Transcript
Page 1: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

JL. RS FATMAWATI CILANDAK JAKARTA SELATAN

PERIODE 1 FEBRUARI-30 MARET 2012

ANNISA RAHMA HENDARSULA, S.Farm.

1106046692

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 2: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

JL. RS FATMAWATI CILANDAK JAKARTA SELATAN

PERIODE 1 FEBRUARI-30 MARET 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANNISA RAHMA HENDARSULA, S.Farm

1106046692

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 3: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

iii

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 4: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV Universitas Indonesia, yang diselenggarakan

pada tanggal 1 Februari – 30 Maret 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati dan menyelesaikan laporan ini.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian

dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan

untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.

Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya

dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada

masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.

Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Ibu Dra. Farida Indyastuti, Apt., SE., MM. selaku pembimbing dari RSUP

Fatmawati yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang

bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan penyusunan .

2. Ibu Dra. Alfina Rianti, M. Pharm, Apt., atas bimbingan, bantuan, dan

pengetahuan yang telah di berikan selama melaksanankan kegiatan dan

penyusunan laporan.

3. Bapak Ahmad Subhan, S.Si., M.Si., Apt. Selaku Ketua Instalasi Farmasi

Rumah Sakit yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan

yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan dan penyusunan laporan.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS selaku Ketua Departemen Farmasi

FMIPA UI.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 5: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

v

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker

Departemen Farmasi FMIPA-UI.

6. Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar, MS selaku pembimbing dari Departemen

Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan serta penyusunan laporan ini.

7. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan

pengalaman yang bermanfaat serta membantu penulis selama melaksanakan

kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker

FMIPA UI.

9. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi,

nasehat, dan dukungan materi.

10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXIV atas perjuangan, semangat, dan

kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap

semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani

Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-

rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Depok, Juni 2012

Penulis

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 6: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN UMUM ...................................................................... 4

2.1 Rumah Sakit ............................................................................. . 4

2.2 Standar Farmasi di Rumah Sakit ............................................. . 7

2.3 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit ......................... . 10

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi ...................................................... . 11

2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ..................................... . 17

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ................................................................... 20

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati ....................... 20

3.2 Pelayanan Farmasi RSUP Fatmawati ...................................... 25

3.3 Tim Pengendalian Farmasi (TPF) RSUP Fatmawati ............... 44

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................ 46

4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi oleh IFRS ............................. 46

4.2 Satuan Farmasi Fungsional (SFF) RSUP Fatmawati ................ 61

4.3 Tim Pengendalian Farmasi (TPF) RSUPFatmawati ................ 68

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 70

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 70

5.2 Saran ........................................................................................ 70

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 72

LAMPIRAN ................................................................................................. 73

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 7: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUP Fatmawati .................................... 73

Lampiran 2. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ........ 74

Lampiran 3. Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP

Fatmawati .............................................................................. 75

Lampiran 4. Alur perbekalan farmasi ........................................................ 76

Lampiran 5. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati ................................................................... 77

Lampiran 6. Alur pelayanan resep di Depo Farmasi Instalasi Rawat

Jalan RSUP Fatmawati .......................................................... 78

Lampiran 7 Alur pelayanan obat di Depo Farmasi Askes RSUP

Fatmawati .............................................................................. 79

Lampiran 8. Alur pelayanan obat di Depo Farmasi Pegawai RSUP

Fatmawati .............................................................................. 80

Lampiran 9. Alur pelayanan obat di Depo IBS (Instalasi Bedah Sentral)

RSUP Fatmawati ................................................................... 81

Lampiran 10. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat

inap RSUP Fatmawati ........................................................... 82

Lampiran 11. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat

jalan RSUP Fatmawati .......................................................... 83

Lampiran 12. Alur masuk ke ruang produksi aseptik Total Parenteral

Nutrition (TPN) ..................................................................... 84

Lampiran 13. Alur penanganan limbah ........................................................ 85

Lampiran 14. Alur sistematis dalam menjawab pertanyaan informasi

obat ......................................................................................... 86

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 8: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis (UU No. 36, 2009). Sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum,

kesehatan harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian

pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu

sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan. Upaya ini dapat terlaksana dengan adanya fasilitas kesehatan

seperti rumah sakit, klinik, apotek, praktek dokter, dan lain-lain (UU No. 44,

2009).

Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (UU No. 44,

2009). Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi

rumah sakit tidak dapat dipisahkan oleh sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau semua lapisan masyarakat

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

2004).

Adanya perubahan paradima dari drug oriented menjadi patient oriented,

menjadikan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya terfokus pada

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 9: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

2

Universitas Indonesia

pengelolaan persediaan farmasi sekarang juga dituntut untuk menerapkan

pelayanan kepada pasien. RSUP Fatmawati Jakarta adalah salah satu rumah sakit

pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

serta mengembangkan pelayanan rujukan di wilayah Jakarta Selatan dan

sekitarnya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di segala lapisan

(Fatmawati, 2010). Partisipasi farmasi sangat diperlukan agar upaya tersebut dapat

tercapai. Oleh karena itu, dibentuk Instalasi Farmasi yang bertugas dalam

pengelolaan sediaan farmasi di RSUP Fatmawati Jakarta. Pelayanan farmasi

klinik dilakukan oleh Satuan Farmasi Fungsional (SFF) yang terdiri dari seluruh

apoteker di RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dalam kinerjanya berkoordinasi

dengan SFF untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat bagi pasien

yang ada di dalam rumah sakit tersebut.

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP Fatmawati Jakarta

dilakukan untuk mengetahui peran dan tugas seorang apoteker dalam Instalasi

Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta. PKPA yang diadakan oleh Departemen

Farmasi FMIPA Universitas Indonesia diharapkan dapat menghasilkan calon

apoteker yang berkualitas dan ikut mendukung kesehatan masyarakat Indonesia.

Tujuan dari PKPA yang dilakukan oleh Program Profesi Apoteker Universitas

Indonesia bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dimana salah satunya adalah

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati adalah meningkatkan pemahaman tentang

peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di

rumah sakit, membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

rumah sakit, meningkatkan, dan melatih keterampilan komunikasi dan interaksi

dengan berbagai profesional kesehatan lain di rumah sakit, mempersiapkan calon

apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional,

serta memberi gambaran nyata tentang permasalahan dan solusi masalah dalam

pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 10: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

3

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati Jakarta

adalah

1.2.1 Mengetahui tugas dan kegiatan Instalasi Farmasi di RSUP Fatmawati

Jakarta.

1.2.2 Mengetahui peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker di dalam

Instalasi Farmasi di RSUP Fatmawati Jakarta.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 11: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit diartikan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat

adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna

penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut sedangkan pelayanan

Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan

Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,

manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,

perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 44, 2009).

2.1.2 Tugas dan Fungsi

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugasnya, rumah sakit

mempunyai fungsi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44, 2009):

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 12: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

5

Universitas Indonesia

2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah Sakit

Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah

Sakit publik dan Rumah Sakit privat Rumah Sakit publik dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah

Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit

publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan

menjadi Rumah Sakit privat. Rumah Sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola

oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau

Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan ditetapkan oleh

Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan

pendidikan. Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang

menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang

pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

44, 2009).

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang

dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Setiap rumah sakit

wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri, dan dapat ditingkatkan kelasnya

setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas dibawahnya. Klasifikasi Rumah

Sakit Umum ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan,

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 13: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

6

Universitas Indonesia

sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. Rumah Sakit harus

mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum,

gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah,

pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam

medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan

masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana

rumah sakit, serta pengolahan limbah (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

340, 2010).

2.1.4.1. Klasifikasi rumah sakit umum (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

340, 2010)

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan

Medik Sub Spesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2

Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 14: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

7

Universitas Indonesia

2.1.4.2. Klasifikasi rumah sakit khusus

Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan

Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan

Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik,

Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin. Klasifikasi dari

unsur pelayanan meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat

sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan,

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain,

Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik, Pelayanan Penunjang Non

Klinik (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340, 2010) .

2.2. Standar pelayanan farmasi di rumah sakit

2.2.1. Falsafah dan tujuan

Standar Pelayanan Rumah Sakit menekankan bahwa pelayanan farmasi

rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat

yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua

barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Tujuan pelayanan farmasi

adalah (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004):

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 15: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

8

Universitas Indonesia

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

2.2.2. Tugas pokok (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004)

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit

2.2.3. Fungsi

2.2.3.1. Pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan,

dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuannya adalah mengelola

perbekalan farmasi yang efektif dan efesien, menerapkan farmakoekonomi dalam

pelayanan, Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan

Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna, dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan. Penjelasan mengenai kegiatan pengelolaan adalah

sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004):

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 16: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

9

Universitas Indonesia

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian

h. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2.2.3.2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Pelayanan kefarmasian adalah pendekatan profesional yang bertanggung

jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi,

efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan,

keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan

profesi kesehatan lainnya (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004). Tujuan antara lain :

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah

sakit

b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan

dan efisiensi penggunaan obat

c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang

terkait dalam pelayanan farmasi

d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien dengan seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis

b. Melakukan dispensing pencampuran obat suntik , parenteral nutrisi, dan obat

kanker

c. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

d. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga

e. Memberi konseling kepada pasien/keluarga

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 17: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

10

Universitas Indonesia

f. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

g. Ronde atau visite pasien

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan

2.3. Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit

Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia

yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam

bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004) :

a. Terdaftar di Departeman Kesehatan

b. Terdaftar di Asosiasi Profesi

c. Mempunyai izin kerja.

d. Mempunyai SK penempatan

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga

farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi

persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun

kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap keprofesian terusmenerus dalam rangka menjaga mutu

profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan

dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi

rumah sakit

Pengelolaan sumber daya manusia farmasi dimaksudkan demi

terciptanya pelayanan kefarmasian,antara lain sebagai berikut:

a. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.

b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

a. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.

c. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi

(D3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).

d. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum

dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang farmasi.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 18: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

11

Universitas Indonesia

e. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan

mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang

bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.

f. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

g. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

h. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau

tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki

kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannyapelatihan tersebut.

i. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait

dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja

yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

2.4. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan

komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya

terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasispesialisasi yang ada di rumah sakit

dan apoteker wakil dariFarmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004) :

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat

serta evaluasinya

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.

2.4.1. Organisasi dan Kegiatan PFT

Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang

dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah

sakit setempat:

a. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 dokter,

apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih

dari 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 19: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

12

Universitas Indonesia

b. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam

kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,

maka sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari

instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.

c. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2

bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali.

Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam

maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi

pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan

Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.4.2. Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalamformularium harus didasarkan pada evaluasi

secarasubjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat

yang sama.

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau

menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf

medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkantinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturanperaturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumahsakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 20: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

13

Universitas Indonesia

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

2.4.3. Kewajiban PFT

a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai

budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional

b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain

c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait

d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan

umpan balik atas hasil pengkajian tersebut

2.4.4. Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalammengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di

rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara

baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam dibekali

dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmako epidemologi, dan

farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk

memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di

rumah sakit.

2.4.5. Tugas Apoteker dalam PFT

a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris)

b. Menetapkan jadwal pertemuan mengajukan acara yang akan dibahas dalam

pertemuan

c. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan

d. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 21: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

14

Universitas Indonesia

e. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait

f. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan

g. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,pedoman penggunaan

antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain

h. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia

Farmasi dan Terapi

i. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

j. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

k. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait

2.4.6. Formularium Rumah Sakit

2.4.6.1. Definisi formularium

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari

suatu rumah sakit yang bekerja melalui Pantia Farmasi dan Terapi (PFT),

mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat

yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Hanya

obat-obat tersebut yang dipilih dan tersedia secara rutin di rumah sakit. Sistem

formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan

obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan,

penulisan, dispensing, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat

dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama itu (Charles,

2003). Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnyatetap berjalan

terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf

medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan

menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih

mempertimbangkan kesejahteraan pasien (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004). Hasil utama dari

sistem formularium adalah formularium rumah sakit (Charles, 2003).

Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih

PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, serta

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 22: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

15

Universitas Indonesia

kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut,

yang terus-menerus direvisi agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pasien dan

staf profesional pelayan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data

morbiditas serta pertimbangan klinikstaf medis rumah sakit tersebut (Charles,

2003). Formularium dapat juga didefinisikan sebagai himpunan obat yang

diterima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah

sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan (Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 ,

2004).

Komposisi formularium terdiri dari halaman judul, daftar nama anggota

panitia farmasi dan terapi, daftar isi, informasi mengenai kebijakan dan prosedur

di bidang obat, produk obat yang diterima untuk digunakan, dan lampiran.Salah

satu karakteristik penting dari suatu sistem fomularium adalah bahwa sistem itu

mencerminkan pertimbangan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit tempat

sistem itu diterapkan (Charles, 2003).

2.4.6.2. Keuntungan sistem formularium (Charles, 2003)

a. Para dokter dan staf profesional lain yang memiliki keahlian bidang

pokok utama untuk setiap kategori obat dapat mengetahui obat yang

secara rutin tersedia bagi perawatan pasien. Misalnya seorang dokter

spesialis penyakit dalam yang ingin menggunakan suatu obat mata

antiinfeksi, memilih di antara formulasi yang oleh dokter spesialis

penyakit mata paling dipercaya. Dalam hal ini, sistem formularium

menyediakan suatu pencarian keterangan tidak resmi tentang obat

pilihan. Obat formularium pada umumnya adalah obat yang paling tepat,

tetapi itu tidak dapat menjaminbahwa obat itu digunakan untuk indikasi

yang tepat pada dosis optimal atau untuk lama penggunaan yang tepat.

Oleh karena itu, suatu program evaluasi penggunaan obat adalah suatu

komponen penting dari suatu sistem formularium yang dikelola dengan

baik.

b. Bahan edukasi tentang obat. Ribuan formulasi obat tersedia secara

komersial dan tidak semuaobat diketahui dengan cukup baik untuk semua

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 23: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

16

Universitas Indonesia

penggunaan secara rasional oleh para profesional. Formularium harus

memuat sejumlah pilihan terapi obat yang wajar, yang jenisnya dibatasi

agar anggota staf dapat mengetahui dan mengingat obat formularium

yang mereka gunakan secara rutin.

c. Keuntungan ekonomi pada rumah sakit. Formularium yang dibatasi

menyebabkan IFRS dapat mempertahankan suatu pembelian dan sistem

pengendalian perbekalan yang lebih efisien. Penghematan terjadi karena

IFRS tidak membeli persediaan yang tidak perlu.

2.4.6.3. Pedoman Penggunaan Formularium

Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk

kepada dokter, apoteker perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam

menerapkan sistem formularium, meliputi (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004) :

a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan

Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,

organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem

formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan

tiap-tiap institusi.

c. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis

oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang

dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan terapi.

d. Nama obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama generik.

e. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi

Farmasi.

f. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek

terapinya sama, seperti :

1) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang

sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.

2) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus

didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 24: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

17

Universitas Indonesia

3) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat

dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh

dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.

2.5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.5.1. Definisi IFRS

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu bagian, unit, divisi atau

fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan

pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter,pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat

dan obat tradisional (Charles, 2003).

2.5.2. Tujuan IFRS

Tujuan kegiatan harian IFRS antara lain (Charles, 2003):

a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan,

dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan

memenuhi syarat

b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah

sakit yang memenuhi syarat

c. Menjamin praktik profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan

pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan pencapaian, serta

melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi

d. Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam ilmu

farmasetik pada umumnya

e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi

antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan spesialis yang

serumpun

f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk:

1) Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang terorganisasi

2) Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 25: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

18

Universitas Indonesia

3) Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi serta

dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan, pasien, mahasiswa, dan

masyarakat

g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit

kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi,dan profesional

kesehatan lainnya

h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS

i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian

2.5.3. Tugas dan tanggung jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai

dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan

dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan, maupun untuk

semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan

tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita

dan menjamin pelayanan bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat dengan

biaya minimal. IFRS adalah satu-satunya unit di ruamh sakit yang bertugas dan

bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan

dengan obat atau perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah

sakit tersebut. IFRSbertanggungjawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi

yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan

berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf

medik dan keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasienyang lebih baik

(Charles, 2003).

