Download - Makalah Lps

Transcript

MakalahSIKAP DAN PENGEMBANGAN SIKAPDisusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Psikologi SosialDosen Pengampu : Sigit Hariyadi

Disusun oleh Kelompok 6 :1. Tegar Aji Pamungkas (1301413048)2. Novi Wahyu Wulandari (1301413051)3. Reza Rizky Gunawan (1301413062)4. Maria Ulva (1301413066)5. Krisnowati (1301413071)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2013

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSikap dan perilaku merupakan salah satu unsur yang terdapat pada manusia. Manusia sejak lahir sudah mempunyai ciri-ciri khusus, mempunyai potensi, ketentuan-ketentuan, predisposisi, bakat, bentuk dan semacamnya yang telah berkembang dengan sendirinya. Lingkungannya hanya mewarnai saja, tidak ikut membentuk atau mengarahkan gerak aktualisasi potensi tersebut. Sikap merupakan kegiatan individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.Pengembangan sikap dapat terjadi melalui sedikitnya empat cara. Pengembangan itu berupa sikap seseorang yang berkembang dalam rangka memuaskan suatu keinginan, sikap individu dibentuk melalui informasi yang diterima, kerjasama individu dalam kelompok membantu menentukan pembentukan sikap seseorang terhadap objek sikap, dan sikap individu merupakan pencerminan dari kepribadiannya. Dan pada akhirnya pengembangan sikap ini membentuk hubungan sikap dengan perilaku, yang mencangkup pembentukan sikap dan pengukuran sikap tersebut. Karena sikap dan perilku saling terkait satu sama lain.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana pengembangan sikap bisa terjadi ?2. Apa sajakah hubungan sikap dengan perilaku ?3. Bagaimana pembentukan sikap bisa terjadi ?4. Apa saja cara pengukuran sikap yang bisa dilakukan ?

C. Tujuan Penulisan1. Mengetahui mengapa perkembangan sikap bisa terjadi2. Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku3. Mengetahui terjadinya pembentukan sikap4. Mengetahui cara pengukuran sikap

BAB IIPEMBAHASAN1. Pengembangan SikapPengembangan sikap dapat terjadi melalui sedikitnya empat cara. Hal ini dikatakan oleh Krech dkk (1988:213) yang secara ringkas sebagai berikut :1. Sikap Seseorang Berkembang dalam Rangka Memuaskan Suatu KeinginanIa akan mengembangkan sikap terhadap objek dan orang-orang yang memuaskan keinginannya, begitu pula objek tujuan akan dievaluasi sebagai sesuatu yang baik (menyenangkan) bila tujuan tersebut baik. Individu akan mengembangkan sikap tidak menyenangkan terhadap objek atau pribadi yang merintangi pencapaian tujuannya.Selanjutnya ia mengembangkan dalam upaya merespon situasi-situasi atau masalah dan mencoba mencapai atau memuaskan keinginannya yang berbeda-beda. Dari penjelasan rersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mengembangkan sikap positif terhadap apa atau siapa yang menyenangkan atau memuaskan baginya. Sebaliknya dia akan mengembangkan sikap negatif terhadap apa atau siapa yang merintangi upaya pencapaian keinginan tujuan.2. Sikap Individu Dibentuk Melalui Informasi yang DiterimaSikap tidak hanya dikembangkan untuk memenuhi keinginannya, sikap juga dibentuk oleh informasi-informasi yang diterimanya. Informasi memegang peranan yang penting dalam pembentukan sikap. Informasi yang diterima akan mempengaruhi kognitif seseorang dan perubahan kognitif akan mempengaruhi komponen afektif dan behavioral. Informasi yang dapat membentuk dan mengembangkan sikap adalah bila informasi itu diberikan oleh informan yang mempunyai kredabilitas tinggi, pakar dalam bidangnya, dapat dipercaya dan disenangi oleh seseorang.Informasi yang diterima oleh orang yang mempunyai kredabilitas tinggi telah dibuktikan oleh Havlan dan Weiss (1952) dalam Marat (1981:58). Informasi yang diberikan oleh sumber-sumber yang mempunyai kredabilitas tinggi menimbulkan lebih banyak perubahan sikap daripada oleh sumber-sumber yang kredabilitasnya rendah.Demikian pula informasi yang diberikan oleh seseorang pakar akan dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap. Para pakar tersebut bisa orang tua bagi anak-anaknya, guru bagi murid-muridnya. Namun deraja kesahihan tergantung pada kesahihan sang pakar. Seperti yang dikatakan pleh Krech dkk (1988:189) bahwa pakar tersebut mungkin benar, mungkin jujur dan mungkin dengan sengaja memalsukan fakta. Dengan demikian halnya maka kebenaran, kejujuran dari para pakar menentukan terjadinya pembentukan dan perubahan sikap.3. Kerjasama Individu dalam Kelompok Membantu Menentukan Pembentukan Sikap Seseorang terhadap Objek Sikap

