perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan...

97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI TEMPAT DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS II SD NEGERI BUKURAN 2 KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: TOMI SULISTYO BUDI NIM X 7108772 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: dangliem

Post on 09-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI TEMPAT DENGAN

MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS II

SD NEGERI BUKURAN 2 KECAMATAN KALIJAMBE

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

TOMI SULISTYO BUDI

NIM X 7108772

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Memahami nilia Tempat dengan Media Abakus pada

Siswa Kelas II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan

Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Oleh :

Nama : Tomi Sulistyo Budi

NIM : X7108772

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Hadi Mulyono, M.Pd

Pembimbing II

Drs. Hasan Mahfud, M.Pd

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NIP 195610091980121001 NIP 195905151987031002

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat dengan Media Abakus pada

Siswa Kelas II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan

Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Oleh :

Nama : Tomi Sulistyo Budi

NIM : X7108772

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd .................................................

Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd .................................................

Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd .................................................

Anggota II : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd .................................................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NIP.19600727 198702 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK Tomi Sulistyo Budi, NIM X7108772. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI TEMPAT DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk :” Meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri 2 Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan model siklus. Siklus yang dilakukan terdiri dari siklus I dan sikus II, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa yang mendapat nilai 20 ada 2 siswa: nilai 50 ada 3 siswa;nilai 60 ada 3 siswa;nilai 70 ada 7 siswa; nilai 80 ada 3 siswa. Sehingga nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 67,48. Sedangkan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa yang mendapat nilai 50 ada 1 siswa: nilai 60 ada 2 siswa;nilai 70 ada 4 siswa;nilai 80 ada 12 siswa; nilai 90 ada 3 siswa. Sehingga nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 76,21.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan: ” Penggunaaan media abakus dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2 dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat”.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Tomi Sulistyo Budi, NIM X7108772. PERFORMANCE IMPROVEMENT OF UNDERSTANDING WITH THE VALUE OF A PLACE IN STUDENT MEDIA abacus CLASS II (PTK In Class II Elementary School Students 2 Bukuran Kalijambe Sragen Academic Year 2009/2010). Thesis, Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. March eleven University of Surakarta, June 2010.

The purpose of this classroom action research are to:” Improve the ability to

understand place value in second grade elementary school students two Bukuran Kalijambe Sragen 2009/2010 school year”.

Research is a form of class action consisting of two cycles, each cycle

consisting of four stages, ie planning, implementation, observation and reflection. As a research subject is a class II Elementary School students Bukuran 2. Techniques used for data collection observation and tests. Data analysis techniques using an interactive model analysis technique which consists of three components of the analysis are data reduction, data, and drawing conclusions or verification.

The results class action in the first cycle of data obtained as follows: the

number of students getting value of 20 there are 2 students: a value of 50 there are 3 students; value of 60 there are 3 students; of 70 there are 7 students; value of 80 is 3 students.So the value of the average student in the first cycle is 67.48. While the results of classroom action research on the second cycle of data obtained as follows: the number of students getting a value of 50 is 1 student: the value of 60 there are 2 students; of 70 there are 4 students; value of 80 there were 12 students; value of 90 is 3 students. So the value of the average student in the first cycle is 76.21. Based on the results of this study concluded: “The applicability of the media abacus in mathematics in second grade elementary school students Bukuran 2 can enhance the ability to understand the value of the place”.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-

gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."

(Terjemah: QS. Al Nasyirah 6-7).

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

♥ Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan

dengan penuh kasih sayang yang tak pernah

lekang oleh waktu dan selalu mendoakan,

memberikan motivasi, dorongan, bimbingan

dan kasih sayang dengan tulus ikhlas.

♥ Sahabat-sahabatku yang aku sayangi,

terimakasih atas dukungannya dan motivasi

yang selalu kalian berikan.

♥ Rekan-rekan S1 PGSD dan Almamaterku

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat

dengan Media Abakus pada Siswa Kelas II ( PTK pada Siswa Kelas II SD

Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran

2009/2010). Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

sebelas Maret Surakarta, April 2010 Ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga

selesainya skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, April 2010

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN……………………………………………………….......... ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. . iii

HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………….. iv

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. v

HALAMAN MOTTO……………………………………………………. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. vii

HALAMAN PENGANTAR……………………………………………….. viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

1. Manfaat Teoritis .................................................................... 7

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat Praktis ..................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8

1. Tinjauan Tentang Nilai Tempat ............................................. 8

a. Sistem Numerasi Hindu - Arab ....................................... 8

b. Konsep Nilai Tempat ...................................................... 9

2. Hakikat Belajar Matematika

a. Karakteristik Matematika SD .......................................... 12

b. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD...................... 12

c. Teori Belajar Matematika. SD............................................... 13

3. Tinjauan Tentang Media

a. Pengertian Media........................................................... 15

b. Kegunaan Media Pembelajaran.................................... 16

c. Jenis-jenis Media Dalam Pembelajaran....................... 17

d. Kriteria Pemilihan Media............................................. 18

4. Tinjauan tentang Abakus

a. Pengertian Abakus....................................................... 20

b. Asal Usul Abakus......................................................... 21

c. Macam macam Abakus................................................ 22

d. Fungsi Abakus Biji...................................................... 28

e. Cara Penggunaan Abakus............................................

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 31

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 32

D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 35

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian .......................................................................... 34

1. Tempat Penelitian ................................................................. 34

2. Waktu Penelitian ................................................................... 34

B. Subjek Penelitian ........................................................................... 35

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 35

D. Data dan Sumber Data .................................................................. 38

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

F. Validitas Data ................................................................................. 40

G. Analisis Data ................................................................................. 40

H. Indikator Pencapaian .................................................................... 41

I. Prosedur Penelitian ....................................................................... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Profil Tempat Penelitian ................................................................ 44

B. Deskripsi Kondisi Awal Dan Permasalahan Penelitian ................. 44

C. Diskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 67

D. Pembahasan hasil penelitian .......................................................... 72

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................... 74

B. Implikasi ......................................................................................... 75

C. Saran ......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 78

LAMPIRAN

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Frekuensi Nilai Tes Matematika kelas II Sebelum Tindakan .................. 4

Tabel 2 Waktu dan jenis Kegiatan Penelitian ....................................................... 34

Tabel 3 Hasil Tes Awal ......................................................................................... 45

Tabel 4 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 1 .................... 53

Tabel 5 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 2 .................... 54

Tabel 6 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 3 .................... 55

Tabel 7 Nilai Tes Setelah Siklus 1 ........................................................................ 56

Tabel 8 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 1 .................. 59

Tabel 9 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 2 .................. 62

Tabel 10 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 3 .................. 65

Tabel 11 Nilai Tes Setelah Siklus II ...................................................................... 66

Tabel 12 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Siswa

Kelas II Sebelum Tindakan, setelah Siklus I dan siklus 2…………….. 70

Tabel 13 Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama

dengan KKM Sebelum Tindakan, sesudah Siklus I dan siklus 2………….70

Tabel 14 Perbandingan nilai Sebelum tindakan, siklus I dan II……………………. 72

Tabel 15. Rata-rata Nilai dan Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih

dari atau Sama dengan KKM pada Materi Nilai Tempat Sebelum Tindakan,

Siklus I dan Siklus II……………………………………………………… 73

Tabel 16 Perbandingan keterampilan guru, tingkah laku, dan sikap siswa……… 73

Tabel 17 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan

Siklus I, dan II..............................................................................................75

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Abakus 10 .......................................................................................... 22

Gambar 2 Abakus 5 dan 2 ................................................................................... 23

Gambar 3 Abakus 4 dan 1 ................................................................................... 24

Gambar 4 Abakus 99 ........................................................................................... 25

Gambar 5 Bentuk-bentuk abakus........................................................................ 26

Gambar 6 Abakus biji ......................................................................................... 27

Gambar 7 Abakus sebelum diberi manik-manik ................................................. 27

Gambar 8 Operasi penjumlahan dengan abakus ................................................ 28

Gambar 9 Operasi pengurangan dengan abakus ................................................. 28

Gambar 10 Batang abakus .................................................................................... 28

Gambar 11 Bentuk bilangan 234………………………………………………... 29

Gambar 12 Operasi penjumlahan bilangan 133+122 dengan abacus…………… 29

Gambar 13 Operasi pengurangan bilangan 331-221 dengan abacus……………. 30

Gambar 14 Kerangka Berpikir………………………………………………….. 32

Gambar 15 Siklus PTK model Suharsimi Arikunto, Sugiyanto……………… 36

Gambar 16 Model Analisis Interaktif................................................................... 41

Gambar 17 Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II SDN Bukuran 2 Sebelum

Tindakan ............................................................................................ 45

Gambar 18 Grafik Nilai Setelah Siklus 1………………………………………… 56 Gambar 19 Grafik Nilai Setelah Siklus 2……………………………………….. 66 Gambar 20 Grafik Perbandingan nilai Sebelum tindakan, siklus I dan II………... 72

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Proses Perijinan Penelitian

Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Lampiran 3 Indikator Nilai Tempat

Lampiran 4 Panduan Wawancara Untuk Guru

Lampiran 5 Panduan Wawancara Untuk Siswa

Lampiran 6 Lembar Observasi Kinerja Guru

Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 8 Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I, II, dan III

Lampiran 10 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-1

Lampiran 11 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-2

Lampiran 12 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-3

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I

Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus I

Lampiran 15 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-1

Lampiran 16 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-2

Lampiran 17 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-3

Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I, II, dan III

Lampiran 19 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-1

Lampiran 20 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-2

Lampiran 21 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-3

Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus II

Lampiran 24 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-1

Lampiran 25 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-2

Lampiran 26 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-3

Lampiran 27 Tabel Frekuensi Nilai Tes Matematika Siswa Kelas II

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SDN Bukuran 2 Sebelum Tindakan

Lampiran 28 Tabel Frekuensi Nilai Siklus I Siswa Kelas II SDN Bukuran 2

Lampiran 29 Tabel Frekuensi Nilai Siklus II Siswa Kelas II SDN Bukuran 2

Lampiran 30 Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I Dan II

Lampiran 31 Foto-foto kegiatan

Lampiran 32 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-1

Lampiran 33 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-2

Lampiran 34 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-3

Lampiran 35 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-1

Lampiran 36 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-2

Lampiran 37 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-3

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Oleh

karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan

martabat manusia Indonesia.

Upaya meningkatkan pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh

meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Pengembangan

apek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan

kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi,

agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam

kehidupan dimasa mendatang.

Sehubungan dengan itu, maka pendidikan disusun sebagai usaha sadar

untuk menciptakan bangsa Indonesia yang mampu mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya secara terus-menerus dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa Indonesia dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani, dan rohani,

berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Nomor 20/2003)

Demikian, pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia yang

cerdas dan bertaqwa yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggung jawab atas pembangunan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan

Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional

khususnya pendidikan dasar dan menengah pada setiap jenjang satuan

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi

guru, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu

manajemen sekolah. Namun, berbagai pendapat tersebut menunjukkan bahwa

mutu pendidikan sampai saat ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan

pemerintah dan masyarakat.

Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, diharapkan akan memberikan

pengetahuan dan prestasi belajar yang baik bagi siswa. Dalam belajar kadang

siswa dapat mencapai prestasi yang diharapkan, tetapi kadang juga tidak. Hal ini

karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran.

Salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan di SD adalah

Matematika. Semua orang harus mempelajarinya karena Matematika merupakan

sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Johnson dan

Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003 : 252), “Matematika adalah

bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisme adalah untuk

memudahkan berfikir”. Ada juga yang mengatakan bahwa Matematika hanya

perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang

melibatkan topik-topik seperti aritmatika, aljabar, dan geometri.

