BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Kepemimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Seseorang dapat dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau
bawahan. Sedangkan kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan
secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dalam mewujudkan tujuan
organisasi.Di bawah ini diuraikan pengertian kepemimpinan sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Winardi (2000:47) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan merupakan
suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin yang
tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-
faktor ekstern”.Dharma (2004:136) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi kegiatanseseorang atau sekolompok orang untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.Kepemimpinan adalah bakat dan atau
sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh
atas pihak lain, dengan latihan dan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh
tersebut akan bertambah dan berkembang.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik
dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu (dikutip dalam:
http://www.google.co.id/gwt/m?q=kepemimpinan).Menurut Kartono (2005:49),
bahwa “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.
Menurut Winardi (2000:56) “Leadership is the relationship in which one
person, or the leader, influences others to work together willingly on related task
to attain that which the leader desires”,(kepemimpinan adalah hubungan yang
ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain
untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan).
Menurut Handoko (2001:294), bahwa “kepemimpinan merupakan
kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran”.Menurut Fuad (2003: 98) bahwa
“kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan dan sasaran”.Dari beberapa
definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
atau sekolompok orang untuk dapat melaksanakan segala pekerjaan sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.2 Gaya Dalam Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang dimaksud disini adalahkecenderungan seseorang
pemimpin dalam interaksinya dengan bawahan, yang agak khas dan konsisten
sifatnya.Sikap tersebut adalah sebuah ketrampilan yang perlu dilakukan oleh
pimpinan baik muncul dalam diri sendiri maupun karena melihat metode
pemimpin pada lembaga-lembaga lain dalam rangka untuk melaksanakan
tugasdalam pencapaian tujuan.Menurut Kartini (1994: 37) bahwa gaya
kepemimpinan terdiri dari dua, yaitu:
1. Employee Centred/Job Centered
Gaya kepemimpinan ini adalah suatu gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada karyawan/berorientasi pada tugas. Gaya kepemimpinan ini cenderung
mengembangkan minat kerja serta memberikan sanksi, serta berusaha
memberikan latihan kepada karyawan agar bisa menjalankan tugas mereka
dengan baik.
2. Consideration/Initiating Structure
Gaya kepemimpinan ini adalah gaya kepemimpinan yang penuh
pertimbangan/gaya kepemimpinan yang terikat struktur. Gaya kepemimpinan
cenderung mengabaikan minat kerja para karyawan, sering memberikan
sanksi, serta banyak mencampuri pekerjaan bawahan.
Sementara itu ada beberapa tipegaya kepemimpinan yang dibahas menurut
Kartini (1994: 18) sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan autokratis
Gaya kepemimpinan autokratis memiliki wewenang (authority), dari suatu
sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan
untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum.Penggunaan authority
ini sebagai pegangan atau hanya sebagai alat/metode agar sesuatunya dapat
dijalankan.
2. Gaya kepemimpinan birokratis
Gaya kepemimpinan birokratis ini hampir sama dengan autokratis, yaitu
dengan sistem transparansi dengan karyawan (bawahan) apa dan bagaimana
sesuatu itu dijalankan atau dilaksanakan. Namun dasar dari perintahnya itu
hampir sepenuhnya menyangkut kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan
aturan-aturan oranisasinya.
3. Gaya kepemimpinan diplomatis
Gaya kepemimpinan ini adalah wewenang atau kekuasaan yang jelas tetapi
kurang suka mempergunakan kekuasaannya itu, pada prakteknya ia lebih
suka memotivasi bawahannya secara persuasif. Artinya bahwa alat utamanya
untuk menggerakkan orang lain adalah melalui persuasif dan motivasi akan
terpaksa memakai gaya autokratis walaupun sebenarnya ingin dihindari.
4. Gaya kepemimpinan partisipatif
Gaya ini (participative leader) selalu mengajak, secara terbuka, para anggota
atau bawahannya untuk berpartisipasi atau ambil bagian, baik secara luas
ataupun dalam batas-batas tertentu, dalam pengambilan keputusan,
perumusan kebijakan, dan metode-metode operasionalnya.
5. Gaya free rein leader
Gaya kepemimpinan ini adalah gaya seorang pemimpin yang memberikan
kebebasan pada bawahan, bertindak tanpa pengarahan ataupun kontrol lebih
lanjut, kecuali bila mereka sendiri memintanya.