Hal ini mengisyaratkan tentang pengaruh interkasi tentang pengaryh interaksi antara anggota kelompok terhadap kelompok. Anggota-anggota kelompok akan mempengaruhi pembentukan sikap individu bila individu memandang kelompok tersebut sebagai kelompok pedomannya atay acuannya. Individu akan mengidentifikasikan dirinya kepada kelompok yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai standard evaluasi diri dan sumber-sumber nilai serta tujuan pribadinya. Atau juga dapat dikatakan bahwa salah satu efek pengaruh kelompok pada perkembangan sikap adalah menghasilkan keseragaman sikap di antara naggota-anggota dan kelompok sosial dari yang berbeda-beda .

4. Sikap Individu Merupakan Pencerminan dari KepribadiannyaMaksud dari pernyataan ini adalah bahwa sikap individu satu dengan individu lain berbeda karena adanya perbedaan dalam kepribadiannya. Individu akan menunjukan suatu sikap tertentu sebagai bagian dari kepribadiannya. Dengan adanya sikap yang berbeda-beda tersebut maka muncullah berbagai macam sikap seperti: sikap terhadap bangsa (suku), sikap terhadap ras, sikap terhadap politik, sikap terhadap antar bangsa, dll. Kesemuanya itu mencerminkan bahwa sikap seseorang terhadap objek tergantung pada kepribadiannya.

