Download - Hidroponik Gita

Transcript

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik adalah salah satu cara penanaman atau menumbuhkan tanaman. Tanaman yang umumnya dibudidayakan dengan cara hidroponik adalah tanaman sayur - sayuran, tanaman hias dan beberapa jenis dari tanaman buah-buahan. Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Dalam kajian bahasa, Hidroponik berasal dari kata Hydro yang berarti air dan Ponos yang berarti kerja. Jadi, Hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara).

2

Media tanah merupakan media alamiah tanaman sebagai tempat untuk melangsungkan hidup. Media tanah mempunyai bahan penyusun yang berasal dari pasir,debu dan liat. Besar persentase dari masing-masing bahan penyusun tanah ini berpengaruh terhadap tekstur tanah (liat, berpasir, lempung berpasir, lempung berliat,dsb) (Anekaplantasia, 2010). Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kemampuan tanah untuk mengikat nutrisi, air dan kondisi aerasi di daerah perakaran. Apabila bahan penyusun tanah persentase liatnya lebih besar, maka kemungkinan besar akan menimbulkan masalah di daerah perakaran. Hal ini disebabkan (1) liat mempunyai kemampuan menahan air lebih lama, (2) aerasi di daerah perakaran berkurang dan (3) mengurangi pertumbuhan akar (Anekaplantasia, 2010). Namun dengan segala kelebihan dan kekurangan tekstur tanah, media tanah tetap tidak tergantikan oleh media alternatif (non tanah) karena kelebihannya dalam mengikat nutrisi, air dan menjaga keseimbangan kehidupan mikrobiologi tanah (Anekaplantasia, 2010).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah Mahasiswa menegerti dan memahami cara pembuatan media tanam tanah dan hidroponik.

3

TINJAUAN PUSTAKA

y

Klasifikasi Tanamn Sawi Nama umum

Indonesia: Sawi hijau, sawi bakso, caisim, caisin Inggris: False pakchoi, Mock pakchoi

Thailand: Phakkat kheo kwangtung Cina: Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Capparales Famili: Brassicaceae (suku sawi-sawian) Genus: Brassica Spesies: Brassica rapa var. parachinensis L. Tanaman selada (Lactuca stiva) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi berkisar antara 20 cm - 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe dan varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop (kumpulan daun - daun yang saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas yang tidak membentuk krop. Cai xin

4

Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm - 40 cm dan tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20 cm - 30 cm (Santiko, 2010).

y

Morfologi Tanaman Sawi Secara morfologi, organ - organ penting yang terdapat pada tanaman selada

adalah sebagai berikut. Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau lonjong degan ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap. Sedangkan jenis selada yang tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang - tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus (Santiko, 2010). Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm - 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih. Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang membentuk krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Sedangan selada yang tidak membentuk krop (selada daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm - 7 cm (selada batang), 2 cm - 3 cm (selada daun), serta 2 cm 3 cm (selada kepala).

5

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm - 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi. Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam (Santiko, 2010). Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan). Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah (Santiko, 2010). Varietas varietas selada tersebut dibagi dalam empat kelompok, 1. capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead) 2. longifolia, selada cos (romaine) 3. crispa, selada daun longgar 4. asparagina, selada batang (Santiko, 2010). Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan (Santiko, 2010).

6

Kandungan Gizi Sawi Hijau Tabel 1. Kandungan gizi (flap 100 g bahan) Sawi Hijau ( caisim ) adalah sebagaiberikut: Zat gizi Kandungan

Kalori Protein Lemak Karbohidrat Vitamin B1Zat Besi

Vitamin A Vitamin C Kalsium (Ca) Fosfor (P) Air Sumber : (Rusli Hukum dan Sri Kuntarsih, 1990)

25 kal 1,2 g 0,20 g 2,90 g 0,04 mg 0,50 mg 162 mg 8,00 mg 22,00 mg 25 mg 94,80 g

y

Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan

berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral (Santiko, 2010).

y

Media Tanam Hidroponik Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian

Woodward (1699) yang menggunakan hidroponik untuk studi pertumbuhan tanaman, namun penelitian De Saussure (1804) lebih signifikan untuk dikatakan sebagai cikal bakal penelitian hidroponik yang menggunakan larutan nutrisi sebagai komposisi awal dengan berbagai macam komponen elemen mineral di dalam distilled water.

7

Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air (Falah, 2006). Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa (Fazari, 2004). Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Kultur Air. Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut. 2. Kultur Agregat. Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik. 3. Nutrient Film Technique.

