diterbitkan oleh : pt. bina ovivipari · pdf filesurabaya tahun 2009 ... kami menyadari bahwa...

30
1

Upload: lamliem

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

1

Page 2: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

2

Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari Semesta

Manual Persemaian Hutan Mangrove

Di Areal PT. Bina Ovivipari Semesta dan Sekitarnya

Tim Produksi

Penyusun : Rinto Wiarta, S. Hut

Kontributor : Ir. Fairus Mulia, Ateng Surya Sandjaya, Ir. Gunawan

Priyanto, Ir. Taufik Hidayat, Monongap Simatupang

Design sampul dan lay-out : Rinto Wiarta, S. Hut

Penanggung Jawab : Djaya Iskandar

Foto – foto Oleh :

Rinto Wiarta, S.Hut (Seluruh foto)

Page 3: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

3

RIWAYAT PENULIS

Nama Lengkap : Rinto Wiarta, S.Hut

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Raya / 11 Maret 1985

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1 Kehutanan

Alamat Rumah : Jln. HRA. Rachman Gg. Era Baru No. 18 A Rt. 002/Rw.017 Kelurahan

Sungai Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak.

KALBAR

Alamat Kantor : Jln. Arteri Supadio Komplek Villa Ceria Lestari No. 1 Phone : 0561-

581419, Fax : 0561-581417 Kabupaten Kubu Raya – Pontianak –

Kalimantan Barat – INDONESIA

Email : [email protected]

No HP : 085750808486 / 085348813877

Riwayat Pendidikan :

SDN 25 Sungai Raya Kab. Bengkayang, lulus tahun 1997

SLTP N 3 Sungai Sinjun Kab. Bengkayang, lulus tahun 2000

SMU N 1 Sungai Raya Kab. Bengkayang, lulus tahun 2003

S-1 Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, lulus tahun 2009

Pengalaman Organisasi :

Page 4: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

4

Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Fahutan UNTAN tahun 2004

Pengurus SYLVA UNTAN tahun 2006

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) Komisariat Pertanian-Kehutanan tahun

2006

Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak tahun 2007

Badan Pengawas (BP) Koperasi Mahasiswa UNTAN tahun 2007

Koordinator Daerah Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (KD-GMPI) Kalimantan

Barat tahun 2008

Pelatihan yang pernah diikuti :

Latihan Kader I (LK-1) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak di

Pontianak tahun 2005

Latihan Kader II (LK-2) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor di Bogor

tahun 2006

Kongres Kehutanan Indonesia IV (KKI-IV) di Jakarta tahun 2006

Pelatihan Koperasi Se-Kalimantan Barat di Pontianak tahun 2007

Kongres Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (GMPI) di Jakarta tahun 2008

Pelatihan Surveyor PT. Survey Indonesia tahun 2008

Musyawarah Nasional IV Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) di

Surabaya tahun 2009

Diklat Ganis PHPL-Pembinaan Hutan yang diselenggarakan oleh BPPHP Wilayah -X

Prov. Kalbar bekerja sama dengan APHI Kalbar di Pontianak Tahun 2011

Pengalaman Kerja

- Kaur Pembinaan Hutan PT. Kandelia Alam

- Supervisor Pembinaan Hutan PT. Bina Ovivipari Semesta

KATA PENGANTAR

Page 5: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

5

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang begitu tinggi yang tidak perlu

diragukan lagi keberadaannya.Salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang

tinggi adalah ekosistem hutan mangrove.Kawasan PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) Group

yang terletak di Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu

ekosistem hutan mangrove yang masih memiliki keanekaragaman jenis flora cukup tinggi.

Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. Bios Group

tidak bisa dilakukan secara sepihak. Sangat diperlukan upaya kerjasama dari berbagai pihak

untuk menjaga kelestarian Hutan dikawasan PT. BiOS Group. Untuk itu, kami menganggap

perlunya mendokumentasikan dan membuat buku manual persemaian tentang jenis tanaman

yang di komersilkan di kawasan ini kepada masyarakat luas. Dengan mengenalkan

keanekaragaman hayati tersebut, dapat diharapkan akan tumbuh minat masyarakat dalam

melestarikan habitat hutan mangrove yang masih tersisa ini. Buku ini dapat juga digunakan

sebagai pustaka dan acuan di sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi.

Melalui kesempatan ini saya selaku direktur PT. Bina Ovivipari Semesta

menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dari perusahaan kepada

penulis / penyusun buku ini. Harapan kami adalah pembaca bisa mendapatkan manfaat dari

buku ini yang sekaligus merupakan cerminan dari kepedulian perusahaan terhadap pelestarian

lingkungan hidup dan masyarakat di sekitar wilayah kerja kami.

Pontianak, Juni 2012

( Ir. Fairus Mulia )

Direktur

Page 6: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur selalu penulis haturkan ke Hadirat Allah SWT, karena masih memberikan

kesempatan kepada penulis, untuk tetap peduli pada kawasan sekitar, dan Insyallah akan

memberikan kontribusi yang berguna dengan membuat buku manual persemaian ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ateng Surya Sandjaya, atas

support yang diberikan sehingga memberikan inspirasi penulis untuk membuat buku ini.

Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Fairus Mulia yang memberikan referensi buku-buku

Inventarisasi Flora dan Fauna , masukan dari Bapak Ir. Gunawan Priyanto dan Bapak Ir.

