu yang mempelajari masalah perairan pedalaman atau perairan umum disebut Limnologi. Bentuk-bentuk perairan umum tawar alami yang telah dikenal luas ialah sungai (river atau stream), rawa (swamp) dan danau (lake).

Menurut Petre GÂŞTESCU (2009), Ilmuyang mempelajaridanau(berasal dari bahasa Yunani'LImnos' yang berarti 'danau', 'rawa', 'kolam').Danaudapat diklasifikasikan, menurutasal-usulnya,terdiri dari kolom air yang yang berkenaan dengan panas dan bahan kimia. Aturan dari asosiasipengembanganflora dan fauna, yang berhubungandengan lingkungandan kegunaanbagi manusia.

Menurut Wetzel (1975)dalam Charles E (1980), limnologidalam arti luas berarti, studi tentanghubungan fungsionaldanproduktivitaskomunitas biotik(danau) karenadipengaruhi olehdinamikafisik,kimia, danparameter lingkunganbiotik. Ekosistem danauadalah gabungan sistem yang eratdengan tanahsekitarnyadi daerahperiran mengalir(lotic), metabolisme, dan komponentanahke danau.

Menurut Reid dan Wood (1976) dalam Charles E (1980), sumber dansifatair tawar mempengaruhi gerakdanperubahankondisisaat mengalirke laut, dan mendukungkehidupansepanjang aliran.Sekarangsubjeklimnology yakni lmuair tawardanHidrobiologi(ilmu pengetahuan tentang air).Kimia, dinamika, danbiologilautadalahsubjekoseanografi.

Page 2: TIKET MASUK FIX.docx

1.2 Parameter Kualitas Air1.2.1 Parameter Fisika Suhu

Temperatur air yang lebih hangat menyebabkan organisme perairan mengalami peningkatan laju respirasi dan peningkatan konsumsi oksigen serta lebih mudah terkena penyakit, parasit dan bahan kimia beracun. Sebaran temperatur sangat berkaitan dengan sebaran oksigen terlarut, semakin tinggi temperatur maka semakin rendah oksigen terlarutnya. Pola penaikan oksigen terlarut (DO) pada pagi hari sampai sore hari sebanding dengan pola penurunan temperatur pada pagi hari sampai sore (Huboyo dan Zaman, 2007).

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air. Hal ini disebabkan karena bersamaan dengan zat atau unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air. Peningkatan temperatur air juga menyebabkan perubahan perilaku ikan (Wardoyo, 2005 dalam Aliza et al., 2013).

Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu hangat atau dingin). Jenis, jumlah, dan keberadaan flora dan fauna akuatis seringkali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu dalam air (Rakhmanda, 2011).

Suhu air diartikan sebagai kondisi tubuh yang menunjukkan pengalihan panas ke badan lain atau dari badan lain. Suhu biasanya diukur dengan menggunakan termometer atau termistor dan ditunjukkan pada skala relatif seperti skala Celcius (0C). Proses-proses fisik, biologis dan kimiawi dalam lingkungan perairan dipengaruhi oleh suhu (Sofarini, 2011).

KecerahanMenurut Sumich (1998) dalam Elfinurfajri (2009), kecerahan air dapat diartikan

sebagai kemampuan daya tembus sinar matahari yang masuk ke perairan. Kecerahan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus. Kecerahan diukur dengan alat secchi disk. Semakin besar nilai kedalaman secchi disk semakin dalam penetrasi cahaya ke dalam air, yang selanjutnya akan meningkatkan ketebalan lapisan air yang produktif.

Menurut Goldman dan Home (1983), dalam Frandy (2009), kecerahan merupakan ukuran penetrasi cahaya yang masuk ke dalam kolom air. Nilai kecerahan dipengaruhi oleh keadaaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tenuspensi, serta ketelitian pengukuran. Parameter warna, kekeruhan, dan padatan tersuspensi yang mempengaruhi kecerahan air akan membatasi zona fotosintesis.

Page 3: TIKET MASUK FIX.docx

Menurut Riyadi et.al. (2005), tingkat kecerahan digunakan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari yang masuk dalam perairan. Sinar matahari diperlukan oleh tumbuhan air untuk proses asimilasi dan merupakan sumber energy bagi kehidupan jasad hidup di perairan. Menurut Keputusan Men. LH. No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota, kecerahan yang diinginkan adalah lebih besar dari 5 m.

Menurut Sari dan Usman (2012), kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primerdalam suatu perairan.

Kecepatan ArusMenurut Angelier (2003) dalam Siahaan et. al., (2011), kecepatan arus

merupakan faktor pembatas kehadiran organism di dalam sungai. Kecepatan arus sungai berfluktuasi (0,09 - 1,40 m/detik) yang semakin melambat ke hilir. Faktor gravitasi, lebar sungai dan material yang dibawa oleh air sungai membuat kecepatan arus di hulu paling besar. Kecepatan arus sungai di hulu, tengah dan hilir berturut-turut yaitu 0,58 - 1,40 m/detik, 0,13 m/detik – 1,0 m/detik dan 0,09 - 0,27 m/detik.

