Download - Myoma Uteri
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
BAB I
IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMINama : Ny. M Nama : Tn MJenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : laki - lakiUmur : 43 tahun Umur : 47 tahunPendidikan : SMA Pendidikan : SMAPekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : WiraswastaAgama : Islam Agama : IslamSuku/bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : J awa / IndonesiaAlamat : Pejuang jaya blok C 14
RT 3 RW 12 Bekasi Tgl. Masuk : 26 Agustus 2010No. RM : 02071492
II. ANAMNESISAutoanamnesis pada tanggal 28 Agustus 2010 jam 14.15
A. Keluhan UtamaKeluar darah banyak dari vagina ± 2 minggu SMRS
B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poliklinik kandungan dan kebidanan pada tanggal 26 Agustus
2010 untuk kontrol dan membawa hasil laboratorium. Pada tanggal 20 Agustus 2010 pasien datang ke poliklinik dengan keluhan keluar darah banyak dari vagina selama 10 hari terakhir. Darah berwarna merah gelap dan bergumpal-gumpal. Pasien mengaku saat ini tidak sedang dalam masa haid. Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan besar pada perut bagian bawahnya yang tidak dirasakan nyeri namun dikeluhkan mengganjal sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, dan pasien lupa kapan persisnya pertama kali timbul benjolan tersebut.
Sejak kurang lebih 1 tahun terakhir, pasien mengaku saat haid darah yang dikeluarkan banyak dan haid menjadi semakin banyak. Biasanya pasien haid selama 4 sampai 6 hari, namun sejak saat itu pasien haid selama 8 sampai 12 hari. Pasien menghabiskan pembalut sebanyak 7 buah. Pasien mengaku perdarahan terjadi di dalam dan di luar siklus haid. Saat itu pasien berpikir mungkin ia akan menopause dini, sehingga darah haid menjadi banyak karena sedang masa penghabisan.
Pasien mengeluh pusing, lemas dan sering berkunang-kunang. Pasien juga mudah lelah sehingga kadang mudah tersinggung.
C. Riwayat Penyakit DahuluPasien menyangkal menderita penyakit darah tinggi, alergi, jantung, kencing
manis, dan asma
1
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
D. Riwayat Penyakit Keluarga Ayah pasien menderita penyakit darah tinggi
E. Riwayat MenstruasiMenarche : 12 tahunLamanya : 4-6 hariSiklus : teratur, 1x/bulanBanyaknya : 4 pembalut/hariDismenore : (-)
F. Riwayat Pernikahan Pasien menikah 1 x dengan suami sekarangUsia menikah : 22 tahun, dengan suami umur : 26 tahun
G. Riwayat Persalinan1. ♂, spontan, 3000 gr, bidan, sehat (20 th)2. Abortus3. ♂, spontan, 2300 gr, bidan, sehat (18 th)4. ♂, spontan, 3100 gr, bidan, sehat (6 th)
H. Riwayat Keluarga BerencanaPasien menggunakan KB suntik selama ± 5 tahun dan sudah berhenti 1 tahun yg
lalu
I. Riwayat Operasi Pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya
J. Riwayat Kebiasaan Psikososial Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak minum jamu dan tidak
minum kopi
III. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menitRR : 24 x/mS : 36,8 0C
Kepala : normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut. Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik THT : Sekret tidak ada, mukosa tidak hiperemis Leher : Perabaan kelenjar tiroid tidak teraba membesar, perabaan
kelenjar getah bening tidak teraba membesar Thoraks :
2
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Cor : S1-S2 normal reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada
Mamae : Simetris, besar normal, retraksi papil -/-
Abdomen : I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, konsistensi padat, batas tidak tegas, tepi rata, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Ekstremitas : akral hangat, oedema tungkai -/-,
B. Status Ginekologis
1. Pemeriksaan Luar Abdomen : I : perut tampak bucit
P : teraba massa di kuadran umbilicalis, konsistensi padat, batas tidak tegas, tepi rata, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
2. Pemeriksaan Dalam a. Inspekulo : tidak dilakukan b. Vagina toucher :
Vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
C. Pemeriksaan Penunjang
3
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
1. Laboratorium Hematologi Lengkap
KOMPONEN 25/08/10 27/08/10 30/08/10 31/08/10 NILAI NORMAL
SATUAN
HbHt
TrombositLeukositEritrosit
LEDMCVMCH
MCHC
HITUNG JENISBasofil
EosinofilBatangSegmenLimfositMonosit
KIMIA DARAHDIABETES
Glukosa puasaGlukosa 2 jam PP
FUNGSI HATISGOT/ASTSGPT/ALT
FUNGSI GINJALUreum
Creatinin
HEMOSTATISMasa perdarahanMasa pembekuan
414,9
400.0006.1002,5691
58,215,626,8
00158383
101117
2339
200,4
2’00”11’00”
6,321,7
294.00011.600
9,229,4
300.00011.600
9,731,7
264.00012.500
11,2-15,734-45
163.000-369.0003900-100004,5-5,5 juta
<1082-9327-3132-36
0-11-32-6
50-7020-402-8
60-11060-140
<37<41
20-400,5-1,5
1’00”-6’00”5’00”-15’00”
g/dl%/ul/ul/ul
mm/jamflpg
g/dl
%%%%%%
mg/dlmg/dl
U/lU/l
mg/dlmg/dl
menitmenit
4
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Urine lengkap
JENIS PEMERIKSAAN 25/08/10 SATUAN NILAI NORMAL
WarnaKejernihan
PHBerat JenisAlbuminGlukosaKeton
UrobilinogenBilirubin
Darah SamarLeukosit esterse
Nitrit
SEDIMENEritrositLeukositSilinderEpitelKristalBakteri
Lain-lain
KuningJernih
6,51015
NegatifNegatifNegatif
0,2NegatifNegatifNegatifNegatif
0-20-5
NegatifGepeng +1
NegatifNegatifNegatif
EU
/LPB/LPB
5-81005-1030
0,1-1
<2<5
2. Ultrasonografi (USG) Tgl 20/08/10 (per abdominal)Uterus membesar, cavum uteri terisi massa heterogenDinding kesan berbenjol, ukuran 10x11 cmKesan : Myoma uteri
Tgl 26/08/10 (trans vaginal)Uterus anteflexiTampak benjolan berukuran 142x141 mmKesan : Myoma uteri
III. ASSESMENT
5
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
A. DIAGNOSA KERJAP3A1 dengan menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis
B. PROGNOSA Vitam : Dubia ad bonam Functionam : Bonam Sanationam : Bonam Kosmetikum : Bonam
C. DAFTAR MASALAH Bagaimana penanganan myoma uteri yang disertai dengan anemia gravis? Pada pasien ini, langkah penanganan apa yang akan diambil? Apakah penatalaksanaan yang dipilih? Kapan waktu yang tepat dilaksanakan tindakan operatif? Apakah komplikasi tindakan operatif? Bagaimana prognosis myoma uteri terhadap pasien ini?