Taufik Hidayat, Serta Bapak Monongap Simatupang yang telah memberikan referensi dalam

bentuk narasi berdasarkan pengalaman kerja nya di kawasan Hutan PT. BiOS Group,

sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan tulisan buku ini.

Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penyelesaian buku ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Pontianak, Juni 2012

Penulis,

Rinto Wiarta, S.Hut

Page 7: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i

UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii

I. PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

II. PROSEDUR KERJA PERSEMAIAN SECARA UMUM…………... 4

A. Pembuatan Persemaian...………………………………………….. 4

B. Serangga.................………………………………………………… 6

C. Hama di Persemaian………………………………………………… 6

D. Jadwal Kegiatan...…………………………………………………… 8

E. Kegiatan Persemaian..............……………………………………… 8

III. PERSEMAIAN JENIS-JENIS MANGROVE........................................ 11

A. Iktisar Kegiatan Persemaian........................................................... 11

B. Rhizophora apiculata Bl................................................................ 11

C. Rhizophora mucronata Poir.......................................................... 15

D. Bruguiera gymnorrhiza Lam.......................................................... 18

E. Avicennia marina Forsk................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 23

Page 8: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

8

I. PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan ekosistem unik yang terletak pada zona pasang surut di

daerah tropis maupun sub tropis. Flora penyusun ekosistem mangrove terdiri atas berbagai

jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dalam kondisi yang selalu terpengaruh oleh pasang

surut air laut.

Dalam upaya pelestarian hutan mangrove termasuk rehabilitasinya diperlukan teknik

silvikultur yang sesuai. Untuk mendukung hal tersebut, disusunlah manual yang memuat

sebagian dari praktek silvikultur, yaitu persemaian. Manual ini difokuskan pada praktek

persemaian mangrove, dari pengumpulan benih, penyemaian dan pemeliharaannya sampai

bibit siap untuk ditanam di lapangan.

Manual yang ditujukan kepada para rimbawan dan teknisi lapangan ini merupakan

hasil studi dan kegiatan persemaian yang dilakukan oleh para tenaga kerja di PT. Bina

Ovivipari Semesta selama beberapa tahun. Manual ini diformulasikan sesuai dengan

kondisi lingkungan PT. Bina Ovivipari Semesta. Karena itu, bila akan di adopsi untuk

budidaya mangrove di tempat lain, perlu di buat modifikasi seperlunya yang disesuaikan

dengan kondisi spesifik lokasi persemaian misalnya iklim, ekosistem mangrove yang ada,

kondisi pasang surut, penologi jenis-jenis mangrove, dan sebagainya.

PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) group, terutama bergerak di bidang Kehutanan.

Produksi yang dihasilkan berupa Kayu Bulat Kecil (KBK), yang diperuntukan sebagai

bahan baku industri chip kayu/pulp/paper dan industri arang (milik sendiri). Jenis dominan

yang dimanfaatkan adalah bakau (Rhizophora spp).PT. Bios, memperoleh Ijin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam melalui SK No. SK.68/MENHUT-

II/2006 Tanggal 27 Maret 2006, Luas ± 10.100 Ha di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi

Kalimantan Barat selama 20 tahun, terhitung tanggal 2 Juli 2001 s/d 1 Juli 2021, yang

merupakan pembaharuan dari Sk Bupati Pontianak tahun 2001 dan memulai aktivitas

lapangan tahun 2002.

Areal yang dikelola PT. BiOS saat ini adalah bekas areal tebangan IUPHHK-

HA/HPH :

PT. Pelita Rimba Alam, SK HPH No. 270/Kpts/Um/4/1979 tanggal 5 Mei 1979

seluas 40.000 Ha, dan telah berakhir tahun 1979

Page 9: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

9

PT. Bumi Indonesia Jaya, SK HPH No. 322/Kpts/Um/7/1975 tanggal 28 Juli

1975, seluas 21.000 Ha, dan telah dicabut melalui Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 317/Kpts-II/1991 tanggal 71 Juni 1991

Dari kedua areal IUPHHK-HA tersebut hanya sebagian kecil yang merupakan

hutan mangrove, sedangkan sisanya merupakan areal hutan rawa gambut (peat swamp

forest)

Berdasarkan penelusuran dokumen-dokumen PT. Bumi Indonesia Jaya dan PT.

Pelita Rimba Alam, khususnya yang saat ini dikelola oleh PT. Bina Ovivipari Semesta

(tipe mangrove), areal bekas tebangan tidak teregister dengan baik, sehingga sejarah

penataan, pemanfaatan dan pembinaan hutan secara administrative sulit diketahui. Tetapi

sesuai dengan hasil inventarisasi tegakan dan pengamatan pada seluruh areal kerja,

didapatkan hal-hal berikut :

Masih ditemukan virgin forest pada daerah +500 m dari sungai pasang surut

(pasut) dan atau alur air pasang surut. Hal ini disebabkan perusahaan terdahulu

hanya mampu melakukan penebangan dan penyaradan secara manual sejauh +

500 m dari tepi sungai pasang surut dan alur air pasang surut.

Masih ditemukan bekas-bekas potongan kayu yang sudah membusuk/lapuk pada

beberapa TPn, mungkin karena sudah tidak sempat diangkut atau sebagai kayu

rejek.

Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas alami, seperti sungai pasang surut

dan alur air pasang surut karena tidak ditemukan batas buatan (berupa patok

batas) dilapangan.

