Transcript

Resume Teori Komunikasi

Oleh :Bobby Patria Ginting(1264190159)

Universitas Persada IndonesiaFakultas Komunikasi Public Relation2013

Teori Komunikasi Simbolik ( Symbolic Interaction Theory SI )A. Tema dan Asumsi Teori Interaksi SimbolikRalph LaRossa dan Donald C.Reitzes (1993) telah mempelajari teori interaksi simbolik yang berhubungan dengan kajian mengenai keluarga. Mereka mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasari SI dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar : Pentingnya makna bagi perilaku manusia Pentingnya konsep mengenai diri Hubungan antara individu dengan masyarakat1. Pentingnya Makna bagi Perilaku ManusiaTeori komunikasi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun.dinutuhkan konstruksi interpretif di antara orang-orang untuk menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi menurut SI, adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting karena tanpa makna yangsama, berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin. Menurut LaRossa dan Reitxes, tema ini mengandung tiga asumsi SI yang diambil dari karya Herbert Blumer (1969). Asumsi-asumsi ini adalah sebagai berikut : Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia Makna dimodifikasi melalui proses interpretifa. Manusia Bertindak terhadap Manusia Lainnya Berdasarkan Makna yang Diberikan Orang Lain kepada MerekaAsumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suati rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut. b. Makna Diciptakan dalam Interaksi AntarmanusiaMead menekankan dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, menurut mead, hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai symbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi. Blumer (1969) menjelaskan bahwa terdapat tiga cara untuk menjelaskan asal sebuat makna. Satu pendekatan mengatakan bahwa makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda. Pendekatan kedua terhadap asal-usul makna melihat makna itu dibawa kepada benda oleh seseorang bagi siapa benda itu bermakna (Blumer, 1969, hal. 4). Pendekatan ketiga terhadap makna, melihat makna sebagai sesuatu yang terjadi diantara orang-orang. Makna adalah produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi (Blummer, 1969, hal. 5).

c. Makna Dimodifikasi melalui Proses InterpretifBlumer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah. Pertama, para pelaku menentukan benda-benda yang menpunyai makna. Langkah kedua melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan transformasi makna di dalam konteks dimana mereka berada.

2. Pentingnya Konsep DiriKonsep diri ( self-concept), atau seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Karakteristik yang diakui oleh roger tentang ciri-ciri fisiknya, talenta, peranan, keadaan emosi, nilai, keterampilan dan keterbatasan sosial, intelektualitas, dan seterusnya membentuk konsep dirinya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan menurut LaRossa dan Reitzes (1993) . Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku.a. Individu Mengembangkan Konsep Diri melalui Interaksi dengan Orang LainAsumsi ini menyatakan bahwa kita membangun perasaan akan diri ( sense of self) tidak selamanya melalu kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri; mereka belajar tentang diri melalui interaksi.b. Konsep Diri Memberikan Motif Penting untuk PerilakuPemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri memengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada Symbolic Interaction. Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap.

3. Hubungan Antara Individu dan MasyarakatAsumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah sebagai berikut : Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosiala. Orang dan Kelompok Dipengaruhi oleh Proses Budaya dan SosialAsumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku individu. Selain itu, budaya secara kuat memengaruhi perilaku dan sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri.

b. Struktur Sosial Dihasilkan Melalui Interaksi SosialAsumsi menengahi posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya. SI mempertanyakan pandangan bahwa struktur sosial tidak berubah serta mengakui bahwa individu dapat memodifikasi status sosial.Jadi sebagai rangkuman, berikut adalah tema-tema yang berkaitan dengan SI dan asumsi-asumsi yang mendukungnya :TEMA Pentingnya makna bagi manusia Pentingnya konsep diri Hubungan antara individu dengan masyarakatASUMSI Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif Individu-individu mengembangkan konsep diri menlalui interaksi dengan orang lain Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial

Konsep PentingA. PikiranMead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk menggunakan symbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan mead percaya bahwa manusia itu harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain. Terkait erat dengan konsep pikiran ialan pemikiran (thought), yang dinyatakan oleh mead sebagai percakapan didalam diri sendiri. Mead berpegang bahwa tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang lain, orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalam dirinya sendiri atau mempertahankan pemikirannya.Pengambilan peran (role taking), atau kemampuan untuk secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan dari orang lain. Proses ini disebut juga pengambilan perspektif, karena kondisi ini mensyaratkan bahwa seseorang menghentikan perspektifnya sendiri terhadap sebuah pengalaman dan sebaliknya membayangkannya dari perspektif orang lain. Mead menyatakan bahwa pengabilan peran adalah sebuah tindakan simbolis yang dapat membantu menjelaskan perasaan kita mengenai diri dan juga memungkinkan kita untuk mengembangkan kapasitas untuk berempati dengan orang lain.B. DiriMead mendefinisikan diri (self) sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Bagi mead, diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus, maksudnya membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Meminjam konsep yang berasal dari seorang sosiologis Charles Cooley pada tahun 1912, mead menyebut hal tersebut sebagai cermin diri (looking-glass self) , atau kemampuan kita untuk melihat diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain. Cooley (1972) meyakini tiga prinsip pengembangan yang dihubungkan dengan cermin diri : (1) kita membayangkan bagaimana kita terlihat dimata orang lain, (2) kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita, (3) kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan pribadi ini.