Mulyono Abdurrahman (2003: 252) menyatakan bahwa “bidang studi

Matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar,

dan geometri”. Menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono Abdurramhman, 2003:

252), “aritmatika atau berhitung adalah cabang yang berkenaan dengan sifat

hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama

menyangkut penjumlahan, pengurangan perkalian dan pembagian”. Aljabar

adalah cabang matematika yang menggunakan tanda – tanda dan huruf – huruf

untuk menggambarkan / mewakili angka – angka (a, b, c, sebagai pengganti

bilangan yang diketahui dan x, y, z untuk bilangan tidak diketahui). Geometri

adalah cabang matematika yang menerangkan sifat – sifat garis, sudut, bidang,

dan ruang.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 252), “Dari berbagai bidang studi

yang diajarkan di sekolah, Matematika merupakan bidang studi yang dianggap

paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkersulitan belajar dan lebih-lebih

bagi siswa yang berkesulitan belajar ”. Sebagian besar siswa menganggap

Matematika itu menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan,

sehingga prestasi matematika kurang dari yang diharapkan. Oleh karena itu

kewajiban para gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran

Matematika dengan memberi rangsangan atau dorongan agar siswa menyenangi

pelajaran tersebut.

”Nilai tempat” adalah setiap angka dalam lambang bilangan desimal

mempunyai nilai yang ditentukan oleh nilai angka itu sendiri (Negoro & Harahap,

1983). Salah satu penyebab rendahnya kemampuan memahami nilai tempat yaitu

karena metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah ceramah, yang

mungkin dianggap para guru sebagai metode yang paling praktis, mudah, dan

efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Mengajar yang hanya menggunakan metode

ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran matematika.

Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran apa yang telah disampaikan gurunya

sehingga kemampuan menghitungnya kurang dari yang diharapkan.

Menurut Jean Piaget (dalam Ruminiati, 2007: 1-8), menyatakan bahwa

tahap perkembangan siswa Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam tahap

operasional kongkret, dimana pola pikir anak dimulai dari hal-hal yang kongkret

menuju abstrak. Oleh karena itu, guru harus berupaya agar benda yang hendak

dijadikan alat bantu mengajar (media) adalah benda konkret sehingga bisa diraba,

dipegang-pegang, dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain oleh

siswa.

“Media” adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa terjadinya proses belajar. (Arif S.

Sadiman , 2009: 7).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Di Sekolah Dasar guru mempunyai peranan penting dalam keseluruhan

pendidikan, karena secara langsung gurulah yang melaksanakan proses kegiatan

belajar mengajar. Sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar, guru harus

mengetahui 10 kompetensi guru agar siswa mampu memperoleh hasil belajar

yang diharapkan, adapun kompetensi guru antara lain : 1) menguasai materi, 2)

metode mengajar, 3) menggunakan media, 4) KBM (urut-urutan yang ditempuh),

5) dasar-dasar pendidikan, 6) evaluasi, 7) administrasi, 8) perkembangan ilmu

jiwa, 9) mengelola kelas, 10) bimbingan.

Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran Matematika, data yang diperoleh

menunjukkan bahwa kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD

Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen masih dibawah

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60. Hal tersebut dapat dilihat dari rekap nilai

mata pelajaran Matematika pokok bahasan nilai tempat seperti pada tabel 1:

Tabel 1: Pencapaian nilai mata pelajaran matematika

Pokok bahasan nilai tempat

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Keterangan

1 70 ke atas 5 Tuntas

2 60 5 Tuntas

3 50 8 Tidak tuntas

4 40 ke bawah 4 Tidak tuntas

Dari Tabel yang tertera diatas maka peneliti ingin meningkatkan

kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2

Kecamatan Kalijambe dengan menggunakan media abakus dalam pembelajaran

matematika.

“Abakus” adalah salah satu media pengajaran matematika yang menjelaskan

konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan ( satuan, puluhan, ratusan,

dan ribuan ) serta operasi penjumlahan dan pengurangan. Dengan media ini

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diharapkan siswa lebih tahu dan jelas tentang konsep atau pengertian nilai

tempat suatu bilangan, serta operasi penjumlahan dan pengurangan

(Ruseffendi, 1997: 261). Alat ini dapat membantumu untuk menghitung

dengan cepat. Pada umumnya abakus berbentuk persegi panjang yang terbuat

dari kayu. Pada bagian dalam abakus diberi manik-manik. Manik-manik ini

dirangkai dengan batang yang terbuat dari kayu. Setiap manik-manik

menggambarkan 1 unit hitungan. Sedangkan setiap batang menunjukkan nilai

tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya). Manik yang terdapat pada

batang sebelah kiri selalu bernilai lebih besar daripada manik yang terdapat

pada batang sebelah kiri.

    Penggunaan media abakus dalam pelajaran matematika pada materi nilai

tempat dapat mendorong siswa untuk melihat dan menghayati dengan seksama.

Sehingga dapat meraba, menghitung, dan menafsirkan apa yang mereka pegang

dengan bebas sesuai kemampuan masing-masing, yang akhirnya apa yang mereka

pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai

tempat.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

memahami nilai tempat akan meningkat jika dalam proses pembelajarannya

menggunakan media. Salah satu media yang tepat untuk pelajaran matematika

adalah media “abakus”. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil

judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat dengan

Media Abakus dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas II SD

Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun

Pelajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Banyaknya guru yang menyampaikan pembelajaran matematika hanya

menggunakan metode ceramah.

2. Banyaknya guru yang belum menggunakan media dalam menyampaikan

materi pelajaran matematika, khususnya media abakus dalam

menyampaikan materi nilai tempat.

3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan

suatu permasalahan yang akan diteliti. adapun batasan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Guru belum menggunakan media abakus dalam meningkatkan kemampuan

memahami nilai tempat.

2. Kemampuan memahami nilai tempat masih rendah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah penggunaan media abakus dapat meningkatkan kemampuan

memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan

Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

Meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD

Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kaslijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran

2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Bermanfaat menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan

memahami nilai tempat pada siswa kelas II.

b. Bagi siswa

1) Meningkatnya kemampuan memahami nilai tempat.

2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar matematika.

c. Bagi sekolah

1) Memberikan masukan kepada guru dan kepala sekolah betapa

pentingnya penggunaan media abakus dalam pembelajaran

matematika.

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

2. Manfaat teoritis

a. Meningkatnya kualitas pembelajaran.

b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.

c. Dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam

pengajaran matematika untuk meningkatan kemampuan memahami nilai

tempat khususnya.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Nilai Tempat

Nilai Tempat Bilangan Cacah di Kelas Rendah SD

Untuk memahami nilai tempat bilangan cacah memerlukan pengertian sistem

numerasi Hindu-Arab, konsep nilai tempat, menulis dan membaca lambang bilangan.

a. Sistem Numerasi Hindu-Arab

Menurut Negoro & Harahap (1983) “bilangan adalah suatu ide yang sifatnya

abstrak”. Bilangan bukan simbol dan bukan pula lambang bilangan. Menurut Musser

& Burger (1991) bilangan adalah suatu ide/gagasan, suatu abstraksi, yang

merepresentasikan suatu kuantitas. Dan lambang bilangan dinyatakan sebagai simbol

yang kita lihat, tulis, atau sentuh bila merepresentasikan bilangan. Jadi bilangan

adalah ide yang bersifat abstrak dan merepresentasikan suatu kuantitas. Lambang

bilangan adalah simbol yang merepresentasikan bilangan yang dapat kita tulis, lihat,

dan sentuh.

(Ruseffendi, 1984) Sistem pemberian nama bilangan disebut dengan sistem

numerasi.Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam sistem numerasi yaitu (1)

simbol-simbol pokok yang digunakan, dan (2) aturan menyatukan simbol-simbol

pokok itu untuk menulis lambang bilangan.Secara umum sistem numerasi yang

banyak digunakan orang saat ini yang menggunakan sistem nilai tempat adalah

sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut dengan

sistem numerasi decimal.

Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-Arab ini

mempunyai karakteristik: (1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai

dengan 9; (2) Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap sepuluh

satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan menjadi satu

ratusan, dan seterusnya. Jadi pada lambang bilangan dasar sepuluh, tempat paling

kanan adalah tempat satuan dengan nilai tempatnya satu, tempat sebelah kirinya

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tempat puluhan dengan nilai tempatnya sepuluh, dan seterusnya; (3) Menggunakan

sistem nilai tempat. Contoh pada bilangan 16, nilai tempat angka 1 adalah sepuluh,

berarti 1 puluhan dan nilai tempat angka 6 adalah satu, berarti 6 menunjukkan 6

satuan; (4) Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian. Contoh bilangan 15,

bilangan ini dapat dituliskan sebagai (1 x 10) + (5 x 1). Dengan sepuluh macam

angka dan aturan-aturan mengombinasikannya menggunakan sistem bilangan dasar

10, maka akan dapat dituliskan nama-nama bilangan mana pun yang kita perlukan.

b. Konsep Nilai Tempat

Menurut Ashlock (1994) gagasan nilai tempat menyangkut pemberian suatu nilai

kepada masing-masing tempat atau posisi dalam lambang bilangan multi-digit; yaitu

masing-masing tempat dalam lambang bilangan tersebut bernilai perpangkatan

sepuluh.

Kramer (1970) menyatakan nilai posisi atau tempat dari suatu angka dalam suatu

lambang bilangan tergantung pada tempat angka itu berada dalam lambang bilangan

tersebut.

(Negoro & Harahap, 1983) Sehingga setiap angka dalam lambang bilangan

desimal mempunyai nilai yang ditentukan oleh nilai angka itu sendiri dan nilai tempat

angka itu. Sebagai contoh bilangan 15, angka 1 mempunyai nilai 1 puluhan, dan

angka 5 mempunyai nilai 5 satuan.

(Seputra & Amin, 1994)Nilai tempat 1 adalah sepuluh, nilai bilangannya 10, nilai

tempat 5 adalah satu, nilai bilangannya 5.

Payne & Huinker (1993) menyatakan ada tiga komponen utama dari pemahaman

nilai tempat bilangan dua angka yaitu kuantitas dan nama basis, nama bilangan, dan

lambang bilangan berkaitan dengan nilai tempat.

Menurut Payne & Rathmell ada tiga komponen pengetahuan nilai tempat yaitu

model-model konseptual, representasi lisan, dan representasi simbolik. Pendapat

Payne & Huinker serta Payne & Rathmell tersebut nampaknya ada kesamaan yaitu

kuantitas dengan model konseptual, representasi lisan dengan nama bilangan dan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

nama basis, dan representasi simbolik dengan lambang bilangan berkaitan dengan

nilai tempat.

Berpijak pada beberapa teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa nilai

tempat adalah nilai dari sebuah bilangan yang tergantung dimana bilangan tersebut

berada.

2. Hakikat Belajar Matematika SD

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar

terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno,

2004: 1).

(www.mathematic.transdigit.com/mathematic, 19 Februari 2010 )

Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah,dkk , 2007: 1-5) belajar matematika

adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang

terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara

konsep-konsep dan struktur matematika itu. Dienes (dalam Nyimas Aisyah,dkk,

2007: 2-7) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai

studi tentang struktur, memisah.

Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Endyah Murniati, 2008: 46)

“matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-

definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan

kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu

deduktif”. Menurut Johnson dan Rising (dalam Endyah Murniati, 2008: 46)

menyatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logik: matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan

istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan

simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi;

matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu

adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan”.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan

bahwa “matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa

universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas.

Menurut Reys (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) mengatakan bahwa

“matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola

berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Sedangkan menurut Kline (dalam

Endyah Murniati, 2008: 46) berpendapat bahwa “matematika itu bukan pengetahuan

menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama

untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi, dan alam”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan

bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang absrak dan hubungan diantara hal-hal itu.

Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan

tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar

matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan

yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur

tersebut.

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education

in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in

our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid

upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of

presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit

from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di

dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya.

Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa

memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (23 Februari 2010)

a.Karakteristik Matematika

Menurut Soedjadi (2000: 13) matematika memiliki karakteristik, sebagai

berikut :

(1)memiliki objek kajian abstrak, (2)bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola piker

deduktif, (4) memiliki symbol yang kosong dalam arti, (5) memperhatikan semesta

pembicaraan, dan (6) konsisten dalam system.

Sedangkan menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki cirri-ciri

yaitu :

(1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola piker deduktif dan

konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK).