Menurut Thoha (2003: 25) mengemukakan bahwa secararelatifada tiga
macam gaya kepemimpinan yaitu otokratis (autocratic/authoritarian), demokratis
(democratic) atau partisipatif (participative) dan bebas (laissez faire).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka gaya kepemimpinan tersebut
merupakan bentuk tingkat ketrampilan bagi setiap pemimpin dalam menjalankan
roda organisasi dengan harapan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam
sebuah lembaga atau instansi tersebut. Namun pada dasarnya, untuk lebih
kompletnya dan bisa terterima oleh bawahan, seorang pemimpin harus mampu
mengkolaborasikan gaya tersebut untuk diterapkan dalam organisasi yang
dipimpinnya.
2.1.3 Tipe-tipe Kepemimpinan
Ada beberapa tipe-tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh Buchari
(2003:134) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan sebagai berikut:
1) Tipe kharismatik
Merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan diikuti oleh
para pengikutnya. Pimpinan ini mempunyai kekuatan gaib, manusia super,
berani dan sebagainya.
2) Tipe laissez faire
Tipe ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri, semua pekerjaan
dan tanggung jawab.
3) Tipe demokratis
Tipe ini berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada
pengikutnya.Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab dan kerja
samaantara karyawan.Kekuatan organisasi tipe ini pada partisipasi aktif dari
para karyawan.
4) Tipe populistis
Yaitu mampu menjadi pemimpin rakyat.Dia berpegang pada nilai-nilai
masyarakat.
5) Tipe administrasi
Yaitu pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi
secara efektif.Dengan kepemimpinan administratif diharapkan muncul
perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan sosial.
6) Tipe peternalistis
Yaitu bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau seorang ibu
yang penuh kasih sayang.Pemimpin tipe ini kurang memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk berinisiatif dalam mengambil keputusan.
7) Tipe otokratis
Yakni berdasarkan kekuatan dan paksaan yang mutlak harus
dipatuhi.Pemimpin berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi raja.Setiap
perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut.
8) Tipe militeristis
Banyak menggunakan sistem perintah, sistem komandodari atasan ke
bawahan, sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu
patuh, penuh secara formalitas.
Tipe kepemimpinan yang dikemukakan merupakan karakter dari pimpinan
dalam menjalankan kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus dapat
menilai dan menganalisis apa yang dibutuhkan oleh para karyawan sehingga
ia dapat mengkombinasikan tipe-tipe kepemimpinan dalam pelaksanaan
kepemimpinannya dalam mencapai totalitas kepemimpinan.
2.1.4 Sifat-sifat Kepemimpinan
Adapun sepuluh sifat kepemimpinan dikemukakan oleh Buchari (2003:132)
yang dimilki oleh seorang pemimpin yaitu sebagai berikut:
1. Energi jasmani dan mental(phisical and nervous energy)
Seorang pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa
seperti tidak akan pernah habis. Demikian juga semangat, motivasi kerja,
disiplin, kesabaran, daya tahan bathin, kemauan yang luar biasa untuk
mengatasi semua masalah yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah (asence of purpose and direction)
Ia memiliki keyakinan teguh akan kesabaran dan kegunaan dalam mencapai
tujuan yang terarah.
3. Antusiasme (semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)
Dia yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan
sukses dan membangkitkan semangat optimisme dan bekerja.
4. Keramahan dan kecintaan (friendlines and affection)
Sifat ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga
menimbulkan kasih saying, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan
berkorban untuk mencapai kesuksesan perusahaan.
5. Integritas (keutuhan, kejujuran, dan ketulusan hati)
Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib dan
sepenanggungan dengan para karyawannya.
6. Penguasaan teknis (teknical mastery)
Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus
menguasai sesuatu pengetahuan atau ketrampilan teknis.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan
Dia harus memilki kecerdasan dalam mengambil keputusan sehingga dia
mampu meyakini bawahan, dan mendukung kebijakan yang telah diambil
dalam pelaksanaanya.
8. Kecerdasan (intelligence)
Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab akibat dari
suatu gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan
cara yang efektif.
