douglas dll

44
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan yang diperlukan berdasarkan perhitungan Douglas/Depkes/Gillies Jumlah pasien yang dirawat diidentifikasi berdasarkan derajat ketergantungan. Identifikasi jumlah pasien berdasarkan ketergantungan dilakukan mengikuti panduan berikut : a. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan b. Setiap pasien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3 kriteria). c. Kelompokan pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui beberapa jumlah pasien dengan klasifikasi minimal, parsial, dan total. d. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya. Penetapan Tenaga Keperawatan berdasarkan Perhitungan Douglas Terdapat beberapa cara/metode penghitungan jumlah tenaga

Upload: titik-sumekar

Post on 03-Aug-2015

634 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Douglas Dll

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan yang diperlukan berdasarkan perhitungan

Douglas/Depkes/Gillies

Jumlah pasien yang dirawat diidentifikasi berdasarkan derajat ketergantungan.

Identifikasi jumlah pasien berdasarkan ketergantungan dilakukan mengikuti panduan

berikut :

a. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat

yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format

klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan

b. Setiap pasien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3

kriteria).

c. Kelompokan pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally

(I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui

beberapa jumlah pasien dengan klasifikasi minimal, parsial, dan total.

d. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien

dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.

Penetapan Tenaga Keperawatan berdasarkan Perhitungan Douglas

Terdapat beberapa cara/metode penghitungan jumlah tenaga perawat. Pada MPKP,

jumlah tenaga keperawatan disuatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi berdasarkan

deraja ketergantungan. Menurut Douglas ( 1992 ), klasifikasi derajat ketergantungan

pasien dibagi dalam 3 kategori :

a. Kategori I : Minimal Care/ Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak

ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian

shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple.

Kriteria :

1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri

2. Makan dan minum dilakukan sendiri

3. Ambulansi dengan pengawasan

Page 2: Douglas Dll

4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )

5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b. Kategori II : Partial care/ Perawatan parsial (3-4 jam/24 jam)

Kriteria :

1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output ciaran

dicatat / dihitung.

5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

6. Penampilan pasien sakit sedang.

Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urine reduksi,

fungsi fisiologis, status emosinal, kelancaran drainage atau infus. Pasien

memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift

atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.

c. Kategori III : Total care/ Perawatan total (5-6 jam/24 jam)

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu oleh perawat

penampian sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus-menerus.

Kriteria :

1. Semua keperluan pasien dibantu

2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam

3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena

4. Dilakukan penghisapan lender

5. Gelisah / disorientasi.

Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan

Kriteria Ketergantungan Jumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst

Perawatan Minimal:

1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian

dilakukan sendiri

2. Makan dan minum dilakukan

Page 3: Douglas Dll

sendiri

3. Ambulasi dengan pengawasan

4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan

setiap shift

5. Pengobatan minimal, status psikologis

stabil

6. Persiapan prosedur memerlukan

pengobatan

Perawatan Parsial:

1. Kebersihan diri dibantu, makan dan

minum dibantu

2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4

jam sekali

3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih

dari sekali

4. Folly cateter intake output dicatat

5. Klien dengan pasang infus, persiapan

pengobatan memerlukan prosedur

Perawatan total:

1. Segalanya diberi bantuan

2. Posisi yang diatur, observasi tanda-

tanda vital setiap 2 jam

3. Makan memerlukan NGT, intravena

terapi

4. Pemakaian suction

5. Gelisah/ disorientasi

Jumlah total pasien perhari

Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan

Page 4: Douglas Dll

pada pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien,

seperti pada table 1.1

No.

Klasifikasi pasien

Minimal Parsial Total

Pagi Sore Malam pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Dsb

Sumber : Dauglas ( 1984 ).

Rumus menurut Douglas

Contoh :

Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan klasifikasi minimal, 14 pasien

dengan klasifikasi parsial, dan 5 pasien dengan klasifikasi total), maka jumlah perawat

yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:

3 x 0,17 = 0,51

14 x 0,27 = 3,78

5 x 0,36 = 1,80

Jumlah = 6,09 → 6 orang

Menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 22 hari ( 4

minggu ) diruang rawat yang akan diimplementasi MPKP. Setelah itu dihitung jumlah

perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam. Berdasarkan observasi jumlah

pasien selama 22 hari, maka :

Jumlah kebutuhan perawat setiap hari : 7,11 + 5,28 + 3,35 = 15,74 → 16 orang

Libur / Cuti : kurang lebih 5 orang

Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 16 + 5 = 21 orang + 1 Kaur + 3 PP = 25 orang.

Keterangan : jumlah PP / Tim ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang PP

bertanggung jawab 9 – 10 pasien, dengan variasi klasifikasi pasien.

∑Perawat = ∑Pasien × Derajat ketergantungan pasien

Page 5: Douglas Dll

Contoh Perhitungan :

Di ruang Anggrek RSU Bandung dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai

berikut : 5 pasien dengan perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5

pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai

berikut :

1. untuk shift pagi : 2. untuk shift sore 3. untuk shift malam

- 5 p x 0,17 = 0,85 - 5 p x 0,14 = 0,70 - 5 p x 0,10 = 0,50

- 10 p x 0,27 = 2,7 - 10p x 0,15 = 1,5 - 10p x 0,07 = 0,70

- 5 p x 0,36 = 1,80 - 5 p x 0,30 = 1,50 - 5 p x 0,20 = 1,00

Total tenaga pagi = 5,35 Total tenaga sore = 3,70 Total tenaga malam = 2,20

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah = 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat)

Hari

ke...