Lokasi bekas tebangan + 95 % sudah ditutupi oleh permudaan dengan jenis yang

sama dengan yang ditebang (tidak terjadi perubahan jenis) yakni didominasi oleh

jenis bakau (R. apiculata) dengan rata-rata diameter 20 cm. Permudaan ini

kemungkinan tumbuh secara alami, dimana bibit/propagule dapat berasal dari

yang hanyut kemudian masuk kedalam hutan (pasang surut) atau berasal dari

tegakan yang ditinggalkan. Dalam areal juga tidak ditemukan bekas lokasi

persemaian mangrove.

Sistem silvikultur yang digunakan kemungkinan system tebang habis dalam jalur

atau system rumpang, karena system silvikultur untuk mangrove baru ditetapkan

tahun 1978 melalui SK Dirjen Kehutanan No. 60 tahun 1978. Sebelum tahun

1978 tidak ada peraturan khusus silvikultur untuk mangrove, namun hanya

Page 10: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

10

berdasarkan surat rekomendasi hasil penelitian yang dilakukan Litbang

Kehutanan.

Luas areal PT. BiOS yang dikelola adalah 10.100 Ha yang terletak di kawasan

hutan mangrove dengan keanekaragaman jenis fauna yang cukup tinggi.Sistem

pengelolaan yang dilakukan adalah Sistem Silvikultur Pohon Induk, dengan dasar

acuan adalah Dokumen-dokumen SOP (Standard Operasional Prosedur), yang

merupakan uraian-uraian ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.

Keanekaragaman jenis fauna sampai saat ini masih bisa dilihat pada kawasan

lokasi kerja PT. BiOS dan sekitarnya, hal ini karena kegiatan produksi perusahaan

yang dilakukan selama ini merupakan kegiatan yang ramah lingkungan.Hal tersebut

merupakan indikasi bahwa kawasan tersebut masih dalam kondisi baik.sehingga

sebagai perwujudan komitmen pemegang ijin, pada tanggal 18 Februari 2009

IUPHHK-PT BiOS sudah mendapatkan sertifikasi PHAPL dengan Predikat Baik,

yang selanjutnya pengesahan RKT dilakukan secara Self Approval mulai tahun 2010

Page 11: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

11

II. PROSEDUR KERJA PERSEMAIAN SECARA UMUM

Beberapa spesies yang terdapat di sekitar lokasi PT. Bina Ovivipari Semesta untuk

Rehabilitasi dan Pengayaan di areal bekas tebangan dapat disajikan dalam Tabel. 1

Pemilihan spesies didasarkan pada distribusi (penyebaran) hutan alam, ketersediaan

benih dan sebagainya.

Tabel 1. Beberapa jenis spesies di semaikan di persemaian PT. BiOS , sei Bun-bun

Spesies Tipe Biji Tujuan

Rhizophora apiculata

Rhizophora mucronata

Bruguiera gymnorrhiza

Avicennia marina

Xylocarpus granatum

Xylocarpus mulocensis

Sonneratia alba

Lumnitzera recemosa

Vivipari

Vivipari

Vivipari

Kriptovivipari

Normal

Normal

Normal

Kriptovivipari

Rehabilitasi

Rehabilitasi

Rehabilitasi

Arboretum

Arboretum

Arboretum

Arboretum

Arboretum

A. Pembuatan Persemaian

Persemaian untuk berbagai spesies mangrove di bangun pada zona pasang surut agar

dapat dilakukan penyiraman oleh alam, yaitu dengan adanya pasang surut air laut.

Sebaiknya juga dipertimbangkan kondisi-kondisi yang mungkin diperlukan oleh benih-

benih yang lebih besar seperti benih vivipari.

Syarat lokasi persemaian adalah sebagai berikut :

Terletak pada areal yang terpengaruh pasang surut air laut.

Salinitas air antara 3 - 30 %.

Bebas dari ombak maupun aliran sungai.

Berdasarkan dengan sumber benih.

Tersedia tanah untuk media semai.

Berdekatan dengan lokasi penanaman.

Tersedia lahan, sumber air dan tenaga kerja.

Aksessibilitas baik

Page 12: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

12

Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemai benih suatu

jenis tanaman dengan perlakuan dan perawatan selama jangka waktu tertentu,

sehingga didapat bibit yang berkualitas, baik ukuran dan pertumbuhan dan siap untuk

ditanam dilapangan. Menurut Anonimus (1993), persemaian adalah suatu areal

pemeliharaan benih yang lokasinya tetap dan dibangun dengan penataan rapi dan

teratur yang berkaitan dengan kegiatan penghutanan kembali areal tanah kosong dan

hutan rusak.

Menurut Ngatiman dan Armansyah (1989), Persemaian permanen adalah persemaian

yang mempunyai daerah luas, bentuk bangunannya permanen, dapat mensuplai bibit

dalam jumlah besar dan digunakan dalam periode yang lama.

Pada areal persemaian PT. Bina Ovivari Semesta, Persemaian dibuat langsung

di atas permukaan tanah, hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat penguapan

dikarenakan kelembaban tanah yang stabil. Secara alamiah, pasang surut melakukan

penyiraman terhadap bibit, baik pada saat pasang maupun pada saat surut. Dengan

demikian tidak perlu dilakukan penyiraman.

Untuk Jenis A. Marina dan X. Granatum, perlu disiapkan bedeng darat, karna

benihnya mudah hanyut oleh pasang surutnya air.