IV. PLANNING1. Rencana Diagnosis Periksa Laboratorium darah lengkap dan urine lengkap2. Rencana Penatalaksaan
Pro rawat inap Cek laboratorium darah rutin setiap hari Observasi tanda vital Koreksi anemia Medikamentosa : - RL kolf
FOLLOW UP
6
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Tgl S O A P
27/08/10 - Tidak ada keluhan-Darah dari vagina Sedikit
KU/Kes = TSR/CMTD = 120/80 mmHgN = 86 x/mntS = 36,7 CRR = 24 x/mnt
St. generalis :Mata : conjunctivaanemis +/+, sclera tidak ikterik
St. ginekologi :Abdomen :I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, tepi rata, konsistensi padat, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Genitalia :VT : Vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
P3A1 dengan menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis
-IVFD RL-Transfusi sampai Hb ≥ 10 gr/dl (hari ini transfusi PRC 1000cc)- Bila KU baik, pro curettage & laparotomi
Tgl S O A P
28/08/10 - Tidak ada keluhan KU/Kes = TSR/CM P3A1 dengan -IVFD RL
7
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
&29/08/10
-Darah dari vagina Sedikit
TD = 110/80 mmHgN = 88 x/mntS = 36,5 CRR = 26 x/mnt
St. generalis :Mata : conjunctivaanemis +/+, sclera tidak ikterik
St. ginekologi :Abdomen :I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, tepi rata, konsistensi padat, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Genitalia :VT : Vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis
-Transfusi sampai Hb ≥ 10 gr/dl - Bila KU baik, pro curettage & laparotomi
Tgl S O A P
8
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Tgl S O A P
30/08/10&
31/08/10
- Tidak ada keluhan-Darah dari vagina Hanya berupa flek
KU/Kes = TSR/CMTD = 120/80 mmHgN = 86 x/mntS = 36,7 CRR = 24 x/mnt
St. generalis :Mata : conjunctivaanemis +/+, sclera tidak ikterik
St. ginekologi :Abdomen :I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, tepi rata, konsistensi padat, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Genitalia :VT : Vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
P3A1 dengan menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis
-IVFD RL-Transfusi sampai Hb ≥ 10 gr/dl (hari ini transfusi PRC 500cc)- Bila KU baik, pro curettage & laparotomi
Tgl S O A P
9
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
01/09/10 - Tidak ada keluhan-Darah dari vagina Hanya berupa flek
KU/Kes = TSR/CMTD = 120/80 mmHgN = 86 x/mntS = 36,8 CRR = 26 x/mnt
St. generalis :Mata : conjunctivaanemis -/-, sclera tidak ikterik
St. ginekologi :Abdomen :I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, tepi rata, konsistensi padat, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Genitalia :VT : Vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
P3A1 dengan menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis
-IVFD RL-hari ini curettage
10
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Tgl S O A P
02/09/10 - Perut sedikit mules stlh curettage
KU/Kes = TSR/CMTD = 120/80 mmHgN = 86 x/mntS = 36,8 CRR = 26 x/mnt
St. generalis :Mata : conjunctivaanemis -/-, sclera tidak ikterik
St. ginekologi :Abdomen :I : perut tampak bucitP : teraba massa di kuadran umbilicalis, tepi rata, konsistensi padat, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cmP : pekak pada abdomen bawahA : bising usus + 5x/menit
Genitalia :VT : tidak dilakukan pemeriksaan
P3A1 dengan menometrorrhagia ec myoma uteri dan anemia gravis, post curettage hari ke-1
-IVFD RL- Boleh pulang, kontrol 1 minggu lagi ke poliklinik sambil membawa hasil PA
BAB II
MYOMA UTERI
11
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
II.1 PENDAHULUAN
Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling umum ditemukan pada
wanita. 1,2 Terlihat pada 20 % diantara wanita berumur 20-35 tahun. Insidensnya
meningkat seiring umur hingga hampir 40 % pada umur diatas 45 tahun. Beberapa
penelitian USG menyatakan adanya sedikitnya satu myoma kecil pada 51 % wanita
(Day Baird, 2003). 3,4
Penelitian lain menyatakan bahwa sebanyak 3 dari 4 wanita memiliki myoma,
tetapi kebanyakan tidak sadar karena tidak menimbulkan tanda dan keluhan. Myoma
yang menyebabkan masalah hanya satu dari empat wanita yang memiliki myoma, tidak
jarang dokter menemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan dalam dan USG
prenatal. 5
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang-sarang myoma. Myoma uteri lebih sering didapati pada
wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. 2
Etiologi dari myoma uteri tidak diketahui. 3 Beberapa ahli yang mengemukakan
teori patogenesis myoma yaitu Meyer dan Desnoo, Lipschutz, Puukka dan kawan-
kawan. Puukka dkk., menyatakan bahwa reseptor estrogen pada myoma lebih banyak
didapati daripada myomaetrium normal. Sedangkan menurut Meyer asal myoma adalah
sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. 2
Myoma tumbuh sebagai respon terhadap rangsangan estrogen. Myoma uteri
tidak terjadi sebelum menarche/pubertas dan di bawah pengaruh hormon. Myoma
biasanya tumbuh pada masa reproduktif dan tidak pernah terjadi setelah menopause
bahkan yang telah ada pun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause. Setelah
menopause, hanya kira-kira 10% myoma yang masih bertumbuh. 2,3 Bila myoma uteri
bertambah besar pada masa post menopause, harus dipikirkan degenerasi maligna
(Sarcoma). 1
12
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Jika myoma tumbuh secara mikroskopik dan terisolasi, myoma biasanya
multiple dan biasanya berukuran kurang dari 15 cm tapi bisa mencapai ukuran yang
sangat besar dengan berat lebih dari 45 kg (100 pon). 3
Myoma uteri berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang
menompangnya sehingga dalam kepustakaan dikenal juga sebagai fibromyoma, fibroid,
leiomyoma. 1,2
Walaupun biasanya asimptomatik, myoma dapat menyebabkan banyak
problema termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas.
Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak
untuk dilakukan histerektomi di Amerika Serikat. 3,5
II.2 DEFINISI
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan
jaringan ikat yang menompangnya dan sering juga disebut sebagai fibromyoma,
leiomyoma, fibroid. Dapat bersifat tunggal atau multipel dan mencapai ukuran besar
(100 pon). Konsistensinya keras, dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat
dilepaskan dari sekitarnya. Penampangnya berbentuk “whorled like trabeculation” yang
khas seperti konde. 1,3
II.3 INSIDENS
Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling umum ditemukan pada
wanita. 1,2 Terlihat pada 20 % diantara wanita berumur 20-35 tahun. Insidensnya
meningkat seiring umur hingga hampir 40 % pada umur diatas 45 tahun, jarang sekali
ditemukan pada wanita berumur < 20 tahun. Beberapa penelitian USG menyatakan
adanya sedikitnya satu myoma kecil pada 51 % wanita (Day Baird, 2003). 3,4
Penelitian lain menyatakan bahwa sebanyak 3 dari 4 wanita memiliki myoma,
tetapi kebanyakan tidak sadar karena tidak menimbulkan tanda dan keluhan. Myoma
yang menyebabkan masalah hanya satu dari empat wanita yang memiliki myoma, tidak
jarang dokter menemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan dalam dan USG
prenatal. 5
13
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang-sarang myoma. Myoma uteri lebih sering didapati pada
wanita nullipara atau yang kurang subur dan pada wanita berkulit hitam. Faktor
keturunan juga memegang peran. Setelah menopause hanya kira-kira 10% yang masih
tumbuh. 2
II.4 KLASIFIKASI
1) Menurut lokalisasi, myoma uteri terdapat di : 1,2,6
a) Cervical (1-3%)
b) Corporal
Cervical lebih jarang tetapi bila mencapai ukuran besar dapat menekan kandung
vesica urinaria dan menyebabkan gangguan miksi serta teknik operasinya lebih sukar. 1
2) Menurut posisi myoma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi
dalam 3 jenis : 1,2
a. myoma submukosa
b. myoma intramural/interstitial
c. myoma subserosa/subperitonal
Myoma Submukosa
Tumbuh tepat di bawah endometrium dan menonjol ke dalam cavum uteri.
Sering juga tumbuh bertangkai yang panjang dan menonjol melalui serviks menuju ke
vagina sehingga dapat terlihat secara inspekulo dan disebut sebagai myoma geburt.
Myoma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga OUE berbentuk
bulat sabit.
Karena tumbuh di bawah endometrium dan di endometriumlah pendarahan
uterus yang paling banyak, sehingga myoma submukosa ini paling sering menyebabkan
perdarahan uteri yang banyak dan iregular (menometrorrhagia). Akibatnya diperlukan
14
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
tindakan histerektomi pada kasus myoma dengan perdarahan yang sangat banyak
walaupun ukurannya kecil.
Myoma submukosa yang bertangkai sering terinfeksi (ulcerasi) dan mengalami
torsi (terpelintir) ataupun menjadi nekrosis dan apabila hal ini terjadi maka kondisi ini
menjadi perhatian utama sebelum mengatasi myoma itu sendiri (sindrom mirip dengan
akut abdomen).
Kemungkinan terjadi degerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis myoma
submucosa ini. Adanya myoma submucosa dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump”
(benjolan waktu kuret).
Myoma Intramural atau Interstitial
Tumbuh di dinding uterus di antara serabut myometrium. Ukuran dan
konsistensinya bervariasi, jika besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran
uterus dan berbenjol-benjol.
Myoma Subserosa atau Subperitoneal
Tumbuh di bawah tunika serosa (tumbuh keluar dinding uterus) sehingga
menonjol keluar pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Myoma jenis ini juga
dapat bertangkai. Jika myoma subserosa yang bertangkai ini mendapat perdarahan
ekstrauterin dari pembuluh darah omentum, maka tangkainya dapat atrofi dan diserap
sehingga terlepas sehingga menjadi parasitic myoma.
Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan
intra abdominal. Malah myoma subserosa ini juga dapat tumbuh diantara kedua lapisan
peritoneal dari ligamentum latum menjadi myoma intraligamenter yang dapat menekan
ureter dan A. iliaca, sehingga menimbulkan gangguan miksi dan rasa nyeri.