Klasifikasi Klien Rata-rata

klien/ hari

Jumlah Kebutuhan

Perawat

Minimal Parsial Total Pagi Sore Malam

1 6 2 4 12 3 2,34 1,54

2 4 3 3 10 2,57 1,91 1,21

3 3 6 3 12 3,21 2,22 1,32

4 4 5 3 12 3,11 2,21 1,35

5 6 3 2 11 2,55 1,89 1,21

6 5 7 1 13 3,1 2,05 1,19

7 7 4 1 12 2,63 1,88 1,18

8 9 3 1 13 2,7 2,01 1,31

9 5 5 3 13 3,28 2,35 1,45

10 7 3 1 11 2,36 1,73 1,11

11 3 8 2 13 3,39 2,22 1,26

12 4 9 2 15 3,83 2,51 1,43

13 6 7 3 16 3,99 2,79 1,69

14 2 10 3 15 4,12 2,68 1,5

15 7 4 4 15 3,71 2,78 1,78

16 5 9 3 16 4,36 2,95 1,73

17 6 3 4 13 3,27 2,49 1,61

18 4 6 5 15 4,1 2,96 1,82

Page 6: Douglas Dll

19 6 5 5 16 4,17 3,09 1,95

20 7 4 3 14 3,35 2,48 1,58

21 6 5 4 15 3,81 2,79 1,75

22 7 4 3 14 3,35 2,48 1,58

Jadi rata-rata tenaga yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah 7 perawat. Berarti

kebutuhan

untuk satu ruanagan adalah 7 perawat+1 Karu+3 Katim+2 cadangan = 13 perawat

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat

ketergantungan pasien berdasarkan katagori

No.

Klasifikasi pasien

Minimal Parsial Total

Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

4 0,68 0,56 0,28 1,08 0,60 0,40 1,44 1,20 0,80

5 0,85 0,70 0,35 1,35 0,75 0,50 1,80 1,50 1,00

6 1,02 0,84 0,42 1,62 0,90 0,60 2,16 1,80 1,20

7 1,19 0,98 0,49 1,89 1,05 0,70 2,52 2,10 1,40

8 1,36 1,12 0,56 2,16 1,70 0,80 2,88 2,40 1,60

9 1,53 1,26 0,63 2,43 1,35 0,90 3,24 2,70 1,80

10 1,70 1,40 0,70 2,70 1,50 1,00 3,60 3,00 2,00

11 1,87 1,54 0,77 2,97 1,65 1,10 3,96 3,30 2,40

12 2,04 1,68 0,84 3,24 1,80 1,20 4,32 3,60 2,60

13 2,21 1,82 0,91 3,51 1,95 1,30 4,68 3,90 2,80

14 2,38 1,96 0,98 3,78 2,10 1,40 5,04 4,20 3,00

15 2,55 2,10 1,05 4,05 2,25 1,50 5,40 4,50 3,20

16 2,72 2,24 1,12 4,32 2,40 1,60 5,76 4,80 3,40

17 2,89 2,38 1,19 4,59 2,55 1,70 6,02 5,10 3,60

18 3,06 2,52 1,26 4,86 2,70 1,80 6,48 5,40 3,80

19 3,23 2,66 1,33 5,13 2,85 1,90 6,84 5,70 4,00

Page 7: Douglas Dll

20 3,40 2,80 1,40 5,40 3,00 2,00 7,20 6,00 4,20

21 3,57 2,94 1,47 5,67 3,15 2,10 7,56 6,30 4,40

22 3,74 3,08 1,54 5,94 3,30 2,20 7,92 6,60 4,60

23 3,91 3,22 1,61 6,21 3,45 2,30 8,28 6,90 4,80

24 4,08 3,36 1,68 6,48 3,60 2,40 8,64 7,20 5,00

25 4,25 3,50 1,75 6,75 3,75 2,50 9,00 7,50 5,00

26 4,42 3,64 1,82 7,02 3,90 2,60 9,36 7,80 5,20

27 4,59 3,78 1,85 7,29 4,05 2,70 9,72 8,10 5,40

28 4,76 3,92 1,96 7,59 4,20 2,80 10,08 8,40 5,60

29 4,93 4,06 2,03 7,83 4,35 2,90 10,14 8,70 5,80

30 5,10 4,20 2,10 8,10 4,50 3,00 10,80 9,00 6,00

31 5,27 4,34 2,17 8,37 4,65 3,10 11,16 9,30 6,20

32 5,44 4,48 2,24 6,64 4,80 3,20 11,52 9,60 6,40

33 5,61 4,62 2,31 8,91 4,95 3,30 11,88 9,90 6,60

34 5,78 4,76 2,38 9,18 5,10 3,40 12,24 10,20 6,80

35 5,96 4,90 2,45 9,45 5,25 3,50 12,60 10,50 7,00

36 6,13 5,04 2,52 9,72 5,40 3,60 12,96 10,80 7,20

37 6,30 5,18 2,59 9,99 5,55 3,70 13,32 11,10 7,40

38 6,47 5,32 2,66 10,26 5,70 3,80 13,68 11,40 7,80

39 6,64 5,46 2,73 10,53 5,85 3,90 14,04 11,70 8,00

40 6,81 5,60 2,80 10,80 6,00 4,00 14,40 12,00 8,20

41 6,96 5,74 2,87 11,07 6,15 4,10 14,76 12,30 8,40

42 7,15 5,88 2,94 11,34 6,30 4,20 15,12 12,60 8,60

43 7,32 6,02 3,01 11,61 6,45 4,30 15,48 12,90 8,80

44 7,45 6,16 3,08 11,88 6,60 4,40 15,84 13,20 9,00

45 7,66 6,30 3,15 12,15 6,75 4,50 16,20 13,50 9,20

46 7,83 6,44 3,22 12,42 6,90 4,60 16,56 13,80 9,40

47 8,00 6,58 3,29 12,69 7,05 4,70 16,90 14,10 9,60

48 8,17 6,72 3,36 12,96 7,20 4,80 17,26 14,40 9,80

49 8,34 6,86 3,43 13,23 7,35 4,90 17,62 14,70 10,00

50 8,51 7,00 3,50 13,50 7,62 5,05 17,98 15,00 10,20

51 8,68 7,14 3,57 13,77 7,77 5,20 18,34 15,30 10,40

Sumber : Dauglas ( 1984 )

Page 8: Douglas Dll

Pembahasan Kasus (Perhitungan Jumlah Tenaga) Menurut Douglas:

Dalam kasus dapat diklasifikasikan di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Mentari

dirawat 15 orang pasien dengan kategori sebagai berikut : 4 pasien dengan perawatan

minimal(Minimal Care), 9 pasien dengan perawatan parsial (Partial Care) dan 2 pasien

dengan perawatan total (Total Care). Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai

berikut:

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah sbb:

KlasifikasiRata-rata Jumlah Pasien

Pagi Sore Malam

Minimal care 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

Partial care 9 x 0,27 = 2,43 9 x 0,15 = 1,35 9 x 0,10 = 0,9

Total care 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0.20 = 0,4

Jumlah 3,83 2,51 1,58

Dari hasil perhitungan jumlah perawat per shift, maka total perawat ideal yang

dibutuhkan di ruangan melati adalah, sbb:

Total perawat = ∑ perawat shift pagi + ∑ perawat shift sore + ∑ perawat shift malam

= 3,83 + 2,51 + 1,58

= 7,92

Berarti total perawat yang dibutuhkan di ruang penyakit dalam adalah 8 orang.

Untuk mengantisipasi perawat yang tidak bisa masuk atau off , jumlah perawat

ditambah 25% total perawat.

Maka total perawat yang dibutuhkan adalah 8 + 2 = 10. Sehingga total perawat yang

dibutuhkan adalah 10 orang.

Minimal Care Partial Care Total Care

Klasifikasi Pasien

Tn. B, Tn. C,

Tn. G, Tn. L

Tn. D, Tn. E, Tn. F, Tn.

H, Tn. I, Tn. J, Tn. M,

Tn. N, Tn. O

Tn. A, Tn. K

Page 9: Douglas Dll

Penetapan Tenaga Keperawatan berdasarkan Perhitungan DEPKES

Klasifikasi pasien (Depkes, 2002) sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan akan

perawatan selama 24 jam terus menerus, sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga.

Menurut Departemen Kesehatan, ada 4 kategori klasifikasi ketergantungan pasien:

1. Asuhan keperawatan minimal : 2 jam / 24 jam

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

c) Ambulasi dengan pengawasan.

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

2. Asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

3. Asuhan keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam

a) Sebagian besar aktifitas dibantu.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.

c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.

d) Terpasang infuse.

e) Pengobatan lebih dari sekali.

f) Persiapan pengobatan perlu prosedur

4. Asuhan keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam

a) Segala aktifitas diberikan perawat.

b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.

d) Penggunaan suction.

e) Gelisah/disorientasi

Pengelompokan unit kerja di rumah sakit (Depkes, 2002):

a. Rawat inap dewasa

b. Rawat inap anak / perinatal

c. Rawat inap intensif

Page 10: Douglas Dll

d. Gawat Darurat (IGD)

e. Kamar bersalin

f. Kamar operasi

g. Rawat jalan.

Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:

Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan diperkirakan

25% dari jumlah tenaga keperawatan .

Pembahasan Kasus (Perhitungan Jumlah Tenaga) Menurut Depkes:

NO. KLASIFIKASI JUMLAH PASIEN/HARI

JAM PERAWATAN/HARI

JUMLAH JAM PERAWATAN/HARI

1. Minimal 4 2 82. Agak Berat 9 4,15 37.353. Maksimal 2 6,16 12.32

JUMLAH 15 57.67

Jumlah jam perawatan di ruangan per hari = 57.67

Jumlah jam kerja perawatan per sift = 7

Maka kebutuhan tenaga perawat = 57.67 = 8.24

7

Faktor koreksi :

Loss Day = jumlah minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x keb.tenaga

Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan di ruangan/hari jam efektif perawat

Loss Day = jumlah minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x keb.tenaga

Jumlah hari kerja efektif/th

Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga + loss day )

x 25%

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day

+tugas non kep.)

Page 11: Douglas Dll

Jumlah hari kerja efektif/th

= 52 + 12 + 18 x 8.24

365 – 82

= 82 x 8.24 = 675.68 = 2.39

283 283

Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga + loss day ) x 25%

= (8.24 + 2.39) x 25%

= 10.63 x 25% = 2.66

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan

= kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day +tugas non kep.)

= 8.24 + (2.39 + 2.66)

= 8.24 + 5.05 = 13.29 = 13 orang/hari

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut Depkes adalah 13 orang.

Penetapan Tenaga Keperawatan berdasarkan Perhitungan Metode Gillies

Penghitungan jumlah tenaga ini berfungsi untuk memprediksi kebutuhan tenaga

perawat dengan menganalisa jumlah rata-rata pasien setiap hari (BOR) dan sensus

harian, tingkat ketergantungan pasien, dan metode askep yang dilaksanakan.

Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit

perawatan adalah sebagai berikut :

Jumlah perawat yang dibutuhkan

Dapat dipersingkat menjadi seperti di bawah ini :

A x B x C F = = H

(C – D) x E G

Rata-rata jumlah

pasien / hari

Jumlah jam kep yg

dibutuhkan / hariJumlah hari / tahun

Jumlah hari / tahunHari libur

masing tiap

perawat /tahun

Jumlah jam kerja

tiap perawat /hari

Jumlah jam kep yg

dibutuhkan /thn

Jumlah jam kep yg

diberikan perawat /thn

Page 12: Douglas Dll

Ket:

- A : Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan/hari

- B : Rata-rata jumlah klien/hari

Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit

berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan

rumus:

Jumlah hari perawatan adalah jumlah hari perawatan seluruh pasien yang pernah

dirawat di ruang perawatan tersebut selama 1 tahun. Setelah didapatkan berapa

persen, lalu :

BOR (Bed Occupancy Rate) x TT = Rata-rata klien dalam satu hari

- C : Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari

- D : Hari libur masing-masing perawat/tahun

Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu: 73 hari (hari minggu/libur =

52 hari (untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini

merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya), hari

libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).

