document1 tugas tr cruris
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk
membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu
penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan
memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali
ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini
merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat
digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah
tercapai.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia
radiologi sudah mengalami banyak perkembangan. Adapun pemeriksaan radiologi ada dua
macam yaitu :
a. Pemeriksaan sederhana
Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang
termasuk pemeriksaan sederhana antara lain, pemeriksaan pada tulang belakang, tulang
kepala, tulang panjang, tulang dada dan sebagainya.
b. Pemeriksaan canggih
Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan media kontras.
Yang termasuk pemeriksaan canggih antara lain, pemeriksaan pada traktus urinarius,
saluran pencernaan, pemeriksaan pada pembuluh darah, pemeriksaan pada pembuluh
limfa dan sebagainya.
Pemeriksaan ossa cruris adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa
menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa cruris yang sering terjadi adalah fraktur.
Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya
disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang
digunakan dalam permeriksaan ossa cruris di Instalasi Radiologi RSUD Ajjappange
Soppeng adalah proyeksi AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, penulis ingin
mengetahui manfaat pemeriksaan ossa cruris dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi
Radiologi RSUD Ajjappange Soppeng untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau
fraktur.
Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk
tulisan dengan judul ” Teknik Pemeriksaan Ossa Cruris Lateral Cros Table Pada Kasus
Fraktur 1/3 Distal di Instalasi Radiologi RSUD Ajjappange Soppeng”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana teknik pemeriksaan ossa cruris di Instalasi Radiologi RSUD Ajjappange
Soppeng ?
2. Bagaimanakah manfaat pemeriksaan ossa cruris dengan proyeksi AP dan Lateral Cros
Table di Instalasi Radiologi RSUD Ajjappange Soppeng untuk mendukung diagnosa
suatu penyakit atau fraktur ?
C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ossa cruris di Instalasi Radiologi RSUD
Ajjappange Soppeng.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan ossa cruris dengan proyeksi AP dan Lateral
Cros Table di Instalasi Radiologi RSUD Ajjappange dalam membantu diagnosa suatu
penyakit atau fraktur.
D.Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu menuliskan karya ilmiah hasil dari praktek kerja lapangan.
2. Agar Institusi mendapatkan informasi tentang segala kegiatan mahasiswa mengenai teknik
pemeriksaan dan lain-lain, sehingga institusi mampu mengsinkronkan kegiatan radiologi
yang ada dirumah sakit dengan teori-teori kuliah dikampus.
3. Agar masyarakat khususnya para pembaca mendapatkan informasi secara umum tentang
pemeriksaan Ossa Cruris
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi dan fisiologi
Ossa Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bahwa
yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramadi, 1987). 1/3 distal dextra adalah
tualng dibagi menjadi tiga bagian kemudian bagian yang paling bawah yang diambil.
Os Tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar setelah tulang paha
yang membentuk persendian lutut dengan Os femur. Pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut Os maleolus lateralis (mata kaki luar).
1. Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondi-
kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang.
Permukaan superior memperlihatkkan dua dataran permukaan persendian untuk
femur dalam formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan
kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang
dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit
melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial atau
maleolus tibiae.
Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-
fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula dan
talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah
medial sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi Radius posisinya terletak
disebelah lateral karena anggota badan bawah memutar kearah medialis. Atas alasan
yang sama maka ibu jari kaki terletak disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari
tangan yang terletak disebelah lateralis. (Anatomi fisiologi, untuk siswa perawat,
1997)
1. Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan kaki.
Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai
sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakan tempat lekat dari ligamentum
deltoideum.
2. Permukaan anterior
Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki. Permukaan posterior
beralur untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis posterior dan pinggir dari alur
merupakan tempat lekat dari retinakulum fleksores.
3. Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan dari permukaan
inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat dari
kapsula sendi pergelangan kaki.
4. Permukaan lateralis
Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama pada
permukaan medialis os talus.
2. Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan bentuknya
lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus
atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi
diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot yang melekat pada
tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini
bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah bawah kira
– kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya
mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan
– permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi
tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak
subkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi
merupakan tempat lekat dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga
pada permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini merupakan
sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris terletak disebelah belakang
permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir
inferior malleolus mempunyai apek yang menjorok kebawah. Disebelah anterior dari
apek terdapat sebuah insisura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum
kalkaneofibularis.(Anatomi fisiologi untuk siswa perawat, 1997).