Menurut Harahap (1999) dalam Aprisanti et. al., (2013), mengatakan bahwa kecepatan aliran air 3 macam. Yang pertama kecepatan air 0-25 cm/s tergolong kecepatan yang lambat, kecepatan aliran air 25-50 cm/det tergolong kecepatan yang sedang, kecepatan aliran air 50-100 cm/det tergolong kecepatan yang cepat, kecepatan aliran air > 100 cm/det tergolong kecepatan yang sangat cepat. Kecepatan arus ini diduga dapat mempengaruhi jenis-jenis perifiton dan fitoplankton yang hidup di dalamnya.

Hidayah (2003) dalam Trisnawaty et. al., (2013), menyatakan bahwa kecepatan arus dipengaruhi oleh kedalaman dan lebar sungai, arus akan semakin cepat bila perairan makin sempit dan dangkal. Kecepatan arus juga dapat mempengaruhi tekstur sedimen dimana pada arus yang kencang lebih didominasi oleh partikel yang kasar seperti pasir. Sedangkan untuk arus yang lambat didominasi oleh partikel lumpur yang lebih halus.

Menurut Purnawan et. al., 2012 dalam Trisnawaty et. al,. (2013), bahwa kecepatan arus mempengaruhi distribusi sebaran sedimen, dimana butiran sedimen yang lebih besar ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi. Sedangkan dimana butiran sedimen yang lebih kecil ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih rendah. Selain itu, kecepatan arus juga dapat mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya, biota yang hidup pada arus yang kuat akan berbeda dengan biota yang hidup pada arus yang lambat.

1.2.2 Parameter Kimia

Page 4: TIKET MASUK FIX.docx

Derajat Keasaman (pH)pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman

atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Pengukuran pH secara kasar dapat menggunakan kertas indicator pH dengan mengamati perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH meter (Noorulil,2010).

Menurut Effendi (2003) dalam Darmayanti et al. (2011), derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan.

pH (power of hidrogen) merupakan suatu derajat keasaman yang menunjukkan besarnya konsentrasi hidrogeh. Nilai pH perairan merupakan parameter yang dikaitkan dengan konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam ekosistem. Semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida, pH perairan semakin rendah Penurunan karbon dioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses respirasi oleh semua komponen ekosistem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983 dalam Izzati , 2010).

Menurut Odum (1996) dalam Herawati (2008) , pH atau derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan antar asam dan basa dalam perairan tersebut. Tingginya pH air ini kemungkinan terjadi karena adanya aktivitas organisme di dalamnya. Air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam air menjadi mineral- mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan fitoplankton.

Oksigen Terlarut (DO)Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk

respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara melalui proses difusi dan dari proses fotosintetis fitoplankton. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama kehidupan di laut dan indikator kesuburan perairan. Kadar oksigen terlarut diukur dengan menggunakan metode titrasi Winkler. Kadar oksigen terlarut berkisar 2,14–4,15 mg/l, oksigen terlarut menunjukkan kadar yang lebih tinggi di lapisan permukaan karena berhubungan dengan atmosfir dan proses ( simanjuntak, 2012).

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan

Page 5: TIKET MASUK FIX.docx

anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami. Nilai DO pada stasiun 1 sebesar 3,6 mg/l kemudian menurun pada stasiun 2 sebesar 3,2 mg/l dan semakin menurun pada stasiun 3 sebesar 2,9 mg/l. jika kadar oksigen terlarutnya > 5 mg/l maka sungai metero memiliki tingkat pencemaran tinggi (Salmin,2005 dalam Ali et al., 2013).

Oksigen yang terlarut/DO dalam air sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan organism akuatik. Sumber utama DO yaitu fotosintesis, konsentrasi DO (oksigen terlarut) yang dikemukakan. Klasifikasi kualitas air menurut (Miller,2007 dalam siahaan, 2012) yaitu: baik (8-9 mg/L), sedikit tercemar (6,7-8 mg/L), tercemar ringan (4,5-6,7 mg/L), tercemar berat (<4,5 mg/L) dan tercemar parah (<4 mg/L). Secara umum, DO berfluktuasi yang semakin menurun ke arah hilir. Kualitas air S.Cisadane dilihat dari DO pada musim kemarau lebih rendah daripada musim hujan. Kisaran DO pada musim kemarau dan hujan berturut-turut yaitu 3,5-6,3 dan 3,9 – 7,5 (siahaan et al., 2011)

DO adalah Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) yang dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000 dalam salmin,2005). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kisaran DO dengan tingkat pencemaran yaitu pencemaran rendah >5 ppm, sedang 0-5ppm, tinggi 0 ppm (wirosarjono, 1974 dalam salmin,2005)

Karbondioksida (CO2)Menurut Baharuddin (2009), karbondioksida yang terdapat di perairan berasal

dari berbagai sumber. Sumber-sumber karbondioksida yaitu sebagai berikut: difusi dari atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organic, respirasi tumbuhan hewan dan bakteri aerob maupun anaerob. Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut ke dalam uap air membentuk asam karbonat yang selanjutnya jatuh sebagai hujan. Sehingga air hujan selalu bersifat asam dengan nilai pH sekitar 5,6.

Menurut Susana (1988), karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan 2 atom oksigen (CO2), mudah larut dalam air dingin, tidak

berbau dan tidak berwarna. Karbon dioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam air laut. Karbon-dioksida yang terdapat dalam air laut umum-nya berasal dari udara melalui proses difusi. terbawa oleh air hujan.Selain itu karbondioksida juga berasal dari hasil proses respirasi mikroorganisme dan dari hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme.