- E : Jumlah jam kerja tiap perawat/hari

Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (jika hari kerja efektif 5

hari maka 40/5 = 8 jam, jika hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam

= 6,6= 7 jam perhari)

- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20%

(untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)

- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Prinsip perhitungan rumus Gillies

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:

jumlah jam perawatan langsung + perawatan tidak langsung + penyuluhan klien

jumlah klien

Jumlah hari perawatan x100

%

Jumlah tempat tidur x 365 hari

Page 13: Douglas Dll

a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada

hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.

Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat (rata rata 4-5

jam/pasien/hari) maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:

minimal care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti

Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat

jam perhari sedangkan untuk:

- minimal care dibutuhkan ¼ - ½ x 4 jam : 1 - 2 jam

- partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam

- total care dibutuhkan 1 - 1½ x 4 jam : 4-6 jam

- intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana

perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis

dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil

penelitian:

a. menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/pasien/hari

b. menurut Wolfe & Young (Gillies, 1994) = 60 menit/pasien/hari = 1

jam/pasien/hari

c. penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/pasien

(Gillies, 1994)

c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas,

pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies

(1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15

menit/klien/hari = 0,25 jam/hari/pasien.

Contoh:

Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah

sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata

klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut

adalah 5 orang dapat melakukan perawatan minimal, 5 orang perlu diberikan

perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat

Page 14: Douglas Dll

pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6

hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah

kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:

a. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien

perhari, yaitu:

- Minimal care, 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10

jam

- Parsial care, 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15

jam

- Total care, 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30

jam

- Keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 15 x 1 jam = 15

jam

- Pendidikan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75

jam

Total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75

jam

b. Menentukan jumlah jam keperawatan per klien/hari = 73,75 jam / 15

klien = 4,9 jam

c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan

tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1994) diatas,

sehingga didapatkan hasil sbb:

d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan

perhari, yaitu:

4,9 jam/klien/hari x 15 klien/hari x 365 hari = 13,125 orang (13 orang)

(365 hari – 73 hari) x 7 jam

Rata-rata jumlah

klien perhari (BOR)

Rata-rata jumlah jam

keperawatan pasien

perhari/pasie

Jumlah jam kerja perawat perhari

Page 15: Douglas Dll

Jadi, jumlah perawat yang bekerja perhari = 15 orang x 4,9 jam : 7 jam = 10,5

dibulatkan = 11 perawat

e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu

dengan ketentuan menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990, h. 71).

Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di

atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:

- Shift pagi : 47% x 11 orang = 5,17 orang (5 orang)

- Shift sore : 36% x 11 orang = 3,96 orang (4 orang)

- Shift malam : 17% x 11 orang = 1, 87 orang (2 orang)

f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc.

adalah:

- S1 Keperawatan : 58% = 6,38 (6 orang)

- D III Keperawatan : 26% = 2,86 (3 orang)

- SPK : 16% = 1,76 (2 orang)

Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:

- Tenaga professional : 55% = 6,05 (6 orang)

- Tenaga non professional : 45% = 4,95 (5 orang)

Penghitungan jumlah perawat tambahan atau cadangan

Dengan pertimbangan jumlah perawat yang akan cuti, misalnya melahirkan.

Contoh : Bila 14 perawat yang bertugas terdiri dari PUS (Pasangan Usia Subur)

atau sedang hamil sebanyak 7 perawat dan sisanya masih belum menikah. Jika

diasumsikan tenaga yang akan cuti melahirkan (CM) adalah 50%. Maka jumlah

perawat yang diperlukan sebagai tambahan atau cadangan dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Jadi, 50% x 14 x 12 x 6 x 8 = 1,67 = 2 perawat

301 x 8

persentase shift X total perawat tugas setiap hari

%CM X ∑ perawat X 12 Minggu X 6 hari X jam kerja yang diperlukan per hari

Hari kerja efektif per tahun x jam kerja per hari

Page 16: Douglas Dll

Dengan demikian kita peroleh rencana jumlah tenaga perawat yang diperlukan

dalam 1 tahun untuk 1 ruang rawat berkapasitas X TT sebanyak :

Jadi, total perawat yang diperlukan : 14 + 2 = 16 perawat

Pembahasan Kasus (Perhitungan Jumlah Tenaga) Menurut Gillies:

a. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:

- Minimal care, 4 orang klien : 4 x 2 jam = 8 jam

- Parsial care, 9 orang klien : 9 x 3 jam = 27 jam

- Total care, 2 orang klien : 2 x 6 jam = 12 jam

- Keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 15 x 1 jam = 15 jam

- Pendidikan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam

Total jam keperawatan secara keseluruhan 65,75 jam

b. Menentukan jumlah jam keperawatan per klien/hari = 65,75 jam / 15 klien = 4,38 =

4,4 jam

c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah

langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1994) diatas, sehingga didapatkan

hasil sbb:

= 12 orang x 20% (cadangan)

= 14,4 = 14 orang

d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:

Jadi, jumlah perawat yang bekerja perhari = 15 orang x 4,4 jam : 7 jam = 9,4 = 9

perawat

Jumlah perawat yg dibutuhkan + perawat cadangan

4,4 jam/klien/hari x 15 klien/hari x 365 hari = 11,7 = 12 orang

(365 hari – 73 hari) x 7 jam

Rata-rata jumlah

klien perhari (BOR)

Rata-rata jumlah jam

keperawatan pasien

perhari/pasie

Jumlah jam kerja perawat perhari

Page 17: Douglas Dll

e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan

ketentuan menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990, h. 71).

Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas

jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:

- Shift pagi : 47% x 9 orang = 4,23 orang (4 orang)

- Shift sore : 36% x 9 orang = 3,24 orang (3 orang)

- Shift malam : 17% x 9 orang = 1,53 orang (2 orang)

f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:

- S1 Keperawatan : 58% = 5,22 (5 orang)

- D III Keperawatan : 26% = 2,34 (3 orang)

- SPK : 16% = 1,44 (1 orang)

Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:

- Tenaga professional : 55% = 4,95 (5 orang)

- Tenaga non professional : 45% = 4,05 (4 orang)

2.2 Pengendalian Mutu Kualitas Keperawatan menurut Konsep JCI

JCI merupakan singkatan dari Joint Commission International adalah sebuah badan

akreditasi rumah sakit yang memiliki tujuan meningkatkan keamanan dan kualitas

pelayanan keperawatan di komunitas internasional melalui penetapan pendidikan,

publikasi, konsultasi, dan evaluasi pelayanan (JCI, 2011). Di dalam JCI terdapat 2

ketentuan jaminan mutu yaitu: (1) standar jaminan mutu berpusat pada klien yang terdiri

dari: international Patient Savety Goals, Asses to Care and continuity of Care, Patient

and family right, Assessment of patient, Care of patient, Anesthesia and Surgical care,

Medication and management use dan Patient and family education, (2) Standar

manajemen organisasi pelayanan kesehatan. Pada laporan ini yang akan dibahas lebih

lanjut adalah poin kedua karena berhubungan dengan manajemen keperawatan dan

berkaitan dengan penyelesaian kasus.

Pengendalian mutu dan keamanan pasien merupakan poin pertama dalam standar

JCI. Standar pengendalian mutu dalam JCI digabng dengan keamanan pasien sehingga

persentase shift X total perawat tugas setiap hari

Page 18: Douglas Dll

disebut dengan istilah Quality and Patient Safety Standard (QPS). Terdapat 11 standar

dalam QPS yang akan dijabarkan dalam uraian berikut ini

1) Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pemerintahan dan manajemen

organisasi harus berpartisipasi dalam perencanaan program peningkatan kualitas

dan keamanan pasien

Pemimpin organisasi berkolaborasi untuk menjamin keberhasilan program

peningkatan mutu dan kemanan klien

Pemimpin memprioritaskan proses mana yang harus diukur dan aktivitas

peningkatan mutu mana yang harus dikerjakan

Pemimpin menyediakan dukungan teknologi maupun yang lainnya bagi

program peningkatan mutu pelayanan dan keamanan pasien

Informasi mengenai Program peningkatan mutu dan keamanan pasien harus

dikomunikasikan kepada staff

Staff dilatih untuk berpartisipasi dalam program

2) Organisasi merancang sistem dan proses yang baru merujuk pada prinsip

peningkatan mutu

Petunjuk praktik klinis, alur klinis, protocol klinis, digunakan sebagai petunjuk

pelayanan klinis

3) Pemimpin organisasi mengidentifikasi alat pengukur utama dalam struktur

organisasi, proses, hasil, untuk digunakan dalam rencana peningkatan mutu dan

keamanan pasien yang luas

4) Seseorang dengan pengalaman, pengetahuan, dan skill yang memadai secara

sitematis mengumpulkan dan menganalisa data dalam organisasi

5) Organisasi menggunakan proses internal untuk memvalidasi data

6) Organisasi menggunakan proses yang jelas untuk mengidentifikasi dan mengatur

acara-acara sentinel

7) Data dianalisis ketika tren yang tidak diinginkan dan variasi yang terlihat dari data

8) Organisasi menggunakan proses yang ditetapkan untuk identifikasi dan analisis

near-miss event

9) Peningkatan kualitas dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan

10) Perbaikan dan kegiatan pengamanan yang dilakukan untuk bidang-bidang prioritas

yang diidentifikasi oleh pemimpin organisasi

Page 19: Douglas Dll

11) Sebuah program berkelanjutan dari manajemen risiko digunakan untuk

mengidentifikasi dan mengurangi kerugian yang tak terdugan peristiwa dan risiko

keamanan lainnya untuk pasien dan staf

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara sederhana terdapat beberapa

poin penting tentang dimensi mutu pelayanan keperawatan yaitu:

a. Tangible (bukti langsung) :

Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang

meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan. Sehingga dalam

pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian,

dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan

dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan

penampilan perawat.

b. Reliability (keandalan) :

Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat

dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatanyang ‘konsisten’.

Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur

penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat;

jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan,

obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.

c. Responsiveness (ketanggapan) :

Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’ dan

memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada

persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan

hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan

keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang

jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien dalam hal

beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien;

dan tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.

d. Assurance (jaminan kepastian) :

Page 20: Douglas Dll

Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjami pelayanan

keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin

akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian

dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen : ‘kompetensi’, yang berkaitan

dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan; ‘keramahan’, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari

sikap perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai

tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin

pelayanan yang diberikan kepada pasien aman.

e. Emphaty (empati) :

Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien

secara individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat

diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap

pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada

semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.

Berkaitan dengan kasus, pengendalian mutu yang harus dilakukan oleh perawat

harus berfokus pada acuan-acuan JCI dan dimensi-dimensi pengendalian mutu di atas.

Perawat harus menjadi dapat dipercaya, dapat diandalkan, responsive, dan dapat

diandalkan dalam segala sesuatu sertankompeten di bidangya. Mutu pelayanan

keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan

outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan

antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan keperawatan.

Selain itu mengingat pada kasus terdapat banyak pasien dengan penyakit infeksi,

kronik, maupun akut, manajemen risiko harus diperhatikan secara ketat oleh perawat

untuk mencegah terjadinya injuri, maupun infeksi nosokomial terjadi. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam manajemen resiko diantaranya adalah : 1) menciptakan

hubungan yang baik antara perawat dan klien, 2) Pahami kebijakan instusi dan proses

yang berlaku, 3) Dokumentasi tindakan keperawatan : faktual, menunjuk waktu, runtut,

nama dan paraf, 4) Jaminan keamanan klien, 4) Laporan kejadian khusus (incident).

Dalam memfasilitasi jaminan keamanan pada pasien/klien, unsure-unsur penting yang

harus dilakukan dalam memberikan pelayanan keperawatan adalah : 1) Cegah dari

Page 21: Douglas Dll

potensi bahaya fisik dan lindungi martabat klien, 2) Kesiapan alat-alat pendukung

tindakann dan pemakaian secara proper, 3) Lakukan setiap tindakan sesuai standar.

