document

Download Document

If you can't read please download the document

Upload: andre-rachman

Post on 09-Dec-2014

68 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Daun-daun cengkeh yang telah tua dan menguning, akan berjatuhan dan kemudian membusuk atau mengering di bawah tajuk tanaman. Di kab. Bogor, Subang dan Kuningan, daun-daun cengkeh itu ternyata bisa termanfaatkan menjadi komoditas ekspor. Sebuah bisnis yang tampak sangat remeh tetapi ternyata menguntungkan. Hampir seluruh produk minyak daun cengkeh (clove leaf oil) diekspor. Harga minyak daun cengkeh selalu stabil, karena patokannya US $. Indonesia, sampai dengan saat ini masih merupakan pemasok terbesar kebutuhan minyak daun cengkeh dunia. Sementara pemasok minyak bunga cengkeh (clove oil) adalah India. Minyak daun cengkeh sebenarnya masih merupakan bahan seperempat jadi untuk diisolasi eugenolnya. Eugenol sendiri adalah bahan setengah jadi untuk berbagai kegunaan yang sangat luas. Mulai dari untuk parfum, vanili sintetis, farmasi, minuman, makanan sampai ke campuran bahan peledak (bom) dan bahan bakar pesawat ulang-alik. Semua itu berawal dari sampah daun kering yang dikumpulkan anak-anak lalu dipasok ke pengusaha penyulingan. Harga daun cengkeh kering itu Rp 300,- sd. Rp 400,- per kg. Anak-anak biasanya mengumpulkan daun cengkeh kering dengan cara menyapunya terlebih dahulu, baru kemudian memungutnya secara manual dengan tangan untuk dimasukkan ke dalam karung. Cara ini memang sangat praktis, tetapi resikonya banyak daun lain, rumput serta tanah yang ikut terambil. Masuknya kotoran ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak cengkeh yang dihasilkan.

Di Kab. Bogor, Jawa Barat, anak-anak sekolah telah dilatih oleh para pemilik ketel untuk memungut daun-daun kering ini dengan tongkat yang diberi paku pada ujungnya. Daun dipungut dengan cara menusukkan paku tersebut lalu mengangkatnya. Setelah tusukan daun itu cukup banyak, si anak mengambilnya untuk dimasukkan ke dalah karung. Cara ini tidak seefektiv penyapuan. Tetapi kualitas daun yang diperoleh jauh lebih baik. Minyak hasil sulingannya lebih murni dan rendemen juga lebih tinggi. "Panen" daun cengkeh ini akan terjadi tiap musim kemarau. Pada musim ini, satu anak bisa mengumpulkan sampai 3 karung @ 10 kg. dalam seminggu. Berarti dengan tetap sekolah, mereka bisa memperoleh pendapatan Rp 9.000,- selama seminggu. Sistem yang dilakukan penyuling adalah, dengan membagikan karung ke anak-anak. Nanti, setelah karung itu penuh, pihak penyuling akan mengambilnya dan membawanya ke lokasi penyulingan. Sistem yang dolakukan di Kuningan lain lagi. Di sini cara pengambilannya dengan penyapuan. Anak-anak pun harus membawa karung tersebut ke lokasi penyulingan. Setelah ditimbang, segera daun-daun itu ditumpahkan di tempat penampungan. Sebab kalau tidak, ada saja anak-anak yang nakal dengan cara menaruh batu di tengah-tengah daun cengkeh dalam karung tersebut.

Tidak semua pemilik kebun cengkeh mengijinkan anak-anak mengambil daun-daun kering tersebut. Di Minahasa, umumnya pemilik kebun cengkeh keberatan kalau daun-daun yang rontok itu diambil. Alasan mereka, daundaun cengkeh itu akan menjadi humus yang menyuburkan tanah. Kalau diambil, maka ketersediaan bahan organik dalam tanah akan berkurang. Akibatnya pada musim berikutnya hasil cengkeh akan menurun. Namun alasan sebenarnya adalah, masyarakat Minahasa sudah demikian makmur dengan cengkeh dan pala mereka hingga urusan limbah yang remeh itu kurang begitu mereka perhatikan. Jangankan daun cengkeh kering. Pala muda yang rontok pun tidak mereka manfaatkan untuk diambil minyaknya. Padahal rendemen biji pala muda kering berikut fulinya, bisa mencapai 6 sd. 12 %. Sementara rendemen daun cengkeh kering hanya sekitar 1,5 %. Pada musim hujan, suplai daun cengkeh akan menurun tajam. Sebab daun tidak banyak yang rontok. Sementara satu dua daun yang rontok pun, akan segera membusuk tersiram air hujan. Hingga praktis selama musim penghujan kegiatan penyulingan daun cengkeh akan terhenti. Padahal, kalau dalam satu tahun ketel hanya beroperasi kurang dari 200 hari, maka penyuling akan rugi. Itulah sebabnya banyak penyuling daun cengkeh yang pada musim penghujan menyuling nilam. Sebab pada musim ini tanaman nilam justru memproduksi daun yang bisa dipanen. Sementara pada musim kemarau, tanaman nilam yang tidak diairi akan berhenti berproduksi.