Gambar 2.1 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari anterior
(Merills edisi 11, 2007).
Gambar 2.2 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari posterior
(Merills edisi 11,2007)
Gambar 2.3 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari lateral (Merills edisi 11, 2007)
2. Patologi
Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan cidera.
Yang termasuk trauma adalah :
1) Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah:
a. Complete Noncominuted Fracture
Secara radiologis akan terlihat sebagai garis radioluscent di tempat fraktur
dimana terjadi diskontinuitas tulang.
Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain :
1. Fraktur transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan
biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur
ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur spiral
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur
rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4. Fraktur multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu fraktur
complete pada satu tulang panjang.
5. Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan.
Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang
menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang
atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
6. Chip fracture
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari
sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada
phalanges.
b. Incomplete fracture
Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini
hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis.
Ada beberapa golongan fraktur inkomplet :
1. Green stick fracture
Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks
tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini
akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi
normal.
2. Impacted fracture
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya.
Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya pemendekan
tulang.
c. Fraktur kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus
vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram.
d. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan
penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
e. Fraktur traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan menyebabkan
suatu fraktur.
f. Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas
mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya
fraktur.
2) Fisura
Fisura adalah retak tulang.
3) Ruptur
Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.
Gambar 2.4: Jenis-jenis Fraktur
(Merills edisi 11, 2007)
B. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan
1) Definisi pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris adalah teknik radiografi dengan memperlihatkan tulang-
tulang yang terdapat pada Ossa Cruris yaitu tulang tibia dan fibula
2) Tujuan pemeriksaan Ossa Cruris
Teknik radiografi Ossa Cruris bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan yang terdapat
pada tulang tibia dan fibula
3) Persiapan pemeriksaan Ossa Cruris :
Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan cruris, hanya melepas benda-benda
yang dapat mengganggu gambaran radiograf
Persiapan alat
Pesawat sinar-x
Kaset ukuran 30 x 40 cm.
Marker R dan L
Procecing Film
Meteran
Spon/Sandbag
4) Teknik pemeriksaan Ossa Cruris
Proyeksi Antero-Posterior (AP).
Posisi pasien :
- Supine atau duduk diatas meja pemeriksaan dan kedua
tungkai lurus.
Posisi obyek :
- Tungkai yang akan difoto diatur true AP, kedua condylus
berjarak sama terhadap kaset, serta
- atur kedua maleolus medial dan lateral sama dengan kaset
dan kaset membujur dibawah kaset.
Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
FFD : 100 cm.
Ukuran kaset : 30 x 40 cm.
Faktor eksposi :
- kV = 52
- mAS = 4
Kriteria foto :
- Tampak gambaran AP cruris.
- Pada proksimal dan distal artikulatio tibia dan fibula sedikit overlap,
tapi pada korpus tidak.
- Trabekula tulang dan jaringan lunak tampak.
- Angkle joint dan knee joint dalam posisi ”true AP”.
Proyeksi AP
Gambar 2.5 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Procedures
Gambar 2.6 : Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Proyeksi Lateral .
Posisi pasien :
- Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan dengan tungkai
yang akan difoto lurus,
- tungkai yang lain genu fleksi diletakkan didepan tungkai
yang sakit dan diganjal.
Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur true lateral dengan
cara mengatur kedua condylus saling superposisi dan kedua
maleolus juga saling superposisi.
Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
FFD : 100 cm.
Ukuran kaset : 30 x 40 cm.
Faktor eksposi :
- kV = 52
- mAS = 5
Kriteria gambar :
- Tampak cruris pada posisi lateral.
- Tampak tibia dan fibula saling superposisi.
- Tampak fibula distal overlep dengan setengah bagian posterior tibia.
- “Shaf of tibia” dan fibula tampak terpisah kecuali pada kedua ujung
persendian.
Gambar 2.7 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi Lateral
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
\
Gambar 2.8 : Radiograf proyeksi Lateral pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Proyeksi AP Obliq Medial Rotation
Posisi pasien :
- Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan dengan tungkai
yang akan difoto obliq medial
Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur obliq medial,
dengan cara mambentuk sudut 45°.
- Kaki diganjal dengan alat fiksasi
Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
FFD : 100 cm.
Ukuran kaset : 30 x 40 cm.
Faktor eksposi :
- kV = 52
- mAS = 5
Kriteria gambar :
- Tampak gambaran AP Obliq Medial.