C. MasyarakatMead mendefinisikan masyarakat (society) sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu terlibat didalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela. Jadi, masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat perilaku yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada sebelum individu, tetapi juga diciptkan dan dibentuk oleh individu, dengan melakukan tindakan sejalan dengan orang lainnya. (Forte, 2004)Pemikiran mead mengenai orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang ini biasanya adalah anggota keluarga, teman dan kolega di tempat kerja serta supervisor. Kita melihat orang lain secara khusus tersebut untuk mendapatkan rasa penerimaan sosial dan rasa mengenai diri. Orang lain secara umum (generalized others) merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan. Hal ini diberikan oleh masyarakat kepada kita dan sikap dari orang lain secara umum adalah sikap dari keseluruhan komunitas (Mead, 1934, hal.154)

Teori Disonansi KognitifLeon Festinger menamakan perasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi kognitif (cognitive dissonance); hal ini merupakan perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yangtidak sesuai dengan apa yang mereka ketahu, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang (1957, hal. 4). Festinger, teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.Browns menyatakan bahwa teori ini memungkinkan dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang berbeda satu sama lain : mungkin saja konsonan (consonant), disonan (dissonant), atau tidak relevan (irrelevant). Hubungan konsonan (consonant relationsip) ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan disonan (dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya. Hubungan tidak relevan (irrelevant relationship) ada ketika elemen-elemen tidak mengimplikasikan apapun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan festinger bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.A. Asumsi dari Teori Disonansi KognitifDibawah ini kita merangkum empat asumsi dasar dari teori ini : Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansiAsumsi pertama menekankan sebuah model mengenai sifat dasar manusia yang mementingkan adanya stabilitasdan konsistensi. Teori disonansi kognitif menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan khayalan mereka. Sebaliknya, mereka mencari konsistensi.Asumsi kedua berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya, teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten seara logis) sau dengan yang lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.Asumsi ketiga dari teor ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi yang tercipta menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi, orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi; hal itu merupakan suatu keadaaan yang tidak nyaman.Akhirnya teori ini mengasumsikan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menhindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.

B. Konsep dan Proses Disonansi KognitifKetika teoritikus disonansi berusaha untuk melakukan prediksi seberapa banyak ketidaknyamanan atau disonansi yang dialami. Tingkat disonansi (magnitude of dissonance) merujuk kepada jumlah kuantitatif disonansi yang dialami seseorang. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi.1. Tingkat DisonansiTiga factor dapat mmemengaruhi tingkkat disonansi yang dirasakan seseorang ( Zimbardo, Ebbesen, & Maslach, 1977). Pertama, tingkat kepentingan (importance), atau seberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan. Kedua, jumlah disonansi dipengaruhi oleh rasio disonansi (dissonance ratio), atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang kkonsonan. Akhirnya tingkat disonansi dipengaruhi oleh rasionalitas (rationale) yang digunakan inddividu untuk menjustifikasi inkonsistensi. Rasionalitas merujuk pada alas an yang dikemukakakn untuk menjelaskan mengapa sebuah konsistensi muncul. Makin banyak alas an yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, makinsedikit disonansi yang seorang rasakan.2. Mengatasi DisonansiBanyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan pada kognisi, dan teori ini mengemukakakn beberapa metode yang mungkin akan digunakan untuk mengurangi disonansi. Misalnya, dapat menambahkan atau mengurangi kognisi untuk mengurangi rasio kognisi konsonan dengan disonan. Kita dapat mengurangi disonansi dengan (1) mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita, (2) menambahkan keyakinan yang konsonan, atau (3) menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.3. Disonansi Kognitif dan PersepsiTeori disonansi kognitif berkaitan dengan proses pemilihan terpaaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention), pemilihan interpretasi ( selective interpretation), dan pemilihan retensi (selective retention) karena teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari penghindaran ini.Terpaan selektif (selective exposure), atau mencari informasi yang konsisten yang belum ada, membantu untuk mengurangi disonansi.