(www. Syarifartikel.blogspot.com, 13 Februari 2010)

b.Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI

2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,

dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.(3) memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.(4) mengkomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan

atau masalah.(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum dan khusus yang ada di Kurikulum KTSP SD/MI 2007

merupakan pelajaran matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.

Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan

pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini

berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika.

Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran matematika menampakan kemampuan

berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan

menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan

adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

c. Teori Belajar Matematika di SD

Menurut Endyah Murniati, (2007: 20-41), Teori – teori belajar matematika

di Sekolah Dasar meliputi :

1) Teori Belajar Bruner

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami

atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan

cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam

pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang

dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai

proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : (a) Tahap Enaktif

atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b) Tahap Ikonic atau Tahap Gambar

Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik (Symbolic).

2) Teori Belajar Dienes

Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a).

Tahap bermain bebas ( Free Play), (b). Permainan (Games), (c).

Penelaahan Kesaman Sifat (Searching for Comunities), (d). Representasi

(Repretantion), (e). Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi

(Formalittion).

3) Teori Belajar Van Hiele

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara

berurutan, yaitu :(a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan,

(d) Deduksi, (e) Akurasi.

4) Teori Belajar Brownell dan Van Engen

Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam

situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1)

adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang

mewakili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu

yang menafsirkan simbol tersebut.

5) Teori Belajar Gagne

Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar

matematika ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan

prinsip), dan obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan

masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya

belajar). (2) tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai

dengan yang kompleks, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon,

rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan

pemecahan masalah.

3. Tinjauan tentang Media a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arif S. Sadiman,dkk ;

2009: 6).

Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media. Mc.

Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada hakikatnya

media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,

mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu tertentu. NEA (National

Education Association) menyebutkan bahwa media adalah segala benda yang dapat

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan berserta instrumen yang

digunakan untuk kegiatan tersebut. Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3)

media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide,

sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.

(www.wordpress.com/2010/02/18/media)

Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2007: 161) mengemukakan bahwa

“media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk

mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

sebagainya”. Menurut Romiszowski (dalam Basuki Wibawa, 2001: 12), “media

adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan (yang dapat berupa orang atau

benda) kepada penerima pesan”. “Media” adalah segala sesuatu yang digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

pembelajaran terjadi. (Arif S. Sadiman ,2009: 7). Gerlach dan Ely (dalam Wina

Sanjaya, 2007: 161) menyatakan : “ A medium, conceived is any person, material or

event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill,

and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,

peralatan atau kegiatan yang mengungkapkan kondisi yang memungkinkan siswa

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa

sehingga proses belajar terjadi.

b. Kegunaan Media Pembelajaran

Menurut Basuki Wibawa (2001: 14), media mempunyai kegunaan sebagai

berikut : (1) Mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat

oleh mata biasa, (2) Dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat

oleh mata, (3) Menggantikan objek yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ke dalam kelas, (4) Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin atau jaringan radio,

dapat disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan, (5)

Dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

Menurut Wina Sanjaya (2007:168), secara khusus media pembelajaran

memiliki fungsi :

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.

Peristiwa-peristiwa penting dapat diabadikandengan foto, film, atau

direkammelalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan

dan dapat digunakan manakala diperlukan.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.

Media pembelajaran membantu guru menampilkan objek yang terlalu

besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas atau

menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan

menggunakan mata telanjang.

3) Menambah gairah dan motivasi siswa.

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa terhadap

materi pembelajaran.

c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran memberikan banyak manfaat dalam proses

pembelajaran. Manfaat penggunaan media pembeljaran tersebut tergantung pada ciri-

ciri dan kemampuan media dalam proses pembelajaran. Arif, S Sadiman (2009:19)

mengelompokkan atau mengklasifikasikan media berdasarkan kesamaan ciri atau

karakteristiknya. Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan apapun bentuk

dan tujuan pengklasifikasiannya hal tersebut dapat memperjelas kegunaan dan

karakteristiknya sehingga memudahkan kita memilih nantinya. Bertz (dalam Arif,S

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sadiman, 2009:20) pengklasifikasian jenis media, diantaranya: media audio, media

visual, dan media audio visual.

1) Media Audio

Media audio adalah jenis media yang berisi suara saja. Basuki

Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan bahwa ”media audio

berkaitan erat dengan indera pendengaran”. Contoh media audio : radio,

telepon, tape recorder, piringan audio dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan media audio, antara lain : (1)

Meningkatkan kemampuan komunikasi audio, (2) Materi pembelajaran

dapat dipersiapkan sehingga guru dapat mengontrolnya, (3) Merangsang

dan mengembangkan kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang

disajikan, (4) Perhatian siswa terpusat pada kata-kata yang digunakan ,

pada bunyi dan artinya.

Kelemahan penggunaan media audio, antara lain: (1) Sifat

komunikasi satu arah, (2) Stimulus secara suara saja dalam waktu yang

cukup lama menimbulkan kebosanan pada siswa, (3) Siswa yang

memiliki kelemahan audio akan merasa kesulitan menerima pelajaran.

2) Media Visual

”Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam

simbol- simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera

penglihatan. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar

proses penyampaian pesandapat berhasil efisien. (Arif, S Sadiman, 2009:

28). Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik,

sketsa, poster, peta dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan media visual, antara lain : (1) Mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak dapat dibawa ke kelas, (2) Merangsang dan mengembangkan

kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan, (3)

Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan

materi dalam bentuk gambar.

Kelemahan penggunaan media visual, antara lain : (1)

Ukurannya terbatas untuk kelompok yang besar, (2) Memerlukan

ketersediaan sumber dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat

memanfaatkannya.

3) Media Audio Visual

Media audio visual dalam pembelajaran memberikan kelebihan

dan kelemahan. Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain :

(1) Memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran, (2) Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3)

Menampilkan gambar, suara, dan gerak, (4) Menghindari pembelajaran

yang verbalistik.

Kelemahan penggunaan media audio visual, antara lain : (1)

Biaya relatif mahal, (2) Memerlukan peralatan yang kompleks dan (3)

memerlukan keahlian khusus.

d. Kriteria Pemilihan Media

Alasan orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan

atau mencapai tujuan yang diinginkan (Basuki Wibawa, 2001: 99). Dengan

pemilihan media pembelajaran yang tepat, maka penggunaan media dapat

bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dick dan Carey (dalam Basuki Wibawa, 2001: 100-102)

menyebutkan beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

media, yaitu : (1) ketersediaan sumber, (2) ketersediaan dana, tenaga,

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fasilitas, (3) keluwesan, kepraktisan dan daya tahan (umur)media, (4)

efektifitas media untuk waktu yang sangat panjang.

Atas dasar uraian di atas maka dapat disajikan di sini suatu kriteria

pemilihan media sebagai berikut :

1) Tujuan

Kalau yang ingin diajarkan adalah proses, media gerak seperti video,

film atau TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang ingin

diajarkan adalah suatu ketrampilan dalam menggunakan alat tertentu,

maka benda sesungguhnya atau mock up-nya merupakan pilihan yang

sesuai.Kalau tujuannya ingin memperkenalkan faktor atau konsep

tertentu, maka media foto, slide, realita mungkin merupakan pilihan

yang tepat.

2) Karakteristik Siswa

Berapa jumlahnya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya?

Dan bagaimana karakteristik lainnya yang mempengaruhi pemilihan

media.

3) Karakteristik Media

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan

keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu

kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan

terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat

dijelaskan dengan slide.

4) Alokasi Waktu

Cukupkah waktu untuk kegiatan perancangan, pengembangan,

pengadaan ataupun penyajiannya? Semua hal tersebut perlu menjadi

bahan pertimbangan dalam memilih media.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) Tersediakah media yang diperlukan?

Tersediakah layanan purnajualnya? Adakah aliran listrik atau baterai

untuk mengoperasikannya?

6) Efektifitas

Apakah efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Efektifkah

untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama?

7) Kompatibilitas

Apakah penggunaan media tersebut tidak bertentengan dengan norma-

norma yang berlaku? Adakah sarana penunjang (suku cadang, dan

sebagainya) pengoperasionalannya? Praktiskah dan luweskah

penggunaanya? Bagaimana daya tahan(umur)nya?

8) Biaya

Cukupkah dana yang diperlukan untuk pengadaan, pengelolaan, dan

pemeliharaannya? Bagaimana efisiensi dan efektifitas biayanya?

4. Tinjauan Tentang Abakus

a. Pengertian Abakus

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1) menyatakan bahwa

”abakus : dekak-dekak : sempoa”. Abakus adalah lempeng datar di atas kepala tiang

dengan pinggiran cekung. Abakus biji atau dekak-dekak adalah salah satu media

pengajaran matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep atau

pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, ribuan) serta operasi

penjumlahan dan pengurangan (Ruseffendi, 1997: 261).

David Glover (2006: 4) menambahkan bahwa ”abakus adalah alat hitung

sederhana yang menggunakan batu-batuan, manik-manik, atau cincin sebagai sebagai

alat penghitung. Abakus Cina (sempoa) terdiri atas manik-manik dari kayu yang

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersusun dalam batang-batang”. Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1998: 1)

menambahkan bahwa ”Abakus atau dekak-dekak adalah alat hitung sederhana untuk

menjelaskan nilai tempat angka pada bilangan-bilangan dan dapat pula digunakan

untuk operasi-operasi bilangan, seperti operasi penjumlahan dan operasi

pengurangan”.

Menurut Evi Rine Hartuti, Miyanto, dan Rina Dyah Rahmawati (2007: 1)

menyatakan bahwa abakus merupakan alat hitung konvensional. Alat ini dapat

membantumu untuk menghitung dengan cepat. Pada umumnya abakus

berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu. Pada bagian dalam abakus

diberi manik-manik. Manik-manik ini dirangkai dengan batang yang terbuat

dari kayu. Setiap manik-manik menggambarkan 1 unit hitungan. Sedangkan

setiap batang menunjukkan nilai tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan

seterusnya). Manik yang terdapat pada batang sebelah kiri selalu bernilai lebih

besar daripada manik yang terdapat pada batang sebelah kiri.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, abakus adalah alat

hitung sederhana yang terdiri atas manik-manik atau cincin yang tersusun dalam

batang-batang, yang digunakan sebagai media pengajaran matematika yang bisa

menjelaskan nilai tempat suatu bilangan dan operasi penjumlahan dan pengurangan.

Tiang paling kanan (tiang pertama) abakus selalu menunjukkan tempat satuan.

b. Asal Usul Abakus

Kebanyakan orang menganggap abakus berasal dari Cina. Padahal abakus

tidak dapat dipastikan berasal dari negara tersebut. Abakus kuno justru

ditemukan di Babilonia dan Mesopotamia sekitar 1800 tahun lalu. Abakus ala

Babilonia berbentuk sebilah papan yang ditaburi pasir. Di atas papan tersebut

orang dapat menuliskan berbagai huruf atau simbol. Oleh kerana itu, alat ini

disebut ”abakus”. Dalam bahasa Yunani, abakos berarti ”menghapus debu”.

Ketika berubah fungsi menjadialat hitung, bentuknya pun diubah. Permukaan

pasir diubah menjadi papan yang ditandai garis-garis lengkap dengan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sejumlah manik-manik satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya. Alat ini

kemudian disempurnakan di zaman Romawi. Papan abakus dibuat berlekak-

lekuk cekung. Bentuk ini memudahkan digerakkan dari atas ke bawah. Orang

Cina mengembangkan menjadi dua bagian. Pada bagian atas dimasukkan dua

manik. Pada bagian bawah diisi 5 manik. Kemudian mereka menyebut abakus

ini dengan sebutan Cipoa (di Indonesia kemudian dikenal dengan sempoa). Di

abad pertengahan sempoa/abakus makin tersebar luas, diantaranya sampai ke

Eropa, Arab, dan seluruh Asia. Abakus sampai di negara Jepang pada abad

ke-16. Namun, Jepang mengubah susunan manik-manik. Bagian atas berisi

satu manik dan bagian bawah berisi empat manik. Abakus ala Jepang ini yang

kemudian populer di Indonesia. (Evi Rine Hartuti, dkk, 2007: 4)

See. J. M. Pullan dan P. H. Moon (2004) dalam The History of Abacus:

The abacus is used for calculating in the Middle East, Asia, and Rusia and for

teaching children elements of arithmetic in many countries. An appratus of

pebblesor other movable counters was know in antiquity to the Egyptians,

Greeks, Romans, and Chinese. A special merit of the abacus was that it

simplified the addition and subtraction of numbers written in roman numerals.