2.5.4. Lingkup Fungsi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) mempunyai berbagai fungai yang

dapat digololongkan menjadi fungsi klinik dan non klinik. Fungsi non klinik

biasanya tidak memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain, sekalipun

semua pelayanan farmasi harus disetujui oleh staf medik melalui panitia farmasi

dan terapi (PFT). Fungsi klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 26: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

19

Universitas Indonesia

sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan

profesional kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien.

Lingkup farmasi non klinikadalah perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan

pemasok, pengadan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan

pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian semua perbekalan kesehatan

yang beredar dan di gunakan di rumah sakit secara keseluruhan.

Lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam

program rumah sakit, yaitu antara lain: pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi

penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitostoksik, pelayanan di unit

perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di

rumah sakit, sentra informasi obat, pemantauan dan pelaporan reaksi obat

merugikan (ROM), sistem formularium, panitia farmasi, dan terapi sistem

pematauan kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi bagi apoteker,

dokter, dan perawat, investigasi obat, dan unit gawat darurat (Charles, 2003).

Mutu fungsi farmasi non klinik hanya dapat diases oleh hanya apoteker,

sedangkan fungsi farmasi klinik memerlukan asesmen antar disiplin.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 27: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

20 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

3.1.1 Sejarah RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati

Soekarno sebagai rumah sakit yang mengkhususkan bagi penderita TBC anak dan

rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961, penyelenggaraan dan pembiayaan RS

Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut

ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Pada tahun 1984, RS Fatmawati

ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan.

Pada tahun 1991, RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana dan

pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun

1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit

mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan

Negara Bukan Pajak). Selanjutnya pada tahun 2000, RS Fatmawati ditetapkan

sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000

tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11

Agustus 2005, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Dalam penilaian Tim Akreditasi RS, tahun 1997 RS Fatmawati

memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP

Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12

pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16

Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat

Lengkap 16 Pelayanan. Tanggal 25 JanuariUP Fatmawati kembali memperoleh

Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan yang ke-2. RSUP Fatmawati

pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai

Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan Orthopedik dan Rehabilitasi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 28: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

21

Universitas Indonesia

Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008

(RSUP Fatmawati, 2011). Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Bidang

Pelayanan yang ke-3 diperoleh pada bulan Maret 2011.

Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati telah menyandang sertifikat

Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007. Dan sedang menuju

untuk mendapatkan sertifikat JCI (Join Commission International) pada tahun

2010 (RSUP Fatmawati, 2011).

3.1.2 Visi dan Misi

Visi dari RSUP Fatmawati yaitu “Terdepan, Paripurna, dan Terpercaya di

Indonesia” (Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor: HK.03.05.1.262

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, 2010).

Fatmawati merupakan rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, pendidikan dan penelitian dengan Terdepan karena ketersediaan

sumber daya yang lengkap; Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan pelayanan berkesinambungan

(continum of care ) serta tuntas; serta Terpercaya karena senantiasa mengikuti

kaidah-kaidah IPTEK terkini; Menjangkau seluruh lapisan masyarakat;

Berorientasi kepada para pelanggan

Untuk mencapai visi tersebut, RSUP Fatmawati membentuk misi, yaitu

(Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor: HK.03.05.1.262 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, 2010) :

a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopedi dan

rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen risiko klinis.

b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta

berdaya saing tinggi.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.

e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan, dan kesejahteraan sumber daya

manusia.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 29: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

22

Universitas Indonesia

3.1.3 Tujuan

RSUP Fatmawati memiliki tujuan sebagai berikut (Keputusan Direktur

Utama RSUP Fatmawati Nomor: HK.03.05.1.262 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, 2010):

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi

kaidah keselamatan pasien (patient safety).

b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.

d. Terwujudnya sumber daya manusia yang profesional dan berorientasi kepada

pelayanan pelanggan.

e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya

manusia rumah sakit.

3.1.4 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati dipimpin oleh seorang Direktur utama yang

berkoordinasi dengan Dewan Pengawas. Direktur Utama membawahi tiga

direktorat, yaitu Direktorat Medik Dan Keperawatan, Direktorat Umum, SDM dan

Pendidikan, dan Direktorat Keuangan. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

terlampir pada Lampiran 1.

3.1.5 Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Bidang pelayanan meliputi kegiatan pelayanan kesehatan yang terdiri

dari:

a. Pelayanan Kegawatdaruratan

Pelayanan ini meliputi instalasi gawat darurat, laboratorium 24 jam, radiologi

24 jam, ambulance 24 jam, dan apotek 24 jam.

b. Pelayanan Rawat Jalan

1) Pelayanan Medis Unggulan:

a) Bedah Tulang/Orthopedi

b) Rehabilitasi Medis

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 30: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

23

Universitas Indonesia

2) Pelayanan Medis Dasar:

a) Penyakit Dalam

b) Kesehatan Anak

c) Kebidanan dan Penyakit Kandungan

d) Bedah

3) Pelayanan Spesialistik Lain:

a) Bedah Syaraf

b) Penyakit Syaraf

c) Penyakit Jantung

d) Penyakit Paru

e) Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan

f) Penyakit Kulit dan Kelamin

g) Penyakit Jiwa

h) Penyakit Gigi dan Mulut

i) Anestesi

j) Akupuntur

4) Pelayanan Medis Unggulan Terpadu:

a) Perinatal Risiko Tinggi

b) Klinik Wijaya Kusuma

c) Klinik Kesehatan Remaja

d) Klinik Tumbuh Kembang

5) Pelayanan Dokter Spesialis VIP:

a) Penyakit dalam

b) Kebidanan dan kandungan

c) Bedah

d) Mata

e) THT

f) Gigi dan mulut

g) Kulit dan kelamin

h) Syaraf

i) Jantung

j) Paru

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 31: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

24

Universitas Indonesia

c. Pelayanan Rawat Inap:

1) Ruang Rawat VIP

2) Rawat Inap A

3) Rawat Inap B

4) Rawat Inap C

d. Pelayanan Rawat Intensif:

1) Ruang ICU (Intensive Care Unit)

2) Ruang ICCU (Intensive Cardiac Care Unit)

3) Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

4) Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

e. Pelayanan Operasi:

1) Pelayanan Operasi Elektif

2) Pelayanan Operasi Cito

3) Pelayanan Operasi Eksekutif (Bedah Prima)

f. Pelayanan Penunjang:

1) Laboratorium Klinik

2) Patologi Anatomi

3) Radiologi dan Kedokteran Nuklir

4) Pemeriksaan Canggih

5) Unit Haemodialisa

6) Unit Stroke

7) Apotek dan Farmasi

8) Pelayanan Gizi

9) Sterilisasi Sentral dan Binatu

10) Forensik dan Perawatan Jenazah

11) Unit Bank Jaringan

12) Pelayanan Thalasemia

g. Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan:

1) Medical Check Up

2) Klub Kesehatan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 32: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

25

Universitas Indonesia

3.2 Pelayanan Farmasi RSUP Fatmawati

Kegiatan pelayanan farmasi di RSUP Fatmawati meliputi pengelolaan

perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan perbekalan farmasi

berada di bawah pengawasan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), sedangkan

pelayanan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati berada di bawah

pengawasan Satuan Farmasi Fungsional (SFF).

3.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi berada di bawah pengawasan Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah

bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi di

rumah sakit, bagian ini dikepalai oleh Apoteker. Kepala Instalasi Farmasi

diangkat oleh Direktur Utama dan dalam menjalankan tugasnya berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Instalasi

Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dan membawahi dua Wakil

Kepala.

Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yaitu pelopor kemajuan pelayanan

farmasi rumah sakit di Indonesia. (Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati, 2011). Untuk mewujudkan misi tersebut, RSUP Fatmawati

membentuk misi sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.

b. Bertanggung jawab atas pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan

efisien.

c. Mengembangkan farmasi klinik terutama bidang orthopedi dan rehabilitasi

medik.

d. Berperan serta dalam program-program rumah sakit untuk meningkatkan

kesehatan pasien, tenaga kerja, dan lingkungan rumah sakit.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dipimpin oleh

seorang Kepala Instalasi Farmasi yang membawahi dua Wakil Kepala (Waka) dan

berkoordinasi dengan Satuan Farmasi Fungsional (SFF) serta Tim Pengendalian

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 33: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

26

Universitas Indonesia

Farmasi (TPF). Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati terlampir

pada Lampiran 2. Pembagian tugas Wakil Kepala adalah sebagai berikut:

a. Waka Pelayanan Farmasi membawahi Penyelia Depo IRJ Lt.1 dan Depo

ASKES Lt.2, Penyelia Depo ASKES dan Pegawai, IRJ Lt.3, Penyelia Depo

IGD dan IRI, Penyelia Depo IBS, Penyelia Depo Teratai, Penyelia Depo

Griya Husada, dan Penyelia Depo Prof. Soelarto.

b. Waka Perbekalan membawahi Penyelia Pencatatan dan Pelaporan, Penyelia

Sistem Informasi Farmasi, Penyelia Gudang Farmasi, dan Penyelia Produksi

Farmasi.

Dalam melaksanakan kegiatannya Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

dibagi menjadi beberapa sub bagian yaitu:

a. Tata Usaha (TU)

b. Depo Farmasi Rawat Inap

1) Depo Farmasi Teratai

2) Depo Farmasi Gedung Prof. Soelarto

3) Depo Farmasi Pav. Anggrek/Griya Husada

4) Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat

c. Depo Farmasi Rawat Jalan Umum

d. Depo Farmasi ASKES dan Pegawai

e. Depo Farmasi ASKES lantai 2 dan lantai 3

f. Gudang Farmasi

g. Produksi Farmasi

h. Depo Farmasi IBS

3.2.1.1 Tata Usaha (TU)

Tata usaha berada di bawah Waka Perbekalan. Kegiatan yang dilakukan

di tata usaha antara lain:

a. Pengolahan data farmasi

Tata usaha melakukan pengolahan data farmasi seperti stok obat dan harga

jual obat.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 34: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

27

Universitas Indonesia

b. Pelaporan per tiga bulan

Semua pelaporan yang berasal dari depo farmasi akan direkapitulasi oleh tata

usaha. Laporan tersebut mencakup laporan narkotika dan psikotropika,

laporan generik dan non generik, laporan penggunaan obat HIV/AIDS, dan

laporan lembar R/.

c. Kegiatan administrasi sehari-hari

Surat masuk dan surat keluar merupakan salah satu contoh kegiatan

administrasi sehari-hari.

d. Penghapusan arsip-arsip

3.2.1.2 Depo Farmasi Instalasi Rawat Inap

Depo Farmasi Instalasi Rawat Inap (IRI) berada di bawah Waka

Pelayanan dengan Penanggung Jawab/Penyelia seorang apoteker dan dalam

pelaksanaannya dibantu oleh asisten apoteker, juru resep, petugas administrasi,

dan petugas input data. Adapun kegiatan pada Depo Farmasi IRI ini antara lain:

a. Persediaan perbekalan farmasi

Persediaan obat dan alat kesehatan yang terdapat di Depo Farmasi IRI

sesuai dengan yang tercantum dalam formularium RSUP Fatmawati. Setiap hari

petugas depo farmasi menuliskan daftar obat dan alat kesehatan yang kurang atau

habis ke gudang farmasi melalui komputer secara online dan petugas gudang

farmasi akan menyiapkan obat dan alat kesehatan yang diminta lalu diserahkan

kepada petugas depo farmasi. Perbekalan farmasi disimpan terpisah berdasarkan

jenis sediaan, bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun

berdasaran abjad.

b. Kegiatan pelayanan

Dalam mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien, Depo Farmasi IRI

dibagi menjadi tiga bagian yaitu Depo Farmasi Teratai, Depo Farmasi Gedung

Prof. Soelarto, dan Depo Farmasi Griya Husada.

1) Depo Farmasi Teratai

Gedung rawat inap Teratai terbagi menjadi dua yaitu bagian utara dan

selatan. Gedung teratai menyediakan ruang rawat inap kelas 3 dan untuk

pasien tidak mampu (TM). Depo Farmasi Teratai melayani pasien di

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 35: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

28

Universitas Indonesia

gedung Teratai dari lantai 1 sampai dengan lantai 6 dan pasien gedung

Prof. Soelarto lantai 3

Tiap lantai diklasifikasikan berdasarkan:

a) Lantai 1 merupakan ruang kebidanan.

b) Lantai 2 merupakan ruang untuk ibu yang sudah melahirkan dan

bayinya.

c) Lantai 3 merupakan ruang untuk pasien anak-anak.

d) Lantai 4 merupakan ruang untuk pasien bedah umum dan ruang High

Care Unit.

e) Lantai 5 merupakan ruang untuk pasien penyakit dalam.

f) Lantai 6 merupakan ruang untuk syaraf

2) Depo Farmasi Prof. Soelarto

Depo Farmasi Prof. Soelarto melayani pasien di gedung Prof. Soelarto di

lantai 1, 2, dan 4. Pasien tersebut meliputi pasien rehabilitasi medis dan

orthopedi. Sedangkan pasien di lantai 3 dilayani oleh Depo Teratai. Lantai

3 Prof. Soelarto merupakan Hospital Base yang menyediakan ruang rawat

inap kelas 1 dan 2.

Depo Farmasi IRI menerapkan sistem distribusi obat berupa sistem

distribusi dosis unit, floor stock, dan resep individual. Sistem distribusi dosis unit

adalah sistem pemberian obat pada pasien dengan menggunakan kemasan sekali

pakai dalam jangka waktu 24 jam. Alur distribusi obat dosis unit tertera pada

Lampiran 5. Sistem floor stock diterapkan untuk barang-barang habis pakai yang

digunakan secara bersama seperti perban, kapas, kassa, dan lain-lain.

c. Pelaporan

Laporan-laporan yang dibuat oleh Depo Farmasi IRI adalah:

1) Laporan analisa penjualan dan daftar pelunasan yang dibuat harian.

2) Laporan pemakaian obat–obat narkotika dan psikotropika yang dibuat

setiap bulan.

3) Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

4) Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

5) Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 36: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

29

Universitas Indonesia

3.2.1.3 Depo Farmasi IGD

Depo Farmasi IGD berada dibawah Waka Pelayanan. Dalam

pelaksanaannya dibantu oleh seorang apoteker sebagai penyelia, asisten apoteker,

juru resep, petugas administrasi dan petugas input data.

a. Persediaan barang

Pengadaan obat dilakukan setiap hari, dengan melakukan permintaan

secara online ke Gudang Induk Farmasi. Penyediaan obat darurat seperti obat

jantung, asma, dan syok anafilaktik hanya berdasarkan perkiraan penggunaan

yang biasa dilayani. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis alkes dan

obat, bentuk sediaan, suhu penyimpanan, dan abjad. Khusus untuk obat golongan

narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci.

b. Kegiatan pelayanan

Depo Farmasi IGD melayani:

1) Pasien rawat inap, yang terdiri dari pasien:

a) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

b) CEU

c) ICU

d) NICU

e) PICU

2) Pasien rawat jalan, yaitu pasien yang pulang dan tidak perlu menginap di

rumah sakit.

c. Pelaporan

Laporan-laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD dan dilaporkan

setiap sebulan sekali adalah:

1) Laporan analisa penjualan dan daftar pelunasan yang dibuat harian.

2) Laporan pemakaian obat–obat narkotika dan psikotropika yang dibuat

setiap bulan.

3) Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

4) Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

5) Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 37: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

30

Universitas Indonesia

3.2.1.4 Depo Farmasi Rawat Jalan

Depo Farmasi Rawat Jalan berada di bawah Waka Pelayanan dengan

penanggung jawab seorang apoteker. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang

asisten apoteker senior, asisten apoteker, juru resep, dan petugas administrasi.

a. Persediaan obat

Obat yang disediakan di Depo Farmasi Rawat Jalan sesuai dengan yang

tertera dalam Formularium RSUP Fatmawati dan jumlahnya sesuai kebutuhan.