2. Hubungan Antara Sikap Dengan PerilakuPembahasan hubungan antara sikap dengan perilaku memperoleh porsi yang cukup dari pakar psikologi sosial . banyak para pakar menanyakan apakah hubungan antara sikap dengan perilaku merupakan hubungan yang linier ?Dari pernyataan tersebut Fisbein dan Ajzein (1980) mengemukakan bahwa sikap akan menjadi tingkah laku apabila pada diri orang tersebut mempunyai intensi yang kuat . pendapat lain yang menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan tingkah laku kurang kuat atau bahkan tidak ada dinyatakan oleh Triandis (1971: 14) . tingkah laku tidak hanya di tentukan oleh apa yang mereka pikirkan untuk dilakukan seperti norma norma sosial yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh mereka dan oleh konsekuensi yang diharapkan dari tingkah lakunya . Kendatipun demikian banyak pula pakar yang mencoba mengadakan penelitian tentang hubungan antara sikap dengan tingkah aku . Wicher (1969) dalam Feldman (1985 : 148) menyimpulkan bahwa hubungan antara sikap dengan tingkah laku jarang sekali mencapai 0,30 . Dengan kesimpulan yang demikian itu berarti agak meremehkan konsistensi sikap dengan tingkah laku . Berdasarkan kesimpulan penelitianWicher ini banyak peneliti berikutnya yang memfokuskan pada konsistensi sikap dengan perilaku . Akhirnya, banyak hasil penelitian yang dapat disimpulkan konsistensi sikap tingkah laku cukup baik di bawah beberapa kondisi . Sears(1994) mengemukakan sejumlah kondisi yang menunjukkan tingkat konsistensi sikap perilaku . Pertama , kekuatan pakan sikap yang kuat atau lemah ketidak konsistenan justru timbul dari sikap yang lemah atau ambivalen . sikap yang lemah atau ambivalen ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Kelly dan Mirer (1974). Ia menemukan bahwa sebagian besar ketidakkonsistenan sikapsering muncul dari pemilih yang mulai dengan sikap yang lemah atau bertentangan . demikian pula , perilaku yang konsisten tidak akan muncul bila komponen afeksi dan kognisi sikap bertentangan (Norman, 1975) .Kedua , Stabilitas sikap . kita sering mengamati sikap berubah setiap waktu . sikap yang dimiliki oleh seseorang beberapa bulan atau beberapa tahun lalu sudah tentu tidak akan memberikan akibat tingkah laku sebesar pengaruh sikap seseorang pada saat ini . oleh karena itu agar antara sikap dengan tingkah laku konsisten maka hendaknya dilakukan pengukuran pada waktu yang sama . Kelly dan Mirer (1974) menemukan bahwa kekeliruan dalam memprediksi pemberian suara merosot dengan sangat tajam bila pelaksanaan wawancara semakin mendekati hari pemilihan . jadi dengan tingkah laku karena sikap mengalami perubahan . Ketiga Relevansi sikap terhadap tingkah laku . semakin besar relevansi spesifik sikapterhadap tingkah laku , semakin tinggi korelasi antara sikap dengan tingkah laku .Pada umumnya tingkah laku cenderung lebih konsisten dengan sikap yang mempunyai relevansi spesifik dengan tingkah laku tersebut dari pada dengan sikap yang sangat umum . hal ini telah dilakukan penelitian oleh Weigel , Vernon dan Tognacci (1974) yang mengemukakan bahwa sikap lingkungan yang sangat umum tidak berkaitan secara signifikan dengan keinginan untuk bertindak atas nama Klub Sierra , tetapi sikap yang spesifik terhadap Klub Sierra mempunyai kaitan dengan keinginan itu (korelasi 0 , 68) .Keempat , penonjolan sikap . dalam kebanyakan situasi beberapa sikap tertentu bisa relevan dengan perilaku . misalnya , saja tak mau membantu melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah , hal ini mungkin ditentukan oleh lemahnya sikap terhadap keinginan untuk membantu atau oleh kuatnya keinginan untuk mangkir dari tugas membantu melaksanakan kegiatan . oleh karena itu dalam pengertian penonjolan sikap ini adalah bila sikap yang mempunyai relevansi spesifik yang terutama menonjol , kemungkinan besar sikap itu akan berkaitan dengan tingkah laku . Kelima , Tekanan Situasi . orang yang bertingkah laku akan dipengaruhi oleh sikap mereka dan oleh situasi . bila tekanan situasi sangat kuat pada umumnya sikap tidak mempengaruhi perilaku . pernyataan ini menandakan bahwa hubungan antara sikap dan tingkah laku bukan hubungan linier . Penelitian yang mendukung pernyataan tersebut di atas dikemukakan oleh (Rokceach, 1968 , 1972 , Wicker : 1971 . Warner dan Fleur : 1969) dalam Zanden (1984 : 166) yang menyatakan bahwa tingkah laku itu merupakan fungsi paling sedikit dari dua sikap yaitu sikap terhadap objek dan sikap terhadap situasi . jadi faktor situasi mempunyai sumbangan terhadap konsistensi sikap dengan tingkah laku . apabila pernyataan ini diimplememtasikan para partisipasi guru dalam bimbingan konseling ditentukan oleh sikap guru terhadap bimingan konseling dan oleh situasi yaitu bagaimana para guru yang lain apakah berpartisipasi atau tidak , bila berpartisipasi maka guru tersebut akan berpartisipasi pula . sebaliknya bila guru guru di sekolah tidak berpartisipasi (partisipasi rendah) maka guru tersebut partisipasi juga rendah walaupun sikap mereka terhadap bimbingan konselin positif . Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsistensi hubungan antara sikap dengan tingkah laku ditentukan oleh dua sikap yaitu sikap terhadap objek dan sikap terhadap situasi .3. Pembentukan SikapSikap individu tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk seiring dengan perkembangan individu tersebut. Sikap memiliki beberapa fungsi yang berbeda dan bermanfaat bagi kita dalam banyak hal. Pembentukan sikap dapat dilakukan dengan cara :A. Mengadopsi Sikap Orang LainSalah satu sumber penting yang jelas-jelas memebentuk sikap kita adalah mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial. Dengan kata lain, banyak pandangan kita dibentuk saat kita berinteraksi dengan orang lain atau hanya dengan mengobservasi tingkah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi melalui beberapa proses :

