Transcript
Page 1: Pem Gangguan Pendengaran

NURUL AINI BINTI ABDUL RAHMAN11 2011 159

PEMERIKSAAN PADA GANGGUAN PENDENGARAN

Page 2: Pem Gangguan Pendengaran

menilai fungsi auditorik

Jenis gangguan pendengaran

Derajat gangguan

pendengaran

Letak lesi

Penyebab gangguan

pendengaran

Page 3: Pem Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan pendengaran

Tes klinikal

Finger friction test

Watch test

Speech test

Tes penala

Tes audiometrik

Audiometri nada murni

Speech audiometry

Bekesy audiometry

Impedance audiometry

Tes khusus

Page 4: Pem Gangguan Pendengaran

FINGER FRICTION TEST

pemeriksaan kasar namun suatu metode yang cepat untuk skrining.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggesekkan ibu jari dengan jari lainnya di depan telinga pasien

Page 5: Pem Gangguan Pendengaran

WATCH TEST

Sebuah jam yang berdetik diletakkan pada jarak tertentu dengan telinga yang diperiksa, kemudian diukur jarak dimana detik jam mulai terdengar.

Page 6: Pem Gangguan Pendengaran

SPEECH TEST/VOICE TEST

Normalnya : mendengar suara percakapan dari jarak 12 meter (40 kaki) dan suara berbisik jarak 6 meter (20 kaki)

dilakukan di ruangan yang sunyi dan tenang.

Pasien berdiri dengan telinga yang diperiksa menghadap pemeriksa dengan jarak 6 meter.

Mata pasien ditutup untuk mencegah pasien membaca gerakan bibir dan telinga yang tidak diperiksa di tutup dengan tragus oleh assistant.

Page 7: Pem Gangguan Pendengaran

TUNING FORK TEST

garfu tala dengan frekuensi yang berbeda seperti 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096 Hz

Ideal : 512 Hz

Garfu tala dengan fekuensi yang rendah memproduksi vibrasi tulang sementara garfu tala dengan frekuensi yang tinggi mempunyai decay time yang pendek.

Page 8: Pem Gangguan Pendengaran

AC: garfu tala yang bergetar diletakkan secara vertikal, kira-kira 2cm dari muara liang telinga.

BC : ujung pemegang garfu tala yang bergetar diletakkan di tulang mastoid.

Page 9: Pem Gangguan Pendengaran

TES RINNE

hantaran melalui udara dibandingkan dengan hantaran melalui tulang.

garfu tala yang bergetar diletakkan di tulang mastoid pasien dan apabila pasien sudah tidak mendengar, garfu tala dibawa ke depan meatus.

Sekiranya pasien masih mendengar, ini bermakna AC lebih panjang dari BC.

Page 10: Pem Gangguan Pendengaran

Tes Rinne positif pasien normal / tuli sensorineural.

Rinne negatif tuli konduktif.

Tes Rinne negatif juga mengindikasikan adanya gap antara hantaran udara dan tulang sebanyak 15-20dB.

Page 11: Pem Gangguan Pendengaran

PREDIKSI GAP ANTARA AC DAN BC

256 Hz 512 Hz 1024 Hz keterangan-ve +ve Gap : 20-30dB-ve -ve +ve Gap : 30-45 dB-ve -ve -ve Gap : 45-60 dB

Page 12: Pem Gangguan Pendengaran
Page 13: Pem Gangguan Pendengaran

MASKING : BARANY’S NOISE BOX

Page 14: Pem Gangguan Pendengaran

TES WEBER

garfu tala yang bergetar diletakkan di tengah-tengah dahi atau vertek

Normal bunyi terdengar sama dikedua-dua belah telinga.

tuli konduktif lateralisasi pada telinga yang sakit

tuli sensorineurallateralisasi pada telinga yang sehat.

Lateralisasi suara dengan garpu tala 512 Hz mengindikasikan gangguan pendengaran konduktif sebanyak 15-25 dB pada telinga ipsilateral atau tuli sensorineural pada telinga kontralateral.

Page 15: Pem Gangguan Pendengaran
Page 16: Pem Gangguan Pendengaran

ABSOLUT BONE CONDUCTION TEST

hantaran tulang pasien dibandingkan dengan pemeriksa (dengan menganggap telinga pemeriksa normal).