15
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Gambar 1. Klasifikasi myoma uteri
16
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
II.5 PATOGENESIS
Penyebab myoma uteri tidak diketahui. Ada bukti bahwa setiap sel myoma
adalah uniselular yang berasal (monoclonal) dari penelitian glukosa-6-fosfat
dehidrogenase. Hal ini sesuai dengan teori dari Meyer dan De Snoo bahwa asal sel
myoma adalah sel imatur, bukan dari sel otot yang matur (teori cell nest atau teori
genitoblast). 2,3
Walau tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan myoma uteri, tetapi
estrogen jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan myoma (menjadi lebih besar). Hal ini
juga sesuai dengan percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci
percobaan yang ternyata dapat menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. 2
Sel-sel myoma mempunyai reseptor estrogen yang lebih banyak daripada sel-sel
myometrium yang normal dan hal ini sesuai yang ditemukan oleh penelitian Puukka
dan kawan-kawan, tapi sel-sel myoma yang tumbuh di endometrium mempunyai
reseptor estrogen yang rendah. Sel-sel myoma tidak mempunyai reseptor progesteron.
Estrogen mungkin memperbesar ukuran myoma dengan peningkatan produksi matriks
ekstraseluler. Leiomyoma mungkin bertambah besar dengan terapi estrogen dan selama
kehamilan, tetapi hal tersebut tidak selalu terjadi. 2,3
Hipotesis yang menyatakan HGH (Human Growth Hormon) berhubungan
dengan pertumbuhan myoma telah secara luas dibuktikan tidak berhubungan dengan
penelitian radioimunoassay dari HGH pada wanita hamil dan wanita yang
menggunakan estrogen tapi terdapat spekulasi bahwa pertumbuhan myoma pada
kehamilan berhubungan sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL (Human Placental
Lactogen). 3
17
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
II.6 PATOLOGI ANATOMI
Myoma uteri biasanya multipel, terpisah dan sferis atau berlobulasi yang tidak
teratur. Walaupun myoma mempunyai pseudocapsule, myoma ini dapat jelas dibedakan
dari myomaetrium yang normal dan dapat dienukleasi secara mudah dari jaringan
sekitarnya. 1,2,3
Secara makroskopis pada potongan melintang, myoma itu berwarna lebih pucat,
bulat, licin dan biasanya padat dan jika myoma yang baru saja diangkat tersebut
dibelah, permukaan tumor terpisah dan mudah dibedakan dari pseudocapsulenya.
Secara mikroskopik, myoma uteri terdiri dari berkas otot polos dan jaringan
ikat, yang tersusun seperti konde/pusaran air (Whorled like appearrance). 1,2,3
II.7 FAKTOR RESIKO 5
Ada beberapa faktor resiko untuk myoma, selain wanita usia reproduktif.
Herediter mungkin berperan. Jika ibu atau saudara perempuan memiliki myoma, maka
itu meningkatkan kemungkinan berkembangnya myoma.
Penelitian mengenai faktor resiko belum dapat disimpulkan. Meskipun beberapa
penelitian memberi kesan bahwa wanita obese beresiko lebih tinggi myoma, penelitian
lain tidak menunjukan hubungan.
Penelitian lain menunjukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
dan wanita atletik beresiko lebih rendah untuk myoma tetapi penelitian berikutnya
gagal menunjukan hubungan ini. Peneliti juga melihat apakah kehamilan dan kelahiran
memberikan efek protektif, tetapi hasilnya belum jelas.
II.8 PERUBAHAN SEKUNDER PADA MYOMA UTERI
Perubahan sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran
histopatologi dan terbagi menjadi 2 bagian besar : 1,2
1. Degenerasi jinak, yang terbagi lagi menjadi 7 : 1,2,3,6
a. Atrofi
Tanda dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran
myoma yang mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.
18
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena
myoma telah menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi
homogen dimana tumor ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna
kuning, lembut bahkan seperti gel/agar-agar (bergelatin). Tumor ini biasanya
asimtomatik.
c. Degenerasi Kistik (Likuifikasi)
Merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin yang ekstrim sehingga seluruh
tumor menjadi mencair seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista
ovarium.
Stress fisik dapat menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan
evakuasi secara mendadak isi cairan tersebut ke dalam uterus, rongga peritoneum
dan ruang retroperitoneal. Dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d. Kalsifikasi (Degenerasi membatu)
Myoma jenis subserosa yang tersering mengalami kalsifikasi ini karena
sirkulasi darah yang terganggu dan terutama pada wanita berusia lanjut. Hal ini
terjadi karena presipitasi CaCO3 (calcium carbonate) dan fosfat sebagai
kelanjutan dari sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat
dengan jelas (opak) dan dikenal sebagai “ Womb Stone”.
e. Septik atau infeksi dan supurasi
Sirkulasi yang tidak adekuat menyebabkan nekrosis sentralis dari tumor yang
kemudian terinfeksi terutama terjadi pada jenis submukosa akibat adanya ulserasi.
Hal ini menyebabkan nyeri perut bawah yang akut disertai demam.
f. Degenerasi merah (Red or Carneous)
Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan
kongesti dengan perdarahan interstitial (nekrosis sub akut) sehingga pada irisan
melintang tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan
19
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
penumpukan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika
degenerasi merah ini terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi myomaetrium.
Degenerasi merah ini merupakan degenerasi dan infark yang aseptik.
Biasanya pada degenerasi merah juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan
sembuh sendiri dan tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Tanda dan gejala ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi
myoma yang bertangkai.
Komplikasi potensial dari degenerasi dalam kehamilan meliputi kelahiran
preterm dan sangat jarang mencetuskan DIC (Disseminated Intravascular
coagulation).
g. Degenerasi Lemak (myxomatous or fatty)
Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan merupakan
kelanjutan dari degenerasi hialin dan kistik.
2. Degenerasi malignansi/Sarcomatosa/Ganas. 1,2,3
Myoma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6%
dari seluruh myoma serta merupakan 50-75% dari semua jenis sarkoma uteri.
Kecurigaan malignansi apabila myoma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran
myoma pada menopause.
II.9 PATOFISIOLOGI 3
Meskipun myoma umum terjadi, hanya beberapa yang menimbulkan keluhan,
yang tergantung pada ukuran, jumlah dan lokasi myoma. Umumnya myoma timbul
karena rangsangan estrogen yang ada sampai terjadinya menopause. Seiring waktu,
myoma asimptomatik sebelumnya tumbuh dan menjadi simptomatik. Sebaliknya,
banyak myoma mengecil pada menopause.
Tekanan pelvis dan keluhan nyeri disebabkan efek massa. Ini dapat terjadi pada
myoma tunggal besar atau dari kombinasi myoma kecil multipel. Myoma dapat tumbuh
sebesar uterus kehamilan aterm. Yang menarik, mungkin karena pertumbuhan yang
20
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
lambat dan akomodasi oleh pasien, beberapa uterus yang sangat besar dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien dan tidak membutuhkan intervensi. Beberapa myoma yang
menganggu ureter dapat menyebabkan hidronefrosis dan yang lebih jarang obstruksi
ureter.
Kelainan perdarahan dikarenakan distorsi kavitas endometrial oleh myoma.
Tidak seperti nyeri yang disebabkan myoma yang besar atau multiple, beberapa pasien
mengalami perdarahan intermenstrual atau menorrhagia dari satu myoma, kecil dan
letaknya strategis.
Myoma submukosa terkadang dapat prolaps sampai ke serviks dan mungkin
tidak menimbulkan gejala atau menimbulkan perdarahan yang signifikan.
Nyeri akut jarang terjadi dan terjadi karena perpaduan 1 dari 2 kemungkinan.
Beberapa myoma pedunculated dapat mengalami torsi yang menyebabkan nyeri seperti
pada torsi ovarium. Myoma besar juga dapat terganggu pasokan darahnya,
menyebabkan infark (myoma degeneratif) yang menyebabkan nyeri.
Meskipun belum ada kesepakatan bersama mengenai mekanismenya, myoma
diperkirakan berkaitan dengan infertilitas, malpresentasi fetal, dan kelahiran preterm
(practice committee of the American society for reproductive medicine, 2004).
Mekanisme yang mungkin termasuk distorsi kavitas endometrial dan kelainan
endometrium yang meliputi myoma.
II.10 GEJALA KLINIS
Gejala-gejala myoma hanya terdapat pada 35-50 % pasien dengan myoma uteri.