Permintaan barang dan obat-obatan ke Gudang Farmasi dilakukan setiap hari

dengan cara memesan langsung melalui komputer secara online. Obat-obat

disimpan berdasarkan jenis sediaan dan disusun sesuai abjad. Alat-alat kesehatan

disimpan tersendiri. Obat narkotika disimpan tersendiri dalam laci yang terkunci,

obat-obat bebas diletakkan di rak dekat kasir, dan obat-obat HIV dan obat kontras

diletakkan di lemari tersendiri dan setiap pengambilan dicatat nama pasien,

alamat, nomor telepon, umur, dan jumlah obatnya di kartu.

b. Kegiatan pelayanan

Depo Farmasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik, jaminan kantor,

asuransi perusahaan, juga resep pegawai yang obatnya tidak diberikan di Depo

Farmasi Pegawai. Alur pelayanan resep dimulai dengan penyerahan resep oleh

pasien ke Depo Farmasi Rawat Jalan. Resep tersebut akan dihargai oleh petugas

administrasi dan diberitahukan harganya ke pasien. Apabila pasien menyetujui

harga tersebut maka resep akan diberi nomor antrian dan dikerjakan oleh asisten

apoteker berdasarkan nomor antrian. Obat yang telah selesai disiapkan diberikan

pada petugas front liner yang bertugas memberikan obat kepada pasien. Petugas

memanggil pasien dan memberikan obat beserta informasi cara penggunaannya.

Alur pelayanan resep tertera pada Lampiran 6.

Depo rawat jalan juga melayani resep HIV/AIDS secara gratis, karena

mendapatkan subsidi dari pemerintah. Konseling untuk pasien AIDS, diabetes,

jantung, dan epilepsi dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Kegiatan

konseling secara tetap hanya dilakukan untuk pasien AIDS, sedangkan konseling

untuk penyakit lain belum berjalan secara tetap. Adapun alur dan tata laksana

konseling obat untuk pasien rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 38: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

31

Universitas Indonesia

c. Pelaporan

Depo Farmasi Rawat Jalan membuat laporan-laporan, yaitu:

1) Laporan Harian

a) Rekapitulasi setoran harian.

b) Daftar pelunasan.

c) Analisa penjualan.

2) Laporan Bulanan

a) Rekapitulasi bulanan.

b) Analisa penjualan bulanan.

c) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

d) Laporan penulisan obat generik dan non generik.

e) Laporan pemakaian obat HIV/AIDS dan obat kontras.

3.2.1.5 Depo Farmasi ASKES dan Pegawai

Depo ini berada dibawah Waka Pelayanan dan dibantu oleh apoteker

sebagai penyelia.

a. Depo Farmasi ASKES

Depo Farmasi ASKES terdiri dari Asisten Apoteker, petugas

administrasi, dan petugas input data. Depo Farmasi ASKES adalah depo farmasi

yang khusus melayani semua pasien rawat jalan peserta ASKES, Jamkesmas

(Jaminan Kesehatan Masyarakat), TMLD (Tidak Mampu Luar DKI), dan TMDKI

(Tidak Mampu DKI).

1) Persediaan barang

Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Induk

Farmasi menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara

online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan bentuk sediaan dan abjad. Obat

narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci.

2) Kegiatan pelayanan

Tiga jenis pasien ASKES yang dilayani di Depo Farmasi ASKES, yaitu:

a) Pasien ASKES Wajib (sosial), yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b) Pasien ASKES Sukarela (ASKES Komersial, yaitu pegawai perusahaan

swasta (non PNS).

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 39: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

32

Universitas Indonesia

c) Pasien Tidak Mampu Luar DKI (TMLD), yaitu pasien-pasien tidak

mampu yang berasal dari luar DKI.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien ASKES untuk

mendapatkan pelayanan pengobatan di Depo Farmasi ASKES adalah:

a) Resep obat dari dokter yang merawat dan 2 lembar fotokopi resep.

b) Surat rujukan dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan.

c) Fotokopi Kartu ASKES.

Acuan obat bagi pasien ASKES yaitu buku Daftar Plafon Harga Obat

(DPHO). Obat DPHO diberikan secara gratis dan sedangkan obat non DPHO,

pasien diwajibkan untuk membayar dan menandatangani lembar persetujuan

untuk bersedia membayar, apabila pasien tidak mau menebus obat tersebut, akan

dibuatkan salinan resepnya. Obat-obat ASKES tercantum dalam buku DPHO

ASKES yang diperbaharui setiap tahun.

Daftar obat dalam DPHO digolongkan menjadi 3 golongan, yang terdiri

dari:

a) Golongan I (obat peresepan umum), meliputi obat-obat untuk penyakit

umum yang dapat diresepkan tanpa ketentuan khusus. Pemberian resep

untuk penyakit biasa selama 3-5 hari dan untuk penyakit kronis selama

maksimal 30 hari.

b) Golongan II (obat-obatan peresepan khusus penyakit kanker), meliputi

obat kanker (sitostatika) yang peresepannya harus dilengkapi dengan

protokol terapi dari dokter yang merawat yang diketahui oleh tim dokter

onkologi/spesialis konsultannya dan didelegasi terlebih dahulu oleh PT.

ASKES (Persero).

c) Golongan III (obat-obatan peresepan khusus/obat dengan harga mahal).

Peresepan obat yang tercantum dalam daftar obat III diberikan atas dasar

keterangan medis dari dokter yang merawat, dan dilegalisasi oleh PT.

ASKES (Persero).

Alur pelayanan resep di Depo Farmasi ASKES dimulai dari masuknya

resep ke bagian penerimaan resep (bagian sortir), kemudian petugas Depo Farmasi

ASKES akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang harus dibawa oleh pasien.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 40: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

33

Universitas Indonesia

Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, pasien akan mendapatkan

nomor pengambilan obat yang sama dengan nomor yang ada pada resep.

Kemudian resep distempel dan dimasukkan datanya ke komputer. Terdapat 2

(dua) komputer untuk memasukkan data, yaitu komputer untuk memasukkan data

stok obat dan komputer untuk memasukkan data klaim (tagihan) ke PT. ASKES.

Setelah data dimasukkan ke komputer, selanjutnya adalah penyiapan obat baik

obat jadi maupun obat racikan dan pemberian etiket serta label. Obat yang telah

siap lalu dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian informasi

penggunaan obat.

Alur pelayanan resep di Depo ASKES tertera pada Lampiran 7.

3) Pelaporan

Laporan-laporan yang dibuat oleh Depo Farmasi ASKES yaitu:

a) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

b) Laporan penulisan obat generik dan non generik.

c) Laporan penulisan obat yang masuk DPHO dan non DPHO.

d) Laporan analisa penjualan.

e) Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

b. Konter Obat Pegawai

Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Asisten Apoteker, juru resep, dan

petugas input data untuk memasukkan data per hari.

1) Pengadaan barang

Pengadaan barang di Depo Farmasi Pegawai berasal dari gudang farmasi dan

produksi farmasi.

2) Kegiatan pelayanan

Depo Farmasi Pegawai melayani:

a) Pegawai RSUP Fatmawati dan keluarga.

b) Pasien tidak mampu atau keluarga miskin (GAKIN) dan

Jamkesmas/Jamkesda. Alur pelayanan resep di Depo Pegawai tertera pada

Lampiran 8.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 41: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

34

Universitas Indonesia

3) Pelaporan

Laporan-laporan yang dilaporkan setiap satu bulan sekali adalah:

a) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

b) Laporan penulisan obat generik dan non generik.

c) Laporan analisa penjualan.

3.2.1.6 Gudang Farmasi

Sub bagian ini berada di bawah wewenang Waka Pebekalan, yang dalam

pelaksanaan tugasnya dibantu oleh kepala gudang, penyelia, apoteker, asisten

apoteker, juru resep, dan petugas pengentri data.

a. Sarana fisik

Gudang Farmasi dibagi menjadi empat macam gudang, yaitu:

1. Gudang untuk menyimpan cairan infus.

2. Gudang gas.

3. Gudang tahan api untuk menyimpan barang yang mudah terbakar (berada

di ruang Depo Farmasi ASKES).

4. Gudang untuk menyimpan obat-obat (sediaan padat, setengah padat, dan

cair), alat-alat kesehatan, film rontgen, dan reagensia. Gudang ini terdiri

dari tiga bagian, yaitu:

a. Tempat untuk menyimpan obat-obat seperti tablet, kapsul, sirup,

salep, krim, reagensia, obat-obat gigi, narkotika, psikotropika, dan

obat-obat HIV/AIDS.

b. Tempat khusus penyimpanan alat kesehatan.

c. Film rontgen.

b. Kegiatan Perencanaan

Perencanaan pengadaan barang atau obat di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati berdasarkan pada kebutuhan dari tiap depo farmasi dan ruangan di

rumah sakit, sisa persediaan di gudang farmasi, jumlah pemakaian barang

bulanbulan sebelumnya, pola penyakit, dan dana yang tersedia. Perencanaan

pengadaan dibuat setiap tanggal 15 bulan berjalan untuk perencanan bulan yang

akan datang. Perencanaan ini dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi yang

dibantu oleh Waka Perbekalan dan penyelia gudang farmasi.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 42: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

35

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 43: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

36

Universitas Indonesia

c. Pengadaan

Pengadaan barang atau obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui:

1. Pembelian

a. Secara tender.

b. Penunjukkan langsung distributor utama atau Pedagang Besar Farmasi

(PBF).

2. Sumbangan/donasi (dari pihak pemerintah maupun pihak lain).

Dalam melakukan pengadaan barang di RSUP Fatmawati dibentuk dua

tim yang berada dibawah PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yaitu tim pengadaan

dan tim penerima barang. Barang atau obat yang dipesan oleh bagian pengadaan

adalah yang termasuk dalam Formularium RSUP Fatmawati, buku DPHO

ASKES, Formularium JAMKESMAS, dan obat generik. Apabila barang yang

dipesan diluar yang tersebut di atas, maka harus mendapat persetujuan dari

Direktur Medik dan Keperawatan.

Alur pengadaan barang di RSUP Fatmawati bermula pada penyusunan

perencanaan pengadaan. Lembar perencanaan yang telah dibuat ditandatangani

oleh Kepala IFRS dan Tim Pengendalian Farmasi. Kemudian lembar perencanaan

tersebut ditujukan ke Direktur Medik dan Keperawatan untuk disetujui oleh

Direktur Utama. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direktur Utama maka lembar

perencanaan dikembalikan ke Direktur Medik dan Keperawatan untuk dikirim ke

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) lalu diserahkan ke Tim Pengadaan untuk

diproses. Tim Pengadaan akan mengelompokkan berdasarkan PBF dan membuat

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) berdasarkan diskon dan HET (Harga Eceran

Tertinggi), kemudian lembar perencanaan ditandatangani oleh PPK untuk dikirim

ke Bendahara Rumah Sakit. Direktur Keuangan mendapat lembar perencanaan

dari Bendahara Rumah Sakit untuk disetujui dan ditandatangani. Lembar tersebut

dikembalikan ke Direktur Utama untuk disetujui dan ditanda tangani yang

diteruskan ke Tim Pengadaan untuk dibuatkan Surat Pesanan. Surat Pesanan

sebelum dikirim ke distributor akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas

gudang. Jika telah sesuai dengan perencanaan maka Surat Pesanan akan

ditandatangani oleh Kepala IFRS dan dikirim ke distributor oleh Tim Pengadaan.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 44: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

37

Universitas Indonesia

d. Penerimaan

Pada saat barang yang dipesan datang, barang akan diterima oleh Tim

Penerima Barang, yang akan memeriksa kelengkapan dan kondisi barang (expired

date minimal 2 tahun) serta kesesuaian dengan faktur. Tim Penerima barang akan

membuat berita acara. Berita acara tersebut diberikan kepada Kepala Instalasi

Farmasi untuk ditandatangani, kemudian diserahkan kepada Kepala Gudang.

Rekanan atau distributor farmasi akan mengajukan penagihan kepada Bagian

Keuangan Rumah Sakit. Berdasarkan faktur yang diterima dari Tim Peneriman

Barang selanjutnya oleh petugas Gudang Farmasi data-data tersebut dimasukkan

atau dicatat dalam:

1. Kartu stok

Kartu stok adalah kartu kecil yang disimpan di gudang dekat barang yang

bersangkutan. Format kartu stok berisi tanggal, nomor gudang, jumlah

penerimaan dan pengeluaran, dari dan untuk siapa barang itu diberikan,

sisa barang, dan keterangan waktu kadaluarsa serta batch number. Tiap

jenis barang mempunyai kartu stok masing-masing.

2. Kartu persediaan

Kartu persediaan adalah kartu yang disimpan dalam ruang administrasi

gudang farmasi untuk mempermudah pemeriksaan barang. Isi format sama

dengan kartu stok, tetapi kartu persediaan dilengkapi dengan harga satuan

per box.

3. Buku Persediaan

Buku yang digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran barang.

Format buku persediaan adalah sama dengan kartu persediaan namun

dibuat dalam bentuk buku. Setiap pemasukan, permintaan, dan harga

barang dimasukkan datanya ke komputer.

4. Buku Induk

Buku yang mencatat penerimaan barang dan harga barang sesuai dengan

faktur. Barang yang diterima, sebelum disimpan diberikan nomor gudang.

Nomor gudang dimulai dari nomor 1 setiap awal bulan. Dengan adanya

penomoran pada barang yang disimpan di gudang farmasi, dapat diketahui

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 45: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

38

Universitas Indonesia

berapa banyak anggaran yang telah digunakan untuk pembelian obat dan

alat kesehatan.

e. Penyimpanan

Sistem penyimpanan di Gudang Farmasi berdasarkan bentuk sediaan dan

abjad, serta berdasarkan First In First Out (FIFO) maupun First Expired First Out

(FEFO). Persyaratan penyimpanan barang atau obat di gudang yaitu harus

terlindung dari sinar matahari, kelembaban, dan suhu yang sesuai dengan barang-

barang yang disimpan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan penyimpanan adalah

untuk menjaga keamanan persediaan farmasi dari kerusakan fisik dan kimia.

f. Pendistribusian

Distribusi barang ke depo farmasi menggunakan sistem desentralisasi

didistribusikan ke pasien. Distribusi barang dari gudang farmasi ke ruangan dan

poliklinik mengikuti sistem distribusi floor stock yang didasarkan pada buku

standar kebutuhan, dimana jumlah dan jenisnya sudah ditentukan. Barang-barang

yang didistribusikan langsung untuk floor stock misalnya antiseptik, pembalut,

dan obat-obat tertentu yang dipergunakan bersama-sama di ruangan. Distribusi

barang ke depo farmasi dilakukan setiap hari sedangkan untuk poliklinik dan

ruangan dilakukan setiap bulan. Alur perbekalan farmasi dapat dilihat pada

Lampiran 4.

g. Pelaporan

Laporan yang dibuat oleh petugas gudang farmasi setiap bulan adalah:

1. Rekapitulasi penerimaan barang.

2. Rekapitulasi pengeluaran barang.

3. Perincian penerimaan barang.

4. Perincian pengeluaran barang.

5. Laporan mutasi barang.

6. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

7. Laporan barang sumbangan.

8. Laporan barang rusak dan kadaluarsa.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 46: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

39

Universitas Indonesia

3.2.1.7 Produksi Farmasi

Produksi Farmasi berada di bawah Waka Perbekalan. Produksi Farmasi

mengerjakan 2 (dua) macam produk, yaitu produksi steril dan non steril. Produksi

steril berada di bawah pengawasan Satuan Farmasi Fungsional dan akan

dijelaskan pada subbab selanjutnya, sedangkan produksi nonsteril berada di

bawah Waka perbekalan.

a. Produksi Non Steril

Produksi non steril dilakukan berdasarkan hasil evaluasi realisasi kerja produksi

bulan sebelumnya, permintaan dari depo farmasi dan ruangan, serta stok

minimum persediaan yang masih ada.

1) Pengadaan

a) Alur Bahan Baku

Permintaan barang langsung ke Gudang Induk Farmasi setiap 1 bulan

sekali secara online. Permintaan dilakukan berdasarkan rencana kerja

selama 1 bulan.

b) Alur Bahan Jadi

Produksi melayani depo farmasi di rumah sakit baik rawat inap serta rawat

jalan. Permintaan dari tiap ruangan langsung ke gudang, kemudian diantar

ke bagian produksi, selanjutnya diserahkan ke gudang kembali untuk

diantarkan ke tiap-tiap ruangan tersebut.

2) Penyimpanan

Penyimpanan obat dan bahan farmasi di ruang produksi farmasi non steril

dipisahkan berdasarkan obat untuk pemakaian dalam dan obat luar, serta

bahan-bahan farmasi.

3) Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril meliputi:

a) Pembuatan sediaan farmasi

Pembuatan obat non steril berdasarkan “Master Formula” yang tersedia.

Pembuatan didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: adanya

formula khusus dari resep dokter, obat sulit diperoleh dan permintaan akan

obat tersebut selalu ada, pertimbangan biaya pengobatan yang lebih

ekonomis bagi pasien dengan kualitas yang sesuai standar. Contoh:

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 47: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

40

Universitas Indonesia

Pembuatan OBH, Salep Kemicetin, Lotio Kummerfeldi, dan Handrub

berbasis alkohol.

b) Pengenceran

Pengenceran sediaan farmasi dilakukan dari sediaan yang konsentrasinya

pekat lalu diencerkan sesuai kebutuhan dan dikemas. Pengenceran

dilakukan karena pertimbangan biaya. Contoh: Alkohol 96% yang dibuat

menjadi alkohol 70%, Betadine, Formalin, dan lain-lain.

c) Pengemasan kembali

Pengemasan kembali dilakukan untuk meminimalkan harga sediaan.

Pengemasan kembali dilakukan untuk sediaan bervolume besar menjadi

volume yang lebih kecil. Contoh: Natrium Bikarbonat, Kalsium

Bikarbonat, Natrium Klorida dan lain-lain.

4) Pelaporan

Semua laporan dibuat setiap bulan. Laporan yang dibuat oleh petugas di

Produksi Farmasi adalah:

1) Realisasi Kerja.

2) Rekapitulasi Produksi.

3) Mutasi Bahan Baku.

4) Mutasi Bahan Jadi (hasil produksi).

b. Produksi Steril

1) Pengadaan

Barang-barang diproduksi steril berasal dari gudang farmasi, berupa

cairan infus, alat kesehatan seperti disposable syringe dan sarung tangan,

sedangkan obat-obatnya berasal dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk

pasien tidak mampu. Apotek yang ditunjuk oleh PT. ASKES memiliki perbekalan

farmasi yang berasal dari gudang farmasi.

2) Pelaporan

Laporan-laporan yang dibuat oleh Depo Produksi Steril meliputi:

a) Daftar pelunasan (harian).

b) Rekapitulasi Daftar Pelunasan (bulanan).

c) Rekapitulasi Analisa Penjualan (bulanan).

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 48: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

41

Universitas Indonesia

d) Rekapitulasi jumlah pasien kemoterapi, jumlah resep, dan asal ruangan

pasien (bulanan).

3.2.1.8 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) berada di bawah Waka

pelayanan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh asisten apoteker, juru

resep dan petugas admnistrasi. Depo Farmasi IBS adalah depo yang khusus

melayani permintaan obat bagi pasien yang akan dioperasi. Depo Farmasi IBS

melayani OK (Operazie Kamer) elektif/ OK Reguler, Bedah Prima, dan OK Cito.

a. Pengadaan barang

Pengadaan barang di Depo Farmasi IBS berasal dari Gudang Farmasi

yang dilakukan setiap hari melalui komputer secara online. Penyimpanan obat dan

alat kesehatan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun berdasarkan abjad.

Pemeriksaan barang di lemari emergensi di OK IBS dan OK Cito dilakukan setiap

hari oleh petugas Depo Farmasi IBS.

b. Kegiatan pelayanan

Depo Farmasi IBS melayani kebutuhan 8 kamar operasi elektif/reguler

(terencana) dan 2 kamar operasi Cito. Terdapat 3 (tiga) paket di Depo Farmasi

IBS, yaitu:

1) OK Elektif/OK Reguler (Operasi yang terencana)

OK elektif/OK Reguler meliputi operasi yang terencana (misalnya

operasi orthopedi dan caesar. Contoh operasi elektif adalah operasi

plastik, operasi kanker dan lain-lain.

2) OK CITO

OK CITO melayani keperluan operasi yang dilaksanakan tiba-tiba

(mendadak) seperti kecelakaan.

3) Bedah Prima

Bedah prima merupakan operasi VIP yang biaya, dokter, obat, hari, dan

waktu ditentukan oleh pasien sendiri dan jadwal operasi ini di luar operai

elektif dan operasi cito. Pasien dirawat kurang lebih 3 hari di rumah

sakit. Alur pelayanan obat di Depo IBS tertera pada Lampiran 11.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 49: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

42

Universitas Indonesia

c. Pelaporan

Laporan-laporan yang dibuat oleh petugas Depo Farmasi OK/IBS,

meliputi:

1) Laporan penerimaan dari gudang farmasi.

2) Pelaporan pengeluaran barang.

3) Rincian penggunaan obat masing-masing pasien.

4) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

3.2.2 Pelayanan Kefarmasian RSUP Fatmawati

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati berada di

bawah pengawasan Satuan Farmasi Fungsional (SFF). SFF merupakan wadah

nonstruktural bagi tenaga fungsional profesi Apoteker untuk melaksanakan

fungsinya dalam pelayanan farmasi klinik yang berorientasi kepada pasien di

RSUP Fatmawati. SFF berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Dalam melaksanakan

fungsinya, SFF dipimpin oleh seorang apoteker dengan sebutan Kepala Satuan

Farmasi Fungsional dan berkoordinasi dengan Kepala Instalasi Farmasi (RSUP

Fatmawati, 2011). Adapun Struktur Organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP

Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 3. SFF memiliki visi, misi, tugas pokok,

fungsi, dan tujuan sebagai berikut.

SFF mempunyai misi tersedianya Tenaga Fungsional Profesi Apoteker

yang terampil, profesional, dan berdedikasi tinggi di RSUP Fatmawati demi

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian kepada pasien. Misi SFF antara lain:

a. Melaksanakan pelayanan farmasi klinis di RSUP Fatmawati.

b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi Apoteker RSUP Fatmawati.

c. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan obat di RSUP Fatmawati.

d. Melaksanakan pembinaan Apoteker di RSUP Fatmawati.

Satuan Farmasi Fungsional mempunyai tugas pokok sebagai berikut

(RSUP Fatmawati, 2011):

a. Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan

pelayanan farmasi klinik di RSUP Fatmawati.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 50: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

43

Universitas Indonesia

b. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan Apoteker.

c. Melaksanakan kegiatan penelitian di Instalasi Farmasi.

d. Menyelenggarakan pembinaan kepribadian dan pengembangan tenaga

fungsional Profesi Apoteker di bidang teknis profesinya.

Selain mempunyai tugas pokok, SFF di RSUP Fatmawati mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan pada pasien sesuai teknis Profesi

Apoteker kepada seluruh anggota SFF.

b. Mengembangkan pelayanan teknis Profesi Apoteker berdasarkan

perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Tujuan SFF RSUP Fatmawati:

a. Menjamin pelayanan farmasi klinis yang profesional kepada pasien.

b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh

masyarakat rumah sakit.

d. Meningkatkan peran Apoteker sebagai bagian integral dari Tim Pelayanan

Kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari pelayanan farmasi

klinik.

e. Meningkatkan kemampuan Apoteker lainnya melalui pendidikan

berkelanjutan.

f. Melaksanakan penelitian dan ikut serta dalam Uji Klinik Obat.

SFF membawahi 2 orang Koordinator yaitu:

a. Koordinator Bidang Pendidikan dan Penelitian

Koordinator memiliki wewenang dalam konsep kegiatan pendidikan,

pelatihan, dan penelitian farmasi bagi pasien, staf Instalasi Farmasi serta

mahasiswa di RSUP Fatmawati. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang

dilakukan SFF tercakup dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

Promosi kesehatan di rumah sakit berusaha mengembangkan pemahaman pasien,

keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya.

Selain itu, promosi kesehatan di Rumah Sakit Fatmawati juga berusaha

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 51: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

44

Universitas Indonesia

menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit

untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan

penyakit. Kegiatan SFF yang termasuk dalam PKRS antara lain edukasi pasien

diabetes, penyuluhan pasien rawat jalan di Depo ASKES dan pegawai, edukasi

staf farmasi, edukasi geriatri, dan edukasi pasien yang tergabung dalam

paguyuban rehabilitasi jantung.

b. Koordinator Bidang Pelayanan

Koordinator ini memiliki wewenang dalam mempersiapkan konsep

kegiatan pelayanan farmasi klinik untuk pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat

darurat di RSUP Fatmawati. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

Koordinator bidang pelayanan meliputi kegiatan farmasi klinik anatara lain

Monitoring Penggunaan Obat (MPO) pada pasien rawat inap, visite/ronde,

konseling, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Monitoring Efek Samping Obat

(MESO), monitoring interaksi obat, pengkajian resep, penanganan obat

sitostatika, iv admixture, Therapetic Drug Monitoring (TDM) (RSUP Fatmawati,

2011).

3.3 Tim Pengendalian Farmasi (TPF) RSUP Fatmawati

Tim Pengendalian Farmasi (TPF) dibentuk untuk meningkatkan mutu

dan pelayanan farmasi. TPF bertanggungjawab kepada Direktur Utama RSUP

Fatmawati dengan membuat laporan secara berkala minimal 1 bulan sekali

(Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor:

HK.03.05/11.1/1909/2011).

3.3.1 Tugas Tim Pengendalian Farmasi RSUP Fatmawati

Tugas Tim Pengendalian Farmasi RSUP Fatmawati adalah sebagai

berikut (Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor:

HK.03.05/11.1/1909/2011):

a. Sebagai Tim Farmasi dan Terapi (TFT).

b. Monitoring dan evaluasi perencanaan obat dan alkes habis pakai.

c. Monitoring dan evaluasi proses pengadaan obat dan alkes habis pakai.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 52: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

45

Universitas Indonesia

d. Monitoring dan evaluasi ketersediaan obat dan alkes habis pakai.

e. Mengendalikan pemakaian obat sesuai dengan formularium.

f. Mengendalikan dan memonitor pembayaran dan pembelian obat dan alkes

habis pakai.

g. Membuat laporan secara berkala.

3.3.2 Formularium RSUP Fatmawati

Tim Pengendalian Farmasi RSUP Fatmawati telah menerbitkan

Formularium sebanyak 6 kali dengan edisi terbarunya yaitu Formularium edisi VI

tahun 2012. Berdasarkan SK Direktur Utama RSUP Fatmawati tentang

Pemberlakuan Formularium RSUP Fatmawati Edisi VI tahun 2012, Formularium

RSUP Fatmawati disusun atas dasar masukan Satuan Medik Fungsional (SMF)

melalui Tim Pengendalian Farmasi, bersumber pada Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) tahun 2008 dengan mengutamakan penggunaan Obat Generik.

Formularium RSUP Fatmawati digunakan sebagai acuan Instalasi

Farmasi dalam perencanaan dan pengadaan obat di RSUP Fatmawati, sehingga

penatalaksanaan obat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan obat-

obat yang tercantum dalam Formularium RSUP Fatmawati merupakan tanggung

jawab profesional dokter dan apoteker dalam pengobatan kepada pasien. Apabila

ada alasan rasional untuk tidak menggunakan obat yang tidak tercantum dalam

formularium, maka dapat dimintakan ijin kepada TPF dengan mengisi Formulir

Permintaan Obat Non Formularium.

Formularium RSUP Fatmawati dimaksudkan untuk menunjang

peningkatan penggunaan obat yang rasional, dan sekaligus meningkatkan daya

guna dan hasil guna dana yang tersedia, sebagai usaha untuk meningkatkan mutu

dan memeratakan pelayanan kesehatan, khususnya di RSUP Fatmawati. Secara

berkala, minimal 3 tahun, Formularium RSUP ini akan mengalami perubahan dan

penyesuaian yang diperlukan, dan setiap enam bulan akan dievaluasi kembali

sesuai dengan tata kerja TPF. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap

penyediaan obat yang tercantum dalam formularium rumah sakit. Apabila ada

pengusulan obat baru untuk masuk dalam formularium rumah sakit, maka harus

menggunakan Formulir Usulan Obat Baru.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 53: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

46 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi oleh IFRS

Instalasi farmasi RSUP Fatmawati memiliki tugas untuk melaksanakan

pengelolaan kegiatan pelayanan kefarmasian khususnya perbekalan farmasi.

Struktur organisasi Instalasi Farmasi yaitu Instalasi farmasi dipimpin oleh Kepala

instalasi farmasi yang dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan

Kepala Satuan Farmasi Fungsional dan Tim Pengendalian Farmasi serta

membawahi Wakil Kepala Pelayanan Farmasi dan Wakil Kepala Perbekalan

Farmasi.. Satuan Farmasi Fungsional berkonsentrasi terhadap kegiatan farmasi

klinik, sedangkan Tim Pengendalian Farmasi lebih berkonsetrasi terhadap

formularium rumah sakit.

Obat dan alat kesehatan yang terdapat di Instalasi Farmasi didistribusikan

ke depo-depo farmasi yang terdapat di RSUP Fatmawati seperti Depo ASKES,

Depo Rawat Jalan, Depo Instalasi Rawat Inap, Depo Instalasi Gawat Darurat,

Depo Griya Husada, Depo Gedung Profesor Soelarto dan Depo Instalasi Bedah

Sentral. Sistem pendistribusian obat dan alat kesehatan yang di terapkan ini

disebut desentralisasi yang memiliki keuntungan agar distribusi obat lebih dekat

ke pasien dan memudahkan petugas kesehatan lain memperoleh obat dan alat

kesehatan yang dibutuhkan. Sistem satu pintu juga diterapkan dalam

pendistribusian obat dan alat kesehatan, karena dengan sistem ini hanya terdapat

satu kebijakan dalam proses pendistribusian yang akan berdampak pada

penggunaan dan pengawasan yang lebih terkontrol.

4.1.1.Tata Usaha

Tata usaha (TU) berada di bawah Wakil Kepala Perbekalan dan dalam

struktur organisasi disebut bagian penyelia pencatatan dan pelaporan. Tata usaha

memiliki tiga tugas utama yaitu adminstrasi, pengarsipan, dan pelaporan yang

dilakukan perbulan, setiap tiga bulan, semester, atau tahunan. Kegiatan

administrasi dilakukan terhadap surat masuk dan keluar. Proses administrasi surat

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 54: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

47

Universitas Indonesia

masuk dimulai dengan pemberian nomor surat, kemudian penyampaian surat ke

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) untuk diketahui dan ditanda

tangani. Surat yang telah ditanda tangani akan melalui proses pendisposisian

untuk kemudian surat tersebut diarsipkan. Proses adminitrasi surat keluar dibagi

menjadi surat keluar untuk wilayah didalam RSUP Fatmawati dan diluar RSUP

Fatmawati. Surat keluar untuk wilayah diluar RSUP Fatmawati akan diproses

melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah Sakit. Surat keluar untuk wilayah di

dalam RSUP Fatmawati dimulai dengan pemberian nomor surat, setelah itu surat

akan ditandatangani oleh Kepala IFRS.Surat yang telah ditandatangani tersebut

akan digandakan minimal 2 rangkap untuk dikirim dan diarsipkan.

Berbagai depo farmasi yang terdapat di RSUP Fatmawati melakukan

berbagai pelaporan yang akan di rekapitulasi dan diarsipkan kembali oleh bagian

TU seperti jumlah pemesanan dan penggunaan psikotropika dan narkotika tiap

bulan, data permintaan barang floorstock atau pemakaian perbekalan farmasi

untuk pembuatan laporan keuangan, data jumlah penulisan resep obat generik dan

non generik tiap bulan, data penagihan obat tiap pasien,data lembar dan jumlah R/

untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, serta data permintaan obat dan alkes dari

depo farmasi ke gudang sebagai laporan pengeluaran perbekalan farmasi.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan bulanan yang dilakukan oleh TU seperti

penyusunan laporan pengeluaran perbekalan farmasi, laporan tagihan pasien,

laporan penulisan obat generik dan non generik dilaporkan sebelum tanggal 20,

sedangkan pelaporan penggunaan psikotropika dan narkotika dilakukan sebelum

tanggal 10. Laporan selain pemakaian psikotropika dan narkotika akan ditujukan

kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala Instalasi Rekam Medik dan

Informasi Kesehatan (IRMIK), sedangkan laporan pemakaian psikotropik dan

narkotik dikirimkan oleh TU ke Bagian Umum Rumah Sakit untuk dibuatkan

surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan dan

dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

Arsip yang disimpan terlebuh dahulu disusun berdasarkan bulan dan

diurutkan dari tanggal yang termuda. Arsip inikemudian disimpan di dalam

kardus yang diberi label berisi nama kelompok, asal,serta bulan dan tahunnya.

