Download - Bab i Penyakit Hodgkin Dan Non - Hodgkin
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Limfoma merupakan keganasan berkenaan dengan sistem getah bening.
Penyakit hodgkin atau penyakit non-Hodgkin adalah contoh limfoma yang
paling umum. Penyakit Hodgkin berasal dari limfatik dan menyebar ke organ
tubuh yang lain. Hal ini biasanya menyerang paling banyak terhadap kaum
pria antara dekade kedua dan keempat dalam hidupnya. Dengan diagnosa dan
pengobatan dini prognosis baik dengan angka rata-rata kehidupan lima tahun
(Neely, 1989). Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus
Epstein-Barr yang ditemukan pada Limfoma Burkitt. Adanya peningkatan
insidens penderita limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin pada kelompok
penderita AIDS pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang
menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan
tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti
kelenjar limfe dan limpa), dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum
tulang dan jaringan yang lain.
Prevalensi Kejadian pada limfoma non-Hodgkin pada tahun 2000 di
Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.1000 orang
meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat, 5 % kasus LNH baru terjadi pada
pria dan 4% pada wanita per tahunnya. Pada tahun 1997, LNH dilaporkan
sebagai penyebab dari kematian akibat kengker utama pada pria usia20-39
1
tahun. Insiden LNH di Amerika Serikat menurut National Cancer Institute
tahun 1996 adalah 15,5 per 100.000. LNH secara umum lebih sering terjadi
pada pria. Insiden LNH meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak pada kelompok usia 80-84 tahun. Saat ini angka pasien LNH
di Amerika Serikat semakin meningkat dengan pertambahan 5-10%
pertahunnya, menjadikannya urutan kelima tersering dengan angka kejadian
12-15 per 100.000 penduduk. Di perancis penyakit ini merupakan keganasan
ketujuh tersering. Di Indonesia sendiri LNH bersama-sama dengan penyakit
Hodgkin dan leukimia menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini
belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian LNH terus mningkat.
Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH kiranya
memperkuat dugaan adanya hubungan antara LNH dengan infeksi. Sedangkan
prevalensi pada limfoma Hodgkin di Amerika Serikat terdapat 7500 kasus baru
penyakit Hodgkin setiap tahunnya, rasio kekerapan antara laki-laki dan
perempuan adalah 1,3-1,4 berbanding 1. terdapat distribusi umur bimodal,
yaitu pada usia 15-34 tahun dan usia diatas 55 tahun. (Aru
W.Sudoyo,dkk.2007). Menkes menyatakan, berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, kanker terbanyak pada pasien rawat inap
adalah kanker payudara (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), kanker
hati dan saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin (6,77%),
dan Leukemia (5,93%). Leukemia merupakan kanker yang sering terjadi pada
anak.
2
Dari beberapa hal diatas, kelompok kami sangat tertarik untuk
mengangkat Materi tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah
Hodgkin & non-Hodgkin dan diharapkan dengan adanya makalah yang
membahas masalah limfoma Hodgkin dan no-Hodgkin ini dapat memberikan
gambaran dan berbagai informasi yang berkaitan dengan limfoma Hodgkin dan
non-Hodgkin sehingga kita mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan limfoma hodgkin dan non-Hodgkin, mencegah
prognosis yang buruk dan juga dapat mengurangi angka kematian akibat dari
limfoma hodgkin dan non-Hodgkin tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Agar mahasiswa dapat mengetahui :
1) Pengertian dari penyakit Hodgkin?
2) Etiologi dari penyakit Hodgkin?
3) Patofisiologi dari penyakit Hodgkin?
4) Manifestasi dari penyakit Hodgkin?
5) Diagnosis dari penyakit Hodgkin?
6) Penatalaksanaan dari penyakit Hodgkin?
7) Konsep Askep pada Pasien Hodgkin?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Hodgkin.
3
BAB II
KONSEP MEDIS
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang
memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi
dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang engandung
protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke
seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik.
Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini
disebut limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :
o Pembuluh Limfe
o Kelenjar Limfe (nodus limfe)
o Limpa
o Tymus
o Sumsum Tulang
1. Anatomi fisiologi sistem limfatik
a. Pembuluh limfe
Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat
pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dala vili usus.
Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah
dan mengandung sejmlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe
4
untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus
disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak
melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami
tarikan oleh tekanan negatif di dalam dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi
otot.
Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke
dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah,
membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan
limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan
mikroorganisme, menghasilkan zat antiboi untuk melindungi terhadap kelanjutan
infeksi.
b. Kelenjar limfe (nodus limfe)
Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 – 25 mm.
Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya
hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam
cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon
dioksida, dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari usus
banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari
cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler – kapler limfe dan
seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.
Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan
limfosit, membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi
lemak.
5
c. Limpa
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada
fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan
ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan
limpa dan sejumlah besar sel – sel darah.
Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung
kapiler – kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam
limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit
terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa
terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan
eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan
zat antibodi.
Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis
pada vena porta. Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi
terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus
yang berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa
sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.
d. Thymus
Kelenjar timus terletak di dalam torax, kira – kira pada ketinggian bifurkasi
trakea. Warnanya kemerah – merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira – kira 10 gram atau lebih sedikit;
6
ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 – 40 gram dan
kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan
produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.
e. Bone marrow / sumsum tulang
Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea) adalah
jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan
tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang:
sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum kuning.
Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan
dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan
warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua
tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan
pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang
dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya
adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang pipih
seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung,
tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang panjang femur dan
humerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang
panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak,
sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk
meningkatkan produksi sel darah.
7
2. Lokasi-lokasi nodus limfe.
Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin
(langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di
usus halus, apendiks dan limfa.
3. Fisiologi sistem limfatik
Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi
dalam jaringan tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam
cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan
berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang
telah dicerna, terutama lemak.
4. Mekanisme Sirkulasi Limfatik.
Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati
jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung
mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.
Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat
kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan
8
karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat
tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar
dari kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe
yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan
akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa
terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian
cairan jaringan.
B. DEFINISI
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah
bening). Sistem limfatik membawa tipe khusus dari sel darah putih yang
disebut limfosit melalui suatu jaringan dari saluran tubuler (pembuluh getah
bening) ke seluruh jaringan tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya
jaringan ini merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus limfatikus yang
disebut kelenjar getah bening. Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat
bersatu menjadi kelenjar getah bening tunggal atau dapat menyebar di seluruh
tubuh, bahkan hampir di semua organ. Dua tipe utama dari limfoma adalah
Limfoma Hodgkin (yang lebih sering disebut Penyakit Hodgkin) dan
Limfoma Non Hodgkin. Limfoma Burkitt dan mikosis fungoides termasuk ke
dalam jenis Limfoma Non Hodgkin. Limfoma dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu :
1. Penyakit Hodgkin (limfoma Hodgkin)
Limfoma Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah
bening dengan gambaran histologis tertentu yang khas. ( ciri histologis
9
yang dianggap khas adalah adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang
disebut sel Hodgkin dan gambaran seluler getah bening yang khas), Sel
Reed-Sternberg memiliki limfositosis besar yang ganas yang lebih besar
dari satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang diambil
dari jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.
Neoplasma jaringan limfoid ini adalah salah satu bentuk keganasan pada
dewasa muda yang paling sering, dengan usia rata-rata pada saat diagnosis
32 tahun.