Malah kebanyakan myoma ini tidak memberikan gejala (kebetulan ditemukan) dan
bahkan myoma yang sangat besar dapat tidak terdeteksi terutama pada pasien yang
gemuk. 2,3
Gejala myoma uteri tergantung dari : 1,2,3
a. Jenis myoma (subserosa, intramural, submukosa)
b. Besarnya myoma
c. Lokalisasi myoma
d. Perubahan (degenerasi) dan komplikasi yang terjadi
21
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Gejala-gejala myoma uteri sebagai berikut:
a. Perdarahan yang abnormal (menometrorrhagia, dismenorrhae)
b. Nyeri
c. Akibat tekanan (pressure effect)
d. Tumor/massa di perut bawah
e. Gejala-gejala sekunder
f. Infertilitas
g. Abortus spontan
Perdarahan yang abnormal 1,2,3
Merupakan gejala yang tersering (+ 30%) dan manifestasi klinik yang paling
penting pada leiomyoma. Biasanya dalam bentuk menorrhagia, metrorrhagia,
dysmenorrhea. Jenis myoma yang sering menyebabkan perdarahan adalah myoma
submukosa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium.
2. Permukaan endometrium di atas myoma submukosa
3. Atrofi endometrium di atas myoma submukosa
4. Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang myoma diantara
serabut myometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
Nyeri 1,2,3
Gejala ini tidak khas untuk myoma. Nyeri timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada myoma, infeksi, nekrosis, torsi myoma yang bertangkai atau karena
kontraksi myoma subserosa dari cavum uteri. Rasa nyeri yang diakibatkan infark dari
torsi atau degenerasi merah dapat menyerupai Akut Abdomen (disertai enek dan
muntah-muntah).
22
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Myoma yang sangat besar dapat menyebabkan “sensasi berat (penuh)” pada
daerah panggul, sensasi massa dalam pelvis, atau sensasi massa yang dapat diraba
melalui dinding perut. Punggung yang pegal atau sakit adalah gejala yang umum karena
penekanan terhadap urat saraf yang menjalar ke punggung, pinggang dan tungkai
bawah. Pada myoma Geburt menyebabkan kanalis servikalis sempit sehingga timbul
dysmenorrhae.
Akibat Tekanan 1,3
Bila menekan kandung kemih, akan menimbulkan kerentanan kandung kemih
(Bladder irritability), polakisuria dan dysuria. Bila urethra tertekan, bisa timbul retentio
urine. Bila berlarut - larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rektum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang
sakit pada waktu defekasi.
Tumor dalam cavum Douglasi dapat menyebabkan retensio urine. Kalau besar
sekali, mungkin ada gangguan pencernaan, kalau terjadi tekanan pada Vena Cava
Inferior akan terjadi oedema tungkai bawah.
Myoma pada cervical dapat menyebabkan sekret vaginal yang serosanguineous,
perdarahan vaginal, dyspareunia dan infertilitas.
Gejala Sekunder 2
Akibat perdarahan yang hebat:
- Anemia
- Lemah
- Pusing-pusing
- Erythrocytosis pada myoma yang besar
Infertilitas 3
Myoma dapat menyebabkan infertilitas, tergantung jumlah, ukuran dan lokasi
uterus. Jika terletak pada dinding terluar uterus, tidak akan menyebabkan infertilitas.
Tetapi harus ditekankan bahwa adanya myoma, jika wanita itu hamil, maka dapat
23
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
terjadi aborsi. Jika tidak menyebabkan aborsi, maka akan menimbulkan beberapa
masalah saat melahirkan, durasi persalinan memanjang, mungkin terjadi perdarahan
yang lebih banyak melalui uterus. Jadi myoma harus diangkat dengan pembedahan.
Penilaian infertilitas biasanya termasuk pemeriksaan myoma, khususnya myoma
submukosa. USG, HSG, sonohysterography atau hysteroscopy sering dipakai karena
myoma submukosa tidak teraba selama pemeriksaan pelvis.
Myoma yang menyebabkan infertilitas primer hanya 2-10% dari pasien. Jenis
myoma yang berhubungan dengan infertilitas adalah myoma submukosa yang
bertangkai dan myoma yang terletak di dekat cornu. Infertilitas sekunder yang
disebabkan myoma dikarenakan perdarahan uteri abnormal, motilitas uterine atau tuba
yang berpengaruh dengan transportasi sperma.
Abortus Spontan 3
Insidens abortus spontan yang secara sekunder berhubungan dengan myoma
tidak diketahui tapi insidens ini 2 x lebih banyak daripada wanita hamil normal.
Contohnya, kejadian abortus spontan sebelum myomaektomi kira-kira 40% dan sesudah
myomaektomi kira-kira 20%.
II.11 Pemeriksaan Fisik Pada Myoma Uteri 1,2,3
Myoma dapat secara mudah ditemukan dengan pemeriksaan rutin bimanual dari
uterus atau kadang-kadang dengan palpasi pada abdomen bawah.
Pemeriksaan Bimanual akan mengungkapkan tumor padat, keras, teraba
berbenjol-benjol, gerakan bebas, tidak sakit, umumnya terletak di garis tengah atau
agak ke samping dan harus dipastikan bahwa tumor merupakan bagian dari rahim.
Myoma submukosa kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam
kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Dengan sondase, cavum uteri menjadi luas dan tidak rata yang terutama terdapat
pada myoma intramural.
24
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Retroflexi uterus dan retroversi mungkin menyulitkan pemeriksaan diagnosis
fisis walaupun tumor itu merupakan suatu myoma yang berukuran sedang (3). Apabila
servix ditarik ke atas dan ke belakang simfisis, biasanya ditemukan suatu jaringan
fibroid yang besar.
II.12 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonography: myoma dapat dideteksi melalui pemeriksaan pelvis. Jika ada
keraguan atau jika ada pembesaran uterus harus dikonfirmasi atau dibedakan
dari massa pelvis, USG berguna. myoma juga dapat dideteksi dengan CT scan
atau MRI, tetapi lebih mahal dan tidak membantu mengambarkan uterus sebaik
USG.
USG pelvik umumnya dapat membantu diagnosis dan menyingkirkan kehamilan
sebagai pembesaran hamil. USG pelvik merupakan pemeriksaan pencitraan
yang paling utama pada kasus myoma tapi bukan berarti USG pelvik merupakan
pengganti pemeriksaan bimanual dari uterus dan pemeriksaan abdomen. 3
HSG or sonohysterography: dalam penilaian kavitas endometrial, jika ada
kemungkinan kuat adanya myoma dalam kavitas endometrial, gunakan HSG
atau sonohysterography.
MRI (Magnetic Resonans Imaging): sangat tinggi akurasinya dalam
menunjukkan jumlah, besar dan lokasi leiomyoma. 3
Myomektomi tidak bisa diterima jika pasien memiliki keganasan endometrial.
Biopsi endometrial dilakukan sebelum melakukan myomaektomi pada pasien
diatas 35 tahun yang memiliki riwayat perdarahan tidak teratur.
Endometrial biopsi: Untuk mencari penyebab lain kelainan perdarahan, seperti
kanker uteri, akan diambil contoh sel dari lapisan uterus untuk analisis
laboratorium. Prosedur ini disebut biopsi endometrium.
25
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Laboratorium 3
Anemia merupakan tanda umum dari myoma uteri. Anemia ini terjadi karena
perdarahan uteri yang banyak dan penurunan kadar zat besi. Kadang-kadang didapatkan
eritrositosis pada pasien. Hematokrit akan menjadi normal setelah rahim diangkat dan
terjadi peningkatan erithropoetin.
Selain itu, polisitemia dan kelainan ginjal mengarah pada spekulasi bahwa
leiomyoma mungkin menekan ureter menyebabkan tekanan balik ureter dan kemudian
merangsang produksi eritropoeitin ginjal.
Leukositosis, panas dan kenaikan sedimentasi mungkin timbul bila terdapat
degenerasi atau infeksi akut pada myoma.
Juga pemeriksaan darah untuk menyingkirkan kelainan perdarahan dan untuk
menentukan tingkat hormon reproduktif yang dihasilkan ovarium.
Pemeriksaan Khusus 1,3,5,9
Histeroskopi mungkin dapat membantu dalam identifikasi dan juga untuk
mengangkat myoma submukosa. Laparaskopi lebih jelas dalam menentukan asal dari
leiomyoma dan lebih banyak digunakan untuk myomaektomi.
Histeroskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan histeroskop, yang
merupakan teleskop kecil yang dimasukkan kedalam serviks sampai ke uterus. Tube
mengeluarkan gas atau cairan untuk melebarkan uterus, sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap dinding uterus dan membuka tuba fallopi. Histeroskop modern
bisa sangat kecil sehingga dapat mencapai serviks dengan dilatasi minimal atau tanpa
dilatasi. Dengan histeroskop kita dapat melihat myoma, polip, dan masalah lain yang
dapat menyebabkan perdarahan.
Histerosonografi : Menggunakan ultrasound untuk mendapatkan gambaran
kavitas uteri.
Histerosalpingografi : Menggunakan pewarna untuk menerangi kavitas uterine
dan tuba fallopi pada gambaran sinar X.
26
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Gambar 2. Histereskopi sebagai pemeriksaan penunjang
Gambar 3. Myoma uteri dengan histerskopi
27
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
II.13 DIAGNOSIS BANDING
Kelainan yang mirip dengan keluhan dan tanda (5):
Adenomyosis. Pada kondisi ini, kelenjar normal yang terletak pada lapisan uterus
menembus dinding otot uterus. Nyeri terjadi ketika jaringan kelenjar yang
berpindah tempat berkembang selama siklus menstruasi dan mengelupas selama
menstruasi. Perdarahan abnormal terjadi ketika jaringan membesar dan darah
merembes dari otot. Penanganan berupa pembedahan atau terapi hormonal.
Disfungsi hormonal. Kelainan hormon yang menyertai ovulasi dapat
menyebabkan perdarahan berat dan penebalan lapisan uterus.
Polips uterus (endometrial). Pertumbuhannya biasanya jinak, membesar dari
lapisan uterus. Dapat menyebabkan perdarahan menstrual berat, noda setelah
periode menstruasi atau noda yang tidak berkaitan dengan menstruasi.
Pada myoma subserosa, diagnosa bandingnya adalah:
a. Massa solid yang lain seperti tumor ovarium yang solid, tumor dermoid,
lymphoma, limphosarkoma
b. Kehamilan uterus gravidus
Pada myoma submukosa yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah:
a. Inversio uteri
Pada myoma intramural, diagnosa bandingnya adalah:
a. Adenomiosis
b. Khoriokarsinoma
c. Karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri
II.14 PENATALAKSANAAN
28
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan,
keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran
lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri. 3
Disini akan dibahas penatalaksanaan myoma uteri pada wanita yang tidak hamil.
Penatalaksanaan myoma uteri pada wanita hamil akan dibahas tersendiri.
A. Konservatif dengan pemeriksaan periodik 1,2,3
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun
medikamentosa terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan atau keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan
3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvik dan atau USG pelvik
seharusnya diulang.
Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan.
Bahkan pertumbuhan myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut.
Estrogen harus digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post
menopause dengan myoma atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus
diperiksa dengan pemeriksaan pelvik dan USG pelvik setiap 6 bulan. Perlu diingat
bahwa penderita myoma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. Bila
didapatkan pembesaran myoma pada masa post menopause, harus dicurigai
kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total.
B. Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadotropin Releasing Hormon
Agonist) 5
Hal ini didasarkan atas pemikiran myoma terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRHa dapat selama 16 minggu
pada myoma uteri menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil.
Karena itu GnRH berguna mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid
submukosa yang malah dapat memperberat perdarahan).
Untuk merangsang siklus menstruasi baru, hipotalamus menghasilkan GnRH
yang kemudian dibawa ke kelenjar pituitary, lalu merangsang ovarium untuk
menghasilkan estrogen dan progesteron.
29
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Obat yang disebut Gn-RH agonists (Lupron, Synarel) beraksi seperti GnRH.
Tetapi ketika dipakai sebagai terapi, agonis GnRH memberikan efek yang
berlawanan terhadap hormon alami yang ada. Estrogen dan progesteron
rendah, menstruasi berhenti, myoma mengecil dan anemia membaik.
GnRH dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam
dibawah kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh
sehingga myoma dapat mengecil. Namun, keamanan jangka panjang dan
keefektifannya belum ditentukan, tingkat hipoestrogenik dalam waktu lama
meningkatkan resiko osteoporosis.
Menurut literatur terakhir, pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan
myomektomi lebih sulit. Pemakaian GnRHa hanya boleh digunakan sementara
karena GnRH menyebabkan menopause yang palsu. Bila pemakaian GnRH
dihentikan maka myoma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen
karena myoma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi.
Androgen. Ovarium dan kelenjar adrenal menghasilkan androgen. Danazol,
sintetik testosterone mengecilkan tumor fibroid, mengurangi ukuran uterus,
menghentikan menstruasi dan memperbaiki anemia. Namun menimbulkan efek
samping yang tidak enak seperti berat badan bertambah, dysphoria, jerawat,
sakit kapala, pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan dan suara yang lebih
berat, menyebabkan banyak wanita menghindarinya.
Pengobatan lain. Kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol
perdarahan menstruasi tetapi tidak mengurangi ukuran fibroid. AINS,
pengobatan non hormonal, efektif terhadap perdarahan vaginal berat yang tidak
berkaitan dengan myoma, mereka tidak mengurangi perdarahan yang
disebabkan oleh myoma.
Leiomyoma merupakan hasil proliferasi sel otot halus dan proliferasi sel
tersebut dihambat oleh heparin. Pengertian ini memberikan harapan bahwa heparin
dapat digunakan sebagai terapi myoma.
30
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Terapi dengan AINS, pil kontrasepsi oral, progestins, androgens, dan analog
GnRH dicoba (Davis, 1995).
C. Pengobatan Operatif
Ada 4 dasar pengobatan operatif untuk myoma, yaitu :
1. Myomektomi 1,6,7,9
Definisi
Adalah tindakan bedah dimana pengambilan myoma melalui laparatomi atau
laparoskopi tergantung ukuran, jumlah dan lokasi myoma. Dilakukan pengambilan
sarang myoma saja tanpa pengangkatan uterus. Myomektomi dilakukan bila masih
menginginkan keturunan, syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk
menghilangkan kemungkinan keganasan. Myomektomi berhasil untuk mengontrol
perdarahan kronik akibat myoma.
Indikasi
Myomektomi juga sering diterapkan pada pasien dengan infertilitas karena
adanya myoma. Penelitian yang mendukung myomaektomi sebagai upaya
memperbesar fertilitas masih tidak valid; meskipun demikian, rekomendasi kini
untuk melakukan myomaektomi terhadap wanita yang infertil setelah penyebab lain
disingkirkan (Practice Committee of the American Society for Reproductive
Medicine, 2004).
Myoma dapat diangkat dengan pembedahan laparotomi atau laparoskopik,
tergantung jumlah dan ukuran myoma. Jika lebih besar dari 7 cm, atau jika
jumlahnya lebih dari 4, atau jika letaknya dekat tuba fallopi, myoma harus diangkat
dengan laparotomi. Myoma pedunculated dapat dieksisi dengan pembedahan
laparoskopik.
Jika wanita itu menginginkan kehamilan, diijinkan setelah 4 bulan pengangkatan
myoma. Jika wanita itu sudah hampir menopause dan tidak ada keluhan, maka tidak
dibutuhkan penanganan.
31
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Kontraindikasi
Myomektomi tidak beralasan dilakukan pada myoma simptomatik pada pasien
yang tidak lagi menginginkan kesuburan atau mempertahankan uterus lagi.
Sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang ada kemungkinan kanker endometrial
atau sarkoma uterina. Dihindarkan pada pasien yang sedang hamil, sebaiknya tidak
dikerjakan pada pasien asimptomatik. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa
myomektomi profilaktik dari myoma asimptomatik menurunkan resiko di masa
mendatang. Kontraindikasi relatif termasuk kemungkinan besar bahwa uterus
fungsional tidak dapat direkonstruksi setelah eksisi myoma.
Myoma yang terletak pada daerah pembuluh darah atau ligamen terkadang sulit
untuk mengangkat tanpa melakukan histerektomi. Jika pasien memiliki beberapa
myoma kecil, angkat dan rekonstruksi uterus untuk mendukung kehamilan di masa
mendatang.
Komplikasi
Jangka pendek termasuk pendarahan, infeksi, kerusakan visceral dan
tromboemboli. Pada 1996, Iverson dkk, hampir 13% pasien memiliki temperatur
lebih dari atau 38.5°C (101.3°F) 48 jam postoperatif dan diberikan antibiotik.