Luas total area persemaian adalah 10.000 m2 yang terdiri atas areal pembibitan

seluas 3300 m2, pondok kerja 442 m2, areal arboretum 4080 m2 dan lain-lain. Areal

pembibitan dibagi menjadi 2 petak berukuran 30 m x 50 m. Dalam satu petak dapat

dibuat 108 bedeng . Kapasitas persemaian pertahun adalah ± 259.200 batang bibit

siap ditanam dengan jumlah bedeng sebanyak 216 buah berukuran 4m x 1m dan

ukuran diameter pot/polybag 8 cm. Dengan perentase hasil bibit siap tanam 80 %,

kita dapat memperoleh 207.360 bibit dalam satu kali penyemaian.

Pemeliharaan bibit di persemaian sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan penanaman dilapangan. Dalam pemeliharaan bibit banyak faktor yang

sangat menentukan keberhasilan bibit-bibit dipersemaian salah satunya adalah

pengendalian hama dan penyakit. Tujuan utama persemaian adalah sebagai upaya

penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah memadai sesuai dengan

rencana penanaman.

Page 13: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

13

B. Serangga

Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai

anggota terbesar, hampir lebih dari 72 % anggota binatang termasuk kedalam

golongan serangga. Serangga dilengkapi dengan sayap, dengan sayap ini mereka

dapat berpindah tempat untuk mendapatkan makanan dan kondisi lingkungan yang

lebih baik bagi kehidupan mereka dan keturunannya. Serangga juga binatang

penelur yang sekali melewati masa bertelurnya dapat menghasilkan beratus-ratus

telur, lagi pula kebanyakan dari mereka mempunyai siklus hidup yang pendek,

sehingga populasinya dapat berkembang dengan cepat (Putra, 1994).

Serangga atau insekta termasuk dalam phylum Arthopoda. Jumlah dalam

filum ini sekitar 713.000 jenis, dari jumlah tersebut 90%-nya merupakan jenis

serangga atau sama dengan 640.000 jenis. Sedangkan 10%-nya lagi tergolong kelas

Arachnida, Crustaceae, Diploda dan Chilopoda serta kelas-kelas kecil lainnya. Dari

640.000 jenis yang tergolong serangga, terdapat sekitar 10 persennya dikatakan

sebagai hama (Pracaya, 2007). Selanjutnya Departemen Kehutanan (1997), bahwa

serangga yang dikatakan sebagai hama adalah semua binatang yang menimbulkan

kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan.

C. Hama di persemaian

Menurut Tini dan Amri (2002), hama adalah semua organisme hidup seperti

serangga, hewan, dan tanaman yang menyebabkan kerusakan tanaman atau pohon

yang termasuk kerusakan biji dan bibit. Hama adalah organisme yang merusak

tanaman dan secara ekonomi merugikan manusia (Tjahjadi, 1989). Menurut Flint dan

Bosch (1990), definisi hama secara umum adalah makhluk hidup yang bersaing

dengan manusia untuk mendapatkan makanan, serta perlindungan. Menurut Pracaya

(2007) hama adalah binatang perusak tanaman budi daya yang berguna untuk

kesejahteraan manusia.

Menurut Endah dan Novuzan (2003), adanya gangguan yang disebabkan oleh

serangga hama dapat mengakibatkan terganggunya proses-proses fisiologi tanaman

sehingga menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas tanaman. Selanjutnya

Sulthoni (1992) juga menyatakan bahwa kerapatan populasi serangga selalu berubah

Page 14: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

14

tergantung pada faktor lingkungan. Dalam hal ini ada dua pokok yang menentukan

fluktuasi populasi yaitu :

1. Biotic Potensial (Bp)

Kemampuan hama (serangga) untuk berkembang biak dan sex-ratio yaitu merupakan

perbandingan antara jumlah serangga jantan dan serangga betina dalam suatu populasi

tertentu. Kecepatan berkembang biak ditentukan oleh kemampuan melahirkan

keturunan baru dan panjang pendeknya periode perkembangan satu generasi serangga

tersebut.

2. Environmental Resistance

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap aktifitas hidup hama/serangga terdiri

atas faktor makanan, biotis dan fisik :

a. Faktor makanan, faktor ini memungkinkan dikendalikan secara pasti.

b. Faktor biotis meliputi : persaingan hidup, predator dan parasit.

c. Faktor fisik meliputi : suhu, sinar matahari, kelembapan udara, cuaca dan

iklim.

Persemaian yang bersifat monokultur merupakan sumber makanan yang

melimpah bagi serangga, sehingga dalam kondisi yang seperti ini akan merangsang

hama untuk datang dan berkembang biak dengan cepat sampai mencapai tingkat

populasi yang tinggi (Arief, 1994). Menurut Suharti dan Asmaliah (1998), terjadinya

ledakan serangga hama erat kaitannya dengan 3 faktor utama yaitu :

a. Tersedianya tanaman inang yang cocok dan melimpah.

b. Iklim yang mendukung perkembangbiakannya.

c. Tersedianya sumber hama dan populasi yang cukup.

Menurut Prijono, Sulthori dan Tamadja (2004), ada beberapa serangga hama yang

menyerang tanaman yaitu :

a. Hama Pemakan Daun (Spodoptera sp)

Hama jenis ini sering dijumpai pada bibit tingkat semai dan pohon

besar.

