Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Logam Berat Kromium (Cr)

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang

Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+

) diperlukan dalam jumlah

kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat

menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium

deficiency). Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles

menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai

pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen kendaraan, seperti

knalpot pada sepeda motor. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan

baja tahan karat.

Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai

bijih terutama kromit (Fe(CrO2)2). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan

bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi

tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material

biologis krom selalu berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah

satu material organik pengoksidasi yang tinggi. Kromium valensi tiga memiliki sifat

racun yang lebih rendah dibanding valensi enam, namun perubahan iklim

meskipun kecil krom valensi tiga ada kemungkinan akan membentuk krom valensi

enam yang toksik (Suhendrayatna, 2001).

Senyawa Cr(III) dan Cr(VI) sering dipakai untuk bahan pelapis logam lain agar

lebih tahan korosi dan kelihatan lebih baik. Selain itu senyawa Cr(III) dan Cr(VI) juga

dipakai sebagai bahan pembuatan cat, pewarna tekstil dan lain-lain. Dalam zat warna

tekstil jenis Grey Lanaset G mengandung krom (III) sebesar 2,5 % sebagai senyawa

kompleks organologam (Blanques et al. 2004). Krom (VI) lebih mudah diserap oleh

tubuh dibandingkan dengan Cr(III). Namun, setelah di dalam tubuh Cr(VI) segera

mengalami reduksi menjadi Cr(III) (ATSDR, 2000).

Kehadiran logam krom dalam perairan perlu mendapat perhatian dan

penanganan khusus karena mempunyai tingkat toksisitas yang sangat tinggi.

Krom, baik Cr (III) maupun Cr (IV) dapat masuk ke dalam jaringan tubuh

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

2

manusia, tanaman serta hewan dan dapat menyebabkan kanker pada kulit dan alat

pernafasan. Garam kromit dan kromat dapat mengakibatkan iritasi pada jaringan

luar tubuh manusia. Kadar kromium tertinggi yang boleh terdapat dalam suatu

perairan adalah 0,6 ppm sehingga limbah yang dibuang ke dalam perairan harus

mempunyai kadar kromium di bawah 0,6 ppm (Potter et. al., 1994; Sajidan, 2006).

Kromium diperlukan bagi tubuh manusia karena dalam bentuk kromat akan

terikat pada sel darah merah, tetapi akan bersifat racun bila berlebihan (Majid,

2004; Sajidan, 2006).

2. Penjerapan (Adsorbsi)

Penjerapan adalah proses akumulasi di permukaan antara dua fase yang

terjadi secara fisika dan kimia, atau proses terserapnya molekul-molekul pada

permukaan eksternal atau internal suatu padatan. Akumulasi yang terjadi dapat

berlangsung padaproses cair-cair, cair-padat dan padat-padat. Penjerapan biasanya

terjadi pada dinding-dinding pori atau pada tapak tertentu pada partikel (Warren et

al., 1999; Mahentiran, 2002). Proses penjerapan terjadi karena adanya gaya tarik-

menarik dari permukaan penjerap (adsorben) dan energi kinetik molekul terjerap

(adsorbat).

Gambar 2. Tahap-tahap Jerapan (Connor, et al., 2013)

Proses jerapan berlangsung dalam tiga tahap: tahap 1, pergerakan molekul-

molekul terjerap menuju permukaan penjerap; tahap 2, penyebaran molekul-molekul

terjerap ke dalam rongga-rongga penjerap dan tahap 3, penarikan molekul-molekul

terjerap oleh permukaan aktif membentuk ikatan yang berlangsung sangat cepat

(Gambar 2) (Meriatna, 2008 dan Connors et al., 2013). Efektifitas jerapan sangat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

3

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi awal larutan, luas

permukaan penjerap, temperatur, ukuran partikel, pH dan waktu kontak.

Mekanisme jerapan dapat dibedakan menjadi jerapan kimia (kemisorpsi) dan

jerapan fisika (fisisorpsi)

a. Jerapan kimia (kemisorpsi)

Jerapan kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia.