Menurut Purba et al.(2010), kandungan karbondioksida di atmosfer sangat kecil yakni 0,03 %, sedangkan di perairan adalah 15 % dari semua gas-gas yang terlarut. Karbondioksida terabsorbsi dengan cepat dari udara ke perairan tetapi sangat lambat

Page 6: TIKET MASUK FIX.docx

dari perairan ke atmosfer. Hal ini disebabkan di perairan karbondioksida membentuk ikatan karbonat (CaCO3) yang digunakan oleh organisme akuatik untuk membentuk skeleton.

Menurut Apridayanti (2008), ketersediaan karbondioksida terlarut di air dapat bersumber dari air tanah, dekomposisi zat organik, respirasi organisme air, senyawa kimia dalam air maupun dari udara namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Tumbuhan akuatik, misalnya alga, lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat berperan sebagai sumber karbon. Namun di dalam kloroplas bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim karbonik anhydrase.

AlkalinitasAlkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas per-

buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak aiau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm. Untuk lingkungan budidaya ikan, alkalinitas yang cocok adalah antara 33 - 60 ppm (Edyanto, 2008).

Menurut Soeprobowati (2011), Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Total alkalinitas yang baik bagi kehidupan ikan dalam kolam adalah 20 ppm (mg/l setara CaCO3). Pada budidaya lobster, kisaran optimal yang baik adalah sekitar 20-300 ppm (mg/l CaCO3). Alkalinitas berperan sebagai sistem penyangga agar perubahan pH perairan tidak terlalu besar.

Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion air yang dapat menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan (Effendie, 2000 dalam Djokosetiyanto, 2005). Alkalinitas dapat juga digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan dimana nilai alkalinitas perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3. Alkalinitas yang optimal akan mampu menyangga perubahan pH perairan serta dapat mendukung laju pertumbuhan yang optimum.

Menurut Padmono (2007), alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga dalam daerah pH netral. Alkalinitas merupakan suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Perairan mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain itu, perairan dengan nilai alkalinitas 40 ppm juga masihdikategorikan baik bagi proses-proses biologi organisme perairan.

Page 7: TIKET MASUK FIX.docx

Amonium NitrogenAmonium nitrogena dalah suatu ion hasil hidrolisis amonia, dimana amonia

merupakan hasil hidrolisis dari urea yang ada dalam urin. Amonium adalah ion NH4+ yang bersifat tidak berwarna, berbau menyengat dan berbahaya bagi kesehatan (Hilaliyah, 2013). Kandungan rata-rata amonium lebih rendah dibandingkan dengan kandungan amoniak dalam baku mutu air laut untuk biota laut, yaitu 0,3 mg/L. Amonium nitrogen memiliki kandungan nitrat yang sanyat besar (Mirzan dan Pong-Masak, 2008)

Amonia nitrogen merupakan senyawa nitrogen yang berubah pada pH rendah. Amonia berasal dari limbah domestic dan limbah pakan ikan. Ammonia nitrogen di perairan waduk dapat berasal dari nitrogen organic dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari dekomposisi bahan limbah oleh mikroba pada kondisi anaerob (Sastrawijaya 2000 dalam Pujiatuti 2013).

Menurut Pratama (2011), ammonium nitrat merupakan salah satu senyawa yang kaya nitrogen. Pada kation ammonium, memiliki bilangan osidasi -3, dan yang lainnya ada pada anion nitrat memiliki bilangan oksidasi +5. Sebagaimana kita tahu, tanaman membutuhkan nitrogen dalam pertumbuhan dan perkembangannya tetapi tidak dapat mengekstraknya langsung dari atmosfer. Ammonium nitrat yang larut dalam air di tanah dapat diabsorb oleh akar tanaman dengan mudah.

Nitrat merupakan hasil oksidasi terakhir dari ammonium dan amoniak yang berasal dari limbah domestic. Hal ini dikarenakan letak lokasi perairan dekat dengan aktivitas penduduk maka buangan limbah domestic yang mengandung amoniak jelas akan menyebabkan jumlah nitrat menjadi lebih tinggi. Amonium nitrogen merupakan senyawa yang kaya akan nitrat (Yazwar, 2008).

OrthofosfatOrtofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat larut dalam air

dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman air. Penurunan konsentrasi ortofosfat terjadi dari hari 1 sampai hari 12 pada setiap perlakuan. Pada hari 12 sampai hari 15 pada masing-masing perlakuan terjadi kenaikkan kandungan ortofosfat yang disebabkan oleh dekomposisi dari sisa pupuk TSP yang belum terdekomposisi, sehingga meningkatkan kandungan ortofosfat didalam air (Komarawidjaja dan Dian, 2008).

Menurut Mackentum (1969), untuk pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan kandungan ortofosfat antara 0,09 – 1,80 mg/l dan 0,27 – 5,51 mg/l. Jika kandungannya kurang dari o,o2 mg/l maka akan jadi faktor pembatas. Ortofosfat unsur sangat penting yang dibutuhkan mikroorganisme untuk tumbuh.

Menurut Iyabu dan Duego (2013), bila kadar fosfat sangat rendah lebih kecil dari 0.001mg/l, pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang ini disebut oligotrop, dan bila Fosfat tinggi, pertumbuhannya tidak terbatas,

Page 8: TIKET MASUK FIX.docx

sehingga dapat menghabiskan Oksigen. Fosfat merupakan salah satu parameter untuk mendeteksi pencemaran air. ESI fosfat juga diharapkan dapat membantu petani dalam mendeteksi peredaran pupuk palsu.