9. Ketrampilan mengajar (teaching skill)
Seorang pemimpin atau wirausaha adalah seorang guru yang mampu
mendidik, mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu
yang menguntungkan perusahaan.
10. Kepercayaan (faith)
Jika seorang pemimpin disenangi oleh bawahan maka akan muncul
kepercayaan dari bawahan terhadap pemimpin. Kepercayaan bawahan ini
akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua perintah,
disiplin dalam bekerja untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
Dengan demikian maka jelas pemimpin mempunyai kelebihan-kelebihan
baik pribadi maupun kemampuan sosial yang mencerminkan nilai-nilai
positif.Sehingga orang yang berpredikat sebagai pemimpin adalah orang-orang
yang memenuhi syarat-syarat atau sifat-sifat kepemimpinan yang dapat
dikategorikan pada aspek kelebihan fisik, kelebihan rohani, dan kelebihan resiko.
2.1.5 Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai
dengan fungsinya. Menurut Rivai (2003:96) fungsi kepemimpinan dapat
dibedakan menjadi lima, yaitu:
1) Fungsi instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah.Pemimpin sebagai
pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-
orang yang dipimpin.
2) Fungsi konsultasi
Fungsi ini berlangsung bersifat komunikasi dua arah meskipun
pelaksanaannya sangat bergantung pada pihak pemimpin.
3) Fungsi partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga
berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin
dengan sesama orang yang dipimpin.
4) Fungsi delegasi
Fungsi ini dijelaskan dengan memberikanpelimpahan wewenang membuat
atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan.
5) Fungsi pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat berkomunikasi satu arah, meskipun tidak
mustahil untuk dilakukan dengan cara berkomunikasi dua arah.
2.1.6 Ciri-ciri kepemimpinan
Menurut Sukanto dan Handoko (2001:286) ada empat ciri utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi atau
perusahaan yaitu:
1) Kecerdasan (intellegence)
Ketelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dari pada pengikutnya, tetapi
tidak sangat berbeda.
2) Kecerdasan sosial dan lingkungan yang luas (social maturity and breath)
Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang,
serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan perhatian luas.
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Pemimpin secara kreatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang
tinggi, sacara relatifmereka bekerja keras untuk dinilai intrinsik dari pada
ekstrinsik.
4) Sikap-sikap hubungan manusiawi
Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat
pengikut-pengikutnya.
Dari permasalahan yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya dan
dihubungkan dengan tipe, fungsi, sifat dan cirri-ciri kepemimpinan maka dapat
dikatakan bahwa sifat-sifat kepemimpinan yang baik dapat dipelajari dan
diterapkan oleh seorang pemimpin, tetapi bakat dan sifat kepemimpinan yang ada
dalam dirinya amat membantu (bersifat kondusif) terhadap kepemimpinannya.
2.2 Motivasi Kerja
2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu tindakan atau perilaku terhadap suatu pekerjaan
dengan tujuan ingin mendapatkan hasil kerja yang memuaskan.Motivasi terbentuk
atau timbul dari seorang pegawai didalam menggerakkan seluruh tenaga dan
pikiran untuk mencapai tujuan oranisasi.Menurut Mangkunegara (2007:61) bahwa
“motivasi terbentuk dari sikap atau (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi
kerja diperusahaan (situation).Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan.Sikap pro dan positif terhadap situasi kerja.
Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-
istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan
(drive).Orang yang satu berbeda dengan lainnya, selain terletak pada
kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada kekuatan dari motivasi itu
sendiri.Sinungan (2005:135) mengemukakan motivasi dapat diartikan sebagai
bahan integral dari hubungan industrial dalam rangka proses pembinaan,
pengembangan, dan pengarahan SDM dalam suatu perusahaan.Hal ini diperjelas
oleh Winardi (2001:3) bahwa motivasi merupakan sebuah determinan penting
bagi kinerja individual. Jelas kiranya, bahwa ia bukan satu-satunya determinan
karena masih ada variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya seperti:
- Upaya (kerja) yang dikerahkan
- Kemampuan orang yang bersangkutan
- Pengalaman (kerja) sebelumnya
Motivasi kerja yang dimiliki seorang pekerja berbeda-beda dan juga
berubah-ubah.Ada pekerja yang selalu terlihat bekerja karena menginginkan
kenaikan gaji, atau promosi jabatan. Hal ini dijelaskan oleh Dharma (1997:45)
bahwa motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya
termotivasi atau terdorong untuk berperilaku dalam cara yang dirasakan mengarah
kepada perolehan ganjaran.
