Transcript

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSetiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha.1Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi. Lebih mungkin terjadi pada wanita yang mempunyai saudara satu generasi di atasnya yang mengalami dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran.1Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia sekitar 64,25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.2Penyebab dismenore primer yaitu peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh pembuluh darah dan penurunan aliran darah) sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan nekrosis pada sel sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenore sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ dalam perut, pemakaian IUD.2Angka kejadian dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas karena nyerinya.2Dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan, kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual dan tidak pernah melahirkan juga dialami oleh wanita yang dalam keluarga mempunyai riwayat dismenore. Olahraga dapat mengurangi nyeri dismenore dan dapat segera menghilang setelah perkawinan dan jarang menetap setelah melahirkan.1,2Status gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Pada wanita yang memilki kelebihan berat badan terjadi hyperplasia pembuluh darah pada organ reproduksi sehingga dapat mengakibatkan dismenore. Selain itu, menurut Jeffcoate wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari normal memiliki kadar prostaglandin yang tinggi dapat memicu terjadinya dismenore. Namun di sisi lain ternyata seseorang dengan underweight juga dapat mengalami dismenore primer.2Studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Islam Al-Hikmah Jepara pada bulan April 2011, pada 20 responden ditemukan 15 remaja putri yang mengalami dismenore dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal, dan 13 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang tidak mengalami dismenore dengan status gizi kurang. Hal ini menunjukkan bahwa antara teori dan kenyataan yang ada di lahan berbeda, karena sesuai teori status gizi yang kurang akan mempengaruhi pada gangguan haid, sedangkan dari studi pendahuluan di dapatkan remaja putri yang tidak mengalami dismenore, status gizinya kurang. Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Hubungan status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

1.2 Rumusan MasalahApakah ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia ?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui hubungan status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui status gizi mahasiswi di lingkup Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia2. Mengetahui tingkat kejadian dismenore mahasiswi di lingkup Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia3. Menganalisa hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi di lingkup Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi PenelitiDapat menambah wawasan peneliti baik dari segi pengetahuan maupun dalam melatih pemikiran ilmiah1.4.2 Bagi AkademikDapat dijadikan referensi atau contoh dalam melakukan penelitian ke depannya

1.4.3 Bagi RespondenDapat dijadikan bahan masukan bagi responden mengenai status gizi dan dismenore

1.5 HipotesisH0 = Tidak ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primerHa = Ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih.3Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan gizi lainnya.4 Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang.5

2.1.2 Pengukuran Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.6 Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penilaian Langsunga. AntropometriAntropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umunya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang.7 Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat zat gizi yang spesifik.8b. KlinisPemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid).6c. BiokimiaPermeriksaan biokimia disebut juga acara laboratorium. Pemeriksaan biokimia yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsy sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik. Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji fungsional.9d. BiofisikPemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jarringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja.72. Penilaian Tidak Langsunga. Survei Konsumsi MakananSurvei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.9

b. Statistik VitalStatistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data data mengenai statistik yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.6c. Faktor EkologiPenilaian staus gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi.7

2.1.3 Indeks AntropometriIndeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah indeks massa tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index.7IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun.Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari:1. Berat BadanBerat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan.82. Tinggi BadanTinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang).6a. Cara Mengukur Indeks Massa TubuhIndeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.8Berat Badan (kg)IMT = Tinggi Badan (m)2

b. Kategori Indeks Massa TubuhUntuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada tabel berikut yang merupakan ambang batas IMT yang telah ditetapkan oleh WHO.Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik 8Klasifikasi Obesitas

KlasifikasiIMT

UnderweightNormalOverweightBeresiko Obese IObese II23,023,0-24,925,0-29,9>30,0

2.1.4 Masalah Gizi KurangMasalah status gizi berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik ataupun status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.3Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh.3Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurunnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadi gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi.10Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan perilaku belum sadar akan status gizi. Contohnya masalah kekurangan gizi, antara lain KEP (Kekurangan Energi Protein), GAKI (gangguan Akibat Kekurangan Iodium), Anemia Gizi Besi (AGB).5

2.1.5 Masalah Gizi LebihStatus gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Ada yang menyebutkan bahwa masalah gizi lebih identik dengan kegemukan. Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak lagi.11Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah >23,0 kg/m2, sedangkan obesitas adalah >25,0 kg/m2. Kegemukan (obesitas) dapat terjadi mulai dari masa bayi, anak anak sampai pada usia dewasa. Kegemukan pada masa bayi terjadi karena adanya penimbunan lemak selama dua tahun pertama kehidupan bayi. Bayi yang menderita kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan mengalami kegemukan pula. Kegemukan pada masa kanak kanak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahun sampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah mengalami kegemukan dari masa kanak kanak.12

