Download - Case Gnaps

Transcript

PRESENTASI KASUS

GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA

STREPTOKOKUS

STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 11 September 2013

Identitas

- Nama penderita : An. NA

- Jenis kelamin : Perempuan

- Umur : 1 tahun 7 bulan

- Nama Ayah : Tn. AY

- Umur : 33 tahun

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Pendidikan : SLTP

- Nama Ibu : Ny. I

- Umur : 30 tahun

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Pendidikan : SLTP

- Hub. dg orangtua : Anak kandung

- Agama : Islam

- Suku : Jawa

- Alamat : Jati Rahayu

Riwayat Penyakit

Keluhan utama : Air kencing berwana merah sejak 2 minggu SMRS

Keluhan tambahan : Rewel, lemas, tidak mau makan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kencing berwana merah sejak 2 Minggu SMRS. Warna

kencing merah seperti darah. Jumlah kencing sedikit 2-3 x sehari, ±1/4 gelas per kali.

Saat buang air kecil tidak disertai rasa sakit atau panas.

1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien demam yang tidak terlalu tinggi, disertai

batuk, pilek dan kencing yang gelap dan berwarna seperti teh. Nyeri kepala dan nyeri

pada waktu menelan. Oleh keluarga, pasien dibawa berobat ke pengobatan. Setelah 4

hari, demam, kencing yang gelap seperti teh hilang dan kembali jernih, sakit kepala

dan nyeri menelan hilang.

1 minggu sebelum masuk rumah sakit, kedua kaki pasien membengkak dan muka

pasien sembab pada pagi hari setelah bangun tidur, yang sangat jelas terlihat pada

kelopak matanya. Keluhan muka sembab berkurang pada siang hari. Tetapi tidak

berkurang pada kedua kaki. Buang air besar pasien biasa.

Keluhan sesak, perut membesar, nyeri pinggang dan riwayat minum obat – obatan

dalam jangka waktu yang lama disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

DBD - Kejang - Darah -

Thypoid - Maag - Bronkhopneumonia -

Otitis - Varicela - Tuberkulosis -

Parotis - Operasi - Morbili -

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang menderita sakit yang sama seperti pasien

1

Tidak ada riwayat alergi pada keluarga

Riwayat Kehamilan

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan

Perawatan antenatal Setiap bulan periksa ke

dokter

KELAHIRAN Tempat kelahiran RSUD Bekasi

Penolong persalinan Dokter Obsgyn

Cara persalinan Seksio Cesarea

Masa gestasi 9 bulan

Keadaan bayi

Berat lahir 2850 g

Panjang badan 45 cm

Lingkar kepala tidak ingat

Langsung menangis

Nilai apgar tidak tahu

Tidak ada kelainan

bawaan

Riwayat Makanan

Umur : 0 - 4 bulan : ASI.

4 - 6 bulan : ASI + susu formula

6 – 12 bulan : ASI + susu formula + bubur susu

1 tahun : Susu formula + Nasi Tim

Riwayat Imunisasi

B C G : 1 x, umur 1 bulan

Polio : 4 x, umur 0, 2, 4, 6

D P T : 3 x, umur 2, 4, 6

Campak : 1x umur 9 bulan

Hepatitis : 3 x, umur 0, 1, 6 bulan

Kesan : Imunisasi Lengkap

2

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ayah penderita berumur

37 tahun, pendidikan terakhir SMA dengan pekerjaan wiraswasta. Ibu penderita

berumur 34 tahun, pendidikan SMA dengan pekerjaan wiraswasta.

II. PEMERIKSAAN FISIK, 11 Desember 2010

Status Present

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- Nadi : 100 x/menit (reguler)

- Respirasi : 25 x/menit (teratur)

- Suhu : 36,4 º C (aksilla)

- Tekanan darah : 130/90 mmHg

- BB : 8,6 kg

- Status gizi : Baik

Status Generalis

Kelainan mukosa kulit /subkutan yang menyeluruh

- Eritema makulopapular : (-)

- Pucat : (-)

- Sianosis : (-)

- Ikterus : (-)

Ayah/33th/SMA/wiraswasta

Ibu/30th/SMA/wiraswata

Pasien : 1 tahun

3

- Perdarahan : (-)

- Oedem tungkai : (-)