Liang telinga pasien dan pemeriksa ditutup menggunakan tragus cegah bunyi masuk melalui hantaran udara.

tuli konduktif, pasien dan pemeriksa mendengar bunyi garfu tala pada durasi waktu yang sama.

tuli sensorineural, waktu pasien mendengar bunyi garfu tala memendek.

Page 17: Pem Gangguan Pendengaran

TES SCHWABACH

Hantaran tulang pasien dibandingkan dengan telinga pemeriksa namun liang telinga tidak ditutup.

Tes Schwabach memendek pada tuli sensorineural dan memanjang pada tuli konduktif.

Page 18: Pem Gangguan Pendengaran
Page 19: Pem Gangguan Pendengaran

TES BING

menilai hantaran tulang dan memeriksa efek oklusi pada liang telinga.

Garfu tala yang bergetar diletakkan di tulang mastoid dan liang telinga ditutup dan dibuka berselang seli dengan menekan tragus ke dalam.

normal /tuli sensorineural dengar lebih kuat atau jelas sewaktu liang telinga ditutup dan kurang jelas sewaktu liang telinga dibuka ( Bing positif)

tuli konduktif tidak ada perbedaan sewaktu liang telinga dibuka atau ditutup ( Bing negatif).

Page 20: Pem Gangguan Pendengaran

TES GELLE

menilai hantaran tulang dan memeriksa efek peningkatan tekanan udara pada liang telinga sewaktu mendengar.

meletakkan garfu tala yang bergetar pada tulang mastoid sementara tekanan udara di liang telinga diatur menggunakan spekulum Siegel.

positif normal / tuli sensorineural.

Page 21: Pem Gangguan Pendengaran

Negatif tulang pendengaran kaku atau disconnected.

mencari tahu kekakuan tulang stapes pada otosklerosis

Page 22: Pem Gangguan Pendengaran

TES STENGER

pemeriksaan tuli anorganik (stimulasi atau pura-pura tuli). Cth: tuli telinga kiri

prinsip masking

telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan terdengar bunyi.

telinga kiri tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi.

Page 23: Pem Gangguan Pendengaran

TES BERBISIK

Semikuantitatif

menentukan derajat ketulian secara kasar.

ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter

nilai normal tes berbisik :5/6-6/6.

Page 24: Pem Gangguan Pendengaran

TES AUDIOMETRI

Page 25: Pem Gangguan Pendengaran

AUDIOMETRI NADA MURNI

Audiometer alat elektronik yang menghasilkan nada murni dan intensitas bunyi dapat ditingkatkan atau diturunkan secara bertahap dengan rentang 5dB.

ambang hantaran udara diukur pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz

Ambang dengar hantaran tulang diukur pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz

Hasil audiogram

Page 26: Pem Gangguan Pendengaran

Perbedaan antara ambang dengar pada hantaran udara dan tulang (A-B gap) merupakan derajat tuli konduktif.

Normal tidak ada gap antara hantaran tulang dan udara sedangkan pada pemeriksaan garfu tala menunjukkan AC>BC.

Page 27: Pem Gangguan Pendengaran

KEGUNAAN AUDIOGRAM NADA MURNI

Untuk mengukur ambang dengar melalui hantaran udara dan tulang dan skaligus menentukan tipe dan derajat gangguan pendengaran

Merekod pada grafik audiogram untuk tujuan rujukan pada masa hadapan.

Audiogram penting untuk preskripsi alat bantu dengar.

Membantu untuk mencari derajat kecacatan untuk tujuan medikolegal.

Membantu untuk prediksi ambang resepsi bicara.

Page 28: Pem Gangguan Pendengaran

DERAJAT TULI

Page 29: Pem Gangguan Pendengaran
Page 30: Pem Gangguan Pendengaran
Page 31: Pem Gangguan Pendengaran
Page 32: Pem Gangguan Pendengaran

SPEECH AUDIOMETRY

kemampuan pasien untuk mendengar dan memahami suatu bicara

parameter yang diuji

ambang resepsi bicara

skor diskriminasi.

speech reception threshold (SRT) merupakan intensitas minimal dimana 50% kata-kata dapat diulang dengan benar oleh pasien.

Page 33: Pem Gangguan Pendengaran

Normal SRT adalah ±10dB dari rata-rata ambang dengar nada murni dari 3 frekuensi bicara yaitu 500,1000 dan 2000 Hz

SRT > 10dB dari ambang dengar nada murni gangguan pendengaran fungsional.

speech discrimination score mengukur kemampuan pasien untuk memahami perbicaraan.