Perhatian selektif (selective attention) merujuk pada melihat informasi secara konsisten begitu konsistensi itu ada. Orang memerhatikan informasi dalam lingkungannya yang sesuai dengan sikap dan keyanikannya sementara tidak menghiraukan informasi yang tidak konsisten.Interpretasi selektif (selective interpretation) melibatkan penginterpretasianinformasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten. Dengan menggunakan interpretasi selektif, kebanyakan orang menginterpretasikan sikap teman dekatnya lebih sesuai dengan sikap mereka sendiri daripada yang sebenarnya terjadi ( Berscheid & Walster, 1978 ).Retensi selektif (selective retention) merjuk pada mengingat dan mempelajari informasi yang konnsisten dengan kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang kita lakukan yang kita lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten.4. Justifikasi MinimalJustifikasi minimal (minimal justification) merupakan penawaran intensif minimum yang diisyaratkan bagi seseorang untuk berubah. Festinger (1975) berpendapat bahwa jika seseoranng berkeinginan untuk memperoleh p[erubahan pribadi selain persetujuan public, cara terbaik untuk melakukannya ni adalah menawarkan cukup penghargaan atau hukuman untukl memperoleh persetujuan.Festinger dan carlsmith berpendapat bahwa melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan orang demi penghargaan yang minimal menimbulkan disonansi lebih banyak dibandingkan dengan ketika hal ini dilakukan dengan penghargaan yang lebih besar.

C. Teori Disonansi Kognitif dan PersuasiBanyak penelitian berkonsentrasi pada disonansi kognitif sebagai fenomena pasca pengambilan keputusan. Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembeli (a buyers remorse), yaitu disonansi yang seringkali dialami seseorang setelah memutuskan suatu pembelian yang besar.

D. Kritik dan PenutupMeskipun para peneliti telah menggunakan dan merevisi teori festinger sejak 1957, dan beberapa ilmuwan menekankan bbahwa teori ini merupakan prestasi utama dari bidang psikologi sosial ( Aron & Aron, 1989 ), teori ini juga mempunyai kelemahan dan kritikan. Irving Janis dan Robert Gilmore (1965) berpendapat bahwa ketika orang berpartisipasi dalam inkonsistensi, seperti berdebat mengenai sebuah posisi yang tidak mereka yakini, mereka menjadi termotivasi untuk memikirkan kembali semua argument yang mendukung posisi tersebut sementara menekan setiap argument yang tidak mendukungnya.Janis dan Gilmore (1965) berpendapat bahwa ketika seorang individu diberikan kompensasi yang berlebihan untuk terlibat dalam penyelesaian bias, perasaan curiga, dan bersalah akan muncul.Peneliti lainnya ( Cooper & Fazio, 1984 ) berargumen bahwa teori disonansi kognitif yang asli memiliki banyak konsep yang membingungkan.

Teori Pelanggaran Harapan ( Expectancy Violations Theory-EVT)Teori pelanggaran harapan menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. Burgoon berargumen bahwa perubahan tak terduga yang terjadi dalam jarak perbincangan antara para komunikator dapa menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman atau bahkan rasa marah dan seringkali ambigu.

A. Hubungan RuangIlmu yang mempelajari ruang seseorang disebut sebagai proskemik (proxemics). Proskemik membahas cara seseorang menggunakan ruang dalam percakapan mereka dan juga persepsi orang lain akan ruang. Banyak orang menganggap hubungan ruang yang ada antara komunikator sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya, tetapi sebagaimana disimpulkan oleh mark knapp dan Judith hall (2002), penggunaan ruang seseorang dapat memengaruhi kemampuan merekan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Burgoon ( 1978 ) mulai dari sebuah premis bahwa manusia memiliki dua kebutuhan yang saling bertarung: afilasi dan ruang pribadi. Ruang personal (personal space), menurut burgoon dapat didefinisikan sebagai sebuah ruang tidak kelihatan dan dapat berubah-ubah yang melingkupi seseorang, yang menunjukkan jarak yang dipilih untuk diambil seseorang terhadap orang lain.1. Zona ProksemikTeori pelanggaran harapan burgoon banyak dipengaruhi oleh karya-karya dari seorang antropolog bernama Edward hall (1966). Hall mengklaim bahwa terdapat empat zona proksemik : intim, personal, sosial, dan public dantiap zona digunakan untuk alasan-alasan yang berbeda.a. Jarak IntimZona ini mencakup perilaku yang ada pada jarak antara 0 sampai 18 inci (46 cm). hall mengamati bahwa perilaku-perilaku ini termasuk perilaku yang bervariasi mulai dari sentuhan (misalnya,berhubungan intim) hingga mengamati bentuk wajah seseorang.b. Jarak PersonalZona ini mencakup perilaku yang terdapat pada area yang berkisar antara 18 inci (46 cm) sampai 4 kaki (1,2 m). menurut hall (1966), perilaku dalam jarak personal termasuk bergandengan tangan hingga menjaga jarak dengan seseorang sejauh panjang lengan.c. Jarak SosialDengan range proskemik yang berkisar antara 4-12 kaki (1,2 - 3,6 m), kategori jarak sosial menggambarkan banyak percakapan dalam budaya amerika serikat, contohnya percakapan diantara rekan kerja. Hall (1966) menyatakan bahwa jarak sosial yang terdekat biasanya digunakan didalam latar sosial yang kausal.d. Jarak Publik jarak yang melampau 12 kaki (3,7 m) dan selebihnya biasanya dianggap sebagai jarak public. Titik terdekat dari jarak public biasanya digunakan untuk diskusi formal, contohnya, diskusi di dalam kelas antara guru dan murid.