Investasi ketel besi kapasitas 1 ton, saat ini sekitar Rp 50.000.000,- Kalau disusutkan selama 5 tahun, maka penyusutan per harinya sekitar Rp 30.000,Biaya penyulingan dengan bahan bakar ampas daun cengkeh (bekas disuling), Rp 100.000,- per hari. Bahan baku @ Rp 300,- sebanyak 1 ton Rp 300.000,- Hingga total biaya penyulingan 1 ton daun cengkeh adalah Rp 430.000,- Dengen rendemen 1,5 %, hasilnya adalah 15 kg minyak cengkeh. Saat ini harga minyak cengkeh pranko lokasi penyulingan Rp 40.000,- per kg. Hingga pendapatan per hari kegiatan penyulingan daun cengkeh ini Rp 600.000,- Pendapatan bersih per hari dari 1 ton daun kering itu Rp 170.000,Kalau dalam sebulan ketel bisa beroperasi selama 20 hari kerja, maka pendapatan bersih sebulan Rp 3.400.000,- Pendapatan bersih tersebut masih belum bisa disebut sebagai keuntungan bersih. Sebab masih harus dipotong pajak, serta pengeluaran lain-lain yang juga tidak kecil. Namun paling sedikit, pemilik ketel bisa memperoleh gaji Rp 2.500.000,- sebulan. Dengan catatan, pada musim penghujan ketel tetap bisa beroperasi untuk menyuling daun nilam, sereh wangi dll. Sebab kalau tidak, maka praktis selama musim penghujan ketel akan enganggur. Gaji Rp 2.500.000,- sebulan tersebut apabila kapasitas ketel hanya 1 ton. Kalau kapasitas ketel 2 ton, maka pendapatan pemilik ketel akan menjadi dua kali lipatnya atau Rp 5.000.000,-

sebulan.

Pendapatan tinggi dengan investasi dan resiko kecil itulah tampaknya yang telah menggoda banyak investor untuk membangun unit penyulingan. Barubaru ini di Banyuwangi ada seorang investor yang nekad membangun unit penyulingan dengan kapasitas 7 ton per hari. Harapannya, dia akan bisa meraih pendapatan bersih Rp 17.500.000,- per bulan. Ternyata harapan tersebut menjadi nol. Sebab pemilik 400 hektar kebun cengkeh di kawasan tersebut tidak mengijinkan daun-daun keringnya diambil. Kalau saja daundaun kering itu akan dimanfaatkan, dia berniat untuk membangun sendiri unit penyulingan dan memanfaatkan karyawan kebun serta anak-anak mereka sebagai tenaga pemungut. Ada banyak "pemimpi" demikian. Membangun unit penyulingan tanpa perhitungan yang cermat dan tanpa langkah yang tepat. Tetapi di pulau Jawa ini pun, masih banyak kebun-kebun cengkeh skala puluhan atau hanya hektaran yang belum termanfaatkan daunnya. Untuk membangun sebuah unit penyulingan, pertama-tama haruslah dilakukan survei awal. Berapa banyakkah populasi tanaman cengkeh di sekitar lokasi tersebut? Berapakah umur tanaman? Sebab umur tanaman akan sangat menentukan produktivitas daun yang rontok di musim kemarau. Sudah adakah pengusaha penyuling yang beroperasi di kawasan tersebut? Dan terakhir, adakah komoditas pendamping yang bisa disuling pada musim penghujan?

Faktor terakhir ini menjadi sangat penting sebab harus diupayakan penanamannya. Misalnya dipilih komoditas nilam. Harus dihitung juga, berapa luaskah harus ditanam agar kapasitas ketel yang idel pada musim hujan tersebut dapat diisi. Selain melakukan investasi penanaman nilam atau sereh wangi, investor juga perlu mengajak rakyat untuk menanamnya. Cara ini sangat strategis, sebab dengan mengajak masyarakat, maka investasi lahan menjadi tidak perlu. Kedua, kalau masyarakat bisa ikut menikmati keberadaan ketel secara optimal, maka hal tersebut akan menjadi faktor pengaman yang sangat murah tetapi sekaligus sangat efektif. Kalau ada "gangguan" dari preman atau aparat sipil/militer, maka masyarakat akan berpihak pada pengusaha. Sebab keberadaan ketel tersebut juga dapat mereka nikmati dalam bentuk pendapatan rutin. Hal-hal demikianlah yang kurang mendapatkan perhatian dari para calon investor yang silau dengan keuntungan besar. Setelah survei awal ini dilakukan, langkah berikut adalah menghubungi pemilik kebun atau tanaman cengkeh satu per satu. Bolehkah daun-daun kering itu diambil oleh anak-anak untuk disetorkan padanya? Hasilnya bisa boleh bisa pula tidak boleh. Pada kasus di Banyuwangi, investor cukup menghubungi satu pemilik kebun yang luasnya 400 hektar itu. Kalau

pemilik mengijinkan, baru ketel dibangun. Dalam kasus kebun kecil-kecil atau tanaman rakyat, hasilnya pasti ada yang mengijinkan, ada pula yang tidak. Untuk itu populasi tanaman yang diijinkan pemiliknya harus dihitung ulang. Kapasitas ketel disesuaikan dengan volume daun cengkeh yang sudah pasti diijinkan untuk diambil.

Sebenarnya akan lebih enak kalau investor ketel tersebut juga pemilik kebun. Nilam misalnya, bisa ditanam di bawah tegakan cengkeh tanpa mengganggu tanaman pokoknya. Tanaman ini memang sangat rakus unsur hara dan bahan organik. Tetapi hasilnya masih sebanding dengan nilai minyak yang akan didapat. Kalau selama ini masih banyak kebun cengkeh yang belum termanfaatkan daunnya, maka penyebabnya karena si pemilik belum tahu bahwa daun itu bisa mendatangkan hasil. Paling tidak, bisa mendatangkan tambahan pendapatan bagi karyawan kebun. Kalau alasannya daun-daun itu akan menjadi humus dan kalau diambil produktivitas tanaman menurun, maka unsur hara itu bisa diganti dengan pupuk buatan dan bahan organik lainnya. Alasan terbanyak mengapa daun-daun cengkeh itu belum termanfaatkan sebenarnya hanyalah faktor informasi. Seorang pemilik kebun cengkeh skala puluhan hektar, bahkan terheran-heran dan tidak percaya bahwa daun-daun kering itu masih bisa disuling menjadi minyak. Dia hanya pernah mendengar bahwa salah satu kegunaan bunga cengkeh adalah untuk dijadikan minyak. Tetapi dia tidak tahu untuk apa minyak cengkeh tersebut. Lebih-lebih minyak daun cengkeh. Bahkan dia mengira bahwa yang bisa dijadikan minyak adalah daun-daun segar yang diambil langsung dari pohonnya. Kalau hal ini yang dilakukan, maka tanaman cengkehnya bukan hanya akan berhenti berproduksi, tetapi akan mati. Kurangnya informasi itulah yang selama ini menjadi hambatan pengembangan agroindustri minyak daun cengkeh di Indonesia. (R) * *

TEMPO.CO , Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta meneliti dan mengembangkan sintesis antimalaria baru dengan menggunakan minyak daun cengkeh.

