62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Monyet ekor panjang (M. fascicularis) di hutan tropis kering Pulau Rinca
memiliki ukuran kelompok 50 individu/kelompok yang termasuk cukup
besar untuk habitat yang sangat terbatas. Komposisi kelompok monyet
ekor panjang terdiri atas kelas umur adult male sebanyak 12 individu,
adult female sebanyak 16 individu, juvenile sebanyak 15 individu, dan
infant sebanyak 7 individu. Sebaran umur monyet ekor panjang berbentuk
piramida terbalik dengan jumlah infant cukup kecil karena pengaruh
ketersediaan pakan dan predasi oleh Biawak Komodo (Varanus
comodoensis). Tidak terbukti adanya infanticide pada penelitian ini.
2. Indeks diversitas Shannon-Wiener untuk jenis pakan vegetatif sebesar
2,12 dan indeks diversitas Shannon-Wiener untuk jenis pakan total
sebesar 2,23. Kedua indeks diversitas tersebut menunjukkan
keanekaragaman jenis pakan di hutan tropis kering Pulau Rinca masih
jauh lebih kecil dibandingkan dengan di hutan hujan tropis Kalimantan
Timur (IDvegetatif = 3,19; IDtotal = 3,42).
63
3. Budget waktu perilaku makan terbesar hingga terkecil secara berturut-
turut adalah sebagai berikut: adult female (32,58%), adult male (26,27%),
dan juvenile (20,14%); sedangkan budget waktu perilaku makan rerata
ketiga kelas umur adalah 26,33%. Secara horizontal ketiga kelas umur
banyak memanfaatkan bagian terluar tajuk (Posisi C) untuk perilaku
makan, sedangkan secara vertikal ketiga kelas umur banyak
memanfaatkan lantai hutan (Posisi 1) untuk perilaku makan.
5.2. Saran
Monyet ekor panjang (M. fascicularis) memiliki peran penting secara ekologi
sebagai penyebar biji dan menghubungkan rantai makanan. Populasi monyet ekor
panjang di ekosistem hutan tropis kering masih memerlukan banyak perhatian
bagi pengelola kawasan karena habitatnya yang serba terbatas. Hilangnya monyet
sebagai salah satu komponen ekosistem akan memberikan dampak ekologis
jangka panjang yang tentu tidak diharapkan semua pihak. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan secara bijak oleh pengelola Taman Nasional
Komodo, khususnya untuk tujuan monitoring populasi dan pengelolaan habitat.
Monyet ekor panjang juga telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia
biomedis dan psikologi. Namun sayangnya, data mengenai ekologi dan biologi
monyet ekor panjang sampai saat ini masih kurang, khususnya pada daerah kering
seperti di bagian Indonesia timur. Penelitian yang telah dilakukan masih terdapat
beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, disarankan pada
penelitian selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan yang belum dapat
64
dijelaskan pada penelitian ini. Beberapa hal yang perlu menjadi catatan untuk
penelitian selanjutnya ialah masih dibutuhkan analisis nutrisi sumber pakan
sebagai pendekatan untuk menjelaskan strategi mencari makan yang dilakukan
monyet ekor panjang. Studi jangka panjang masih diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan fluktuasi pola perilaku monyet pada habitat dengan perbedaan
musim yang cukup ekstrim. Pembagian posisi dalam pemanfaatan ruang oleh
monyet juga perlu dijabarkan lebih rinci untuk menghindari bias pada saat
pengamatan. Pada akhirnya, penelitian ini telah membuka peluang bagi dunia
penelitian untuk memahami sosioekologi monyet yang belum banyak tergali.
Pemahaman mengenai pengetahuan tentang monyet tentu akan sangat bergantung
pada temuan-temuan dan penelitian lebih lanjut.