2. KewilayahanKewilayahan (territoriality), atau kepemilikan seseorang terhadap suatu area atau benda. Sering kali, kita menklain ruang atau area tertentu yang ingin kita lindungi atau pertahankan. Ada tiga jenis wilayah: Primer, sekunder, dan public (Altman,1975; Lyman & Scott, 1990). Wilayah primer merupakan wilayah eksklusif seseorang. Wilayah sekunder menunjukkan hubungan personal seseorang dengan sebuah area atau benda. Hubungan sekunder tidak eksklusif kepada satu orang saja, tetapi orang tersebut merasakan hubungan khusus dengan wilayah itu. Wilayah public tidak melibatkan suatu afiliasi personal dan termasuk area-area yang terbuka bagi semua orang.

B. Asumsi Teori Pelanggaran HarapanTeori pelanggaran harapan berakar pada bagaimana pesan-pesan ditampilkan pada orang lain dan jenis-jenis perilaku yang dipilih orang lain dalam sebuah percakapan. Selain itu, terdapat tiga asumsi yang menuntu teori ini : Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia Harapan terhadaerilaku manusia dipelajari Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbalAsumsi pertama menyatakan bahwa orang meiliki harapan dalam interaksinya dengan orang lain. Dengan kata lain, harapan mendorong terjadinya interaksi. Harapan dapat diartikan sebagai pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dan disetujui dalam percakapan dengan orang lain. Oleh karenanya, termasuk didalam harapan ini adalah perilaku verbal dan nonverbal seseorang. Judee burgoon dan Jerold hale (1988) menyatakan bahwa ada dua jenis harapan: praintraksional dan interaksional. Harapan prainteraksional mencakup jenis pengetahuan dan keahlian interaksuonal yang dimiliki komunikator sebelum ia memasuki sebuah ppercakapan. Harapan interaksional merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjalankan interaksi itu sendiri.Asumsi EVT yang keduabahwa orang mempelajari harapannya melalui budaya secara luas dan juga individu-individu dalam budaya tersebut. Burgoon dan hale (1988) menyatakan bahwa sangat penting bagi kita untuk menghentikan perbedaan-perbedaan berdasarkan pengetahuan awal kita mengenai orang lain, sejarah hubunga kita dengan mereka dan observasi kita.Asumsi yang ketiga terkait dengan prediksi yang dibuat oleh orang mengenai komunikasi nonverbal. Kita akan melihat bahwa teoretikus EVT telah menerapkan ide mengenai harapan ini pada perilaku verbal. Walaupun begitu, pernyataan awal EVT berhubungan secara spesifik pada perilaku nonverbal. Pada titik ini, sangatlah penting untuk menunjukkan sebuah pandangan yang terkandung didalam teori ini : orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal orang lain.

C. Valensi Penghargaan KomunikatorBurgoon, deborrah coker dan ray coker (1986) melihat bahwa tidak seua pelanggaran atas perilaku yang diharapkan menimbulkan persepsi negative. Para peneliti ini menyatakan hal sebagai berikut: dalam kasus-kasus dimana perilaku bersifat ambigu atau menimbulkan banyak interpretasi, tindakan yang dilakukan oleh komunikator dengan tingkat penghargaan tinggi dapat menimbulkan makna positif, sementara tindakan sama yang dilakukan oleh komunikator dengan tingkat penghargaan rendah dapat menimbulkan makna negative

D. RangsanganBurgoon awalnya merasa bahwa penyimpangan harapan memiliki konsekuensi. Penyimpangan, atau pelanggaran in, memiliki apa yang disebut sebagai nilai rangsangan. Maksudnya, ketika harapan seseorang dilanggar, minat atau perhatian orang tersebut akan dirangsang, sehingga ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk menghadapi pelanggaran yang terjadi.Seseorang dapat terangsang secara kognitif maupun fisik. Rangsangan kognitif (cognitive arousal) adalah kesiagaan atau orientasi terhadap pelanggaran. Ketika kita terangsang secara kognitif, indera intuitif kita meningkat. Rangsangan fisik (physical arousal) mencakup perilaku-perilaku yang digunakan komunikator dalam sebuah interaksiseperti keluar dari jarak pembcaraan yang membuat tidak nyaman, menyesuaikan pandangan selama interaksi berlangsung dan sebagainya.