Ada empat subtipe jenis penyakit Hodgkin menurut klasifikasi Rye
berdasarkan gambaran histologisnya :
Jenis Gambaran Mikroskopik KejadianPerjalanan
Penyakit
Limfosit
Predominan
Sel Reed-Stenberg sangat
sedikit tapi ada banyak
limfosit
3% dari
kasusLambat
Sklerosis
Noduler
Sejumlah kecil sel Reed-
Stenberg & campuran sel
darah putih lainnya;
daerah jaringan ikat fibrosa
67% dari
kasusSedang
Selularitas Sel Reed-Stenberg dalam 25% dari Agak cepat
10
Campuran
jumlah yang sedang &
campuran sel darah putih
lainnya
kasus
Deplesi
Limfosit
Banyak sel Reed-Stenberg &
sedikit limfosit
jaringan ikat fibrosa yang
berlebihan
5% dari
kasusCepat
C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini bisa virus. Malignansi limfoid umumnya
ditemukan pada pasien yang terkena virus HIV-AIDS. Usia median 50-60
tahun. Pasien serinkali limphadenopathi, hepatomegaly, splenomegaly,
demam,dan keringat malam. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun
beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah virus, seperti virus
Epstein Barr. Penyakit ini tampaknya tidak menular. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada pria. Penyakit Hodgkin bisa muncul pada berbagai usia,
tetapi jarang terjadi sebelum usia 10 tahun. Paling sering ditemukan pada
usia diantara 15-34 tahun dan diatas 60 tahun. Faktor yang lain adalah
defisiensi imun, misalnya pada pasien transplantasi organ dengan
pemberian obat imunosupresif
11
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Penyakit Hodgkin
Manifestasi klinis meliputi limphadenopathy tak sakit di satu sisi leher.
Pada palpasi, node ini teraba ”elastis”. Biasanya node serviks di satu leher
membengkak, atau terjadi pembengkakan node pada axilla atau kunci
paha. Anemia progresif berkembang, leukocyte meningkat, dan level
eosinophil meningkat. Demam yang belum diketahui penyebabnya dengan
suhu badan mencapai 101oF atau pasien biasanya berkeringat di malam
hari.
Gejala dan Tanda
Gejala umum penderita limfoma Hodgkin yaitu :
o Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
o Demam
o Keringat malam
o Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
o Gangguan pencernaan dan nyeri perut
o Hilangnya nafsu makan
o Nyeri tulang
o Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena.
o Limphadenopaty
12
E. PATOFISIOLOGI
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok
sel limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi
imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen). Beberapa perubahan
yang terjadi pada limfosit tua antara lain: 1).ukurannya semakin besar,
2).Kromatin inti menjadi lebih halus, 3).nukleolinya terlihat, 4).protein
permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya
limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus
Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia,
mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar
getah bening sehingga sel-sel limfosit tersebut membelah secara abnormal
atau terlalu cepat dan membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di
kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel tersebut menyerang
Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah
merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang
disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan
menekan jumlah sel trombosit dibawah normal yang disebut trombositopenia.
13
Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan disebut bisitopenia yang
menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening
di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh.
Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa
menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan
tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma
non hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan
dan kulit. Pada anak – anak, gejala awalnya adalah masuknya sel – sel
limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak, dan tulang
belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma
ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya
delirium, penurunan kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan
merasa lemah tidak berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun
disertai pembengkakan seluruh kelenjar getah bening : leher, ketiak, lipat
paha, dll
14
F. PATHWAY
Perkembangan Sel B Abnormal atau sel Reed - Steinberg
Transkrip Sel B terganggu
Aktivasi Gen Terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Pembesaran Nodul Limfe
15
Sistem imun menurun, penyakit HIV
Paparan Herbisida dan Pestisida Jenis Kelamin dan Keturunan
Limfoma Hodgkin
Penurunan Suplay O2 Ke Paru - Paru
Penyempitan Jalan Nafas
Proses InflamasiPenekanan Pada EsofagusPenekanan Pada Trakea
Peningkatan Suhu Tubuh
Reaksi Sistem tubuh terhadap infeksi
BB Menurun
Intake Nutrisi tidak adekuat
Gangguan Menelan
Perubahan Frekuensi Pernafasan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Pola Nafas Tidak Efektif
Hipertensi
Nyeri
16
Perubahan Frekuensi Pernafasan
Peningkatan Suhu Tubuh
Pembentukan ATP terganggu
Penekanan Pada Laring
Paralisis Pita Suara
Intoleransi Aktivitas
Kelelahan Gangguan Pola Tidur
Sulit Tidur
Hambatan Komunikasi Verbal
Cemas
Koping Individu tidak efektif
Kemoterapi,radioterapi
G. KOMPLIKASI
Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di
mediastinum yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi
herper zooster sering menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman
Sarwono, 1994: 275). Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala
akibat pelebaran pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian
tubuh atas menuju ke jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis)
melewati vena ini dapat menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS).