Pasien yang menjalani myomektomi biasanya demam terjadi dalam 48 jam
postoperasi, fenomena ini unik pada prosedur ini. Hal ini juga dipelajari Iverson dkk
(1999) mencatat 33 % demam terjadi dalam 48 jam pertama. “Demam myomektomi”
ini diduga disebabkan keluarnya faktor pirogenik selama diseksi myoma atau dari
hematoma pada defek yang ditinggalkan karena penangkatan myoma.
Resiko jangka pendek penting adalah kebutuhan untuk mengubah myomektomi
menjadi histerektomi selama intraoperatif. Ini terjadi karena 2 alasan. Pertama,
rekonstruksi uterus tidak memungkinkan karena banyaknya defek karena
pengangkatan myoma kecil multipel atau myoma luas tunggal. Kedua, histerektomi
diperlukan intraoperatif untuk mengontrol perdarahan.
Kerugian myomektomi adalah: 1
a. melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada waktu hamil
b. menyebabkan perlekatan
32
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
c. residif
Gambar 5. Myomektomi
2. Histeroskopi
Menggunakan pipa panjang dengan kamera, dimasukkan kedalam vagina dan
uterus untuk melihat myoma, kemudian myoma di potong dan di buang. Teknik ini
tidak dapat dilakukan pada myoma yang terdapat di dalam dinding uterus atau pada
myoma yang bertangkai.
Gambar 6. Histereskopi
3. Miolisis 9
Merupakan teknik operasi terbaru di Amerika, dengan menggunakan jarum
elektrik yang dimasukkan kedalam myoma pada saat laparoskopi, yang dapat
menghentikan peredaran darah ke myoma sehingga myoma mengecil.
33
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
4. Histerektomi 9
Merupakan teknik operasi untuk mengangkat / membuang uterus. Teknik ini
merupakan cara yang terbaik untuk menyembuhkan myoma uteri, biasanya
dilakukan pada wanita dengan myoma yang besar, dan multipel, perdarahan yang
banyak, menjelang / sudah menopause dan tidak menginginkan anak.
The American College of Obstetricians and Gynecologists memiliki kriteria
untuk myoma untuk histerektomi, yaitu sebagai berikut :
Perdarahan uteri berlebihan
- Perdarahan berat
- Anemia
Perasaan sakit yang disebabkan myoma
- Akut dan berat
- Tekanan pada abdominal bawah dan punggung bawah
- Tekanan pada kandung kemih yang menyebabkan frekuensi miksi
meningkat yang bukan disebabkan karena infeksi.
Kriteria tambahan termasuk keinginan pasien untuk mempertahankan
uterus untuk kesuburannya atau untuk keinginan pribadi mempertahankan
uterusnya.
Kemungkinan untuk kambuh lagi tetap ada setelah myomaektomi, maka
ada kemungkinan untuk mengulangi prosedur operasi serupa di masa mendatang.
Karenanya jika pada pasien yang tidak ingin lagi mempertahankan uterusnya maka
histerektomi merupakan pilihan.
Novak’s gynecology juga mengungkapkan beberapa indikasi bedah pada
myoma :
1. perdarahan uterina abnormal dengan anemia dan tidak berespon dengan terapi
hormonal.
34
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
2. nyeri kronis dengan dysmenorrhea, dysparenue atau tekanan abdomen bagian
bawah yang berat
3. nyeri akut, karena torsi leiomyoma pedunculated atau prolaps myoma
submukosal
4. keluhan traktus urinarius seperti hidronefrosis
5. infertilitas dimana myoma merupakan penemuan satu-satunya
6. pembesaran uterus yang jelas dengan keluhan kompresi.
Histerektomi masih diperlukan oleh 25-35% penderita tersebut.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih. 2
Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan multipel.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya
karsinoma servix uteri. Histerektomi supravaginal (subtotal) hanya dilakukan
apabila terdapat kesukaran dalam melakukan histerektomi total dan harus
dilakukan Pap’s Smear setiap tahun sekali. Pada wanita yang belum menopause
sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium untuk:
a. Menjaga agar jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b. Mencegah penyakit jantung koroner atau aterosklerosis umum
D. Radioterapi 1,2
Tindakan ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan
nantinya.
Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah :
- hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
- uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
- bukan jenis submukosa
- tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
- tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
- tidak ada keganasan uterus
35
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
E. Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Myoma Uteri 9,10
Merupakan teknik terbaru yang sudah diterapkan di negara-negara maju, yaitu
dengan cara menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor
menyusut. Cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel kecil melalui
kateter kedalam arteri uterina yang juga memperdarahi myoma.
Darah akan membawa partikel tersebut sampai menyumbat cabang arteri dan
menghambat peredaran darah ke myoma secara permanen. Akibat adanya emboli dari
partikel tersebut, myoma akan menyusut dan kemudian mengecil.
Teknik ini memiliki beberapa keuntungan antara lain, tidak ada insisi, waktu
penyembuhan lebih singkat dan resiko perdarahan lebih kecil. Syarat melakukan
Embolisasi arteri uterina adalah penderita yang mengalami perdarahan hebat, myoma
uteri yang menekan rektum dan kandung kemih, pasien yang menolak histerektomi dan
tidak ingin punya anak lagi.
Komplikasi terumum dari embolisasi arteri uterine adalah sindrom post
embolisasi. 1 % wanita menjalani histerektomi setelah embolisasi, biasanya karena
infeksi. Embolisasi arteri uterina membutuhkan tindak lanjut jangka panjang dan wanita
harus diberi peringatan akan adanya komplikasi kemudian. Tingkat kekambuhan
embolisasi arteri uterina 10 % setelah 2 tahun.
Embolisasi arteri uterina mempunyai resiko untuk infeksi parah dari leiomyoma
yang mengalami infark setelah prosedur ini.
36
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Gambar 7. Embolisasi Arteri Uterina
II.15 MYOMA UTERI DAN KEHAMILAN 1,2
Pengaruh myoma uteri pada kehamilan adalah :
- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi cavum uteri khususnya pada
myoma submukosum.
37
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
- Dapat menyebabkan kelainan letak janin
- Dapat menyebabkan plasenta praevia dan plasenta akreta
- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan
mekanik dalam fungsi myomaetrium
- Dapat mengganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.
Pengaruh kehamilan pada myoma uteri adalah :
- Myoma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen
yang meningkat
- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang myoma. Anehnya, pengangkatan sarang myoma demikian itu
jarang menyebabkan perdarahan.
- Meskipun jarang, myoma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan
tanda sindrom akut abdomen.
Terapi myoma dengan kehamilan adalah konservatif karena myomaektomi pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa dilakukan kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi
jalan lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan
dilakukan enukleasi (myomaektomi) lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas (12
minggu setelah melahirkan).
II.16 PROGNOSIS MYOMA UTERI 3
Histerektomi dengan mengangkat seluruh myoma adalah kuratif. Myomaektomi
yang extensif dan secara signifikan melibatkan myomaetrium atau menembus
38
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
endometrium, maka diharuskan SC (Sectio Caesarea) pada persalinan berikutnya.
Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomaektomi terjadi pada 15-40%
pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
BAB III
ANEMIA DEFISIENSI FE
III. 1 PENDAHULUAN
39
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Hingga saat ini di Indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu KKP
(Kurang Kalori Protein), Kurang vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
dan Anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi ialah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Defisiensi besi terjadi
karena penurunan kadar besi total tubuh. Anemia defisiensi besi merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai terutama di negara–negara sedang
berkembang. Anemia defisiensi besi banyak terdapat pada golongan rawan gizi yaitu
ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang
berpenghasilan rendah.
Prevalensi anemia defisiensi besi yang tinggi pada anak sekolah dan wanita
membawa akibat negatif yaitu rendahnya imunitas tubuh sehingga menyebabkan
tingginya angka morbiditas. Dengan demikian konsekuensi fungsional dari anemia
defisiensi besi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia. Khusus pada
anak balita, keadaan anemia defisiensi besi secara perlahan – lahan akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan dan anak – anak akan lebih mudah
terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh.
Penyebab utama anemia defisiensi besi adalah konsumsi zat besi yang tidak
cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri
dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu perdarahan yang terjadi
kronis, serta manifestasi cacing tambang yang juga memperberat keadaan anemia yang
diderita pada daerah–daerah tertentu terutama daerah pedesaan. Soemantri (1983),
menyatakan bahwa anemia defisiensi besi juga dipengaruhi oleh faktor–faktor lain
40
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan,
pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Faktor- faktor tersebut saling berkaitan.