Sempoa digunakan untuk berhitung. Sempoa ini telah digunakan di Timur

Tengah, Asia dan Rusia untuk mengajar anak-anak tentang elemen ilmu

hitung. Bahkan sekarang sempoa telah digunakan diberbagai belahan dunia.

Sebuah media batu kerikil alat perhitungan telah dikenal sejak zaman Mesir,

Yunani, Romawi dan China. Keistimewaan sempoa yaitu mempermudah

dalam penambahan dan pengurangan angka.

www.questia.com/library/encyclopedia (23 Februari 2010)

c. Macam- macam Abakus

Macam abakus menurut Syaifudin dan Muhtadi (2009: 3-7), sebagai

berikut :

1) Abakus 10

Alat ini dikembangkan di Uni Soviet. Penggunaannya banyak

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ditemukan dibeberapa negara, termasuk Indonesia. Hampir semua

toko menjual alat ini.Alat ini biasanya digunakan di TK dan SD

sebagai alat hitung.

Cara pengoperasian alat :

Gambar 1 : abakus 10

a) Nilai tiap manik-manik adalah 1.

b) Baris kesatu ”nilai satuan”, baris kedua ”nilai puluhan, baris

ketiga ”nilai ratusan” dan seterusnya.

c) Dengan menggeser manik-manik sesuai nilai jumlah yang

diharapkan ke atas, itulah nilainya.

2) Abakus 5 dan 2

Alat ini dikenal di Cina. Tidak ada catatan sejarah otentik tentang

saat awal penggunaannya. Para pedagang Cina banyak

menggunakan alat ini. Karena kebiasaan mereka dapat

menggunakan alat ini untuk hitung dagang secepat kakulator.

Cara pengoperasian :

Gambar 2 : abakus 5 dan 2

a) Manik-manik bawah berjumlah 5, masing-masing bernilai 1.

b) Manik-manik atas berjumlah 2, nilai masing-masing 5 atau

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masing-masing 2.

c) Garis di tengah merupakan penempatan nilai.

d) Misal :

(a) Nilai 3 degan menggeser 3 manik-manik bawah ke garis

tengah(garis lain).

(b) Nilai 5 dengan menggeser 1 manik-manik sebelah atas ke

garis nilai (garis tengah).

e) Baris 1 paling kanan bernilai satuan.

f) Baris 2 nilai puluhan dan seterusnya.

3) Abakus 4 dan1

Abakus ini dikembangkan di Jepang dan digunakan di dunia

pendidikan untuk alat hitung anak-anak sekolah dasar.

Perkembangannya sangat pesat sehingga banyak digunakan di

Indonesia. Penggunaan abakus Jepang dalam operasi bilangan lebih

sempurna dari alat sebelumnya. Karena dalam penulisan bilangan

hanya ada satu alternatif dan pas sesuai dengan kaidah cara

penulisan bilangan

Cara pengoperasian :

Gambar 3 : abakus 4 dan 1

a) Manik-manik atas berjumlah 1 nilainya5.

b) Manik-manik bawah berjumlah 1 nilainya1.

c) Baris paling kanan atau baris satu bernilai ”satuan”. Baris kedua

bernilai ”puluhan”. Baris ketiga bernilai ”ratusan” dan

seterusnya.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Garis tengah adalah sebagai penempatan bilangan.

e) Misal : nilai2. Caranya : naikkan 2 manik-manik bawah ke garis

tengah.

f) Nilai 5. Caranya : turunkan 1 manik-manik atas ke garis tengah.

g) Pengurangan, caranya : mengembalikan manik-manik ke tempat

semula.

4) Abakus 99

Abakus jumlah manik-manik 9 dalam pembuatannya diilhami

angka9, angka yang paling sempurna. Alat ini diciptakan oleh

saefudin, sebagai alternatif alat hitung, penggunaannya sangat

mudah. Kelebihan abakus ini antara lain : mengatasi berbagai

kesulitan dalam penulisan nilai bilangan, operasi penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Cara pengoperasian abakus 99 :

Gambar 4 : abakus 99

a) Jumlah manik-manik tiap baris ada 9.

b) Jumlah baris ada 11. Total manik-manik ada 99.

Baris ke 1 bernilai satuan. Baris ke 2 bernilai puluhan.

Baris ke 3 bernilai ratusan. Dan seterusnya.

c) Nilai 3: naikkan 3 (tiga) manik-manik baris ke 1. Nilai 40:

naikkan 4 manik-manik baris ke 2.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Nilai 125: naikkan 1 manik-manik baris ke 3, 2 manik-manik

baris ke 2 dan 5 manik-manik baris ke 1.

e) Penjumlahan : dengan menaikkan.

f) Pengurangan : dengan mengurangkan.

Ada beraneka ragam abakus yang telah diciptakan oleh manusia. Hal ini

sebagai bentuk perhatian mereka setelah mengetahui kegunaan abakus. Pada gambar

5 berikut beberapa bentuk kreasi abakus. (Evi Rine Hartuti, dkk, 2007: 5).

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 5 : Bentuk-bentuk abakus

Bentuk abakus biji yang lebih sederhana dapat kita lihat seperti gambar di

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bawah ini. Abakus ini dibuat dengan bahan : sepotong balok kayu ukuran (sesuai

selera), beberapa potong kawat (sesuai selera), dan beberapa buah abakus biji.

Gambar 6 : abakus biji

d. Fungsi Abakus Biji

1) Untuk menjelaskan nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan,

ratusan, ribuan).

Keterangan :

B: ribuan

R: ratusan

P: puluhan

S: satuan

Gambar 7 : abakus sebelum diberi manik-manik

2) Untuk mencari hasil operasi penjumlahan suatu bilangan.

123 + 212 = 335

B R P

B R P S

S

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 8

3) Untuk mencari hasil operasi pengurangan suatu bilangan.

331 - 221 = 111

Gambar 9

e. Cara Penggunaan Abakus

Dalam pemakaian abakus, semua biji abakus diangkat terlebih

dahulu atau diambil.

Gambar : 10

Jika akan menunjukkan bilangan 234, maka dimasukkan 2 biji

abakus ke tempat ratusan, 3 biji abakus ke tempat puluhan dan 4 biji

abakus ke tempat satuan. Gambar 11 di bawah ini menunjukkan bilangan

234.

B R P S

R

B R P S

B P S

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar : 11

Jika 133 +122, maka penjumlahan ini bisa dilihat seperti gambar

12 abakus di bawah ini, yaitu menambahkan 1 biji pada tempat ratusan, 2

biji pada tempat puluhan, dan 2 biji pada tempat satuan.

Gambar: 12

133 + 122 = 255

Jika 331 – 221, maka pengurangan ini bisa dilihat seperti gambar 13

abakus di bawah ini, yaitu mengambil 2 biji abakus pada tempat ratusan,

2 biji abakus pada tempat puluhan, dan 1 biji abakus pada tempat satuan.

331 – 221 = 111

Gambar 13

Gambar 13

 

B R P S

P SR B

B R P S

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu :

Sugiyanto (2007) dalam penelitiannya berjudul : Pembelajaran Matematika

dengan Menggunakan Media Dekak-Dekak dapat Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas II SD Negeri Tlogolele 2 Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali tahun pelajaran 2006/2007. Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan

media dekak-dekak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III

SD Negeri Tlogolele 2.

Ibnu Rohmatulloh Al Hamid (2008) dalam penelitiannya berjudul :

Penggunaan Media Dekak-Dekak untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas II SD Negeri Ngamblakan 02 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun

pelajaran 2008/2009. Menyimpulkan bahwa media dekak-dekak bisa meningkatkan

minat siswa dalam belajar matematika sehingga prestasinya meningkat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas dapat dijadikan tolok ukur

dan pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti dengan

penggunaan media dalam pembelajaran mampu meningkatkan proses maupun hasil

pembelajaran. Secara khusus penggunaan media pembelajaran berupa abakus dapat

meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan kemampuan

memahami nilai tempat dengan media abakus pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran

2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan memahami matematika khususnya memahami nilai tempat

masih rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran siswa kurang aktif.

Pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru kemudian siswa hanya memperhatikan

penjelasan guru. Dengan demikian siswa tidak merasa mampu melaksanakan

penghitungan matematika khususnya nilai tempat dengan sendiri. Menurut Dewa

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ketutu Sukardi (dalam Sulis, 2007:14) bahwa kemampuan berhitung numerical

adalah kemampuan berhitung yang memerlukan penalaran dan kemampuan aljabar

termasuk operasi hitung.

Penggunaan media abakus dalam pelajaran matematika pada materi nilai

tempat mendorong siswa dapat meraba, menghitung, dan menafsirkan apa yang

mereka pegang, sehingga yang mereka pelajari dapat melekat dalam ingatan untuk

meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat.

Dengan demikian, penggunaan media abakus pada pembelajaran matematika

khususnya memahami nilai tempat, dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai

tempat pada siswa kelas I.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan kerangka pemikiran seperti

pada gambar 14 berikut:

Skema Kerangka Berpikir

- Pembelajaran lebih banyak

berpusat pada guru

- Siswa enggan belajar matematika

Guru menerapkan media abakus

Kondisi Awal

Tindakan

Siklus I

Siklus II

Kemampuan siswa dalam

memahami nilai tempat rendah

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 14 : Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan. Sehingga

dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut : “Penggunakan media

abakus dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II

SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran

2009/2010”.

Kemampuan memahami nilai tempat

meningkat

Kondisi Akhir

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bukuran 2 yang beralamat di

Kedungringin, Bukuran, Kalijambe, Sragen, kode pos 57275. Sekolah ini sekarang

dipimpin oleh Bapak Djumirin,A.Ma yang bertindak sebagai kepala sekolah. SD

Negeri Bukuran 2 memiliki 6 ruang kelas.

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II di SD Negeri Bukuran 2.

Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, peneliti

merupakan guru wiyata bakti di SD Negeri Bukuran 2. Kedua, sekolah tersebut

belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga terhindar dari

kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi peneliti di

lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika.

Adapun kelas yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah

siswa kelas II. Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu, bulan Februari

sampai dengan bulan Juni 2010. Namun secara efektif penelitian ini dilaksanakan

selama bulan Februari - Juni 2010. Adapun rincian waktu dan jenis-jenis kegiatan

penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2: Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian. No Jenis kegiatan Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1. Penyusunan dan

pengajuan proposal

X X X

2. Mengurus ijin

penelitian

X X

3. Persiapan X X X X X X 4. Pelaksanaan penelitian X X X X 5. Analisis data X 6. Penyusunan laporan X X

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada bulan Februari minggu pertama sampai ke tiga dilaksanakan

penyusunan dan pengajuan proposal. Pada minggu ke empat bulan Februari dan

pada minggu pertama pada bulan Maret, mengurus izin penelitian. Pada bulan

Maret minggu kedua sampai April minggu ketiga, persiapan penilitian

(menyiapkan RPP, media, dan instrumen penelitian). Pelaksanaan penelitian

dimulai pada bulan Mei minggu keempat sampai bulan Juni minggu pertama.

Pada bulan Juni minggu kedua dilaksanakan analisis data. Penyusunan laporan

dilaksanakan pada bulan Juni minggu ketiga sampai minggu ke empat.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2

Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 yang mengalami

permasalahan dalam pembelajaran matematika pada materi nilai tempat. Jumlah

seluruh siswa kelas II adalah 22 anak, yang terdiri atas 13 siswa putra dan 9 siswa

putri.

C. Bentuk dan Srategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). I G A K Wardani,dkk (2007:1.3) Penelitian tindakan kelas merupakan

penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kegiatan belajar mengajar

yang terjadi pada suatu kelas. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:15) penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

I G A K Wardhani, dkk (2007:1.4) menambahkan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi

diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar

siswa menjadi meningkat.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian

berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar

mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak

lanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, maka

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan

staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu sekolah yang lebih baik.