- Turgor : Cukup

- Lemak bawah kulit : Cukup

- Pembesaran kelenjar getah bening generalisata : (-)

KEPALA

- Bentuk : Bulat, simetris

- Rambut : Hitam, tebal, tidak mudah dicabut

- Mata : Kelopak mata oedem -/-, konjungtiva anemis, sklera

anikterik, kornea jernih

- Telinga : Normotia, simetris, liang sempit, serumen minimal, pus (-/-)

- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung

(-), sekret (-)

- Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-)

tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)

LEHER

- Bentuk : Simetris

- Trakhea : Di tengah

- KGB : Tidak membesar

- JVP : Tidak meningkat

THORAKS

- Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-),

retraksi substernal (-), spider naevi (-)

PARU

ANTERIOR POSTERIOR

KIRI KANAN KIRI KANAN

4

Inspeksi Pergerakan

pernafasan simetris

Pergerakan

pernafasan

simetris

Pergerakan

pernafasan

simetris

Pergerakan

pernafasan

simetris

Palpasi Fremitus taktil =

kanan

Fremitus taktil =

kiri

Fremitus taktil =

kanan

Fremitus taktil =

kiri

Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler

Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

vesikuler

Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

Vesikuler

Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

vesikuler

Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

JANTUNG

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra

- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra

Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra

Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), Gallop (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : Datar, simetris, venektasis (-)

- Palpasi : Turgor kulit cukup, hepar dan lien tidak teraba.

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

- Auskultasi : Bising usus normal.

GENITALIA EXTERNA

- Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan

EKSTREMITAS

- Superior : Oedem (-/-), Sianosis (-), ikterik (-)

- Inferior : Oedem (-/-), Sianosis (-), ikterik (-)

III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS, 11 Desember 2010

Pemeriksaan Tungkai Lengan

5

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - -

Refeleks

fisiologis + normal + normal + normal + normal

Refleks patologis - - - -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG, 11 Desember 2010

1. Hematologi

- Hb : 12,9 gr% ( 12 - 16 gr%)

- Hematokrit : 37,8 (37-47)

- Leukosit : 12.200/mm3 ( 4.500 - 10.700/mm3 )

- Trombosit : 317.000

- Diff. count : 0/0/0/41/49/9

- LED : 12,2 mm/ jam ( 0-10 mm/jam)

- Eritrosit : 4,97

- MCV : 76,1

- MCH : 26

- MCHC : 34,1

- Hemostasis

- PT / APTT : 12,9 /42,5

2. Urine Lengkap

- Warna : Kuning

- Kejernihan : Keruh

- PH : 5,5 (5-8)

- BJ : 1025

- Albumin : +2 (negatif)

- Protein : 75 mg/dl (<30 mg/ dl)

6

- Darah Samar : +3 (negatif/ <10 ery/ul)

- Leukosit esterase : 10-15 (10/ LPB)

- Bilirubin, urobilinogen : -/ 0,2

- Glukosa, keton : -

Sedimen urin : Leukosit : 5-10 leu/ul (negatif/ 10 leu/ul)

Eritrosit : 20 - 40/ LPB (5/ LPB)

Epitel : (+)gepeng

3. Imunologi dan Serologi

ASTO : Positif (negatif)

4. Kimia Darah

Total Protein : 6,8 g/ dl (6,0 - 8,5 gr/dl)

Albumin : 4,06 g/ dl (3,5 – 5,0 gr/dl)

Globulin : 2,74 g/dl (2,3 – 3,5 gr/dl)

Ureum : 27 mg/dl (10 – 40 gr/dl)

Creatinine : 0,43 mg/dl (0,7 – 1,3 mg/dl)

Cholesterol Total : 108 mg/dl (150 – 220 mg/dl)

V. Diagnosis Kerja

Glomerulonefritis akut

VI. Diagnosa Banding

Sindrom Nefrotik

VII. Penatalaksanaan

1. IVFD D5% tetes 15/ menit (makro)

2. Bed rest

3. Diet rendah garam (1 gr/hari), rendah protein (20 gr/hari)

4. Pengawasan intake cairan dan output cairan (pembatasan cairan)

5. Medikamentosa

Injeksi Benzathine Penicilin 50.000 U/kgBB i.m. 8,6 kg x 50.000

Unit = 430.000 Unit

7

Kalau Alergi pakai Eritromisin 40 mg/kgBB/hari per oral selama 10

hari . 8,6 kg x 40 mg = 344 mg

VII. Pemeriksaan Anjuran

Titer ASTO

UL, DL

Kimia Darah

Kadar kolesterol

VII. Prognosa

- Quo ad Vitam : Dubia ad bonam

- Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

- Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

Pembahasan

Diagnosis glomerulonefritis akut-pasca streptokokus didasarkan pada:

Anamnesis: Batuk Pilek à port d’entry kuman Streptococcus.