Mutu pelayanan keperawatan didefinisikan oleh pasien (individu, keluarga, masyarakat)

sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhannya yang

berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan keramahan dari perawat serta

kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Selain itu melalui pelayanan

keperawatan tersebut, juga dapat menghasilkan peningkatan derajat kesehatan pasien. Oleh

karena itu pengendalian mutu sangatlah penting demi menjaga profesionalisme asuhan

keperawatan.

2.2 Pengarahan

2.2.1 Hakekat dan Konsep Pengarahan

Pengarahan adalah suatu proses penugasan berupa pesanan ataupun instruksi

yang menyebabkan staf/ tenaga kerja memahami apa yang diharapkan oleh manajer

yang berisi pedoman serta pandangan dalam bekerja sehingga staf dapat berperan secara

efektif dan efisien dalam mencapai objektif organisasi (Swansburg, 1999). Pengarahan

juga dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan

manajerial dan usaha. Dalam pengarahan fungsi kepemimpinan manajer untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan

lingkungan kerja yang sehat serta dinamis sangat diperlukan. Pemberian instruksi,

tugas, dan pengarahan dapat membuat personel atau staf mengerti tentang apa yang

diharapkan dari mereka.

Pengarahan merupakan fungsi manajemen sangat penting, karena masing-masing

orang yang bekerja di dalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang berbeda-

beda. Supaya kepentingan yang berbeda-beda tersebut tidak saling bertabrakan satu

sama lain, maka pimpinan perusahaan harus dapat mengarahkannya untuk mencapai

tujuan perusahaan. Tujuan pokok dari pengarahan adalah agar kegiatan-kegiatan dan

orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan

dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang memungkinkan tidak

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2003).

Supaya pengarahan yang diberikan menjadi efektif, seorang manajer perlu

memperhatikan beberapa hal, diantaranya instruksi yang diberikan haruslah lengkap,

Page 22: Douglas Dll

dapat dimengerti, saat memberikan pengarahan manajer perlu memberikan penekanan

untuk hal-hal yang penting, berbicara dengan jelas dan tidak cepat supaya instruksi yang

diberikan dapat dimengerti dengan jelas oleh staf yang diberikan pengarahan. Selain itu,

manajer perlu memberikan pengarahan yang dapat diterima logika, dan tidak

memberikan arahan yang terlalu banyak pada satu waktu, dan pastikan instruksi yang

diberikan dilakukan dengan benar.

2.2.2 Ruang Lingkup Pengarahan

Lingkup pengarahan yang efektif mencakup peningkatan motivasi,

manajemen waktu, kemampuan delegasi, kemampuan supervisi, kemampuan

komunikasi yang baik, manajemen konflik dan memfasilitasi kolaborasi, serta

kemampuan negoisasi (Marquis dan Huston, 2006).

a) Peningkatan Motivasi

Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang untuk melakukan

pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku. Sedangkan

motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan,

mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Menurut bentuknya, motivasi terdiri dari :

Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu untuk

meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pekerja harus menghargai

pekerjaannya dan produktifitas.

Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.

Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan

organisasi. Untuk melaksanakan tugas itu, manajer harus mempertimbangkan

keunikan/ karakteristik dari stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas sebagai

suatu strategi dalam memotivasi staf. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh

manajer untuk meningkatkan motivasi karyawan, antara lain:

Mempunyai harapan yang jelas terhadap para karyawan dan

mengkomunikasikan harapan secara efektif

Adil dan konsisiten dalam membuat persetujuan dengan karyawan

Membuat keputusan yang sesuai

Mengembangkan konsep kerja tim

Page 23: Douglas Dll

Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan karyawan dengan tujuan organisasi

Mengenal masing-masing karyawan beserta keunikannya

Hindarkan adanya suatu kelompok/perbedaan antar staf

Memberikan pengalaman yang memberikan tantangan karyawan dan

memberikan kesempatan untuk berkembang

Meminta partsipasi dan masukan dalam semua keputusan yang sesuai

Yakin bahwa karyawan mengerti alasan dibalik setiap keputusan dan tindakan

Membiarkan karyawan melatih penialaian individu sesering mungkin

Menciptakan hubungan saling meolong dan saling percaya dengan karyawan

Membiarkan karyawan melatih sebagai kontrol diluar pekerjaannya

Menjadi role model untuk karyawan

Memberikan reinforcement positif kapanpun jika memungkinkan

Motivasi adalah bagaimana peran kepala ruangan sebagai manajer dalam

merangsang perawat pelaksana dengan menanamkan perasaan berharga dan

bermanfaat serta menjadikan kerja sebagai bagian dari kehidupan yang dinikmati.

Setiap usaha yang dilakukan oleh manajer tidak hanya membentuk iklim motivasi

bagi timnya, tetapi juga akan membentuk lebih banyak calon pemimpin di dunia

keperawatan. Pemenuhan kebutuhan sosial juga merupakan hal yang perlu

diperhatikan dalam rangka meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam

melaksanakan tugas.

b) Manajemen Waktu

Manajemen waktu dapat diartikan sebagai pengoptimalan kinerja waktu yang

dimiliki. Terdapat tiga langkah dasar dalam memanajemen waktu, yaitu:

Penggunaan waktu untuk merencanakan dan menentukan prioritas

Selesaikan tugas yang paling prioritas kapanpun jika memungkinkan dan

selesaikan satu tugas sebelum memulai tugas yang baru

Reprioritas berdasarkan tugas-tugas yang tersisa dan berdasarkan setiap

informasi terbaru yang didapatkan.

Seorang manajer yang harus membagi waktu dan energinya, dapat membagi

setiap tindakannya dalam tiga tahap sederhana, yaitu kegiatan yang tidak harus

digunakan, kegiatan yang akan dilakukan nanti, dan kegiatan yang harus dilakukan

Page 24: Douglas Dll

sekarang. Setiap tindakan yang akan dilakukan akan disusun dalam bentuk list

tindakan. Dari list ini akan dapat dilihat evaluasi setiap tindakan yang berhasil

dilakukan dan yang tidak. Oleh karena itu, akan ada perubahan prioritas, selama hal

itu akan terus mendatangkan perbaikan.