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan
muka serta dada bagian atas membengkak, kadang-kadang juga lengan atas.
Pada pemeriksaan selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga tampak
dilatasi dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan gradasi yang
berbeda tergantung derajat penyumbatan.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Limfoma Hodgkin.
Sebagian orang penderita penyakit ini mungkin tidak menyadari bahwa
dirinya menderita limfoma Hodgkin. Penyakit ini kadang ditemukan dari
adanya temuan pada pemeriksaan rontgen dada untuk indikasi lain.
Diagnosis ditegakkan dari biopsi kelenjar getah bening yang membesar.
Jika hasil biopsi ditemukan perubahan bentuk kelenjar getah bening dan
adanya sel Reed-Sternberg, maka hal tersebut memastikan diagnosis.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang mungkin dibutuhkan untuk diganosis
maupun untuk melihat perluasan/keterlibatan organ lain adalah : rontgten,
17
CT-scan, MRI, Gallium scan, PET scan, biopsi sumsum tulang, dan
pemeriksaan darah (Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal
ginjal, LDH)
Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat
keparahannya :
Stadium I : Kanker hanya terbatas pada satu daerah kelenjar getah
bening saja atau pada satu organ.
Stadium II : Pada stadium ini, sudah melibatkan dua kelenjar getah
bening yang berbeda, namun masih terbatas dalam satu wilayah atas
atau bawah diafragma tubuh.
Stadium III : Jika kanker telah bergerak ke kelenjar getah bening atas
dan juga bawah diafragma, namun belum menyebar dari kelenjar getah
bening ke organ lainnya.
Stadium IV : Merupakan stadium yang paling lanjut. Pada stadium
iniyang terkena bukan hanya kelenjar getah bening, tapi juga bagian
tubuh lainnya, seperti sumsum tulang atau hati.
Limfoma Hodgkin juga dikategorikan menjadi ”A” atau ”B”
A : Jika pasien tidak mengalami gejala demam, banyak berkeringat,
ataupun menurunnya berat badan
B : Jika pasien mengalami gejala demam, banyak berkeirngat, ataupun
menurunnya berat badan.
Pemeriksaan minimal :
18
1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris
keringhat malam, penurunan berat badan, limfadenopati dan
hepatosplenomegali
2) Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar,
faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
1) Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT –
scan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
2) Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan
histopatologi. Untuk LH memakai kriteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk
LNH memakai kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi
derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi.
3) Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
4) Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
Ada 2 macam stage : Clinical stage dan Pathological stage (keringat malam,
penurunan berat badan)
I. PENATALAKSANAAN
Limfoma ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi dan mungkin
dirujuk ke dokter spesialis lainnya jika dibutuhkan.
1. Penyakit Hodgkin
a. Terapi
Limfoma Hodgkin. Terapi penyakit ini tergantung beberapa faktor,
seperti stadium penyakit, jumlah dan daerah mana saja kelenjar getah
19
bening yang terlibat, usia, gejala yang dirasakan, hamil/tidak, dan status
kesehatan secara umum. Tujuan terapi adalah menghancurkan sel
kanker sebanyak mungkin dan mencapai remisi. Dengan penanganan
yang optimal, sekitar 95% pasien limfoma Hodgkin stadium I atau II
dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah
meluas, maka angka ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan
terapinya adalah :
Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan
area tubuh tertentu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi
tunggal, namun umumnya diberikan bersamaan dengan kemoterapi.