Keluhan bengkak di kelopak mata dan kedua kaki. Tekanan darah

tinggi saat diperiksa di puskesmas 130/90. Warna BAK merah dan

agak gelap seperti teh. Riwayat edema palpebra ,edema tungkai.

Pemeriksaan fisik: didapatkan tekanan darah tinggi, oliguria.

Pemeriksaan Penunjang Urinalisis: terdapat proteinuria, leukosituria,

dan hematuria.

Tanda-tanda komplikasi seperti sesak napas, penurunan kesadaran tidak ada.

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah

Darah perifer lengkap untuk mengetahui adanya anemia pada pasien

Ureum dan kreatinin untuk menentukan fungsi ginjal

Kolesterol untuk menyingkirkan diagnosis banding sindrom nefrotik

Albumin

Urine lengkap

Riwayat kehamilan, dan persalinan baik. Perawatan antenatal baik. Riwayat

pertumbuhan dan perkembangan baik. Imunisasi dasar lengkap. Riwayat

makanan cukup baik.

8

Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD : 130/90 mm Hg, juga ditemukan dari

hasil analisa laboratorium didapat : LED, Leukosit & Cholesterol yang

meningkat, titer ASTO yang reaktif, Albumin +, Darah samar pada urine +3,

Warna urine kemerahan. Dari hasil hasil diatas setidaknya kita mempunyai

kelainan yang kemungkinan dapat memberikan gambaran klinis dan

laboratoris seperti pada pasien ini yaitu sindroma nefrotik dan GNA. Dapat

kita lihat penyebab dari GNA pada pasien ini adalah infeksi Streptococcus

yang pada awalnya faringitis akut. Pasien ini pada hari pertama rawat diterapi

sebagai pasien dengan GNA dan mendapat terapi antibiotik, diuretik, diet

protein dan garam, dan pengobatan simptomatis. Pada hari berikutnya ternyata

pasien menunjukkan adanya perbaikan yang cukup berarti seperti tekanan

darah yang turun secara perlahan sampai normal, urine yang perlahan menjadi

kuning kembali, diikuti dengan berkurangnya gejala edema dan gejala lainnya

yang tidak akan kita jumpai pada pasien dengan Sindroma nefrotik primer

yang hanya akan membaik gejalanya apabila mendapat regimen pengobatan

dengan kortikosteroid.

9

GLOMERULONEFRITIS AKUT

Glomerulonefritis akut adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri

atau virus tertentu. Yang sering terjadi adalah akibat infeksi kuman Streptococcus β-

haemolyticus grup A yang nefritogenik. Merupakan penyebab tersering gross

hematuria pada anak.

Etiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3-7 tahun dan lebih sering mengenai

anak pria dibandingkan anak wanita. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra

renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman Streptococcus

β-haemolyticus grup A tipe 12, 4, 16, 25, dan 49.

Hubungan antara GNA dengan infeksi Streptococcus ini dikemukakan pertama kali

oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :

1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina

2. Diisolasinya kuman Streptococcus βhaemolyticus grup A

3. Meningkatnya titer anti Streptolisin pada serum penderita

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat pada masa laten selama lebih

kurang 10 hari. Dari tipe tersebut di atas, tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogenik

dari pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogenik dari pada yang

lain, tidaklah diketahui.

10

Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum, dan faktor alergi mempengaruhi

terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat

disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), penyakit amiloid, trombosis

vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematous.

Patogenesis

Hasil penyelidikan klinis-imunologis dan percobaan pada binatang menunjukan

adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik

mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terbentuknya kompleks antigen antibody yang melekat pada membrana

basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.

2. Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh

menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.

3. Streptococcus nefritogen dan membrana basalis glomerulus mempunyai

komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung

merusak membrana basalis ginjal.