Page 15: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

15

b. Kutu Putih

Serangga hama ini sering diikuti serangan jamur Fusarium sp. Disebut

hama kutu putih karena hama ini mempunyai bulu yang berwarna putih,

kutu tersebut menyerang tanaman gaharu pada bagian daunnya dan biasanya

menyerang pada musim kemarau.

c. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Serangga pada ordo ini biasanya menyerang daun dan pucuk tanaman

dengan cara memakannya.

d. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu) dijumpai sering menyerang daun pada

fase ulat larva.

D. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan untuk penyemaian beberapa jenis bibit di lokasi persemaian

sebaiknya direncanakan dan dilaksanakan menurut musim pengumpulan benih antara

bulan Oktober sampai bulan Februari, perlu dicatat bahwa jadwal kegiatan tersebut

hanya dilakssanakan di sekitar PT. Bina Ovivipari Semesta. Bila akan dilaksanakan

ditempat lain sebaiknya dilakukan observasi kondisi lingkungan dan sebagainya

kemudian jadwal tersebut dapat dimodifikasi seperlunya.

E. Kegiatan Persemaian

1. Pengadaan Benih

a. Pengumpulan benih

Yang diperlukan adalah buah atau benih yang benar-benar matang dan berkualitas

bagus. Musim pengumpulan benih yang berdasarkan fenologi masing-masing spesies

merupakan puncak masa produksi. Metode pengumpulan benih adalah mengambil

buah jatuhan atau memetik langsung dari pohon induknya, dan ekstraksi biji dari

buah. Sebaiknya pengumpulan benih dilakukan berulang dengan interval waktu

tertentu. Pada saat memetik langsung dari pohon induknya harus diperhatikan agar

bunga maupun buah muda tidak berjatuhan.

Page 16: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

16

b. Seleksi dan penanganan benih

Cara yang digunakan untuk menyeleksi benih tergantung karakteristik jenis

(spesies)nya. Namun biasanya buah atau biji yang dipilih adalah yang berasal dari

buah yang matang, sehat, segar dan bebas dari hama. Ciri kematangan buah dapat

dilihat dari warna kotiledon, warna hipokotil, berat buah atau ciri lain. Penanganan

jenis masing-masing jenis juga berbeda dan akan di jelaskan dalam bagian lain

manual ini.

c. Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih tidak dapat dilakukan untuk jangka waktu yang panjang. Karena

itu, direkomendasikan bahwa penyimpanan benih tidak lebih dari 7 hari. Benih

disimpan pada tempat yang teduh (dibawah naungan), terhindar dari cahaya matahari

langsung, dan benih disimpan dalam ember yang berisi air asin. Pada prinsipnya

adalah jangan sampai akar terlanjur tumbuh sehingga terpaksa dipotong saat

penyemaiannya.

2. Penyiapan Media semai

Tanah yang digunakan dapat langsung digunakan tanpa perlakuan khusus, hal ini

dikarenakan tanah tersebut sangat cocok untuk benih yang akan di semaikan. Ciri

media yang baik adalah lumpur yang mengandung liat (gley).

3. Penyemaian

Benih vivipari dapat disemaikan secara langsung pada pot atau polibag yang sudah

diatur di bedeng semai. Tetapi untuk jenis Avicennia marina dan X. granatum

disemaikan terlebih dahulu di bedeng darat karena benihnya mudah hanyut oleh

pasang surut.

4. Pemeliharaan

a. Naungan

Bibit sebaiknya dinaungi dengan jaring plastik atau dengan daun nipah yang

hanya memberikan kemungkinan masuknya cahaya matahari sebesar 50 – 70 %.

Lebih baik lagi bila naungan juga dipasang sebagai dinding yang mengelilingi

barisan-barisan bedeng. Rangka naungan dibuat bari batang kayu bakau yang

berdiameter 3 cm. Satu bulan sebelum bibit siap tanam di lapangan naungan

tersebut harus dibuka untuk pemantapan.

Page 17: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

17

b. Penyiraman

Untuk kegiatan penyiraman tidak perlu dilakukan karena sudah dipengaruhi

secara langsung oleh pasang surut air laut, kecuali pada saat air pasang tidak

mesuk ke persemaian.

c. Pengendalian hama

Beberapa jenis hama misalnya kepiting, ulat, belalang, dan sebagainya

merupakan penyebab kerusakan bibit. Cara pengendalian di jelaskan pada bagian

berikut ini.

Page 18: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

18

III. PERSEMAIAN JENIS-JENIS MANGROVE

A. Iktisar Kegiatan Persemaian

Iktisar Kegiatan Persemaian hanya di laksanakan di lokasi persemaian PT. Bina

Ovivipari Semesta. Bila akan dilaksanakan atau di aplikasikan di tempat lain, dapat

dimodifikasi seperlunya sesuai dengan hasil observasi kondisi tapak, fenologi dan

sebagainya yang telah dilakukan sebelumnya.

B. Rhizophora apiculata Bl.

1. Pengadaan Benih

a. Pengumpulan Benih

Ciri kematangan buah/benih adalah

kotiledon berwarna merah kekuningan atau

kadang-kadang kuning. Buah atau benih

yang dikumpulkan pada musimnya, yaitu

bulan oktober sampai dengan februari (di

kawasan hutan mangrove di batu ampar).

Cara pengambilan buah Rhizophora

apiculata dengan mengumpulkan buat

jatuhan yang tidak menunjukan adanya

bekas serangan kepiting, serangga dan hama

penggerek buah serta belum berakar. Dapat

juga dengan cara buah dipetik langsung

dengan cara memanjat pohonnya.