Para mahasiswa yang terdiri dari Dhina Fitriastuti, Imelda Octa Tampubolon dan Putri Ernia Wati itu menciptakan antimalaria baru karena melihat berbagai usaha penanggulangan penyakit malaria yang selama ini dilakukan masih belum optimal.

Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam usaha tersebut antara lain timbulnya vektor malaria (nyamuk Anopheles) yang resisten terhadap insektisida dan parasit (Plasmodium) yang resisten terhadap antimalaria komersial yang tersedia.

Plasmodium, khususnya Falciparum, di beberapa negara termasuk Indonesia dilaporkan sudah mengalami resistensi terhadap klorokuin yang menjadi antimalaria komersial saat ini, kata Dhina Selasa, 31 Juli 2012.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong kelompok yang telah menyabet juara satu kategori poster pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Yogya tahun 2012 tersebut melakukan penelitian lanjutan demi menemukan antimalaria baru.

Menurut Dhina, salah satu senyawa antimalaria baru yang dapat disintesis adalah (1)-N-(3,4-dimetoksibenzil)-1,10-fenantrolinium bromida dan dapat dihasilkan dari minyak daun cengkeh.

Selama ini, minyak cengkeh digunakan sebagai bahan anestesi gigi. Minyak cengkeh di Indonesia merupakan produk alami yang tidak mahal dan dapat diperoleh dengan mudah di kawasan Asia Tenggara dengan komponen yang paling dominan eugenol.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa eugenol ini dapat diubah menjadi senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehida (veratraldehida) melalui proses isomerisasi, oksidasi dan metilasi, kata dia.

Dhina menambahkan, penelitian yang mereka lakukan telah melalui tahap sintesis di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, FMIPA UGM dan tahap uji aktivitas antimalaria di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM.

Tahap sintesis dilakukan dengan mengubah veratraldehida menjadi veratril alkohol dengan cara digerus dalam mortar dan pestle menggunakan reduktor

NaBH4, kata dia.

Di sisi lain untuk melihat kemampuan senyawa sebagai antimalaria, imbuh Dhina, diperlihatkan dari nilai IC50, yang berarti konsentrasi yang dibutuhkan senyawa untuk menghambat 50 persen pertumbuhan sel. Jadi semakin kecil konsentrasi yang dibutuhkan, maka akan semakin baik aktivitas senyawa tersebut sebagai antimalaria, kata dia.

Berdasarkan hasil tersebut, senyawa (1)-N-(3,4-dimetoksibenzil)-1, 10fenantrolinium bromida memiliki nilai IC50 yang lebih kecil dari klorokuin. Ini artinya senyawa hasil sintesis memiliki aktivitas antimalaria yang lebih baik daripada klorokuin.

Sementara rekan Dhina, Putri menuturkan penelitian yang mereka lakukan menjadi awal pembuatan obat malaria. Senyawa aktif hasil sintesis ini masih perlu diuji klinik lebih lanjut, yaitu meliputi uji in vivo, uji mekanisme aksi dan toksisitas.

Untuk melakukannya, diperlukan adanya kerjasama interdisipliner ilmu yaitu dengan pihak kedokteran (dalam uji lanjutan) dan pihak farmasi (dalam pembentukan sediaan obat) Malaria sendiri tergolong penyakit menular yang masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan dan menyebabkan 544.470 kasus malaria dengan 900 kematian.

Data dari WHO tahun 2010 menunjukkan terdapat 81 juta kasus positif malaria dengan 117.704 kematian tiap tahunnya. Di DIY peristiwa menjangkitnya penyakit malaria juga terjadi di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Pada awal Januari tahun 2012, sebanyak 68 kasus malaria terjadi di daerah tersebut.

http://masamru.blogspot.com/2010/02/minyakcengkeh.html#.UXimrsp5eSo

Minyak Cengkeh Cengkeh adalah tanaman penghasil eugenol yang memiliki daya jual tinggi. Mulai dari bunga, tangkai bunga, hingga daunnya dapat diekstraksi menjadi salah satu jenis minyak atsiri yang berharga tinggi di dunia.

Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai bunga pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Bunga engkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.

Bunga engkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan. Berdasarkan asal muasal bahan dasar penyulingan, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil) yang diekstraksi dari daun cengkeh, minyak tangkai cengkeh (clove stem oil) yang diekstraksi dari tangkai bunga cengkeh, dan minyak bunga cengkeh (clove bud oil) yang diektraksi dari bunga cengkeh. Komponen utama dalam minyak cengkeh adalah senyawa eugenol, eugenol asetat dan caryophylene dengan kandungan total mencapai 70-80%. Komponen lain yang terdapat dalam minyak cengkeh adalah methyl nhepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl carbinol.

MINYAK ATSIRI Minyak atsiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. Ciri-ciri

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatankegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.

Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.

Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil). Beberapa minyak atsiri penting

Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, seperti

Minyak adas (fennel/foeniculi oil) Minyak cendana sandalwood oil) Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil) Minyak kayu putih (cajuput oil) Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil) Minyak lawang Minyak mawar Minyak nilam Minyak serai

Selain itu, dikenal pula beberapa "minyak" (atau dalam bentuk salep) yang sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya adalah

Minyak telon Minyak tawon Minyak angin Beberapa minyak gosok dan salep gosok.

CENGKIH WIKIPEDIA

Cengkih (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.

Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara. Pemerian

Pohon cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkih akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Penggunaan

Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkih digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkih kering per tanaman[1]. Sejarah cengkih

Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah napasnya. Cengkih, pala dan merica

sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkih dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate. Orang Portugis membawa banyak cengkih yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkih akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkih di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkih dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.

Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkih sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor. Sebab cengkih disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkih tersebut. Sampai sekarang cengkih menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.

Pohon cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Poho yang disebut sebagai Cengkih Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkih.[2] Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkih

Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih juga digunakan dalam campuran tradisional chjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; "chji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak mutu minyak atsiri yang bersangkutan. Bila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah. Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya, bisa dilakukan dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa meningkatkan kualitas minyak tersebut, terutama dalam hal warna, sifat fisikokimia dan kadar komponen utamanya. Proses pemurnian yang akan dibahas adalah untuk pemurnian minyak nilam, akar wangi, kenanga dan daun cengkeh. Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebih cerah dan karakteriknya memenuhi persyaratan mutu standar. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil, akar wangi, pala, kenanga, daun cengkeh, dan cendana. Beberapa daerah produksi minyak atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, pala), Jawa Timur (kenanga, daun cengkeh), Jawa Tengah (daun cengkeh, nilam), Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli, dan Sumatera Barat (Manurung, 2003). Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan para petani, masih dilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik penyulingan secara baik dan benar. Selain itu, penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan secara maksimal, seperti pemisahan minyak setelah penyulingan, wadah yang digunakan, penyimpanan yang tidak benar, maka akan terjadi proses-proses yang tidak diinginkan, yaitu oksidasi, hidrolisa ataupun polimerisasi. Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat

lebih gelap dan berwarna kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu. Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak. Untuk itu, proses penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci, sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada. Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya; adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan. B. Potensi minyak atsiri

Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman. Dalam dunia perdagangan, komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Komoditas ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga, namun baik petani maupun produsen masih diuntungkan. Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar sebagai salah satu negara penghasil minyak atsiri. Dari 70 tanaman penghasil penghasil minyak atsiri yang ada di dunia, sekitar 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia karena tanaman penghasilnya dapat dibudidayakan dengan pertumbuhan yang cukup baik. Namun pada kenyataannya sampai dengan tahun 1993 baru tercatat sekitar 14 jenis minyak atsiri Indonesia yang cukup nyata peranannya sebagai komoditi ekspor. Bidang penggunaan minyak atsiri sangat luas, antara lain dalam industri kosmetik, penyedap makanan, parfum, farmasi dan obat-obatan, bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor, pangsa pasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%), kenanga (67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%), jahe (0,4%)

dan lada (0,9%) dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO, 2004). Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada tahun 2002, volume impor mencapai 33.184 ton dengan nilai US$ 564 juta, serta hasil olahannya (derivat, isolat dan formula) yang jumlahnya mencapai US$ 117.199-165.033 juta tiap tahun. Diantara minyak atsiri yang diimpor, terdapat tanaman yang sebenarnya dapat diproduksi di Indonesia seperti menthol (Mentha arvensis) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itu keanekaragaman minyak atsiri Indonesia yang bertujuan untuk ekspor maupun berfungsi sebagai substitusi impor harus ditingkatkan.

BAB II PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh. Minyak daun cengkeh hasil penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor, sehingga untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut, perlu dilakukan pemurnian. Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan. Komponen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol sebagai komponen terbesar. Kelompok

kedua adalah senyawa non fenolat yaitu -kariofeilen, -kubeben, -kopaen, humulen, - kadien, dan kadina 1,3,5 trien dengan -kariofeilen sebagai komponen terbesar. Eugenol mempunyai flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo, 2002). Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai 10 % diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi peningkatan kejernihan, kecerahan dan warna minyak. Peningkatan kejernihan terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam, sehingga dengan berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak menjadi jernih. Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 0,6 % juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak (Marwati et al., 2005). Populasi Cengkeh, bila di daerah Jawa banyak terdapat di Garut, Trenggalek, Pacitan, Malang, dan di lereng Gunung Lawu. Sementara di luar jawa, Sulawesi Selatan kabarnya juga daerah dengan populasi yang cukup banyak, namun belum termanfaatkan minyak daunnya. Dan yang sudah terkenal dari dahulu kala, Maluku dan Maluku Utara, sebagai daerah tujuan pencarian rempah-rempah, termasuk cengkeh. Di Aceh juga banyak dijumpai tanaman ini. Adapun di negara lain, Zanzibar adalah salah satu ikon cengkeh dunia. Adapun tujuan pemasaran, daerah yang banyak membutuhkan ditilik dari permintaan melalui situs Alibaba.com, India adalah konsumen yang senantiasa memerlukan dalam jumlah besar dan kontinyu. Produk akhir berupa minyak cengkeh, di apotek, dilihat juga sudah mulai ada yang memasarkan produk ini, termasuk salah satu produsen minyakminyakan yang biasanya menjadi ikon minyak angin dan minyak telon.

B.

Potensi Minyak Cengkeh di Indonesia

Menurut data statistik FAO, Indonesia memiliki luas areal tanaman cengkeh terluas di dunia, yaitu sekitar 241.800 ha atau lebih dari 70% luas areal tanaman cengkeh di dunia. Indonesia juga merupakan penghasil minyak cengkeh terbesar di dunia. Industri minyak daun cengkeh tidak saja memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja hal ini dikarenakan besarnya permintaan dari dalam maupun luar negeri.

Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia sekitar 3.500 ton / tahun. Walaupun demikian volume ekspor minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dan lain-lain. Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Dari ketiga bagian tersebut yang paling ekonomis adalah ekstrak bagian daunnya. Oleh karena itu jenis minyak cengkeh yang umum diperjualbelikan adalah minyak daun cengkeh ( clove leaf oil ). Kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%). Eugenol adalah komponen utama minyak cengkeh berupa cairan tidak berwarna, beraroma khas, dan mempunyai rasa pedas yang banyak dimanfaatkan dalam industri fragrance dan flavor karena memiliki aroma yang khas dan industri farmasi karena bersifat antiseptik. Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak tahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun 1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama digunakan terutama untuk kesehatan gigi, yaitu eugenol murni sebagai obat gigi. Disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, dan industri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karena mengandung eugenol yang bersifat antiseptik. Dalam industri makanan cengkeh digunakan dalam bentuk bubuk atau produk hasil ekstraksi dari bunga cengkeh seperti minyak cengkeh atau oleoresin.

C.

BAHAN BAKU (Raw material)

Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi. Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan sendiri dengan alat Stahl Distillation. Jika belum punya alatnya, Anda bisa pesan dengan disini. Sebelum disuling bahan baku harus dirajang dahulu untuk mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan tanaman. Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah bahan basah, layu atau kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku memerlukan penenangan yang berbeda. Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya dalam

keadaan kering dengan kadar air antara 22-25%. Jika yang masuk ketel adalah nilam basah membutuhkan waktu destilasi lebih lama, akibatnya cost produksi menjadi lebih besar. Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak mutu minyak atsiri yang bersangkutan. Bila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak

tersebut akan jauh lebih murah. Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya, bisa dilakukan dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa meningkatkan kualitas minyak tersebut, terutama dalam hal warna, sifat fisikokimia dan kadar komponen utamanya. Proses pemurnian yang akan dibahas adalah untuk pemurnian minyak nilam, akar wangi, kenanga dan daun cengkeh. Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebih cerah dan karakteriknya memenuhi persyaratan mutu standar. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil, akar wangi, pala, kenanga, daun cengkeh, dan cendana. Beberapa daerah produksi minyak atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, pala), Jawa Timur (kenanga, daun cengkeh), Jawa Tengah (daun cengkeh, nilam), Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli, dan Sumatera Barat (Manurung, 2003). Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan para petani, masih dilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik penyulingan secara baik dan benar. Selain itu, penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan secara maksimal, seperti pemisahan minyak setelah penyulingan, wadah yang digunakan, penyimpanan yang tidak benar, maka akan terjadi proses-proses yang tidak diinginkan, yaitu oksidasi, hidrolisa ataupun polimerisasi. Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu. Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak. Untuk itu, proses penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci, sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada. Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya; adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya,

perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan. B. Potensi minyak atsiri

Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman. Dalam dunia perdagangan, komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Komoditas ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga, namun baik petani maupun produsen masih diuntungkan. Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar sebagai salah satu negara penghasil minyak atsiri. Dari 70 tanaman penghasil penghasil minyak atsiri yang ada di dunia, sekitar 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia karena tanaman penghasilnya dapat dibudidayakan dengan pertumbuhan yang cukup baik. Namun pada kenyataannya sampai dengan tahun 1993 baru tercatat sekitar 14 jenis minyak atsiri Indonesia yang cukup nyata peranannya sebagai komoditi ekspor. Bidang penggunaan minyak atsiri sangat luas, antara lain dalam industri kosmetik, penyedap makanan, parfum, farmasi dan obat-obatan, bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor, pangsa pasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%), kenanga (67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%), jahe (0,4%) dan lada (0,9%) dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO, 2004). Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada tahun 2002, volume impor mencapai 33.184 ton dengan nilai US$ 564 juta, serta hasil olahannya (derivat, isolat dan formula) yang jumlahnya mencapai US$ 117.199-165.033 juta tiap tahun. Diantara minyak atsiri yang diimpor, terdapat tanaman yang sebenarnya dapat diproduksi di Indonesia seperti menthol (Mentha arvensis) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itu keanekaragaman minyak atsiri Indonesia yang bertujuan untuk ekspor maupun berfungsi sebagai substitusi impor harus ditingkatkan.

http://mahmudaheka.blogspot.com/2013/02/minyak-atsiri-daun-cengkeh.html BAB II PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh. Minyak daun cengkeh hasil penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor, sehingga untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut, perlu dilakukan pemurnian. Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan. Komponen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol sebagai komponen terbesar. Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat yaitu -kariofeilen, -kubeben, -kopaen, humulen, - kadien, dan kadina 1,3,5 trien dengan -kariofeilen sebagai komponen terbesar. Eugenol mempunyai flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo, 2002). Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai 10 % diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi peningkatan kejernihan, kecerahan dan warna minyak. Peningkatan kejernihan terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam, sehingga dengan berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak menjadi jernih. Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 0,6 % juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak (Marwati et al., 2005). Populasi Cengkeh, bila di daerah Jawa banyak terdapat di Garut, Trenggalek, Pacitan, Malang, dan di lereng Gunung Lawu. Sementara di luar jawa, Sulawesi Selatan kabarnya juga daerah dengan populasi yang cukup banyak, namun belum termanfaatkan minyak daunnya. Dan yang sudah terkenal dari dahulu kala, Maluku dan Maluku Utara, sebagai daerah tujuan pencarian

rempah-rempah, termasuk cengkeh. Di Aceh juga banyak dijumpai tanaman ini. Adapun di negara lain, Zanzibar adalah salah satu ikon cengkeh dunia. Adapun tujuan pemasaran, daerah yang banyak membutuhkan ditilik dari permintaan melalui situs Alibaba.com, India adalah konsumen yang senantiasa memerlukan dalam jumlah besar dan kontinyu. Produk akhir berupa minyak cengkeh, di apotek, dilihat juga sudah mulai ada yang memasarkan produk ini, termasuk salah satu produsen minyakminyakan yang biasanya menjadi ikon minyak angin dan minyak telon.

B.