Arsip-arsip seperti surat masuk dan keluar, kepegawaian, laporan bulanan, serta

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 55: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

48

Universitas Indonesia

SK Direktur Rumah sakit disimpan selama lima tahun sedangkan arsip resep

disimpan selama tiga tahun. Pemusnahan arsipdilakukan pada arsip yang sudah

lewat masa penyimpanannya, sebelum dimusnahkan terlebih dahulu arsip didata,

dipisahkan, dibuat surat permohonan pemusnahan ke Bagian Umum RSUP

Fatmawati dengan dilampirkan Laporan Pemusnahan Arsip. Arsip-arsip tersebut

kemudian dikirim ke Bagian Umum untuk dimusnahkan.

Selama ini, proses pelaporan rutin yang diserahkan dari tiap Depo Farmasi

hanya dilakukan dalam bentuk hard copy. Sebaiknya pelaporan juga diserahkan

dalam bentuk file (soft copy) kepada TU. Hal ini perlu dilakukan agar TU lebih

mudah melakukan pengolahan atau rekapitulasi data-data yang diperoleh dari tiap

Depo Farmasi.

4.1.2. Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Depo Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan untuk pasien rawat

jalan dan pasien rawat inap di IGD. Pelayanan rawat jalan diberikan di Poli IGD

dan Rawat Darurat sedangkan pelayanan untuk rawat inap diberikan untuk ruang

ICCU, ICU, NICU, dan PICU. Poli IGD memiliki dua loket untuk memberikan

pelayanan pengobatan di rawat jalan yaitu loket untuk rawat darurat dan Poli IGD.

Poli IGD ini melayani pasien yang menjalani pemeriksaan umum di IGD

sedangkan rawat darurat untuk penolongan pertama pada pasien yang

membutuhkan penanganan segera. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat

inap dilakukan dengan sistem unit dose. Diruang rawatdarurat terdapat lemari

emergency yang selalu diperiksa tiga kali sehari sedangkan di ruang rawat inap

lemari emergency di periksa satu kali sehari.

Proses permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD terutama di rawat

darurat dimulai dari permintaan obat dan alat kesehatan yang sudah dipaketkan

oleh perawat, kemudian perawat mencatat nama pasien yang menggunakan paket

tersebut, setelah selesai digunakan pakettersebut dikembalikan dan dibuat

perincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh pasien, paket

yang sudah digunakan kemudian akan diisi kembali untuk penggunaan

selanjutnya.

Penyimpanan yang dilakukan di Depo IGD dibedakan antara obat dan alat

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 56: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

49

Universitas Indonesia

kesehatan; sediaan padat, semi padat dan cair; obat generik dan non generik; suhu

penyimpanan; alfabetis; narkotika dan psikotropika. Pada tempat penyimpanan

tersebut telah ditempel tanda Look a Like Sound a Like (LASA) berwarna kuning

dan High Alert berwarna merah. Obat-obat yang dikategorikan LASA adalah

obat-obat yang memiliki nama, dosis, pelafalan, dan bentuk yang serupa seperti

Amdixal 5 dan Amdixal 10, Furosemid dan Diazepam. Kategori obat High Alert

adalah obat yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi

kesalahan dalam penanganan dan penggunaannya, seperti kalium klorida dan

kalsium glukonat. Penyimpanan yang terdapat di Depo IGD kurang rapi meskipun

telah disusun sedemikian rupa, mungkin dikarenakan tempatnya yang cukup

sempit disertai mobilitas yang tinggi.

Pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan obat generi, narkotika dan

psikotropika, analisa penjualan, dan daftar pelunasan pasien kredit.

4.1.3. Depo Farmasi Instalasi Rawat Inap dan Depo Teratai

Instalasi rawat inap di RSUP Fatmawati terdapat di Depo Teratai, Depo

Profesor Soelarto, dan Depo IGD. Sistem pendistribusian yang dilakukan di Depo

Teratai adalah sistem unit dose, floor stock, dan individual prescription. Sistem

unit dose yaitu sistem pendistribusian obat untuk pasien rawat inap dalam

kemasan sekali pakai dalam waktu 24 jam. Pembuatan kemasan sistem unit dose

dimulai dengan pemberian formulir instruksi obat dari dokter, kemudian obat

tersebut diperiksa oleh petugas lantai dan dicek ketersediaan dan kerasionalan

obatnya jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai akan dikonfirmasikan ke dokter.

Petugas lantai menyiapkan obat dalam kemasan sekali pakai yang disertai

keterangan waktu minum obat (pagi/siang/sore/malam), untuk obat-obat tertentu

seperti simvastatin dan rifampisin dipisahkan karena penggunaannya khusus

seperti simvastatin hanya diminum pada malam hari rifampisin diminum satu jam

sebelum makan. Setiap kemasan sekali pakai itu dibuat untuk satu hari dan

diantarkan ke kamar pasien setiap siang untuk mulai diminum di waktu sore hari.

Kemasan ini kemudian diletakkan di kereta obat yang sudah dituliskan nama

semua pasien yang akan diberikan obatnya. Penggunaan sistem unit dose ini

beranfaat bagi pasien karena pasien hanya membayar obat dan alat kesehatan yang

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 57: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

50

Universitas Indonesia

digunakan saja,namun kekurangannya membutuhkan sumber daya manusia yang

banyak, bahan pendukung seperti kemasan obat yang banyak sehingga lebih

mahal. Peran apoteker dalam sistem unit dose masih dirasakan kurang karena

hampir keseluruhan proses lebih banyak dikerjakan oleh asistem apoteker,

sehingga monitoring efek terapi belum dirasakan maksimal.

Sistem floor stock dilakukan untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

digunakan untuk pemakian bersama seperti sarung tangan, alkohol, masker, dan

lainnya. Permintaan barang floor stock dilakukan langsung ke gudang induk.

Distribusi obat sistem individual prescription diberikan untuk obat yang akan

dibawa pulang atau resep pulang dan untuk resep cito.

Secara umum alur permintaan obat dan alat kesehatan di Depo Farmasi

Teratai adalah resep yang diterima kemudian dipisahkan antara yang cito dan

unit dose. Resep unit dose kemudian akan dipisahkan antara obat oral dan injeksi.

Resep cito diberikan kepada pasien yang membutuhkan obat dengan cepat, yang

membawa resep cito adalah perawat atau keluarga pasien. Resep kemudian

diserahkan ke petugas lantai, kemudian petugas lantai akan menyiapkan kemasan

dan etiket yang akan digunakan. Petugas gudanglah yang akan memasukan obat

dan alat kesehatan ke kantong, kemudian petugas lantai akan melakukan

pengecekan obat dan alat kesehatan yang diberikan petugas gudang. Petugas akan

menyerahkan obat dan alat kesehatan ke keluarga pasien atau perawat.

Penyimpanan obat dilakukan dengan memisahkan berdasarkan obat dan alat

kesehatan, bentuk sediaan, generik dan non generik, suhu penyimpanan, alfabetis,

narkotika dan psikotropika. Khusus untuk obat narkotika dan psikotropika

disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci. Selain itu, terdapat lemari

emergency yang berisi obat dan alat kesehatan yang dapat langsung digunakan

sewaktu-waktu dibutuhkan tanpa meminta ke depo farmasi. Petugas farmasi juga

secara rutin melakukan pemeriksaan rutin terhadap lemari emergency yang

terdapatdi ruang High Care Unit (HCU) lantai 4 utara, 5 selatan dan 6 selatan.

Petugas memeriksa penggunaan obat dan alat kesehatan yang digunakan oleh

pasien dan mencatatnya dalam buku khusus. Depo Farmasi Teratai memiliki paket

obat dan alat kesehatan untuk meahirkan agar mempercepat pelayanan. Paket

tersebut terdiri dari partus normal, partus sectio, abortus/kuret, hamil kontraksi,

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 58: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

51

Universitas Indonesia

(Kehamilan Ektopik Terganggu), KPD (Ketuban Pecah Dini), PEB (Pre

Eklampsia Berat), HPP (Haemoragic Post Partus).

Pada pasein rawat inap terdapat pelayanan konseling, dimulai dari

pemberitahuan kepulangan pasien dari perawat ke depo farmasi. Petugas depo

akan memberitahu kepada apoteker yang akan melakukan konseling. Obat yang

akan di bawa pulang oleh pasien akan diserahkan perawat kepada apoteker untuk

dapat diberikan konseling dan informasi obat yang dibutuhkan.

Laporan-laporan yang dikerjakan oleh depo farmasi rawat inap antara lain

pelaporan obat generik dan non generik, narkotika dan psikotropika, analisa

penjualan, serta daftar pelunasan.

Depo farmasi rawat inap setiap harinya menerima resep racikan lebih

kurang 19 resep per hari, namun hanya tersedia1 motor blender dan 2 mangkok

serta 1 pasang mortar alu. Jika resep racikan yang dibutuhkan banyak maka

pembersihan blender hanya menggunakan kuas untuk mempercepatnya , sehingga

akan lebih baik jika ditambahkan 1 hair dryer dan 1 motor blender untuk

mempercepat pengerjaan dan proses pengeringan jika blender sedang dipakai.

4.1.4 Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

Pelayanan rawat jalan RSUP Fatmawati dilakukan di dua tempat utama

yaitu poliklinik dan Depo ASKES dan Pegawai. Poliklinik yang melayani rawat

jalan terdapat di Instalasi Rawat Jalan dan Griya Husada. Depo Farmasi Rawat

Jalan di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) yang terdapat terdapat di Instalasi Rawat

Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 melayani pasien tunai, jaminan kantor, pasien

asuransi kesehatan lain, dan pasien HIV/AIDS. Depo farmasi lantai 2 dan 3

melayani pasien ASKES, tunai, Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, dan TMDKI. Depo

farmasi rawat jalan menggunakan distribusi obat individual prescription.

Proses pelayanan resep di Depo IRJ diawali dengan pasien memberikan

resep di dalam keranjang disertai dengan kartu pasien. Petugas kemudian akan

memeriksa jenis pembayaran yang akan digunakan pasien, apabila menggunakan

jaminan kantor atau asuransi lain diluar ASKES maka di periksa kelengkapannya

seperti fotokopi kartu jaminan. Kemudian resep dihargai dan pasien akan

dipanggil untuk diberitahu harga yang harus dibayar. Pasien yang telah

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 59: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

52

Universitas Indonesia

menyetujui harga yang ditentukan, kemudian pasien akan melakukan pembayaran

dan mendapatkan nomor antrian. Resep diserahkan ke bagian pemberian etiket

dan label melalui loket kecil di belakang kasir. Setelah pemberian etiket dan label,

penyiapan obat akan dibedakan menjadi dua bagian yaitu untuk obat racik dan

non racik. Obat yang tidak tersedia di depo farmasi manapun, akan diberikan copy

resep oleh petugas untuk ditebus di apotek lain. Obat-obat yang telah selesai di

siapkan ditaruh di keranjang di belakang loket penyerahan obat. Petugas bagian

penyerahan akan mengambil obat di keranjang untuk diserahkan ke pasien. Saat

penyerahan petugas akan memeriksa kesesuaian antara kuitansi dengan obat yang

disiapkan baik dari jumlahnya maupun nama dan jenis obatnya. Pasien dimintai

nomor telepon, tanda tangan, bukti pembayaran, serta diberikan informasi obat,

dan saran untuk konseling jika diperlukan. Setelah penyerahan obat selesai, maka

akan dilakukan pendataan dan pelaporan untuk dijadikan arsip. Pelaporan yang

dilakukan adalah obat generik setiap bulan, narkotika dan psikotropika setiap

bulan, daftar pelunasan dibuat harian, analisa penjualan setiap bulan,dan jumlah

R/.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses peracikan.

Setiap harinya depo farmasi rawat jalan lantai 1 menerima resep racikan lebih

kurang 15-25 R/ per hari. Tersedia 3 motor blender dengan 5 mangkok serta 1

pasang mortar dan alu. Motor blender yang digunakan dibagi untuk 3 jenis resep,

yaitu resep dewasa, anak, dan HIV/AIDS. Saat proses peracikan berlangsung

blender yang telah dipakai dibersihkan hanya dengan kuas untuk mempersingkat

waktu, namun perlakuan ini dapat menyebabkan interaksi obat. Blender yang

telah dipakai akan lebih baik bila dibersihkan dengan air terlebih dahulu,

kemudian dikeringkan dengan alkohol atau hair dryer. Namun, karena jumlah

blender yang digunakan terbatas serta mortar dan alu yang cenderung lama

pengerjaannya maka terkadang hal tersebut sulit dilakukan. Pembersihan mortar

dan stemper pun terkadang hanya menggunakan alkohol. Untuk menangani hal

tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan 2 motor blender dan 1 hair dryer,

dimana 2 motor blender digunakan sebagai pengganti blender yang baru saja

dicuci untuk resep anak dan dewasa serta meja racik lebih didedekatan dengan

wastafel.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 60: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

53

Universitas Indonesia

Di depo farmasi rawat jalan terdapat satu ruangan khusus untuk

melaksanankan konseling. Pasien yang dikonseling adalah pasien dengan penyakit

kronik, rujukan dokter, dan juga atas permintaan pasien. Pasien dalam hal ini

dapat menghubungi petugas depo farmasi, petugas akan menghubungi apoteker

farmasi klinik untuk melakukan konseling obat. Apoteker yang memberikan

konseling akan mengisi kartu konseling yang berisi daftar obat yang digunakan

pasien saat ini, untuk membantu apoteker memonitor penggunaan dan terapi obat

yang dilakukan pasien.

Pada pasien HIV/AIDS mendapat kartu obat khusus yang berisi jenis

obat yang telah dikonsumsi, dengan kartu ini dapat dilihat apakah terdapat

penggantian obat atau tidak. Kartu ini juga berfungsi untuk mengendalikan obat

HIV/AIDS karena obat ini mahal dan merupakan obat sumbangan dari

Kementerian Kesehatan. Kartu ini selalu dibawa saat akan mengambil obat

disertai resep. Pasien mengambil obat ini satu bulan sekali, apabila pengambilan

ingin dilakukan lebih awal maka dilakukan sedikitnya satu minggu sebelum

tanggal pengambilan ditetapkan. Saat penyerahan obat ini pasien menandatangani

berkas registrasi pemberian obat untuk pengarsipan depo farmasi. Pasien

HIV/AIDS memiliki nomor registrasi yang dapat dipakai di seluruh Indonesia,

oleh RSUP Fatmawati nomor ini diterbitkan oleh Klinik Wijaya Kusuma.

Pelaporan penggunaan obat ini di tangani oleh Tim khusus dari Klinik Wijaya

Kusuma di RSUP Fatmawati untuk kemudian dilaporkan tiap bulan ke Dirjen

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) di

Kementrian Kesehatan khusus penanganan HIV/AIDS dan Dinas Kesehatan

Jakarta Selatan. Pelaporan ini berisi penggunaan obat dari tanggal 26 sampai

tanggal 25 bulan berikutnya, laporan ini dikirim ke pihak terkait sebelum tanggal

10. Permintaan obat HIV/AIDS ini didasarkan pada laporan penggunaan obat

HIV/AIDS atau Rejimen Anti Retroviral Terapi (ART) setiap pasien per bulannya,

rejimen yang dimaksudkan adalah kombinasi obat yang digunakan. Penghitungan

penggunaan obat HIV/AIDS dan permintaan obat ini sudah menggunakan

program dengan sistem otomatis.

Sistem penyimpanan obat di Depo IRJ dilakukan berdasarkan jenis

sediaan, suhu, dan alfabetis. Alat kesehatan dan obat disimpan terpisah.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 61: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

54

Universitas Indonesia

Penyimpanan obat psikotropika di lemari khusus, namun tidak selalu terkunci,

sedangkan untuk obat narkotik disimpan di lemari yang di tempel di dinding yang

selalu terkunci dan kuncinya dibawa oleh apoteker depo. Obat-obat yang mahal

dan diatas Rp.10.000,00 per tabletnya disimpan didalam laci tersendiri. Pada

penyimpanan beberapa obat terkadang tidak rapi, karena terdapat obat-obat yang

digunakan untuk racikan setelah digunakan tidak dikembalikan ke tempatnya

semula namun diletakkan di sebelah meja peracikan. Hal ini menyebabkan stok

obat di tempat penyimpanan menjadi kosong.