2.1.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi1. UmurKebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin dan tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik.52. Frekuensi MakanFrekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Hui (1985), sebagian besar remaja melewatkan satu atau lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah waktu makan yang paling banyak dilewatkan, disusul oleh makan siang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang malas untuk sarapan, antara lain mereka sedang dalam keadaan terburu buru, menghemat waktu, tidak lapar, menjaga berat badan dan tisak tersedianya makanan yang akan dimakan. Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat gizi lainnya.13Pada bangsa bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari lebih banyak orang yang gemuk dibandingkan dengan frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan sering dengan jumlah yang sedikit lebih baik daripada jarang makan tetapi sekali makan dalam jumlah yang banyak.123. Asupan EnergiEnergi merupakan asupan utama yang sangat diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik.124. Asupan ProteinProtein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel sel dan jaringan tubuh.3 Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme mengatur keseimbangan air dan mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan dan infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan protein seseorang.5Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati berasal dari tempe, tahu dan kacang kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Anjuran asupan protein berkisar antara 10-15% dari total energi.155. Asupan KarbohidratKarbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia yang dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif murah. Sumber karbohidrat berasal dari padi padian atau serelia, umbi umbian, kacang kacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi, jangung, talas dan sagu.3Karbohidrat menghasilkan 4 kkal/gram. Angka kecukupan karbohidrat sebesar 50-65% dari total energi. WHO (1990) menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang tidak mencukupi di dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap berfungsi sebagai zat pembangun.36. Asupan LemakLemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol. Dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi terhadap kesehatan tubuh manusia.15 Konsumsi lemak paling sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9 kkal/gram. Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan tubuh manusia. Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan mengurangi konsumsi makanan lain. Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 25% dari total energi dalam makanan sehari-hari. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya berasal dari mentega, margarin dan lemak hewan.14

7. Tingkat PendidikanPendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang tinggi dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya masalah yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan.5Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah dalam menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan.15Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan status gizi seseorang. Pada umumnya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga masih rendah (tamat SD dan tamat SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan pengetahuan yang rendah, karena dengan pendidikan rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima infomasi mengenai hal-hal baru di lingkungan sekitar, misalnya pengetahuan gizi. Pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh dapat dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka lakukan.8. PendapatanPendapatan merupakan salah sau faktor yang mempengaruhi status gizi. Pembantu rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan) yang masih di bawah UMR.16 Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang.5Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya.5Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan perubahan dalam sususnan makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah sejalan dengan berubahnya pendapatan seseorang.17 Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu kemakmuran. Orang yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk berkehidupan serba mewah. Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah membeli makanan yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh dapat mengakibatkan kegemukan.129. Pengetahuan Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya akan gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan hanya sebatas tamat SD, tentu memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya tamat SMA atau Sarjana. Tetapi sebaliknya, seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi sekalipun belum tentu memiliki pengetahuan gizi yang cukup jika ia jarang mendapatkan informasi mengenai gizi, baik melalui media iklan, penyuluhan dan lain sebgaianya. Tetapi, perlu diingat bahwa serendah rendahnya tingkat pendidikan seseorang juga turut menentukan mudahnya tidaknya orang tersebut dalam menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan hal ini, kita dapat menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat dari segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil tindakan secepatnya.5Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yanag diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat.16

2.2 Dismenore Primer2.2.1 Pengertian Dismenore PrimerDismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer merupakan nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.17

2.2.2 EpidemiologiDismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan.1Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore. Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka.2Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari.2Kejadian dismenore di dunia sangat besar. Berbagai penelitian di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa angka kejadian dismenore cukup tinggi, yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 5-10% dari mereka mengalami dismenore yang sangat berat dan meninggalkan kegiatan mereka 1-3 hari dalam sebulan. 2

2.2.3 EtiologiBanyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:17a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

2.2.4 Gejala KlinisDismenore merupakan nyeri siklis pada panggul atau abdomen bagian bawah nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian depan, terjadi sebelum atau selama periode haid. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncak dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih.1Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mulai berkurang pada hari kedua, dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda, umumnya terjadi pada wanita nulipara, kasus ini kerap menurun signifkasi setelah kelahiran anak, lebih sering terjadi pada wanita obesitas. Gejala-gejalanya kram pada perut bagian bawah terutama selama 2 hari pertama haid, dan yang bisa menjalar ke punggung. Rasa mual, muntah, diare, lesu, dan sakit kepala adalah gejala-gejala yang menyertainya.1,2

2.2.5 Derajat Nyeri DismenoreNyeri yang dirasakan pada dismenore dapat diderajatkan menjadi :180 : Tidak dismenore1 : Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat namun jika obat dikonsumsi maka dapat efektif untuk mengurangi nyeri2 : Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu, membutuhkan obat dan obat tersebut sering efektif dalam mengurangi nyeri jika dikonsumsi3 : Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat namun obat tersebut jarang efektif dalam mengurangi nyeri