Gambar 1. Benih (buah) R. apiculata

Page 19: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

19

b. Seleksi dan Penanganan Benih

Semua pekerjaan selalu dilakukan di

bawah naungan supaya benih tidak terkena

cahaya matahari secara langsung. Benih yang

terkumpul dicuci bersih kemudian dipilih

buah yang sehat, segar, bebas hama dan

penyakit serta belum berakar.

Gambar 2. Seleksi benih R. apiculata

Pilih buah yang ukuran diameter maksimum hipokotilnya 14 mm lebih dan

panjangnya 20 cm atau lebih.

Khusus untuk benih jatuhan, diperiksa dengan seksama adanya serangan serangga

yang di tandai oleh adanya lubang-lubang kecil seperti lubang jarum. Apabila

terdapat benih yang demikian, sebaiknya disisihkan dan dipendam dalam tanah

supaya serangan tidak menyebar luas atau benih tersebut harus dimusnahkan.

c. Penyimpanan Benih

Benih hanya dapat disimpan untuk sementara waktu. Lama waktu penyimpanan

maksimum adalah 7 hari.

2. Penyiapan media Semai

a. Pengambilan tanah

Bahan yang digunakan untuk media semai adalah tanah yang terdapat di

sekitar lokasi persemaian, ciri-ciri tanah yang baik adalah lumpur yang

mengandung liat (gley). Tanah diambil dengan cangkul sedalam kira-kira 40 cm

di bagian atas, kemudian diangkut ke pondok kerja.

b. Pengisian dan Pengaturan polibag

Tanah yang diangkut tadi

dimasukan kedalam kantong

polibag berukuran lebar 9 cm dan

tingginya 15 cm yang diberi

lubang-lubang kecil (± enam buah).

Gambar 3. Pengisian dan penyusunan polibag

Page 20: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

20

Ukuran polibag berisi tanah menjadi berdiameter 5 cm dan tingginya 10 cm.

Selanjutnya polibag yang berisi tanah di susun ke dalam bedeng semai.

3. Penyiapan Bedeng

Bedeng berukuran 4 m x 1m x 10 cm dari belahan

papan dibuat pada areal yang terkena pasang surut

air laut. Antara bedeng ke bedeng diberi jarak

setengah meter (50 cm) yang digunakan sebagai

jalan untuk kerja baik penyemaian maupun

pemeliharaan bibit. Diatas bedeng diberi naungan

setinggi 1,5 meter dengan tiang dan rangka dari

anakan bakau yang berdiameter 5 – 7 cm.

Gambar 4. Persiapan bedeng semai

4. Penyemaian Benih

Gambar 5. Penyemaian benih R. apiculata

Kantong polibag yang telah diatur di bedeng semai dibiarkan terkena air

pasang surut beberapa hari agar basah, kemudian dilakukan penyemaian. Penyemaian

dilakukan pada pasang purnama (Nyorong) air pasang dapat membantu memperkecil

penguapan air dari hipokotil benih. Benih disemaikan masing-masing satu buah dalam

satu polibag. Benih ditancapkan sedalam ± 5 cm.

Page 21: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

21

5. Pemeliharaan

a. Naungan

Bibit sebaiknya dinaungi dengan jaring plastik atau dengan daun nipah yang

hanya memberikan kemungkinan masuknya cahaya matahari sebesar 50 – 70 %.

Lebih baik lagi bila naungan juga

dipasang sebagai dinding yang

mengelilingi barisan-barisan

bedeng. Rangka naungan dibuat bari

batang kayu bakau yang berdiameter

5 cm. Satu bulan sebelum bibit siap

tanam di lapangan naungan tersebut

harus dibuka untuk pemantapan.

Gambar 6. Pemberian Naungan

b. Penyiraman

Untuk kegiatan penyiraman tidak perlu dilakukan karena sudah dipengaruhi

secara langsung oleh pasang surut air laut.

6. Seleksi Bibit Siap Tanam

Spesifikasi bibit Rhizophora apiculata siap tanam adalah :

Tinggi : 30 cm atau lebih

Jumlah daun : 4 helai atau lebih

Lama pembibitan : 3 – 4 bulan.

Dipilih bibit yang segar, sehat dan memenuhi kriteria diatas kemudian diikat

20 batang bibit per ikat. Setelah itu bibit yang telah di ikat diangkut dengan gerobak

dorong atau bisa juga dengan cara manual menggunakan tangan. Kemudian diangkut

menuju lokasi penanaman dengan menggunakan motor air (pompong). Sebaiknya

dihindarkan dari pengangkutan jarak jauh karena biasanya dapat menyebabkan bibit

menjadi layu selama pengangkutan.

Page 22: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

22

Gambar 7. Bibit R. apiculata siap tanam

C. Rhizophora mucronata Poir

1. Pengadaan Benih

a. Pengumpulan Benih

Ciri kematangan buah/benih adalah kotiledon berwarna hijau muda atau

kuning dan hipokotilnya berwarna hijau. Buah atau benih yang dikumpulkan pada

musimnya, yaitu bulan September, Oktober dan Nopember (di kawasan hutan

mangrove di batu ampar). Cara pengambilan buah Rhizophora apiculata dengan

mengumpulkan buah jatuhan yang tidak menunjukan adanya bekas serangan

kepiting atau serangga dan belum berakar. Dapat juga dengan cara buah dipetik

langsung dengan cara memanjat pohonnya. Pemetikan harus dilakukan secara

hati-hati agar bunga dan buah yang masih muda tidak berjatuhan. Buah yang

terkumpul dimasukan ke dalam karung dan diletakkan dibawah naungan sebelum

disemaikan.