Sarwiji Suwandi (2008:34) langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan

melalui empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting).

Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti bagan

gambar 15 berikut :

Gambar 15 : Siklus penelitian tindakan

PERENCANAAN

SIKLUS I

PENGAMATAN

PERENCANAAN

SIKLUS II

PENGAMATAN

TINDAKAN SELANJUTNYA

PELAKSANAAN REFLEKSI

PELAKSANAAN REFLEKSI

PERENCANAAN

SIKLUS I

OBSERVASI

PERENCANAAN

SIKLUS II

OBSERVASI

SIKLUS SELANJUTNYA

PELAKSANAAN REFLEKSI

PELAKSANAAN REFLEKSI

Kondisi Awal

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(Suharsimi Arikunto, Sugiyanto, 2009:12)

Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai

berikut :

1. Siklus Pertama (Siklus I)

a. Perencanaan

1) Guru membuat rencana pembelajaran.

2) Menyiapkan media yang akan digunakan.

3) Menyiapkan soal tes setelah pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Menyiapkan lembar observasi.

b. Tindakan

Menggunakan media abakus dalam pembelajaran nilai tempat.

Melakukan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan media abakus

antara lain :

1) Kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.

2) Apakah waktu yang diperlukan singkat / masih lama?

c. Observasi

Selain itu observasi / pengamatan juga dilakukan dengan instrument

untuk melihat perkembangan keaktifan dan antusiasme siswa dalam

pembelajaran nilai tempat antara sebelum dan sesudah digunakan media

abakus dalam pembelajaran nilai tempat. Observasi dilakukan kepala

sekolah terhadap guru / peneliti yang menerapkan media abakus pada

pembelajaran matematika.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah tindakan. Refleksi dilakukan untuk

mengetahui kelemahan / kekurangan dari pembelajaran yang dilakukan.

Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil diskusi akan menentukan perlu ada tidaknya

melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus pertama peneliti

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus kedua. Berdasarkan

kekurangan yang telah ditemukan maka dibuat rencana perbaikan pada

siklus II dan seterusnya.

2. Siklus kedua (siklus II)

a. Perencanaan

Membuat rencana pembelajaran perbaikan yang didasarkan pada

kekurangan yang ditemukan pada siklus I, diantaranya :

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Menyiapkan media yang akan digunakan.

3) Menyiapkan soal tes setelah pembelajaran

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi.

b. Tindakan

Menggunakan media abakus dalam pembelajaran nilai tempat dengan

rencana pembelajaran yang telah dibuat pada perencanaan untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus I.

c. Observasi

Selain itu observasi / pengamatan juga dilakukan dengan instrument

untuk melihat perkembangan keaktifan dan antusiasme siswa dalam

pembelajaran nilai tempat antara sebelum dan sesudah digunakan media

abakus dalam pembelajaran nilai tempat. Observasi dilakukan kepala

sekolah terhadap guru / peneliti yang menerapkan media abakus pada

pembelajaran matematika.

d. Refleksi

Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil diskusi akan menentukan perlu ada tidaknya

melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti

belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus ketiga dan seterusnya.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sampai pada kemampuan memahami nilai meningkat mendekati

kesempurnaan.

D. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan

siswa dalam memahami nilai tempat. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai

sumber yang meliputi:

1. Informan atau nara sumber yaitu siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2.

2. Tempat dan Peristiwa

a. Tempat : Ruang Kelas II

b. Peristiwa : Proses pembelajaran nilai tempat.

3. Dokumen yang ada meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran,

foto kegiatan pembelajaran.

4. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memahami nilai tempat setelah

dilakukan tindakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penlitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan/observasi

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan langsung. Pengamatan

langsung adalah pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap

objek yang diteliti. Pengamatan itu dilakukan terhadap aktivitas belajar

mengajar dikelas. Pengamatan terhadap guru dan siswa kelas II SDN

Bukuran 2 difokuskan pada kegiatan pembelajaran siswa dalam mengikuti

pelajaran Matematika.

2. Kajian Dokumen.

Kajian dokumen digunakan untuk mencocokkan data yang diperoleh dari

berbagai sumber dokumen, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(RPP), silabus, foto-foto pembelajaran, dan hasil tes unjuk kerja siswa.

Seluruh data yang diambil dari dokumen yang berbeda kemudian ditinjau

ulang, apakah data yang diperoleh saling menguatkan, sehingga validitas

data dapat dipertanggung jawabkan.

3. Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang

diperoleh siswa kelas II SDN Bukuran 2 setelah kegiatan pemberian

tindakan. Tes diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk

mengidentifikasi kelemahan siswa kelas II SDN Bukuran 2 dalam

pembelajaran nilai tempat dan setiap akhir siklus untuk mengetahui

peningkatan kemampuan memahami nilai tempat siswa kelas II SDN

Bukuran 2. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui

tingkat perkembangan kemampuan memahami nilai tempat siswa sesuai

kelas II SDN Bukuran 2 dengan siklus yang ada.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data

dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik

kesimpulan. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 1996: 178). Dalam

penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih mengembangkan

validitas atau kesahihan data penelitian. Teknik trianggulasi ada 4, yaitu trianggulasi

data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.

Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan

trianggulasi teori. Trianggulasi sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda yaitu (1) pengamatan dari proses pembelajaran; (2) tes unjuk kerja

siswa; (3) silabus, RPP dan foto. Sedangkan trianggulasi teori yaitu dengan mengecek

balik alat dengan teori yang telah ada.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penelitian ini validitas data yang digunakan adalah trianggulasi

sumber. Cara yang dilakukan yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa saat proses

pembelajaran matematika pada materi nilai tempat dengan melihat hasil tes. Setelah

itu membandingkan kebenaran data yang telah diperoleh dari kedua cara teersebut.

G. Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Interaktif

Miles & Huberman. Model analisis interaktif, mempunyai tiga buah komponen pokok

yaitu Reduksi data, Sajian Data, Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktivitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses

siklus.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan

skema pada gambar 16 :

Gambar 16: Model Analisis Interaktif

Langkah-Langkah Analisis :

1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka

dapat dikumpulkan.

2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik

yang berguna untuk penelitian lanjut.

3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.

4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang

jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Sajian Data

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Melakukan analisis antarkasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi

susunan laporan.

6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran

dalam laporan akhir penelitian.

H. Indikator Kinerja.

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan / keefektifan penelitian. Yang menjadikan indikator

kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 80 % dari jumlah siswa dalam

mengerjakan soal tes mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 60. Indikator

tersebut meliputi : (1) Membaca bilangan. (2) Menulis lambang bilangan. (3)

Menulis nama bilangan . (4) Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap-tiap siklus

terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting) yang dilaksanakan sesuai dengan perubahan

yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya

kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2,

dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan temuan-temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan

kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II dengan penanaman konsep

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah

dikuasai siswa. Sehubungan hal tersebut maka tindakan yang diduga paling tepat

adalah dengan menggunakan media “abakus” dalam menjelaskan konsep nilai tempat

dalam pembelajaran matematika.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Menganalisis masalah yang mendalam dengan mengacu teori-teori

yang relevan.

c. Menyusun tindakan yang sesuai dengan siklus pertama.

d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi yang berupa soal tes.

2. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi :

a. Penyusunan jadwal penelitian.

b. Penyusunan rencana pembelajaran.

c. Penyusunan nilai tes.

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus yaitu siklus I, siklus II. Setiap siklus

terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

refleksi. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I belum menunjukkan

peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD,

maka perlu dilanjutkan ke siklus II. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus II

sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat

pada siswa kelas II, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Namun, apabila

belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai

tempat pada siswa kelas II SD, maka dibuat siklus III, demikian juga untuk

siklus berikutnya, sampai kemampuan memahami nilai tempat meningkat.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yaitu untuk

meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD

Negeri Bukuran 2 Kalijambe dengan menggunakan media abakus. Hipotesis

tindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenaran melalui tindakan yang

telah direncanakan.

5. Tahap Pengamatan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di bawah bimbingan guru (peneliti).

6. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah

dilakukan selama penelitian.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah dasar Negeri Bukuran 2 Kecamatan

Kalijambe Kabupaten Sragen. Sekolah Dasar Negeri Bukuran 2 tepatnya berada di

Dukuh Kedungringin Desa Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. SDN

Bukuran 2 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 6 (enam) guru

kelas, 1 (satu) guru PAI, 1(satu) guru olah raga, 1 (satu) penjaga sekolah. SDN

Bukuran 2 mempuyai siswa berjumlah 120 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak

18 siswa, kelas II sebanyak 22 siswa, kelas III sebanyak 25 siswa, kelas IV dengan 22

siswa, kelas V sebanyak 20 siswa dan kelas VI sebanyak 14 siswa.

Dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Bukuran 2

kelas II belum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media abakus

khususnya untuk pembelajaran nilai tempat, sehingga hasil belajar siswa belum

mencapai KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal

semester. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas

II, maka peneliti menggunakan media dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan memahami nilai tempat.

B. Deskripsi Kondisi Awal Dan Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus 1

Tindakan siklus I dilakanakan selama 1 minggu, sebanyak 3 kali pertemuan.

Tiap pertemuan 2 x 30 menit yaitu dilaksanakan 10 Mei sampai 15 Mei 2010.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

terdiri dari beberapa siklus. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

a.Tahap Perencanaan

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan data hasil pengamatan langsung tanggal 26 April 2010

terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan

pelajaran Matematika materi nilai tempat untuk mengetahui gambaran awal

kegiatan pembelajaran di kelas II SDN Bukuran 2 masih terdapat banyak

kekurangan, antara lain pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa enggan

belajar matematika, dan kemampuan memahami nilai temp[at masih rendah.

Nilai prestasi belajar siswa diperoleh dari tes uraian. Hasil

tes awal materi nilai tempat dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3: Pencapaian Nilai Hasil Belajar Matematika

Sebelum Tindakan

No Rentang Nilai Frekuensi Keterangan

1 61- 70 ke atas 5 Tuntas

2 51-60 4 Tuntas

3 41-50 8 Tidak tuntas

4 40 ke bawah 5 Tidak tuntas

Berdasarkan tabel 3 maka dapat digambarkan pada gambar 17.

44

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gamba

B

tindakan

mempero

22 siswa

60. Dar

memaha

Bertolak

kemamp

pembelaj

D

peneliti

dengan

dalam pr

1. Mem

temp

0

1

2

3

4

5

6

7

8

10-40

ar 17 Grafik

Berdasarkan

n, siswa kela

oleh nilai di

a atau 59,0

ri data ters

ami / mengu

k dari kenyat

puan memah

ajaran matem

Dengan berp

melakukan

menggunaka

roses persiap

milih pokok

pat. Alasan p

0 50 6

Nilai Matem

n data nilai d

as II SDN B

i atas batas n

9 % mempe

sebut memb

uasai konsep

taan tersebut

hami nilai te

matika (nilai

pedoman pad

langkah-lan

an media ab

pan pembela

bahasan a

pemilihan po

F0 70-100

matika Siswa

Tindaka

di atas dapat

Bukuran 2 se

nilai ketunta

eroleh nilai

buktikan ba

p nilai temp

t peneliti me

empat siswa

tempat) den

da standar ko

ngkah pemb

bakus. Adap

ajaran adalah

atau indikato

okok bahasan

Frekuensi

a Kelas II SD

an

t dilihat bah

ebanyak 22 s

asan minima

di bawah ba

ahwa sebag

pat dalam p

engambil alte

a kelas II ya

ngan menggu

ompetensi m

belajaran ma

pun langkah

h sebagai ber

or yang ses

n atau indika

DN Bukuran

hwa sebelum

siswa hanya

al. Sebanyak

atas nilai ke

gian besar

pembelajaran

ernatif untuk

aitu dengan

unakan medi

mata pelajara

atematika ya

h-langkah ya

rikut:

suai dengan

ator tersebut

2 Sebelum

m dilaksanak

a 9 siswa ya

k 13 siswa d

etuntasan ya

siswa belu

n matematik

k meningkat

melaksanak

ia abakus.

an matematik

ang dilakuk

ang dilakuk

n materi ni

adalah :

40 ke bawah

50

60

70 ke atas

m

kan

ang

ari

itu

um

ka.

tan

kan

ka,

kan

kan

lai

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pokok bahasan/indikator tentang nilai tempat harus betul-betul dikuasai

siswa, karena hal tersebut untuk mempermudah penguasaan materi

matematika yang lebih dalam.

b. Pokok bahasan/indikator tentang nilai tempat tersebut nantinya dapat

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.

Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 siklus, siklus I

terdiri dari 3 pertemuan, siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan. Masing-masing

pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran (@ 30 menit) yang dilaksanakan

dalam minggu yang berbeda.

3. Menyiapkan media abakus yang akan digunakan dalam pembelajaran.

4. Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru mempersiapkan kelompok

dan meja diatur sesuai dengan kelompok dan membagi media abakus untuk

masing-masing kelompok.

a. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan, direncanakan

secara teliti oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing. Peneliti menyusun lembar observasi yang akan digunakan

untuk mengetahui partisipasi siswa selama proses pembelajaran,

sedangkan sebagai alat evaluasinya peneliti membuat soal ulangan

berbentuk uraian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi nilai tempat.

Dalam tahapan ini guru menerapkan pembelajaran dengan penggunaan

media abakus sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan

pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan media

abakus ini akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.

1) Pertemuan Ke-1

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada pertemuan ke-1 materi matematika dengan indikator: membaca lambang

bilangan. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa bersama dan

mengabsen siswa, guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa mengurutkan

bilangan 500-520.

Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang cara

membaca lambang bilangan dengan menggunakan media abakus. Contoh : membaca

lambang bilangan.

523 dibaca………

5 2 3

satuan nilainya 3

puluhan nilainya 20

ratusan nilainya 500

Jadi 523 dibaca lima ratus dua puluh tiga

Pengerjaan menggunakan abakus

523 dibaca………

Masukkan 5 biji abakus ke tempat ratusan, 2 biji ke tempat puluhan dan 3

biji ke tempat satuan.

Ket :

B = Ribuan

R = Ratusan

P = Puluhan

S = Satuan

B R S P

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah semua biji abakus dimasukkan, kemudian dibaca.

Jadi 523 dibaca lima ratus dua puluh tiga.

Gambar 18: Peragaan membaca lambang bilangan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru bertanya

jawab dengan siswa seputar materi. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju

ke depan kelas mengerjakan soal yang diberikan guru. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya, guru

memberikan lembar soal yang dikerjakan secara kelompok, setelah selesai

lembar tersebut dikumpulkan dan dibahas bersama-sama.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari, sambil mengulang pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian guru

membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Guru

memberikan pujian kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik.

Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajin belajar dan

memberikan PR (pekerjaan rumah).

2) Pertemuan Ke-2

Pada pertemuan ke-2 mempelajari materi nilai tempat, dengan indikator:

menulis lambang bilangan. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama,

mengabsen siswa, menanyakan kabar sebagai penyemangat dan apersepsi

bertanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah diajarkan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok

dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.

Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang

menulis lambang bilangan dengan menggunakan media abakus. Contoh: enam

ratus tiga puluh lima ditulis....

Perhatikan contoh berikut !

Enam ratus tiga puluh lima ditulis. . . .

Enam ratus tiga puluh lima = ……

5 letaknya sebagai satuan

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 letaknya sebagai puluhan

6 letaknya sebagai ratusan

Jadi enam ratus tiga puluh lima ditulis 635

Pengerjaan menggunakan abakus

Masukkan 6 biji abakus ke tempat ratusan, 3 biji abakus ke tempat puluhan dan

5 biji ke tempat satuan.

Setelah semua biji abacus dimasukkan, kemudian ditulis dari sisi sebelah kiri

dulu sesuai dengan jumlah biji abacus yang ada.

Jadi enam ratus tiga puluh lima ditulis 535

Gambar 19: Peragaan menulis lambang bilangan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa mengerti. Guru menunjuk

beberapa siswa untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal dari guru. Kemudian

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya

guru memberikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok

kemudian hasilnya dibahas bersama-sama.

Kegiatan diakhiri dengan guru memberi evaluasi dengan membagi

lembar soal evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan

kepada siswa agar lebih rajin belajar kemudian guru menutup pelajaran

dengan salam.

3) Pertemuan Ke-3

B R P S

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada pertemuan ke-3 materi yang dipelajari adalah nilai tempat, dengan

indikator: menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.

Kegiatan awal dimulai dari berdoa bersama, mengabsen siswa, guru

membimbing siswa membentuk kelompok dan membagikan abakus untuk

masing-masing kelompok. Kemudian guru memberi apersepsi dengan bertanya

jawab mengenai materi nilai tempat yang sudah diajarkan pada pertemuan yang

lalu.

Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang

menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan dengan abakus. Contoh :

Tentukan nilai tempat bilangan 659!

Perhatikan contoh soal berikut !

Tentukan nilai tempat bilangan 656!

Angka pada bilangan 659 menempati nilai tempat sebagai berikut :

Angka 6 menempati nilai tempat ratusan nilainya 600

angka 5 menempati nilai tempat puluhan nilainya 50

Angka 9 menempati nilai tempat satuan nilainya 9

Pengerjaan menggunakan abakus

Tentukan nilai tempat bilangan 659!

Masukkan 6 biji abakus ke tempat ratusan, 5 biji abakus ke tempat puluhan dan

9 biji abakus ke tempat satuan.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jadi nilai tempat bilangan 659 = 6 ratusan + 5 puluhan + 9 satuan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian guru membagikan

lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Setelah

lembar tersebut selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan dan dibahas

bersama-sama.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

materi yang telah dipelajari untuk mengulang pelajaran. Kegiatan ini

diakhiri dengan evaluasi. Guru memberikan pujian kepada siswa yang

mendapatkan nilai baik, sedangkn yang masih kurang diberi pengarahan

agar lebih giat belajar.

b. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa ketika

melakukan pembelajaran matematika serta mengamati keterampilan guru dalam

mengajar.

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi berdasarkan lampiran 14 halaman 104 dalam

siklus 1 selama 3 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Penampilan guru di depan kelas sudah baik.

b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah menyampaikan

materi pelajaran dengan sangat baik.

c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran berupa abakus sangat baik.

d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

B R P S

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e) Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah baik.

f) Memberi pujian dan pertanyaan keberhasilan siswa baik.

g) Interaksi dengan siswa baik.

h) Pengelolaan waktu sudah baik.

i) Memberi bimbingan individu/kelompok baik.

j) Memberikan tindak lanjut berjalan baik.

Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses pembelajaran sudah cukup baik.

2) Hasil observasi bagi siswa

Dari data observasi berdasarkan lampiran 13 halaman 103 pada siklus

I diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

a) Aktif memperhatikan penjelasan guru sudah baik.

b) Aktif menjawab pertanyaan guru cukup.

c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa cukup.

d) Kreativitas dan inisiatif siswa.

e) Aktif mengerjakan tugas-tugas individu dan kelompok dalam pembelajaran sudah baik.

Secara keseluruhan tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup baik.

c. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,

baru dua materi yang telah menunjukkan perubahan baik pada aktivitas siswa

maupun pada pencapaian hasil belajar yaitu membaca lambang bilangan dan

menulis lambang bilangan. Sedangkan untuk materi menentukan letak nilai

ratusan, puluhan, dan satuan belum menunjukkan perubahan yang berarti dan

dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertemuan : 1 (satu)

Indikator : membaca lambang bilangan

Media : abakus

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan

guru, namun kurang inisiatif. Kemampuan siswa dalam membaca lambang

bilangan pada pertemuan ke-1 sudah menunjukkan perubahan yang berarti,

karena nilai rata-rata kelasnya 72,27 dan siswa yang dapat mencapai KKM

sebanyak 19 siswa (86,36%) dari 22 siswa kelas II.

Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan siswa

yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan demikian data nilai rata-

rata kelas yang mencapai 72,27 dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak

19 (86,36%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media abakus

yang dilakukan sudah berhasil.

Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-1

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 60 7. 60 13. 80 19. 80

2. 60 8. 100 14. 60 20. 80

3. 40 9. 60 15. 100 21. 100

4. 40 10. 40 16. 80 22. 80

5. 70 11. 80 17. 60

6. 80 12. 100 18. 80

Rata-rata 72,27

Hasil tes berdasarkan lampiran 32 halaman 139.

Pertemuan : 2 (dua)

Indikator : menulis lambang bilangan

Media : abakus

Berdasarkan hasil pengamatan selama prroses pembelajaran berlangsung

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan

guru, rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat. Begitu pula perasaan

senang siswa terhadap pembelajaran matematika. Sedangkan pemantauan hasil

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belajar diperolah nilai rata-rata kelasnya mencapai 70 dan siswa yang dapat

mencapai KKM sebanyak 20 siswa (90,91%) dari 22 siswa kelas II.

Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan siswa

yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan demikian data nilai rata-

rata kelas yang mencapai 70 dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 20

(90,91%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media abakus

yang dilakukan sudah berhasil.

Tabel 5. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-2

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 60 7. 60 13. 60 19. 80

2. 60 8. 80 14. 60 20. 80

3. 60 9. 80 15. 80 21. 100

4. 40 10. 40 16. 80 22. 80

5. 80 11. 80 17. 60

6. 80 12. 100 18. 60

Rata-rata 70

Hasil tes berdasarkan lampiran 33 halaman 140.

Pertemuan : ke-3

Indikator : Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.

Media : Abakus

Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa

cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun dalam penjumlahan yang

menyimpan siswa sering lupa untuk menyimpan bilangan, sehingga berpengaruh

pada kemampuan menyelesaikan soal penjumlahan dengan menyimpan.

Akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I pertemuan ke-3 belum

dapat menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata kelasnya hanya

mencapai 60 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM sebanyak 17

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(77,27%) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media abakus

yang dilakukan belum berhasil.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai nilai rata-rata kelas

mencapai 65 dan siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan

demikian data nilai rata-rata kelas yang mencapai 60 dan siswa yang dapat

mencapai KKM sebanyak 17 (77,27%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang

menggunakan media abakus yang dilakukan belum berhasil.

Tabel 6. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-3

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 40 7. 60 13. 80 19. 60

2. 60 8. 60 14. 40 20. 40

3. 20 9. 60 15. 80 21. 80

4. 20 10. 60 16. 60 22. 60

5. 80 11. 80 17. 60

6. 80 12. 80 18. 60

Rata-rata 60

Hasil tes berdasarkan lampiran 34 halaman 141.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dicapai siswa pada siklus I dapat

diketahui bahwa pada pertemuan ke-1 dan ke-2 yang berhasil. Namun ini masih

dilanjutkan pada siklus II supaya kemampuan memahami nilai tempat siswa

meningkat. Sedangkan pada pertemuan ke-3 belum menunjukkan perubahan yang

cukup signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan pada siklus II untuk materi

nilai tempat tentang menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.

Tabel 7 : Nilai Setelah Siklus 1

Nilai Frekuensi

21 – 30 2

31 – 40 0

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tin

dilaksan

dilaksan

yang dila

Ga

ndakan siklu

akan 3 kali

akan pada t

akukan pada

0

1

2

3

4

5

6

7

21 ‐ 30 3

ambar 18 : G

2.

us II dilaksa

pertemuan.

anggal 24 M

a siklus II me

31 ‐ 40 41 ‐ 50

41 – 50

51 - 60

61 - 70

71 - 80

81 - 90

Grafik Nilai

Tindakan

anakan selam

Tiap-tiap pe

Mei 2010 sa

eliputi :

51 ‐ 60 61 ‐ 70

Setelah Sikl

Siklus II

ma 1 mingg

ertemuan lam

ampai 29 M

71 ‐ 80 81 ‐ 9

3

3

7

3

0

lus 1

gu, perenca

manya 2 x 3

Mei 2010. Ad

90

nilai setelah siklus 1

anaan kegiat

30 menit yai

dapun tahap

tan

itu

pan

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I

diketahui bahwa pada indikator membaca dan menulis lambang bilangan sudah

menunjukkan hasil yang lebih baik, namun masih ditingkatkan lagi pada siklus II

pada pertemuan ke 1 dan ke 2. Sedangkan untuk indikator menentukan letak

angka ratusan, puluhan, dan satuan belum menunjukkan hasil yang signifikan,

sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II pertemuan ke 3.

Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut :

1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Lebih mengoptimalkan penggunaan media abakus dalam pembelajaran.

3) Memberikan pengulangan pada materi nilai tempat tentang membaca

lambang bilangan, membaca lambang bilangan, dan menentukan letak

angka ratusan, puluhan, dan satuan..

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran matematika dengan penggunaan media abakus sesuai dengan

rencana pembelajaran 3 kali pertemuan.

Pertemuan ke-1

Pada pertemuan 1 indikator: membaca lambang bilangan. Guru

mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa bersama, mengabsen

siswa. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan membagi

abakus untuk masing-masing kelompok. Guru memberikan apersepsi dengan

bertanya jawab seputar pelajaran yang telah diajarkan pada minggu sebelumnya.

Kegiatan inti, guru membimbing siswa tentang membaca lambang

bilangan dengan menggunakan media abakus.

Perhatikan contoh berikut !

775 dibaca………

7 7 5

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

satuan nilainya 5

puluhan nilainya 70

ratusan nilainya 700

Jadi 775 dibaca tujuh ratus tujuh puluh lima

Pengerjaan menggunakan abakus

775 dibaca………

Masukkan 7 biji abakus ke tempat ratusan, 7 biji ke tempat puluhan dan 5

biji ke tempat satuan.

Ket :

B = Ribuan

R = Ratusan

P = Puluhan

S = Satuan

Setelah semua biji abakus dimasukkan, kemudian dibaca.

Jadi 775 dibaca tujuh ratus tujuh puluh lima

Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jika tidak ada yang bertanya

kegiatan dilanjutkan dengan pengerjaan soal yang telah dibagikan guru secara

kelompok. Setelah selesai lembar tersebut dikumpulkan dan dibahas bersama

dengan siswa.

B R S P

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan

guru, setelah selesai dikumpulkan pada guru.

Tabel 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-1 Siklus II

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 90 7. 90 13. 70 19. 80

2. 80 8. 50 14. 70 20. 90

3. 70 9. 100 15. 80 21. 80

4. 50 10. 70 16. 70 22. 60

5. 90 11. 80 17. 60

6. 80 12. 80 18. 80

Rata-rata 75

Hasil tes berdasarkan lampiran 35 halaman 142.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini

ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan suasana

kelas saat pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini

termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan memahami nilai tempat pada pelajaran

matematika.

1) Hasil observasi guru.

Dari hasil observasi pada lampiran 22 halaman 126 dapat dilihat aktivitas

guru adalah sebagai berikut:

a) Penampilan guru di depan kelas sudah baik.

b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah menyampaikan

materi pelajaran dengan sangat baik.

c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran berupa abakus sangat baik.

d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e) Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah baik.

f) Memberi pujian dan pertanyaan keberhasilan siswa baik.

g) Interaksi dengan siswa baik.

h) Pengelolaan waktu sudah baik.

i) Memberi bimbingan individu/kelompok baik.

j) Memberikan tindak lanjut berjalan baik.

Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses pembelajaran sudah baik.

3) Hasil observasi bagi siswa

Dari data observasi berdasarkan lampiran 23 halaman 127 pada siklus

II diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

b) Aktif memperhatikan penjelasan guru sudah baik.

b) Aktif menjawab pertanyaan guru cukup.

c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa cukup.

d) Kreativitas dan inisiatif siswa.

e) Aktif mengerjakan tugas-tugas individu dan kelompok dalam pembelajaran sudah baik.

Secara keseluruhan tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran sudah baik.

d. Refleksi

Hasil analisis data balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya

kurang kontrol waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Persentase aktifitas

siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak memperhatikan dan

menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan

memahami nilai tempat lebih meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap

kemampuan dalam menyelesaikan soal membaca lambang bilangan. Dengan

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun

menjadi hidup dan lebih menyenangkan.

Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan

pertama nilai rata-rata kelasnya mencapai 70 dan siswa yang memperoleh nilai

lebih dari KKM sebanyak 20 siswa (90,91%). Dari penelitian ini pembelajaran

dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.

Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai

rata-rata kelas diatas 65 dan persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari

KKM mencapai 80%. Atas dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang

diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran nilai tempat

tentang membaca lambang bilangan dengan menggunakan media abakus yang

dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil tes yang dicapai siswa pada siklus II dapat diketahui

bahwa pada pertemuan ke-1 kemampuan memahami nilai tempat lebih

meningkat. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari

KKM harus diberi perbaikan dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan

memahami nilai tempat meningkat.

Pertemuan ke-2

Pada awal kegiatan setelah berdoa dan mengabsen siswa, guru

mengadakan tanya jawab pelajaran kemarin sebagai apersepsi, kemudian guru

menjelaskan materi nilai tampat tentang menulis lambang bilangan dengan

diperagakan menggunakan media abakus di depan kelas. Kegiatan tersebut

diulang-ulang agar siswa memahami betul tentang menulis lambang bilangan.

Perhatikan contoh berikut !

Delapan ratus empat puluh tiga ditulis. . . .

Delapan ratus empat puluh tiga = ……

3 letaknya sebagai satuan

4 letaknya sebagai puluhan

8 letaknya sebagai ratusan

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jadi delapan ratus empat puluh tiga ditulis 843

Pengerjaan menggunakan abakus

Masukkan 8 biji abakus ke tempat ratusan, 4 biji abakus ke tempat puluhan dan

3 biji ke tempat satuan.

Setelah semua biji abacus dimasukkan, kemudian ditulis dari sisi sebelah kiri

dulu sesuai dengan jumlah biji abacus yang ada.

Jadi delapan ratus empat puluh tiga ditulis 843

Kegiatan berikutnya guru membagikan lembar soal untuk dikerjakan

secara kelompok dan hasilnya dibahas bersama-sama. Guru bertanya jawab

dengan siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan. Guru

kembali membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan PR (pekerjaan

rumah) sebagai tindak lanjut.

Tabel 9. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-2 Siklus II

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 80 7. 80 13. 80 19. 80

2. 80 8. 100 14. 80 20. 100

3. 70 9. 70 15. 80 21. 100

B R P S

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. 50 10. 50 16. 90 22. 60

5. 70 11. 90 17. 80

6. 80 12. 100 18. 60

Rata-rata 78,62

Hasil tes berdasarkan lampiran 36 halaman 143.

c. Observasi dan Implementasi

Guru melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini

ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, aktifitas atau

partisipasi siswa dalam pembelajaran dan suasana kelas saat pembelajaran.

Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes

akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis peningkatan

kemampuan memahami nilai tempat siswa.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya

kurang kontrol waktu dan kurang memberikan pujian penghargaan kepada siswa.

Persentase aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka

lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan

kreatif. Kemampuan memahami nilai tempat meningkat.

Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan

pertama mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai di atas

KKM sebanyak 16 siswa (72,72%). Sedangkan pada pertemuan kedua nilai rata-

rata kelasnya mencapai 75 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM

sebanyak 18 siswa (81,82%) dari 22 siswa kelas II.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi

siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui

tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan persentase

siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 80%. Atas dasar dasar

tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka

pembelajaran yang menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus II

dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan siswa

yang mendapatkan dibawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang

memperoleh nilai di atas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.

Pertemuan ke-3

Pada awal kegiatan setelah berdoa dan mengabsen siswa, guru

mengadakan tanya jawab pelajaran kemarin sebagai apersepsi, kemudian guru

menjelaskan materi nilai tampat tentang menentukan letak angka ratusan,

puluhan, dan satuan dengan menggunakan media abakus di depan kelas.

Kegiatan tersebut diulang-ulang agar siswa memahami betul tentang menentukan

letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.

Perhatikan contoh berikut !

Tentukan nilai tempat bilangan 907!

Angka pada bilangan 907 menempati nilai tempat sebagai berikut :

• Angka 9 menempati nilai tempat ratusan nilainya 900

• Angka 0 menempati nilai tempat puluhan nilainya 0

• Angka 7 menempati nilai tempat satuan nilainya 7

Pengerjaan menggunakan abakus

Tentukan nilai tempat bilangan 907!

Masukkan 9 biji abakus ke tempat ratusan, 0 biji abakus ke tempat puluhan

karena tidak ada, dan 7 biji abakus ke tempat satuan.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jadi nilai tempat bilangan 907 = 9 ratusan + 0 puluhan + 7 satuan

Kegiatan berikutnya guru membagikan lembar soal untuk dikerjakan

secara kelompok dan hasilnya dibahas bersama-sama. Guru bertanya jawab

dengan siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan. Guru

kembali membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan PR (pekerjaan

rumah) sebagai tindak lanjut.

Tabel 10. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-3 Siklus II

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai

1. 60 7. 80 13. 80 19. 80

2. 80 8. 80 14. 80 20. 50

3. 60 9. 70 15. 80 21. 100

4. 50 10. 70 16. 70 22. 50

5. 80 11. 90 17. 80

6. 90 12. 80 18. 70

Rata-rata 74,09

Hasil tes berdasarkan lampiran 37 halaman 144.

c. Observasi dan Implementasi

Guru melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini

B R P S

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, aktifitas atau

partisipasi siswa dalam pembelajaran dan suasana kelas saat pembelajaran.

Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes

akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis peningkatan

kemampuan memahami nilai tempat siswa.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya

kurang kontrol waktu dan kurang memberikan pujian penghargaan kepada siswa.

Persentase aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka

lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan

kreatif. Kemampuan memahami nilai tempat meningkat.

Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan

pertama mencapai nilai rata-rata kelas 60 dan siswa yang memperoleh nilai di atas

KKM sebanyak 17 siswa (77,27%). Sedangkan pada pertemuan kedua nilai rata-

rata kelasnya mencapai 75 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM

sebanyak 18 siswa (81,82%) dari 22 siswa kelas II.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam

pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir

pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan persentase siswa yang

memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 80%. Atas dasar dasar tersebut dan

melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran

yang menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan

berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru

harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan siswa yang

mendapatkan dibawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang

memperoleh nilai di atas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

s

Dal

sebagai berik

Ga

lam mengola

kut:

0

2

4

6

8

10

12

21 ‐ 30

Tabel 11

ambar 19 : G

C. Des

ah data yang

31 ‐ 40 41 ‐ 50

Nilai

21 – 30

31 – 40

41 – 50

51 - 60

61 - 70

71 - 80

81 - 90

: Nilai Setel

Grafik Nilai

skripsi Hasi

g dilaksanaka

51 ‐ 60 61 

lah Siklus 2

Setelah Sikl

il Penelitian

an pada lamp

‐ 70 71 ‐ 80

Frekuensi

0

0

1

2

4

12

3

lus 2

n

piran dapat d

81 ‐ 90

nilai s

dideskripsik

setelah siklus 2

kan

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Data Nilai Matematika Siswa Kelas II Sebelum Tindakan

Dari daftar nilai matematika yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa:

a. Jumlah nilai pada tes membaca lambang bilangan, siswa yang mendapat

nilai 40 ada 5 siswa; nilai 50 ada 10 siswa; nilai 60 ada 4 siswa; nilai 70

ada 5 siswa, sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan

nilai terendah adalah 40 dengan demikian rata-rata yang diperoleh siswa

adalah 53,63. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 9 siswa

dari 22 siswa atau 40,91%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 13

siswa dari 22 siswa atau 59,09%.

b. Jumlah nilai pada tes menulis lambang bilangan, siswa yang mendapatkan

nilai 40 ada 5 siswa; nilai 50 ada 9 siswa; nilai 60 ada 6 siswa; nilai 70 ada

4 siswa. Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai

terendah adalah 40 dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa

sebesar 58,63. Siswa yang mendapat nilai antara diatas KKM sebanyak 10

siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 12 siswa.

Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 10

siswa dari 22 siswa atau 45,45%, sedangkan anak yang belum tuntas

sebanyak 12 siswa dari 22 siswa atau 54,54%.

c. Jumlah nilai pada tes menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan,

siswa yang mendapat nilai 70 ada 2 siswa, nilai 60 ada 6 siswa, nilai 50 ada

5 siswa, nilai 40 ada 5 siswa, nilai 20 ada 4 siswa. Sehingga nilai yang

tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai terendah adalah 20

dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 46,82. Siswa

yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dari

22 siswa atau 40,91%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 13

siswa dari 22 siswa atau 59,09%.

2. Data Nilai Matematika Siswa Kelas II Siklus I

a. Dari tabel daftar niali yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes

pada pertemuan ke-1:

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jumlah siswa yang mendapat niali 40 ada 3 siswa; nilai 60 ada 6

siswa; nilai 70 ada 1 siswa; nilai 80 ada 8 siswa; dan nilai 100 ada 4 siswa,

sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40 dengan

demikian nilai rata-rata kelas adalah 72,27. Siswa yang telah dinyatakan

memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 60 ke atas) sebanyak 19 siswa dari

22 siswa atau 86,36%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa

dari 22 siswa atau 13,63%. Menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan media abakus yang dilakukan pada siklus I pertemuan I

berhasil.

b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada

pada pertemuan ke-2:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 2 siswa; nilai 60 ada 8

siswa; nilai 80 ada 10 siswa, dan nilai 100 ada 2 siswa. Sehingga nilai

tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40 dengan demikian nilai rata-

rata kelas adalah 70. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan

belajar sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%, sedangkan anak yang

belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau 9,09%. Menunjukkan

bahwa pembelajaran menggunakan media abakus yang dilakukan pada

siklus I pertemuan ke-2 berhasil.

c. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada

pertemuan ke-3:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 20 ada 2 siswa; nilai 40 ada 3

siswa; nilai 60 ada 10 siswa; dan nilai 80 ada 7 siswa. Sehingga nilai

tertinggi adalah 80 dan terendah adalah 20 , dengan demikian nilai rata-rata

kelas adalah 60. Siswa yang telah dinyatakan tuntas sebanyak 17 siswa dari

22 siswa atau 77,27%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 5 siswa

dari 22 siswa atau 22,72%. Menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan media abakus pada siklus I pertemuan ke-3 belum berhasil.

3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas II Siklus II

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada

pertemuan ke-1:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 2 siswa; nilai 60 ada 2

siswa; nilai 70 ada 5 siswa; nilai 80 ada 8 siswa; nilai 90 ada 4 siswa; dan

nilai 100 ada 2 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah

adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 75. Siswa yang telah

dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%, sedangkan

anak yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau 9,09%.

Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abkaus pada siklus

II pertemuan ke-1 berhasil.

b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada

pertemuan ke-2:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 2 siswa; nilai 60 ada 2

siswa nilai 70 ada 3 siswa; nilai 80 ada 9 siswa; nilai 90 ada 2 siswa; dan

nilai 100 ada 4 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah

adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 78,63. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau

9,09%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus pada

siklus II pertemuan ke-2 berhasil.

c. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada

pertemuan ke-3:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 3 siswa; nilai 60 ada 2

siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 80 ada 10 siswa; dan nilai 90 ada 2 siswa;

nilai 100 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah

adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 74,09. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 19 siswa dari 22 siswa atau 86,36%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari 22 siswa atau

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13,63%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus

pada siklus II pertemuan ke-3 berhasil.

Secara rinci perkembangan nilai matematika pada materi nilai tempat

siswa kelas II SDN Bukuran 2 dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 12. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II

Sebelum Tindakan, setelah Siklus I dan siklus 2

No

Materi Matematika

(Nilai Tempat)

Rata-rata Nilai Tes Hasil

Belajar

Keterangan

Sebulum Siklus I Siklus II

1. Membaca lambang bilangan 53,63 72,27 75 Berhasil

2. Menulis lambang bilangan 58,63 70 78,63 Berhasil

3. Menentukan letak angaka ratusan,

puluhan, dan satuan

46,82 60 75 Berhasil

Rata-rata 51,36 61,02 76,21

D Tabel 13. Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama

dengan KKM Sebelum Tindakan, sesudah Siklus I dan siklus 2.

No Materi Matematika

(NIlai Tempat)

Jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari

KKM

Persentase

Keterangan Sebelum Siklus

I Siklus

II Sebelum Siklus

I Siklus II

1. Membaca lambang bilangan

9 19 20 40,91% 86,36%

90,91% Meningkat

2. Menulis lambang bilangan

10 20 20 45,45% 90,91%

90,91% Tetap

3. Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan

9 17 19 40,91 % 77,27 86,36 Meningkat

ari tabel 12 dan 13 dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan

media abakus yang dilaksanakan pada siklus I sudah memperlihatkan hasil

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II, karena

secara klasikal baik perolehan nilai rata-rata kelas maupun persentase siswa

mendapat nilai lebih dan sama dengan KKM sudah mengalami peningkatan.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi nilai tempat tentang

membaca lambang bilangan, menulis lambang bilangan, dan menentukan letak

angka ratusan, puluhan, dan satuan pada siklus II terlihat adanya peningkatan

kemampuan memahami nilai tempat antara sebelum tindakan, sesudah tindakan

siklus I dan siklus II.

Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata kelas pada tabel 12 dan jumlah

siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada tabel 13, menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada

siklus II untuk materi membaca lambang bilangan dan menentukan letak angka

ratusan, puluhan, dan satuan dinyatakan berhasil, karena secara klasikal telah

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada

siswa kelas II. Sedangkan materi menulis lambang bilangan menunjukkan

kestabilan, dengan demikian penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi nilai tempat, terlihat

adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat antara sebelum

tindakan, sesudah tindakan siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat dibuat

table dan grafik perbandingannya.

Tabel 14

: Perbandingan

nilai Sebelum

tindakan, siklus I dan II

Keterangan Nilai rata - rata

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 20 :Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, siklus I dan II

Sebelum tindakan 53,69 Siklus I 67,48 Siklus II 76,21

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Perbandingan Nilai

sebelum tindakan

Siklus I

Siklus II

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran

dengan media abakus efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai

tempat pada siswa kelas II SDN Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten

Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas maka dapat dijelaskan sebab dari

perhitungan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh anak setelah

mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media abakus.

Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan

siklus II. Siklus I terdiri dari 3 pertemuan, siklus II terdiri dari 3 pertemuan.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut:

Tabel 15. Rata-rata Nilai dan Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih

dari atau Sama dengan KKM pada Materi Nilai Tempat Sebelum Tindakan,

Siklus I dan Siklus II.

Pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas

lebih dari 65 dan prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama

dengan KKM lebih dari 80%.adi salah satu usaha untuk meningkatkan

kemampuan memahami nilai tempat adalah dengan menggunakan media abakus.

No

Materi Matematika

(Nilai Tempat)

Sebelum

Tindakan

Siklus I Siklus II

Rata-rata

Prosentase

Rata-rata

Prosentase

Rata-rata

Prosentase

Membaca lambang bilangan Menulis lambang bilangan Menentukan letak angka ratusan,puluhan dan satuan Rata – rata

53,63 40,91 72,27 86,36 75 90,91 58,63 54,54 70 90,91 78,63 90,91 46,82 53,69

40,91 60

67,48

77,27 75

76,21

86,36

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karena media abakus adalah salah satu benda konkret yang bisa diraba, disentuh,

dilihat dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain oleh siswa. Hal ini

sesuai dengan tahap perkembangan anak SD yang berada pada tahap operasianal

konkret, dimana pola pikir anak dimulai dari hal-hal yang konkret menuju

abstrak.

Peningkatan juga terjadi pada pengamatan keterampilan guru serta

tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran, hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 16 berikut :

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua

siklus dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media abakus untuk

meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat dalam pembelajaran matematika

pada siswa kelas II SDN Bukuran 2 tahun ajaran 2009 / 2010, maka dapat dianalisis

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan media abakus dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai

tempat pada siswa kelas II SDN Bukuran 2.

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan memahami nilai tempat. Untuk materi membaca lambang bilangan , nilai

rata-rata siswa mencapai 72,27 dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM

sebanyak 86,36%, untuk materi menulis lambang bilangan nilai rata-rata siswa

mencapai 70 dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%,

untuk menentukan letak angka ratusan, puluhan dan satuan. Selanjutnya untuk lebih

Hasil observasi Siklus Keterangan

I II

Keterampilan guru 3,5 3,7 meningkat

Tingkah laku dan sikap siswa 2,9 3,6 meningkat

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat semua materi diulang padas

siklus II. Untuk materi membaca lambang bilangan , nilai rata-rata siswa mencapai 75

dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%, untuk materi

menulis lambang bilangan nilai rata-rata siswa mencapai 78,63 dengan prosentase

siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%. Untuk materi menentukan letak

angka ratusan, puluhan, dan satuan nilai rata-rata siswa mencapai 75 dengan

prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 86,36%. Dan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

.

Tabel 17. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus

I, dan II.

Materi Matematika

(Nilai Tempat)

Sebelum

Tindakan

Siklus Keterangan

I II

Membaca lambang bilangan 53,63 72,27 75 Berhasil

Menulis lambang bilangan 58,63 70 78,63 Berhasil

Menentukan letak angka

ratusan, puluhan, dan satuan

46,82 60 75 Berhasil

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian untuk sklus I dan II

materi membaca lambang bilangan, menulis lambang bilangan, dan menentukan letak

angka ratusan, puluhan, dan satuan sudah berhasil.

2. Keterampilan dan keaktivan guru dan siswa juga meningkat

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II menunjukkan

adanya peningkatan pada keterampilan serta keaktivan guru dan siswa. Hal ini dapat

dilihat dari data observasi pada Guru dan siswa. Pada siklus I, rata rata nilai keaktivan

guru 3,5 dan rata-rata keaktivan siswa 2,9. Sedangkan pada siklus II, rata rata nilai

keaktivan guru 3,7 dan rata-rata keaktivan siswa 3,6.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan penggunaan media abakus dalam pelaksanaan pembelajaran

Matematika pada materi nilai tempat. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah

model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan

selama 1 (satu) minggu untuk 3 materi matematika, sedangkan siklus II dilaksanakan

selama 1 (satu) minggu untuk mengulang materi yang belum berhasil dan lebih

meningkatkan pada siklus I.. Dalam setiap tindakan terdiri dari 4 (empat) tahapan

kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Sebelum melaksanakan tindakan dalam tiap siklus, perlu perencanaan.

Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus

sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan

memahami nilai tempat siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan

dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama dan

ketiga.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang

diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru

dalam menghadapi masalah yang sejenis. Di samping itu perlu penelitian lanjut

tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan kemampuan

memahami nilai tempat siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media abakus

pada hakekatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi

permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan

kemampuan memahami nilai tempat siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...eprints.uns.ac.id/10220/1/186090112201112351.pdf · kemampuan memahami nilai tempat dengan media abakus PADA SISWA KELAS II

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika

dengan menggunakan media abakus harus diatasi semaksimal mungkin. Karena biji

abakus mudah hilang, maka kreatifitas dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam

meningkatkan aktifitas dan kemampuan memahami nilai tempat siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang diberikan sebagai

sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan

meningkatkan kompetensi peserta didik SDN Bukuran 2 pada khususnya sebagai

berikut :

1. Bagi Sekolah

Penelitian dengan class-room action research membantu dalam

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah pada khususnya.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan

pembelajaran diharapkan menggunakan media.

b. Untuk kemampuan memahami nilai tempat diharapkan menggunakan media

abakus.

c. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan media abakus pada materi nilai

tempat.

3. Bagi Siswa

a. Kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat meningkat.

b. Peserta didik dapat menggunakan media abakus dalam mata pelajaran

matematika pada materi nilai tempat.

c. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

d. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.