Menurt Efendi (2003) dalam Shaleh et al.(2012), di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik yang terlarut (orthofosfat dan plifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat.Orthofosfat adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat dalam siklus fosfat. Orthofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam artofosfat adalah dalam bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan.

Total Organic Matter (TOM)Total Organic Matter (TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total

dalam suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid. Tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi kelimpahan organisme.Beberapa organisme tertentu tahan terhadap tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies tertentu dapat terjadi (Perdana et al.,2014).

Bahan organik terlarut total menggambarkan kandungan bahan organik total suatuperairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Kandungan organik yang terdapat di sedimen laut terdiri dari partikel – partikel yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan – potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut ataupun dari detritus organik daratan yang telah tertransportasi oleh berbagai media alam dan terendapkan di dasar laut dalam kurun waktu yang cukup lama. Secara umum, pendeposisian material organik karbon dan keadaannya (material yang bersumber dari cangkang dan karang) lebih banyak terdapat di daerah dekat pantai dan pada lingkungan laut lepas (Kohongia, 2002dalam Sari et al.,2014).

Kandungan bahan organik total di perairan dapat bervariasi antara 1-30 mg/l. Sedangkan nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat menunjukan adanya masukan akibat kegiatan manusia. Banyaknya bahan organik di perairan dapat menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut. Ini akan berbahaya bagi biota perairan, karena oksigen dibutuhkan mikroorganisme aerob untuk merubah bahan-bahan organik tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana (Vitner,1999).

Menurut Koesbiono (1981) kadar BOT air laut rata-rata rendah dan tidak melebihi 3 ppm, kemudian disebutkan bahwa bahan organik terlarut bukan hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber bahan organik essensial bagi organisme perairan. Perairan dengan kandungan BOT di atas 26 mg/L tergolong subur. Variasi kandungan BOT tersebut dapat mempengaruhi keragaman fitoplankton (Reid,1961 dalam Prizan,2008).

Page 9: TIKET MASUK FIX.docx

Nitrat NitrogenMenurut Hendrawati et al. (2007), nitrat adalah bentuk utama nitrogen di

perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Standar mutu kandungan nitrat pada perairan adalah 20 mg/l. Penentuan kadar nitrat dilakukan dengan metode spektrofotometer pada kisaran kadar 0,1 mg/L - 2,0 mg/L, menggunakan metode brusin dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm.

Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang larut dalam air. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran (Tatangindatu, 2013). Tingginya kadar nitrat dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dari pemupukan, kotoran hewan dan manusia. Parameter nitrat sangat penting untuk mengetahui kemampuan self purification suatu perairan.

Nitrat merupakan bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Senyawa ini merupakan salah satu senyawa penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan, akan tetapi pada konsentrasi tinggi nitrat dapat menstimulasi pertumbuhan alga yang tak terbatas. Menurut Effendi (2003) dalam Aprisanti et al. (2013), kandungan nilai nitrat yang menggambarkan bahwa kondisi tidak alami yaitu dengan nilai > 0,1 mg/l sedangkan kondisi pencemaran antropogenik dengan nilai > 5 mg/l.

Menurut Pujiastuti (2013), nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang terlarut dalam air. Pencemaran dari pemupukan, kotoran hewan dan manuia merupakan penyebaran tingginya kadar nitrat. Keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang dapat berasal dari indutri, bahan peledak, piroteknik dan pemupukan. Secara alamiah kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang diberi pupuk dan diberi nitrat/nitrogen (Alaerts 1987 dalam Yazwar 2008).

Berdasarkan definisi Maslebu (2013), nitrat merupakan ion negative (anion) yang secara alami bersumber dari “siklus nitrogen” di alam. Didalam nitrat biasanya terkonvensi menjadi nitrit dan keduanya terlarut dengan baik di dalam air. Sebagai anion nitrat dapat berkaitan dengan ion positif (kation) sehingga membentuk senyawa baru seperti kalium.

SalinitasSalinitas Merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air

laut. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahui penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Meadows et al,.

Page 10: TIKET MASUK FIX.docx

1988 dalam Haryono dan Badrus, 2007).

Salinitas adalah derajad konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Apabila Hasil pengukuran menunjukkan pada kisaran antara 34,4 – 36,3 ‰ dengan rata-rata 35,5 ‰ berarti perairan tersebut menunjukkan bahwa salinitas meningkat ke arah laut. Tingginya salinitas di area pengukuran pantai dan dekat muara sungai menunjukkan bahwa kecenderungan muara sungai tersebut termasuk dalam kategori estuaria negatif, yaitu interpensi air laut lebih besar dari pada air sungai( aditya dan lily, 2013)

Menurut Armita (2011), salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu. Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organism, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Secara umum salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 – 34 per mil.

Menurut Apriani dan Wesen (2009), salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (‰).Air payau adalah air yang salinitasnya lebih rendah dari pada salinitas rata-rata air laut normal (<35 permil) dan lebih tinggi dari pada 0,5 permil yang terjadi karena pencampuran antara air laut dengan air tawar baik secara alamiah maupun buatan.

1.3 SpektrofotometerSpektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara

relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.

Spektrofotometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi(Chandra,2011)

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.