Dalam (http://www.anneahira.com/motivasi/motivasi-kerja.htm) motivasi
kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang bergerak untuk
melakukan tindakan yang produktif, baik yang berorientasi kerja untuk
menghasilkan maupun tidak.Motivasi kerja dapat memberi energi yang
menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan tinggi dan luhur,
serta meningkatkan kegairahan bersama. Masing-masing pihak bekerja menurut
aturan atau ukuran yang ditetapkan dengan saling menghormati, saling
membutuhkan, saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing dalam
keseluruhan proses kerja operasional.
2.2.2 Prinsip-prinsip Dalam Motivasi
Mangkunegara (2007:61-62) mengemukakan beberapa prinsip dalam
memotivasi kerja pegawai, yaitu:
1) Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
3) Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih
dimotivasi kerjanya.
4) Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan termotivasi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5) Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai
bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh
pemimpin.
2.2.3 Elemen Penggerak Motivasi
Motivasi seseorang akan ditentukan oleh stimulusnya. Stimulus yang
dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi seseorang sehingga
menimbulkan pengaruh perilaku orang yang bersangkutan. Motivasi seseorang
menurut Sagir (1985:97) biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Kinerja (achievement)
Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan
(needs) dapat mendorong mencapai sasaran.
2) Penghargaan (recognition)
Penghargaan, pengakuan (Recognition) atas suatu kinerja yang telah dicapai
oleh seseorang merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja
akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan
dalam bentuk materi atau hadiah.
3) Tantangan (challenge)
Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus kuat bagi manusia
untuk mengatasinya.Sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat
dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus, bahkan cenderung menjadi
kegiatan rutin.
4) Tanggung jawab
Adanya rasa ikut memiliki (Sense Of Belonging) atau rumoso handarbeni
akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa tanggung jawab.
5) Pengembangan (development)
Pengembangan kemampuan seseorang, baik dalam pengalaman kerja atau
kesempatan untuk maju dapat menjadikan stimulus kuat bagi karyawan untuk
bekerja lebih giat atau lebih bergairah.
6) Keterlibatan
Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan
atau dengan bentuk kotak saran dari karyawan, yang dijadikan masukan untuk
manajemen perusahaan merupakan stimulus yang cukup kuat bagi karyawan.
7) Kesempatan
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari
tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan stimulus untuk
berprestasi atau bekerja produktif.
2.2.4 Faktor-faktor Motivasi Kerja
Menurut Mangkunegara (2007:74) ada tiga aspek utama yang
mempengaruhi motivasi kerja pegawai yaitu:
1) Perbedaan karekteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap dan nilai.
2) Perbedaan karakteristik pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan
untuk setiap pekerjaan yang menuntut penempatan pekerjaan sesuai dengan
bidang keahliannya.
3) Perbedaan karakteristik organisasi (lingkungan kerja) yang meliputi peraturan
kerja, iklim kerja, dan budaya kerja yang disepakati.
2.2.5 Teknik Memotivasi Kerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2007:76-77) ada beberapa teknik motivasi kerja
karyawan, antara lain:
a) Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai
b) Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari
perilaku kerja, kita tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa
memperhatikan apa yang dibutuhkan.
c) Teknik komunikasi persuasif
Teknik persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini
dirumuskan dalam “AIDDAS”.
A = Attention (Perhatian)
I =Interst (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Aksi/Tindakan)
S = Saticfaction (Kepuasan)
Dalam penggunaannya, pertama kali pemimpin harus memberikan perhatian
kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat
pegawai terhadap pelaksanaan kerja.Jika telah timbul minatnya, maka tindakan
kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian,
pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil
kerjanya.