4.1.5 Depo Farmasi ASKES dan Pegawai

Depo ASKES di RSUP Fatmawati terdapat di tiga tempat yaitu Depo

ASKES lantai 1 di gedung farmasi, lantai 2, dan 3 di Gedung IRJ. Lantai 1

gedung farmasi merupakan depo ASKES dan pegawai yang melayani untuk

pegawai negeri sipil ,TM-DKI, Gakin, Askes, Jamkesmas, Jamkesda. Lantai 2 dan

3 gedung poliklinik rawat jalan melayanai Tunai, Jamkesmas, Jamkesda, Askes,

Gakin, dan TMDKI.

Alur pelayanan di depo ASKES dimulai dari pasien datang membawa

resep disertai dengan kelengkapan administrasi sesuai dengan status jaminan

pasien. Petugas depo kemudian akan melakukan penyortiran dan pemeriksaan

sesuai dengan kelengkapan status penjamin pasien, apabila tidak lengkap pasien

akan diminta untuk melengkapinya terlebih dahulu. Di depo ASKES lantai 1

penerimaan resep dibagi menjadi dua bagian yaitu untuk pegawai negeri sipil,

TMDKI, Gakin dan Askes, Jamkesmas, Jamkesda. Pada tahap penyortiran

diperiksa juga kesesuaian obat dengan buku standar ASKES adalah DPHO (Daftar

Plafon Harga Obat) untuk pasien ASKES dan pegawai serta Formularium

Jamkesmas untuk pasien TMLD. Persyaratan untuk pasien ASKES adalah Resep

asli, SJP (Surat Jaminan Pelayanan) Merah dan Kuning, Surat rujukan asli dari

puskesmas, Kartu berobat di RSUP Fatmawati, bila prosedur khusus dengan

melampirkan formulir tindakan khusus rangkap 2 dan diagnosis rangkap 2.

Persyaratan untuk pasien pegawai adalah resep asli dan 1 lembar foto copy resep,

SJP Asli dan 1 lembar foto copy SJP, surat rujukan asli dari puskesmas, Kartu

berobat di RSUP Fatmawati, foto copy kartu JPK 2 lembar, foto copy kartu

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 62: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

55

Universitas Indonesia

ASKES 2 lembar untuk yang sakit. Persyaratan untuk pasien TM-LD atau

Jamkesda adalah resep asli dan 1 lembar foto copy resep, SJP asli dan 2 lembar

foto copy SJP, foto copy 2 lembar surat pengantar dari Dinkes daerah, foto copy 2

lembar kartu Jamkesda, surat rujukan asli dari Puskesmas, kartu berobat di RSUP

Fatmawati, foto copy 2 lembar Kartu Keluarga (KK), foto copy KTP, Akte untuk

anak dibawah umur.

Tahapan selanjutnya akan dilakukan penghitungan obat generik dan

generik, kemudian akan penginputan data resep untuk pemotongan stok barang

farmasi dan penagihan ke PT ASKES. Resep kemudian diserahkan ke petugas

pemberian etiket dan label, lalu dilakukan pengisian dan peracikan obat. Obat

yang telah selesai disiapkan akan diambil oleh petugas penyerahan obat yang

dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker, saat penyerahan dilakukan

pengecekan dan pemberian informasi obat. Pada bagian tertentu terdapat petugas

yang memisahkan berkas resep yang telah diinput untuk arsip depo farmasi dan

untuk diberikan ke petugas IPP (Instalasi Penagihan Pasien) untuk diteruskan ke

PT ASKES. Obat-obat di luar ASKES, pembayaran dilakukan setelah penyerahan

dan untuk obat yang tidak tersedia akan diberikan salinan resep. Setiap harinya

depo ASKES gedung farmasi menerima resep racikan lebih kurang 30 R/ per hari.

Tersedia 1 motor blender dengan 3 mangkok serta 2 pasang mortar dan alu. Saat

proses peracikan berlangsung blender yang telah dipakai dibersihkan hanya

dengan kuas untuk mempersingkat waktu, namun perlakuan ini dapat

menyebabkan interaksi obat. Blender yang telah dipakai akan lebih baik bila

dibersihkan dengan air terlebih dahulu, kermudian dikeringkan dengan alkohol

atau hair dryer. Namun karena jumlah blender yang digunakan terbatas serta

mortar dan stemper yang cenderung lama pengerjaannya maka terkadang hal

tersebut sulit dilakukan. Pembersihan mortar dan alupun terkadang hanya

menggunakan alkohol. Untuk menangani hal tersebut dapat dilakuan dengan

menyediakan 1 motor blender dan 1 hair dryer, dimana 1 motor blender

digunakan sebagai pengganti blender yang baru saja dicuci dan meja racik lebih di

didekatan dengan wastafel.

Penyimpanan barang di depo ASKES gedung farmasi berdasarkan jenis

sediaannya, alfabetis, dan suhu penyimpanan. Obat narkotika dan psikotropika

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 63: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

56

Universitas Indonesia

disimpan di lemari khusus dimana kuncinya dipegang oleh apoteker. Pasien dalam

hal ini pelaporan yang dilakukan adalah obat generik setiap bulan, narkotika dan

psikotropika setiap bulan, daftar pelunasan dibuat harian, analisa penjualan setiap

bulan,dan jumlah R.

4.1.6 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Instalasi bedah sentral (IBS) terdiri dari 8 kamar operasi untuk operasi

terjadwal yaitu bedah prima dan elektif dan 2 kamar operasi cito. IBS melayani

lebih kurang 40 pasien perhari dimana untuk pasien bedah cito lebih kurang 10-15

pasien dan untuk bedah terjadwal lebih kurang 25-30 pasien per hari. Depo

farmasi IBS melayani bedah cito, bedah elektif, dan bedah prima. Bedah cito

adalah jenis pembedahan yang dilakukan secara tidak terjadwal atau tiba-tiba

misalnya terjadi kecelakaan. Bedah elektif adalah bedah yang sudah terjadwal

sebelumnya, sedangkan bedah prima merupakan program pembedahan yang

terjadwal namun pembayaran dilakukan lebih dahulu sebelum operasi

berlangsung. Setiap jenis pembedahan telah disediakan kotak paketan yang berisi

beberapa obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan selama proses pembedahan

berlangsung, jenisnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Pada bedah cito selalu disediakan paket sebanyak 40 buah di lemari

emergency dan 9 kotak paket cadangan. Lemari emergency diperiksa setiap hari

dan terdapat dua buah yaitu untuk obat dan alat kesehatan. Pada hari sabtu dan

minggu terdapat persediaan tambahan untuk obat dan alat kesehatan untuk

mengantisipasi kekurangan persediaan di lemari emergency, dikarenakan pada

hari sabtu dan minggu petugas farmasi libur. Paket bedah elektif dan prima

disediakan sesuai dengan jumlah pasien yang akan dioperasi.

Alur pelayanan untuk bedah prima dan elektif adalah petugas depo

farmasi mendapatkan jadwal operasi dan resep anastesi sehari sebelum operasi

berlangsung, kemudian petugas depo akan menyiapkan kotak paket dan resep

tersebut. Pada saat operasi berlangsung resep dan kotak paket akan diambil oleh

penata bedah. Obat dan alat kesehatan yang belum diresepkan atau kurang akan

dilayani langsung di depo farmasi IBS, kemudian penata bedah yang mengambil

akan menuliskan nama pasien dan obat atau alat kesehatan yang digunakan di

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 64: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

57

Universitas Indonesia

buku catatan khusus per ruang operasi. Obat dan alat kesehatan yang telah

digunakan akan diperinci dan diinput ke dalam komputer untuk pemotongan stok

obat persediaan barang. Tagihan pembayaran untuk pemakaian obat dan alat

kesehatan pasien akan diberikan ke depo dimana pasien akan dirawat, kemudian

dibayarkan di ITURP (Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien) sedangkan untuk bedah

Prima pembayaran sudah dilakukan sebelum operasi berlangsung di bagian tata

usaha IBS.

Proses pelayanan bedah cito berbeda dengan bedah prima atau elektif.

Pada saat pembedahan berlangsung penata bedah akan mengambil obat dan alat

kesehatan yang diperlukan di lemari emergency. Penata bedah akan menulis obat

dan alat kesehatan yang digunakan di Formulir Habis Pakai dan kartu stok untuk

pemakaian dari lemari emergency. Petugas depo mengambil paket kosong bedah

cito & mencatat obat dan alat kesehatan (alkes) yang terpakai di lemari emergency

untuk kemudian diperinci dan di berikan ke depo farmasi tempat pasien dirawat.

Pembayaran dilakukan di ITURP (Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien).

Pengadaaan barang dilakukan setiap pagi secara online yang terhubung

langsung dengan gudang induk farmasi. Penyusunan dan penyimpanan obat

berdasarkan suhu penyimpanan namun tidak alfabetis karena jumlahnya tidak

sebanyak alat kesehatan. Penyimpanan alat kesehatan tidak disusun berdasarkan

alfabetis karena banyaknya jumlah sehingga mempersulit petugas yang belum

terbiasa. Proses stock opname dilakukan tiga bulan sekali. Pelaporan yang

dilakukan adalah obat generik setiap bulan, narkotika, dan psikotropika setiap

bulan, daftar pelunasan dibuat harian, analisa penjualan setiap bulan.

4.1.7 Gudang Induk Farmasi

Gudang induk farmasi memilki tugas dan fungsi untuk membuat

perencanaan perbekalan farmasi, menyimpan perbekalan farmasi, melakukan dan

mengatur pendistribusian perbekalan farmasi ke setiap depo sesuai dengan

kebutuhan dan stok optimal di masing-masing depo, serta membuat pelaporan.

Dasar perencanaan yang dilakukan berdasarkan formularium, DPHO (Daftar

Plafon Harga Obat), pengeluaran rata-rata 3 bulan terakhir, anggaran, analisis

VEN dan Pareto, serta data IRMIK (Jumlah Kunjungan Pasien), rencana

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 65: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

58

Universitas Indonesia

pengembangan RS, dan lead time. Metode yang digunakan dalam perencanaan

merupakan kombinasi antara metode konsumsi dan metode morbiditas.

Proses pengadaan dilakukan dengan sistem tender untuk pembelian bernilai

lebih dari 100 juta rupiah serta untuk pembelian alat kesehatan dasar, reagensia,

pembaleut, serta perbekalan farmasi yang dipakai bersama; sistem penunjukkan

langsung; sistem pembelian langsung untuk obat-obat yang dibeli kurang dari 100

juta, obat, dan alat kesehatan lain.

Perencanaan yang dilakukan oleh gudang yang telah disetujui akan ditanda

tangani oleh kepala IFRS, kemudian akan diteruskan ke direktur medik dan

keperawatan dalam hal ini direktur keuangan akan menetapkan jumlah anggaran

yang diberikan dengan disesuaikan pada perencanaan dan jumlah anggaran yang

tersedia di RS, kemudian disampaikan ke direktur utama untuk mendapatkan

persetujuan. Pihak KPA (Kuasa Pemegang Anggaran) akan memberikan sejumlah

anggaran yang telah disetujui. Pengadaan dilakukan oleh bagian pengadaan yang

ditunjuk oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu melalui ULP (Unit

Layanan dan Pengadaan) dan pejabat pengadaan. Sesuai dengan peraturan dari

presiden, untuk pengadaan barang dan jasa dari pemerintah harus dilakukan secara

tender. Untuk pengadaan barang < 100 juta akan dilakukan oleh pejabat

pengadaan melalui pengadaan langsung dan perencanaan dibuat setiap bulannya.

Sedangkan untuk pengadaan barang > 100 juta akan dilakukan oleh ULP melalui

tender dengan perencanaan yang dibuat untuk kebutuhan tiap 6 atau 3 bulan.

Pada saat barang diterima hal-hal yang harus diperhatikan adalah

keadaan fisik barang, jumlah dan tanggal kadaluarsa (minimal 2 tahun), certificate

of analysis untuk obat, certificate of origin untuk alat kesehatan, dan MSDS

(Material Savety Data Sheet) untuk bahan-bahan berbahaya. Tim penerima barang

medik di RS akan didampingi oleh salah satu petugas farmasi untuk menerima

barang berdasarkan surat pesanan. Penyimpanan di gudang induk didasarkan pada

bentuk sediaan, alfabetis, suhu penyimpanan, narkotika dan psikotropika.

Terdapat lima jenis gudang yaitu gudang obat, alat kesehatan, tahan api, infus, dan

gas medis. Obat sumbangan seperti TBC dan HIV disimpan terpisah ditempat

tertentu. Gudang tahan api digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah

terbakar disimpan terpisah di tempat dekat Depo ASKES dan Pegawai. Sistem

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 66: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

59

Universitas Indonesia

keluar masuknya barang dilakukan dengan sistem secara FIFO (First In First Out)

dan FEFO (Firs Expired First Out) untuk mencegah terjadinya penumpulkan

barang kadaluarsa.

Proses permintaan obat dilakukan secara komputerisasi online setiap

harinya oleh depo farmasi, dan petugas gudang farmasi akan melihat secara

online. Petugas akan melayani barang sesuai dengan stok yang ada di gudang dan

mengaturnya agar setiap depo mendapatkan barang sesuai dengan jumlah stok

optimal pada masing-masing depo. Permintaan barang floor stock dilakukan

secara langsung dan terjadwal. Permintaan tambahan maka akan ditulis di

formulir bon obat. Poses serah terima dilakukan cara petugas depo farmasi akan

mengambil barang ke gudang farmasi dan petugas gudang akan memasukan data

secara real time setiap barang yang keluar gudang.

Pelaporan yang dilakukan gudang induk adalah narkotik dan psikotropik

barang donasi dan sumbangan, laporan permintaan barang gudang berdasarkan

distributor, laporan permintaan barang gudang berdasarkan bentuk sediaan

laporan pengeluaran barang berdasarkan unit kerja, laporan pengeluaran barang

berdasarkan bentuk sediaan .

4.1.8 Produksi

Produksi farmasi merupakan kegiatan untuk melengkapi pengadaan obat

di rumah sakit. Sediaan farmasi yang diproduksi adalah sediaan farmasi yang

tidak tersedia di pasaran, jika diproduksi sendiri akan lebih menguntungkan,

sediaan farmasi yang jika diproduksi sendiri harganya lebih murah, dan sediaan

farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

Produksi yang dilakukan adalah produksi steril dan non steril. Produksi

non steril yang dilakukan antara lain pembuatan obat batuk hitam, dan handrub,

pengenceran alkohol, pengemasan kembali pada betadine atau vaselin. Produksi

steril dilakukan pada penanganan obat sitostatika, IV admixture, dan Total

Parenteral Nutrition (TPN). Kegiatan IV admixture yang dilakukan pada te

Mantoux sedangkan, kegiatan TPN tidak digunakan karena biaya yang mahal dan

menggunakan sediaan TPN yang telah dikemas lebih murah. Kegiatan produksi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 67: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

60

Universitas Indonesia

steril berada di bawah pengawasan Satuan Farmasi Fungsional, sedangkan

produksi non steril berada di bawah pengawasan Instalasi Farmasi.

Proses pelayanan obat sitostatik dimulai dengan pasien menebus resep

yang akan digunakan untuk kemoterapi ke depo farmasi. Pasien akan

menunjukkan obat yang telah ditebus kepada dokter untuk di periksa

kebenarannya, kemudian dokter akan menulis protokol (formulir permintaan obat

kanker). Obat dan protokol ini akan dibawa oleh pasien ke instalasi farmasi

bagian produksi steril, kemudian petugas menanyakan perkiraaan jadwal

kemoterapi ke pasien. Satu hari sebelum kemoterapi dilakukan petugas farmasi

menanyakan ke perawat untuk memastikan jadwal kemoterapi. Saat jadwal

kemoterapi dan satu hari sebelum jadwal kemoterapi perawat juga akan

mengkonfirmasikan jadwal khemoterapi dan memberi instruksi ke bagian

produksi steril agar obat segera disiapkan.