Pada jerapan kimia hanya satu lapisan gaya yang terjadi. Besarnya energi jerapan

kimia ± 100 kJ/mol. Jerapan jenis ini menyebabkan terbentuknya ikatan kimia

sehingga diikuti dengan reaksi kimia, maka jerapan jenis ini akan menghasilkan

produksi reaksi berupa senyawa yang baru. Ikatan kimia yang terjadi pada kemisorpsi

sangat kuat mengikat molekul gas atau cairan dengan permukaan padatan sehingga

sangat sulit untuk dilepaskan kembali (irreversibel). Dengan demikian dapat

diartikan bahwa pelepasan kembali molekul yang terikat dipenjerap pada

kemisorpsi sangat kecil (Alberty, 1997 dalam Sistha, 2014).

b. Jerapan fisika (fisisorpsi)

Jerapan fisika terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Pada jenis jerapan fisika

ini, terjadi beberapa lapisan gas. Besarnya energi jerapan fisika ± 10 kJ/mol. Molekul-

molekul yang dijerapan secara fisika tidak terikat kuat pada permukaan, dan

biasanya terjadi proses balik cepat (reversibel), sehingga mudah untuk diganti dengan

molekul yang lain. Jerapan fisika didasarkan pada gaya Van Der Waals, dan dapat

terjadi pada permukaan yang polar dan non polar. Jerapan juga mungkin terjadi

dengan mekanisme pertukaran ion. Permukaan padatan dapat mengjerapan ion-ion dari

larutan dengan mekanisme pertukaran ion. Oleh karena itu, ion pada gugus senyawa

permukaan padatan penjerapnya dapat bertukar tempat dengan ionion terjerap.

Mekanisme pertukaran ini merupakan penggabungan dari mekanisme kemisorpsi dan

fisisorpsi, karena jerapan jenis ini akan mengikat ion-ion yang dijerap dengan

ikatan secara kimia, tetapi ikatan ini mudah dilepaskan kembali untuk dapat terjadi

pertukaran ion (Atkins, 1990 dalam Sistha, 2014).

Isoterm jerapan menunjukkan hubungan kesetimbangan antara konsentrasi ion

terjerap dalam fluida dan pada permukaan penjerap, pada suhu tetap.

Kesetimbangan terjadi saat laju pengikatan penjerap terhadap ion terjerap sama

dengan laju pelepasannya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

4

a. Isoterm Langmuir

Model isoterm Langmuir diterapkan dengan asumsi bahwa seluruh permukaan

penjerap mempunyai afinitas yang relatif sama atau perbedaannya tidak signifikan

terhadap logam. Proses jerapan berlangsung secara kemisorpsi satu lapisan. Pada

setiap situs aktif hanya ada satu molekul yang dapat dijerap, sehingga sekali molekul

terjerap menempati tempat tidak ada lagi penjerapan yang terjadi pada tempat

tersebut. Persamaan jerapan isoterm Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑥

𝑚=

𝑘1.𝐶

1 + 𝑘2.𝐶

Keterangan :

C : konsentrasi ion terjerap pada keadaan setimbang (mg/L)

x : jumlah bahan terjerap (mg/L)

k1, k2 : konstanta empiris

m : masa penjerap (g)

b. Isoterm Freundlich

Isoterm Freundlich terjadi secara fisisorpsi pada lebih dari satu lapisan

tunggal dengan permukaan homogen sehingga ikatan di masing-masing tempat

pelekatan berbeda. Persamaan isoterm Freundlich didasarkan atas terbentuknya

lapisan tunggal molekul-molekul terjerap pada permukaan penjerap. Namun, tapak-

tapak aktif pada permukaan penjerap bersifat heterogen. Isoterm Freundlich

diterapkan pada proses jerapan zat terlarut ke permukaan padatan. Persamaan

Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑥

𝑚= 𝑘.𝐶

1𝑛

Keterangan :

x : jumlah bahan terjerap (mg/l)

m : massa penjerap (g)

C : konsentrasi kesetimbangan terjerap pada keadaan setimbang (mg/l)

k dan n : konstanta empiris

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

5

Apabila dilogaritmakan, persamaan di atas menjadi :

Log(x/m) = log k + (log C)/n

Kurva persamaan garis lurus Langmuir dan Freundlich diperoleh dengan

memplotkan C vs C/(x/m) dan log C vs log (x/m) (Tan, 1982; Atkin, 1999; Okeola and

Odebunmi, 2010).

3. Abu Sekam

Abu hasil pembakaran sekam padi, yang pada hakikatnya hanyalah limbah, ternyata

merupakan sumber silika/karbon yang cukup tinggi. Pirolisis lebih lanjut dari hasil

pembakaran sekam padi menunjukkan bahwa kandungan SiO2 mencapai 80 - 90%.

Yang juga menarik, 15 %-berat abu akan diperoleh dari total berat sekam padi yang

dibakar. Pemanfaatan abu sekam padi, dengan demikian, layak untuk dipikirkan

(Wanadri, A., 1999).

Salah satu upaya pemanfaatan abu sekam padi yang telah banyak dicoba adalah

mereaksikannya dengan larutan NaOH untuk menghasilkan natrium silikat yang luas

penggunaannya dalam industri, seperti sebagai bahan filler dalam pembuatan sabun dan

detergen, bahan perekat (adhesive), dan jeli silika (silica gel) (Kirk and Orthmer, 1969

dalam Wanadri, A., 1999).