Jika setelah radiasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan
kemoterapi. Beberapa jenis terapi radiasi dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker yang lain, seperti kanker payudara atau kanker
paru, terutama jika pasien berusia kurang dari 30 tahun. Umumnya
pasien anak diterapi dengan kemoterapi kombinasi, tapi mungkin
juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
Kemoterapi. Jika penyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan
kelenjar getah bening yang lebih banyak atau organ lainnya, maka
kemoterapi menjadi pilihan utama. Regimen kemoterapi yang umum
diberikan adalah ABVD, BEACOPP, COPP, Stanford V, dan
MOPP. Regimen MOPP (terdiri dari mechlorethamine, Oncovin,
procarazine, dan prednisone) merupakan regimen standar, namun
bersifat sangat toksik, sedangkan regimen ABVD (terdiri dari
20
doxorubicin/Adriamycin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine)
merupakan regimen yang lebih baru dengan efek samping yang lebih
sedikit dan merupakan regimen pilihan saat ini. Kemoterapi
diberikan dalam beberapa siklus, umumnya sela beberapa minggu.
Lamanya kemoterapi diberikan sekitar 6-10 bulan.
Transplantasi sumsum tulang. Jika penyakit kembali kambuh setelah
remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis
tinggi dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer
autologus (dari diri sendiri) dapat membantu memperpanjang masa
remisi penyakit. Karena kemoterapi dosis tinggi akan merusak
sumsum tulang, maka sebelumnya dikumpulkan dulu sel induk darah
perifer atau sumsum tulang.
b. Therapy Medik
Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah
therapy utama untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai
terapy anjuran misalnya : obat minimal terus menerus tiap hari atau
dosis tinggi intermitten dengan siklofosfamid dosis :
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg, m2 tiap hari atau 1000
mg/m2 iv selang 3 – 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid),
vinkistrin (oncovin), prednison (COP) Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m2 iv hari I
21
O: Oncovin 1,4 mg/m2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m2 po hari 1 – 5 Diulangi selang 3 minggu
Ideal :Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,
prednison (MOPP).
c. Therapy Radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan Sebaiknya melalui tim
onkology (biasanya di RS type A dan B)
2. Penyakit nonhodgkin
Seperti pada limfoma Hodgkin, terapi ditentukan berdasarkan tipe dan
stadium penyakit, usia, dan status kesehatan secara umum. Pilhan terapinya
yaitu :
Kemoterapi. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat
keganasan sedang-tinggi dan pada stadium lanjut.
Radiasi.
Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk
limfoma derajat rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang
dikombinasikan dengan kemoterapi pada limfoma dengan derajat
keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu, seperti di otak.
Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis
tinggi, yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk
limfoma derajat sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah
berhasil.
22
Observasi. Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka
dokter mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang
tumbuh lambat dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan
terapi selama satu tahun atau lebih.
Terapi biologi. Satu-satunya terapi biologi yang diakui oleh Food and
Drug Administration (FDA) Amerika Serikat saat ini adalah rituximab.
Rituximab merupakan suatu antibody monoclonal yang membantu
system imun mengenali dan menghancurkan sel kanker. Umumnya
diberikan secara kombinasi dengan kemoterapi atau dalam
radioimunoterapi.
Radioimunoterapi. Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-
Hodgkin. Obat yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk
radioimunoterapi adalah ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini
menggunakan antibody monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif.
Antibodi tersebut akan menempel pada sel kanker dan radiasi akan
mengahancurkan sel kanker.
J. PROGNOSIS
Dengan pengelolaan yang baik penyakit ini dapat dikendalikan dalam
waktu yang cukup lama. Di USA kemampuan hidup 5 tahun lebih dari 80%.