Selama ini upaya penanggulangan anemia defisiensi besi masih difokuskan pada
sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti bayi, anak balita, anak sekolah
dan buruh berpenghasilan rendah belum ditangani. Padahal dampak negatif yang
ditimbulkan anemia gizi pada anak balita sangatlah serius, karena mereka sedang dalam
tumbuh kembang, yang nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan.
Mengingat anak-anak adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan bangsa
kelak, penganganan sedini mungkin sangat berarti bagi kelangsungan pembangunan.
III.2 ZAT BESI DALAM TUBUH 18
Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia.
Jumlah besi dalam tubuh orang dewasa ± 4-5 gram, pada bayi ± 400 mg dengan
konsentrasi tertinggi sebanyak 60% terdapat dalam eritrosit, sebagai bagian dari
molekul hemoglobin pengikat 4 atom pirol.
Dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak 30%, mioglobin 5-10%,
hemenzim 1% dan besi plasma 0,1%. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel–sel
yang membutuhkan untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi
(ATP).
Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul
yang mirip hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan berkaitan
dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot.
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu bagian fungsional dan reserve
(simpanan). Zat besi fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb),
41
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital
adalah heme enzim dan non heme enzim
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain
daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi jika dibutuhkan untuk kompartemen
fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan akan
eritropoiesis dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal,
jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat
besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk
feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan
tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang
tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah.
Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah yaitu kecukupan
(allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan
rata – rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi minimal yang
diperlukan masing – masing individu untuk hidup sehat. Kebutuhan zat besi relatif lebih
tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila dihitung berdasarkan per kg
berat badan.
III.3 ZAT BESI DALAM MAKANAN 18
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non heme.
Besi non heme merupakan sumber utama zat besi dalam makanan. Terdapat dalam
semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang – kacangan, kentang dan sebagian
42
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
dalam makanan hewani. Sedangkan besi heme hampir semua terdapat dalam makanan
hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain.
III.4 METABOLISME ZAT BESI 13,14
Supaya tidak terjadi anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam tubuh
dipertahankan. Keseimbangan adalah jumlah zat besi yang dikeluarkan sama dengan
jumlah besi yang diperoleh dari makanan. Proses metabolisme zat besi untuk
mempertahankan keseimbangan zat besi dapat dilihat pada skema di bawah ini :
Makanan usus halus tinja
10 mg Fe 1 mg 9 mg Fe
Fe dalam darah hati
(turn over 35 mg) disimpan sebagai feritin, 1 g
sumsum tulang
seluruh jaringan
hemoglobin sel – sel mati
hilang bersama menstruasi
(siklus yang normal) dikeluarkan melalui kulit, saluran
28 mg/periode pencernaan, dan air seni 1 mg
setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus
didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari
penghancuran sel – sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat
dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel – sel darah merah baru.
43
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel – sel darah merah tua yang dikeluarkan oleh
tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang
lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses).
III.5 PENYERAPAN ZAT BESI 13,18
absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
- Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan, bila
besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
- Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan
absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C
dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks
ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat
meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen.
- Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
- Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan
penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah
diserap oleh mukosa usus.
- Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks besi
fosfat yang tidak dapat diserap.
- Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
- Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe
- Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe
44
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses yang
kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut :
o Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau
Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan.
o Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh
gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+.
o Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ selanjutnya berikatan
dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin,
membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah.
o Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan
transferitin Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk
bergabung membentuk hemoglobin.
o Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di
dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial),
kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin
membentuk ferritin yang kemudian disimpan.
Prevalensi anemia yang tinggi umumnya disebabkan karena makanannya tidak
cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya,
terutama pada negara sedang berkembang dimana serelia dipergunakan sebagai
makanan pokok. Faktor budaya juga berperanan penting, bapak mendapat prioritas
pertama mengkonsumsi bahan makanan hewani, sedangkan anak dan ibu mendapat
kesempatan yang belakangan.
III.6 PATOFISIOLOGI 13,14
45
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah dari nilai normal. Zat besi diperlukan untuk hemopoesis
(pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat.
Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut (sitokrom),
untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak
menunjukkan gejala yang khas (asimptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk
dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan
meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya
simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah
protoporfirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar
feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar
Hb.
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan
konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan
simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah
akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia bila kadar feritin serum <12
mg/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu
menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang berkurang
lebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin.
III.7 ETIOLOGI 18
Menurut patogenesis, etiologi anemia defisiensi besi dibagi menjadi :
46
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
1. Intake kurang : malnutrisi energi protein, defisiensi diet relatif yang disertai
pertumbuhan yang cepat.
2. Absorbsi kurang : diare persisten, malabsorbsi.
3. Sintesis kurang : transferin kurang (hipotransferinemia kongenital)
4. Kebutuhan meningkat : infeksi kronis, pertumbuhan yang cepat.
5. Pengeluaran meningkat : kehilangan darah secara kronis, misalnya karena
myoma uteri, infeksi parasit, polip.
Ditinjau dari segi umur penderita dapat digolongkan menjadi :
1. Bayi di bawah usia 1 tahun : a. kekurangan deposit besi, misalnya pada bayi
BBLR, gemelli, bayi yg dilahirkan dari ibu
yg anemia.
b. Pemberian makanan yang terlambat, yaitu
karena bayi hanya diberi ASI saja tanpa
suplementasi besi dari makanan lain.
2. Anak umur 1-2 tahun : Intake yang tidak adekuat, kebutuhan yang meningkat
karena infeksi berulang atau menahun.
3. Anak umur 2-5 tahun : Intake yang tidak adekuat, kebutuhan yang meningkat
karena infeksi berulang atau menahun, perdarahan
menahun antara lain krn divertikulum Meckel.
4. Anak umur 5 tahun-remaja : perdarahan kronis antara lain krn infeksi parasit
dan polip.
5. Usia remaja-dewasa : pada wanita antara lain krn menstruasi yang berlebihan.
47
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
III. 8 GEJALA KLINIS 14,17,18
Anamnesa
Penderita tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat yang
berlangsung lama, sakit kepala, cengeng, menurunnya prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi serta adanya faktor predisposisi dan faktor penyebab.
Pemeriksaan Fisik
Tampak pucat terutama pada conjunctiva, mukosa bibir dan faring, telapak
tangan dan dasar kuku, conjunctiva ocular berwarna kebiruan atau putih mutiara. Papil
lidah tampak atrofi. Jantung agak membesar dengan terdengar murmur fungsional.
Tidak ada pembesaran hati dan limpa, dan tidak ada diatesis hemoragik. Dapat
ditemukan adanya koilinikia, glositis, stomatitis angularis dan noma.
III. 9 PEMERIKSAAN PENUNJANG 17,18
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan kadar Hb yang lebih rendah dari
normal dengan penurunan nilai MCV, MCH dan MCHC. Pada sediaan hapus darah tepi
gambaran eritrosit mikrositik hipokrom. Kadar besi serum dan kadar feritin rendah serta
peningkatan TIBC (Total Iron Binding Capacity) serum. Pemeriksaan lain untuk
mengetahui factor predisposisi dan factor penyebab dilakukan
sesuai dengan prioritas, antara lain pemeriksaan darah samar faeces untuk melihat
adanya perdarahan gastrointestinal dan pemeriksaan parasitologi untuk melihat adanya
manifestasi parasit.
III. 10 DIAGNOSIS 17
48
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan melalui kadar besi serum & kadar
feritin yang rendah atau dengan pewarnaan besi jaringan sum-sum tulang.
III. 11 PENATALAKSANAAN 18
1. Pemberian makanan yang mengandung kaya zat besi.
2. Pemberian zat besi :
- Pemberian zat besi dapat diberikan secara oral atau parenteral berupa besi elemental
dengan dosis 3-5 mg, dibagi dalam 2 dosis, segera sesudah makan.
- Pemberian oral dengan sulfas ferrosus merupakan cara yang mudah dan murah dengan
hasil yang memuaskan.
- Pemberian parenteral dilakukan bila dengan pemberian oral gagal, akibat malabsorbsi.
Pemberian parenteral kurang disukai karena dapat menyebabkan shock anafilaktik.
- Evaluasi hasil pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan Hb, MCV, MCH dan
MCHC 1 minggu sekali dan pemeriksaan SI dan ferritin 1 bulan sekali.
- Terapi harus diteruskan sampai 2 bulan setelah Hb normal tanpa pemeriksaan SI dan
ferritin.
3. Transfusi darah : hanya dilakukan bila kadar Hb kurang dari 6 gr/dl atau kadar
Hb ≥ 6 gr/dl disertai lemah, gagal jantung, infeksi berat atau akan menjalani operasi.