Penyusunan prioritas dalam memanajemen waktu oleh kepala ruangan sangatlah

penting untuk menyeimbangkan antara manajemen pelayanan dan manajemen

asuhan keperawatan. Kepala ruangan akan berusaha menyusun waktu sedemikian

rupa sehingga seluruh perawat yang berada di bawah lingkupnya juga akan memiliki

pengaturan waktu yang baik. Manajemen waktu yang baik akan menunjukkan

bagaimana kepala ruangan mampu mengatur setiap lini di bawahnya dan menggiring

setiap stafnya mengikuti alur waktu yang telah disusunnya, mendidik dan

mengembangkan sikap disiplin, dan penghargaan terhadap waktu.

c) Delegasi dan Supervisi

Delegasi

Manajer harus belajar melepaskan tugas-tugas tertentu kepada orang-orang yang

ia pimpin agar ia tidak mengerjakan segala sesuatu sendiri. Pendelegasian yang

dilakukan oleh seorang pemimpin memungkinkan dia dapat berbuat banyak hal

melalui staf terhadap orang lain yang membutuhkannya. Pendelegasian sebagai

bagian dari penggerakkan atau pengarahan dalam suatu organisasi sangat penting

artinya guna menyelesaikan setiap pekerjaan yang menuntut untuk segera

diselesaikan dan tidak untuk ditunda lagi. Delegasi merupakan pelimpahan

wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan tugas

tertentu agar dapat berfungsi secara efisien.

Manfaat dilakukannya pendelegasian adalah untuk memaksimalkan efektifitas

karyawan, mempercepat pengambilan keputusan, dan/ atau dapat membuat

keputusan yang lebih baik. Delegasi yang baik tergantung dari keseimbangan antara

3 komponen utama yaitu; tanggung jawab, kemampuan dan wewenang. Kelebihan

dilakukannya pendelegasian adalah meningkatkan bawahan untuk tumbuh dan

berkembang bahkan dapat digunakan sebagai alat belajar dari kesalahan.

Pendelegasian dalam praktek keperawatan profesional adalah, bagaimana kepala

ruangan mengembangkan dan memberdayakan perawat pelaksana secara personal

dan profesional untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan cara menyerahkan tugas

Page 25: Douglas Dll

dan wewenang sesuai kecakapan, kemampuan dan dedikasi perawat pelaksana dalam

mencapai tujuan organisasi.

Supervisi

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi

manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah

diprogramkan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung

memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/ permasalahan

dalam pelaksanaan tugasnya. Pengawasan adalah proses pengarahan, memandu, dan

mempengaruhi capaian kinerja individu dari suatu tugas atau aktivitas. Tanpa

melakukan supervisi maka akan sulit untuk menjaga dan mempertahankan mutu

asuhan keperawatan, karena masalah-masalah yang terjadi di ruangan tidak dapat

diketahui hanya melalui informasi yang diberikan perawat pelaksana.

Supervisi klinis adalah suatu proses profesional mendukung dan belajar di mana

perawat dibantu dalam mengembangkan praktek mereka melalui suatu diskusi

berkala dengan rekan sekerja yang banyak mengetahui dan berpengalama. Supervisi

adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian

tugas-tugasnya. Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan

secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut memiliki bekal yang cukup untuk

dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik, sedangkan, tujuan

supervisi klinis adalah meningkatkan praktek keperawatan oleh karena itu perlu

untuk dipusatkan pada interaksi pasien-perawat.

Supervisi diarahkan pada kegiatan, mengorientasikan staf dan pelaksana

keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk

menimbulkan kesadaran dan pengertian akan peran dan fungsinya sebagai staf dan

difokuskan pada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksanaan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Jadi agar seorang manajer

keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui

dasar dan prinsip-prinsip supervisi seperti hubungan profesional, perencanaan yang

matang , bersifat edukatif, memberikan rasa aman, dan membentuk suasana kerja

yang demokratis.

Supervisi perlu dilakukan secara terprogram, terjadwal, dan bukan untuk mencari

kesalahan atau penyimpangan. Supervisi juga dilakukan terutama memberikan

Page 26: Douglas Dll

bimbingan dan arahan untuk meningkatkan pemahaman perawat pelaksana dalam

menjalankan tugas dan tangung jawabnya memberikan pelayanan.

d) Manajemen Konflik

Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota

organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau

aktivitas kerja, dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian, atau

pandangan yang berbeda. Manajemen konflik berarti para manejer harus berusaha

menemukan cara untuk mengembangkan konflik dan kooperasi. Jenis-jenis konflik,

antara lain:

Konflik di dalam individu

Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap pekerjaan mana

yang harus dilakukannya, bila berbagi permintaan saling bertentangan atau bila

individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

Konflik antar individu dalam organisasi yang sama

Biasanya timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan atau

perbedaan-perbedaan kepribadian

Konflik antara individu dan kelompok

Konflik ini berhubungan dengan cara individu menganggapi tekanan untuk

keserangaman yang dipaksakan kelompok kerja mereka

Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama

Timbul karena adanya peretentangan kepentingan antar kelompok.

Konflik antar organisasi

Umumnya karena adanya bentuk persaingan ekonomi.

Metode-metode pengelolan konflik:

Metode stimulasi konflik

Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan kepada karyawan, karena

karyawan pasif yang disebabkan oleh situasi konflik yang terlalu rendah. Metode

stimulasi konflik meliputi: 1) pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam

kelompok 2) penyusunan kembali organisasi 3) penawaran bonus, pembayaran

insentif, dan penghargaan untuk mendorong persaingan 4) pemilihan menejer

menejer yang tepat 5) perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan

Page 27: Douglas Dll

Metode pengurangan konflik

Metode ini mengurangi permusuhan yang ditimbulkan oleh konflik, dengan

mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana’, akan tetapi tidak

berurusan dengan masalah yang pada awalnya menimbuklan konflik. Langkah-

langkah dalam metode ini adalah: mengganti tujuan yang menimbulkan

persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima, dan mempersattukan

kelompok tersebut untuk menghadapi ancaman yang sama.