Gambar 8. Buah Rizhophora mucronata

Page 23: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

23

b. Semua pekerjaan selalu dilakukan di bawah naungan supaya benih tidak terkena

cahaya matahari secara langsung. Benih yang terkumpul dicuci bersih kemudian

dipilih buah yang sehat, segar, bebas hama dan penyakit serta belum berakar. Pilih

buah yang ukuran diameter maksimum hipokotilnya 14 mm lebih dan panjangnya

20 cm atau lebih.

Khusus untuk benih jatuhan, diperiksa dengan seksama adanya serangan serangga

yang di tandai oleh adanya lubang-lubang kecil seperti lubang jarum. Apabila

terdapat benih yang demikian, sebaiknya disisihkan dan dipendam dalam tanah

supaya serangan tidak menyebar luas atau benih tersebut harus dimusnahkan.

c. Penyimpanan benih

Benih dapat disimpan untuk sementara dengan cara yang sama seperti R.

Apiculata namun hanya lima hari saja.

2. Penyiapan Media Semai

Penyiapan media semai sama seperti penyiapan media semai untuk R. Apiculata.

3. Penyiapan Bedeng

Bedeng berukuran 4 m x 1m x 10 cm dari

belahan papan dibuat pada areal yang terkena

pasang surut air laut. Antara bedeng ke bedeng

diberi jarak setengah meter (50 cm) yang

digunakan sebagai jalan untuk kerja baik

penyemaian maupun pemeliharaan bibit. Diatas

bedeng diberi naungan setinggi 1,8 meter

dengan tiang dan rangka dari anakan bakau

yang berdiameter 5 – 7 cm. Gambar 9. Pembuatan bedeng semai

4. Penyemaian Benih

Kantong polibag yang telah diatur di bedeng semai dibiarkan terkena air pasang surut

beberapa hari agar basah, kemudian dilakukan penyemaian. Penyemaian dilakukan

pada pasang purnama (Nyorong) air pasang dapat membantu memperkecil penguapan

air dari hipokotil benih. Benih disemaikan masing-masing satu buah dalam satu

polibag. Benih ditancapkan sedalam ± 7 cm.

Page 24: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

24

Gambar 10. Penyemaian benih R. mucronata

5. Pemeliharaan

a. Naungan

Pemasangan naungan seperti yang digunakan pada pembibitan R. apiculata.

b. Penyiraman Air

Untuk kegiatan penyiraman tidak perlu dilakukan karena sudah dipengaruhi secara

langsung oleh pasang surut air laut.

6. Seleksi Bibit Siap Tanam

Spesifikasi bibit R. mucronata siap tanam adalah :

Tinggi : setidaknya 55 cm atau lebih.

Jumlah daun : minimal 4 helai

Lama Pembibitan : 4 – 5 bulan

Cara penyeleksian, pengepakan dan penyiraman bibit

sama dengan R. apiculata.

Gambar 11. Bibit R. mucronata siap tanam

Page 25: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

25

D. Bruguiera gymnorrhiza Lam.

1. Pengadaan Benih

a. Pengumpulan benih

Ciri kematangan buah atau benih adalah hipokotil berwarna merah kecoklatan atau

hijau kemerahan. Buah dikumpulkan pada musimnya, yaitu mulai bulan Mei

sampai dengan Desember (di kawasan hutan mangrove di batu ampar). Cara

pengambilan benih sama dengan pengambilan benih R. mucronata.

Gambar 12. Buah Bruguiera gymnorrhiza

b. Seleksi dan Penanganan Benih

Semua pekerjaan dilakukan di bawah naungan supaya benih tidak terkena cahaya

matahari langsung. Benih yang terkumpul tidak perlu dicuci dengan air tetapi

cukup dibersihkan dengan lap dan dipilih benih yang segar, sehat, bebas hama dan

penyakit, belum berakar dan panjang hipokotil 20 cm atau lebih.

Kelopak buah jangan dicabut atau dilepaskan dengan paksa karena dapat merusak

tunas.

2. Penyiapan Media Semai

Penyiapan media semai sama seperti penyiapan media semai untuk R. mucronata.

Page 26: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

26

3. Penyiapan Bedeng

Penyiapan bedeng sama seperti penyiapan bedeng untuk R.mucronata.

4. Penyemaian benih

Cara penyemaian benih B.gymnorrhiza sama dengan penyemaian benih R.apiculata.

Gambar 13. Cara penyemaian benih B. gymnorrhiza

5. Pemeliharaan

a. Naungan

Naungan yang hanya memungkinkan masuknya cahaya matahari ± 70% dipasang

1 – 2 bulan dilanjutkan dengan pemantapan (naungan dibuka) selama satu bulan

agar bibit dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dimana akan

ditanam nantinya.

b. Penyiraman air

Untuk kegiatan penyiraman tidak perlu dilakukan karena sudah dipengaruhi secara

langsung oleh pasang surut air laut.

6. Seleksi bibit siap tanam

Spesifikasi bibit B.gymnorrhiza siap tanam adalah :

Tinggi : 35 cm atau lebih

Jumlah daun : 6 helai atau lebih

Lama pembibitan : 3 – 4 bulan.