Pengabuan sekam padi pada temperature 300 0C, 400

0C dan 500

0C selama 2 jam

akan menghasilkan abu sekam dengan kandungan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Abu Sekam pada Temperatur yang Bervariasi

Sifat Temperatur

300 0C 400

0C 500

0C

Warna Hitam Abu-Abu Putih

Total Volumen Pori (mL/g) 0,042 0,182 0,155

Luas Permukaan (m2/g) 20,26 50,14 40,93

Diameter Pori (nm) 4,20 14,49 15,16

Kandungan Karbon (%) 38,0 1,88 0,20

Kandungan SiO2 32,02 79,27 81,04

Sumber : Nakbanpote et al., 2000

Sifat abu sekam padi sebagai absorben ditentukan oleh kandungan kimia abu sekam

padi. Nakbanpote et al., melaporkan bahwa abu sekam padi pada pembakaran 300 0C

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

6

memiliki kemampuan mengadsorpsi ion kompleks Au-Thioure. Abu sekam padi dari

hasil pembakaran pada suhu 300 0C mengandung gugus fungsi silanol, gugus hidroksil

(-OH) dan gugus fungsi oksigen dari hidrokarbon. Kandungan gugus fungsi tersebut

yang menyebabkan abu sekam padi memiliki sifat sebagai adsorben. Topallar dan

Bayrak dalam Danarto dan Samun (2008) mengadakan penelitian tentang adsorpsi asam

stearat, palmitik dan miristik dengan menggunakan abu sekam padi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa abu sekam padi merupakan adsorben yang cukup baik bagi ketiga

senyawa tersebut. Tang, et al., dalam Danarto dan Samun (2008) meneliti penggunaan

sekam padi yang dimodifikasi dengan etilen diamin sebagai adsorben logam Cr (VI)

dan Cu (II) dengan menunjukan hasil yang signifikan

4. Lempung

Lempung merupakan mineral sekunder dan termasuk aluminium filosilikat

terhidrasi dengan ukuran butiran partikel lebih kecil dari 2 µm (Wogo, et al., 2013 dan

Grim, 1953). Lempung bersifat plastis bila dihaluskan dan dibasahi, keras dan kaku bila

kering dan vitrous bila di bakar pada suhu tinggi (Bhattacharyya and Gupta, 2008 dan

Sulastri 2007). Karakteristik lempung adalah lengket dan mudah dibentuk saat lembab,

tetapi keras dan kohesif saat kering (Nagendrappa, 2002). Tanah lempung mempunyai

kemampuan menjerap ion dari suatu larutan dan melepaskan ion tersebut bila

kondisinya berubah. Molekul air sangat tertarik pada permukaan mineral lempung, oleh

karena itu ketika sedikit lempung ditambahkan ke dalam air maka akan terbentuk slurry

karena lempung mendistribusikan dirinya sendiri ke dalam air (Kucukselek, 2007).

Tabel 2. Komposisi Kimia dalam Lempung

Senyawa Jumlah

Silika (SiO2) 61,43

Alumina (Al2O3) 18,99

Besi oksida (Fe2O3) 1,22

Kalsium oksida (CaO) 0,84

Magnesium oksida (MgO) 0,91

Sulfur trioksida (SO3) 0,01

Potasium Oksida (K2O) 3,21

Sodium oksida (Na2O) 0,15

H2O hilang pada suhu 1050C 0,6

H2O hilang pada pembakaran diata 1050C 12,65

Sumber : Qodari, 2010

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

7

Mineral lempung tersusun atas dua unit struktur utama, (Schulze,2005) yaitu :

a. Silika tetrahedral, yang terdiri empat ion O2-

mengelilingi satu atom silicon

membentuk lempeng silika (silica sheet). Ruang diantara keempat ion O2-

tetrahedron disebut situs tetrahedral dan kation yang terdapat pada situs tetrahedral

diikat secara koordinasi oleh keempat ion O2-

.

b. Aluminum oktahedral, yang terdiri enam ion O2-

yang mengelilingi sebuah

atom aluminium membentuk lempeng gipsit (Al(OH)6) atau lempeng brucit

(Mg2(OH)6) (brucite sheet) bila atom Al digantikan oleh Mg. Ruang diantara

keenam ion O2-

tetrahedron disebut situs oktahedral dan kation yang terdapat pada

situs octahedral diikat secara koordinasi oleh keenam ion O2-

.