Pengelolaan limbah di RSUP Fatmawati terbagi menjadi limbah padat dan

limbah gas. Pengelolaan limbah padat terbagi menjadi tiga yaitu limbah non

infeksius, limbah infeksius, dan limbah sitostatika. Limbah non infeksius

dikumpulkan dalam kantong plastik hitam yang selanjutnya akan dibuang ke

tempat pembuangan akhir. Limbah infeksius dikumpulkan dalam kantong plastik

kuning yang selanjutnya dihancurkan dalam insinerator dan debu hasil

penghancuran dibuang ke tempat pembuangan akhir. Limbah sitostatika

dikumpulkan dalam kantong plastik ungu yang selanjutnya dihancurkan dalam

insenerator dan debu hasil penghancuran dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Limbah gas disaring terlebih dahulu dengan menggunakan HEPA filter sebanyak

dua lapis sebelum dikeluarkan ke udara bebas.

4.1.9. Instalasi Sentral Sterilisasi dan Binatu (ISSB)

ISSB adalah instalasi yang bertanggung jawab untuk mensterilkan barang

pakaian untuk operasi, alat-alat kesehatan inventaris, alat-alat kesehatan yang

habis pakai, dan lainnya. ISSB terdiri dari ruang steril dan ruang binatu. Ruang

steril merupakan ruang sterilisasi pakaian atau kain untuk operasi serta alat

kesehatan. Sedangkan ruang binatu merupakan ruang pembersihan non steril

untuk kain atau pakaian.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 68: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

61

Universitas Indonesia

Ruangan sterilisasi berada di dekat Instalasi Bedah Sentral (IBS). Loket

penerimaan barang kotor berbeda dengan loket penyerahan barang bersih yang

telah disterilisasi. Proses penerimaan barang kotor dari ruang perawatan maupun

OK diterima di loket penerimaan barang kotor, kemdian dilakukan pemilahan

barang yaitu barang logam, karet, tenun, dan alat kesehatan. Setelah dilakukan

pemilahan barang, kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir. Tahap

selanjutnya adalah desinfeksi dengan menggunakan desinfektor, kemudian.

dibungkus menggunakan linen maupun plastik sterilisasi dan diberi indikator.

Indikator berfungsi sebagai penanda bahwa instrumen telah melalui proses

sterilisasi dengan adanya perubahan warna dari biru menjadi hitam. Sterilisasi

dilakukan selama 60 menit dengan suhu ≥ 134° C. Hal ini sebagai jaminan

kualitas sterilisasi barang. Instrumen yang dibungkus linen memiliki expired date

3 x 24 jam setelah instrumen disterilisasi dan untuk instrumen yang dibungkus

dengan plastik memiliki expired date 1 tahun setelah instrumen disterilisasi..

Barang yang sudah steril akan diambil petugas untuk dilakukan serah

terima barang, dimana akan dilakukan pengecekan oleh kedua belah pihak.

Permintaan barang steril dari IBS akan dikirim melalui lift barang, sedangkan

permintaan barang dari ruang perawatan diserahkan melalui loket pengambilan

barang steril. Pelaporan yang dilakukan antara lain pelaporan pemakaian kantong

steril, proses pensterilan dan pencucian.

4.2 Satuan Farmasi Fungsional (SFF) RSUP Fatmawati

Satuan farmasi fungsional merupakan wadah non struktural bagi Tenaga

Fungsional Profesi Apoteker yang bekerja melayani pasien di RSUP Fatmawati.

SFF berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur

Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. SFF berkoordinasi dengan Instalasi

Farmasi RSUP Fatmawati.

SFF membawahi dua bidang yaitu bidang pelayanan dan bidang

pendidikan, pelatihan, dan penelitian. Kegiatan pendidikan dan penelitian

bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan para apoteker dan tenaga

kefarmasian lainnya serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

melakukan kerja praktek. Kegiatan pelayanan SFF meliputi kegiatan farmasi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 69: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

62

Universitas Indonesia

klinik yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendorong terapi penggunaan

obat dan alat kesehatan yang rasional, serta berorientasi pada pasien. Kegiatan

pelayanan tersebut antara lain Monitoring Penggunaan Obat (MPO) pada pasien

rawat inap, visite/ronde, konseling pasien, Pelayanan Informasi Obat (PIO),

Monitoring Efek Samping Obat (MESO), monitoring interaksi obat, pengkajian

resep pasien, penanganan sitostatika, iv admixture, dan theurapeutic drug

monitoring (TDM).

4.2.1 Kegiatan Pelayanan SFF

4.2.1.1. Monitoring Efek Samping Obat

Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan dengan

berkoordinasi dengan perawat dan dokter, karena umumnya perawatlah yang

pertama kali mengetahui adanya reaksi efek samping yang terjadi pada pasien.

MESO di RSUP Fatmawati. Jika terjadi efek samping obat, maka perawat segera

memberitahu dokter. MESO dilakukan dengan pengisian lembar kuning (formulir

MESO) dari Badan POM oleh dokter. Komudian MESO ini dibawa ke forum TPF

untuk didiskusikan. Formulir yang telah ditandatangi oleh dokter akan dikirimkan

ke pusat MESO Nasional di subunit BPOM oleh sekretaris PFT. Nantinya, BPOM

akan memberikan surat balasan yang berisi ucapan terimakasih karena sudah

melaporkan ESO. MESO di RSUP Fatmawati sudah berjalan cukup baik. Namun,

keterlibatan apoteker dalam MESO masih kurang. Pada tahun 2011, telah terdapat

11 kasus MESO yang dilaporkan.

4.2.1.2.Pengkajian Resep

Pengkajian resep pasien dilakukan melalui skrining resep secara

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pengkajian secara

administratif dan kesesuaian farmasetik dapat dilakukan oleh asisten apoteker,

namun untuk pengkajian pertimbangan klinis dilakukan oleh farmasis klinis

ataupun apoteker. Skrining resep yang dilakukan di RSUP Fatmawati belum

maksimal, karena skrining yang dilakukan baru sebatas administratif dan

kesesuaian farmasetik. Skrining pertimbangan klinis belum dilakukan karena

keterbatasan waktu dan kurangnya jumlah apoteker.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 70: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

63

Universitas Indonesia

4.2.1.3. Penanganan Obat Sitostatika

Penanganan sitostatika merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap

hari sesuai permintaan pasien. Penanganan sitostatika ini meliputi pencampuran

obat kanker untuk kemoterapi. Pencampuran obat sitostatika dilakukan setelah

adanya konfirmasi jadwal kemoterapi pasien. Petugas mengkonfirmasi jadwal

kemoterapi dan obat-obat yang digunakan pasien ke perawat 1 hari sebelumnya

dan pada pagi hari sebelum pelaksanaan kemoterapi. Penyiapan obat kanker

dilakukan pagi hari sebelum digunakan oleh pasien. Setelah direkonstitusi, obat

diserahkan ke ruang kemoterapi untuk diberikan kepada perawat disertai lembar

bukti pelayanan dan perincian biaya. Sehubungan dengan resiko yang dihadapi

dan keselamatan kerja petugas, dalam pelaksanaan pencampuran obat sitostatika,

maka petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap meliputi

baju/jas lab khusus, penutup kepala, masker, kaca mata (googel), sarung tangan,

dan penutup kaki. Di RSUP Fatmawati, APD yang digunakan sudah lengkap,

kecuali kaca mata google. Kaca mata google tidak digunakan di dalam ruang

pencampuran karena Biological Safety Cabinet (BSC) yang digunakan tidak

menggunakan sistem kaca buka tutup. Namun, petugas yang sedang bekerja masih

sering keluar masuk ruang pencampuran. Seharusnya ini tidak boleh terjadi terkait

dengan kesterilan sediaan yang sedang dicampur. Hal ini mungkin terjadi karena

keterbatasan jumlah petugas. Sebaiknya minimal ada dua orang petugas yang

bertugas, satu orang bertugas untuk melakukan pencampuran, dan yang lain

membantu petugas yang ada di ruang pencampuran jika sewaktu waktu ada alat

atau bahan yang kurang.

4.2.1.4. IV Admixture

Kegiatan farmasi klinis lain di antaranya adalah kegiatan iv

admixture, di mana kegiatan ini belum berjalan maksimal di bagian produksi steril

RSUP Fatmawati. Kegiatan iv admixture yang dilakukan di ruang produksi steril

adalah penyipapan tuberkulin untuk tes mantoux. Kegiatan iv admixture di RSUP

Fatmawati masih dilakukan oleh perawat di ruang rawat, padahal diperlukan

kesterilan dalam pencampuran untuk mencegah meningkatnya infeksi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 71: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

64

Universitas Indonesia

nosokomial. Kurang maksimalnya kegiatan ini disebabkan keterbatasan petugas

farmasi dan jauhnya ruang produksi dari ruang rawat.

4.2.1.5. Monitoring Penggunaan Obat

Proses pelaksanaan MPO dimulai dari pemeriksaan penggunaan obat

pasien dari map pasien/rekam medis/instruksi harian. Obat-obatan yang

digunakan oleh pasien dicatat di formulir MPO termasuk cara pemakaian dan

lama terapinya. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Drug Related

Problem (DRP) dan mengatasinya jika ada, melalui penelusuran literatur. DRP

yang sering terjadi antara lain adanya interaksi obat yang bermakna,

ketidaksesuaian dosis, dan lama terapi yang tidak tepat. Apabila terjadi DRP maka

sesegera mungkin dilaporkan ke dokter disertai dengan rekomendasi. Monitoring

penggunaan obat (MPO) pada pasien rawat inap telah dilakukan di Gedung

Teratai lantai 5 dan 6, Gedung GPS lantai 1 dan 4, Gedung IGD ruang ICU,

NICU, dan PICU.

4.2.1.6 Visite/Ronde

Visite atau visite mandiri di RSUP Fatmawati merupakan kegiatan

farmasi klinik yang dilakukan secara mandiri oleh apoteker untuk mengetahui

riwayat penyakit dan riwayat penggunaan obat pasien melalui suatu wawancara

antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien. Visite juga dapat digunakan

untuk tujuan mengidentifikasi DRP pada pasien. Visite biasanya dilakukan

sebelum kegiatan ronde dengan tenaga kesehatan lain. Jika ditemukan adanya

DRP maka Apoteker akan mendiskusikan dengan dokter.

Ronde pasien telah dilakukan untuk pasien rehabilitasi medik di Gedung

Prof. Soelarto. Kegiatan ronde ini juga berkaitan dengan monitoring penggunaan

obat untuk melihat apakah terjadi Drug Related Problem atau tidak, di mana

umumnya monitoring penggunaan obat yang sering dibahas adalah penggunaan

antibiotik. Setelah kegiatan ronde, dilakukan diskusi di suatu ruangan bersama

dengan tim kesehatan lainnya untuk memonitor kemajuan terapi pasien. Ketika

kegiatan diskusi, apoteker diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat

mengenai terapi pasien. Kegiatan ronde ini masih belum maksimal karena tidak

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 72: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

65

Universitas Indonesia

dilakukan di semua instalasi rawat inap.

4.2.1.7 Konseling

Konseling yang dilakukan oleh apoteker di RSUP Fatmawati terdiri dari

konseling obat rawat inap dan konseling obat rawat jalan. Konseling obat rawat

inap dilakukan di Gedung Teratai dan Gedung Prof. Soelarto. Kegiatan konseling

ini dilakukan pada pasien jantung, syaraf, penyakit dalam, anak, TBC, diabetes,

dan pasien bedah. Konseling obat rawat jalan dilakukan pada di Depo Farmasi

ASKES dan Depo Farmasi Rawat Jalan dengan menggunakan ruangan khusus

yang tertutup. Konseling dilakukan untuk pasien jantung, HIV, penyakit dalam,

diabetes, hipertensi, dan saraf. Pemilihan pasien dilakukan sesuai kriteria yang

dianjurkan oleh WHO, yang umumnya ditujukan untuk pasien kronis atau

berdasarkan permintaan dari pasien.

4.2.1.8 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO) di RSUP Fatmawati dilakukan dengan

menjawab permohonan informasi mengenai obat serta menyebarkan informasi

tentang obat ke tim pelayanan kesehatan, pasien dan masyarakat. PIO dapat

dilakukan secara lisan (telepon) atau tulisan (SMS). Hasil evaluasi SFF tahun

2011 menunjukkan bahwa pihak yang banyak bertanya adalah pihak intern rumah

sakit dengan tiga penanya terbanyak secara berurutan adalah apoteker, asisten

apoteker, dan dokter. Pertanyaan umumnya berupa identifikasi nama obat.

Kegiatan lain yang dilakukan PIO adalah pembuatan brosur yang berisi informasi

obat. Brosur ini akan diberikan bagi pasien yang membutuhkan. Selain itu unit

kerja PIO menyediakan label yang berisi informasi penggunaan obat dalam

bentuk sticker berwarna. Label yang telah dibuat unit kerja ini berjumlah 16 label

dengan setiap label memiliki warna yang berbeda. Informasi penggunaan obat

tersebut antara lain:

a. Kocok dahulu (berwarna putih);

b. Obat ini diminum, satu jam sebelum makan (biru muda)

c. Obat ini diminum segera sesudah makan (berwarna kuningmuda);

d. Obat ini harus diminum sampai habis sesuai petunjuk (berwarna merah);

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 73: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

66

Universitas Indonesia

e. obat ini menyebabkan mengantuk, jangan mengendarai mobil atau

menjalankan mesin (berwarna hijau muda);

f. hanya dipergunakan melalui anus/dubur (berwarna biru tua);

g. hanya dipergunakan melalui vagina (berwarna ungu tua)

h. obat luar jangan diminum! (berwarna kuning tua)

i. Obat ini dipergunakan (diletakkan) di bawah lidah & dihisap sampai habis

(berwarna cokelat tua)

j. Obat ini harus dilarutkan dahulu dalam segelas air putih dan diminum

(berwarna biru tua)

k. Obat ini diminum dua jam sesudah makan (berwarna hijau tua)

l. Jangan berhenti minum obat ini secara tiba-tiba kecuali atas petunjuk

dokter (berwarna orange)

m. Obat ini dikunyah dahulu sebelum ditelan (berwarna abu-abu)

n. Obat ini diminum setengah jam sebelum makan (pink muda)

o. Harus banyak minum air putih (berwarna pink tua)

p. Simpan dalam lemari dingin (berwarna ungu muda)

PIO di RSUP Fatmawati berjalan cukup baik, tetapi belum maksimal. Hal

ini disebabkan karena petugas PIO terkadang tidak ada di tempat. Untuk

mengatasi hal tersebut, apoteker lain dapat menggantikannya. PIO RSUP

Fatmawati tidak menyediakan akses jurnal online. Hal ini disebabkan karena

variasi jenis pertanyaan yang masuk ke PIO belum membutuhkan jawaban dari

literatur-literatur jurnal online dan masih cukup dijawab dengan literatur buku

yang ada. Literatur PIO RSUP Fatmawati sudah cukup lengkap dan up to date.

4.2.1.9 Theraupetic Drug Monitoring (TDM)

Theraupetic Drug Monitoring penting dilakukan untuk obat dengan

indeks terapi sempit, namun kegiatan ini masih belum berjalan di RSUP

Fatmawati dikarenakan biaya yang diperlukan untuk berjalannya kegiatan ini

cukup mahal.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 74: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

67

Universitas Indonesia

4.2.2 Kegiatan Pendidikan, pelatihan, dan penelitian

Kegiatan SFF yang lain adalah pendidikan, pelatihan dan penelitian

kepada pasien, apoteker, asisten apoteker, mahasiswa, dan tenaga kesehatan lain.

4.2.2.1 Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) merupakan salah satu kegiatan

pendidikan dan pelatihan. PKRS di RSUP Fatmawati yang melibatkan farmasis

klinis antara lain edukasi pasien diabetes, penyuluhan pasien rawat jalan di Depo

ASKES dan pegawai, edukasi staf farmasi, edukasi geriatri, dan edukasi pasien

Paguyuban Rehabilitasi Jantung.

Edukasi pasien diabetes yang dilaksanakan oleh RSUP Fatmawati secara

rutin 3 atau 4 minggu sekali di gedung IRJ lantai 2. Edukasi ini dilakukan oleh

dokter, apoteker, perawat, dan ahli gizi. SFF memiliki kontribusi dalam

memberikan edukasi seputar obat diabetes. Apoteker menjelaskan mengenai

manfaat serta cara penggunaan obat yang tepat agar efek terapi dapat tercapai.