Page 11: TIKET MASUK FIX.docx

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energy (Suharyanto,2011)

Page 12: TIKET MASUK FIX.docx

BAB II

METODOLOGI

2.3 Alat dan Bahan2.3.1 Parameter Fisika SuhuAlatThermometer Hg : untuk mengukur suhu perairanStopwatch : sebagai pengukur waktuBahanAir sampel : sebagai sampel yang akan diukur suhunyaTali : untuk mengikat dan memegang thermometer Hg

KecerahanAlatSecchi disk : untuk mengukur kecerahan suatu perairanPenggaris : untuk mengukur jarak antara D1 dan D2BahanKaret : sebagai penanda D1 dan D2Air sampel : sebagai sampel yang diukur kecerahannyaTali : untuk mengikat secchi disk

Kecepatan ArusAlatBotol 600 ml : untuk media pengukur kecepatan arusStopwatch : sebagai pengukur waktuBahanTali rafia : untuk mengikat botol 1 dan botol 2Air sampel : sebagai pemberat botol

2.3.2 Parameter Fisika

Derajat Keasaman

AlatKotak standart pH : untuk mencocokan warna pada pH paperStopwatch : sebagai pengukur waktuBahanpH paper : untuk mengukur pH suatu perairanAir sampel : sebagai sampel yang diukur pHnya

Oksigen Terlarut (DO)Alat: Botol DO : sebagai tempat untuk sampel yang akan diuji

DOnya Pipet tetes : untuk mengambil larutan MnSO4, NaOH+KI,

amylum H2SO4 dalam skala kecil

Page 13: TIKET MASUK FIX.docx

Buret : sebagai alat untuk titrasi dan wadah larutan titrasiStatif : sebagai penyangga buretCorong : memudahkan untuk memasukkan larutan pada

buretBahanMnSO4 : mengikat oksigen bebasNaOH+KI : membentuk endapan coklat melepas I2

Amylum : untuk pengkondisian basaH2SO4 : untuk pengkondisian asamNa2S2O3 : sebagai larutan titran menetralkan nilai I dan O

Karbondioksida (CO2)AlatBuret : untuk wadah larutan titrasiStatif : sebagai penyangga buretErlenmeyer : tempat larutan yang akan di ukur CO2nyaGelas ukur 100ml : untuk mengukur air sampel yang akan di gunakanCorong : untuk memasukkan larutan titrasi ke buretPipet testes : untuk membantu mengambil larutan PP dalam skala kecilBahanIndikator PP : indikator suasana basa dan indikator warna pinkNa2CO3 : sebagai titran dan mengikat CO2 bebas di perairanAir Sungai : sebagai sampel yang di ukur CO2nya

Alkalinitas Alat Gelas ukur : untuk mengukur sampel yang akan digunakan Pipet tetes : untuk mengambil larutan MO dan PP dalam skala kecilErlenmeyer : untuk tempat reaksiBuret : untuk tempat larutan titrasiStatif : sebagai penyangga buretCorong : untuk memasukkan larutan titrasi ke dalam buret

Bahan

MO (Methyl Orange) : indikator asam dan indikator warna orangePP : indikator warna pink dan pengkondisian basaHCl : sebagai larutan titran dan pengurai ion H+¿¿

Air sampel : sebagai sampel yang akan dihitung alkalinitasnya

Amonium NitrogenAlat :

Erlenmeyer : untuk tempat mereaksikan larutanSpertrofotometer : untuk menghitung kadar amoniak yang terkandung

dalam airRak cuvet : untuk tempat cuvet

Page 14: TIKET MASUK FIX.docx

Cuvet : sebagai larutan untuk pembandingBeaker glass : untuk wadah larutan sementaraGelas ukur 100 ml : untuk mengukur sampel yang akan digunakanPipet tetes : untuk mengambil larutan MO dan PP dalam skala

kecilBahan

Air sampel : sebagai sampel yang akan dihitung amonianyaNessler : untuk mengikat amoniak dan indikator warna

kuningLarutan blanko : sebagai larutan kalibrasiKertas saring : untuk menyaring air sampelKertas label : untuk menandai

Orthophospat Alat

Cuvet : sebagai larutan untuk pembandingGelas ukur : untuk mengukur sampel yang akan digunakanRak cuvet : untuk tempat cuvetErlenmeyer : untuk tempat mereaksikan larutanCorong : untuk memasukkan larutan titrasi ke dalam buretPipet tetes : untuk mengambil amonium molybdate dan SnCl2

dalam skala kecilSpektofotometer : untuk mengukur panjang gelombang fosfatBeaker glass : untuk mereaksikan larutan

Bahan : Amonium molybdate : mengikat fosfat diperairan menjadi amonium

fosfomolybdateSnCl2 : Indikator warna biruAir sampel : air yang akan diamati kandungan fosfatnyaLarutan Blanko : sebagai larutan pembanding