Situs tetrahedral dan oktahedral mempunyai perbedaan dalam hal ukuran

ruang pada situsnya. Ruangan yang dapat ditempati oleh kation pada situs tetrahedral

lebih kecil dibanding dengan ruangan pada situs oktahedral. Kation dengan ukuran

yang lebih kecil cenderung terikat pada situs tetrahedral, sedangkan kation yang lebih

besar cenderung terikat pada situs oktahedral. Kation lain dengan ukuran diantara

keduanya dapat terikat pada situs lainnya.

Tabel 3. Jenis Kation yang Cenderung Terikat pada Situs Mineral Lempung

Tipe Situs Kation

Tetrahedral Si4+

Tetrahedral atau Oktahedral Al3+

, Fe3+

Oktahedral Mg2+

, Ti4+

, Fe2+

, Mn2+

Situs antarmuka Na+, Ca

2+, K

+

Sumber : Tan, 1982

Mineral lempung mempunyai peran penting dalam tanah sebagai perangkap alami

polutan-polutan yang mengalir bersama air di permukaan atau di dalam tanah melalui

peristiwa jerapan atau pertukaran ion (Muhdarina, et al., 2010). Efektifitas

penjerapan lempung terhadap polutan (logam berat) dapat ditingkatkan dengan

cara diaktivasi. Pemberian perlakuan pada bahan penjerap dapat berpengaruh terhadap

karakter bahan tersebut (Sulastri dan Kristianingrum, 2007). Sehingga dengan

penambahan aktivator diharapkan sifat adsorptif bahan dapat meningkat. Lihin, et

al., (2012) melakukan perbandingan antara lempung alam yang diaktivasi kimia

(NaOH 1 M) dengan lempung alam tanpa aktivasi kimia terhadap penjerapan logam

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

8

timbal (Pb) pada suhu 300C. Kapasitas jerapan keduanya tidak berbeda banyak, yaitu

95,23% dan 95,73%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lempung alam dapat

langsung digunakan sebagai penjerap logam berat tanpa melalui proses aktivasi

terlebih dahulu. Sementara itu, Igbokwe et al., (2011) mengkaji pengaruh berbagai

parameter aktivasi tanah lempung monmorilonit sebagai katalis pada reaksi

esterifikasi. Pengaruh yang dipelajari meliputi metode aktivasi (tanpa katalis,

aktivasi asam, aktivasi basa, aktivasi termal), konsentrasi aktivator (asam asetat 1M,

0,5M, 0,1M), lama aktivasi (0, 2, 4, 6, 8 jam) dan temperatur reaksi konversi esterifikasi

(100, 200, 300). Kondisi optimum aktivasi dicapai dengan aktivator asam pada suhu

2000 C, konsentrasi asam 0,5 M. Pada suhu aktivasi medium, semakin lama waktu

aktivasi memberikan tingkat konversi lebih tinggi dari pada konversi pada suhu

tinggi. Berdasarkan uji ANOVA, konsentrasi asam memberikan pengaruh yang

paling signifikan sedangkan suhu dan lama aktivasi memberikan pengaruh yang

tidak signifikan.

5. Tanah Andisol

Tanah andisol merupakan tanah yang dihasilkan dari aktivitas vukanik gunung

api. Aktivitas gunung api menghasilkan bahan piroklastik yang merupakan sumber

bahan induk tanah vulkanis, yang dalam sistem taksonomi tanah diklasifikasikan

sebagai andisol (Riony, et al., www.academia.edu). Andisol tergolong tanah muda yang

terbentuk dari bahan volkan, seperti abu volkan, tuff dan lahar yang bersifat

andesit hingga basaltik dan biasanya banyak dijumpai di sekitar erupsi muda

gunung api di Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara Timur (Prasetyo, 2005). Tanah

andisol biasanya dijumpai pada ketinggian 0 - 3000 m dpl (Pranoto et al., 2013). Tanah

andisol tersebar di seluruh Indonesia pada daerah-daerah yang terdapat gunung

apinya dengan luas sekitar 5.826.000 ha. Di pulau Jawa, tanah andisol dapat

dijumpai seperti di gunung Lawu, pegunungan Dieng, gunung Merapi, gunung

Merbabu, gunung Papandayan, gunung Arjuna dan gunung Wilis (Munir, 1996,

Pranoto et al., 2013). Andisol mempunyai karakteristik khusus, yaitu warna tanah

lapisan atas gelap sampai hitam karena mengandung bahan organik relatif banyak,

dan sifat andik yang disebabkan oleh kandungan mineral amorf (non-kristalin) dari

alofan, imogolit atau senyawa kompleks humus-Al (Prasetyo, 2005).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