E. Batas AncamanBegitu ancaman akan muncul. Konsep penting yang ketiga dalam EVT adalah batas ancaman (threat threshold) yang oleh Burgoon (1978) didefinisikan sebagaii jaraj dimana orang yang berinteraksi mengalami ketidaknyamanan fisik dan fisiologis dengan kehadiran orang lain. Dengan kata lai, batas ancaman adalan toleransi bagi pelanggaran jarak. Burgoon melanjutkan bahwa ketika jarak disamakan dengan ancaman, jarak yang lebih dekat dilihat lebih mengancam dan jarak yang jauh lebih aman.F. Valensi PelanggaranKetika harapan dilanggar, banyak orang mengevaluasi pelanggaran tersebut berdasarkan sebuah valensi. Valensi pelanggaran merujuk paada penilaian positif atau negatif dari sebuah perilaku yang tidak terduga. Valensi pelanggaran berbeda dengan valensi penghargaan komunikator. Ketika kita menilai seberapa bernilai seseorang atau komunikator kepada kita, kita menggunaka valensi penghargaan komunikator. Valensi pelanggaran, sebaliknya berfokus pada penyimpangan itu sendiri.Valensi pelanggaran melibatkan pemahaman suatu pelanggaran melalui interpretasi dan evaluasi (Burgoon & Hale, 1988). Singkatnya, para komunikator berusaha untuk menginterpretaskan makna dari sebuah pelanggaran dan memutuskan apakah mereka menyukainya atau tidak.

G. Kritik dan PenutupTeori pelanggaran harapan adalah satu dari sedikit teori yang secara khusus berfokus pada apa yang diharapka orangdan reaksi mereka kepada orang laindalam sebuah percakapan. Asumsi dan konsep intinya menunjukkan dengan jelas pentingnya pesan-pesan nonverbal dan pemrosesan asumsi.

Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainly Reduction TheoryURT)

Kadang kala disebut teori interaksi awal ( Initial Interaction Theory), Teori Pengurangan ketidakpastian (Uncertainly Reduction TheoryURT) dipelopori oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam menyusun teori ini adalah menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali.Prediksi dapat didefinisikkan sebagai kemampuan untuk memperkirakan piliha-pilihan perilaku yang mungkin dipilih dari sejumlah kemungkinan pilihan yang ada bagi diri sendiri atau bagi pasangan dalam suatu hubungan. Penjelasan merujuk kepada usaha menginterpretasikan makna dari tindakan yang dilakukan dimasa lalu dalam sebuah hubungan.Setelah Berger dan Calabrese mengemukakan teori ini (1975), teori ini kemudian sedikit diperjelas ( Berger, 1979; Berger & Bradac, 1982). Versi terbaru dari teori ini menyarankan bahwa terdapat dua tipe ketidakpasian dari perjumpaan awal: Kognitif dan perilaku. Kognitif kita merujuk kepada keyakinan dan sikap yang kita dan orang lain anut. Oleh karenanya ketidakpastian kognitif, merujuk kepada tingkat ketidakpastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap tersebut. Ketidakpastian perilaku disisi lainnya,merupakan batasan sampai mana perilaku dapar diprediksi dalam sebuah situasi tertentu (Berger & Bradac, 1982).Lebih jauh lagi, berger dan calabrese (1975) berargumen bahwa pengurangan ketidakpastian memiliki baik proses proaktif maupun retroaktif. Pengurangan ketidakpastian proaktif terjadi ketika seseorang berpikir mengenai pilihan-pilihan komunikasi sebelum benar-benar melakukannya dengan orang lain. Pengurangan ketidakpastian retoraktif terdiri atas usaha-usaha untuk menjelaskan perilaku setelah perjumpaan itu sendiri.

A. Asumsi Teori Pengurangan KetidakpastianBerikut adalah asumsi-asumsi yang membingkai teori ini : Orang mengalami ketidakpastian dalam latar intrapersonal Ketidakpastian adalan keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui tahapan-tahapan komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring berjalannya waktu sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum

Asumsi pertama, didalam sejumlah latar interpersonal, orang merasakan ketidakpastian. Karena terdapat harapan yang berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal, maka masuk akal untuk menyimpulkan bahwa orang merasakan ketidakpastian atau bahkan cemas untuk bertemu orang lain.Asumsi kedua menyarankkan bahwa ketidakpastian merupakan keadaan yang tidak mengenakan. Dengan kata lain, berada didalam ketidakpastian membutuhkan energy emosional dan psikologis yang tidak sedikit.Asumsi berikutnya mengenai URT mengusung bahwa ketika orang asing bertemu, terdapat dua hal penting : mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas.Asumsi keempat URT menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses yang melibatkan tahapan-tahapan perkembangan. Menurut berger dan calabrese, biasanya, kebanyakan orang memulai interaksi dalam sebuah fase awal (entry phase), yang dapat didefinisikan sebagai tahap awal interaksi antara orang asing. Setelah itu orang memasuki tahapan kedua yang disebut sebagai fase personal (personal phase), atau tahap dimana partisipan mulai berkomunikasi dengan lebih spontan dan membuka lbih banyak informasi pribadinya. Tahap ketiga, fase akhir (exit phase), merujuk pada tahapan selama dimana individu membuat keputusan mengenai apakah mereka ingin melanjutkan interaksi dengan pasangannya dimasa yang akan datang.Asumsi kelima menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah alat utama bagi pengurangan ketidakpastian. Karena kita telah mengidentifikasi komunikasi interpersonal sebagai focus URT, asumsi ini bukan merupakan hal yang mengherankan.Asumsi yang berikutnya menggarisbawahi sifat waktu. Asumsi ini juga berfokus pada fakta bahwa komunikasi interpersonal adalah perkembangan. Teoretikus pengurangan ketidakpastian percara bahwa interaksi aawal adalah elemen kunci dalam proses perkembangan ini.Asumsi terakhir mengindikasikan bahwa perilaku orang dapat diprediksi dalam cara hukum. Cara pandang yang berbeda ini mendorong para teoretikus untuk menggunakan ontology, epistomologi dan aksiologi yang berbeda untuk menjelaskan perilaku komunikasi. Salah satu ontology yang sudah dibahas aadalah cakupan hokum, yang berasumsi bahwa perilaku manusia diatur oleh prinsip-prinsip umum yang berfungsi dengan cara seperti hukum.

B. Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian

Teori pengurangan ketidakpastian adalah teori yang aksiomatik. Ini berarti bahwa berger dan calabrese memulai dengan sekumpulan aksioma (axioms), atau kebenaran yang ditarik dari penelitian sebelumnya dan akal sehat. Aksioma-aksioma ini atau disebut sebagai proporsisi oleh peneliti lainnya tidak membutuhkan adanya bukti lebih selain pernyataan itu sendiri. Aksioma adalah jantung dari sebuah teori. Aksioma harus diterima sebagai valid karena merupakan batu penyusun teori. Teori aksioma menggambarkan hubungan ketidakpastian (konsep teoritis sentral) dan satu konsep lainnya.Aksioma 1 : Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan fase awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing meningkat, tingkat ketidakpastian untuk tiap partisipan dalam suatu hubungan akan menurun. Jika ketidakpastian menurun, jumlah komunikasi verbal meningkat. Hal ini menyatakan adanya kebalikan atau hubungan negative antara ketidakpastian dengan komunikasi verbal.Aksioma 2 : Ketika ekspresi afiliatif nonverbal meningkat, tingkat ketidakpastian menurun dalam situasi interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan keespresifan afiliatif nonverbal. Hal ini merupakan salah satu hubungan yang bersifat negative.Aksioma 3 : Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya perilaku pencarian informasi. Ketika tingkat ketidakpastian menurun, perilaku pencarian informasi juga menurun. Aksioma ini menunjukan hubungan yang positif antara dua konsep tersebut.Aksioma 4 : tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keintiman yang tinggi. Aksioma ini memperlihatkan hubungan yang negative antara ketidakpastian dan tingkat keintiman.Aksioma 5 : ketidakpastian yang tingkat tinggi menghasilkan tingkat resiprositas yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat rewsiprositas yang rendah pula. Hubungan yang positif terjadi disini.Aksioma 6 : Kemiripan diantara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakmiripan akan meningkatkan ketidakpastian. Aksioma ini menyatakan sebuah hubungan yang negative.Aksioma 7 : peningkatan tingkat ketidakpastian akan menghasilkan penurunan dalam kesukaan; penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam kesukaan. Lagi-lagi hubungan negative diperlihatkan oleh aksioma ini.

C. Perluasan Teori Pengurangan Ketidakpastian

Banyak peneliti menguji URT dan mendasarkan studi mereka pada prinsip dasar teori ini. Bahkan, berger dan beberapa koleganya terus memperbaiki dan memperluas teori ini, dengan mempertimbangkan temua penelitian. URT diperluas dan dimosifikasi dalam beberapa area. Area-arrea ini antara lain termasuk aksioma tambahan, kondisi pendahulu, strategi, hubungan yang mapan serta konteks.

1. Aksioma TambahanBerdasarkan penelitian lanjutan, berger dan gudykunst (1991) menambahkan aksioma kedelapan yang kemudian memunculkan tujuh teorema baru.Aksioma 8 : ketidakpastian berhubungan secara negative dengan interaksi dalam jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami.James neuliep dan Erica grohskopf (2000) menyarankan aksioma kesembilan berdasarkan penelitian mereka yang mengorelasikan ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.Aksioma 9 : Terdapat hubungan kebalikan atau negative antara ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.

2. Kondisi PendahuluBerger (1979) menyatakan adanya tida konsisi pendahulu utama ketika seseorang mencari pengurangan ketidakpastian. Kondisi pertama terjadi ketika orang satunya mempunyai potensi untuk memberikam penghargaan atau hukuman. Kondisi pendahulu kedua ada ketika orang satunya berperilaku kebalikan dari yang diharapkan. Kondisi ketiga dan terakhir terjadi ketika seseorang mengharapkan interaksi selanjutnya dengan orang lain.

3. StrategiBerger (1994) menyatakan bahwa orangdalam usaha untuk mengurangi ketidakpastianmenggunakan taktik-taktik dari tiga kategori strategi : psif, aktif dan interaktif. Yang pertama adalah strategi pasif (passive strategies), dimana seseorang mengambil peranan pengamat yang tidak mengganggu terhadap orang lainnya. Yang kedua strategi aktif (active strategies) muncul ketika seorang pengamat mulai melakkukan suatu usaha selain berhubungan secara langsung untuk mengetahui mengenai orang lain. Yang terakhir, strategi interaktif terjadi ketika pengamat dan orang yang diamati terlibat dalam kontak secara langsung atau interaksi tatap muka.

4. Hubungan yang Mapan : Melampaui Perjumpaan AwalDalam kurun waktu yang te;lah berjalan, teori telah berkembang dan mencakup hubungan yang mapan, sebagaimana diindikasikan oleh strategi penerimaan yang didiskusikan sebelumnya. Berger (1982, 1987) sudah memperbarui teorinya sejak awal. Dia menyatakan bahwa ketidakpastian adalah sesuatu yang terus berlangsung dalam sebuah hubungan, sehingga proses pengurangan ketidakpastian adalah sesuatu yang relevan dalam hubungan maupun dalam interaksi awal.

5. KonteksKebanyakan penelitian yang dilakukan dalam konteks antarbudaya, dan hal ini akan didiskusikan terlebih ndahulu. Berger (1987) menekankan bahwa ketidakpastian bervariasi dalam budaya yang berbeda, dan sejumlah kajian penelitian menggambarkan bagaimana URT dapat diaplikasikan dalam konteks budayaMenurut Edward T Hall (1977), budaya konteks rendah adalah budaya dimana makna ditemukan dalam kode atau pesan yang eksiplit. Pada budaya konteks tinggi, pesan-pesan nonverbal memainkan peranan yang lebih penting, dan kebanyakan makna sebuah pesan diinternalisasi oleh pendengar atau tergantung pada konteks. Konsep yang mirip dengan pengurangan ketidakpastian adalah penghindaran ketidakpastian yaitu usaha untuk menolak atau menghindari situasi yang ambigu. Dengan kata lain, penghindaran ketidakpastian merujuk pada toleransi seseorang untuk ketidakpastian.

Teori Penetrasi SosialPenetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak komunikasi superfisal menuju komunikasi yang lebih intim.

A. Asumsi Teori Penetrasi Sosial hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubunganpertama, hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisal dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Asumsi kedua berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus, para teoretikus penetrasi sosial berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Asumsi ketiga berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Mulanya, kedua hal ini mungkin terdengar aneh. Sejauh ini kita telah membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi, hubungan dapat menjadi berantakan atau menarik diri dan kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. Asumsi terakhir menyatakan bahwa pembukaan diri adalahb inti perkembangan hubungan. Pembukaan diri dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan.

B. Mengupas Lapisan Hubungan: Analogi BawangDalam diskusinya mengenai SPT, Altman dan Taylor memasukkan struktur kulit bawang. Dengan lapisan-lapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang mewakili berbagai aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan terluar adalah citra public seseorang, atau yang dapat dilihat secara langsung. Resiprositas atau proses dimana keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain untuk terbuka, adalah komponen utama dalam teori penetrasi sosial.Penetrasi dapat dilihat dengan menggunakan dua dimensi: keluasan dan kedalaman. Keluasan (breadth) merujuk kepada berbagai topic yang didiskusikan dalam suatu hubungan. Waktu keluasan berhubungan dengan jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasangan dalam berkomunikasi satu sama lainnyamengenai berbagai macam topic tersebut. Kedalaman (depth) merujuk pada tingkat keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu topic.

C. Pertukaran Sosial; Biaya dan Keuntungan dalam BerhubunganAltman dan Taylor mendasarkan beberapa dari karya mereka pada proses-proses pertukaran sosial; yaitu, pertukaran sumber daya antara individu-individu dalam sebuah hubungn. Taylor dan Altman (1987) berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan, sedangkan pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong munculnya perasaan negative.

D. Tahapan Proses Penetrasi Sosiala. Orientasi: Membuka Sedikit Demi SedikitTahap orientasi adalah tingkatan penetrasi sosial yang mencakup pembukaan sedikit bagian dari diri kita.b. Pertukaran Penjajakan Afektif: Munculnya DiriTahap pertukaran penjajakan aktif merupakan perluasan area public dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.c. Pertukaran Afektif: Komitmen dan KenyamananTahap pertukaran afektif termasuk interaksi yang lebih tanpa beban dan santai( Taylor dan Altman 1987) dimana komunikasi seringkali berjalanspontan dan individu membuat keputsan yang cepat, seringkali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan.d. Pertukaran stabil : Kejujuran Total dan KeintimanTahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

Teori Dielatika RasionalTeori dialetika rasional (Rational Dialetics TheoryRDT ) menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara implus-implus yang kontradiktif.