Total Organic Matter (TOM)Alat Statif : sebagai penyangga buretBuret : sebagai wadah larutan titranGelas ukur : sebagai wadah untuk mengukur air sampelHot plate : untuk memanaskan air di dalam beaker glassLabu erlenmeyer : sebagai wadah reaksi atau wadah untuk

menghomogenkan larutanThermometer : untuk mengukur suhu larutanPipet tetes : untuk mengambil larutan Na-Oxalate dalam skala kecilPipet volume : untuk mengambil larutan H2SO4 dalam

skala besar (1-10ml)Bola hisap : untuk membantu kinerja pipet volume

Page 15: TIKET MASUK FIX.docx

Spektofotometer : untuk mengukur kadang TOM berdasarkan panjang gelombang

Bahan Air sampel : sebagai sampel yang akan diukur nilai TOMnyaKMNO4 0,1 N : sebagai bahan organik dan oksidator serta larutan titranH2SO4 : untuk mempercepat reaksi dan pengoksidasian asamNa-Oxalate : sebagai reduktorAquades : sebagai kalibrator dan faktor nilai y

Nitrat Nitrogen Alat Hot plate : untuk memanaskan pada cawan porselen

hingga terbentuk kerakGelas ukur : untuk mengukur air sampel yang akan digunakanBeaker glass : untuk menghomogenkan atau mereaksikan larutanSpatula : untuk menghomogenkan larutanCawan porselen : sebagai wadah sampel yang dipanaskan

hingga terbentuk kerakPipet tetes : untuk mengambil larutan asam fenol

isulfonik dalam skala kecilCuvet : sebagai wadah larutan yang akan dibandingkanRak cuvet : sebagai wadah peletakan cuvet

Bahan Air sampel : sebagai sampel yang akan diukur nilai nitrat nitrogennyaAsam fenol disulfonik

: untuk melarutkan kerak nitrat

NH4OH : sebagai indikator warna kuning, penyumpai ion H+ dan pelarut lemak

Aquades : untuk mengencerkan larutanTissue : untuk membersihkan alat – alat yang digunakanKertas saringan : untuk menyaring air sampelLarutan blangko : sebagai larutan pembandingKertas label : untuk menandai larutanKerak nitrat : sebagai bahan yang akan diukur kandungan nitratnya

Salinitas Alat Refraktometer : untuk menghitung kadar garam atau salinitas

secara modernSalinometer : untuk menghitung salinitas secara konvensionalWashing bottle : sebagai wadah aquadesPipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecilBotol air mineral : sebagai wadah air sampel

Page 16: TIKET MASUK FIX.docx

Bahan Air sampel : sebagai bahan yang akan diukur kadar garam

atau salinitasnyaAquades : sebagai kalibratorTissue : untuk membersihkan kaca prisma yang telah dikalibrasi

Page 17: TIKET MASUK FIX.docx

NB :

BAB 3 Dikerjakan PADA SAAT PRAKTIKUM DI SUMBER PASIR.

BAB 3 Sebenarnya Dikerjakan Dengan Acuan Jurnal Dan Buku Yang Telah Kalian Bawa. Dan SIFAT-Nya TIDAK DIKOORDINIR Angkatan.

Namun , UNTUK BERJAGA-JAGA Jika Literatur Pembanding Tidak Dapat Ditemukan Pada Jurnal Dan Buku Yang Kalian Bawa. Maka salah satu alternatif Nya Adalah Kalian Memakai Literatur Pembading Dibawah Ini.

INGAT, Literatur dibawah ini hanya dipakai JIKA kalian tidak menemukan literatur pembanding yang kalian butuhkan pada JURNAL dan BUKU yang telah kalian bawa.

MENGAPA DEMIKIAN? Karena Literatur dibawah ini sifat nya hanya sebagai pembantu kalian ketika sudah dalam kondisi tidak dapat menemukan LITERATUR PEMBANDING saja. Dan LITERATUR PADA BAB 3 ini tidak memiliki bukti literatur karena ditulis dari acuan laporan kakak tingkat.

Terimakasih.

BAB 3

3.3 Analisa Tiap Parameter

3.3.1 Parameter Fisika

SUHU

Menurut Kordi dan Tanjung 2010, pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi oleh suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis antara 28-32°C. Pada suhu 18-25°C ikan masih bertahan hidup dan pada suhu air 12-18°C sangat berbahaya bagi ikan. Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung. Melalui pengaruhnya terhadap kelarutan O2 dalam air.

KECEPATAN ARUS

Hal ini sesuai dengan pendapat Barrus (2002), yang menyatakan bahwa mulai dari hulu menuju hilir akan mengalami peningkatan volume aliran air, sementara kecepatan arus menurun dan semakin lambat pada aliran air yang mendekati hilir.

Kecerahan Dikatakan oleh puji astutu et al., (2013) kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan tersuspensi zat-zat terlarut partikel-partikel dan warna air.

Page 18: TIKET MASUK FIX.docx

3.3.2 Parameter Kimia pH

menurut Effendi (2013), secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan pH=7 adalah netral, pH<7 bersifat asam sedangkan pH>7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa.

Karbondioksida (CO2) Sumber karbon utama di bumi adalah atmosfer dan perairan diubah menjadi karbon organic melalui proses fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup (Effendi, 2003)

Oksigen terlarut (DO) Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 mg/L dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organism (Suingle, 1968 dalam Salmin, 2005)

Alkalinitas Menurut Andayani (2005), total alkalinitas untuk periaran alami berkisar kurang dari 5 mg/L sampai lebih dari 500 mg/L. perairan dengan total alaklinitas yang tinggi telah berikatan dengan endapan batu kapur tanah.

Ammonium Nitrogen Menurut jangkaru (1996) dalam Linggawati dan Saptono (2013), kaar ammonia yang melebihi 0,2 mg/L bersifat racun bagi beberapa jenis ikan. Selain itu, kadar ammonia yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organic yang berasal dari limbah domestic dan limbah pupuk pertanian.