9

Alofan termasuk kelompok alumino silikat alam yang bersifat amorf dengan

patikel utamanya berbentuk bola berongga dengan diameter 3,5 – 5 nm (Iyoda et

al.,2011a). Tipe permukaannya dibentuk oleh –Si-OH, yang disebut permukaan

silanol, dan –Al-OH, yang disebut permukaan aluminol. Biasanya senyawa dengan

permukaan silanol dan aluminol tersebut memiliki luas permukaan yang sangat besar

(Tan, 1982). Alofan dikalisifikasikan sebagai bahan yang bersifat “short range-

ordered” karena memilki struktur yang berulang pada skala molekul dan

komposisinya relatif teratur. Bahan “short range-ordered” umumnya terbentuk

sangat cepat melalui proses kristalisasi, dimana “inti” benih kristal terjadi dengan

mudah dan banyak benih yang dibentuk. Besarnya jumlah benih disebabkan

pembentukan mikrokristal yang memiliki lebar dimensi sekitar 10-1000 Å (Wada,

1989).

Alofan memiliki komposisi kimia Al2Si2O5.nH2O. Rasio Si : Al alofan bervariasi

antara 1 : 1 sampai 2 : 1. Semakin tua alofan maka perbandingan Si : Al lebih dari 2.

Alofan dengan perbandingan Si : Al = 1 : 1 disebut alofan kaya Si, sedangkan alofan

dengan perbandingan 2 : 1 disebut alofan kaya Al. Alofan kaya Al paling sering

ditemukan pada andisol sedangkan alofan kaya Si jarang ditemukan (Parfit, 2009).

Munir (1996) memberikan gambaran tentang ciri-ciri alofan, yaitu:

a. Kandungan bahan piroklastik (bahan vulkanik) tinggi (lebih dari 80%).

b. Kandungan bahan organik lebih dari 1% dengan sedikit Al yang dapat ditukar.

c. Kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 150 meq/100 g pada pH 8,2.

d. Luas permukaan besar dan mempunyai kemampuan menahan air.

e. pH pengukuran 1 gram tanah dengan 50 cc NaF 1N selama 2 menit menunjukkan

besaran lebih dari 9,4.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

10

Gambar 3 Struktur Alofan (Iyoda et al, 2011b)

Tanah-tanah yang banyak mengandung alofan dicirikan oleh nilai kerapatan

lindak (berat volume) yang rendah dan plastisitas yang tinggi, meskipun tanah tersebut

bersifat tak lekat sewaktu basah. Kapasitas menangkap air meningkat dengan adanya

alofan.

Peningkatan kapasitas jerapan dapat dilakukan dengan aktivasi kimia dan fisika.

Widjonarko, et al., (2003) melakukan aktivasi kimia pada alofan alam

Tawangmangu dengan aktivator H2SO4 3N dan NaOH 3N, dan pengaruhnya terhadap

luas permukaan dan keasaman alofan dengan melakukan variasi waktu kontak 1 jam, 3

jam dan 5 jam. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa NaOH 3N mampu

meningkatkan luas permukaan spesifik dan keasaman total lebih besar dari H2SO4

3N dengan waktu optimum 5 jam. Heraldy, et al., (2004) melakukan jerapan ion logam

seng (Zn) limbah elektroplating dengan penjerap alofan alam Gunung Lawu,

Tawangmangu. Sulistyarini (2012) juga telah melakukan aktivasi kimia pada alofan

alam dari gunung Arjuna dengan aktivator NaOH dengan variasi konsentrasi 1M,

2M dan 3M serta membandingkan pengaruhnya terhadap luas permukaan alofan

yang diaktivasi dan tanpa aktivasi kimia. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh

kondisi optimum alofan yang diaktivasi NaOH 3M selama 5 jam memiliki luas

permukaan 33,445 m2/gram dengan prosentase penyerapan sebesar 86,901%

sedangkan alofan tanpa aktivasi memiliki luas permukaan 18,229 m2/gram dengan

penyerapan optimum sebesar 30,541% terhadap ion logam Cu.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

11

Pranoto et al., (2013) melakukan identifikasi, karakterisasi dan aktivasi alofan

alam dari berbagai daerah (gunung Papandayan, Arjuna dan Wilis) sebagai

penjerap logam berat krom (Cr), besi (Fe), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb)

dan mangan (Mn). Penelitian dilakukan dengan aktivator NaOH (1N dan 3N) selama 1

jam, 3 jam dan 5 jam dan jerapan dilakukan secara batch dengan variasi waktu kontak

30, 60, 90 dan 120 menit. Kondisi aktivasi dan jerapan optimum untuk penjerapan

logam krom (Cr) dan kadmium (Cd) adalah NaOH 3N selama 3 jam dan waktu kontak

120 menit, logam besi (Fe) dengan aktivator NaOH 3N selama 1 jam dan waktu

kontak 30 menit, logam timbale (Pb) dan mangan (Mn) dengan aktivator NaOH 3N

selama 5 jam dan waktu kontak 90 menit, logam tembaga (Cu) dengan aktivator NaOH

3N selama 5 jam dan waktu kontak 60 menit.