Manifestasi klinis

Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak

jarang pasien datang dengan gejala berat. Kerusakan pada ginjal sangat beragam dari

hematuria mikroskopik yang asimptomatik dengan fungsi ginjal yang normal hingga

gagal ginjal akut. Tergantung dari besarnya kerusakan ginjal, derajat edema,

hipertensi dan oliguria pun berbeda.

Gejala yang sering ditemukan ialah hematuria / kencing berwarna merah daging.

Kadangkala disertai edema ringan yang terbatas disekitar mata atau diseluruh tubuh.

Edema merupakan akibat dari retensi air dan garam. Gejala nonspesifik seperti

malaise, letargi, nyeri abdomen dan demam adalah sering. Fase akut biasanya hilang

11

dalam 2 bulan setelah onset tetapi kelainan urin dapat menetap hingga lebih dari 1

tahun.

Pasien kadang-kadang datang dengan gejala gagal jantung kongestif atau sembab

paru. Hipertensi sering dijumpai bahkan terlihat ensefalopati hipertensif yang

ditunjukan dengan adanya gejala sakit kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan

kejang. Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari I, kemudian

pada akhir minggu I menjadi normal kembali. Bila terdapat kerusakan ginjal maka

tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanent bila

keadaan penyakitnya menjadi kronis. Hipertensi ini timbul karena vasospasme atau

iskemia ginjal dan berhubungan dengan gejala serebrum dan kelainan jantung.

Oliguria serta anuria tidak jarang dikeluhkan. Umumnya edema berat bila terdapat

oliguria dan gagal jantung. Suhu badan tidak terlalu tinggi tetapi dapat tinggi sekali

pada hari pertama. Kadang gejala panas tetap ada walaupun tidak ada gejala infeksi

lain yang mendahuluinya. Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,

konstipasi dan diare tidak jarang menyertai penderita GNA.

Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang mengakibatkan

tekanan filtrasi menjadi berkurang dan karena hal ini kecepatan filtrassi golemerulus

pun menjadi kurang. Filtrasi air, garam, ureum, dan zat-zat lainnya berkurang dan

sebagai akibatnya kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus

relative kurang terganggu. Ion natrium dan air diresorpsi kembali sehingga diuresis

berkurang (oligura dan anuria) dan ekskresi natrium berkurang, ureum diresorpsi

kembali lebih dari biasa. Akhirnya terjadi insufisiensi ginjal akut dengan uremia,

hiperfosfatemia, hidremia dan asidosis metabolik.

Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi

garam dan air). Pada pemeriksaan urin didapatkan jumlah urin mengurang, berat jenis

meninggi. Hematuria makrokopis ditemukan pada 50% penderita. Ditemukan pula

albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit dan hialin.

12

Albumin serum sedikit menurun. Demikian juga komplemen serum (globulin beta-

IC). Ureum dan kreatinin darah meningkat. Titer anti Streptolisin umumnya

meningkat kecuali kalau infeksi Streptococcus yang mendahuluinya hanya mengenai

kulit saja. Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita.

Dasar Diagnosis

Penderita umumnya berumur lebih dari 4 tahun dan penyakit timbul biasanya 10-14

hari setelah infeksi Streptococcus β-haemolyticus grup A diluar ginjal (saluran nafas

bagian atas, kulit, telinga, dll) yang kemudian diikuti dengan terjadinya gejala nefritis

akut yang terdiri atas kelainan kemih (oliguria, hematuria, proteinuria, silinderuria,

granuler / eritrosit / leukosit, leukosituria), edema, hipertensi, sakit kepala, kelainan

biokimiawi darah karena gangguan faal ginjal (meningkatnya kadar ureum dan

kreatinin) dan kelainan parameter imunologik (meningkatnya ASTO, menurunnya

komplemen C3 dan kadang-kadang C2 dan C4) serta kelainan hematologik (anemia,

kadang trombositopenia).

Diagnosis

Pada urinalisa terdapat sel darah merah, juga silinder eritrosit dan proteinuria, leukosit

PMN. Anemia normokrom ringan dapat timbul berkaitan dengan hemodilusi dan

hemolisis derajat rendah.