TOM Menurut Effendi (2003), KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organic, yang dikenal sebagai TOM.

OrtofosfatHal ini sesuai dengan sesuai denga pernyataan Andayani (2005), bahwa konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah, yang biasanya tidak lebih dari 5-20 mg/L dan jarang melebihi 1000mg/L. eskipun fosfor merupakan unsur minor dalam air, manfaat biologisnya dapat dipertimbangan dan biasanya fosfor merupakan elemen yang seringkali membatasi produktivitas dalam ekosistem air.

Nitrat Nitrogen

Page 19: TIKET MASUK FIX.docx

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hendrawati et,al., (2013), penentuan kadar nitrat dilakukan dengan metode spektofotometer. Pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai spektrofotometer pada panjang gelomang 410nm.

Nitrat Nitrogen

Menurut Sofian (2011) menyatakan bahwa nitrat sangat sering ditemukan di perairan dalam konsentrasi antara 1-10 mg/L. Konsentrasi yang lebih tinggi sering kalinn menunjukkan adanya pengaruh kandungan nitrogen yang ada dalam pupuk.

Salinitas Hal ini sesuai dengan Effendi (2003) bahwa nilai salinitas periaran tawar biasanya kurang dari 0,5 ppt, periran payau 0,5-30 ppt, perairan laut 30-40 ppt.

3.4 Tipe Golongan Air

Menurut Barrus (2002), bahwa peraturan pemerintah nomer 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air menetapkan kriteria kualitas air yang dapat diterima untuk serangkaian kategori penggunaan.

- Tipe A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa diolah dahulu.

- Tipe B : air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum.

- Tipe C : air yang dapat digunakan untuk perikanan dan peternakan.

- Tipe D : air yang dapat digunakan untuk pertanian, industri, dan PLTA.

3.5 Faktor biologi

Menurut Tjokrokusumo (2000) dalam Kumara widjaja (2005), invertebrate perairan dapat digolongkan menurut klasifikasinya yaitu zooplankton nekton dan benthos. Hewan makro invertebrate yang termasuk zooplankton adalah crustacean keci yang merupakan perenang pasif. Sebaliknya, kutu dan kumbang air sebagai perenang aktif termasuk kelompok nekton. Sedangakan benthos adalah hewan invertebrate yang hidup di dasar perairan seperti siput, kerang dan cacing.

Page 20: TIKET MASUK FIX.docx

Penulisan daftar pustaka tidak diwajibkan untuk ditulis karena tidak ada kolom untuk penulisan daftar pustaka pada lembar kerja praktimum. Untuk berjaga-jaga jika ada asisten yang meminta daftar pustaka, maka kami juga membuat daftar pusta juga.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Baharuddin.2009.Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara:Medan.

Ali, azwar.,Seomarno dan Mangku Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari.13( 2).265-274.

Aliza, D., Winaruddin, dan Luky W. S. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria 7(2).142-145.

Apriani, R.Sdan P. Wesen. 2009. Penurunan Salinitas Air Payau Dengan Menggunakan Resin Penukar Ion. Program Studi Teknik Lingkungan. Universitas Pembangunan Nasional: Surabaya.

Aprisanti, R., Mulyadi, A., Siregar, SH. 2013. Struktur Komunitas Diatom Epilitik Perairan Sungai Senapelan Dan Sungai Sail Kota Pekanbaru.7 (2).

.Apridayanti, Eka.2008.Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur.Tesis Universitas Diponegoro:Semarang.

Aprisanti, Rizka., Aras Mulyadi., Sofyan Husein Siregar. 2013. Struktur Komunitas Diatom Epilitik Perairan Sungai Senapelan dan Sungai Sail, Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 7(2). Universitas Riau: Pekanbaru

Ardianor dan Sulmin Gumiri. 2006. Tinjauan Limnologi Perairan Tawar Kalimantan Tengah Journal of Tropical Fisheries, Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian, Universitas Palangka Raya (UNPAR).

Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah Budidaya Rumput Laut Dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Page 21: TIKET MASUK FIX.docx

Charles E. 1980. Limnology Lacture Notes. The Ohio State University Center for Lake Erie Area Research. Columbus, Ohio. No 194.

Darmayanti,Lita . , Yohanna dan Josua . 2011 . Pengaruh Penambahan Media Pada Sumur Resapan Dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Rumah Tangga. Jurusan Teknik Sipil :Universitas Riau.

Djokosetiyanto, D., R. K. Dongoran dan E., Supriyono. 2005. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius Sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 53–56. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Elfinurfajri, Feridian. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton Serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Frandy, Yuki Hana Eka. 2009. Dinamixa Komunitas Plankton dan Potensinya sebagai Pakan Alami di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C. V.). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Hendrawati., Tri Heru Prihadi., Nuni Nurbani Rohmah. 2007. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Herawati, Vivi Endar . 2008 . Analisis Kesesuaian Perairan Segara AnakannKabupaten Cilacap Sebagai Lahan Budidaya Kerang Totok (Polymesoda Erosa) Ditinjau Dari Aspek Produktifitas Primer Menggunakan Penginderaan Jauh . Tesis Manajemen Sumberdaya Pantai . UNDIP Semarang.