Page 34: Pem Gangguan Pendengaran
Page 35: Pem Gangguan Pendengaran
Page 36: Pem Gangguan Pendengaran

FUNGSI SPEECH AUDIOMETRY

Mencari ambang resepsi bicara yang berkorelasi dengan rata-rata 3 frekuensi bicara dari audiogram nada murni.

Membedakan gangguan pendengaran organik dan non-organik

Mencari intensitas untuk skor diskriminasi. Ini membantu dalam preskripsi alat bantu dengar untuk setting volume untuk diskriminasi maksimal.

Untuk membedakan tuli sensorineural koklear dan retrokoklear

Page 37: Pem Gangguan Pendengaran

BEKESY AUDIOMETRY

alat self-recording dimana variasi frekuensi nada murni secara otomatis akan berubah dari frekuensi rendah ke tinggi sambil dikontrol oleh pasien dengan menggunakan tombol.

Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan nada yang terputus (pulse tone) dan nada yang terus menerus (continous).

Page 38: Pem Gangguan Pendengaran
Page 39: Pem Gangguan Pendengaran
Page 40: Pem Gangguan Pendengaran
Page 41: Pem Gangguan Pendengaran

Impedance audiometry

Timpanometri

Acoustic reflex measurement

Page 42: Pem Gangguan Pendengaran

TIMPANOMETRI

Prinsip sebagian tenaga bunyi diserap oleh membran timpani manakala selebihnya dipantulkan.

keadaan dalam kavum timpani cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran ( ossicular chain), kekakuan atau kelenturan membran timpani

Page 43: Pem Gangguan Pendengaran

TIMPANOMETER

Mengalirkan nada 220Hz

Untuk menangkap (pick up) gelombang bunyi yang telah dipantulkan melalui microphone

Membuat perubahan tekanan udara di liang telinga daripada tekanan positif ke tekanan normal kemudian ke tekanan negatif.

Page 44: Pem Gangguan Pendengaran
Page 45: Pem Gangguan Pendengaran
Page 46: Pem Gangguan Pendengaran

TES FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

Timpanometri juga bisa digunakan untuk mengetahui fungsi tuba eustachius

Tekanan negatif dan tekanan positif (-200 atau +200 mmH2O) dibuat pada telinga tengah dan pasien diminta untuk menelan sebanyak 5 kali dalam jangka waktu 20 detik.

Kemampuan dalam menyeimbangkan tekanan tersebut mengindikasikan bahwa fungsi tuba eustachius normal.

Page 47: Pem Gangguan Pendengaran

ACOUSTIC REFLEX MEASUREMENT

bunyi yang kuat yaitu 70-100 dB di atas ambang dengar suatu telinga, menyebabkan kontraksi otot stapedius bilateral

Refleks yang terlibat

Ipsilateral : n.viii nukleus koklear ventral nukleus n.viii m.stapedius ipsilateral

Kontralateral : n.viii nukleus koklear ventral nukleus olivary medial superior kontralateral nukleus n.viii kontralateral m.stapedius kontralateral

Page 48: Pem Gangguan Pendengaran

FUNGSI

pemeriksaan objektif untuk memeriksa pendengaran pada bayi dan anak.

deteksi malingering tidak memberi respond terhadap pemeriksaan audiometri nada murni namun memberikan hasil positif pada refleks stapedius.

deteksi patologi pada koklea. Adanya refleks stapedius pada intensitas yang rendah seperti 40-60 dB berbanding intensitas biasa yaitu 70 dB gangguan pendengaran koklea.

Page 49: Pem Gangguan Pendengaran

deteksi lesi pada n.viii.

deteksi lesi pada n.vii ketiadaan refleks stapedius pada individu dengan pendengaran normal mengindikasikan adanya lesi di n.vii bagian proksimal berdekatan dengan stapedius.

Deteksi lesi pada batang otak refleks ipsilateral +ve ,refleks kontralateral –ve

Page 50: Pem Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan khusus

Rekruitment

Short increment sensitivity index

Threshold tone decay test

Evoked response audiometry

Otoacoustic emissions

Central auditory test

Pemeriksaan pendengaran pada bayi

dan anak

Page 51: Pem Gangguan Pendengaran

REKRUITMENT

Fenomena terjadi peningkatan sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas ambang dengar.

tuli koklea penyakit Meniere dan prebikusis.

membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea.