Metode penyelesaian konflik

Yaitu metode yang dipusatkan pada tindakan para menejer yang dapat secara

langsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan. Ada tiga langkah dalam

metode penyelesaian konflik ini antara lain: 1) dominasi dan penekanan yaitu

melalui kekerasan yang bersifat otokratik, penenangan yang lebih diplomatis,

penghindaran dan penentuan melalui suara terbanyak. 2) kompromi, menejer

mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang saling berselisih

untuk menyelesaikan asalah yang terjadi. 3) pemecahan masalah secara

menyeluruh yaitu dimana antar kelompok yang mengalami konflik ditempatkan

pada suatu situasi dimana mereka bersama-sama berusaha mencari penyelesaian

masalah yang timbul yang dapat diterima semua pihak, manajer perlu mendorong

bawahannya agar bekerja sama agar mencapai tujuan bersama, melakukan

pertukaran gagasan secara bebas dan menekankan usaha-usaha pencairan

penyelesaian yang integratif.

Posisi kepala ruangan sangat penting dalam memanajemen konflik. Sebagai salah

satu pemilik jabatan tertinggi, maka seorang kepala ruangan harus mampu mengatur,

menengahi, dan menyelesaikan konflik yang terjadi. Setiap kepala ruangan

diharapkan mampu membentuk situasi yang mendukung semua staf untuk

berkembang dari setiap masalah yang dihadapi, menjadikan keadaan lebih baik

setelah masalah itu terjadi.

e) Komunikasi

Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya

pengarahan. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi

dalam mencapai tujuannya. Para manajer mencurahkan sepertiga aktifitas mereka

untuk komunikasi rutin, menukar dan memproses informasi rutin. Akan tetapi yang

Page 28: Douglas Dll

lebih penting lagi adalah penemuan bahwa aktifitas komunikasi memberi kontribusi

yang paling besar untuk manajer yang efektif. Komunikasi memperkuat motivasi

dengan menjelaskan ke para karyawan apa yang harus dilakukan, seberapa baik

mereka bekerja, dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang

dibawah standar. Kurangnya kerjasama adalah salah satu penyebab yang umum dari

salah pengertian atau kegagalan dalam komunikasi. Komunikasi yang terbuka dan

efektif dapat dianggap sebagai aset bagi sebuah organisasi.

Komunikasi dalam suatu organisasi kita kenal seperti komunikasi kebawah dan

komunikasi keatas. Proses komunikasi ke bawah (downward process). Tujuan proses

komunikasi ke bawah diidentifikasi menjadi 5 (Lima) tujuan dalam organisasi yaitu;

1) memberi arahan tugas khusus mengenai instruksi kerja; 2) memberi informasi

mengenai prosedur dalam praktek organisasi; 3) menyediakan informasi mengenai

pemikiran dasar pekerjaan; 4) memberitahu bawahan mengenai kinerja mereka; dan

5) menyediakan informasi ideologi guna memudahkan indoktrinasi tujuan. Tujuan

utama komunikasi kebawah adalah memberi saran, memberi tahu, mengarahkan,

memberi instruksi, dan mengevaluasi karyawan serta menyediakan informasi

mengenai sasaran dan kebijakan perusahaan kepada anggota organisasi. Komunikasi

kebawah adalah pola yang digunakan oleh pemimpin kelompok dan manajer untuk

menetapkan sasaran, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan

dan prosedur ke bawahan.

Komunikasi ke atas, secara formal terdapat juga dalam organisasi, akan tetapi

dalam prakteknya kecuali untuk kontrol umpan balik, sistem kebawah sesungguhnya

mendominasi sistem keatas. Cara terbaik dan termudah untuk mengembangkan

komunikasi keatas adalah manajer yang mengembangkan kebiasaan mendengarkan

dengan baik dan membangun sistem untuk mendengarkan. Komunikasi keatas adalah

komunikasi yang digunakan untuk memberikan umpan balik ke atasan,

menginformasikan pada mereka mengenai kemajuan sasaran, dan menyampaikan

masalah-masalah yang dihadapi

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi kepala ruangan dalam

praktek keperawatan adalah bagaimana kemampuan kepala ruangan dalam membina

komunikasi kebawah dan komunikasi keatas, bersifat terbuka, jujur, dan

menyampaikan pesan dengan jelas serta menanggapi perawat pelaksana dengan

Page 29: Douglas Dll

positif agar tidak terjadi kesalahan komunikasi yang menghambat arus informasi dan

sekaligus mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA:

Depkes Republik Indonesia, (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Dit

Jen Yanmed. cetakan 1. Depkes: Jakarta.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management: A system approach. Third Edition.

Philadelphia: WB Saunders.

Harris, M. (1989). Quality assurance : administrative support. Maryland : Aspen

Publication.

Joint Commission intenational. (2011). Join Commission International Accreditation

Standard for hospital. Published on:

http://www.jointcommissioninternational.org.

Marquis, B.L., & Houston, C.J. (2006). Leadership roles and management function in

nursing: theory and application. Fifth edition. Philadelphia: Lippincott Williams

& Wilkins.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan sumber daya manusia. Cetakan ketiga Jakarta:

Rineka cipta

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1990). Introductory management and leadership

for nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers

Swansburg, R.C., & Swansburg R.J. (1999). Introductory management and leadership

for clinical nurses. (2nd ed). Boston: Jones and Bartlett Publiser. Inc.

Tappen, Ruth.M. (1995). Nursing Leadership and Mangement: Concepts and Practice.

3rd edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Windy Rakhmawati. “Perencanaan Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Unit

Keperawatan”.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/

perencanaan_kebutuhan_tenaga_kepewaratan.pdf (diakses pada tanggal 23

Oktober 2011, pukul 11.51 WIB)