Hilaliyah, S. N. 2013. Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat: No3- Dan Amonium: Nh4+) Dalam Tanah Pertanian Dengan Tiga Ekstraktan. Universitas Jember: Jember.

Huboyo, H. Setiyo dan Badrus Zaman. 2007. Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas Air Limbah PLTU-PLTGU Berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi Kasus : PLTU-PLTGU Tambak Lorok Semarang). Jurnal Presipitasi 3(2): 40-45.

Irawan, aditya dan Lily Inderia S. 2013. Karakteristik Distribusi Horozontal Parameter Fisika-Kimia Perairan Permukaan Di Pesisir Bagian Timur Balikpapan. FPIK Universitas Mulawarman. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18( 2) : Samarinda.

Page 22: TIKET MASUK FIX.docx

Iyabu, H., dan Duengo, S. 2013. Pengaruh Penambahan KH2PO4 Pada Pembuatan Elektroda Selektif Ion Fosfat sebagai Pengganti Metode Spektrofotometri Dalam Penentuan Fosfat. Pendidikan Kimia Universitas Negeri Gorontalo.

Izzati , Munifatul . 2010 . Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan pH Perairan Tambak setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophyllum dan Ekstraknya. Jurusan Biologi FMIPA.UNDIP.

Komarawidjaja, W., dan Dian A. K,. 2008. Tingkat Filtrasi Rumput Laut (Gracilaria Sp) Terhadap Kandungan Ortofosfat (P2 O5). Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT. Institut Pertanian Bogor.

Mackentum, K.M. 1969. The Practice of Water Pollution Biology United States Departement of Interior, Federal Water Pollution Control Administration, Division of Technical Support. 411p.

Noourulil,Bayu dan Ratna Adil . 2010. Rancang Bangun Model Mekanik Alat untuk Mengukur Kadar Keasaman Susu Cair, Sari Buah dan Soft Drink . Jurusan Teknik Elektronika .PENS.Surabaya.

Padmon , Djoko. 2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity) dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.8 No.2 Hal.119-127. Pusat Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian Penerapan Teknologi.

Perdana,Tio.,Winny Retna Melani dan Andi Zulfikar.2014.Kajian Kandungan Bahan Organik Terhadap Kelimpahan Keong Bakau Di Perairan Teluk riau Tanjung Pinang. Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP UMRAH.

Petre Gastescu, 2009. Limnology, Lake Basins, Lake Waters. Hyperion University of Bucharest, Department of Geography Bucharest, Romania.

Pirzan,Andi Marsabuana dan Petrus Rani Ponh Masak.2008.Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air Di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Surakarta.

Pratama,Indra Yudha.2012.Amonium nitrat. Enlighten the World with Chemistry.Purba, Noir P. dan Alexander M.A. Khan.2010.Karakteristik Fisika-Kimia

Perairan Pantai Dumai Pada Musim Peralihan.Jurnal Akuatika. I (1):69-83.

Rakhmanda, A. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan (1): 1-7.

Riyadi, Agung. Lestario Widodo. Kusno Wibowo. 2005. Kajian Kualitas Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya untuk Budidaya Laut. Jurnal Teknik Lingkungan. P3TL-BPPT.6.(3): 497-501.

Page 23: TIKET MASUK FIX.docx

Saleh, Rahmat Fuquh, Ikan Fitria Hasibuan. Lalu Panji I.A, Nualim Pasisingi, Maizah Sharfina, Perdana Putra Kelana, Silviatun Nur Khasana, Tri Ernawati.2012.Laporan Praktikum Produktivitas Perairan.Intitut Pertanian Bogor :Bogor.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana.21(3): 21 – 26.

Sari,Tiara Asmika.,Warsito Atmodjo dan Rina Zuraida.2014.Studi Bahan Organik Total (BOT) Sedimen Dasar Laut Di Perairan Nabire, Teluk Cendrawasih, Papua.Semarang.Jurnal Oseanografi. 3(1): 81-86.

Sari, T Ersti Yulika. Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(1): 88-100. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau : Riau.

Siahaan, R., Indrawan, A., Soedharma, D., dan Prasetyo, L. B. 2011. Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten.11( 2).

Simanjuntak, Marojahan. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau dari Aspek Zat Hara, Oksigen Terlarut dan Ph Di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis .4(2):Bogor

Sofarini, Dini. 2011. Karakteristik Fisik-Kimia Kualitas Air pada Lahan Bekas Tambang Bahan Galian Golongan C di Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru. Jurnal EnviroScienteae 7: 6-11.

Soeprobowati , Tri Retnaningsih. 2011. Kajian Perubahan Ekosistem Danau Rawapening Menggunakan Diatom sebagai Bioindikator. Jurusan Biologi Universitas Diponegoro.

Susana, Tjutju.1988.Karbon Dioksida.Balai Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI.Oseana, Vol. XIII, (1 )hal:1 – 11.

Tatangindatu, Frits Ockstan Kalesaran., Robert Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan.1(2) .8-19.

Trisnawaty, F.N., Emiyarti ., dan Afu, L. O. A,. 2013. Hubungan Kadar Logam Berat Merkuri (Hg) pada Sedimen dengan Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Tahi Ite Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bomban. Vol. 03 Hal. 68 – 80.

Vitner,Yon.1999.Kandungan Bahan Organik Dan Indeks Kualitas Air Di Waduk Ir. H. Juanda, Puwakarta, Barat. Bogor.


Top Related