A. Asumsi dan Teori Dialetika Rasional Hubungan tidak bersifat linear Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan Komunikasi sangat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubunganAsumsi paling penting yang mendasari teori ini adalah pemikiran bahwa hubungan tidak terdiri atas bagian-bagian yang bersifat linear. Sebaliknya, hubungan terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif.Asumsi kedua dari RDT mengajukan pemikiran akan proses atau perubahan, walaupun tidak sepenuhnya membingkai proses ini sebagai kemajuan linear.Asumsi yang ketiga menekankan bahwa kontradiksi atau ketegangan yeng terjadi antara dua hal yang berlawanan tidak pernah hilang dan tidak pernah berhenti menciptakan ketegangan.Asumsi terakhir berkaitan denga komunikasi. Secara khusus teori ini memberikan posisi yang paling utama pada komunikasi. Sebagaimana diamati oleh Baxter dan Montgomery (1996), dari perspektif dialetika relasi, actor-aktor sosialmemberika kehidupan melalui praktik-praktik komunikasi mereka kepada kontradiksi-kontradiksi yang mengelola hubungan mereka. Realita sosial dari kontradiksi diproduksi dan direproduksi oleh tindakan komunikasi para actor sosial.

B. Elemen Dialetika : Membangun KeteganganElemen-elemen berikut ini sangat mendasar dalam persepsi dialektis: totalitas, kontradiksi, pergerakan dan praksis (Rawlins, 1992). Totalitas menyatakan bahwa orang-orang didalam suatu hubungan saling tergantung. Kontradiksi merujuk pada oposisidua eleman yang bertentangan. Dialetika merupakan hasil dari oposisi-oposisi.Pergerakan merujuk pada sifat berproses dari hubungan dan perubahan yang terjadi pada hubungan itu seiring dengan berjalannya waktu. Praksis berarti manusia adalah pembuat keputusan.

C. Dialetika Relasi Dasara. Otonomi dan Keterikatanotonomi dan keterikatan merujuk pada keinginan-keinginan kita yang selalu muncul untuk menjadi tidak tergantung pada orang-orang yang penting bagi kita, dan juga untuk menemukan keintiman dengan mereka.b. Keterbukaan dan Perlindunganketerbukaan dan perlindungan berfokus yang pertama pada kebutuhan-kebutuhan kita untuk terbuka menjadi rentan, membuka semua informasi personal pada pasangan atau mitra hubungan kita, dan yang kedua untuk bertindak strategis dan melindungi diri sendiri dalam komunikasi kita.c. Hal Baru dan Hal yang Dapat Diprediksihal yang baru dan hal yang dapat diprediksi ketegangan dalam berhubungan yang penting yang menunjukkan keinginan-keinginan kita yang saling berkonlik untuk memiliki stabilitas dan perubahan.d. Dialetika KontekstualDialrtika interaksi ketegangan-ketegangan yang muncul dari dan dibangun oleh komunikasi. Dialetika kontekstual ketegangan-ketegangan yang muncul dari tempat suatu hubungan dalam budaya. Dialetika public dan privat dialetika kontekstual yang muncul dari hubungan privat dan kehidupan public. Dialetika ytang nyata dan yang ideal dialektika kontekstual yang muncul dari perbedaan antara hubungan yang dianggap ideal dalam hubungan yang dijalani.

D. Melampaui Dialektika DasarKetegangan dialektika dasar yang telah kita bahwa mengkarakterisasi banyak hubungan interpersonal, tetapi badan peneliti yang berkembang mulai menemukan ketegangan tambahan dan pertanyaan apakah otonomi-keterikatan,keterbukaan-perlindungan, hal yang baru-hal yang dapat diprediksi menyusupi semua hubungan dalam konteks.

E. Respons Terhaadap DialektikaBaxter mengidentifikasi empat strategi spesifik untuk tujuan ini : pengertian bersiklus, segmentasi, seleksi dan integrasi. Pengertian bersiklus respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada perubahan sejalan dengan waktu. Segmentasi adalah respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada perubahan akibat konteks. Seleksi respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada pemberian prioritas pada oposisi-oposisi yang ada. Integrasi respons untuk menghadapi dialektis, merujuk pada membuat sintesis; terdiri atas tiga trategi; menetralisasi, membingkai ulang, dan mendiskualifikasi. Menetralisasi merujuk pada kompromi terhadap dua oposisi. Membingkai ulang merujuk pada mentransformasi oposisi. Mendiskualifikasi merujuk pada pengecualian pada beberapa isu dari pola umum.


Top Related