2.2.6 Faktor Resiko Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah :1. Siklus menstruasi ovulasiDismenore primer hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik. Karena setelah terjadinya ovulasi, maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus luteum, sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka kadar estrogen dan progesteron di sirkulasi akan menurun drastis. Penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium itu juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih maka akan memicu dismenore.182. Riwayat Ibu atau saudara perempuan kandung yang mengalami dismenore primerAdanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya dismenore primer yang berat.183. Usia menarche kurang dari 12 tahunTerdapatnya hubungan antara usia menarche terhadap kejadian dismenore primer dikarenakan saat menarche terjadi lebih awal dari normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit saat menstruasi.184. Adanya depresi atau anxietasRisiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stress sebelumnya.185. Merokok dan meminum alkoholPengaruh rokok terhadap dismenore primer masih dalam perdebatan, dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari dismenore primer.186. Seseorang dengan overweight, obese, ataupun underweightKelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasia pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer. Status gizi underweight dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, menderita suatu penyakit, adanya perilaku yang salah, ataupun karena ketergantungan obat dan alkohol. Karena asupan makanan yang kurang dikhawatirkan asupan dari zat besi juga akan kurang, maka dapat tejadi anemia. Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat menyebabkan dismenore.182.2.7 Patofisiologi

Gambar 2.2 Patofisiologi Dismenore19

2.2.8 Penatalaksanaan1. Penerangan dan nasihatPerlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.172. Pemberian obat analgesikDewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan isrirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.173. Terapi hormonalTujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.17,194. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandinMemegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Termasuk di sini indometasin, ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.17,195. Dilatasi kanalis servikalisDapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.172.3 Kerangka TeoriProstatglandin kontraksi endometriumSiklus menstruasi ovulasi

GenetikRiwayat keluarga

Dismenore PrimerSempitnya leher rahimMenache 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenore primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenore primer yaitu sebanyak 2 responden (1,9%).2Sehingga hasil analisis statistik dengan uji chi square untuk hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswa FK UMI didapatkan nilai p value (0,165 > 0,05) didapatkan H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012 dan 2013 di FK UMI.

5.3 Keterbatasan PenelitianAdapun keterbatasan-keterbatasan yang peneliti alami selama berjalannya penelitian adalah kurang validnya data yang diperoleh karena pengukuran tinggi badan dan berat badan tidak dilakukan secara langsung. Selain itu, pada penelitian ini faktor yang diteliti hanya status gizi, sementara untuk kasus dismenore primer yang lebih berperan adalah hormon.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia maka dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Dari 321 subjek penelitian, jumlah mahasiswi yang memiliki status gizi kurang adalah 19%, jumlah mahasiswi yang memiliki status gizi normal adalah 56,1%, dan jumlah mahasiswi yang memiliki status gizi lebih adalah 24,9%.2. Jumlah mahasiswa yang mengalami dismenore primer adalah 76,9% dan yang tidak mengalami dismenore primer adalah 23,1%.3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

6.2 Saran1. Diharapkan kepada mahasiswi agar rajin berolahraga karena dapat menurunkan kadar prostaglandin dan mengeluarkan hormon endorphin yang dapat mengurangi rasa nyeri serta menjaga berat badan normal karena berat badan yang kurang dan lebih merupakan faktor risiko dari dismenore.2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan para mahasiswa tentang kejadian dismenore dengan menjadi bahan tambahan kepustakaan sehingga dapat dilakukan upaya pengembangan penelitian selanjutnya.3. Agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka dan sebagai salah satu literatur mahasiswi dalam melakukan penelitian selanjutnya.4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan kejadian dismenore.

DAFTAR PUSTAKA1. Suliawati, Gidul. 2013. Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian Dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 20132. Mulastin, 2014. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2005. 4. Nix, S. Williams. Basic Nutrition & Diet Theraphy. Edisi 12. USA: Elseiver Mosby, 2005.5. Apriadji, WH. Gizi keluarga Seri Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 2008.6. Hartriyanti, Y & Triyanti. Penilaian Status Gizi. Dalam Syafiq, A. et all,. Jakarta: Raja Grafindo, 2007.7. Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC,2001.8. Gibson, R.S. Principles of Nutritional Assesment. Edisi 2. UK: Oxford University Press, 20059. Baliwati, Y. F. Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya, 2004. Hal:89

10. Jalal, F. dan Atmojo, S. Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII Untuk Mendukung Pengembangan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI. Jakarta: LIPI, 200811. Soerjodibroto, Walujo. Food Combining Cocok Untuk Berbadan Gemuk. Jakarta: Sehat Plus Desember, 200312. Suyono,S.Hubungan Timbal Balik antara Kegemukan dengan berbagai Penyakit. Jakarta: Penyakit.Fakultas Kedokteran UI, 200813. Brown. Nutrition Through The Life Cycle. Edisi 2. USA: Wadsworth, 200514. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 200415. Gunanti, I. R. 2005. Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Pembantu Rumah Tangga (PRT) dalam Pengasuhan Anak serta Hubungannya dengan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun, dari www.adln.lib.unair.ac.id 16. Suhardjo., dan Clara M.K. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius, 200917. Wiknjosastro, Hanifa dkk. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007

18. Batubara, 2013. Hubungan status gizi dan usia menarche dengan dismenore primer19. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Media Aesculapius : Jakarta. 2001

31


Top Related