Sistha (2014) melakukan uji efektifitas jerapan tanah lempung dan tanah andisol

terhadap logam tembaga (Cu) menggunakan metode batch dengan memvariasi

komposisi tanah lempung dan tanah andisol, suhu kalsinasi dan waktu kontak serta

jenis isoterm jerapannya. Kondisi jerapan terbaik dalam penelitian ini diperoleh dari

komposisi tanah lempung dan tanah andisol 75:25 pada suhu kalsinasi 100 C̊ dan

waktu kontak 90 menit dengan presentase Cu teradsorp 89,35% dan kapasitas jerapan

0,18648 mg/g. Kajian isoterm jerapan menunjukkan bahwa proses jerapan yang

terjadi mengikuti persamaan Freundlich atau terjadi secara fisika.

Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini akan

dilakukan modifikasi dengan menggunakan tanah andisol Gunung Lawu, Lempung

Bayat dan abu sekam serta campurannya dengan perbandingan tertentu sebagai penjerap

logam berat kromium (Cr). Komposisi campuran dilakukan secara random, sedangkan

variasi suhu aktivasi 100 0C, 150

0C, 200

0C dan waktu kontak 30 menit, 60 menit, 120

menit berdasarkan penelitian Pranoto et al., (2013) dan Sistha (2014).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

12

Gambar 4. Sebaran Andisol di Pulau Jawa

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

13

6. Alternatif Model Penjernihan Air

a. Filter Keramik

Pada beberapa masyarakat tradisional masih menggunakan sumber air minum

dari air sungai, danau, kolam, sumur terbuka dan air hujan yang ditampung

dalam bak penampungan terbuka, yang semuanya sangat rentan terhadap

kontaminan dan organisme penyebab penyakit. Air minum yang

terkontaminasi dapat menyebabkan diare, kolera, disentri, dan berbagai

penyakit lainnya. Kontaminan dapat disebabkan oleh beberapa jenis

organisme patogen, misalnya bakteri (Salmonella, Shigella, Cholera), virus

(Hepatitis A, Hepatitis E, rotavirus) dan protozoa parasit (Cryptosporidium,

Giardia, Toxoplasma) serta Helminths (Hagan et al., 2009).

Berbagai metode dan teknik penjernihan air telah dikembangkan dan

dipasarkan secara luas. Namun, secara umum penjernih air harus memenuhi

beberapa persyaratan. Pertama, penjernih air harus mampu meningkatkan

kesehatan dengan menyaring partikulat dan mikroba berbahaya, seperti

golongan protozoa (Cryptosporidium dan Giardia), bakteri (Vibrio cholerae

dan Salmonella typhi) dan virus (Hepatitis A). Kedua, relatif murah atau dapat

diperoleh semua tingkatan masyarakat. Ketiga, teknologinya haruslah sesuai

dan dapat diaplikasikan disemua wilayah yang kondisi air bakunya memerlukan

peningkatan kualitas. Keempat, tidak menimbulkan kontaminasi lain, seperti

penggunaan bakar bakar yang dapat menyebabkan polusi udara dan

gangguan pernapasan. Salah satu bahan yang memenuhi semua persyaratan

sebagai filter air (water filter) seperti tersebut diatas adalah keramik (Hagan et al.,

2009).

Filter air keramik bekerja berdasarkan porositas bahan-bahannya (lempung)

yang mampu melewatkan molekul air dan menahan partikulat dan mikroba

berbahaya. Li and Lee (2009) meneliti pembuatan membran keramik sebagai

penjernih air. Pori membrane keramik berperan besar dalam pemurnian air

karena sifat-sifatnya, yaitu stabil pada suhu tinggi, kekuatan mekanis tinggi

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

14

dan mudah regenerasinya. Filter keramik dibuat dengan mencampurkan lempung

dengan serbuk gergaji, kulit beras (Henry et al.,2013), daun teh, serbuk kopi, atau

bahan-bahan organik mudah terbakar lainnya. Serbuk kopi memberikan hasil

terbaik berdasarkan Flynn (2005). Setelah dibentuk dengan cara di pres, lalu

bahan filter di bakar pada suhu 7000

C – 9500 C. Ketika campuran lempung dan

material organik dibakar, maka material organik yang terbakar akan

meninggalkan lubang pori kecil berukuran kira-kira 1 µm , yang mampu

menyaring mikroba-mikroba berbahaya. Penyaring lempung sederhana dapat

menghilangkan 97,86% sampai 99,97% E. Coli, yang merupakan indikator

utama pencemaran air. Selain itu, penyaring lempung juga mampu

menghilangkan partikulat dan protozoa (~3 – 30 µm) yang mempunyai ukuran

lebih besar dari bakteri (~0,5 – 3 µm).