Potensi Minyak Cengkeh di Indonesia

Menurut data statistik FAO, Indonesia memiliki luas areal tanaman cengkeh terluas di dunia, yaitu sekitar 241.800 ha atau lebih dari 70% luas areal tanaman cengkeh di dunia. Indonesia juga merupakan penghasil minyak cengkeh terbesar di dunia. Industri minyak daun cengkeh tidak saja memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja hal ini dikarenakan besarnya permintaan dari dalam maupun luar negeri. Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia sekitar 3.500 ton / tahun. Walaupun demikian volume ekspor minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dan lain-lain. Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Dari ketiga bagian tersebut yang paling ekonomis adalah ekstrak bagian daunnya. Oleh karena itu jenis minyak cengkeh yang umum diperjualbelikan adalah minyak daun cengkeh ( clove leaf oil ). Kandungan utama minyak atsiri bunga cengkeh adalah eugenol (70-80%). Eugenol adalah komponen utama minyak cengkeh berupa cairan tidak berwarna, beraroma khas, dan mempunyai rasa pedas yang banyak dimanfaatkan dalam industri fragrance dan flavor karena memiliki aroma yang khas dan industri farmasi karena bersifat antiseptik.

Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak tahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun 1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama digunakan terutama untuk kesehatan gigi, yaitu eugenol murni sebagai obat gigi. Disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, dan industri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karena mengandung eugenol yang bersifat antiseptik. Dalam industri makanan cengkeh digunakan dalam bentuk bubuk atau produk hasil ekstraksi dari bunga cengkeh seperti minyak cengkeh atau oleoresin.

C.

BAHAN BAKU (Raw material)

Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi. Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan sendiri dengan alat Stahl Distillation. Jika belum punya alatnya, Anda bisa pesan dengan disini. Sebelum disuling bahan baku harus dirajang dahulu untuk mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan tanaman. Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah bahan basah, layu atau kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku memerlukan penenangan yang berbeda. Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya dalam keadaan kering dengan kadar air antara 22-25%. Jika yang masuk ketel adalah nilam basah membutuhkan waktu destilasi lebih lama, akibatnya cost produksi menjadi lebih besar. Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.

E.

PROSES PRODUKSI MINYAK CENGKEH

A. a.

Proses Pembuatan Minyak Atsiri Cengkeh Persiapan Ketel Suling

Sebelum ketel digunakan, sisa air bekas penyulingan sebelumnya harusdibuang, karena air tersebut mengandung garam dan komponen hasildegradasi yang dapat mencemari mutu minyak yang dihasilkan . b. Pengisian Daun ke dalam Ketel Suling

Daun kering tidak perlu dirajang, dapat langsung dimasukkan ke dalamketel suling .Pengisian dilakukan secara bertahap dan diinjak-injak/ditekanuntuk meningkatkan kepadatan daun dalam ketel.Kepadatan optimum dauncengkeh kering didalam ketel sekitar 70-80 gram/liter . c. Proses Penyulingan

Lama penyulingan daun cengkeh basah sekitar 7-8 jam, dan penyulingandaun kering sekitar 6-7 jam .Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1bar sampai 2 bar, dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4-5 jam .Rendemen minyak daun cengkeh yang dihasilkan sekitar 2,0-2,5% Pendinginan (Kondensasi) UapPendinginan dilakukan dengan unit pendingin (kondensor) berupa pipa pendingin model multi tubular atau spiral yang dipasang dalam tabung ataudirendam dalam bak air pendingin.Aliran air pendingin dibuat berlawananarah ( counter flow)dengan arah aliran uap di dalam pipa.Tujuannya adalahagar distilat pada saat akan keluar dari pipa pendingin, telah terkondensasisempurna.

d.

Pemisahan minyak dari air destilat

Suhu destilat yang mengalir keluar tabung kondensor diusahakansama/mendekati suhu air pendingin yang masuk (maks 30oC)Pemisahanminyak dilakukan pada prinsipnya berdasarkan perbedaan BJ (Berat Jenis)antara air dengan minyak Jika BJ minyak 1, minyak akan mengendap di bagian bawah unit pemisah minyak, dan air berada dia atasnya

e.

Penyaringan Minyak

Minyak yang dihasilkan masih terlihat keruh karena masih mengandungsejumlah kecil air dan kotoran yang terdispersi dalam minyak . .Air tersebut perlu dipisahkan dengan menyaring minyak menggunakan kain teflon/sablonatau dapat dilakukan dengan menambahkan Natrium Sulfat Anhidrida(Na2SO4) sebagai pengikat air sebanyak 1%, selanjutnya diaduk dan disaring . f. Pemucatan Minyak Cengkeh

Jika minyak yang dihasilkan masih berwarna kuning coklat/coklat gelap, biasanya mengandung logam besi yang berasal dari ketel suling dan alat penampung minyak yang terbuat dari besi .Jika diinginkan minyak cengkeh berwarna kuning pucat, dan bebas dari logam besi, dapat dilakukan dengan 2cara pemucatan yaitu : 1) Redestilasi minyak daun cengkeh pada kondisivakum; 2) pemucatan dengan penambahan chelating agent (bahan pengkelat)seperti asam sitrat dan asam tartarat

B.

Produsen Minyak Cengkeh di Indonesia

PT.Indesso Aroma, merupakan pemain dunia di industri pewangi berbasis minyak cengkeh (flavor dan flagrance) dan turunannya. Dari 3.500 ton total produksi minyak cengkeh dunia, 2.500 ton-nya diproduksi dan dipasok oleh PT.Indesso. Tahun 2008, PT. Indesso mengekspor 1.900 ton minyak cengkeh dan turunannya. Tujuan ekspor terbesar saat ini adalah AS dan negaranegara Eropa, dan belakangan mulai masuk ke pasar Cina, India dan negaranegara Amerika latin. Pada tahun 2006, PT. Indesso mempunyai satu unit distilasi (1000 L/ batch) dan tiga unit Fraksinasi (dua @ 2000 L/batch dan satu 600 L/batch), sehingga pabrik ini mampu menghasilkan minyak cengkeh sebesar 100 150 ton/bulan, atau sekitar 2 3 ton per hari. Angka ini membuat perusahaan yang terletak di Banyumas, Jawa Tengah, sebagai produsen minyak cengkeh terbesar di dunia. Di pasar dunia, harga minyak cengkeh cukup fluktuatif, pada kisaran Rp 110.000 170.000 per kg.