8

Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut (Tim Aero Kalijati, 2009). Dalam bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, yang biasa disebut hidroponik, media tanam tersebut biasanya digunakan pasir kasar, krikil, batu apung, vermikulit dan lain sebagainya dengan menambahkan hara lengkap secara khusus. Adapun media tersebut meliputi : 1. Komponen Aorganik, Pasir, pasir kuarsa berukuran antara 0.5 hingga 0.2 mm,cukup baik untuk digunakan sebagai bahan campuran media, karena dapat menciptakan kondisinya menjadi poreus dan aerasinya baik Vermikulit, berasal dari mineral mika yang telah dipanaskan pada suhu sampai 1.90 oC hingga terjadi pemecahan (disintegrasi) dan bebas dari hama penyakit dan biji gulma. Perlit, bahan ini berwarna putih dan dihasilkan dari lava gunung berapi yang telah dipanaskan pada suhu 760 oC. ifat perlit ini sangat menguntungkan, diantaranya mempunyai daya memegang air sebnyak 3-4 kali dari beratnya serta tahan terhadap kerusakan fisik dibandingkan dengan vermikulit. 2. Komponen Organik, Gambut (peat), substansi ini merupakan hasil pelapukan belum sempurna dari sisa-sisa vegetasi di dalam air, seperti dirawa-rawa. Berdasarkan tingkat kesempurnaan proses pelapukannya bahan ini terdapat beberapa macam peat, antara lain: moss peat (berasal dari sejenis rumput laut), reed sedge peat (berasal dari sisa-

9

sisa rumput, biji-bijian dan vegetasi rawa), peat humus (jenis peat yang telah mengalami dekomposisi sempurna). Shagnum moss, bahan ini merupakan residu yang mengalami dehidrasi dari bermacam-macam spesies sphagnum. Sebelum digunakan sphagnum dilumatkan terlebih dahulu. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan jamur penyakit. Wood residu, materi ini berasal dari hasil samping tanaman yang telah dipanen, seperti serpihan kulit kayu dan serbuk gergaji. Sisa-sisa panen tanaman, bermacam-macam sisa tanaman seperti jerami, klobot jagung, ampas tebu, sekam. Rabuk organik, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Penggunaan media ini banyak diformulasikan dengan komposisi tertentu, Sebelum media digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan jalan dipanaskan dengan suhu 71 oC selama 3 menit atau disterilkan dengan bahan kimia kloropikrin atau kloropikrin di campur dengan metibromida (Ashari, 1995). Tanaman hidroponik bisa dilakukan secara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara besar-besarandengan tujuan komersial. Beberapa kelebihan tanaman dengan sistim hidroponik ini antara lain: Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah, menggunakan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, dan mengurangi CO2 karena tidak perlu menggunakan kendaraan atau mesin. Tanaman ini tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas. Bisa memeriksa akar tanaman secara periodik untuk memastikan

pertumbuhannya

10

Pemakaian air lebih efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukan setiap hari sebab media larutan mineral yang dipergunakan selalu tertampung didalam wadah yang dipakai

Hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan termasuk akar karena terbebasdari kotoran dan hama

Lebih

hemat

karena

tidak

perlu

menyiramkan

air

setiap

hari,

tidakmembutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga Bisa menghemat pemakaian pupuk tanaman Tidak perlu banyak tenaga kerja Lingkungan kerja lebih bersih Tidak ada masalah hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, kulatdan cacing nematod yang banyak terdapat dalam tanah Dapat tanam di mana saja bahkan di garasi dan tanah yang berbatu Dapat ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim (Click, 2009). Kekurangan Hidroponik antara lain larutan nutrient harus seimbang, perawatan yang cukup mahal, hanya khusus tanaman tertentu.

y

Media Tanam Tanah Media tanah merupakan media alamiah tanaman sebagai tempat untuk

melangsungkan hidup. Media tanah mempunyai bahan penyusun yang berasal dari pasir,debu dan liat. Besar persentase dari masing-masing bahan penyusun tanah ini berpengaruh terhadap tekstur tanah (liat, berpasir, lempung berpasir, lempung berliat,dsb) (Anekaplantasia, 2010).