1. Pembelajaran Berdasarkan Asosiasi Merupakan prinsip dasar psikologi bahwa ketika stimulus muncul berulang-ulang diikuti oleh stimulus yang lain, stimulus pertama akan segera dianggap sebagai tanda-tanda bagi munculnya stimulus yang mengikutinya. Dengan kata lain, ketika stimulus pertama terjadi, seseorang akan menduga stimulus kedua akan seger muncul. Hasilnya, secara bertahap mereka akan memberikan reaksi yang sama pada stimulus pertama, seperti reaksi yang mereka tujukan pada stimulus kedua, terutama jika stimulus kedua adalah stimulus yang menyebabkan reaksi yang cukup kuat dan otomatis. Contohnya, jam radio saya mengeluarkan suara klik yang keras, sesaat sebelum alarm berbunyi. Pertama kali, saya tidak menunjukan reaksi atau bereaksi sedikit pada suara klik tersebut. Akan tetapi sekarang, karena suara klik selalu diikuti dengan bunyi alarm atau (berupa musik yang keras), biasanya saya bangun ketika mendengar suara klik tersebut, bahkan sebelum musik mulai terdengar.

2. Belajar untuk mempertahankan Pandangan yang BenarCara lain bagaimana sikap diadopsi oleh orang lain adalah melalui proses instrumental conditioning, yang merupakan belajar untuk mempertahankan pandangan yang benar. Dengan memberikan anak senyuman, persetujuan, atau pelukan untuk menyatakan hal yang benar, hal-hal yang disetujui oleh orang tua, maka orang tua (dan orang dewasa lainnya) menginginkan peran aktif dalam pembentukan sikap kaum muda. Berdasarkan alasan inilah sebagian besar anak-anak mengepresikan pandangan politik, religius, dan sosial yang sangat serupa dengan keluarganya hingga masa remaja mereka. Oleh karena kuatnya efek rein for cement terhadap tingkah laku, akan sangat mengejutkan bila anak tidak menunjukan perilaku yang dibentuk oleh keluarga.

3. Pembelajaran Melalui Observasi : Belajar dari ContohPembelajaran melalui observasi terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku atau pemikiran tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang lain. Berbicara mengenai pembentukan sikap, pembelajaran melalui observasi memainkan peran yang penting. Dalam banyak kasus, anak mendengar orang tua mereka mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak mereka dengar, atau memperhatikan orang tua mereka saat melakukan sesuatu yang dilarang oleh orang tua untuk dilakukan si anak. Contohnya, orang tua yang merokok memperingatkan anak mereka untuk tidak merokok saat mereka sedang menyalakan rokoknya. Adapun pesan yang diperoleh anak dari contoh tersebut jelas bahwa mereka sering kali belajar melakukan apa yang orang tua lakukan, bukan apa yang orang tua katakan.

4. Perbandingan Sosial dan pembentukan Sikap : Sebuah Dasar untuk Pembelajaran Melalui ObservasiMerupakan proses kecenderungan kita untuk membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain untuk menetukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar atau salah. Sejauh pandangan kita disetjui oleh orang lain, kita akan menganggap bahwa ide atau sikap kita tepat. Sementara jika orang lain memiliki ide, sikap, atau pendapat yang sama dengan kita, maka kita menganggap bahwa pandangan itu pasti benar. Karena proses ini, kita sering kali mengubah sikap kita dengan sikap yang hampir mendekati sikap orang lain. Dan dalam beberapa kesempatan, perbandingan sosial dapat berkontribusi pada pembentukan sikap baru. Sebagi contoh ketika kita mendengar seseorang yang kita sukai dan kita hormati menunjukan pandangan negatif terhadap sebuah kelompok yang belum pernah kita kenal. Kita pasti ingin menyatakan Tentu saja Tidak ! Namun, hasil penelitian mengindikasikan bahwa mendengar orang lain menyatakan pandangan negatif tentang kelompok tersebut dapat saja membuat kita mengadopsi sikap yang serupa tanpa harus bertemu dengan anggota kelompok yang dibicarakan. Dalam banyak kasus, sikap terbentuk dari informasi sosial yang berasal dari orang lain (apa yang kita lihat tentang apa yang mereka katak atau lakukan), dan keinginan kita sendiri untuk menjadi serupa dengan orang yang kita sukai atau kita hormati.