4. Pendidikan gizi : - Merupakan hal yang penting dalam mencegah anemia defisiensi
besi. ASI mengandung besi yang kurang dibandingkan susu
sapi, tetapi penyerapannya lebih tinggi daripada susu sapi.
Karenanya pemberian ASI eksklusif harus digalakkan dengan
makanan tambahan sesuai usia.
49
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
- Kadar besi pada ikan, hati, daging lebih tinggi
dibandingkan
dengan beras, bayam, gandum, kacang kedelai. Penyerapan besi
sumber nabati dihambat oleh tanin, kalsium dan serat, dipercepat
oleh vitamin C, HCl, asam amino dan fruktosa. Besi yang berasal
dari hati, ikan, daging tidak dipengaruhi zat tersebut.
BAB IVANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosa myoma uteri pada seorang wanita 43 th dengan P3A1
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
50
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
Pada anamnesa pasien mengeluh jika haid menjadi lebih lama dan lebih banyak,
kadang juga terjadi perdarahan dari vagina di luar siklus haid. Pasien juga merasakan
adanya benjolan yang tidak nyeri di perut bagian bawah yang semakin lama semakin
terasa membesar dan mengganjal. Keluhan mual, nyeri, sering kencing, konstipasi tidak
dialami pasien. Pada sumber kepustakaan didapatkan bahwa gejala subjektif pada
myoma uteri hanya dirasakan oleh 35-50% penderita, dan sebagian besar umumnya
asimptomatik serta ditemukan secara kebetulan pada saat USG. Nyeri perut, mual,
konstipasi dan miksi merupakan salah satu dari gejala mioma meskipun tidak khas.
Biasanya gejala nyeri perut disebabkan infark akibat gangguan sirkulasi darah yang
menyerupai gejala acute abdomen (termasuk mual dan muntah). Terkadang dapat
menyebabkan penekanan kandung kemih, sehingga timbul bladder irritability,
polakisuria dan disuria. Pasien juga mengeluh lemas, sering pusing, mata berkunag-
kunang dan mudah lelah. Hal ini merupakan gejala subjektif anemia karena perdarahan
yang lama dan banyak.
Pada pemeriksaan fisik status generalis pasien ini didapatkan kedua conjuctiva
mata pasien anemis. Pasien juga pucat dan terlihat lemah dan lesu. Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan teraba massa teraba massa di kuadran umbilicalis, konsistensi
padat, batas tidak tegas, tepi rata, permukaan tidak licin, tidak dapat digerakkan dari
dasar, ukuran kurang lebih 9x10 cm. Pada perkusi abdomen didapatkan pekak pada
abdomen bawah. Pada pemeriksaan dalam vulvovagina tidak ada kelainan, liang
vagina tak ada kelainan, pada sarung tangan terdapat darah +, lendir -
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan kadar hemoglobin yang rendah, yaitu
4 gr/dl. Kadar MCV, MCH dan MCHC di bawah normal, yang berarti anemia yang
terjadi adalah anemia mikrositik hipokrom, karena defisiensi Fe akibat perdarahan yang
lama. Pada pemeriksaan ultrasonografi perabdominal didapatkan uterus membesar,
cavum uteri terisi massa heterogen, dinding kesan berbenjol, ukuran 10x11 cm. Pada
ultrasonografi trans vaginal didapatkan uterus anteflexi, tampak benjolan berukuran
142x141 mm.
Penatalaksanaan pada myoma uteri diberikan berdasarkan beberapa
pertimbangan yaitu berat keluhan, faktor usia, keinginan untuk memiliki anak, keadaan
umum pasien dan karakteristik myoma serta ada atau tidaknya keganasan pada massa
myoma. Dikarenakan usia pasien masih 43 tahun dengan masa kesuburannya yang
51
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
masih lama, serta efek samping hipertensi pada histerektomi, maka dipertimbangkan
untuk dilakukan myomektomi pada pasien jika keadaan memungkinkan. Untuk itu
harus dipastikan bahwa tidak ada keganasan endometrium, maka dilakukan curettage
terlebih dahulu guna biopsi endometrial. Karena pasien mengalami anemia berat,
keadaan umum pasien diperbaiki terlebih dahulu, dilakukan transfusi PRC hingga kadar
hemoglobin mencapai batas normal dan keadaan pasien stabil. Curettage biopsy
endometrial dilakukan pada tanggal 1 september 2010, dan hasil pemeriksaan belum
ada. Setelah hasil biopsi sudah ada, pasien kembali ke RS untuk direncanakan tindakan
selanjutnya yang akan ditempuh. Sementara itu pasien dipulangkan agar dapat
beristirahat di rumah dan mencegah infeksi nosokomial pada pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
52
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
• Myoma merupakan tumor jinak ginekologik paling sering ditemukan pada wanita
usia > 30 th, nullipara, faktor keturunan juga berperan. Penyebab pasti tidak
diketahui tetapi jelas bahwa estrogen mempengaruhi terhadap pertumbuhan myoma.
• Gejala klinis sebagian besar asimptomatik. Tergantung dari lokasi, besar, perubahan
dan komplikasi.
• Pemeriksaan fisik yang penting dalam mendiagnosa myoma adalah pemeriksaan
abdomen dan anogenital. Pemeriksaan penunjang seperti USG merupakan
pemeriksaan yang sangat penting.
• Penatalaksanaan myoma uteri tergantung pada keadaan umum pasien, beratnya
keluhan, karakteristik myoma, faktor usia, keinginan untuk memiliki anak.
• Histerektomi dilakukan pada myoma yang besar dan multipel. Myomektomi
dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan
dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan.
• Pada pasien myoma uteri dengan anemia defisiensi Fe, sebelum dilakukan tindakan
operatif dilakukan perbaikan keadaan umum dan peningkatan kadar hemoglobin
hingga mencapai kadar normal. Hal ini karena pada tindakan operatif akan terjadi
perdarahan dan bisa mengakibatkan shock hemoragik pada pasien dengan anemia.
53
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung:
Ginecologi, Elstar Offset, Bandung, 6: 154 – 163.
2. Wiknjosastro, Hanifa: Ilmu Kandungan, edisi ke-3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1997, 13: 338-345.
3. DeCherney, Alan H; Nathan Lauren: Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis
& Treatment, 9 th Edition, International Edition, 2003, 36: 693-699.
4. Herbst, Arthur L., M.D., et al; Comprehensive Gynecology, second edition, Mosby
Yearbook, 1992, 511-518.
5. Hacker, Neville F: Essentials of Obstetrics and Gynecology, copy right @ 1992 by
W.B. Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania.
6. Novak, Edmund R; Wood ruff, Donald D: Gynecologi and Obstetric Pathology, 8 th
Edition, W.B. Saunders, USA, 1979, 11: 260-274.
7. Cunningham, F Gary; Mac Donald, Paul C; Gant, Norman F: Obstetri Williams,
edisi 18, EGC, Th 1995.
8. http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm , Gynecologic Myomaectomy, last
update 9 May 2005
9. http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/005/5170-0550x0475.jpg
10. http://www.netterimages.com/publication/9780914168751/IX-167.htm
11. http://members.aol.com/fertilmd/surgery.html
12. Andrews NC, Bridges KR. Disorders iron metabolism. In : Hematology of infancy and childhood. 5th Edition. Philadelphia : WB Saunders Company,1998. Page 423-461
13. Jand JH, The hypochromic anemias and other disorders of iron metabolism. In : Blood,textbook of hematology. 1st Edition. Boston : Little,Brown and Company,1987. Page 181-235
14. Dallman PR. Iron deficiency and related nutritional anemias. In : Hematology of infancy and childhood. 3rd Edition. Philadelphia : WB Saunders Company,1987. Page 274-314
15. Depkes RI (1996) Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan masyarakat, Pedoman Operasional Penangguklangan Anemia Gizi di Indonesia, Jakarta
54
Penanganan Myoma Uteri Pada Anemia Defisiensi Fe
Rachmawati Ayu Azhariya
16. Joko Suharno, Ny. Yoyoh K. Husaini, Uhum. L. Siagian (1988), Suatu Studi Kompilasi Informasi dalam Menunjang kesejahteraan Nasional, dan Pengembangan Program, Puslitbang Gizi, Bogor.
17. Robert E. Olson, dkk (1988), Mineral, pengetahuan Gizi Mutakhir, PT Gramedia, Jakarta
18. Solihin pudjiadi (1993), Ilmu Gizi Klinis, FK UI, Jakarta
55