Yakub (2012) membuat filter air berbahan keramik dengan ukuran pori

antara 0,05 -1 µm. Ukuran pori ini lebih kecil dari ukuran bakteri dan virus yaitu

~1 – 3 µm. Virus mempunyai ukuran ~20 – 100 nm, lebih kecil dari ukuran pori

keramik sehingga penyaringan air tidak boleh hanya mengandalkan pada

mekanisme oklusi tetapi hendaknya ditambah dengan material yang mempunyai

kemampuan anti-virus. Koloid perak merupakan bahan anti virus. Penambahan

koloid perak dalam filter akan meningkatkan keefektifan penghilangan E. Coli

hingga 100% (Bogdanchikova et al., 1992 dalam Henry et al., 2013). Beberapa

penelitian telah memperlihatkan bahwa perak merupakan senyawa anti-virus

(biocide) yang kuat (Lara et al., 2010 dan Galdiero et al., 2011 dalam Henry et

al., 2013). Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

nyata antara penyaring keramik dengan perak maupun tanpa perak dalam

menghilangkan bakteri dan virus (Brown, 2007 dalam Hagan, 2009). Penelitian

terbaru memberikan harapan, bahwa daun kelor (Moringa) mampu digunakan

sebagai anti mikroba pengganti koloid perak yang sulit diperoleh (Halem, 2006

dan Sapana et al., 2012). Dewi (2011) membuat filter gerabah dari campuran

tanah liat, karbon aktif dan ekstrak daun sirih sebagai desinfektan untuk

menurunkan kandungan E-coli dalam pengolahan air baku skala rumah tangga.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

15

Agmalini, et al., (2013) menggunakan membran keramik berbahan tanah liat

dan abu terbang batubara untuk meningkatkan kualitas air rawa.

Mekanisme penghilangan mikroba dalam air berdasarkan oklusi ukuran

partikel, sedangkan penghilangan pencemar kimia menggunakan proses

jerapan. Jerapan merupakan pengayaan satu atau lebih komponen pada

lapisan antar muka. Proses penjerapan terjadi pada permukaan penjerap,

sedangkan pada absorpsi (penyerapan), molekul absorbate (terjerap) masuk ke

dalam absorben (penyerap). Efektifitas jerapan dari fase cair ditentukan oleh

beberapa hal, misalnya konsentrasi awal penjerap, tipe dan luas permukaan

penjerap, jumlah penjerap (perbandingan cair-padat), pH larutan, kekuatan ion,

waktu kontak, kelarutan terjerap dalam pelarutnya dan suhu. Berdasarkan uraian

diatas, maka penjernih air berbahan keramik memenuhi berbagai persyaratan,

seperti mudah pembuatannya, dapat diterima semua lapisan masyarakat dan

efisiensi yang tinggi. Pada penelitian ini, filter keramik dibuat menggunakan

bahan campuran tanah andisol, lempung bayat dan abu sekam.

b. Pipa Penjernih

Pranoto (2013) telah membuat penyerap logam berat alami yang terbuat dari

tanah lempung (alofan) yang diberi nama Prans Water Filter (PWF), alat

penjernih air ini bisa dibuat dari pipa atau juga dari bambu lalu diberi ijuk,

lempung padat yang sudah dikeringkan seperti genteng, yang jika kena air tidak

akan hancur dan arang batok. Alat ini pernah diuji coba di daerah Pandeglang

Banten dan Sorong Papua.

Pada penelitian ini, pipa penjernih dibuat dengan menggunakan pipa yang

didalamnya terdapat campuran tanah andisol / lempung bayat / abu sekam dan

dimodifikasi dengan penambahan arang batok. Penggunaan arang batok sebagai

alternatif penghilang bau dari air sumur.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

16

7. Asas-Asas Lingkungan

Gambar 5. Hubungan Logis antara 14 Asas Lingkungan (Watt, 1973)

Pada penelitian ini terdapat 3 (tiga) asas yang sesuai dengan 14 asas-asas

lingkungan. Asas-asas tersebut adalah asas 1 bahwa energi tak pernah hilang,

hanya berubah atau sering disebut dengan hukum kekekalan energi. Dalam

penelitian ini proses penjerapan yang dilakukan oleh penjerap terhadap bahan

jerapan tidak dapat dilakukan secara sempurna. Terdapat materi yang tidak

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

17

mampu terjerap oleh penjerap, sehingga masih terdapat sisa materi yang itdak

terjerap (entropi).