2.3 Ketrampilan Pemimpin dan Motivasi Kerja
Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang
berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-
pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dan mengidentifikasikan
perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan
efektifitas personalia dalam organisasi. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan
kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam mewujudkan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Ketrampilan-ketrampilan yang pada umumnya dibutuhkan untuk seorang
pemimpin yang efektif menurut Handoko (2000:35-37) adalah: 1) ketrampilan
konseptual (conceptual skills), yaitu kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan
organisasi, 2) ketrampilan kemanusiaan (human skills), yaitu kemampuan untuk
bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu
ataupun kelompok, 3) ketrampilan administrasi (administrative skills), yaitu
seluruh ketrampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan pegawai dan pengawasan, dan 4) ketrampilan teknik (technical
skills), yaitu kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-
prosedur atau teknikal-teknikal dari suatu bidang tertentu. Sebagai pemimpin yang
membawahi pegawainya dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya yang
efektif harus mampu menerapkan fungsi-fungsi pokok manajemen dan memiliki
ketrampilan-ketrampilan manajerial tersebut.Oleh karena itu, seorang pemimpin
haruslah mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun
ketrampilan tekhnis (technical skill).Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis
pemimpin dalam organisasi maka ketrampilan lebih menonjol dibandingkan
dengan ketrampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas
bersifat konseptual. Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang
pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan
berpikir secara konsepsional strategis dan makro.Hal ini juga dikatakan oleh
Siagian (2004:156) bahwa kemampuan seorang pemimpin tidak lagi diukur
dengan menggunakan kriteria kemampuan operasional, melainkan dari
kemampuan dan ketrampilannya menggerakkan orang lain sedemikian rupa
sehingga orang lain yaitu bawahan menunjukkan prestasi kerja yang optimal,
bahkan kalau mungkin yang maksimal.
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan
atau pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.Terry
(2004:306) menyatakan pendapatnya bahwa keyakinan dalam feasilinilitas
prestasi dan mencapai prestasi menimbulkan motivasi, jadi bukanlah sebaliknya
yaitu bahwa motivasi menyebabkan timbulnya motivasi.Menurut Winardi
(2000:449) faktor-faktor yang memotivasikan orang banyak adalah faktor yang
berkaitan dengan kerja itu sendiri berlainan dengan lingkungan kerja. Menurut
Winardi bahwa faktor motivasional meliputi: prestasi, pengakuan/penghargaan,
lingkungan kerja, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan pribadi.
2.4 Penelitian Terdahulu
Maisardana (2006:56-57) melakukan penelitian dengan judul meneliti
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Bank
Sumut Cabang Stabat. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak
disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratis (X1) dan gaya
otoriter (X2) berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank
Sumut Cabang Stabat, variabel gaya kepemimpinan Laissez Faire (X3) tidak
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang
Stabat. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel gaya
kepemimpinan otoriter (X2) merupakan paling dominan. Hal itu dapat dilihat dari
nilai thitung pada variabel X2 lebih besar dari nilai thitung X1 dan X3.
Iis Yasiroh (2010:54) melakukan penelitian dengan judul meneliti pengaruh
gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Hasil penelitian menunjukkan secara
serempak disimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka
memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang
secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y)
Pengaruh motivasi terhadap kinaerja kantor pelayanan pajak pratama
karawang, berdasarkan hasil analisis maka memberikan informasi bahwa besarnya
pengaruh motivasi (X2) yang langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y)
Indah Sugiarti (2010:61-62) melakukan penelitian dengan judul meneliti
pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan pada PT. Future
Computer. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak disimpulkan bahwa
berdasarkan analisa gaya kepemimpinan manager PT. Future computer adalah
gaya “Partisipatif” setelah dilakukan perhitungan atas jawaban dari kusioner
sebanyak 30 responden didapat persamaan regresi Y= 13,21 + 0,81X yang artinya
semakin baik gaya kepemimpinan (X) maka akan semakin besar motivasi kerja
karyawan (Y)
No Peneliti Tahun Kesimpulan
1
Maisardana
2006
melakukan penelitian dengan judul
meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
motivasi kerja karyawan pada PT. Bank Sumut
Cabang Stabat. Hasil penelitian menunjukkan
secara serempak disimpulkan bahwa variabel
gaya kepemimpinan demokratis (X1) dan gaya
otoriter (X2) berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang
Stabat, variabel gaya kepemimpinan Laissez
Faire (X3) tidak berpengaruh signifikan
terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut
Cabang Stabat. Secara parsial diantara variabel
bebas yang diteliti ternyata variabel gaya
kepemimpinan otoriter (X2) merupakan paling
dominan. Hal itu dapat dilihat dari nilai thitung
pada variabel X2 lebih besar dari nilai thitung
X1 dan X3.