B. Faktor Genetik : Beberapa Temuan yang MengejutkanBukti yang terus bertambah menunjukan bahwa faktor genetik dapat berperan dalam sikap, walaupun sedikit (misalnya, Arvey dkk., 1989; Keller dkk., 1992). Pada umumnya bukti yang ada melibatkan perbandingan antara kembar identik (monozigot) dan kembar nonidentik (dizigot). Karena kembar identik berbagi warisan genetik yang sama, sementara kembar nonidentik tidak, korelasi yang lebih tinggi antar sikap kembar identik daripada kembar nonidentik akan menunjukan bahwa faktor genetik memainkan peran dalam membentuk sika-sikap tertentu. Hasil lain dari penelitian menunjukan bahwa tidak aneh bila faktor genetik memainkan peran yanglebih kuat dalam membentuk sikap-sikap tertentu dibanding faktor lain dengan kata lain, sikap-sikap tertentu lebih dapat diwariskan dibanding sikap yang lain. Walaupun terlalu awal untuk menyimpulkan, namun bebrapa hasil penelitian menunjukan bahwa sikap yang berkenaan dengan tingkat kecenderungan (contohnya, kecenderungan untuk menyukai menyukai jenis musik tertentu atau jenis makanan tertentu) lebih kuat dipengaruhi oleh faktor genetik daripada sikap yang sifatnya lebih kognitif (contohnya, sikap terhadap isu kompleks seperti hukuman, denda atau situasi dan objek dimana individu tidak memilik pengalaman langsung seperti kelompok sosial yang jarang atau tidak pernah berhubungan dengan mereka.

C. Fungsi Sikap : Alasan Dasar Mengapa Kita Membentuk SikapSikap memiliki beberapa fungsi yang berguna. Pertama, sikap tampaknya beroperasi sebagai skema, merupakan kerangka kerja mental yang membantu kita untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Selain itu, sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek atau kelompok dengan kuat. Sebagai contoh hasil penelitian mengindikasikan bahwa kita memandang informasi yang mendukung sikap kita sebagai informasi yang lebih akurat dan meyakinkan daripada informasi yang bertolak belakang dengan sikap tersebut. Namun, yang mengejutkan kita tidak ingat informasi yang mendukung pandangan kita dengan lebih baik daripada informasi yang menolak pandangan tersebut.Begitu juga, kita memandang sumber bukti yang berbeda dengan pandangan kita sebagai sumber yang patut dicurigai, bias dan tidak dapat dipercaya.Kedua, sikap sering kali memiliki fungsi self-esteem (self-esteem fungtion), membantu kita untuk mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri, contohnya banyak orang semakin percaya diri ketika sikap yang mereka miliki adalah sikap yang benar, sikap yang dimiliki oleh orang yang cerdas, berbudaya, dan sensitif. Mengekspresikan pandangan ini kadang membantu orang-orang tertentu merasa lebih baik dari orang lain. Akhirnya sikap juga berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi (impresiont motivation function). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa semakin besar fungsi sikap sebagai motivasi untuk menimbulkan impresi pada orang lain, maka semakin kuat pula individu berusaha menghasilkan argument yang mendukung pandangan tersebut.

4. Pengukuran sikap

4.1 Pengukuran Sikap Secara Langsung dan Tidak LangsungPara ahli psikologi social telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek diminta untuk merespon objek sikap dalam berbagai cara. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:1. Secara langsung (direct measures of attitudes)2. Secara tidak langsung (indirect measures of attitudes). (whittaker. 1970, hal. 594-596)

4.1.1 Pengukuran sikap secara langsungPada umum nya digunakan untuk tes psikologi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, seksama, selektif sesuai dengan criteria tertentu, tes psikologi ini kemudian dikembangkan sebagai skala sikap. Pengukuran secara langsung yang sering dilakukan :