Asas selanjutnya adalah asas 3 meliputi Materi, energi, ruang, waktu dan

keanekaragaman semuanya termasuk kategori sumber alam. Andisol merupakan

materi sumber alam. Pengadaan andisol sebagai bahan penjerap masih dapat

di terima oleh alam hingga batas tertentu. Ketika pengadaan bahan penjerap

dilakukan secara besar-besaran maka dapat mempengaruhi keseimbangan alam.

Tanah andisol mengandung mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan

untuk tumbuh dan berkembang. Kekurangan mineral-mineral tersebut dapat

mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan pada akhirnya menghambat

pertumbuhan tanaman.

Asas yang berhubungan dengan penelitian ini berikutnya asas 4 adalah untuk

semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum,

pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu

sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada

pengaruh yang menguntungkan. Asas keempat ini dinamakan asas penjenuhan.

Asas 4 ini sama halnya dengan mekanisme proses jerapan dimana

penambahan waktu kontak mampu meningkatkan kapasitas jerapan hingga

sampai batas maksimum. Ketika sudah terlampaui batas maksimum maka

penambahan waktu kontak tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Bahkan, ada kemungkinan akan menurunkan kapasitas jerapannya karena

terjadinya proses desorpsi.

B. Kerangka Berpikir

Lempung, abu sekam dan alofan merupakan material berpori dengan luas

permukaan spesifik yang besar dan mempunyai kapasitas tukar kation yang

tinggi. Alofan termasuk mineral alumino silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O) dengan

komponen utamanya adalah Si, Al dan H2O. Adanya gugus-gugus aktif berupa

Si-OH, Al-OH dan –OH menyebabkan alofan bermuatan elektronegatif

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

18

sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran kation. Berdasarkan

karakteristik alofan tersebut dapat digunakan sebagai penjerap ion logam berat,

misalnya kromium (Cr).

Beberapa variasi dilakukan untuk memperoleh kapasitas jerapan yang

maksimal. Salah satunya dengan kombinasi abu sekam, lempung dan alofan.

Kombinasi antara abu sekam, lempung dan tanah andisol (gr/gr) dilakukan

untuk memperoleh komposisi terbaik dengan kapasitas jerapan maksimal. Abu

sekam dan tanah andisol diaktivasi secara fisika dengan variasi suhu

kalsinasi. Semakin tinggi suhu kalsinasi maka pori akan terbuka dan luas

permukaannnya semakin meningkat dengan daya serap semakin baik. Variasi

waktu kontak dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu kontak

optimum. Waktu kontak akan berpengaruh dan sangat menentukan dalam proses

jerapan. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan

penempelan molekul terjerap pada permukaan penjerap berlangsung lebih baik.

Mekanisme jerapan ditentukan melalui isoterm jerapan. Penjerap dengan

komposisi dan kondisi terbaik dilakukan jerapan pada serangkaian variasi

konsentrasi ion logam. Konsentrasi ion logam yang terjerap dianalisa dengan

persamaan Langmuir dan Freundlih untuk menentukan jenis isotermnya

jerapannya. Komposisi penjerap dengan kapasitas jerapan tinggi digunakan

sebagai acuan untuk membuat komposisi bahan filter keramik. Proses

penjernihan air dilakukan menggunakan filter keramik berbahan abu sekam,

tanah lempung, dan tanah andisol dengan komposisi tertentu untuk

menghasilkan pengurangan kandungan logam kromium (Cr) yang baik.

Efektivitas filter keramik dibandingkan dengan hasil pengukuran air sebelum

dan sesudah penyaringan dengan filter keramik.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

19

Gambar 6. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut:

1. Komposisi tanah andisol / lempung bayat / abu sekam, suhu aktivasi dan

waktu kontak berpengaruh terhadap kapasitas jerapan ion logam kromium

(Cr) dalam larutan model.

Tanah Andisol

Variasi

Abu Sekam

Penjerap Logam Berat

Krom (Cr)

Kapasitas

Penjerapan

Kondisi Optimum

Suhu Aktivasi Komposisi Waktu Kontak

Efektivitas penyerapan

Kromium (Cr)

Filter Keramik + Pipa

Penjernih

Lempung

Aplikasi pada Air Sumur

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

20

2. Pada kondisi optimum penjerap campuran andisol, lempung bayat dan abu

sekam mampu menjerap ion logam kromium (Cr) dalam larutan model

dengan maksimal.

3. Filter keramik dan pipa penjernih efektif untuk mengurangi kandungan ion

logam kromium (Cr) dalam air.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A130908001_bab2.pdf · pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen ... molekul-molekul

21


Top Related