Cara penyeleksian, pengepakan dan penyiraman bibit sama seperti pada bibit

R.mucronata siap tanam.

Page 27: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

27

E. Avicennia marina Forsk.

1. Pengadaan Benih

a. Pengumpulan benih

Ciri kematangan buah adalah warna kulit

buah kekuningan dan kadang – kadang

kulit buah sedikit terbuka. Buah yang

matang mudah terlepas dari kelopaknya.

Buah dikumpulkan pada musimnya, yaitu

bulan Desember sampai dengan Februari

(di kawasan hutan mangrove di batu

ampar). Buah dipetik langsung dengan

tangan dan jangan sampai bunga dan

buah berjatuhan, pilih buah yang Gambar 14. Buah Avicennia marina

berukuran besar.

b. Seleksi dan penanganan benih

Buah dilepas dari kelopaknya dan dipilih benih yang bebas hama dan beratnya

rata-rata 1,5 gram atau lebih. Setelah kelopak dilepas, buah direndam dalam air

selama satu hari agar terkelupas kulitnya, buah yang belum terkelupas kulitnya

dapat dikupas dengan tangan. Kemudian benih dipindahkan ke dalam ember berisi

air asin yang bersih.

c. Penyimpanan benih sementara

Benih terseleksi dapat disimpan dengan cara dimasukan ke dalam ember sampai

seperlima tinggi ember, kemudian diisi air asin sampai penuh. Ember diletakkan

di tempat yang dingin dan ternaungi dengan baik. Lama penyimpanan benih

maksimal satu minggu.

2. Penyiapan Media Semai

Penyiapan media semai A. marina sama seperti penyiapan media untuk R.mucronata.

Page 28: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

28

3. Penyiapan bedeng

Untuk pembuatan bedeng A. marina, diperlukan dua macam bedeng yaitu bedeng

darat untuk penyemaian dan pemeliharaan serta bedeng pasang surut untuk

pemantapan.

a. Bedeng darat

Seperti bedeng untuk bibit R.mucronata tetapi dibuat pada areal tidak terkena

pasang surut air laut.

b. Bedeng pasang surut

Serupa denga bedeng darat dan dibuat di arel yang bterkena pasang surut air laut

tetapi tidak dipasang naungan. Bedeng ini dipakai untuk pemeliharaan selama satu

bulan setelah 2 – 3 bulan pemeliharaan dibedeng darat.

4. Penyemaian Benih

Setelah polibag disiram hingga cukup basah, barulah dilakukan penyemaian.

Benih disemaikan masing – masing satu buah dalam satu polibag dengan cara

ditancapkan sedalam kurang lebih sepertiga panjang benih kedalam tanah media,

dengan bagian bakal akar dan batang menghadap ke bawah atau media.

Gambar 15. Penyemaian benih A. Marina

Page 29: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

29

5. Pemeliharaan

a. Naungan

Naungan yang hanya memungkinkan masuknya cahaya matahari ± 70% dipasang

selama 2 -3 bulan di bedeng darat, kemudian bibit dipindahkan ke bedeng pasang

surut tanpa naungan untuk pemantapan selama satu bulan agar bibit cepat dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di mana akan ditanam nantinya.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari di bedeng darat, sedangkan untuk bedeng

pasang surut cukut satu kali sehari pada saat pasang perbani (Kondah).

6. Seleksi bibit siap tanam

Spesifikasi bibit A .marina yang direkomendasikan adalah :

Tinggi : 30 cm atau lebih

Jumlah daun : 6 helai atau lebih

Lama pembibitan : 4 – 5 bulan.

Penyeleksian dan pengepakan sama seperti yang dilakukan terhadap bibit R.

mucronata siap tanam.

Page 30: Diterbitkan oleh : PT. Bina Ovivipari · PDF fileSurabaya tahun 2009 ... Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. ... Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas

30

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 1993. Pilih Pedoman Dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia

(TPTI). Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. Jakarta.

Chapman, V.J. 1976. Mangrove Vegetation. J. Cramer. Vaduz. Hal.447

Departemen Kehutanan. 1997. Manual Kehutanan. Kopkar Hutan Republik Indonesia.

Jakarta.

Ding Hou, Layden. 1958. Rhizophoraceae. Flora Malesiana, Ser. I, Vol.5 (4). Hal 249-493

Endah. J dan Novuzan. 2003. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Mengendalikan Hama

Dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Flint, M. L. Dan R. V. D. Bosch. 1990. Pengendalian Hama Terpadu (Sebuah Pengantar).

Kanisius. Yogyakarta.

Ngatiman dan Armansyah. 1989. Metode Pengendalian Hama Secara Kimia Pada Bibit

Meranti Di Persemaian. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda

Prijono A, Sulthori A, Tamadja S. 2004. Pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama

penyakit. Kanisius. Jogjakarta.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta.

Putra S N. 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius. Jakarta.

Soegianto. 1997. Kenalilah Flora Pantai Kita. Fa. WIDJAYA. Indonesia. Hal. 51

Sulthoni A. 1992. Hama Kehutanan. Buku Diktat Fakultas Kehutanan Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta.

Tini dan Amri. 2002. Mengebunkan Jati Unggul Pilihan Prospektif. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Tjahjadi. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Tomlinson, P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press. Cambridge.

Hal. 419