STANDAR MUTU Standar merupakan dokumen yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bahan dengan persyaratan tertentu, yang meliputi persyaratan spesifikasi, prosedur dan aturan yang bersifat dinamis, sehingga perlu dikelola secara profesional dengan memperhatikan kebutuhan pengguna serta perkembangan teknologinya. Bila tidak memenuhi aturan tersebut, maka dapat menimbulkan masalah sosial seperti menurunkan persaingan akibat adanya hambatan dalam menembus pasar serta tidak cukupnya proteksi terhadap pengguna dan perlindungan lingkungan. Sebaliknya, apabila standar dirumuskan berdasarkan acuan ke standar-standar nasional yang telah diakui serta ke standar internasional yang merefleksikan persyaratan pasar dunia dan tidak sekedar pada kondisi khusus untuk pasar dalam negeri, maka standar dapat membantu proses perencanaan, mendukung pembuatan dan penjualan barang dan jasa dengan lebih mudah baik di pasar domestik dan pasar bebas. Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteriakriteria tertentu. Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari masing-masing minyak tersebut.Dari sifat fisika kita akan mengetahui keasliannya, sedangkan sifat kimia, meliputi komponen kimia pendukung minyak secara umum bisa diketahui, terutama komponen utamanya. Adanya bahan-bahan asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut. Oleh karena itu, cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya bahan-bahan asing, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede, 2003). Contoh standar yang digunakan dalam perdagangan minyak daun cengkeh

. SNI : 06-4267-1996 Minyak Cengkeh (Clove Oil) Parameter Mutu Minyak Cengkeh

Karakteristik Warna

Tak berwarna/ kuning muda Berat Jenis ( 25C)

1,030 1,060 g/ml Indek Bias

1,527-1,535 Putaran Optik

0-135 Kelarutan dalam Etanol

1:2 Eugenol Total (b/b)

80-95 %

Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas minyak yang disulingadalah waktu penyulingan, suhu, dan tekanan uap, serta kualitas mesin yangdigunakan. Minyak atsiri merupakan produk yang sangat komplek. Minyak atsiridapat diproduksi sangat banyak dari tanaman maupun akarakaran, ratusan ikatankimia yang ada pada minyak atsiri dapat membawa aroma dan dapat digunakansebagai obat-obatan. Beberapa molekul yang terkandung pada minyak atsiri dapatrusak karena kondisi lingkungan maupun proses pengolahan dengan suhu yangsangat tinggi.Suhu dan tekanan yang

tinggi sering digunakan untuk produksiminyak atsiri dengan skala besar, yang membutuhkan waktu yang pendek,biasanya minyak yang diproduksi digunakan sebagai industri kosmetik, maupunbahan tambahan makanan, namun kadang ada yang dijual dalam bentuk minyak atsiri, dengan harga yang cukup murah jika dibandingkan dengan minyak atsiriyang diolah menjadi produk lain seperti parfum (Cech 2007).

H.

KHASIAT MINYAK DAUN CENGKEH

1. Obat sakit gigi yang mujarab Oleh dokter gigi, eugenol yang diencerkan dengan alkohol (kadar di kisaran 10-20%) dijadikan obat standar untuk sakit gigi. Bila anda membaca indeks komposisi obat gigi, bahan aktifnya adalah eugenol. Bila langsung menggunakan minyak cengkeh, efek penyembuhannya juga sama, tetapi sangat pahit dan panas, terlebih masuk ke dalam rongga mulut, terkena lidah dan gusi. Kalaupun terpaksa menggunakan minyak cengkeh murni, sebaiknya menggunakan secuil kapas yg dibasahi sedikit saja dengan minyak cengkeh. Meski pahit dan pedas, masih bisa ditahan. 2. Obat Luka Berdarah Luka berdarah yang masih baru atau sudah lama, sangat cocok diberi minyak cengkeh. 15 menit pertama, memang rasanya sangat panas, hampir 5 kali dibandingkan Rheumason. Namun, bila diolesi minyak cengkeh, efek penyucihamaan (desinfektan), perangsangan penutupan luka dan pembentukan jaringan baru sangat-sangat cepat dibandingkan dengan obat lain. Saya berkali-kali membuktikan hal ini. Dari luka yang saya sengaja (kutil/caplak), hingga yang tidak sengaja. Pernah ketika naik kereta api Gumarang Jakarta-Surabaya, di Bekasi Timur kereta dilempar batu dari luar. Kaca pun hancur berantakan, dan pecahannya beberapa mengenai leher saya. Alhamdulillah karena saat itu saya membawa minyak, langsung saya olesi ke luka tersebut. Dalam 10 menit luka sudah berhenti mengalirkan darah, dan dalam sehari Alhamdulillah sudah hampir pulih. Orang lain juga demikian halnya. Di daerah Fatmawati, ketika ada insiden kecil, yakni spion bus pecah dan mengenai salah satu penumpang hingga terluka. Penumpang tersebut segera saya olesi minyak, dan Alhamdulillah pendarahan berhenti dan luka mengering. 3. Obat Luka Bernanah Pertama kali saya membuktikan, adalah seorang famili yang sudah tiga hari luka bernanah di bagian jari tangan. Luka ini disebabkan bacokan arit / parang manakala sedang membelah kayu. Kondisinya cukup