Konfirmasi diagnosis dibutuhkan untuk bukti adanya infeksi streptococcus. Kultur

specimen tenggorok yang positif dapat mendukung diagnosis atau bahkan menbuktikan

adanya karier. Harus diperiksa peningkatan kadar antibodi terhadap Streptococcus

antigen (ASTO).

TABLE 517–3. Summary of Primary Renal Diseases That Present As Acute Glomerulonephritis

Penyakit

Poststreptococcal

Glomerulonephritis (PSGN)

IgA Nephropathy

Membrano proliferative GlomeruloNephritis

Idiopathic Rapidly Progressive Glomerulo

nephritis (RPGN)

13

Gejala klinis

Umur & sex Semua umur, rata2 7 th, 2:1 ♂

15–35 th, 2:1 ♂

15–30 th, 6:1 ♂ Rata2 58 th, 2:1 ♂

Sindrom nefritik akut

90% 50% 90% 90%

Hematuria asimptomatik

Kadang 50% Jarang Jarang

Sindrom nefrotik

10–20% Jarang Jarang 10–20%

Hipertensi 70% 30–50% Jarang 25%

Gagal ginjal akut

50% (transient) Sangat jarang 50% 60%

Lain Masa laten 1–3 mgg

Mengikuti sindrom viral

Pulmonary hemorrhage; anemia def.besi

Tidak ada

Laboratorium ASO titer (70%)

Serum IgA (50%)

anti-GBM antibodi (+)

ANCA (+)

streptozyme (+) (95%)

IgA di kapiler dermis

C3–C9 Normal C1, C4

Immunogenetik HLA-B12, D “EN” (9)

HLA-Bw 35, DR4 (4)

HLA-DR2 (16) Tidak ada

Renal pathology

Mikroskop cahaya

Proliferasi difus Proliferasi fokal

Fokal difus proliferasi dengan crescents

Crescentic GN

Immunofluoresensi

Granular IgG, C3 Diffuse mesangial IgA

Linear IgG, C3 Deposit imun (-)

Mikroskop elektron

Subepithelial humps

Mesangial deposits

Tak ada deposit Tak ada deposit

Prognosis 95% sembuh spontan

Progresif lambat 25–50%

75% stabil atau membaik jika diterapi dini

75% stabil atau membaik jika diterapi dini

5% RPGN atau progresif lambat

Treatment Suportif Tidak ada Plasma exchange, steroid, cyclophosphamide

Steroid pulse therapy

 *Relative risk. ANCA = antineutrophil cytoplasm antibody; GBM = glomerular basement membrane; GN = glomerulonephritis; Ig = immunoglobulin.

14

 Modified from Couser WG. Glomerular disorders. In: Wyngaarden JB, Smith LH, Bennett JC (eds): Cecil Textbook of Medicine, Vol 1, 19th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1992, p 552.

Komplikasi

Komplikasi berkaitan dengan gagal ginjal akut, termasuk kelebihan cairan, gagal

jantung, hipertensi, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis, kejang dan

uremia.

1. Oliguria dan anuria dapat berlangsung 2-3 hari akibat berkurangnya filtrasi

glomerulus. Meskipun oliguria dan anuria yang lama jarang terdapat pada

anak, namun bila hal ini terjadi maka dialysis peritoneum kadang diperlukan.

2. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi

diakibatkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispnoe, ortopneu, terdapatnya ronkhi basah,

pembesaran jantung, dan meningginya tekanan darah yang bukan saja karena

hipertensi juga karena volume plasma yang bertambah.

4. Anemia karena hipervolemia selain sintesis eritropoetik yang menurun.

Pengobatan

Tidak ada terapi spesifik untuk glomerulonefritis akut post streptococcus.

1. Bed Rest selama 3-4 minggu.

Aktivitas harus dikurangi terutama pada fase akut dimana komplikasi gagal ginjal

akut dapat timbul.

2. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik sistemik selama 10 hari dengan benzathine penisilin 50.000

Unit/kgBB atau Eritromisin 40 mg/kgBB/hari bila alergi penicilin, dianjurkan

untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik, tidak ada bukti yang

menunjukan pemberian antibiotik dapat mempengaruhi beratnya glomerulonefritis.

3. Dietetik

15

Pada fase akut, diberi makanan rendah protein (1 gr/kgBB/hari) dan rendah garam (

1 gr/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan

makanan biasa pada suhu normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan

IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi, pemberian

cairan disesuaikan dengan kebutuhan sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal

jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus

dibatasi.