Penyuluhan pasien rawat jalan dilakukan di depo ASKES dan pegawai.

Penyuluhan ini dilaksanakan sesuai dengan permintaan dari tim PKRS rumah

sakit sehingga jadwalnya tidak tetap. Materi yang diberikan biasanya berupa cara

penggunaan obat yang benar, pengetahuan tentang label-label obat, cara

penyimpanan obat, dan sebagainya.

Edukasi staf farmasi rutin dilakukan terutama pada asisten apoteker dan

juru resep melalui suatu presentasi profil obat yang disampaikan oleh apoteker

atau medical representatif dari pabrik obat. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap

hari Rabu sore. Kegiatan ini sangat diperlukan oleh para asisten apoteker dan juru

resep karena pengetahuan seputar obat yang terus berkembang sehingga

diperlukan penambahan informasi ke petugas farmasi yang sehari-hari melayani

pasien.

Edukasi geriatri merupakan salah satu kegiatan PKRS yang melibatkan

farmasi klinis. Edukasi ini diberikan pada paguyuban geriatri RSUP Fatmawati.

Kegiatan ini penting mengingat multipatologi yang biasa dialami oleh pasien

geriatri. Selain itu, pasien geriatri juga merupakan suatu kelompok pasien yang

harus mendapatkan perhatian lebih, khususnya dalam hal penggunaan obatnya.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 75: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

68

Universitas Indonesia

Materi yang dapat diberikan oleh apoteker farmasi klinis pada edukasi geriatri ini

misalnya cara pemakaian obat yang benar, cara penyimpanan obat, dan hal-hal

yang tidak boleh dilakukan selama minum obat. Selain itu, pemberian motivasi

dalam kegiatan edukasi ini juga sangat penting. Hal ini terkait dengan kepatuhan

para geriatri dalam meminum obtanya.

4.3 Tim Pengendalian Farmasi (TPF) RSUP Fatmawati

TPF RSUP Fatmawati ini bertugas sebagai Tim Farmasi dan Terapi

(TFT) atau umumnya disebut dengan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Tim

Pengendalian Farmasi (TPF) bertujuan untuk peningkatkan mutu dan pelayanan

farmasi. TPF akan bertanggungjawab kepada Direktur Utama RSUP Fatmawati

dengan membuat laporan secara berkala minimal 1 bulan sekali. TPF di RSUP

Fatmawati diketuai oleh seorang dokter. Wakil ketua dan sekretarisnya adalah

seorang apoteker. TPF mempunyai 11 anggota yang terdiridari 4 orang dokter, 2

orang apoteker termasuk Ka IFRS, 3 orang perawat, 1 orang bagian keuangan,

dan 1 orang bagian umum. Sebagai tim farmasi dan terapi, monitoring dan

evaluasi perencanaan obat dan alkes habis pakai, monitoring dan evaluasi proses

pengadaan obat dan alkes habis pakai, monitoring dan evaluasi ketersediaan obat

dan alkes habis pakai, mengendalikan pemakaian obat sesuai dengan

formularium, mengendalikan dan memonitor pembayaran dan pembelian obat dan

alkes habis pakai, membuat laporan secara berkala.

Kegiatan TPF yang cukup penting adalah pembuatan formularium.

Formularium dibentuk melalui suatu rapat TPF yang dihadiri oleh para

anggotanya dan SMF. Melalui rapat ini, obat-obatan yang sering diresepkan oleh

para dokter didata. Obat-obat tersebut kemudian dikumpulkan, dipilih, dan

ditetapkan obat mana yang akan masuk ke dalam formularium. Permintaan obat

non formularium terkadang masih sering ditemukan. Hal ini dikarenakan tidak

semua dokter hadir dalam rapat tersebut. Permintaan obat resep non formularium

dapat menyulitkan gudang farmasi dalam hal penyediaan obat. Oleh karena itu,

sebaiknya pada saat perumusan formularium seluruh dokter hadir dan membantu

penyusunan obat yang akan digunakan di RSUP Fatmawati.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 76: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

69

Universitas Indonesia

Formularium ini di evaluasi tiap 1 tahun sekali dan diperbaharui minimal 3

tahun sekali. Evaluasi ini bermanfaat untuk melihat kepatuhan terhadap sistem

formularium rumah sakit dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan

perencanaan dan pengadaan atau pembelian obat-obatan farmasi diperlukan suatu

evaluasi penggunaan dan pembelian obat. Obat yang terdapat dalam formularium

digolongkan berdasarkan kelompok farmakologis, kemudian bentuk sediaan,

kekuatan, nama dagang, dan pabriknya. Formularium menyediakan 1 jenis obat

paten, 1 jenis obat generik, dan 2 jenis metoo. Pada saat ini, TPF RSUP Fatmawati

telah menerbitkan 6 formularium yaitu: formularium edisi I tahun 1990, edisi II

tahun 1995, edisi III tahun 2003, edisi IV tahun 2007, edisi V tahun 2010, dan

edisi VI tahun 2012.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 77: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

70 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Instalasi farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

memiliki tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

perbekalan farmasi dan alat kesehatan dimulai dari perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,

pengarsipan, pemusnahan, dan monitoring serta evaluasi.

5.1.2 Apoteker di RSUP Fatmawati memiliki peran, fungsi, dan tanggung jawab

dalam pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan perbekalan farmasi.

Fungsi klinik dijalankan melalui Satuan Farmasi Fungsional (SFF) RSUP

Fatmawati dan fungsi pengelolaan perbekalan farmasi melalui Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUP Fatmawati.

5.2 Saran

5.2.1. Meningkatkan kebersihan dalam peracikan di depo-depo farmasi agar

tidak terjadi interaksi obat. Kebersihan dilakukan dengan membersihkan

mixer, mortar, dan sptemper dengan dibilas air, dilap dengan kapas yang

diberikan alkohol, kemudian dikeringkan dengan pengering (hair dryer).

Selain itu petugas yang meracik obat harus menggunakan masker untuk

menghindari terhirupnua serbuk obat oleh petugas dan menjaga kualitas

obat yang sedang diracik

5.2.2. Dibutuhkan penambahan alat racik seperti mangkok blender, motor

blender, dan pengering (hair dryer) sesuai dengan kebutuhan tiap depo

sebagai upaya peningkatan kebersihan peralatan racik.

5.2.3. Tiap lantai rawat inap sebaiknya ditugaskan seorang apoteker farmasi

klinis atau apoteker yang diarahkan untuk melakukan kegiatan farmasi

klinis untuk memonitoring pemakaian obat pada pasien. Apoteker tiap

lantai tersebut diharapkan juga dapat berperan sebagai penghubung

komunikasi antara perawat dan petugas depo farmasi.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 78: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

71

5.2.4. Peningkatkan pelayanan kefarmasian dalam hal farmasi klinis, dapat

dilakukan dengan cara apoteker yang ada diarahkan secara bertahap untuk

terlibat dalam kegiatan farmasi klinis, seperti visite/ronde, monitor

penggunaan obat, dan konseling.

5.2.5. Petugas yang melakukan proses pencampuran obat sitostatika sebaiknya

ada dua orang, dimana seorang petugas beraktivitas di dalam ruang steril

dan satu orang lagi berperan membantu petugas dalam ruang steril, hal ini

berfungsi untuk mengurangi aktivitas keluar masuk ruangan steril untuk

mengambil peralatan atau mengangkat telepon.

5.2.6. Gudang tahan api sebaiknya diletekkan tersendiri terpisah dari bangunan

lain tidak dijadikan satu dengan Depo ASKES dan pegawai.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 79: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

72 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Charles, J.P. Siregar. (2004). Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan.

Jakarta: EGC.

Fatmawati, R. S. (2010). Rencana Strategis Bisnis Rumah Sakit Fatmawati 2010-

2014. Jakarta: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. (2004). Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340. (2010). Klasifikasi Rumah Sakit.

Jakarta: Kemetrian Kesehatan

RSUP Fatmawati. (2011). 50 Tahun RSUP Fatmawati 15 April 1961 – 15 April

2011. Jakarta: RSUP Fatmawati.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (2009). Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. (2009). Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 80: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

1

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 81: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

73

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

SATUAN

PEMERIKSA

AN INTERN

KOMIT

E KKRS

KOMITE

ETIKA &

HUKUM

KOMITE

PENGEM

BANGAN

& MUTU

KOMIT

E

MEDIK

KOMITE

KEPEGA

WAIAN

DEWAN

PENGAW

AS

DIREKTU

R UTAMA

SMF

DIREKTORAT

MEDIK DAN

KEPERAWATAN

DIREKTORAT

UMUM, SDM, &

PENDIDIKAN

DIREAKTORAT

KEUNGAN

INSTALA

SI

BAG.

PENERANGA

N

ANGGARAN

BIDANG YAN

KEPER

BID. FAS MEDIK &

KEPER

SUBBA

G

EVALU

ASI

DAN

LAPOR

AN

SUBBAG

PENYUS

UN

ANGGA

RAN

SUBBA

G

MOBILI

SASI

DANA

SUBBA

G

PERBEN

DAHAR

AAN

SUBBAG

AKUNTAN

SI

KEUANGA

N

SUBBAG

AKUNTANS

I

MANAGEM

EN &

VERIFIKASI

BIDANG

YAN

MEDIK

BIDANG

YAN

KEPER

BID. FAS

MEDIK &

KEPER

SIE

MONEV FAS

YANDI

K

SIE

RENBAN

G FAS

YANDIK

SIE

MONEV YAN

KEPER

SIE RENB

ANG

YANG KEPER

SIE RENBAN

G

YANDIK

SIE

MONEV

YANDIK

INSTALA

SI

SFF INSTALA

SI

BAGIAN

SDM

BAGIAN

UMUM

BAGIAN

DIKLIT

SUBBA

G AGM

&

MONEV

SUB

BAG

RENBAN

G SDM

SUBBA

G

RUMAH

TANGG

A

SUBBA

G TATA

USAHA

SUBBAG

RENBANG

DIKLATLI

T

SUBBAG

MONEV

DIKLATLI

T

73

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 82: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

74

Lampiran 2. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Direktur Utama

Direktur Medik dan Kerawatan

Kepala Instalasi Farmasi Satuan Farmasi Fungsional

Tim Pengendalian Farmasi

Waka Perbekalan

Waka Pelayanan

Penyelia Depo

Gedung Prof.

Soelarto

Penyelia Depo

Griya Husada

Penyelia Depo IBS

Penyelia Depo IGD

dan IRI

Penyelia Depo

Askes dan Pegawai,

Depo IRJ Lt.3

Penyelia Depo

Teratai

Penyelia Depo IRJ

Lt. 1 & Depo Askes

Lt.2

Penyelia Pencatatan

& Pelaporan

Penyelia Gudang

Farmasi

Penyelia Produksi

Farmasi

Penyelia Sistem

Informasi Farmasi

Penyelia Distribusi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 83: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

75

Lampiran 3. Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati

Kepala Instalasi Farmasi

Direktur Utama

Ketua

Satuan Farmasi Fungsional

Koordinator

Bidang Pendidikan dan

Penelitian

Koordinator

Bidang Pelayanan

Apoteker

Direktur Medik dan Keperawatan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 84: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

76

Lampiran 4. Alur perbekalan farmasi

Gudang Distributor

Rawat

Inap

Produksi

Rawat

Jalan

Instalasi/Ruangan/Poliklinik

Ruangan

Depo OK

Depo Teratai

Depo IGD

Depo GPS

Depo Askes

Depo IRJ Lt.1

Depo IRJ Lt.3

Depo IRJ Lt.2

OK Cito

OK elektif

OK Bedah Prima

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 85: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

77

Lampiran 5. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati

- Obat

- Kereta Obat

Obat di luar

jam kerja

Formuli

Pemberian

Obat

Insidetil

- Obat

Sore

Malam

Pagi

Siang

- Resep

- Map (Formulir

Instruksi Obat)

- Kereta Obat

< jam 11

< jam 13

Dokter Ruangan

Farmasi Pusat

Pasien

Perawat ruangan

Depo farmasi

Lemari

emergency

Ruangan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 86: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

78

Lampiran 6. Alur pelayanan resep di Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan RSUP

Fatmawati

Bagian

Penerimaan

Penyiapan obat

racin dan non

racik

Pengecekan Obat, Meminta

No Telp & Tanda Tangan

Pasien, Bukti Pembayaran,

Informasi Obat , Saran

Konseling

Pasien Kasir Pelayanan

Resep

Penyerahan

Obat

Penyerahan

Obat

Arsip

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 87: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

79

Lampiran 7. Alur pelayanan obat di Depo Farmasi Askes RSUP Fatmawati

Penerimaan

Resep

Pengecekan (Keseuaian

formularium dan kelengkapan adminstrasi)

Penghitungan obat generik dan

non generik

Penghitungan obat generik dan

non generik

Penulisan etiket dan label

Input data ke komputer

Penyiapan obat

Penyerahan, pengecekan, pemberian

informasi obat

Instalasi Penagihan

Pasien

PT ASKES

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 88: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

80

Lampiran 8. Alur pelayanan obat di Depo Farmasi Pegawai RSUP Fatmawati

Resep + Cap pasien DBD

Resep + Cap poli pegawai

Resep + kartu sehat

Pasien DBD

Pasien Tidak

Mampu (TM)

Pasien pegawai

RSUP fatmawati

Obat

racik

Obat

jadi Resep

diperiksa

Farmasi

Pegawai

Penyerahan Obat

+

Informasi

pelayanan obat

Etiket + Label Pengemasan

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 89: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

81

Lampiran 9. Alur pelayanan obat di Depo IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUP

Fatmawati

Penggiriman paket + pengisian lemari emergency

Paket operasi + barang diluar paket

Pengembalian paket

Jadwal operasi + resep diluar paket

Paket operasi + barang diluar paket

Pengembalian paket

Pengambilan paket yang terpakai + catat penggunaan lemari emergency

Jadwal operasi + resep diluar paket

Memeriksa

paket

Perincian (Paket +

diluar paket)

Depo Ruang Rawat

ITURP

(Instalasi

Tata Usaha

Rawat Pasien)

TU

IBS

Bedah Prima

Bedah Elektif

Depo

IBS

Bedah Prima

Bedah Cito

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 90: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

82

Lampiran 10. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat inap RSUP

Fatmawati

(5) Obat + konseling

(2) Obat + resep

Perawat

(ruangan)

Depo

Farmasi Apoteker

Pasien

(1) Pemberitahuan

pasien pulang

(1 hari sebelumnya)

(3) Pemberitahuan jumlah

pasien pulang

(4) Obat + resep

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 91: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

83

Lampiran 11. Alur dan tata laksana konseling obat untuk pasien rawat jalan

RSUP Fatmawati

(1) Obat + konseling

(2) Cito

(3) Resep

Pasien

Asisten Apoteker

(AA) Peracikan

Apoteker

Pasien

(4) Obat + resep

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 92: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

84

Lampiran 12. Alur masuk ke ruang produksi aseptik Total Parenteral Nutrition

(TPN)

Memakai baju sitostatika

Ruang III B Ruang III A

- Mematikan lampu UV ruang III A/III B

- Memasukkan obat ke dalam passbox

- Mencuci tangan

- Melepas sandal

- Memakai baju Steril

- Mematikan lampu UV ruang II

Mencuci tangan dan kaki

Membuka sepatu dan memakai sandal

Pintu masuk

Ruang 0

Ruang I

Ruang II

TPN Sitostatika

Ruang IV

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 93: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

85

Lampiran 13. Alur penanganan limbah

Plastik kuning

a) Limbah Padat Limbah padat

Noninfeksius Sitostatika Infeksius

Plastik hitam

Kering Basah Plastik ungu

Incenerator

Debu Tempat pembuangan sementara

Tempat pembuangan akhir

Limbah gas

b) Limbah Gas

Udara bebas

Saring dengan HEPA

filter 2 lapis

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012

Page 94: Digital_20358998 PR Annisa Rahma Hendarsula Fatmawati

86

Lampiran 14. Alur sistematis dalam menjawab pertanyaan informasi obat

Keterangan :

Alur pertanyaan

Alur jawaban

1 2

3 3.3 3.2

3.1

Pertanyaan

Tindak lanjut Respon

Pencarian literatur

yang sistematis

Informasi latar

belakang Klasifikasi

Laporan praktek..., Annisa Rahma Hendarsula, FMIPA UI, 2012


Top Related