Alternate binaural loudness balance test mendeteksi rekruitmen pada kasus unilateral.

Page 52: Pem Gangguan Pendengaran

SHORT INCREMENT SENSITIVITY INDEX (SISI TEST)

mengetahui kelainan koklea, dengan memakai fenomena rekrutmen keadaan koklea yang dapat mengadaptasi secara berlebihan peninggian intensitas yang kecil, sehingga pasien dapat membedakan selisih intensitas yang kecil.

membedakan lesi koklear dengan lesi retrokoklear

Page 53: Pem Gangguan Pendengaran

menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu.

berikan rangsangan 20dB di atas ambang rangsang

diberikan tambahan ransang 5dB, lalu diturunkan 4 dB, 3 dB, 2dB dan terakhir 1 dB

pasien dapat membedakannya, berarti tes SISI positif.

Page 54: Pem Gangguan Pendengaran

dipertahankan selama 2 menit

setiap 5 detik,intensitas bunyi dinaikkan 1dB sampai 20 kali

Bila 20 kali benar, berarti 100%.

Page 55: Pem Gangguan Pendengaran

THRESHOLD TONE DECAY TEST

mengukur kelelahan saraf dan deteksi lesi di retrokoklear.

Normal bisa mendengar nada berterusan selama 60 detik.

kelelahan saraf individu tersebut berhenti mendengar sebelum 60 detik.

Kelelahan (decay) lebih dari 25dB merupakan diagnostik untuk lesi retrokoklear.

Page 56: Pem Gangguan Pendengaran

nada dengan frekuensi 4000Hz dan intensitas 5dB di atas ambang dengar pasien diberikan secara berterusan selama 60 detik

berhenti mendengar sebelum 60 detik,intensitas dinaikkan sebanyak 5dB.

diteruskan sehingga pasien bisa mendengar nada selama 60 detik, atau tidak ada tahap (level) di atas ambang dengar dimana nada bisa didengar selama 60 detik.

Page 57: Pem Gangguan Pendengaran

EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY

Electrocochleography

Auditoric brainstem response

Page 58: Pem Gangguan Pendengaran

ELECTROCOCHLEOGRAPHY

merekam gelombang-gelombang yang khas dari evoke electropotential yang meningkat dalam koklea dan n.viii sebagai respond terhadap stimulus auditorik dalam 5 milidetik yang pertama.

Respons dalam 3 bentuk fenomena

Cochlear microphonic

Summating potential

Action potential

Page 59: Pem Gangguan Pendengaran

AUDITORIC BRAINSTEM RESPONSE

merekam potential listrik yang dikeluarkan oleh sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti terntentu di batang otak

menggunakan elektroda permukaan yang dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosessus mastoideus atau lobulus telinga.

Page 60: Pem Gangguan Pendengaran

Prinsip menilai perubahan potential listrik di otak setelah pemberian rangsangan sensoris berupa bunyi.

Page 61: Pem Gangguan Pendengaran
Page 62: Pem Gangguan Pendengaran

prosedur skrining pada bayi.

menentukan ambang dengar pada bayi; juga pada anak dan orang dewasa yang todak kooperatif dan pada pasien yang malingering.

mendiagnosa kelainan retrokoklear terutama yang disebabkan oleh neuroma akustik.

mendiagnosa kelainan di batang otak seperti multiple sklerosis dan tumor di pons

memonitor n.viii sewaktu operasi neuroma akustik untuk memelihara fungsi n.viii.

Page 63: Pem Gangguan Pendengaran

OTOACOUSTIC EMISSION

Merupakan respons koklea yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energi akustik

Sel-sel rambut luar dipersarafi oleh serabut saraf eferen dan mempunyai elektromotilitas pergerakkan sel-sel rambut induksi depolarisasi sel.

sel rambut dalam dipersarafi serabut aferen mengubah suara menjadi bangkitan listrik dan tidak ada pergerakkan dari sel rambut sendiri.

Page 64: Pem Gangguan Pendengaran

masukkan sumbat telinga (probe) ke liang telinga.