Pemberian cairan dikurangi, obat antihipertensi (diuretik, ACE inhibitor)

diindikasikan untuk mengobati hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi dari

hipertensi. Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau anti hipertensi.2,3 Bila hipertensi

ringan (tekanan darah sistolik 130 mmHg dan diastolik 90 mmHg) umumnya

diobservasi tanpa diberi terapi.5,12 Hipertensi sedang (tekanan darah sistolik > 140 –

150 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati dengan pemberian hidralazin oral atau

intramuskular (IM), nifedipin oral atau sublingual.1,2 Dalam prakteknya lebih baik

merawat inap pasien hipertensi 1-2 hari daripada memberi anti hipertensi yang lama.

Pada hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,30 mg/kbBB intravena, dapat

diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,10 mg/kgBB (1-3 mg/m2) iv, atau natrium

nitroprussid 1-8 m/kgBB/menit. Pada krisis hipertensi (sistolik >180 mmHg atau

diastolik > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgBB iv secara cepat bersama

furosemid 2 mg/kgBB iv. Plihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang

setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBb dan dapat diulang

setiap 6 jam bila diperlukan.2,5,12

4. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari

dalam darah dengan beberapa cara misalnya dengan dialysis peritoneum,

hemodialisis, bilas lambung dan usus.

5. Diuretikum dapat diberikan untuk mengatasi retensi cairan dan hipertensi

dengan pemberian furosemid (Lasix) 1 mg/kgBB/hari.

6. Bila timbul gagal jantung maka diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.

Prognosis

16

Sembuh total pada lebih dari 95% anak dengan glomerulonefritis post streptococcal

akut. Kadang, fase akut dapat sangat berat dan mengarah ke hialinisasi glomerulus dan

insufisiensi ginjal kronik. Mortalitas pada fase akut dapat dihindari dengan penanganan

yang tepat pada gagal ginjal akut atau gagal jantung dan hipertensi. Kambuh sangat

jarang terjadi.

Diuresis akan menjadi normal kembali dalam 7-10 hari setelah awal penyakit dengan

menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali.

Fungsi ginjal membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4

minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam 6-8 minggu. Kelainan sediment

urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada sebagian

besar penderita.

Prognosis baik dipengaruhi oleh faktor makin muda umur penderita, beratnya

gangguan faal ginjal dan penyulitnya.

Pencegahan

Terapi antibiotik sistemik awal pada infeksi streptokokus pada sistem pernafasan

dan kulit tidak mengurangi resiko terjadinya glomerulonefritis.

Tekanan darah menurut umur

UMUR SISTOLIK DIASTOLIK

NEONATUS

6 bln – 1 thn

1 thn

2 thn

3 thn

4 thn

5 – 6 thn

6 – 7 thn

80

89

95

99

100

99

94

100

46

60

66

64

67

65

55

56

17

7 – 8 thn

8 – 9 thn

9 – 10 thn

10 – 11 thn

11 – 12 thn

12 – 13 thn

13 – 14 thn

101

105

107

111

113

115

118

56

57

57

58

59

59

60

18

D A F T A R P U S T A K A

1. Ilmu Kesehatan Anak. Dalam Kapita selekta Kedokteran edisi ketiga; Jakarta :

Media Aesculapius, 2000, hal.525-539.

2. Acute Glomeruonephritis. In Nelson Textbook of Pediatrics 16th edition Part

XXII section 2 chapter 519

3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Glomerulonefritis akut. Dalam

Buku Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 835-839

4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku

Ajar ilmu Kesehatan anak FKUI. Jakarta; Infomedika Jakarta, 1985.

5. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2, Jakarta, 2002

4. Staf Pengajar IKA UI, Standar Pelayanan Medis IDAI, Jakarta, 2004

5. Altas H.,Tambuan T., Trihono Partini P. Nefrologi Anak, balai penerbit FKUI,

1993

6. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics, 15th

Edition.Philadhelphia, Pennsylvania, 1996.

7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam.Jakarta; Balai Penerbit FKUI, 2001.

8. Kher K, Makker S, Clinical Pediatric Nephrology. Health Proffesion Division.

Mc.Graw-Hill, INC.New York, 1992.

19

20


Top Related