11

Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kemampuan tanah untuk mengikat nutrisi, air dan kondisi aerasi di daerah perakaran. Apabila bahan penyusun tanah persentase liatnya lebih besar, maka kemungkinan besar akan menimbulkan masalah di daerah perakaran. Hal ini disebabkan (1) liat mempunyai kemampuan menahan air lebih lama, (2) aerasi di daerah perakaran berkurang dan (3) mengurangi pertumbuhan akar (Anekaplantasia, 2010). Demikian pula bila persentase pasir lebih besar, maka kemungkinan menimbulkan masalah (1) kondisi tanah cepat kering dan (2) kemampuan mengikat air dan nutrisi yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Namun dengan segala kelebihan dan kekurangan tekstur tanah, media tanah tetap tidak tergantikan oleh media alternatif (non tanah) karena kelebihannya dalam mengikat nutrisi, air dan menjaga keseimbangan kehidupan mikrobiologi tanah (Anekaplantasia, 2010). Demikian halnya dengan media alternatif mempunyai kelebihan, yaitu (1) media tanam tampak bersih, (2) ringan dan (3) mudah dirawat

(mengganti/menambah media lagi). Contoh media alternatif campuran sekam bakar dengan cocopeat, pasir malang dicampur dengan sekam bakar, zeolit dan cocopeat, dan sebagainya. Umumnya media alternatif ini tidak dikombinasikan dengan media tanah ataupun pupuk organik. Namun media ini memerlukan penggantian media tanam alternatif setiap 1 tahun sekali untuk menjaga kemampuan untuk mengikat nutrisi dan air. Selain itu mencegah serangan dari hama Root Mealybug, karena hama tersebut menyukai lingkungan media alternatif yang cenderung kering dan lembab bila sudah terpakai lama (Anekaplantasia, 2010).

12

Kombinasi antara media alternatif dangan media tanah dan pupuk organik dapat memberikan sinergi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan secara bersamaan (mix) ataupun hanya media alternatif saja tentunya juga terkait dengan cara penyajian dan kepraktisan yang juga harus diimbangi dengan pemupukan secara rutin. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tanaman tetap terjaga (Anekaplantasia, 2010).

13

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : y Benih Caisim (Brassica rapa var. parachinensis L.), digunakan sebagai bahan percobaan yang akan diamati. y y Tanah, digunakan sebagai media persemaian benih. Larutan A (merah) : (Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat), digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam. y Larutan B (bening) : (Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro), digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam. y y Pupuk kandang, digunakan sebagai campuran tanah untuk media persemaian. Air, digunakan sebagai media hidroponik.

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : y y Nampan plastik sebanyak 4 buah, digunakan sebagai tempat penyemaian benih. Pipa PVC (besar dan kecil), digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman pada media hidroponik/talang hidroponik. y y Paku dan Claim, digunakan untuk meletakkan pipa pada tembok/dinding rumah. Penjepit, digunakan untuk mengatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon. y Selang (besar dan kecil), digunakan untuk menyalurkan air ke pipa-pipa.

14

y y y y y y

Ember besar, digunakan untuk menampung air. Ec meter, digunakan untuk mengukur DHL pada air. Kabel listrik, digunakan untuk menghubungkan arus listrik. Aerator/pompa air, digunakan untuk memompa air. Alat pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan nutrisi. Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di lahan dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengelolaan Media Tanam (Ir. Ismed Fachruzi, MS) jalan Banjarbaru, pada hari Selasa, tanggal 11 Oktober 20 Desember 2011 pukul 16.00 WITA sampai dengan selesai.

Metode Praktikum

Prinsip dasar dari metode DFT (Deef Flow Technique) adalah membuat sirkulasi aliran tipis air dan unsur hara. Air yang mengandung unsur hara dalam bentuk ion dialirkan dari ember ke tanaman dan dikembalikan lagi ke ember dengan selang waktu 15 menit. Budidaya hidroponik pada praktikum ini terbagi dua yaitu budidaya horizontal dan vertikal dengan langkah-langkah yang terdiri dari persiapan rangkaian alat hidroponik, penyemaian benih, pemindahan bibit sekaligus pemberian unsur hara, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen.