1. Skala Thurstone L.L. Thurstone (1928) percaya bahwa sikap dapat diukur dengan skala pendapat. Pada awalnya usaha mengukur sikap ini terdiri atas sejumlah daftar pertanyaan yang diduga berhubungan dengan sikap. Pada tahun 1929 L.L. Thurstone dibantu oleh E.J. Chave mengembangkan dengan lebih mengembangkan metode skala pernyataan tersebut yang disebut the method subjectively appearing equal intervals (1931). Metode thurstone terdiri atas kumpulan pendapat yang memiliki rentangan dari sangat positif kea rah sangat negative terhadap objek sikap. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan sekelompok individu yang diminta untuk meminta pendapatnya ada suatu rentangan sampai 11 diamana angka 1 mencerminkan paling positif (menyenangkan) dan angka 11 mencerinkan paling negative, (tidak menyenangkan) prosedur Thurstone untuk menciptakan sejumlah pertanyaan ini cukup kompleks.

Adapun lankah-langkahnya sebagai berikut:1. Langkah pertama Thurstone memilih dan mengidentifikasi setepat mungkin sikap yang akan diukur2. Kemudian merumuskan sejumlah pernyataan tentang objek sikap. Dalam hal ini perlu diadakan perbaikan serta editing untuk penyempurnaan pernyataan itu. Dalam proses editing ini Thurstone mengemukakan 5 kriteria, yaitu:a. Pernyataan harus pendekb. Pernyataan harus merumuskan sedemikian rupa sehingga responden dapat membenarkan atau menolakc. Pernyataan harus relevan dengan masalahnyad. Pernyataan harus tidak mengandung pengertian gandae. Pernyataan harus dapat menggambarkan semua kemungkinan secara lengkap suatu pendapat terhadap masalah3. Langkah berikutnya Thurstone membagi daftar pertanyaan itu kepada sejumlah responden yang secara objektif dan bebas akan menyatakan pendapatnya baik positif maupun negativeSetelah mengevaluasi pernyataan-pernyataan, kemudian stiap respnden ditempatkan dalam angka 1 dan 11 yang menggambarkan suatu continuum atau skala. 1 (paling positif), 11 (paling negative), dan 6 pertengahan skala (netral/ tidak positif dan tidak negative).4. Kemudian, nilai skala menunjukkan tingkat kepositifan atau kenegatifan data objek, yang dihitung untuk setiap pertanyaan. Cara ini dlikakukan dengan mengambi rata- amean score dari semua responden untuk setiap pernyataan (item).Seperti telah dikemukakan oleh C. Selltiz dan teman-temannya (1959) bahwa skala Thurstone telah digunakan secara efektif untuk mengukur sikap terhadap objek sikap secara luas termasuk perang, berbagai kelompok etnik, dan lembaga keagamaan. Keterbatasan yang terpenting adalah pengaruh perasaan dan latar belakang social ekonomi responden.Para ahli Psikologi Sosial bertahun-tahun telah berusaha menyederhanakaannya.2. Skala LikertRensis Likert mengembangkan suatu skala beberapa tahun setelah Thurstone. Linkert juga menggunakan sejumlah pernyataan untuk mengukur sikap yang mendasarkan pada rata-rata jawaban Likert dai dalam pernyataannya menggambarkan pandangan yang ekstren pada masalahnya. Setelah pernyataan itu dirumuskan, Linkert membagikannya kepada sejumlah responden yang akan diteliti. Kepada responden diminta untuk menunjukkan tingkata dimana mereka setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan dengan 5 (lima) :Sangat setuju, setuju, netral, tidak stuju, sangat tidak setuju. Salah satu pernyataan sikap "terhadap kulit hitam berbunyi: Saya tidak akan pernah kawin dengan orang kulit hitam.Skala Likert sangat popular saat ini karena skala ini termasuk mudah dalam penyusunannya. Sudah banyak peneliti yang telah mempergunakan dan menyempurnakannya.