Tentu saja prognosis ditentukan oleh banyak faktor yaitu antara lain:
stadiumnya, jenis histologiknya, massa tumor keseluruhannya, terapinya dll
faktor prognostik yang mungkin belum diteliti.
23
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh
atau hidup lama dengan pengobatan, meskipun tidak 100%. Tetapi oleh
karena dapat hidup lama, kemungkinan mendapatkan late complication makin
besar. Late complication itu antara lain:
a. Timbulnya keganasan kedua/sekunder
b. Disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonade
c. Penyulit kardiovaskuler terutama mereka yang medapat kombinasi radiasi
dan pemberian antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
d. Penyulit pada paru. Pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin
yang juga dose related.
e. Pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001:
199).
f. Sepsis
K. DIAGNOSIS BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa : Histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik
3. Leukemia, mononukleus Infeksiosa : gambaran hematologik
L. ASUHAN KEPERAWATAN
24
Dalam asuhan keperawatan ini penulis akan membahas dari pengkajian,
diagnosa dan rencana tindakan/ implementasi yang dapat timbul dari penyakit
Hodgkin itu sendiri (Doengos, 1993: 605).
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
o Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
o Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
o Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
o Tanda:
o Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda
yang lain yang menunjukkan kelelahan.
b. Sirkulasi
o Gejala:
Palpitasi, angina/ nyeri dada
o Tanda:
Takikardia, disritmia
Sianosis wajah dan leher
Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan
kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu oleh
pembesaran nodus limfe
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
25
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan
kanan
Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi
vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa
intraabdomial (non-hodgkin).
Asites
c. Integritas
Gejala:
Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan
takut mati
Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi
orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif
d. Eleminasi
o Gejala:
Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
26
Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom
malabsorpsi (infiltrasi dan nodus limfa retroperitoneal)
Tanda:
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretral/gagal ginjal)
Disfungsi usus dan kandung kemih
e. Makanan/cairan
o Gejala:
Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Disfagia (tekanan pada esofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan
sama dengan 10% atau lebih dari berat badan 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan
menelan
f. Neurosensori
o Gejala:
27
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf
oleh pembesaran nodus limfa pada brakhial, lumbar dan
pleksus sakral
Kelemahan otot, parastesia
Tanda:
Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum
terhadap sekitar
Paraplegia.
g. Nyeri/kenyamanan
o Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena, misalnya
pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung
(kompresi vertebral); nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus).
Tanda:
Fokus pada diri sendiri; perilaku berhati-hati
h. Pernapasan
o Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
Tanda:
Dispnea: takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan
28
Parau/paralisis laringeal
i. Keamanan
o Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi
Riwayat mononukleus (risiko tinggi penyakit hodgkin pada
pasien dengan titer tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat
ulkus/perforasi pendarahan gaster
Kemerahan/pruritus umum
Tanda:
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari
38°C tanpa gejala infeksi
Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan
Pembesran tonsil
Pruritus umum
Sebagaian area kehilangan pigmentasi melanin
j. Seksualitas
o Gejala:
Majalah tentang fertilitas/kehamilan
Penurunan libido
29
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif , resiko tinggi terhadap obstruksi trakeobronkial ;
pembesaran nodus mediastinal dan/atau edema jalan nafas (Hodgkin dan
non-Hodgkin); sindrom vena kava superior (non Hodgkin).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia/
absorpsi nutrient yang diperlukan
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan pembesaran organ nodus limfe.
4. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Cemas berhubungan dengan koping individu tidak efektif
30
N. ANALISA DATA
NO Data Etiologi Masalah
1 DS:
Dyspnea
Nafas pendek
DO:
Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara per
menit
Menggunakan otot pernafasan
tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
Penurunan kapasitas vital
Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
Sistem imun menurun,penyakit HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis
Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Limfoma Hodgkin
Pembesaran Nodus Limfe
Penekanan pada Trakea
Penyempitan Jalan Nafas
Penurunan Suplay O2 Ke paru- paru
Perubahan Frekuensi Pernapasan
Pola Nafas Tidak Efektif
Pola nafas tidak efektif
2 DS:
Nyeri abdomen
Muntah
Sistem imun menurun,penyakit HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis
Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
31
Kejang perut
Rasa penuh tiba-tiba setelah
makan
DO:
Diare
Rontok rambut yang berlebih
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Limfoma Hodgkin
Pembesaran Nodus Limfe
Penekanan pada Esofagus
Gangguan Menelan
Intake Nutrisi Tidak Adekuat
BB Menurun
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan3 DS:
Laporan secara verbal
DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
Sistem imun menurun,penyakit HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis
Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Limfoma Hodgkin
Pembesaran Nodus Limfe
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman nyeri
32
persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan- jalan, menemui
orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
4 DS: Sistem imun menurun,penyakit Gangguan Pola
33
Bangun lebih awal/lebih
lambat
Secara verbal menyatakan
tidak fresh sesudah tidur
DO :
Penurunan kemempuan fungsi
Penurunan proporsi tidur REM
Penurunan proporsi pada tahap
3 dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia
HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Limfoma Hodgkin
Pembesaran Nodus Limfe
Proses Inflamasi
Reaksi Sistem Tubuh terhadap infeksi
Peningkatan Suhu tubuh
Sulit Tidur
Gangguan Pola Tidur
Tidur
5 DS:
Melaporkan secara verbal
adanya kelelahan atau
kelemahan.
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Sistem imun menurun,penyakit HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis
Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Intoleransi
Aktivitas
34
DO :
Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia,
iskemia
Limfoma Hodgkin
Pembesaran Nodus Limfe
Penekanan pada Esofagus
Gangguan Menelan
Intake Nutrisi Tidak Adekuat
BB Menurun
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
6 DO/DS:
Insomnia
Kontak mata kurang
Kurang istirahat
Berfokus pada diri sendiri
Iritabilitas
Takut
Nyeri perut
Penurunan TD dan denyut nadi
Diare, mual, kelelahan
Gangguan tidur
Gemetar
Anoreksia, mulut kering
Peningkatan TD, denyut nadi,
Sistem imun menurun,penyakit HIV,Paparan Herbisida dan Pestisida,Jenis
Kelamin dan Keturunan
Perkembangan Sel B abnormal atau Sel Reed Steinberg
Transkripsi Sel B terganggu
Aktivasi Gen terganggu
Limfosit bersifat Maligna
Limfoma Hodgkin
Kemoterapi dan radioterapi
Koping Individu tidak efektif
Cemas
CEMAS
35
RR
Kesulitan bernafas
Bingung
Bloking dalam pembicaraan
Sulit berkonsentrasi
36
O. RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : Hiperventilasi Penurunan
energi/kelelahan Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal Kelelahan otot
pernafasan Hipoventilasi sindrom Nyeri Kecemasan Disfungsi
Neuromuskuler Obesitas Injuri tulang belakang
NOC: R
espiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
NIC: Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator :
-…………………..…………………….
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien
37
terhadap oksigenasiMonitor vital signInformasikan pada
pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas NIC: Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator :
-…………………..…………………….
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya
38
tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor vital signInformasikan pada
pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
2 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau
mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
NOC:
a. Nutritional
status:
Adequacy of
nutrient
b. Nutritional
Status : food
and Fluid
Intake
c. Weight
Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama….nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
capacity
Jumlah limfosit
NIC :
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
39
harian.
Monitor adanya
penurunan BB dan
gula darah
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
Monitor mual dan
muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada
klien dan keluarga
40
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak
minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
3 Nyeri akut berhubungan
dengan:
NOC :
Pain Level,
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama ….
NIC :
Lakukan pengkajian
41
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
pain control,
comfort level
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria
hasil:
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
42
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi:
napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
43
4 Gangguan pola tidur
berhubungan dengan:
Psikologis : usia tua,
kecemasan, agen
biokimia, suhu tubuh,
pola aktivitas, depresi,
kelelahan, takut,
kesendirian.