15

1. Persiapan alat Rangkaian alat untuk budidaya vertikal dibuat dengan paralon sepanjang 4 meter yang diletakkan secara vertikal pada tembok sebanyak tiga tingkat. Paralon diletakkan dengan paku dan claim dengan mengatur posisi mendatar. Paralon diberi lubang terlebih dahulu dengan jarak 20 cm. Untuk pengaturan waktu sirkulasi air disamakan dengan budidaya horizontal. Karena pada budidaya vertikal posisi ketinggian paralon berbeda-beda sehingga perlu diatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon dengan menggunakan penjepit. Tingkatan paling bawah diberi dua buah penjepit karena aliran airnya lebih deras. Tingkat kedua diberi satu buah penjepit dan yang paling atas tidak diberi penjepit. 2. Penyemaian benih Benih yang akan di tanam adalah benih caisim. Penyemaian dilakukan dalam nampan dengan media tanah dicampur dengan sekam selama 2-3 minggu. 3. Pemindahan bibit dan pemberian unsur hara Benih sayuran yang telah disemai 2-3 minggu sudah bisa dipindahkan ke talang hidroponik. Saat pemindahan bibit semaian terlebih dahulu kita memberikan larutan pupuk cair pada wadah air yang mengandung unsur hara : a. Larutan A (merah) : Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat. b. Larutan B (bening) : Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro. Cara penggunaan : kocok terlebih dahulu, kemudian ambil larutan sebanyak 1 mL dan masukkan ke dalam 0,5 L air bersih. Tambahkan sebanyak 1 mL, tambah air

bersih dan tepatkan menjadi 1 L larutan, atau nilai Ec-nya 1,2 mm/mhos pada Ec meter. Larutan encer ini dapat langsung digunakan untuk semaian dengan media tanam air atau media tanam sistem hidroponik. Larutkan 2,5 mL larutan A dan 2,5

16

mL larutan B ke dalam air bersih hingga diperoleh 1 L larutan hara hidroponik untuk digunakan langsung pada semaian yang baru di tanam hingga umur 2 - 2,5 minggu. Untuk sayuran umur lebih dari 2,5 minggu, digunakan 3 4 mL larutan A dan 3 4 mL larutan B. Untuk setiap liter larutan hara hidroponik. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan melindungi tanaman dengan jala agar terhindar dari gangguan binatang, membetulkan posisi tanaman, dan mengontrol Ec air serta penambahan unsur hara. Pemeliharaan dilakukan sejak tanaman disemai sampai pemanenan. 5. Pemanenan Tanaman yang berusia tiga minggu setelah penyemaian sudah dapat dipanen. Cara pemanenan dilakukan seperti cara pemanenan sayuran pada umumnya. Ambil tanaman dari rangkaian alat, kemudian lepaskan tanaman dari cup plastik. 6. Penanganan pasca panen Tanaman yang di panen di ambil beberapa sampel dan diukur beratnya, tinggi tanaman, panjang akar, lebar dan panjang daun, dan jumlah daun. Untuk mengetahui kebutuhan air tanaman maka diukur volume air yang tersisa dan Ec air. Pada tanah kegiatan praktikum yang dilakukan untuk media tanah adalah sebagai berikut : 1. Persiapan lahan dan pengolahan lahan Langkah awal pada persiapan lahan adalah melakukan pembersihan lahan dari gulma dengan cara ditebas dan dicangkul. Setelah lahan bersih untuk selanjutnya dilakukan pembuatan tempat untuk penanaman benih sawi, ada dua macam yaitu galuran dan persemaian.

17

Untuk pembuatan galuran, tanah terlebih dahulu diolah dengan cara dicangkul kemudian digemburkan, seteleah gembur baru dibentuk galur-galur dengan lebar 50 cm dan panjang 10 meter sebagai tempat untuk menanam sawi yang dipindahkan dari persemaian. Setelah galuran siap dapat dilakukan pemupukan menggunakan pupuk organik sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan persemaian dibuat dengan membuat bedengan ukuran 1x1m dan tanahnya juga digemburkan untuk memudahkan benih sawi untuk berkecambah dan tumbuh. 2. Penyemaian benih Sebelum ditanam pada umumnya benih sawi disemai terlebih dahulu di persemaian yang telah dibuat, caranya dengan menabur benih sawi sepanjang galuran yang dibuat. Saat menyebar benih sebaiknya dibuat lurus dan teratur agar mudah saat pencabutan saat pemindahan. 3. Pemindahan bibit dari persemaian Setelah tanaman sawi yang disemaikan dirasa cukup besar dan telah siap dipindahkan kegaluran, maka dilakukan pencabutan semaian sawi. Saat pencabutan hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar akar sawi tidak putus dan rusak serta menghindari pokok tanaman sawi terpotong atau cacat karena akan lebih rentan terserang hama dan penyakit. Sebelum ditanam, terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan jarak 20 cm x 30 cm, dan pada lubang diberikan furadan untuk mencegah serangga menyerang tanaman yang baru dipindahkan.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Pengamatan kelompok media tanahTanaman keTinggi tanaman (cm) 13 Des 2011 20 Des 2011 Jumlah cabang 13 Des 2011 20 Des 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