- Tampak tibia dan fibula tidak superposisi.
- Tampak Ankle Joint
- Tampak fraktur pada medial tibia dan fibula
Gambar 2.9 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq Medial Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Gambar 2.10 : Radiograf proyeksi AP Obliq Medial Rotation pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Proyeksi AP Obliq Lateral Rotation
Posisi pasien :
- Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan dengan tungkai
yang akan difoto obliq lateral
Posisi obyek :
- Tungkai bawah yang akan difoto diatur obliq lateral, dengan
cara mambentuk sudut 45°.
Titik bidik : Pada pertengahan cruris.
Arah sumbu sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
FFD : 100 cm.
Ukuran kaset : 30 x 40 cm.
Faktor eksposi :
- kV = 52
- mAS = 5
Kriteria gambar :
- Tampak gambaran AP Obliq Lateral.
- Tampak tibia dan fibula superposisi.
- Tampak Ankle Joint
- Tampak fraktur pada 1/3 distal tibia
Gambar 2.11 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP Obliq Lateral Rotation
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Gambar 2.12 : Radiograf proyeksi AP Obliq Lateral Rotation pada pemeriksaan cruris
Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
BAB III
METODE PEMERIKSAAN
A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan
a. Tempat Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Ajjappange
Soppeng
b. Waktu Pemeriksaan
Hari / Tanggal : Sabtu / 24 Januari 2016
B. Kronologis Riwayat Pasien
Pasien datang dari ruang Instalasi Gawat Darurat Pukul: 14:46:21 WITA diantarkan
dengan Orangtua dengan memakai brangkar dan 2 orang perawat, di tangan kanan pasien
terpasang cairan infus. Kondisi umum pasien non kooperatif dengan keadaan berbaring
diatas brangkar.
C. Persiapan Alat dan Bahan
1. Pesawat sinar –x
- Merk : SHIMADZU CORPORATION
- Model : R 20
- No : 62816632
- Input Power : 100 W
- Supply Mains : 1φ – 100 v 50/60 hz
- Wiring : no. 501-06536A
2. Manual Processing
3. Alat Fiksasi/ Box Film
(pengganjal) dengan ketebalan 3 cm
4. Kaset ukuran 30 x 40 cm.
5. Marker R dan L
6. Meteran
7. Plester
8. Film 30 x 40 cm
D. Prosedur Kerja
1. Perawat mendaftarkan pasiennya ke loket radiologi
2. Petugas administrasi mencatatkan pasien dibuku administrasi, dengan mencatatkan nama
pasien, nomor Rekam Medik, status dan lainnya di buku Administrasi
3. Mempersiapkan pesawat
4. Mempersiapkan kaset 30 x 40
5. Sediakan Apron untuk keluarga pasien
6. Melakukan Tindakan pemotretan
E. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus
1. Proyeksi AP (Antero Posterior)
Posisi Pasien : Pasien berbaring diatas brangkar.
Posisi Objek :
- Ossa Cruris di letakkan di atas kaset dengan kedua sendi
masuk dalam pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien senyaman mungkin,
- pastikan tidak ada rotasi pada objek.
- Kaset dibagi 2 untuk pemeriksaan lateral
CP :
- Pertengahan Ossa Cruris, batas atas knee joint dan atas
bawah ankle joint.
CR : Horizontal Tegak lurus bidang kaset
FFD : 100 cm
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Factor Eksposi :
- kV : 52
- mA : 150
- S : 0,05
-
Gambar 3.1 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP (Antero Posterior)
2. Proyeksi Lateral Cros Table
Posisi Pasien :
- Pasien berbaring diatas brangkar .
Posisi Objek :
- Ossa Cruris di letakkan di atas pengganjal berupa dos film
yang didalamnya diisi dengan papan setebal 3 cm
- kaset diletakan disamping sebelah kiri ossa cruris
- Kedua sendi masuk dalam pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien senyaman mungkin,
- pastikan tidak ada rotasi pada objek.
CP : Pertengahan Ossa Cruris, Batas atas knee joint dan atas bawah
ankle joint.
CR : Vertiakal tegak lurus bidang kaset
FFD : 100 cm
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Factor Eksposi :
- kV : 52
- mA : 150
- S : 0,05
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus
a. Biodata Pasien
1) Inisial Pasien : Tn. K
2) Umur : 55 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki-Laki
4) Tanggal foto : Sabtu, 24 Januari 2015
5) Alamat : Batu-Batu
6) Klinis : Suspek fraktur Ossa Cruris
b. Hasil Radiografi
Proyeksi AP (Antero Posterior)
Gambar 4.1 : Hasil Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan Ossa cruris
o Kriteria Gambar
- Tampak gambaran AP cruris.