2
3
Iis Yasiroh
Indah Sugiarti
2010 melakukan penelitian dengan judul
meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan secara
serempak disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
perhitungan analisis jalur maka memberikan
informasi bahwa besarnya pengaruh gaya
kepemimpinan (X1) yang secara langsung
mempengaruhi kinerja karyawan (Y). Pengaruh
motivasi terhadap kinaerja kantor pelayanan
pajak pratama karawang, berdasarkan hasil
analisis maka memberikan informasi bahwa
besarnya pengaruh motivasi (X2) yang langsung
mempengaruhi kinerja karyawan (Y)
Melakukan penelitian dengan judul
meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan
motivasi kerja karyawan pada PT. Future
Computer. Hasil penelitian menunjukkan secara
serempak disimpulkan bahwa berdasarkan
analisa gaya kepemimpinan manager PT. Future
computer adalah gaya “Partisipatif” setelah
dilakukan perhitungan atas jawaban dari
kusioner sebanyak 30 responden didapat
persamaan regresi Y= 13,21 + 0,81X yang
artinya semakin baik gaya kepemimpinan (X)
maka akan semakin besar motivasi kerja
karyawan (Y)
Berdasarkan hasil yang diteliti oleh penulis sebelumnya maka penulis
sependapat dengan hasil penelitian oleh Iis Yasiroh (2006) yang melakukan
penelitian dengan judul meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang
Selatan. Dengan hasil penelitian menunjukkan secara serempak disimpulkan
bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi
bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang secara langsung
mempengaruhi kinerja karyawan (Y). Dengan demikain sangat singkron dengan
apa yang diteliti dalam penelitian ini yaknihasil analisa korelasi menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel gaya
kepemimpinan dengan variabel motivasi kerja karyawan pada UD. InterGorontalo
yang ditunjukan oleh nilai koefisien
2.5 Kerangka Berpikir
Sugiono (2004:65), mengatakan bahwa “kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berpengaruh dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.Ketrampilan-ketrampilan
yang pada umumnya dibutuhkan untuk seorang pemimpin yang efektif menurut
Handoko (2000:35-37) adalah: 1) ketrampilan konseptual (conceptual skills), 2)
ketrampilan kemanusiaan (human skills), 3) ketrampilan administrasi
(administrative skills), dan 4) ketrampilan teknik (technicalskills).Apabila seorang
pemimpin mempunyai ketrampilan-ketrampilan seperti diatas maka para pegawai
akan termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam instansi tersebut.
Motivasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan agar dapat
melaksanakan tugas yang ada sebaik mungkin.
Menurut Siagian (2004:156) bahwa “kemampuan seorang pemimpin tidak
lagi diukur dengan menggunakan kriteria kemampuan operasional, melainkan dari
kemampuan dan ketrampilannya menggerakkan orang lain sedemikian rupa
sehingga orang lain yaitu bawahan menunjukkan prestasi kerja yang optimal,
bahkan kalau mungkin yang maksimal”.Menurut Winardi (2000:449) bahwa
faktor motivasional meliputi: prestasi, pengakuan/penghargaan, lingkungan kerja,
tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan pribadi. Menurut Wahjosumidjo
(1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga
pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan,
kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan konseptual antara teori
dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting. Maka
dalam kaitannya dengan hal tersebut peneliti membatasi masalah yang diteliti
yakni pengaruhgaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
2.6 Pengajuan Hipotesis
Menurut Sugiono (2011:159) “hipotesis adalah sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, yang dibuat untuk menjelaskan penelitian
itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya”.Hipotesis
yang diuji dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat pengaruhgaya kepemimpinan
terhadap motivasi kerja karyawan pada UD. Inter Gorontalo.
Gaya Kepemimpinan (X):
Employee Centred/Job
centered
Consideration/Initiating
Structure
(Kartini, 1994: 37)
Motivasi Kerja (Y):
Kinerja (achievement)
Penghargaan (recognition)
Tantangan (challenge)
Tanggung Jawab
Pengembangan (development)
Keterlibatan
Kesempatan
(Sagir,1985:97)