Dalam probe terdapat mikrofon dan pengeras suara yang berfungsi untuk memberi stimulus suara

Mikrofon menangkap suara yang dihasilkan oleh koklea setelah pemberian stimulus

Probe dihubungkan dengan komputer untuk mencatat respon yang timbul dari koklea

Page 65: Pem Gangguan Pendengaran

Emisi otoakustik

Spontaneus otoacoustic emission (SOAE)

Evoked otoacoustic emission (EOAE)

Stimulus frequency otoacoustic emission

Transiently-evoked otoacoustic emission

Distortion-product otoacoustic emission

Page 66: Pem Gangguan Pendengaran

CENTRAL AUDITORY TEST

mencari defek pada jalur auditorik sentral dan di korteks temporal.

Page 67: Pem Gangguan Pendengaran

PEMERIKSAAN PENDENGARAN PADA BAYI DAN ANAK

Page 68: Pem Gangguan Pendengaran

gangguan pendengaran pada bayi dan anak harus diketahui sedini mungkin.

derajat ketulian yang dialami seorang anak/bayi hanya bersifat ringan mempengaruhi kemampuan bicara dan berbahasa.

Program skrining pada bayi dan anak yang mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan pendengaran.

Page 69: Pem Gangguan Pendengaran

JOINT COMMITEE ON INFANT HEARING (2000)

Page 70: Pem Gangguan Pendengaran
Page 71: Pem Gangguan Pendengaran
Page 72: Pem Gangguan Pendengaran

Program newborn hearing screening

Universal Newborn Hearing Screening (UNHS)

Targeted newborn hearing Screening

Page 73: Pem Gangguan Pendengaran
Page 74: Pem Gangguan Pendengaran

AROUSAL TEST

Suatu bunyi bising “narrow band” dengan frekuensi tinggi diberikan selama 2 detik pada bayi yang sedang tidur (light sleep)

Normal bayi terbangun 2 kali dari 3 stimulus yang diberikan.

Page 75: Pem Gangguan Pendengaran

AUDITORY RESPONSE CRADLE

skrining untuk bayi baru lahir dimana bayi diletakkan di dalam cradle perilaku bayi seperti pergerakan kaki dan tangan atau respirasi bayi dimonitor oleh transducer respons terhadap stimulus auditorik.

skrining bayi dengan tuli sedang, tuli berat dan tuli sangat berat

Page 76: Pem Gangguan Pendengaran

ABR

Page 77: Pem Gangguan Pendengaran

BEHAVIOUR OBSERVATION AUDIOMETRY

Moro’s reflex pergerakan ekstremitas secara tiba-tiba dan ekstensi kepala apabila diberikan stimulus bunyi dengan intensitas 80-90dB.

refleks cochleopalpebra mengedip mata sebagai respon terhadap bunyi yang kuat.

caesation reflex berhenti melakukan aktivitas atau mulai menangis apabila mendengar stimulus bunyi dengan intesitas 90dB.

Page 78: Pem Gangguan Pendengaran

DISTRACTION TECHNIQUE

dilakukan pada anak usia 6-7 bulan.

Anak akan menoleh untuk mencari sumber bunyi.

anak diletakkan di atas pangkuan ibunya, kemudian seorang assistant akan menarik perhatian anak sementara pemeriksa akan memberikan stimulus bunyi dari belakang atau sisi anak tersebut.

Pemeriksa akan melihat apakah anak tersebut cuba untuk mencari sumber bunyi tersebut.

Page 79: Pem Gangguan Pendengaran

CONDITIONING TECHNIQUES

Visual reinforcement audiometry

Play audiometry

Page 80: Pem Gangguan Pendengaran

VISUAL REINFORCEMENT AUDIOMETRY

digunakanpada bayi berusia sekitar 7 atau 8 bulan hingga anak usia 3 tahun.

dilatih untuk menoleh ke arah sumber bunyi apabila mendengar bunyi.

Stimulus bunyi diberikan bersamaan dengan stimulus visual bayi akan memberi respons orientasi atau melokalisir bunyi dengan cara menoleh ke arah sumber bunyi.

Page 81: Pem Gangguan Pendengaran
Page 82: Pem Gangguan Pendengaran

PLAY AUDIOMETRY

Pemeriksaan play audiometry (conditioned play audiometry) meliputi teknik melatih anak untuk mendengar stimulus bunyi disertai pengamatan respons motorik spesifik dalam suatu aktivitas permainan.

anak dilatih (conditioned) untuk memasukkan benda tertentu ke dalam kotak segera setelah mendengar bunyi.

Page 83: Pem Gangguan Pendengaran
Page 84: Pem Gangguan Pendengaran

SEKIAN


Top Related