Lingkungan :
kelembaban, kurangnya
privacy/kontrol tidur,
pencahayaan, medikasi
(depresan,
stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual,
posisi, urgensi urin
NOC:
Anxiety
Control
Comfort
Level
Pain Level
Rest : Extent
and Pattern
Sleep :
Extent ang
Pattern
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….
gangguan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria
hasil:
Jumlah jam tidur dalam
batas normal
Pola tidur,kualitas
dalam batas normal
Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang meningkatkan
tidur
NIC :
Sleep Enhancement
Determinasi efek-
efek medikasi
terhadap pola tidur
Jelaskan
pentingnya tidur
yang adekuat
Fasilitasi untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
Kolaburasi
pemberian obat
tidur
5 Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
NOC :
Self Care :
ADLs
Toleransi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. Pasien
bertoleransi terhadap
NIC :
Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
44
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
aktivitas
Konservasi
eneergi
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
Keseimbangan
aktivitas dan istirahat
aktivitas
Kaji adanya faktor
yang menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi yang
adekuat
Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia,
sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan
45
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
progran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
46
seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
47
6 Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress,
perubahan status
kesehatan, ancaman
kematian, perubahan
konsep diri, kurang
pengetahuan dan
hospitalisasi
NOC :
- Kontrol
kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama ……………klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan
kecemasan)
Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap pelaku
pasien
Jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan
selama prosedur
Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
48
prognosis
Libatkan keluarga
untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian
obat anti
49
cemas:........
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
50
A. Kesimpulan
Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah
bening tunggal atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua
organ. Penyakit Hodgkin adalah suatu tumor yang menyerang kelenjar limpa.
Belum diketahui jelas tentang penyebab penyakit ini namun dicurigai
disebabkan oleh virus. Gejala utama dari penyakit ini adalah adanya
pembesaran kelenjar limfe. Diagnosa yang sering muncul pertama kali adalah
tidak efektifnya pola nafas sehingga intervensi yang bisa dilakukan adalah
mengatur posisi dan pemberian O2. Diagnosa lain yang sering muncul, Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
sehingga intervensinya adalah pemberian makan sedikit tapi sering. Selain itu
diagnosa nyeri juga sering muncul sehingga intervensinya adalah dengan
memberikan obat jenis analgetik tergantung stadium penyakitnya.
Berdasarkan penelitian yang ada penyakit Hodgkin ini biasanya lebih
banyak menyerang pria dibandingkan wanita. Penyakit ini memiliki cirri-ciri
histopatologi yang dianggap khas, yaitu karena adanya sel-sel Reed Steinburg
atau variannya yang disebut sel Hodgkin.
B. Saran
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang ditemukan akibat dari
penyakit Hodgkin, maka diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait
dapat memperhatikan kondisi atau gejala-gejala penyakit Hodgkin itu sendiri
serta dapat segera melakukan pembangunan yang tepat dalam memberikan
terapi dan pengobatan yang sesuai bagi pasien yang terserang penyakit
51
tersebut. Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu
dan kualitas dari pelayanan kesehatan yang telah ada untuk memudahkan
dalam penanganan kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
52
Reeves,Charlene J,dkk.Keperawatan MedikalBedah.2001.Jakarta:SalembaMedika
Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen
Ilmu Penyakit dalam FKUI.
Watson,Roger.2002.Anatomi & Fisisologi untuk Perawat.Jakarta:EGC
Long,Barbara C.1996.Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan Proses
keperawatan.Bandung:IAPK
Robbins,Stanley L,dkk.1996.Dasar Patologi Penyakit Edisi 5:EGC
Sodeman.1995.Mekanisme Penyakit(Pithologic Physiology) mechanisms of
disease.Jakarta:Hipokrates
Price,Sylvia A dan Lorraine M Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit.Jakarta:EGC
http://healthycaus.blogspot.com/2009/08/penyakit-hodgkin.html
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2008/08/limfoma-non-hodgkin.html
53