- Jaringan lunak tampak.
- Knee joint dalam posisi true AP.
- Tampak fraktur terbuka pada tulang tibia
Proyeksi Lateral Cros Table
Gambar 4.2 : Hasil Radiograf proyeksi Lateral Cros table pada pemeriksaan Ossa cruris
o Kriteria Gambar
- Tampak gambaran Lateral cruris.
- Jaringan lunak tampak.
- Knee joint dalam posisi Lateral.
- Tampak fraktur terbuka pada tulang tibia dan tulang femur.
c. Hasil Baca
Kesan :
Fraktur terbuka 1/3 distal pada tulang tibia dan tulang femur
Dokter :
Dr. Mukhtar Halim Sp.B
B. Pembahasan Laporan Kasus
Terdapat perbedaaan teknik pemeriksaan Ossa Cruris pada buku merril’s dengan teknik
pemeriksaan yang di lakukan di instalasi radiologi RSUD Ajjappange Soppeng yakni:
A. Teknik pemeriksaan Ossa Cruris pada buku merril’s menggunakan Proyeksi :
1. Antero Posterior (AP)
2. Lateral
3. AP Obliq Medial Rotation
4. AP Obliq Lateral Rotation
B. Teknik pemeriksaan Ossa Cruris di instalasi radiologi RSUD Ajjappange Soppeng
menggunakan proyeksi :
1. Antero Posterior (AP)
2. Lateral Cros Table
Terdapat dua proyeksi yang di gunakan untuk pemeriksaan Ossa Cruris di instalasi
radiologi RSUD Ajjappange yaitu AP danLateral Cros Table, sedangkan untuk
pemeriksaan Ossa Cruris yang terdapat di Merril’s menggunakan empat proyeksi yaitu
AP, Lateral, AP Obliq Medial Rotation,dan AP Obliq Lateral Rotation. Mengapa hanya
dua proyeksi yang dipakai dalam pemeriksaan Ossa Cruris Di Instalasi Radiologi
Ajjappange Soppeng dan menggunakan proyeksi tambahan Lateral Cros Table? karena
proyeksi tersebut sudah dapat memvisualisasikan dengan jelas kelainan fraktur pada
Ossa Cruris dan pada saat dilakukan pemeriksaan, pasien dalam keadaan non kooperatif
jadi digunakan teknik tambahan yaitu Lateral Cros Table yang dapat mempelihatkan
hasil radiograf Lateral Ossa Cruris.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan Ossa Cruris digunakan Proyeksi, yaitu proyeksi AP dan lateral
Cros Table di instalasi Radiologi RSUD Ajjappange Soppeng.
2. Pada pemeriksaan Ossa Cruris dengan Proyeksi tambahan yaitu proyeksi Lateral Cros
Table sangat bermanfaat untuk mendukung diagnosa adanya kasus fraktur pada Cruris
dengan kondisi pasien dalam keadaan non kooperatif.
B. Saran
1. Sebelum melakukan kegiatan radiografi sebaiknya petugas dapat memastikan pesawat
dalam keadaan yang baik.
2. Petugas radiologi mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalkan atau
meniadakan kesalahan agar tidak terjadinya pengeksposan ulang.
3. Dalam pemeriksaan Ossa Cruris, petugas harus memilih factor eksposi yang tepat agar
pasien mendapatkan dosis yang kecil namun hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger PW. 1986. Merill’s Atlas Of Radiographic Position and radiologic Procedure, 10th.
Ed. Volume 1, Princeton; CV. Mosby Co.
Akhmad Risal Mahzudi. 2014. Fraktur Cruris Pada Tibia Fibula (online)
http://radiologykr.blogspot.com/2014/01/fraktur-cruris-pada-tibia-fibula.html. Diakses tgl 7
juli 2014
Lutfie. 2012. Laporan Kasus Cruris (online) http://lutfieblogs.blogspot.com/2012/05/laporan-
kasus-cruris.html. Diakses tgl 7 juli 2014
Lalo Rodi Septiadi. 2011. Teknik Radiografi Calcanius & Cruris
(online)http://wwwlalurodiseptiadi.blogspot.com/2011/02/teknik-radiografi-calcaneus-
cruris.html