3. Skala Bogardus Emery Bogardus tahun 1925 menemukan suatu skala ynag disebut skala jarak social (social distance scale) yang secara kuantitatif mengukur tingkatan jarak seseorang yang diharapkan untuk mememlihara hubungan orang dengan kelompok- kelompok lain. Dengan skala Bogardus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pernyataan satu atau semua dari tujuh pernyataan untuk melihat secara social terhadap kelompok etnik group lainnya.Salah satu item skala sosial Bogardus untuk mengukur sikap:Sesuai dengan reaksi perasaan saya yang pertama, saya mau mengakui atau mengizinkan orang kulit hitam (sebagai satu kelas yang satu kenal sebagai tidak yang terbaik atau yang terjelek) pada satu atau lebih klasifikasi sebagai berikut:4. Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale). Skala ini dikembangkan oleh Osgood, suci dan Tannerbaum (1957 ) yang meminta responden untuk menentukan sikapnya terhadap objek sikap, pada ukuran yang sangat berbeda dengan ukuran yang terdahulu. Responden diminta untuk menentukan suatu ukuran skala yang bersifat berlawanan yaitu positif atau negative yaitu: baik-buruk, aktif-pasif, bijaksana-bodoh dan sebagainya. Skala ini terbagi atas 7 (tujuh) ukuran, dan angka 4 (empat) akan menunjukkan ukuran yang secara relative netral. Skor sikap dari individu diperoleh dengan mentalis (menjumlah) semua jawaban. Skor yang lebih tinggi berarti lebih positif sikapnya terhadap objek, orang atau masalah lain yang ditanyakan. Usaha penyempurnaan yang lebih akhir adalah dikembangkannya 3 kategori perbedaan dimensi, sikap sebagai berikut:1. Kategori perasaan, misalnya: baik/buruk disebut dimensi yang bersufat menilai (evaluative dimension)2. Kategori kekuatan, misalnya: kuat/lemah disebut dimensi kemampuan (potency dimension)3. Kategori sifat, misalnya: cepat/lambat disebut dimensi aktivitas (activity dimension)Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap terahdap seluruh gejala dari kelompok etnik sampai kelompok partai serta keinginan memiliki anak.Contoh: salah satu item skala perbeadan semantik yang dikembangkan oleh Osgood, suci dan Thannerbaum

4.1.2 Pengukuran sikap secara tidak langsungTeknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakn di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara (verbal). Dengan teknik demikian subjek akan tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan dipengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung.Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bagi responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur. Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gamabar terhadap subjek, subjek diminta untk menceritakan apa yang dia lihat di gambar tersebut. Jawaban subjek kemudian diskor yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi yang terdapat pada gambar tersebut. Sperti yang telah dilakukan oleh Proshansky (1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Disini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek diperlihatkan gambar-gambar dari para pekerja dalam berbagai konflik situasi. Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar tersebut dalam suatu karangan atau cerita.Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung ini menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap inidividu diungkap, bila ia menyadarinya akan hal itu, disamping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap suatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadaraannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanay pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hamper semua penelitian psikologi.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Pengembangan sikap terjadi melalui empat cara, yaitu sikap seseorang berkembang dalam rangka memuaskan suatu keinginan, sikap individu dibentuk melalui informasi yang diterima, kerja sama individu dalam kelompok membantu pembentukan sikap seseorang terhadap objek sikap, dan sikap individu merupakan pencerminan dari kepribadiannya. Hubungan antara sikap dengan perilaku terjadi karena beberapa kondisi, yaitu kekuatan sikap, stabilitas sikap, relevansi sikap terhadap tingkah laku, penonjolan sikap dan tekanan situasi. Hal ini disimpulkan bahwa konsistensi hubungan antara sikap dengan tingkah laku ditentukan oleh dua sikap yaitu sikap terhadap objek dan sikap terhadap situasi.Dalam pembentukan sikap, dapat dilakukan dengan mengadopsi sikap orang lain, adanya temuan dasar yang mengejutkan dan alasan dasar mengapa kita menentukan sikap. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya sikap benar-benar bisa dibentuk dengan cara itu. Sedangkan pengukuran sikap terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung digunakan untuk tes psikologi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, seksama, selektif sesuai dengan criteria tertentu, tes psikologi ini kemudian dikembangkan sebagai skala sikap, sedangkan pengukuran sikap tidak langsung bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara (verbal)

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyo.2006.Psikologi Sosial.Semarang: Universitas Negeri SemarangBaron, Robert A., Byrne,Done.2003.Psikologi Sosial.Jakarta: ErlanggaAhmadi, Abu. 1999.Psikologi Sosial.Jakarta: PT Rineka Cipta


Top Related