7 9,5 8 10 10 12 10 10 10 9 10 8 9 8 7 10 7 11 8 9 13 10 8 11 9 5

8 10 9 11 10 13 11 11 11 10 11 9 10 8,5 17 11 12 12 9 12 13 10 8 12 10 6

3 4 4 2 4 2 2 4 5 4 3 3 4 5 3 3 5 4 3 5 4 5 4 3 6 3

3 4 5 3 4 3 4 4 5 4 3 3 4 3 4 4 5 3 4 3 4 5 4 3 3 4

19

Kelompok Hidroponik / Media Air (Pengamatan tanggal 20 Desember 2011) Tabel 2. Pengamatan tanggal 20 Desember 2011Pipa depan rumah Tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 Tinggi tanaman (cm) 8,9 3,0 6,7 5,3 7,6 6,5 10,7 6,6 3,7 8,2 8,1 6,3 6 6 7 6,5 7,5 6 7,5 8 7,5 7 8,5 9 7 4,5 7 3 7 10 10 8 9 4,5 5,7 7,8 3 7 5 7 Jumlah daun 4 2 5 5 3 5 5 3 3 4 5 4 5 4 7 5 5 5 4 4 6 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 2 3 5 2 3 3 3 3 3 Keterangan Normal Kerdil Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kerdil Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kerdil Normal Kerdil Normal Normal Normal Normal Normal Kerdil Kerdil Kerdil Kerdil Kerdil Kerdil Kerdil

A

B

C

D

20

Tabel 3. Pengamatan tanggal 20 Desember 2011 Pipa rumah Tinggi Tanaman samping tanaman (cm) 1 5 2 10,5 3 10 4 12 5 10 6 13 7 7 A 8 12 7 9 15 10 12 11 7,5 12 6 13 6 14 14,5 15 1 10,5 2 7,6 3 6,8 4 10 5 7,8 6 7,3 7 14 8 B 8 9 12 10 11,8 11 14 12 11 13 12 14 11 15 13,5 1 16,5 2 8 3 10,7 4 12,4 5 8,4 6 9,5 7 17,2 8 10,7 C 9 12,5 10 11 11 14,9 12 13,6 13 12 14 14 10,5 15 12,3 16

Jumlah daun 4 6 4 5 4 3 4 4 4 5 4 4 3 5 6 4 4 5 6 5 6 5 4 6 5 3 3 5 5 5 4 3 3 5 3 6 4 4 6 5 5 6 6 4 4 8

Keterangan Kerdil Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kerdil Kerdil Normal Normal Normal kerdil Normal Normal kerdil Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama Normal,T.hama

21

Pembahasan

Berikut ini adalah kelebihan bercocok tanam dengan menggunakan sistem hidroponik:y y y y

Dapat dilakukan pada ruang / tempat yang terbatas dan higienis Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuk bisa lebih hemat Lebih terjamin dan bebas dari serangga dan hawa penyakit Produksi tanaman lebih tinggi dibanding dengan menggunakan media tanam tanah biasa

y y

Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan Kualitas tanaman yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Percobaan yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Sawi Hijau. Sumber: http://www.plantamor.com/index.php?plant=225. Diakses pada tanggal 9 Januari 2012. Anekaplantasia. 2010. Pilih Media tanah atau Media Lternatif? Sumber: http://anekaplanta.wordpress.com/2010/02/03/pilih-media-tanah-atau-mediaalternatif/. Diakses Pada Tanggal 9 januari 2012. Ashari Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 485 hal Click Smart. 2011.Pengertian dan Penjealasan Tanaman Hidroponik. http://www.gexcess.com/id/pengertian-dan-penjelasan-tanaman-hidroponik.html. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011. Falah Affan Fajar M. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik - Sederhana hingga Otomatis. Sumber: http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=222:pro duksi-tanaman-dan-makanan-dengan-menggunakan-hidroponik-sederhanahingga-otomatis. Di akses pada tanggal 9 Januari 2012. Fazari Sri Nurilla. 2004. Hidoponik Tanaman http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/hidroponik/. tanggal 13 Maret 2011. Tanpa Tanah. Di akses pada

Kalijati Aero Tim. 2009. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. http://www.aero-kalijati.com/lifestyle/1207-teknik-bududaya-sayuran-secarahidroponik.html. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011. Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Santiko, Sofyan Wiwiet. 2010. Laporan Kuliah Kerja Lapangan Kajian Jenis Pupuk Oranik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau. Yogyakarta: Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran.


Top Related