memprihatinkan, selain bernanah, selama tiga malam juga tidak bisa tidur nyenyak karena nyeri dan nyut-nyutan di jarinya. Sore hari ketika bertemu saya, langsung saya celupkan jarinya ke minyak cengkeh, sehingga seluruh luka terbasahi minyak. Ybs langsung menjerit kepanasan dan perih :) . Maklum, baru pertama. Tapi ini tidak berlangsung lama. 15 menit saja sudah berangsur hilang panas nyerinya. Paginya, ketika bertemu, famili ini mengatakan bahwa malamnya sudah bisa tidur nyenyak, nanahnya sudah mengempis dan tidak lagi bengkak. Dan saya celupkan lagi ke dalam minyak. Besoknya, luka sudah mengering, dan berangsur sembuh. Kasus ke-dua, Ibu saya di pertengahan 2010 ini. Manakala terjatuh dan bibir bawah sobek, karena sudah sore tidak segera saya bawa ke Rumah Sakit untuk dijahit. Melainkan dicuci dan dibasuh dengan minyak cengkeh. Entah bagaimana panas dan perihnya waktu itu. Ketika di UGD RS keesokan harinya (sudah lewat 12 jam lebih), dokter mengatakan bahwa luka untuk bisa dijahit dan pulih dengan bagus sebaiknya dilakukan pada masa Golden Period. Periode emas luka ini adalah maksimal enam jam setelah luka. Tapi bagaimana lagi, toh sudah terlanjur. Akhirnya pagi itu dijahit dengan 13 jahitan. Cukup banyak karena bentuknya seperti huruf T dan tidak rata. Di masa penyembuhan luka ini, setiap habis mandi, Bapak saya selalu rutin menetesi minyak daun cengkeh ke bekas jahitan. Efeknya memang dahsyat. Nanah semakin cepat keluar dan terhitung banyak. Dan harus tega mengingat khasiat yang sudah diyakini selama ini. Tiga hari setelah dijahit, kontrol ke dokter. Dikatakan penyembuhan lukanya sangat bagus dan cepat. Begitu pula pada hari ke-lima, dikatakan luka sudah menutup sempurna, tetapi masih diperlukan satu kali lagi kontrol. Alhamdulillah, meski masih meninggalkan bekas luka robek yang minor, bibir Ibu saya sudah pulih, dan bagi orang awam, sekilas tidak nampak adanya bekas luka tersebut. 4. Obat Luka Bakar Ini yang mengalami saya sendiri. Ketika lengan ini terkena knalpot motor, tentu rasa panas membakar. Dan bila tidak diobati, kulit melepuh berair. Begitu pula rambut tangan tidak tumbuh lagi dan meninggalkan bekas putih. Namun, karena waktu itu saya sedia selalu minyak cengkeh, langsung saya olesi. Alhamdulillah tidak sampai ada yang namanya lepuhan apalagi berair. Juga kulit cepat pulih, sementara bekasnya yang biasanya berwarna mengkilap atau putih, tidak lagi terlihat dalam 2-3 bulan. Bahkan rambut di daerah lukapun sudah tumbuh di waktu 2-3 bulan itu. 5. Minyak Urut Karena sifatnya yang panas, minyak cengkeh sangat cocok digunakan untuk memijat dan mengurut urat yang capek maupun keseleo. Namun perlu diingat, panasnya 5 kali lebih kuat dibanding Rheumason. Apalagi minyak

yang baru keluar dari penyulingan. Hati-hati untuk penderita lemah jantung / darah tinggi karena bisa sontak kaget. 6. Obat Nyamuk Yang membuktikan pertama kali kawan saya. Semasa masih di Lapan Rumpin, nyamuk adalah teman kami setiap malam. Karena sudah menyerah, dan kebetulan stok obat nyamuk sedang menipis, minyak cengkehpun jadilah. Minyak dioleskan ke bagian kulit yang terbuka. Alhamdulillah nyamuk tidak berani hinggap. Cara yang lain, yakni diteteskan ke atas Mat / kertas obat nyamuk elektrik yang menggunakan pemanas model keramik. Seiring panasnya keramik, minyak juga menguap, menyebarkan eugenol melalui asapnya. Alhasil, nyamuk tidak berani mendekat. 7. Obat Bius Di beberapa literatur yang pernah saya baca, di luar negeri eugenol ini digunakan sebagai bahan anestesi. Dan yang sudah diuji coba pada hewan. 8. Obat kedinginan Karena efek hangat dan panasnya ke kulit dan tubuh, bila kedinginan cocok juga untuk dioleskan. Tetapi sekali lagi, terasa panas, dan bagi yang belum terbiasa, dicoba dahulu pada daerah yang tidak terlalu sensitif. a. Kesimpulan 1. Usaha penyulingan minyak daun cengkeh pada umumnya dilakukan di wilayah pedesaan dengan teknologi sederhana dan berskala kecil. 2. Usaha minyak daun cengkeh memiliki masa depan yang cerah. Peluang pasar komoditas minyak daun cengkeh, terutama untuk ekspor masih terbuka, sehingga secara langsung memberikan peluang bagi pengembangan dan peningkatan produksi minyak daun cengkeh. 3. Berdasarkan kondisi alam di Indonesia, potensi usaha penyulingan minyak daun cengkeh dapat dilakukan di banyak wilayah di Indonesia terutama di wilayah pedesaan dengan sumber air yang cukup. 4. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para pengusaha penyulingan minyak daun cengkeh adalah masalah bahan baku yang sangat tergantung pada musim. Bahan baku berupa daun cengkeh kering hanya tersedia pada musim kemarau. 5. Munculnya usaha penyulingan minyak atsiri memberikan peluang kerja bagi masyarakat setempat, baik untuk pengusaha maupun para pekerjanya, sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.

6. Usaha penyulingan daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran dan tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Limbah berupa abu daun cengkeh bahkan dapat digunakan sebagai pupuk.

b. Saran 1. Usaha minyak daun cengkeh di pedesaan masih dapat dikembangkan lagi di wilayah lain di Indonesia, terutama yang dekat dengan sumber bahan baku. 2. Untuk memperbaiki mutu minyak daun cengkeh, yang sangat penting dalam persaingan di masa yang akan datang, pengusaha perlu membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai minyak daun cengkeh dari pengolahan sampai pengemasannya. 3. Faktor yang harus diperhatikan dalam dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi.