perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis rasio .../analisis... · diajukan untuk...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS RASIO KEUANGAN CAMEL DAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS PADA INDUSTRI PERBANKAN
DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
BRIAN IRDYANA
NIM. F0306005
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS RASIO KEUANGAN CAMEL DAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS PADA INDUSTRI PERBANKAN
DI INDONESIA
Surakarta, 28 Juni 2010
Disetujui dan Diterima oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Surakarta, September 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah
kamu berharap” (Qs. Alam Nasyrah : 6-8)
Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi sebagai batu loncatan menuju sukses
(Phytagoras)
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, Jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan,
Tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran” (James Thurber)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini aku persembahkan kepada:
© Papa dan Mama yang selalu mendoakanku,
selalu mendukung dan memberikan semangat
di setiap langkahku;
© Kakakku Anindya yang selalu aku banggakan,
terimakasih untuk doa dan motivasinya.
© Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan CAMEL dan Corporate Governance
dalam Memprediksi Financial Distress pada Industri Perbankan di Indonesia”.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan, semangat, serta pemikiran baik secara langsung maupun tidak langsung
yang berupa saran, kritik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Agus Budiatmanto M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan sehingga
skripsi ini dapat disusun dengan baik dan lancar.
4. Anis Widjajanto, SE., Ak., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak masukan dan arahan selama menempuh kuliah.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret
6. Bapak-Ibu Dosen, Guru TK, SD, SMP dan SMA, terimakasih telah
membekaliku dengan segala ilmu pengetahuan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Orangtuaku tercinta, yang selalu melimpahiku dengan kasih sayang,
perhatian, selalu mendoakanku, memberikan dukungan serta bimbingan
dalam setiap langkahku. Terima kasih atas segalanya, aku bangga
memiliki orangtua seperti kalian.
8. My sista Kak Anin, kakakku satu-satunya, makasih ya udah jadi kakakku
yang paling hebat, yang selalu direpotin meskipun adekmu ini belum bisa
dibanggakan. Ayo semangat lanjutin kuliah lagi, mudah-mudahan karier
sukses terus, rejeki juga lancar, tapi jangan lupa adekmu ini dibagi juga.
9. My little sista, Devi dan Anggri yang sering berantem dan selalu
merepotkan, tapi makasih udah mewarnai hidupku jadi adek yang baik.
10. Keluarga besarku terima kasih atas dukungannya.
11. My best friend Ayu dan Vidya makasih atas persahabatan yang kalian
berikan selama aku menuntut ilmu di Solo, makasih karena Irda selalu
merepotkan kalian, makasih buat supportnya dan udah mau jadi tempat
pembuangan semua cerita-ceritaku selama ini. Semangat buat kompre dan
pendadaran kalian….chayooo…
12. Buat anak-anak penghuni “Blue House ex Andri House” yang menjadi
istanaku selama di Solo dan telah mewarnai hari-hariku untuk tetap exist
dengan kegilaan tingkah kalian. Buat Tika dan Yunda yang menjadi temen
seperjuangan sejak menginjakkan kaki di Solo dan Dani, kita berangkat
dari waktu dan tempat yang sama, jadi pulang juga harus di waktu dan
tempat yang sama (ex. Dani…yang sudah satu langkah di depanku)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
13. Buat Endah, Dita, dan Septi makasih kalian udah mengisi hari-hariku
dengan persahabatan yang kalian berikan dan semoga kita bisa sukses
bersama.
14. Buat anak-anak ex. YPJ (my childhood friend) meskipun kalian jauh dan
bercerai berai entah kemana, makasih karena aku bisa mengenal berbagai
macam karakter dengan latar belakang budaya yang berbeda dan makasih
atas dukungan dan hubungan yang terus terjalin.
15. Makasih buat orang-orang yang memotivasiku untuk segera
menyelesaikan study ku ini.
16. Teman-teman akuntansi angkatan 2006, serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu segala bentuk kritik dan masukan sangat diharapkan. Terakhir
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 29 Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAKSI .................................................................................................. ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II TELAAH PUSTAKA .................................................................... 13
A. Perbankan ................................................................................. 13
1. Pengertian Perbankan ......................................................... 13
2. Fungsi dan Tujuan Bank .................................................... 14
3. Kegiatan Bank .................................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Tingkat Kesehatan Bank .......................................................... 16
C. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ............. 18
D. Corporate Governance ............................................................ 22
1. Pengertian Corporate Governance .................................... 22
2. Tujuan dan Manfaat Implementasi Corporate
Governance ........................................................................ 23
3. Prinsip Corporate Governance ……………………………… 24
4. Struktur Corporate Governance ........................................ 27
E. Financial Distress .................................................................... 28
1. Pengertian Financial Distress ............................................ 29
2. Penyebab Financial Distress ............................................. 31
3. Prediksi Financial Distress ................................................ 33
F. Penelitian Terdahulu ................................................................ 35
G. Kerangka Teoritis ..................................................................... 46
H. Pengembangan Hipotesis ......................................................... 47
1. Rasio Keuangan dan Financial Distress ............................ 47
2. Corporate Governance dan Financial Distress ................. 49
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 52
A. Desain penelitian ...................................................................... 52
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 53
C. Data Penelitian ......................................................................... 54
D. Variabel dan Pengukurannya ................................................... 55
E. Metode Analisis Data ............................................................... 60
1. Uji Beda T-Test .................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Model Logit ......................................................................... 61
3. Pengujian Hipotesis............................................................ 63
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 69
A. Hasil Pengumpulan Data .......................................................... 69
B. Deskripsi Data .......................................................................... 70
C. Pengujian Data ......................................................................... 74
D. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 76
1. Analisis Uji Beda T-Test.................................................... 76
2. Analisis Regresi Logit ........................................................ 82
3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 97
A. Kesimpulan .............................................................................. 97
B. Keterbatasan ............................................................................. 98
C. Saran......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ……………………………………. 69
4.2 Deskripsi Statistik ............................................................................ 70
4.3 Deskripsi Frekuensi ………………………………………………. 73
4.4 Pengujian Normalitas Variabel Rasio CAMEL ………………….. 74
4.5 Pengujian Normalitas Variabel Corporate Governance …………. 75
4.6 Uji Beda Parametrik Independent Samples Test
Variabel Rasio CAMEL .................................................................. 77
4.7 Uji Beda Non Parametrik Man-Whitney U
Variabel Rasio CAMEL .................................................................. 78
4.8 Uji Beda Parametrik Independent Samples Test
Variabel Corporate Governance ..................................................... 80
4.9 Uji Beda Non Parametrik Man-Whitney U
Variabel Corporate Governance ..................................................... 81
4.10 Hosmer and Lemeshow Test (Model 1) .......................................... 82
4.11 Hosmer and Lemeshow Test (Model 2) .......................................... 83
4.12 Hosmer and Lemeshow Test (Model 3) .......................................... 83
4.13 Menilai Keseluruhan Model (Model 1) .......................................... 84
4.14 Menilai Keseluruhan Model (Model 2) .......................................... 85
4.15 Menilai Keseluruhan Model (Model 3) .......................................... 86
4.16 Menilai Koefisiensi Regresi Model 1 ............................................. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
4.17 Menilai Koefisiensi Regresi Model 2 ............................................. 88
4.18 Menilai Koefisiensi Regresi Model 3 ............................................. 90
4.19 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 1) ................ 91
4.20 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 2) ................ 93
4.21 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 3) …………. 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ANALISIS RASIO KEUANGAN CAMEL DAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA
Brian Irdyana
F0306005
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan rasio CAMEL dan variabel corporate governance antara bank financial distress dan bank non-financial distress serta mengetahui rasio CAMEL dan variabel corporate governance dalam memprediksi financial distress pada industri perbankan di Indonesia.
Penelitian ini bersifat pengujian hipotesis, dengan mengambil periode pengamatan selama 6 tahun, yaitu periode 2003-2005 merupakan periode pengamatan untuk memprediksi kondisi financial distress di sebuah bank, dan periode 2006-2008 merupakan periode pengamatan sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan kondisi bank. Sampel yang digunakan adalah bank swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian adalah uji beda t-test dan regresi logit.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rasio ROE dan rapat dewan komisaris (RDK) memiliki perbedaan signifikan antara bank dalam kondisi financial distress dan bank dalam kondisi non-financial distress. Berdasarkan tes ketepatan dalam memprediksi financial distress, disimpulkan bahwa persamaan model 1 dimana hanya dibangun dari rasio CAMEL dan model persamaan 2 dimana hanya dibangun dari variabel corporate governance kurang baik untuk memprediksi financial distress. Namun rasio CAMEL dan variabel corporate governance secara bersamaan dimana dibangun pada persamaan model 3 dapat digunakan dalam memprediksi financial distress dengan presentase ketepatan prediksi secara keseluruhan sebesar persen. Kata kunci: financial distress, rasio CAMEL, corporate governance, perbankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ANALYSIS OF CAMEL FINANCIAL RATIO AND CORPORATE GOVERNANCE TO PREDICT THE BANKING FINANCIAL
DISTRESS IN INDONESIA
Brian Irdyana F0306005
ABSTRACT
The objectives of this research is to examines the difference of CAMEL ratio and corporate governance variables between financial distress banks and non-financial distress banks and using CAMEL ratio and corporate governance variables to predict a banking financial distress in Indonesia.
The method of this research is a hypothesis testing with taken observation periods for six years. At 2003-2005 periods is observation periods to predict a banking financial distress and 2006-2008 periods is observation periods to classification of banks condition. The samples are national private banks which listed on Indonesian Stock Exchange. This research utilizes secondary data. The statistic methods used to test on the research hypothesis is t-test and logit regression.
The result of this research show that ROE ratio and meetings of commissioner board are significantly different between banks in financial distress condition and banks in non-financial distress condition. According to accurate test of financial distress prediction, we got inclusions that the model equation
which has been built up from CAMEL ratio and the model equation which has been built up from corporate governance variables not good enough to predict a financial distress condition. However, CAMEL ratio and corporate governance variables simultaneously which has been built up on the model equation could be used to predict a financial distress condition with prediction accurate presentence on the whole are 92,6 percent. Key: financial distress, CAMEL ratio , corporate governance, banking.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan
ekonomi masyarakat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian
suatu negara. Fungsi bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat
sangat penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan
efisiensi intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runs and panics.
Krisis moneter yang terjadi pada 1997 menyebabkan terpuruknya
kegiatan ekonomi pada semua sektor kehidupan. Krisis ekonomi yang pada
awalnya hanya dipandang sebagai krisis moneter ini banyak menyebabkan
perubahan dalam kondisi perbankan di Indonesia, seperti adanya likuidasi 16
bank oleh pemerintah pada tanggal 1 November 1997, pemerintah
membekukan kegiatan operasi dari 7 bank yang dianggap tidak memiliki
kinerja yang baik, dan kemudian pada tanggal 13 Maret 1999 terdapat 38 bank
yang dilikuidasi. Selain itu pemerintah juga menetapkan untuk menempatkan
7 bank lain (BDNI, Bank Exim, Bank Danamon, BUN, Bank Tiara Asia, Bank
PDFCI, Modern Bank) di bawah pengawasan BPPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional) di mana mereka masih tetap dapat beroperasi namun
pengelolaannya berada di bawah otoritas BPPN (Surifah, 2002) dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Suryandari (2006). Pada umumnya bank yang dilikudasi ini adalah bank
swasta. Bank-bank swasta ini banyak bermunculan sejak adanya liberalisasi
perbankan yang berawal pada tahun 1988. Ini menjadi salah satu pemicu
lemahnya sistem keuangan khususnya perbankan. Hal ini mengakibatkan
semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan
sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Almilia dan Herdiningtyas (2005) seminar restrukturisasi perbankan di
Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja
bank, antara lain: (1) semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, (2)
dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah sehingga
memicu penarikan dana secara besar-besaran, (3) semakin turunnya
permodalan bank-bank, (4) banyak bank-bank tidak mampu melunasi
kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah, dan (5) manajemen tidak
professional.
Pada beberapa kasus, kebangkrutan muncul sesudah periode financial
distress. Perusahaan yang diidentifikasi sebagai perusahaan financial distress
akan melakukan tindakan perbaikan untuk mengoreksi penyebab menurunnya
kinerja perusahaan sebelum kebangkutan terjadi (Platt dan Platt: 2006).
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga
perusahaan tidak mampu untuk menjalankan operasi perusahaan dengan baik
sedangkan kesulitan keuangan (financial distress) adalah kejadian-kejadian
yang mewakili dan termasuk dalam kebangkrutan, seperti pelanggaran kontrak
pinjaman. Menurut Platt dan Platt (2006) financial distress mendahului
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
hampir semua kebangkrutan kecuali jika kebangkrutan itu terjadi secara tiba-
tiba dan disebabkan oleh peristiwa tidak terduga seperti bencana alam,
perubahan peraturan pemerintah, dan pengesahan undang-undang. Financial
distress dapat diprediksi terlebih dahulu sebagai early warning signal
sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan keuangan yang akan
menghindari terjadinya kebangkrutan.
Penelitian mengenai financial distress menjadi objek penelitian yang
intensif, seperti di Amerika Serikat. Penelitian ini diawali oleh Beaver (1966),
kemudian diteruskan antara lain oleh Altman (1968), Altman, et al (1977),
Ohlson (1980), dan Thomson (1988).
Indikasi terjadinya financial distress dapat diperoleh dengan
menganalisis laporan keuangan. Kita dapat menggunakan laporan keuangan
untuk menghitung rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian yang
berkaitan dengan financial distress. Beberapa rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi: rasio likuiditas, rasio sensitivitas, rasio produktivitas,
rasio profitabilitas, dan rasio pasar (Husnan, 1994; Machfoedz,1998 dalam
Siddik, 2003).
Beaver (1966) dan Altman (1968) menggunakan rasio keuangan untuk
memprediksikan financial distress. Lu, Lee, dan Chang (2008) menggunakan
tujuh rasio keuangan untuk memprediksikan financial distress pada
perusahaan yang terdaftar di bursa efek Taiwan dengan sampel 408
perusahaan. Debt ratio dijadikan sebagai tanda peringatan dalam financial
distress merupakan hasil dalam penelitian tersebut. Sori dan Karbhari (2006)
menggunakan 64 rasio keuangan yang digunakan juga oleh Beaver (1966),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Altman (1968), dan Ou dan Penmen (1989) untuk memprediksikan financial
distress pada perusahaan di sektor industri yang terdapat di Malaysia pada saat
terjadi krisis IMF dan krisis keuangan Asia. Penelitian tersebut menemukan
lima rasio keuangan yang signifikan antara perusahaan distress dan
perusahaan non-distress yaitu rasio total utang terhadap total asset, perputaran
asset (asset turnover), persediaan terhadap total asset, penjualan terhadap
persediaan, dan kas terhadap total asset.
Ugurlu dan Aksoy (2006) menggunakan 22 rasio keuangan untuk
memprediksikan financial distress pada emerging market di Turki.
Penelitiannya menggunakan analisis regresi logistik dan analisis diskriminan
dan membandingkan dua model analisis tersebut dalam memprediksikan
financial distress. Penelitian lain yang menggunakan rasio keuangan seperti
Shirata (1998), Altman (2000), Jones (2004), Smith dan Graves (2005),
Gruszcznski (2006), dan Bandyopadhyang (2006).
Struktur keuangan yang berbeda antara perusahaan non perbankan dan
perusahaan perbankan menyebabkan perbedaan dalam penggunaan rasio untuk
mengetahui kondisi keuangan. Beberapa peneliti mengembangkan model rasio
keuangan CAMEL untuk mengetahui tingkat kesehatan bank sehingga dapat
diperoleh apakah keadaan bank tersebut sehat (non-financial distress) atau
tidak sehat (financial distress), diantaranya seperti penelitian yang dilakukan
Sinkey et al. (2004) dan Winkar (2008).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei
2004 kepada semua bank yang melaksanakan usaha secara konvensional
perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Indonesia Nomor 6/ 10/ PBI/ 2004, penilaian tingkat kesehatan bank
mencakup penilaian capital, asset quality, management, earning, dan liquidity
(CAMEL). Penelitian mengenai prediksi kegagalan dan kebangkrutan bank di
Indonesia menggunakan penilaian CAMEL mulai bermunculan setelah krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 di mana berdampak langsung
pada industri perbankan. Penelitian mengenai kegagalan bank diantaranya
dilakukan oleh Mongid (2000), Aryati (2000) dan Sukarno (2005) sedangkan
penelitian mengenai kebangkrutan bank dilakukan oleh Wilopo (2001) dan
Haryati (2001). Almilia (2005) menggunakan 13 rasio keuangan CAMEL
untuk memprediksi financial distress pada industri perbankan di Indonesia.
Nasution dan Setiawan (2007) berpendapat bahwa industri perbankan
mempunyai regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan industri lain,
misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria CAR minimum. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia nomor: 3/ 25/ PBI/ 2001 tentang penetapan status
bank dan penyerahan bank kepada badan penyehatan perbankan nasional yang
menetapkan bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan
persen) dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Selain itu, Bank
Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam penentuan
status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau
tidak).
Menurut studi literatur Plenty, pada saat krisis keuangan di Asia tahun
1997 dan 1998, corporate governance menjadi salah satu faktor kunci dalam
financial distress (Lu, Lee, dan Chang 2008). Selain itu, menurut Rajan dan
Zingales (1998) dan Prowse (1998) menemukan bahwa pemusatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
kepemilikan dan lemahnya corporate governance menjadi dua penyebab
utama yang menimbulkan krisis keuangan Asia. Kasus Enron juga
mengindikasikan adanya kegagalan tata kelola perusahaan (corporate
governance). Masalah corporate governance menjadi menarik perhatian
karena di beberapa negara Asia yang terkena krisis keuangan (yang dimulai
pada tahun 1997). Banyak para ahli yang berpendapat bahwa kelemahan di
dalam corporate governance merupakan salah satu sumber utama kerawanan
ekonomi yang menyebabkan memburuknya perekonomian negara-negara
tersebut pada tahun 1997 dan 1998.
Prinsip tata kelola perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pemakai
laporan keuangan, termasuk investor (Sulistyanto, 2003). Tata kelola
perusahaan atau corporate governance dapat juga didefinisikan sebagai
seperangkat aturan dan prinsip-prinsip, antara lain fairness, transparency,
independency, accountability, dan responsibility – yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, manajemen perusahaan (direksi dan komisaris),
pihak kreditur pemerintah, karyawan, serta stakeholders lainnya yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Tujuan penerapan
corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh
stakeholders dalam perusahaan. Nilai tambah bagi stakeholders ini akan
menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang
bersangkutan.
Penelitian sebelumnya mengenai corporate governance dalam
kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan dilakukan oleh Parker et al.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
(2002). Penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel perputaran CEO, struktur
kepemilikan, likuiditas, dan profitabilitas signifikan berpengaruh terhadap
kemungkinan kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Fick dan Slezak (2007) menjelaskan mengenai perusahaan yang
mengalami distress dan bagaimana karakteristik corporate governance
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mengatasi kebangkrutan
dan kemampuan informasi keuangan atau akuntansi untuk memprediksikan
kebangkrutan. Variabel yang digunakan sebanyak 13 variabel corporate
governance di mana secara keseluruhan mengindikasikan bahwa karakteristik
corporate governance yang tidak sehat secara signifikan berpengaruh pada
kemungkinan adanya kebangkrutan. Selain itu, variabel corporate governance
juga digunakan dalam penelitian Lu, Lee dan Chang (2008) dalam
memprediksi financial distress. Hasilnya bahwa tingkat ketepatan prediksi
financial distress lebih tinggi pada model yang memasukkan variabel
keuangan dan variabel corporate governance dibandingkan model yang hanya
memasukkan variabel keuangan.
Terdapat dua motif dilakukannya penelitian tentang prediksi financial
distress, yaitu:
1. menguji hubungan dan pengaruh antar variabel faktor keuangan dan
pengukuran kegagalan dan kebangkrutan,
2. mengembangkan model dalam peramalan atau prediksi kebangkrutan
Motif dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah terkait dengan motif yang
telah dikemukakan di atas yaitu menganalisis variabel informasi keuangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
variabel tata kelola perusahaan (corporate governance) sehingga dapat
mengembangkan model dalam peramalan atau prediksi financial distress.
Penelitian tentang prediktor financial distress yang dikaitkan dengan
faktor keuangan dan non-keuangan pada industri perbankan di Indonesia
masih terbatas, sehingga penelitian ini mengkaji lebih lanjut tentang pengaruh
rasio keuangan CAMEL dan corporate governance sebagai prediktor financial
distress. Berdasarkan seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun
1998 penyebab penurunan kinerja perbankan adalah faktor keuangan yang
diwakili dengan pengukuran terhadap rasio keuangan CAMEL dan
manajemen yang tidak professional yang diukur dengan GCG (good corporate
governance) yang diterapkan pada perbankan di Indonesia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Lu, Lee, dan Chang (2008)
yang menguji corporate governance, kualitas informasi keuangan dan variabel
makroekonomi sebagai prediktor financial distress pada perusahaan yang
terdaftar di Taiwan. Peneliti mencoba menguji variabel corporate governance
dan informasi keuangan sebagai prediktor financial distress. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, sebagai berikut:
1. Peneliti memfokuskan analisis informasi keuangan dan corporate
governance sebagai prediktor financial distress pada industri perbankan di
Indonesia. Adanya perbedaan struktur keuangan antara industri non-
perbankan dengan industri perbankan menghasilkan informasi keuangan
dalam memprediksikan financial distress berbeda.
2. Pada penelitian ini, informasi keuangan diproksikan menggunakan rasio
CAMEL sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor: 6/ 10/ PBI/ 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum sehingga variabel
independen untuk informasi keuangan rasio CAMEL menggunakan rasio
CAR, NPL, NPM, ROE, dan LDR.
3. Variabel independen corporate governance yang digunakan disesuaikan
dengan good corporate governance codes yang direkomendasikan oleh
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
4. Penggunaan tahun pengamatan yaitu tahun 2003-2008 untuk mengurangi
efek krisis perbankan pada tahun 1997-2000.
Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian, dengan
judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN CAMEL DAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memberi
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, NPM,
ROE, dan LDR) yang signifikan antara bank financial distress dan bank
non-financial distress?
2. Apakah rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROE, dan LDR)
dapat digunakan sebagai prediktor financial distress pada industri
perbankan di Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan variabel corporate governance (ukuran dewan
komisaris, rapat dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
dewan direksi, dan rapat dewan direksi) yang signifikan antara bank
financial distress dan bank non-financial distress?
4. Apakah corporate governance (ukuran dewan komisaris, rapat dewan
komisaris, komposisi dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan rapat
dewan direksi) dapat digunakan sebagai prediktor financial distress pada
industri perbankan di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan kondisi keuangan bank financial distress dan bank
non financial distress melalui analisis rasio keuangan CAMEL.
2. Mengetahui kemampuan rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi
financial distress pada industri perbankan di Indonesia.
3. Mengetahui perbedaan tata kelola (corporate governance) bank financial
distress dan bank non financial distress melalui analisis variabel
corporate governance.
4. Mengetahui kemampuan corporate governance dalam memprediksi
financial distress pada industri perbankan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi, antara
lain:
1. Bank sebagai objek penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu bank yang
bersangkutan mengetahui prediktor yang paling baik dalam
memprediksikan financial distress, yang kemudian akan menghasilkan
early warning signal bagi manajemen bank.
2. Bank Indonesia
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
bank Indonesia, yaitu sebagai alternative tools dalam melaksanakan fungsi
pengawasan bank.
3. Bagi Investor
Diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengetahui kondisi keuangan dan
kinerja keuangan bank sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada bank yang bersangkutan.
4. Bagi Auditor.
Adanya prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern suatu bank.
5. Bagi Kalangan Akademik
Penelitian ini diharapkan akan menambah referensi bukti empiris sebagai
rekomendasi penelitian yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan
datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis dan terarah serta
mempermudah pembaca dalam memahami masalah-masalah yang disajikan,
penelitian ini dibagi menjadi sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : Telaah Pustaka
Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang mendukung
penelitian disertai dengan penelitian terdahulu, kerangka
teoritis dan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang desain penelitian, populasi dan
sampel penelitian, data penelitian, variabel dan pengukurannya,
dan metode analisis data.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian tentang hasil pengumpulan data, deskripsi
data, pengujian data, analisis data dan pembahasan hasil
analisis.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi uraian tentang kesimpulan, keterbatasan-
keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Perbankan
1. Pengertian Bank
Ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap
perkembangan bank. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pendapat
tentang pengertian bank, yaitu:
a. Sesuai Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998, definisi bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
b. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 31
(Revisi 2000), bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana
dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
c. Prof G.M Veryn Stuart dalam bukunya Bank Politic (Martono, 2004)
mengemukakan bank merupakan salah satu badan usaha lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat
pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari orang lain,
dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang
giral.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalami evolusi, sesuai dengan
perkembangan bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya adalah
(1) menerima berbagi bentuk simpanan dari masyarakat, (2) menyalurkan
kredit, dan (3) memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang.
2. Fungsi dan Tujuan Bank
Sesuai Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998, “fungsi utama perbankan Indonesia adalah
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Sedangkan tujuan
perbankan Indonesia untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Secara lebih spesifik bank dapat
berfungsi sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
b. Agent of Development
Lembaga keuangan bank yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi.
c. Agent of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain di
masyarakat.
3. Kegiatan Bank
Bank menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi
keuangan. Oleh karena itu, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat
dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan bank secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya.
Kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat melalui simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka,
giro dan kemudian menyalurkan kembali dana yang dihimpun tersebut
kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit yang diberikan (loanable
fund). Dengan demikian kegiatan bank di Indonesia terutama kegiatan
bank umum adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)
Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari
dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui
lembaga keuangan bank.
b. Menyalurkan Dana ke Masyarakat (Lending)
Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah
dihimpun melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman bagi bank konvensional atau
pembiayaan bagi bank syariah.
c. Memberikan Jasa-jasa Bank Lainnya (Services)
Jasa-jasa bank lainnya diberikan terutama untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, seperti jasa
setoran, jasa pengiriman uang (transfer), jasa penagihan (inkaso), jasa
kliring, dan jasa letter of credit (L/C).
Banyaknya produk jasa yang ditawarkan sangat tergantung pada
kemampuan masing-masing bank. Kemampuan bank dapat dilihat dari
segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang
dimilikinya.
B. Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7
Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajeman,
likuiditas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank
dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Pengaturan dan pengawasan berperan penting dalam rangka
menciptakan dan memelihara kesehatan sistem perbankan. Pengaturan dan
pengawasan bank yang efektif sangat dibutuhkan untuk menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Pengawasan bank
sebenarnya adalah menjadi tanggung jawab pengurus (pemilik dan pengelola)
bank yang bersangkutan, karena hal itu merupakan bagian dari good corporate
governance bagi bank yang bersangkutan. Masyarakat pengguna jasa bank
dan pasar juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap
bank.
Peranan penting Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan, yaitu
sebagai otoritas tunggal yang berwenang mengatur dan mengawasi perbankan
dijelaskan dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Selain itu,
undang-undang tersebut juga memuat berbagai hal yang menjadi pokok-pokok
kebijakan pengaturan dan pengawasan bank, meliputi perizinan, pengaturan,
pengawasan, dan pemberian sanksi. Meskipun Bank Indonesia telah
mengupayakan pengaturan dan pengawasan terhadap bank-bank di Indonesia,
kemungkinan adanya bank yang mengalami kesulitan atau bahkan kesulitan
yang sifatnya lebih luas dan bersifat sistematik tetap saja ada.
Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanakan oleh Bank
Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara
kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
Mengingat peranan industri perbankan yang sangat strategis dalam suatu
perekonomian, maka kesehatan bank tidak hanya menjadi kepentingan pemilik
dan pengelola bank yang bersangkutan, tetapi merupakan kepentingan
masyarakat dan pemerintah serta perekonomian nasional.
C. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL
Berdasarkan kamus perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999),
CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi
keuangan bank yang berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan bank.
CAMEL merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh
pengawas bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004
kepada semua bank yang melaksanakan usaha secara konvensional perihal
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/ 10/ PBI/ 2004, penilaian tingkat kesehatan bank mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
1. Permodalan (capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku;
b. komposisi permodalan;
c. trend ke depan/proyeksi KPMM;
d. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
e. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan);
f. rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
g. akses kepada sumber permodalan; dan
h. kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan
Bank.
2. Kualitas Aset (asset quality)
Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva
produktif;
b. debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit;
c. perkembangan aktiva produktif bermasalahm (nonperforming asset)
dibandingkan aktiva produktif;
d. tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP);
e. kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;
f. sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;
dokumentasi aktiva produktif; dan
g. kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
3. Manajemen (management)
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam
bekerja. Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari pendidikan serta
pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi.
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. kualitas manajemen umum;
b. penerapan manajemen risiko;
c. kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen
kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
4. Rentabilitas (earning)
Pada aspek rentabilitas yang dilihat adalah kemampuan bank dalam
meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Bank yang sehat
adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. pencapaian return on assets (ROA);
b. return on equity (ROE);
c. net interest margin (NIM);
d. biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO);
e. perkembangan laba operasional dan diversifikasi pendapatan;
f. penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya;
g. prospek laba operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
5. Likuiditas (liquidity)
Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan
bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan
tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua
permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Penilaian terhadap faktor
likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
a. rasio aktiva/pasiva likuid;
b. potensi maturity mismatch;
c. kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR);
d. proyeksi cash flow 3 bulan mendatang dan konsentrasi pendanaan;
e. kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities
management/ALMA);
f. akses kepada sumber pendanaan dan stabilitas pendanaan.
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai
akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar;
b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
D. Corporate Governance
1. Pengertian Corporate Governance
FCGI dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi
Cadbury Committee dalam mendefinisikan Corporate Governance, yaitu:
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut Malaysia High Level Committee on Corporate
Governance, corporate governance merupakan
proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance) dalam
publikasinya menyatakan konsep corporate governance dapat
didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan
sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Tata kelola perusahaan (corporate governance) juga dapat
diartikan sebagai rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan
institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan
suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup
hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi.
Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan,
bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/ 2006 tentang
pelaksanaan corporate governance, definisi corporate governance adalah
suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
2. Tujuan dan Manfaat Implementasi Corporate Governance
FCGI menjelaskan bahwa tujuan dari Corporate Governance
adalah "untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders)”. Terminologi Corporate Governance dapat
dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan
Direksi, Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para
pemegang saham.
Terdapat 5 (lima) manfaat implementasi corporate governance
adalah sebagai berikut:
a. dapat meningkatkan nilai perusahaan (corporate value);
b. bagi perusahaan/bank yang telah go public dapat memperoleh manfaat
berupa meningkatnya kepercayaan para investor;
c. adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para investor
untuk membeli saham perusahaan tersebut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
d. dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan;
dan
e. dapat membangun corporate image/citra positif, serta dalam jangka
panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable
company).
3. Prinsip Corporate Governance
Transparansi dan legitimasi merupakan dasar di mana bank
mengembangkan corporate governance hubungan dengan pemangku
kepentingan yang mempunyai kepentingan terhadap operasional bank
termasuk nasabah, pemasok, kreditur, karyawan dan komunitas di mana
bank beroperasi.
Lima prinsip good corporate governance pada industri perbankan
sebagai berikut:
a. Keterbukaan (transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, bank
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Bank
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya serta kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi bank. Berdasarkan pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004)
menjelaskan bahwa prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan,
dan hak-hak pribadi.
b. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip akuntabilitas menjelaskan bahwa bank harus
menetapkan tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen
organisasi selaras dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi
perusahaan. Setiap komponen organisasi mempunyai kompetensi
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing sehingga dapat
memahami perannya dalam pelaksanaan GCG. Selain itu, bank harus
memastikan ada tidaknya check and balance dalam pengelolaan bank.
Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajarannya berdasarkan
ukuran yang disepakati secara konsisten sesuai dengan nilai
perusahaaan (corporate values), sasaran usaha, dan strategi bank, serta
memiliki reward and punishment system.
c. Pertanggungjawaban (responsibility)
Bank harus memegang prinsip prudential banking practices.
Prinsip tersebut harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar tetap terjaga kelangsungan usahanya. Bank pun harus mampu
bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik)
termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
d. Independensi (independency)
Bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang
tidak wajar oleh stakeholders. Pengelola bank tidak boleh terpengaruh
oleh kepentingan sepihak. Ia harus bisa menghindari segala bentuk
benturan kepentingan (conflict of interest).
e. Kewajaran (fairness)
Bank harus memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder
berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment). Namun,
bank juga perlu memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk
memberikan masukan bagi kepentingan bank sendiri serta memiliki
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/ PBI/ 2006
tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum, bank
diwajibkan menggunakan corporate governance dalam kinerjanya. Alasan
dikeluarkannya peraturan tersebut sebagai berikut:
a. semakin kompleksnya risiko yang dihadapi bank, maka semakin
meningkat pula kebutuhan praktek good corporate governance oleh
perbankan;
b. dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku
umum pada industri perbankan, diperlukan pelaksanaan good
corporate governance;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
c. peningkatan kualitas pelaksanaan good corporate governance
merupakan salah satu upaya untuk memperkuat kondisi internal
perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia
(API).
4. Struktur Corporate Governance
Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan,
secara umum telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang
termasuk governance structure, governance process, maupun governance
outcome. Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000):
a. Uji kelayakan dan kepatutan, (fit and proper test), yang mengatur
perlunya peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan
melalui uji kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang
saham pengendali, dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif
bank dalam aktivitas pengelolaan bank. Anggota Dewan Komisaris
dan Direksi diangkat dalam RUPS harus terdiri dari orang-orang yang
patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan.
b. Independensi manajemen bank, di mana para anggota dewan komisaris
dan direksi tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki
hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi
pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
c. Ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank
publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
bank diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang
bertanggung jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Struktur corporate governance yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah ukuran dari dewan komisaris dan dewan direksi, dan
independensi dari dewan komisaris. Sedangkan proses corporate
governance direpresentasikan melalui rapat dewan komisaris dan rapat
dewan direksi.
E. Financial Distress
Konsep Agency Theory menjelaskan bahwa teori ini terjadi apabila
terdapat hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen. Menurut Sinkey
(2002: 307) salah satu hubungan prinsipal dan agen di bidang keuangan dan
industri keuangan jasa adalah lender (depositor) dan borrower. Hubungan ini
terjadi pada lembaga keuangan bank. Masing-masing pihak memiliki
kepentingan yang menguntungkan dirinya sendiri. Seorang agen adalah
seseorang (atau suatu institusi) yang melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan prinsipal. Prinsipal bertanggung jawab untuk kepentingan diri
mereka sendiri, yaitu dengan mengawasi tindakan agen yang memiliki
hubungan kontraktual.
Konflik prinsipal dan agen dapat digambarkan sebagai masalah yang
berhubungan dengan hidden action (moral hazard) atau hidden information
(pemilihan yang tidak baik). Kebanyakan bentuk hidden action dan hidden
information dilakukan oleh agen. Masalah hidden information muncul dari
asimetri informasi. Ketika agen mempunyai informasi yang tidak diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
oleh prinsipal, agen dapat menggunakan informasi itu untuk keuntungan atau
kerugian prinsipal yang tidak memiliki kesempatan untuk membuat
keputusan. Hidden action dan hidden information mungkin berasal dari (1)
perbedaan tujuan dan sasaran antara prinsipal dan agen (2) ketidakjujuran
agen (kecurangan), atau (3) perbedaan atau asimetri informasi antara prinsipal
dan agen (Sinkey 2002: 557). Tindakan para banker seperti penipuan,
penyalahgunaan wewenang dan tindak kejahatan perbankan merupakan
contoh hidden action, sedangkan kesalahan penilaian terhadap rekening on
dan off balance sheet merupakan contoh hidden information (Sinkey 2002:
615). Ketika sinyal kegagalan muncul, pihak lender/depositor sebagai
prinsipal berhak untuk menarik kembali dana saving-nya dari bank sebagai
agen. Dengan demikian Agency Theory dapat menjelaskan relasional
lender/depositor dan borrower beserta munculnya financial distress bank.
1. Pengertian Financial Distress
Kesulitan keuangan atau financial distress hampir pasti pernah
dialami oleh setiap perusahaan. Kondisi ini merupakan ciri khas yang
dialami oleh perusahaan sebagai akibat dari beberapa kondisi yang terjadi
dalam perusahaan. Financial distress merupakan kondisi di mana
keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial
distress terjadi sebelum perusahaan dikatakan pailit/bangkrut.
Kebangkrutan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi di mana
perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban–kewajiban
debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan
ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit,
sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk
mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan
kewajiban–kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau
aktiva yang dimiliki.
Ada beberapa definisi financial distress, sesuai tipenya, yaitu
economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in
bankruptcy, dan legal bankruptcy (Brigham dan Gapenski, 1997) dalam
Fachrudin (2008).
Berikut ini adalah penjelasannya:
a. Economic failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan di
mana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya,
termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan operasinya
sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya mau
menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar.
Meskipun tidak ada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus
diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi.
b. Business failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang
menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
c. Technical insolvency
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical
insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh
tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis
menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika
diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan
survive. Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal
kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju
bencana keuangan (financial disaster).
d. Insolvency in bankruptcy
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan insolvent in
bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini
lebih serius daripada technical insolvency karena, umumnya, ini adalah
tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis.
Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu
terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
e. Legal bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah
diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang.
2. Penyebab Financial Distress
Benston dan Kaufman (1995) menyatakan bahwa ada 4 (empat)
faktor yang dapat menyebabkan kejatuhan suatu bank, yaitu ekspansi
kredit besar-besaran, informasi asimetri yang menyebabkan deposan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
kesulitan mencari bank yang benar-benar sehat di saat memburuknya
perekonomian, adanya goncangan di luar sistem perbankan yang
mengakibatkan deposan menarik uangnya di bank atau menurunnya
cadangan bank, dan adanya hambatan institusional dan hukum yang
melemahkan bank.
Menurut Kanaya dan Woo (2000), penyebab yang paling mendasar
dari krisis perbankan di Jepang adalah lemahnya corporate governance
(tata kelola perusahaan) dan regulatory forbearence (peraturan untuk
pengendalian). Selain itu, Sinkey (2002) mengemukakan beberapa faktor
penyebab kegagalan bank yang ditemukan pada bank yang gagal, sebagai
berikut:
a. Kelemahan dalam perencanaan, kebijakan, dan manajemen (90%)
b. Penyalahgunaan yang dilakukan oleh insider (35%)
c. Keadaan ekonomi yang buruk (35%)
d. Ketiadaan uji kepatutan audit, pengawasan, dan sistem (11%)
e. Kecurangan material, artinya mencoba untuk menipu atau
menyembunyikan atau keduanya (11%)
f. Biaya yang tidak didanai (9%)
Menurut penilaian Bank Indonesia ada beberapa faktor penyebab
kondisi perbankan nasional menjadi rentan terhadap gejolak ekonomi,
yaitu:
a. Adanya jaminan terselubung (implisist guarantee) dari bank sentral
atas kelangsungan hidup suatu bank untuk menghindari kegagalan
sistemik di dalam industri perbankan nasional. Jaminan terselubung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
tersebut akhirnya menimbulkan modal hazard di kalangan pengelola
dan pemilik bank.
b. Kurangnya pengawasan yang efektif dari Bank Indonesia sebagai bank
sentral di Indonesia, karena belum sepenuhnya dapat mengimbangi
pertumbuhan yang pesat dan kompleksnya operasional perbankan.
c. Lemahnya kemampuan manajemen bank yang telah mengakibatkan
penurunan kualitas aktiva produktif dan peningkatan risiko atas NPL
(nonperforming loan) yang dihadapi bank.
d. Besarnya penyaluran kredit kepada individu atau kelompok usaha yang
terkait dengan bank, telah mendorong risiko kemacetan kredit (NPL).
e. Kurangnya transparasi informasi mengenai kondisi perbankan kepada
masyarakat luas sehingga akhirnya akan mengurangi kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan.
3. Prediksi Financial Distress
Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan
mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan
dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah
kepada kebangkrutan. Telah banyak model dikembangkan untuk
memprediksi financial distress. Beaver (1966) mempelopori prediksi
financial distress dengan mengembangkan model univariat dengan
pendekatan Naïve Bayes. Penelitian selanjutnya dikembangkan oleh
Altman (1968) yang memperkenalkan model diskriminan dengan multiple
discriminant analysis (MDA). Dia juga mengembangkan model Z-zero
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
untuk mengklasifikasikan antara perusahaan yang sehat dan perusahaan
yang tidak sehat. Pengembangan model ZETA dikembangkan pada
penelitian Altman (1977) berikutnya untuk mengklasifikasikan antara
perusahaan yang sehat dan perusahaan yang tidak sehat.
Ohlson (1980) mengembangkan model regresi logistik untuk
memprediksi financial distress. Model ini yang saat ini banyak digunakan
karena model prediksi ini memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan
penelitian Sukarno (2005) model prediksi ini mengklasifikasikan 89,3%
kegagalan bank populasi desain dan 83,9% populasi validasi dengan benar.
Selain itu, penelitian menggunakan regresi logistik dilakukan oleh
Gruszczgnski (2004) terhadap perusahaan di Poland. Regresi logistik juga
digunakan oleh Ugurlu dan Aksoy (2006) yang membandingkan model
diskriminan dan model regresi logistik menemukan model regresi logistik
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam mengklasifikasi dan
keakuratan prediksi dibandingkan model diskriminan.
Metode analisis berbeda dilakukan Parker et al. (2002)
menggunakan model analisis survival dengan regresi Cox Propotional
Hazard untuk mengetahui kemungkinan kegagalan perusahaan yang
dikaitkan dengan penerapan corporate governance. Selain itu, dalam Hu
dan Ansell (2006) terdapat model Artificial Neural Networks (ANN) yang
diaplikasikan untuk memprediksi financial distress pada penelitian
(Coates dan Fant, 1993; Zang et al., 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
F. Penelitian Terdahulu
Ugurlu dan Aksoy (2006) menyatakan telah banyak penelitian yang
dilakukan mengenai prediksi financial distress, diantaranya Ramser dan
Foster (1931), Fitzpatrick (1932), Winakor dan Smith (1935), Merwin (1942)
memfokuskan pada perbandingan nilai rasio keuangan dalam perusahaan yang
sehat dan tidak sehat dan menyimpulkan bahwa rasio pada perusahaan yang
tidak sehat adalah rasio yang jelek (tidak baik). Pelopor penelitian Beaver
(1966) dalam Ugurlu dan Aksoy (2006) menjelaskan mengenai prediksi
financial distress dan pendekatan univarian dengan analisis diskriminan yang
kemudian dikembangkan dalam kerangka multivarian dengan multiple
discriminant analysis (MDA) oleh Altman (1968). Altman (1986) juga
mengembangkan model Z-zero menggunakan rasio keuangan untuk
memprediksi financial distress.
Altman (2000) melakukan penelitian mengenai prediksi financial
distress pada perusahaan dengan meninjau ulang model Z-score (1968) dan
model risiko kredit ZETA (1977). Altman menggunakan sampel 66 perusahaan
yang terbagi menjadi 33 perusahaan distress dan non-disress dalam
membangun model Z-score. Berdasarkan hasil studinya, Altman memperoleh
model prediksi Multiple Discriminant Analysis (MDA) Z-score baru sebagai
berikut Z’ = 0.717( ) + 0.847( ) + 3.107( ) + 0.420( ) + 0.998( ); di
mana Working Capital / Total Assets: RE / Total asstes;
EBIT/ Total Assets; Market Value of Equity/ Book Value of Total Debt;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
Sales/ Total Assets. Model ini dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Z'<1.21 = Zone I diprediksi akan bangkrut;
2. Z'>2.90 = Zone II diprediksi tidak bangkrut;
3. 1.23 < Z' < 2.90 = gray area
Model ZETA dibangun dengan menggunakan sampel sebanyak 58
perusahaan yang distress dan 58 perusahaan tidak distress. Penelitiannya
menggunakan 27 rasio keuangan di mana hasilnya menunjukan bahwa model
ZETA dapat memprediksi risiko kebangkrutan perusahaan dengan tingkat
akurasi lebih tinggi yaitu di atas 96% untuk satu tahun sebelum terjadi
kebangkrutan di banding model Z-zero.
Ugurlu dan Aksoy (2006) mengidentifikasikan prediktor financial
distress menggunakan model diskriminan dan model logit pada emerging
market di Turki ketika terjadi turbelensi ekonomi dan membandingkan kedua
model tersebut dalam keakuratan klasifikasi dan prediksi financial distress.
Ada 22 variabel rasio keuangan yang digunakan oleh Ugurlu dalam
mengidentifikasi prediktor financial distress perusahaan, di mana variabel-
variabel tersebut dikelompokkan menjadi 8 kategori meliputi profitability,
liquidity, solvency, degree of economics distress, leverage, efficiency,
variability, dan size. Sampel yang digunakan sebanyak 27 perusahaan
manufaktur yang sehat dan 27 perusahaan manufaktur yang tidak sehat
terdaftar di Bursa Efek Istambul pada periode 1996-2003. Hasilnya model
regresi logistik menghasilkan 11 variabel rasio keuangan sebagai prediktor
dalam kegagalan, di mana sembilan varibel memiliki tingkat signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
sebesar 5% dan dua variabel memiliki tingkat signifikan 1% sedangkan model
diskriminan melalui fungsi Z-score menggunakan 10 variabel rasio keuangan,
di mana 6 variabel sama dengan model regresi logistik. Hal ini menyebabkan
model regresi logistik mempunyai kemampuan klasifikasi dan keakuratan
prediksi yang lebih baik daripada model diskriminan.
Sori dan Karbhari (2006) melakukan dua penelitian mengenai prediksi
kebangkrutan yaitu pada saat krisis IMF dan krisis keuangan Asia. Penelitian
yang dilakukan saat krisis IMF menggunakan 64 rasio keuangan untuk
membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Analisis data
menggunakan multiple discriminant analysis (MDA) di mana menghasilkan
klasifikasi yang akurat terhadap 33 sampel perusahaan sehat dan 33
perusahaan tidak sehat yang terdaftar di bursa efek Malaysia dan terdapat
hubungan yang kuat antara variabel financial dalam model prediksi. Model
tersebut dapat memprediksi kegagalan empat tahun ke depan sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan. Selain itu terdapat tiga variabel
yang relevan yaitu total liabilities, current asset turnover, dan cash ratio.
Sedangkan penelitian prediksi kebangkrutan sejak krisis keuangan Asia
menggunakan variabel rasio keuangan yang sama dengan sampel sebanyak 24
perusahaan yang sehat dipasangkan dengan perusahaan yang tidak sehat.
Analisis data menggunakan analisis univarian yang dibandingkan dengan
multiple discriminant analysis (MDA). Hasilnya mengindikasikan prediksi
yang sama antara kedua analisis tersebut.
Penelitian-penelitian yang menggunakan CAMEL banyak dilakukan
untuk memprediksi kegagalan bisnis di bidang perbankan. Whalen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
Thomson (1988) menguji manfaat rasio CAMEL untuk mengidentifikasi
perubahan kondisi bank. Penelitian dilakukan pada periode amatan November
1983 - Juli 1986 dan alat uji yang digunakan adalah regresi logit. Thomson
menggunakan sampel sebanyak 58 bank di USA dan 22 rasio keuangan yang
hasilnya menunjukan bahwa CAMEL dapat digunakan secara akurat untuk
membuat peringkat bank dengan tingkat keakuratan pengelompokan sebesar
82% sampai 90%. Variabel asset quality menjadi variabel terbaik dalam
keakuratan pengelompokan yaitu sebesar 90,9%.
Selanjutnya, Thomson (1991) mencoba memprediksi kegagalan bank-
bank di AS pada tahun 1980-an. Tujuan penelitian Thomson adalah untuk
membuat model kegagalan bank untuk semua ukuran dengan variabel proksi
berdasarkan data Neraca dan Laporan Laba Rugi Bank. Menggunakan rasio
keuangan yang mewakili konsep CAMEL. Selain itu terdapat empat variabel
untuk kondisi ekonomi dalam pasar bank, yaitu unemployment, growth in
personal income, business failure rate, dan diversifikasi ekonomi. Sampel
yang digunakan sebanyak 1.736 bank sehat dan 779 bank tidak sehat periode
1984-1989. Berdasarkan model regresi logistik yang digunakan, hasilnya
menunjukan bahwa CAMEL merupakan faktor utama yang secara signifikan
berhubungan dengan kemungkinan gagal untuk jangka waktu empat tahun
sebelum bank gagal. Selain itu kondisi ekonomi juga membantu
memperlihatkan kemungkinan bank gagal dalam jangka waktu empat tahun.
Penelitian lain dilakukan oleh Wirnkar dan Tanko (2008) yang
mengidentifikasi dan merangking rasio terbaik dari masing-masing komponen
CAMEL yang memisahkan komponen “S” (sensivitas terhadap risiko pasar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
karena sulit untuk dihitung. Penelitian ini dilakukan terhadap semua bank
yang ada di Nigeria pada tahun 1997-2006. Dengan komponen CAMEL yang
telah dirangking, menghasilkan model w-score untuk mengukur kinerja
perbankan, sebagai berikut:
Model ini menghasilkan 3 kategori,antara lain sebagai berikut :
§ W-score <= -.014 dikategorikan sebagai bank dengan least performingss
§ 1.218 W-score < 5.53 dikategorikan sebagai bank dengan average
performing
§ W-score >=5.53 dikategorikan sebagai bank dengan best performing
Model diatas mengenalkan komponen CAMEL menjadi komponen CLEAM
(Capital ratio, liquidity ratio, equity ratio, asset quality ratio, dan
management quality ratio) untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Penelitian mengenai CAMEL rasio keuangan di Indonesia dilakukan
oleh Aryati dan Manao (2000) yang meneliti apakah rasio-rasio keuangan
yang diukur dengan rasio CAMEL berbeda secara signifikan antara bank yang
sehat dengan bank yang gagal. Selain itu juga dilakukan pengujian untuk
melihat rasio keuangan mana saja yang mendiskriminasikan antara bank yang
sehat dengan bank yang gagal. Ada tujuh rasio CAMEL yang digunakan
sebagai variabel independen. Berdasarkan univariat analisis menunjukan
bahwa variabel yang signifikan pada = 5% untuk lima tahun sebelum
kebangkrutan adalah CAR, RORA, ROA, rasio kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Sedangkan untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan adalah BOPO,
RORA, ROA, rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, dan
rasio kredit terhadap dana yang diterima.
Wilopo (2001) juga melakukan penelitian yang memprediksi
kebangkrutan bank periode 1996-1997. Pengambilan sampel dilakukan secara
cluster. Variabel independen yang digunakan adalah 13 rasio CAMEL,
besaran bank, kepatuhan pada Bank Indonesia. Berdasar uji regresi logit
disimpulkan bahwa rasio CAMEL serta variabel independen lain yang
digunakan dalam penelitiannya belum dapat memprediksi kegagalan bank. Hal
ini dilihat dari tipe kesalahan yang terjadi bahwa kekuatan prediksi untuk bank
yang dilikuidasi 0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya
diprediksikan tidak dilikudasi.
Penelitian Haryati (2001) juga menggunakan rasio model CAMEL
untuk menganalisis kebangkrutan bank. Subjek yang diteliti adalah semua
bank swasta nasional hasil due diligence yaitu 74 bank kategori A, 18 bank
kategori B, dan 13 bank kategori C yang diumumkan pada bulan Maret 1999.
Variabel independen yang digunakan adalah rasio cadangan penghapusan
kredit terhadap kredit, ROA, rasio efisiensi, dan LDR. Analisis data
menggunakan regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa rasio
ROA, Efisiensi, dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di antara
bank-bank dalam kelompok A, B, dan C. Namun hanya rasio ROA yang
memiliki pengaruh bermakna terhadap kebangkrutan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas
(2005). Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, 2 bank mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
kebangkrutan dan 6 bank mengalami kondisi kesulitan keuangan (financial
distress). Variabel rasio keuangan yang digunakan sebanyak 11 rasio, di mana
rasio tersebut mewakili penilaian CAMEL. Dengan menggunakan regresi
logistik menunjukan bahwa CAMEL rasio keuangan memiliki daya klasifikasi
atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami financial distress dan
bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitiannya juga memberikan
bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara
statistik berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan
keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi
kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa
hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk
memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor
perbankan.
Penelitian Lyn, Petro, dan Spieler (2005) menguji hubungan tingkat
corporate governance perusahaan terhadap financial distress pada 127
kebangkrutan antara tahun 1990 sampai Agustus 2004. Penelitiannya
menggunakan variabel corporate governance di mana menemukan bukti
bahwa perusahaan dengan shareholder right yang lemah lebih memungkinkan
untuk terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini juga menemukan bukti
bahwa entrenched management perusahaan yang semakin kecil lebih
memungkinkan untuk mengatasi kebangkrutannya. Hal ini terjadi berdasarkan
analisis multinominal logit yang digunakan.
Selain itu, Lu, Lee, dan Chang (2008) meneliti mengenai corporate
governace, kualitas informasi keuangan, dan lingkungan makroekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
dalam kemampuan memprediksikan financial distress pada perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Taiwan (Taiwan Stock Exchange). Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 408 perusahaan, yang mana tidak termasuk
perusahaan perbankan dan asuransi yang memiliki struktur keuangan yang
berbeda. Sembilan puluh perusahaan diantaranya adalah perusahaan yang
distress (tidak sehat) dan 318 perusahaan yang tidak distress (sehat). Analisis
data menggunakan model regresi logistik yang menyimpulkan bahwa variabel
corporate governance dan kualitas informasi keuangan mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam kemampuan memprediksi financial distress, sedangkan
untuk variabel lingkungan makroekonomi tidak berpengaruh secara signifikan
dalam kemampuan memprediksikan financial distress. Dia juga menjelaskan
bahwa variabel corporate governance baik dalam kemampuan
memprediksikan financial distress.
Menurut Fich dan Slezak (2008) dalam memprediksikan suatu
kebangkrutan, perusahaan jangan hanya mengandalkan kekuatan informasi
keuangan dan akuntansi. Penelitiannya menemukan indikasi bahwa
karakteristik corporate governance pada perusahaan distress secara signifikan
mempengaruhi kemungkinan kebangkrutan. Hasilnya menjelaskan bahwa
semakin kecil dewan dan semakin independen dewan, dengan semakin tinggi
rasio non-inside directors dan semakin luas kepemilikan direksi internal maka
semakin efektif dalam mengatasi kebangkrutan suatu perusahaan menjadi
perusahaan yang distress.
Penelitian mengenai corporate governance dilakukan oleh Santen dan
Soppe (2009) untuk mengetahui hubungan struktur dewan, karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
personal non-executive director dengan perusahaan yang mengalami financial
distress Penelitian ini menggunakan 52 perusahaan yang terdaftar di
Netherlands Stock Exchange yang mengalami financial distress pada tahun
1993 sampai 2003 dan sampel control sebanyak 167 perusahaan yang tidak
mengalami financial distress. Variabel untuk mewakili struktur dewan adalah
komposisi dewan independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan
direksi sedangkan variabel karakteristik personal non-executive director
menggunakan kebangsaan, independensi, pendidikan, pengalaman, jaringan
(network), beban kerja, dan usia. Selain itu, dalam penelitiannya juga
menggunakan variabel kontrol yaitu rasio keuangan. Hasilnya menunjukan
bahwa komposisi dewan independen, ukuran dewan komisaris , dan ukuran
dewan direksi memiliki hubungan signifikan dengan financial distress.
Demikian pula pada karakteristik personal non-executive director.
Selain itu, penelitian tentang pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap financial distress di Indonesia yang dilakukan oleh
Wardhani (2006). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran dewan
direksi dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kemungkinan
perusahaan mengalami kondisi financial distress. Kesimpulannya, semakin
besar jumlah direksinya maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan
mengalami kondisi financial distress. Hasil ini juga didukung oleh pengujian
dengan menggunakan lag satu tahun. Hal ini menunjukan bahwa jumlah
direksi akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan baik secara jangka
pendek maupun jangka panjang. Berkaitan dengan jumlah komisaris,
penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin kecil jumlah komisaris dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami tekanan
keuangan akann semakin besar. Hasil ini juga didukung oleh pengujian
dengan menggunakan lag satu tahun yang artinya pengurangan jumlah
komisaris akan memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang
terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Penelitian yang perlu mendapatkan perhatian mengenai perkembangan
teknik pengujian statistik yang digunakan untuk memprediksi financial
distress adalah teknik pengujian statistik yang digunakan Ohlson (1980).
Ohlson pada tahun 1980 dalam Sukarno (2005), menggunakan logistic
regression (logit analysis) untuk memprediksi financial distress, suatu metode
yang menghindari keterbatasan teknik MDA. Pada analisis logit, asumsi
multivariate normal distribution diabaikan. Berdasarkan asumsi inilah maka
keterbatasan yang terdapat pada teknik pengujian statistik untuk financial
distress dengan menggunakan MDA dapat diatasi oleh Logit. Logit, bersama
dengan probit analysis (variasi dari logit), disebut sebagai conditional
probability model karena logit menyediakan conditional probability dari
observasi yang berasal dalam suatu kelompok. Pertimbangan lain untuk
memilih logit antara lain karena model logit memiliki keunggulan secara
statistik. Namun, model tersebut perlu dimodifikasi untuk menjamin kevalidan
koefisien parameter dengan pengaruh kelompok yang ditimbulkan oleh panel
data.
Teknik lain yang digunakan untuk menganalisis corporate governance
terhadap kegagalan perusahaan adalah survival analysis. Parker et all (2002)
menggunakan teknik analisis kelangsungan hidup (survival) yaitu Cox
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
Propotional Hazard Regression untuk menganalisis hubungan berbagai atribut
corporate governance dan karakteristik keuangan terhadap kelangsungan
hidup perusahaan yang distress. Atribut corporate governance difokuskan
pada perputaran insider (internal perusahaan), keterlibatan kreditor, dan
struktur kepemilikan. Pada atribut indikator akuntansi yang digunakan adalah
risiko keuangan, risiko operasional, ukuran, likuiditas, profitabilitas dan
persepsi pasar. Parker menggunakan 7 variabel corporate governance dan 7
variabel keuangan sehingga dapat menyimpulkan bahwa variabel perputaran
CEO, struktur kepemilikan, likuiditas, dan profitabilitas signifikan
berpengaruh terhadap kemungkinan kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Jones dan Hensher (2004) mengembangkan analisis mixed logit dalam
memprediksikan financial distress perusahaan. Penelitian membandingkan
mixed logit dan MNL (Multinominal Logit). Kondisi perusahaan diklasifikasi
menjadi 3, yaitu: nonfailure, insolvent, dan outright failure. Hasilnya tingkat
akurasi dalam memprediksikan financial distress perusahaan non-failure
antara mixed logit dan multinominal logit adalah mendekati sama, sedangkan
untuk untuk perusahaan yang insolvent dan outright failure antara mixed logit
dan multinominal logit adalah berbeda.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan Sukarno (2005) yang
merekomendasi penggunaan model regresi logistik dalam memprediksi
kegagalan terhadap industri perbankan di Indonesia. Dengan menggunakan
populasi seluruh bank yang ada di Indonesia, model prediksi memiliki kinerja
yang baik sebab mampu mengklasifikasikan 89,3% kegagalan bank populasi
disain dan 83,9% populasi validasi dengan benar. Oleh karena data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
digunakan merupakan informasi akuntansi keuangan bank dalam kondisi
krisis ekonomi maka model prediksi tersebut dapat berlaku dengan asumsi
pada kondisi krisis ekonomi.
G. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan suatu fondasi di mana seluruh proyek
penelitian didasarkan. Definisi kerangka teoritis dibahas oleh Sekaran (2003:
86-87) dalam bukunya yang menyatakan:
A theoretical framework is a conceptual model of how one theorizes or makes logical sense of the relationship among several factors that have been identified as important to problem. It is a logically developed, described, and elaborated network of associations among the variables deemed relevant to the problem situation and identified through such process as interviews, observations, and literature survey. Penelitian ini dibangun dengan mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi variabel, dan kemudian menghubungkan antar variabel
secara logis untuk memecahkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Dibawah ini adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
H. Pengembangan Hipotesis
1. Rasio Keuangan dan Financial Distress
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank
wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajeman, likuiditas, dan
solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu
cara untuk mengetahui tingkat kesehatan bank adalah dengan
menggunakan rasio CAMEL. Rasio CAMEL dapat menggambarkan suatu
Rasio CAMEL Ø CAR Ø NPL Ø NPM Ø ROE Ø LDR
Corporate Governance Ø Ukuran Dewan Komisaris Ø Rapat Dewan Komisaris Ø Komposisi Dewan
Komisaris Ø Ukuran Dewan Direksi Ø Rapat Dewan Direksi
Kondisi bank Ø Bank non-
distress (bank sehat)
Ø Bank distress (bank tidak sehat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan yang lain sehingga
dapat diperoleh gambaran posisi keuangan suatu bank baik mengalami
peningkatan maupun kesulitan keuangan.
Penelitian yang dilakukan Wilopo (2001) dengan menggunakan 13
rasio model CAMEL menemukan bahwa rasio model CAMEL belum
dapat memprediksi kegagalan bank di Indonesia. Hal ini dilihat dari tipe
kesalahan yang terjadi bahwa kekuatan prediksi untuk bank yang
dilikuidasi 0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya
diprediksikan tidak dilikudasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2002) menemukan bahwa
dari empat rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio cadangan
penghapusan kredit terhadap kredit, ROA, efisiensi dan LDR ternyata
rasio ROA, Efisiensi dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di
antara bank-bank dalam kategori A, B dan C dan menghasilkan tingkat
akurasi prediksi kebankrutan bank kategori A, B, dan C sebesar 25,80%.
Dari ketiga rasio tersebut, ROA yang mempunyai pengaruh bermakna
terhadap kemungkinan kebangkrutan bank.
Penelitian serupa juga dikembangkan oleh Almilia (2005) yang
menghasilkan CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO
mempunyai perbedaan yang signifikan antara bank kategori bermasalah
dan tidak bermasalah. Selain itu, rasio CAR dan BOPO berpengaruh
signifikan sedangkan APB, NPL, PPAPAP, ROA, dan NIM berpengaruh
tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dengan tingkat ketepatan
prediksi kondisi bermasalah menghasilkan 83,3%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
Berdasarkan review penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah:
Rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROE, LDR) memiliki
perbedaan yang signifikan pada bank financial distress dan bank
non financial distress.
Rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROE, LDR) dapat
digunakan dalam prediksi financial distress pada industri
perbankan di Indonesia
2. Corporate Governance dan Financial Distress
Prinsip dasar sebuah corporate governance adalah pengendalian
dan pertanggungjawaban. Wewenang dewan adalah menyeimbangkan
antara pemegang saham atau pemilik perusahaan di satu sisi, dan
eksekutif, manager, sebagai karyawan di sisi lain. Oleh karena itu, wajar
jika corporate governance dapat dikatakan sebagai suatu “power”
(kekuatan) dan pertanggungjawaban. Adanya tata kelola perusahaan yang
baik dapat mengatasi masalah agency yang terjadi sehingga lender akan
lebih percaya tehadap bank tersebut dan meminimalisasi adanya financial
distress.
Berdasarkan penelitian Lu, Lee, dan Chang (2008)
mengindikasikan dalam penelitiannya bahwa variabel corporate
governance lebih baik dalam memprediksikan financial distress pada
perusahaan dibandingkan variabel makroekonomi. Namun variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
corporate governance tidak memberikan prediksi lebih baik dibandingkan
variabel informasi keuangan.
Parker et al. (2002) menyebutkan bahwa komponen corporate
governance dengan proksi sruktur kepemilikan merupakan atribut
corporate governance yang paling dominan dalam mengetahui
kecenderungan kelangsungan suatu perusahaan. Fich dan Slezak (2008)
menemukan indikasi bahwa karakteristik corporate governance pada
perusahaan distress secara signifikan mempengaruhi kemungkinan
kebangkrutan.
Selain itu, variabel corporate governance juga digunakan dalam
penelitian Wardhani (2006) dalam mengetahui mekanisme corporate
governance pada perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan.
Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris dan
ukuran dewan direksi memiliki pengaruh signifikan dalam memprediksi
financial distress yaitu semakin kecil jumlah komisaris dan semakin besar
jumlah direksinya dalam suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan
tersebut mengalami tekanan keuangan akan semakin besar. Sedangkan
keberadaan komisaris independen justru tidak signifikan, baik untuk
pengujian pada periode yang sama ataupun untuk pengujian dengan
menggunakan lag 1 tahun.
Penelitian Santen dan Soppe (2009) menyimpulkan bahwa ukuran
dewan komisaris berbeda signikan antara perusahaan financial distress dan
perusahaan non-financial distress dengan tingkat signifikan sebesar 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
persen, sedangkan ukuran dewan direksi dan komposisi dewan independen
berbeda pada tingkat signifikan sebesar 10 persen dan 5 persen.
Berdasarkan review terhadap penelitian terdahulu, maka hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
Corporate governance (ukuran dewan komisaris, rapat dewan
komisaris, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan
direksi, dan rapat dewan direksi) memiliki perbedaan yang
signifikan pada bank financial distress dan bank non-financial
distress.
Corporate governance (ukuran dewan komisaris, rapat dewan
komisaris, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan
direksi, dan rapat dewan direksi) dapat digunakan dalam prediksi
financial distress pada industri perbankan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian meliputi serangkaian pilihan pengambilan keputusan
rasional mengenai tujuan studi, letaknya (yaitu konteks studi), jenis yang
sesuai untuk penelitian (jenis investigasi), aspek temporal (horizon waktu),
dan level analisis data (unit analisis) (Sekaran, 2006: 152).
Penelitian ini bersifat pengujian hipotesis karena tujuan penelitian ini
untuk mengadakan estimasi dan menguji hipotesis tentang rasio CAMEL dan
variabel corporate governance dalam memprediksi kondisi financial distress
pada industri perbankan, di mana tergambar studi yang bersifat korelasional.
Artinya, peneliti ingin menemukan variabel penting yang berkaitan dengan
kondisi financial distress.
Penelitian mengambil periode pengamatan selama 6 tahun. Periode ini
dibagi menjadi 2 subperiode, yaitu periode 2003-2005 merupakan periode
pengamatan dalam memprediksi kondisi financial distress di sebuah bank, di
mana data-data subperiode ini merupakan data yang akan diolah dan periode
2006-2008 merupakan periode pengamatan sebagai pedoman untuk
mengklasifikasikan sampel bank financial distress dan bank non-financial
distress.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau
hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2003-2005.
Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Sampel
terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006: 123).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum swasta
nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2003-
2005 yang dibedakan dalam bank kondisi sehat (non-distress) dan bank
kondisi tidak sehat (distress). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan target atau pertimbangan
tertentu yang memberi informasi yang diperlukan oleh peneliti berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya (Sekaran, 2006: 137). Tujuannya
untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah
sebagai berikut :
1. Bank yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31
Desember 2003-2008 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Bank yang mempublikasikan annual report untuk tahun 2003-2005.
3. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada
publikasi periode 31 Desember 2003-2008) data mengenai corporate
governance perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
Sedangkan pengambilan sampel bank yang mengalami financial distress
memiliki indikasi, sebagai berikut:
a. Bank yang melakukan merger (Jean dan Milli, 2009).
b. Bank yang mengalami pendapatan operasional kotor negatif selama dua
tahun atau lebih (Platt dan Platt, 2006).
c. Bank yang mengalami pendapatan operasional bersih negatif selama dua
tahun atau lebih (Platt dan Platt, 2006).
d. Bank yang mengalami laba bersih negatif selama dua tahun atau lebih
(Platt dan Platt, 2006).
Data laporan keuangan tahun 2006 – 2008 digunakan sebagai pedoman
penentuan apakah suatu bank mengalami financial distress sedangkan data
annual report dan laporan keuangan tahun 2003 – 2005 merupakan data yang
akan diolah. Selanjutnya akan diketahui apakah rasio keuangan CAMEL dan
variabel corporate governance yang digunakan sebagai variabel independen
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Hal ini
dilakukan mengingat bahwa prediksi kondisi financial distress seharusnya
dianalisis sebelum terjadinya peristiwa financial distress itu terjadi.
C. Data Penelitian
Penelitian ini mengambil data sekunder berupa annual report
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode tahun 2003 sampai tahun 2005 yang bisa diakses melalui website
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website bank yang bersangkutan.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan laporan keuangan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun
2003 sampai tahun 2008 yang bisa dilihat dari International Capital Market
Dictionary (ICMD) tahun 2004 sampai tahun 2009.
D. Variabel dan Pengukurannya
1. Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kondisi financial distress bank yang merupakan variabel kategori, 0 untuk
bank non-financial distress (sehat) dan 1 untuk bank yang mengalami
financial distress (bank tidak sehat).
2. Variabel independen
Variabel independen yang digunakan adalah dua kelompok
variabel yaitu rasio keuangan CAMEL dan Good Corporate Governent
(GCG) codes. Rasio keuangan CAMEL yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 5 rasio, sebagai berikut:
a. Permodalan (capital)
CAR (Capital Adequancy Ratio)
CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14
Desember 2001):
CAR =
b. Kualitas aset (asset quality);
NPL (Non Performing Loan).
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit
dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak
termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember
2001):
NPL =
c. Manajemen (management);
NPM (Net Profit Margin)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba bersih sebelum pajak (net income before tax)
ditinjau dari sudut pendapatan operasinya. Rasio ini mengukur
seberapa jauh pengelolaan manajemen bank dalam usahanya
memperoleh profit. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
NPM =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
d. Rentabilitas (earning);
ROE (Return on Equity).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank
dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah
pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari
kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total
ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan
modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal
minimum yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI
No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001):
ROE =
e. Likuiditas (liquidity);
LDR (Loan to Deposit Ratio).
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap
dana pihak ketiga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut (SE BI
No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001):
LDR =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Variabel independen corporate governance dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan GCG codes yang direkomendasikan oleh
KNKCG (2001) untuk mengetahui tingkat pengungkapan GCG dalam
annual report, sebagai berikut:
a. Ukuran Dewan Komisaris (DKSIZE)
Ukuran dewan komisaris adalah total anggota dewan komisaris,
baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal
perusahaan sampel. Berdasarkan Pedoman Good Corporate
Governaance (GCG) Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada
Januari 2004, ukuran dewan komisaris merupakan salah satu elemen
dalam struktur corporate governance yang terlibat dalam kemajuan
dan kesehatan bank.
b. Rapat Dewan Komisaris (RDK)
Rapat dewan komisaris adalah jumlah pertemuan (rapat) total
yang dilakukan dewan komisaris selama 1 tahun. Berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
ditetapkan “rapat anggota Dewan Komisaris wajib diselenggarakan
secara berkala paling kurang 4 (empat) kali dalam setahun, dan wajib
dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris secara fisik paling
kurang 2 (dua) kali dalam setahun”. Rapat dewan komisaris
merupakan salah satu bentuk dari proses corporate governance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
c. Komposisi Dewan Komisaris (KDK)
Komposisi dewan komisaris merupakan persentase dewan
komisaris independen terhadap total anggota dewan komisaris dalam
perusahaan sampel. Berdasarkan peraturan yang diterbitkan oleh
BAPEPAM dan keputusan direksi PT. BEI (dahulu BEJ) nomor: Kep-
305/BEJ/07-2004 bahwa setidaknya dalam satu perusahaan memiliki
komposisi dewan komisaris independen yang mewakili pemegang
saham non pengendali sebesar 30 persen dari total keseluruhan dewan
komisaris. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan
dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP tanggal
30 Mei 2007, “komisaris independen ditetapkan paling kurang 50
persen (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota dewan Komisaris”.
Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham,
dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris
lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan
dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen.
d. Ukuran Dewan Direksi (DRSIZE)
Ukuran dewan direksi adalah total anggota dewan direksi
dalam perusahaan sampel. Berdasarkan Pedoman Good Corporate
Governance (GCG) Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada
Januari 2004, ukuran dewan direksi merupakan salah satu elemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
dalam struktur corporate governance yang terlibat dalam kemajuan
dan kesehatan bank.
e. Rapat Dewan Direksi (RDR)
Rapat dewan direksi adalah jumlah pertemuan (rapat) total
yang dilakukan dewan direksi selama 1 tahun. Rapat dewan direksi
merupakan salah satu bentuk dari proses corporate governance.
E. Metode Analisis Data
1. Uji beda T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel
yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-
test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai
dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara
rumus ditulis sebagai berikut:
Standar error perbedaan dalam nilai rata-rata terdistribusi secara
normal. Jadi tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua
sampel yang tidak berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian ini uji
beda t-test akan membedakan rasio CAMEL dan variabel corporate
governance antara kondisi bank sehat dan bank yang mengalami kesulitan
keuangan (financial distress).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
2. Model Logit
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan regresi biner logit
karena model variabel dependen dalam model adalah binary atau dummy,
yaitu dengan memberi nilai 1 untuk bank yang mengalami financial
distress dan 0 untuk bank yang tidak mengalami financial distress. Selain
itu, model ini mempunyai tingkat klasifikasi lebih baik dibandingkan
dengan model yang lain serta tidak sensitif terhadap jumlah sampel yang
tidak sama frekuensinya (Maddala, 1983 dalam Thomson, 1991).
Tujuan dari analisis regresi logit adalah untuk memperoleh variabel
independen yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress
dan menggunakan variabel independen untuk membangun model dalam
memprediksi kondisi financial distress. Regresi biner logit merupakan
model regresi yang tidak memerlukan asumsi multivariate normal
distribution karena variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari non-
metrik (kategorial) dan variabel independennya terdiri dari variabel metrik
(kontinyu) dan variabel non-metrik (kategorial) (Ghozali, 2009: 261).
Model regresi biner logit didasarkan pada persamaan sebagai
berikut (Gujarati, 2006: 174):
............... (2.1)
Atau
di mana mewakili probabilitas ............... (2.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Rentang adalah dari hingga sehingga memiliki
rentang dari 0 hingga 1 dan berhubungan secara nonlinear dengan
(yakni ).
Jika probabilitas bank dalam kondisi diketahui melalu
persamaan (2.2), maka , probilitas bank sehat adalah
…………… (2.3)
Sehingga diperoleh
……………(2.4)
Perhitungan probabilitas jika ditentukan dengan log natural, maka akan
diperoleh persamaan, sebagai berikut:
…………… (2.5)
Beberapa sifat model logit (Gujarati, 2006: 175), sebagai berikut:
a. Sewaktu bergerak dari 0 ke 1, logit bergerak dari hingga .
Artinya, meskipun probabilitas terletak 0 dan 1, logitnya tidaklah
begitu terbatasi.
b. Meskipun linear , probabilitasnya sendiri tidak. Sifat ini bertolak
belakang dengan Model Probabilitas Linear di mana probabilitas
meningkat secara garis lurus bersama .
c. Variabel yang dimasukkan dapat berupa variabel dummy.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
3. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis I dan Hipotesis III
Pengujian hipotesis I dan hipotesis III menggunakan analisis
independent sample t-test. Sebelum uji beda parametrik independent
sample t-test dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
pada masing-masing variabel menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan tingkat signifikansi 5% (lima persen). Jika nilai asym.sig lebih
besar dari 0.05 maka data terdistribusi normal, sedangkan apabila nilai
asym.sig lebih kecil dari 0.05 maka data dikatakan tidak terdistribusi
normal. Berdasarkan uji normalitas dilakukan maka terdapat dua alat
pengujian statistik selanjutnya yaitu sebagai berikut :
1) Apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan uji beda
parametrik dengan menggunakan Independent sample t-test.
2) Apabila data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji beda
nonparametrik dengan menggunakan Mann-Whitney U
(Siswandari, 2006: 26)
Langkah-langkah dalam analisis uji beda T-Test adalah sebagai
berikut:
1) Memisahkan kelompok bank berdasarkan kriteria
2) Menentukan hipotesis
Untuk hipotesis I (variabel rasio keuangan CAMEL):
tidak terdapat perbedaan rasio keuangan CAMEL antara
bank sehat dan bank tidak sehat (financial distress)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
terdapat perbedaan rasio keuangan CAMEL antara bank
sehat dan bank tidak sehat (financial distress).
Untuk hipotesis III (variabel corporate governance):
tidak terdapat perbedaan variabel corporate governance
antara bank sehat dan bank tidak sehat (financial distress)
terdapat perbedaan variabel corporate governance antara
bank sehat dan bank tidak sehat (financial distress).
3) Statistik uji adalah sebagai berikut:
4) Menentukan level of significance , di mana
5) Menentukan kriteria penerimaan hipotesis
diterima apabila
diterima apabila
atau
6) Membuat kesimpulan dengan membandingkan antara nilai
dengan .
Dalam menguji hipotesis dibantu program SPSS for windows
sehingga langsung dapat di lihat nilai signifikan tanpa harus
membandingkan dengan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
b. Hipotesis II dan hipotesis IV
Pengujian hipotesis II dan hipotesis IV dalam penelitian ini
dengan menggunakan model regresi logit biner untuk mengetahui
kekuatan prediksi rasio keuangan CAMEL dan corporate governance
dalam memprediksi financial distress bank umum swasta di Indonesia.
Metoda yang digunakan adalah Enter. Metoda ini dilakukan dengan
cara memasukkan semua variabel secara bersama-sama. Pada setiap
tahap akan dilakukan pembuangan terhadap variabel yang paling tidak
signifikan sampai diperoleh model regresi yang paling baik. Model
persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model 1:
Model 2:
Model 3:
Langkah-langkah dalam analisis regresi logit adalah sebagai
berikut:
1) Menilai kelayakan model regresi
Dalam menilai kelayakan model regresi yaitu dengan
menggunakan uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
untuk menguji data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit
test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka terdapat
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya
sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Hal ini berbeda jika nilai Hosmer
and Lemeshow Goodness-of-fit test statistics lebih besar dari 0,05,
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
disimpulkan model dapat diterima.
2) Menilai keseluruhan model
Statistik yang digunakan untuk menilai keseluruhan model
berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model dihipotesiskan menggambarkan data
input. Untuk menguji apakah model yang dihipotesiskan fit dengan
data atau tidak, L ditransformasikan menjadi –2LogL. Statistik –
2LogL pada awal (block number = 0) dengan angka –2LogL pada
block number = 1 dapat juga digunakan untuk menentukan jika
variabel bebas ditambahkan pada model apakah secara signifikan
memperbaiki model fit, apabila terjadi penurunan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukan model
regresi yang baik.
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran pada multiple regression yang didasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1
(satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nagelkerke’s R
square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).
3) Menguji koefisien regresi
a) Menentukan hipotesis
Untuk hipotesis II (variabel rasio keuangan CAMEL):
rasio keuangan CAMEL tidak dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu bank.
rasio keuangan CAMEL dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu bank.
Untuk hipotesis IV (variabel corporate governance):
variabel corporate governance tidak dapat digunakan
untuk memprediksi kondisi financial distress suatu
bank.
variabel corporate governance dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu bank.
b) Menentukan level of significance
c) Menentukan kriteria penerimaan hipotesis
, maka ditolak
, maka diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
d) Membuat kesimpulan berdasarkan kriteria penerimaan
hipotesis, di mana berasal dari (probabilitas) yang diperoleh.
Keseluruhan analisis data dan pengujian statistik dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for
windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan annual report perusahaan perbankan
swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
tahun 2003 sampai tahun 2005 dan laporan keuangan perusahaan perbankan
swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
tahun 2003 sampai tahun 2008. Proses pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah
Bank yang terdaftar di BEI selama periode 2003-2005 (jumlah sampel)
20
Bank yang datanya tidak lengkap (2) Jumlah sampel 18 Bank yang non-distress 14 Bank yang distress
· Bank merger · Bank yang mengalami laba bersih negatif selama
2 tahun
2 2
Jumlah sampel observasi (18 x 3) 54 Sumber: International Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id
(website Bursa Efek Indonesia)
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah dijabarkan
sebelumnya maka diperoleh sampel penelitian beserta pengelompokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
perusahaan perbankan non-financial distress dan financial distress yang
diperinci pada lampiran.
B. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif karena data-
data yang diolah merupakan data kuantitatif yaitu fakta yang dapat
diwujudkan dengan angka-angka. Data kuantitatif tersebut menunjukan
number of item kelompok tertentu yang akan diketahui karakteristiknya
(Djarwanto, 2001: 1-2). Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan
dari data masing-masing variabel yang telah diolah dapat dilihat dari nilai rata-
rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dari masing-
masing variabel.
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 54 8.08 37.43 17.8252 7.28216
NPL 54 .50 13.37 4.5394 3.11720
NPM 54 -.57 39.00 1.0987 5.65373
ROE 54 -165.09 104.50 13.6824 33.44229
LDR 54 3.61 6077.76 1.6932E2 819.48190
DKSIZE 54 2.00 10.00 5.5926 2.68833
RDK 54 3.00 54.00 12.3889 12.76259
KDK 54 .00 .75 .3730 .19361
DRSIZE 54 2.00 10.00 5.7593 2.17997
RDR 54 10.00 58.00 24.9259 15.54646
Valid N (listwise) 54
Sumber: Hasil pengolahan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui deskripsi statistik dari masing-
masing variabel. Dari hasil statistik, diketahui bahwa rata-rata CAR yang
dimiliki oleh perusahaan perbankan adalah 17,83 persen. Hal tersebut
menandakan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia pada periode tahun
2003-2005 telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor: 3/ 25/ PBI/
2001 tentang penetapan status bank dan penyerahan bank kepada badan
penyehatan perbankan nasional yang menetapkan bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aset tertimbang menurut
risiko (ATMR). Selain itu, nilai minimum CAR dalam penelitian ini sebesar
8,08 persen di atas CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan nilai
maksimal CAR sebesar 37,43 persen dengan standar deviasi sebesar 7,28
persen.
Rata-rata NPL yang dimiliki oleh perusahaan perbankan di Indonesia
untuk periode tahun 2003-2005 sebesar 4,54 persen. Hal ini menggambarkan
bahwa NPL yang dimiliki oleh perusahaan perbankan telah sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia yaitu kurang dari 5% (lima persen). Namun NPL
tertinggi sebesar 13,37 persen di mana rasio ini jauh dari nilai tertinggi NPL
yang harus dimiliki oleh bank yaitu sebesar 5% (lima persen). Nilai terendah
dari NPL sebesar 0,5 persen dengan standar deviasi sebesar 3,18 persen.
Pada perusahaan perbankan selama periode 2003-2005 memiliki rata-
rata rasio NPM sebagai rasio yang menggambarkan kinerja perusahaan dalam
memperoleh laba dimiliki bank sebesar 1,10. Namun terdapat nilai terendah
sebesar 0,57 dan nilainya negatif di mana menunjukan bank tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
mengalami kerugian. Sedangkan untuk nilai tertinggi NPM sebesar 39,00
dengan standar deviasi sebesar 5,56.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa ROE memiliki nilai
terendah sebesar 165,09 persen dan nilainya negatif sedangkan nilai tertinggi
sebesar 104,50 persen. Hal ini menunjukan range yang cukup besar untuk
ROE. Namun rata-rata ROE perusahaan perbankan sebesar 13,68 persen dan
nilainya positif dengan standar deviasi sebesar 33,44 persen sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata bank di Indonesia memiliki tingkat pengembalian
asset yang cukup baik.
Selain itu, rasio LDR juga memiliki range yang cukup besar yaitu
dengan nilai terendah sebesar 3,61 persen dan nilai tertinggi sebesar 6077,76
persen dengan standar deviasi sebesar 819,48 persen dan rata-rata sebesar 1,
69 persen.
Berdasarkan tabel 4.2, variabel corporate governance yang diwakili
oleh ukuran dewan komisaris, rapat dewan komisaris, komposisi dewan
komisaris, ukuran dewan direksi, dan rapat dewan direksi dapat diketahui rata-
rata, nilai terendah, nilai tertinggi, dan standar deviasinya. Seperti terlihat pada
rata-rata ukuran dewan komisaris untuk perusahaan perbankan di Indonesia
periode 2003-2005 yaitu terdiri dari 6 komisaris. Hal ini serupa dengan ukuran
dewan direksi pada perusahaan perbankan yang memiliki rata-rata sebesar 6
direksi.
Dari hasil deskriptif statistik dapat diketahui pula bahwa rata-rata
perusahaan perbankan Indonesia memiliki komposisi dewan komisaris yang
merupakan persentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
seluruhnya dalam satu perusahaan adalah sebesar 37,30 persen, hal ini berarti
sesuai dengan peraturan yang diterbitkan oleh BAPEPAM dan keputusan
direksi PT. BEJ nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 bahwa setidaknya dalam satu
perusahaan memiliki komposisi dewan komisaris independen yang mewakili
pemegang saham non pengendali sebesar 30 persen dari total keseluruhan
dewan komisaris.
Selain itu, berdasarkan hasil deskripsi statistik dapat dilihat bahwa
rata-rata jumlah rapat dewan komisaris selama satu tahun pada perusahaan
perbankan periode 2003-2005 lebih rendah dibandingkan jumlah rapat dewan
direksi selama satu tahun pada perusahaan perbankan periode 2003-2005.
Tabel 4.3 Deskripsi Frekuensi
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid non financial distress
42 77.8 77.8 77.8
financial distress 12 22.2 22.2 100.0
Total 54 100.0 100.0
Sumber: Hasil pengolahan data
Variabel dummy kondisi bank bukan merupakan data kuantitatif
namun kategorial dengan skala nominal sehingga tidak perlu dilakukan
deskriptif statistik. Dalam deskripsi frekuensi, dapat diketahui bahwa bank
non-financial distress sebanyak 42 observasi atau sebesar 77,8 persen
sedangkan bank financial distress sebanyak 12 observasi atau sebesar 22,2
persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
C. Pengujian Data
Sebelum uji beda independent sample t-test dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data pada masing-masing variabel menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi 5% (lima persen). Jika nilai
asym.sig lebih besar dari 0.05 maka data terdistribusi normal, sedangkan
apabila nilai asym.sig lebih kecil dari 0.05 maka data dikatakan tidak
terdistribusi normal.
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) signifikan pada 5%
Tabel 4.4 menjelaskan mengenai normalitas untuk variabel CAMEL
dengan tingkat signifikan sebesar lebih 0,05. Berdasarkan tabel tersebut, nilai
K-S untuk variabel CAR sebesar 1,088 dengan probabilitas signifikan
(asymp.sig) sebesar 0,187. Hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel
CAR terdistribusi secara normal. Begitu pula dengan variabel NPL memiliki
nilai K-S sebesar 1,148 dengan probabilitas signifikan (asymp. sig) sebesar
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Variabel Rasio CAMEL
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPL NPM ROE LDR
N 54 54 54 54 54
Normal Parametersa
Mean 17.8252 4.5394 1.0987 13.6824 1.6932E2
Std. Deviation
7.28216 3.11720 5.65373 3.34423E1 8.19482E2
Most Extreme Differences
Absolute .148 .156 .518 .272 .517
Positive .148 .156 .518 .164 .517
Negatif -.106 -.098 -.389 -.272 -.420
Kolmogorov-Smirnov Z 1.088 1.148 3.805 1.997 3.799
Asymp. Sig. (2-tailed) .187* .143* .000 .001 .000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
0,143 yang berarti hipotesis nol diterima atau variabel NPL terdistribusi secara
normal.
Namun, berbeda dengan variabel NPM, ROE, dan LDR yang memiliki
nilai probabilitas signifikan (asymp. sig) kurang dari 0.05. Hal ini menunjukan
bahwa hipotesis nol ditolak yang berarti ketiga variabel tersebut tidak
terdistribusi secara normal.
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) signifikan pada 5%
Tabel di atas menjelaskan mengenai normalitas untuk variabel
corporate governance dengan tingkat signifikan 0,05. Berdasarkan tabel
tersebut, dapat dilihat bahwa variabel ukuran dewan komisaris (DKSIZE)
memiliki probabilitas signifikan (asymp. sig) sebesar 0,096; komposisi dewan
komisaris (KDK) memiliki probabilitas signifikan (asymp. sig) sebesar 0,179;
dan ukuran dewan direksi memiliki probabilitas signifikan (asymp. sig)
sebesar 0,124. Ketiga variabel tersebut memiliki nilai probabilitas signifikan
Tabel 4.5 Pengujian Normalitas Variabel Corporate Governance
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DKSIZE RDK KDK DRSIZE RDR
N 54 54 54 54 54
Normal Parametersa
Mean 5.5926 12.3889 .3730 5.7593 24.9259
Std. Deviation
2.68833 1.27626E1 .19361 2.17997 1.55465E1
Most Extreme Differences
Absolute .168 .290 .149 .161 .334
Positive .168 .290 .108 .161 .334
Negatif -.120 -.231 -.149 -.086 -.184
Kolmogorov-Smirnov Z 1.232 2.131 1.098 1.180 2.456
Asymp. Sig. (2-tailed) .096* .000 .179* .124* .000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
(asymp. sig) lebih dari 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima atau dapat
disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut terdistribusi secara normal.
Hal ini berbeda dengan variabel rapat dewan komisaris (RDK) dan
rapat dewan direksi (RDR). Variabel rapat dewan komisaris (RDK) memiliki
nilai K-S 2,131 dengan probabilitas signifikan (asymp. sig) kurang dari 0,05.
Menutut hasil tersebut, maka hipotesis nol ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa variabel rapat dewan komisaris (RDK) tidak terdistribusi secara
normal. Begitu pula dengan nilai K-S variabel rapat dewan direksi (RDR)
2,456 dengan probabilitas signifikan (asymp. sig) kurang dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Berdasarkan uji normalitas dilakukan maka terdapat dua alat pengujian
statistik selanjutnya yaitu sebagai berikut :
1) Apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan uji beda parametrik
dengan menggunakan Independent sample t-test.
2) Apabila data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji beda
nonparametrik dengan menggunakan Mann-Whitney U (Siswandari,
2006:26)
D. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Uji Beda T-test
Pengujian hipotesis I dan III dilakukan dengan menggunakan uji
beda t-test. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan variabel
rasio CAMEL dan corporate governance pada perusahaan perbankan non-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
financial distress dan perusahaan perbankan financial distress. Seperti
telah dijelaskan pada metode analisis data bahwa uji beda t-test didahului
terlebih dahulu dengan uji normalitas.
Berdasarkan uji normalitas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
variabel CAR, NPL, ukuran dewan komisaris (DKSIZE), komposisi
dewan komisaris (KDK), dan ukuran dewan direksi (DRSIZE)
terdistribusi secara normal sehingga uji beda t-test menggunakan
independent samples t-test.
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.6, dapat di lihat bahwa rasio CAR memiliki F
hitung levene test sebesar 3,371 dengan probabilitas 0.72 karena probilitas
> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak atau
Tabel 4.6 Uji Beda Parametrik Independent Samples Test
Variabel Rasio CAMEL
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of
Means Hipotesis nol
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
CAR Equal variances assumed
3.371 .072 1.212 52 .231 Diterima
Equal variances not assumed
1.527 27.389 .138
NPL Equal variances assumed
.460 .500 -.115 52 .909 Diterima
Equal variances not assumed
-.098 14.766 .923
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
memiliki variance yang sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test
harus menggunakan asumsi equal variance assumed adalah 1,212 dengan
probabilitas signifikansi 0,231. Berdasarkan nilai probabilitas signifikansi
tersebut, hipotesis nol dapat diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio
CAR tidak ada perbedaan signifikan antara bank non-financial distress
dan bank financial distress.
Demikian pula pada rasio NPL memiliki F hitung levene test
sebesar 0,46 dengan probabilitas 0.5 karena probilitas > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak atau memiliki variance yang
sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi
equal variance assumed adalah -0,115 dengan probabilitas signifikansi
0,909. Berdasarkan nilai probalitas signifikansi tersebut, hipotesis nol
dapat diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio NPL tidak ada
perbedaan signifikan antara bank non-financial distress dan bank
financial distress.
Tabel 4.7 Uji Beda Non Parametrik Man-Whitney U
Variabel Rasio CAMEL
NPM ROE LDR
Mann-Whitney U 162.500 158.000 197.000
Wilcoxon W 240.500 236.000 275.000
Z -1.865 -1.956 -1.144
Asymp. Sig. (2-tailed) .062 .050* .252
Hipotesis nol Diterima Ditolak Diterima
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) signifikan 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
Variabel rasio CAMEL yang tidak terdistribusi secara normal,
maka uji beda t-test dilakukan menggunakan uji beda Man-Whitney U.
Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa rasio ROE nilai probabilitas
signifikansinya sebesar 0,05 yang berarti hipotesis nol ditolak atau
hipotesis alternatif diterima artinya rasio ROE memiliki perbedaan yang
signifikan antara bank non-financial ditress dan bank financial distress
pada tingkat signifikan 5% (lima persen).
Namun, rasio NPM memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,062. dan LDR nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,252. Kedua rasio
tersebut mempunyai lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan dengan data yang tidak terdistribusi secara normal hipotesis
nol diterima atau hipotesis alternatif ditolak artinya rasio NPM dan LDR
tidak memiliki perbedaan signifikan antara bank non-financial distress
dan bank financial distress.
Penelitian kali ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wilopo (2001) yaitu rasio ROE yang digunakan pada penelitian terdahulu
dan sekarang adalah mempunyai perbedaan yang signifikan antara bank
yang bermasalah dengan bank yang tidak bermasalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
Tabel 4.8 Uji Beda Parametrik Independent Samples Test
Variabel Corporate Governance
Sumber: Hasil pengolahan data
Pada tabel 4.8, hasil penelitian menunjukan variabel ukuran dewan
komisaris (DKSIZE), komposisi dewan komisaris (KDK), dan ukuran
dewan direksi (DRSIZE) masing-masing memiliki probabilitas
signifikansi sebesar 0.392; 0,658; dan 0,174. Dengan cut-off value tingkat
signifikansi sebesar 5% (lima persen), kita dapat menyimpulkan bahwa
hipotesis nol diterima atau hipotesis alternatif ditolak karena ketiga
variabel yang terdistribusi secara normal tersebut memiliki lebih
dari 5% (lima persen) yang artinya ketiga variabel tersebut tidak
berpengaruh signifikan sehingga tidak dapat membedakan antara bank
non-financial distress dan bank financial distress.
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means Hipotesis nol
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
DKSIZE Equal variances assumed
1.106 .298 .864 52 .392 Diterima
Equal variances not assumed
.943 20.425 .357
KDK Equal variances assumed
11.986 .001 .446 52 .658 Diterima
Equal variances not assumed
.319 12.793 .755
DRSIZE Equal variances assumed
.097 .757 1.380 52 .174 Diterima
Equal variances not assumed
1.414 18.437 .174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
Tabel 4.9 Uji Beda Non Parametrik Man-Whitney U
Variabel Corporate Governance
RDK RDR
Mann-Whitney U 148.500 215.000
Wilcoxon W 226.500 293.000
Z -2.240 -.830
Asymp. Sig. (2-tailed) .025* .407
Hipotesis nol Ditolak Diterima
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) signifikan 5%
Untuk variabel corporate governance yang tidak terdistribusi
secara normal, maka uji beda dilakukan menggunakan uji beda non-
parametrik Mann-Whitney U. Dalam tabel 4.9, nilai probabilitas
signifikansi variabel rapat dewan komisaris (RDK) sebesar 0,025
sedangkan variabel rapar dewan direksi (RDR) memiliki nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,407. Hal ini menunjukan bahwa variabel
RDR > 5%, maka hipotesis nol diterima atau hipotesis alternatif ditolak
artinya tidak terdapat perbedaan signifikan variabel rapat dewan direksi
(RDR) pada bank non-financial distress dan bank financial distress.
Sebaliknya, untuk variabel RDK < 5%, maka hipotesis nol ditolak atau
hipotesis alternatif diterima artinya terdapat perbedaan signifikan variabel
rapat dewan komisaris (RDK) pada bank non-financial distress dan bank
financial distress.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
2. Analisis Regresi Logit
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
1) Model 1 (Variabel Keuangan Rasio CAMEL)
Tabel 4.10 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 14.979 8 .060
Sumber: Hasil pengolahan data
Penelitian ini menggunakan uji Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test untuk menguji data empiris cocok atau sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data
sehingga model dapat dikatakan fit) dalam menilai kelayakan
model regresi. Kesimpulan diambil jika nilai probabiitas Hosmer
and Lemeshow test lebih besar dari tingkat signifikan 0,05 maka
model regresi tersebut layak digunakan. Pada tabel 4.10, dapat di
lihat bahwa nilai Hosmer and Lemeshow test sebesar 14,979
dengan tingkat probabilitas signifikan sebesar 0,060, yang berarti
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi 1 ini layak digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
2) Model 2 (Variabel Non-keuangan Corporate Governance)
Tabel 4.11 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10.091 8 .259
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.11, nilai Hosmer and Lemeshow test
sebesar 10,091 dengan tingkat signifikan sebesar 0,259. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat signifikan lebih besar dari cutoffnya
yaitu 0,05 artinya model regresi 2 dikatakan fit karena tidak ada
perbedaan antara data empiris dengan model logit sehingga layak
digunakan.
3) Model 3 (Variabel Keuangan Rasio CAMEL dan Variabel
Non-Keuangan Corporate Governance)
Tabel 4.12 Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.455 8 .993
Sumber: Hasil pengolahan data
Untuk model 3, dalam mengetahui kelayakan model regresi
dapat dilihat pada tabel 4.12 dimana menunjukan nilai Hosmer and
Lemeshow test sebesar 1,455 dengan tingkat signifikan sebesar
0,993 yang berarti lebih besar dari tingkat signifikan 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa model regresi 3 tidak
memiliki perbedaan antara data empiris dengan model logit
sehingga model dapat dikatakan fit dan layak digunakan.
b. Menilai Keseluruhan Model
1) Model 1 (Variabel Keuangan Rasio CAMEL)
Tabel 4.13 Menilai Keseluruhan Model
-2 Log likelihood (Block 0)
-2 Log likelihood (Block 1)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
57.208 38.358 .295 .451
Sumber: Hasil pengolahan data
Statistik yang digunakan untuk menilai keseluruhan model
berdasarkan pada fungsi likelihood. Untuk menguji apakah model
yang dihipotesiskan fit dengan data atau tidak, L ditransformasikan
menjadi –2LogL. Statistik –2LogL pada awal (block number = 0)
dengan angka –2LogL pada block number = 1 dapat juga
digunakan untuk menetukan jika variabel bebas ditambahkan pada
model apakah secara signifikan memperbaiki model fit, apabila
terjadi penurunan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
tersebut menunjukan model regresi yang baik.
Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa –2LogL block
number = 0 adalah 57.208 kemudian terjadi penurunan nilai –
2LogL block number = 1 menjadi 38.358, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa model tersebut menunjukan model regresi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
baik. Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.295 dan
Nagelkerke R Square sebesar 0.451 dapat menggambarkan bahwa
variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabelitas variabel
bebas sebesar 45,1 persen, sedangkan 54,9 persen sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
2) Model 2 (Variabel Non-keuangan Corporate Governance)
Tabel 4.14 Menilai Keseluruhan Model
-2 Log likelihood (Block 0)
-2 Log likelihood (Block 1)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
57.208 46.823 .175 .268
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa –2LogL
block number = 0 adalah 57.208 kemudian terjadi penurunan nilai
–2LogL block number = 1 menjadi 46.823, maka dapat
dikesimpulankan bahwa model tersebut menunjukan model regresi
yang baik. Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar
0.175 dan Nagelkerke R Square sebesar 0.268 dapat
menggambarkan bahwa variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh
variabelitas variabel bebas sebesar 26,8 persen, sedangkan 73,2
persen sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
3) Model 3 (Variabel Keuangan Rasio CAMEL dan Variabel
Non-Keuangan Corporate Governance)
Tabel 4.15 Menilai Keseluruhan Model
-2 Log likelihood (Block 0)
-2 Log likelihood (Block 1)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
57.208 22.916 .470 .720
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa –2LogL
block number = 0 adalah 57.208 kemudian terjadi penurunan nilai
–2LogL block number = 1 menjadi 22.916, maka dapat
dikesimpulankan bahwa model tersebut menunjukan model regresi
yang baik. Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar
0.470 dan Nagelkerke R Square sebesar 0.720 dapat
menggambarkan bahwa variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh
variabelitas variabel bebas sebesar 72 persen, sedangkan 28 persen
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
c. Menguji Koefisien Regresi
Tabel 4.16 Menilai Koefisien Regresi Model 1
B Sig. Hipotesis nol
Step 1a CAR -.045 .566 Diterima
NPL -.099 .585 Diterima
NPM .438 .505 Diterima
ROE -.067 .043* Ditolak
LDR -.006 .785 Diterima
Constant .685 .761
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) Signifikan 5%
Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui bahwa rasio CAR
mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini maka
semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi financial
distress tetapi pengaruh rasio CAR terhadap kondisi financial distress
tidak signifikan karena tingkat signifikannya di atas 0,05 yaitu sebesar
0,566. Begitu pula dengan rasio NPL mempunyai pengaruh negatif
dimana semakin rendah NPL maka semakin besar kemungkinan suatu
bank dalam kondisi financial distress. Namun rasio NPL tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi bank yang financial
distress. Untuk rasio NPM mempunyai pengaruh positif dengan
tingkat signifikan 0,505 yang artinya rasio ini tidak signifikan terhadap
kondisi financial distress. Hal serupa juga terjadi pada rasio LDR yang
tidak signifikan terhadap kondisi financial distress. Dalam penelitian
Almilia (2005) juga menemukan rasio LDR yang tidak signifikan
terhadap kondisi bermasalah pada bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
Pada rasio ROE mempunyai nilai negatif artinya semakin
rendah rasio ini maka semakin besar kemungkinan suatu bank dalam
kondisi financial distress. Pengaruh rasio ROE terhadap kondisi
financial distress signifikan karena tingkat signifikannya di bawah
0,05 yaitu sebesar 0,043.
Tabel 4.17 Menilai Koefisien Regresi Model 2
B Sig. Hipotesis nol
Step 1a DKSIZE -.074 .718 Diterima
RDK -.248 .068* Ditolak
KDK .687 .731 Diterima
DRSIZE -.002 .996 Diterima
RDR .038 .244 Diterima
Constant -.067 .950
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) Signifikan 10%
Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa ukuran dewan
komisaris (DKSIZE) mempunyai pengaruh negatif artinya semakin
sedikit anggota dewan komisaris maka semakin besar kemungkinan
suatu bank dalam kondisi financial distress tetapi pengaruh ukuran
dewan komisaris terhadap kondisi financial distress tidak signifikan
karena tingkat signifikannya di atas 0,05 yaitu sebesar 0,718. Hasil
pengujian ini konsisten dengan penelitian yang diakukan oleh
Wardhani (2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang sedang
mengalami tekanan keuangan akan cenderung memiliki jumlah
komisaris yang lebih kecil yang berarti fungsi monitoring yang
dijalankan dalam perusahaan tersebut relatif lebih lemah dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak mengalami tekanan keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
Begitu pula dengan ukuran dewan direksi yang mempunyai
pengaruh negatif dimana semakin sedikit anggota dewan direksi maka
semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi financial
distress dan pengaruh ukuran dewan direksi tidak signifikan karena
tingkat signifikannya di atas 0,05 yaitu sebesar 0,996. Hal ini mungkin
disebabkan karena banyaknya jumlah dewan direksi menyebabkan
semakin banyak pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan
sehingga keputusan yang di peroleh akan lebih baik dalam mengatasi
financial distress. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Primanda (2009) yang menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris dan ukuran dewan direksi tidak ada pengaruh yang
signifikan dengan prediksi kondisi financial distress.
Untuk komposisi dewan komisaris mempunyai pengaruh
positif dengan tingkat signifikan 0,731. Hasil ini menunjukan bahwa
komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap
kondisi financial distress. Kemungkinan adanya komisaris independen
dalam perusahaan yang diobservasi hanyalah bersifat formalitas untuk
memenuhi regulasi saja sehingga tidak berpengaruh signifikan
terhadap kondisi financial distress.
Hal serupa juga terjadi pada variabel rapat dewan direksi
(RDR) memiliki nilai positif dan tidak signifikan terhadap kondisi
financial distress. Pada variabel rapat dewan komisaris (RDK)
mempunyai nilai negatif artinya semakin sedikit rapat dewan komisaris
yang diselenggarakan maka semakin besar kemungkinan suatu bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
dalam kondisi financial distress. Variabel rapat dewan komisaris
(RDK) memiliki nilai signifikan sebesar 0,68. Oleh karena itu,
pengaruh variabel rapat dewan komisaris (RDK) terhadap kondisi
financial distress signifikan pada cutoff value signifikan sebesar 10
persen karena tingkat signifikannya di bawah 0,10.
Tabel 4.18 Menilai Koefisien Regresi Model 3
B Sig. Hipotesis nol
Step 1a CAR -.144 .515 Diterima
NPL -.076 .822 Diterima
NPM 1.338 .210 Diterima
ROE -.083 .076* Ditolak
LDR -.126 .099* Ditolak
DKSIZE 1.089 .151 Diterima
RDK -.257 .278 Diterima
KDK -5.285 .245 Diterima
DRSIZE -2.238 .095* Ditolak
RDR -.103 .236 Diterima
Constant 19.398 .093
Sumber: Hasil pengolahan data Keterangan: (*) Signifikan 10%
Pada model persamaan 3, peneliti memasukkan variabel
keuangan rasio CAMEL dan variabel non-keuangan corporate
governance. Berdasarkan tabel 4.18 di atas, dapat diketahui bahwa
rasio CAR, NPL, NPM, ukuran dewan komisaris (DKSIZE), rapat
dewan komisaris (RDK), komposisi dewan komisaris (KDK), dan
rapat dewan direksi (RDR) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kondisi financial distress karena tingkat signifikannya di atas
0,05 dan 0,10. Hal ini berbeda pada rasio ROE, LDR, dan variabel
ukuran dewan direksi (DRSIZE) yang mempunyai pengaruh signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
terhadap kondisi financial distress dengan tingkat signifikan di bawah
0,10. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan variabel-variabel
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi financial
distress antara model 1 dan model 2.
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan uji beda t-
test menunjukan adanya variabel CAMEL yaitu ROE signifikan pada
tingkat 5 persen dalam membedakan bank financial distress dan bank non-
financial distress. Hal ini disebabkan karena ketika bank dalam kondisi
financial distress terjadi penurunan laba sehingga tingkat pengembalian
ekuitasnya pun mengalami penurunan. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Wilopo (2001). Untuk rasio CAR, NPL, NPM, dan LDR tidak
mempunyai perbedaan signifikan antara bank dalam kondisi financial
distress dengan bank dalam kondisi non-financial distress.
Selain itu, variabel corporate governance yaitu rapat Dewan
Komisaris signifikan pada tingkat 5 persen dalam membedakan bank yang
mengalami financial distress dan bank yang tidak mengalami financial
distress. Pada bank dalam kondisi financial distress cenderung
mengadakan rapat dewan komisaris lebih sedikit sehingga fungsi
monitoring yang dijalankan dalam bank tersebut relatif lebih lemah
dibandingkan dengan bank yang tidak mengalami financial distress.
Variabel ukuran dewan komisaris (DKSIZE), komposisi dewan komisaris
(KDK), ukuran dewan direksi (DRSIZE), dan rapat dewan direksi (RDR)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
tidak mempunyai perbedaan signifikan antara bank dalam kondisi
financial distress dengan bank dalam kondisi non-financial distress.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan regresi logit
diperoleh bahwa hanya rasio ROE yang signifikan terhadap model 1 dalam
prediksi kondisi financial distress bank.
Tabel 4.19 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 1)
Observed
Predicted
FD
Percentage Correct
non financial distress
financial distress
Step 1
FD non financial distress
41 1 97.6
financial distress 7 5 41.7
Overall Percentage 85.2
Sumber: Hasil pengolahan data Signifikan: 5%
Pada tabel 4.19, dapat dijelaskan mengenai keakuratan persamaan
model 1 dalam memprediksi kondisi bank. Pada model yang sempurna,
maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan
peramalan 100%. Hasilnya menunjukan pada kolom prediksi bank yang
financial distress ada 12 bank sedangkan pada baris hasil observasi
sesungguhnya yang mengalami financial distress hanya 5 dan 7 sisanya
tidak mengalami financial distress sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketepatan model ini untuk bank yang mengalami financial distress sebesar
41,7 persen. Dalam tes keakuratan pada tabel 4.19, dapat di lihat pula
bahwa penelitian ini memprediksikan 48 bank dalam kondisi non-financial
distress (sehat), namun hasil observasi sesungguhnya menunjukan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
bank dalam kondisi non-financial distress (sehat) sebanyak 41 bank dan
sisanya yaitu sebuah bank dalam kondisi financial distress sehingga
menghasilkan ketepatan untuk bank yang non-financial distress sebesar
97,6 persen. Presentase ketepatan prediksi secara keseluruhan dari
persamaan model 1 berdasarkan rasio CAMEL sebesar
.
Penelitian kali ini konsisten dengan penelitian Wilopo (2001)
karena pada penelitiannya menjelaskan bahwa ketepatan prediksi
kebangkrutannya dari sampel estimasi dan validasi menghasilkan 0 persen
artinya dari bank dengan kategori bangkrut tidak satupun yang
diprediksikan bangkrut sehingga dapat disimpulkan rasio CAMEL kurang
dapat digunakan untuk memprediksikan kebangkrutan. Dalam penelitian
ini prediksi bank dalam kondisi financial distress kurang dari 50 persen
yaitu sebesar 41,7 persen .
Tabel 4.20 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 2)
Observed
Predicted
FD
Percentage Correct
non financial distress
financial distress
Step 1
FD non financial distress
41 1 97.6
financial distress 12 0 .0
Overall Percentage 75.9
Sumber: Hasil pengolahan data Signifikan: 5%
Pada model 2 di mana hanya memasukkan variabel corporate
governance (ukuran dewan komisaris, rapat dewan komisaris, komposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
dewan komisaris, ukuran dewan direksi dan rapat dewan direksi),
diperoleh bahwa variabel rapat dewan komisaris (RDK) berpengaruh
signifikan pada tingkat signifikan 10 persen terhadap model prediksi
kondisi financial distress bank.
Berdasarkan tabel 4.20, dapat diketahui keakuratan model 2 dalam
memprediksi kondisi financial distress yang terjadi pada perusahaan
perbankan. Hasilnya menunjukan pada kolom prediksi bank yang financial
distress ada 12 bank sedangkan pada baris hasil observasi sesungguhnya
yang mengalami financial distress tidak ada sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketepatan model ini untuk bank yang mengalami financial distress
sebesar 0 persen. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak mendukung
hipotesis yang diajukan bahwa variabel corporate governance dapat
digunakan untuk memprediksikan kondisi financial distress bank di
Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena masih lemahnya penerapan
corporate governance di Indonesia. Selain itu, dalam tes keakuratan pada
tabel 4.20 dapat di lihat pula bahwa penelitian ini memprediksikan 48
bank dalam kondisi non-financial distress (sehat), namun hasil obeservasi
sesungguhnya menunjukan bahwa bank dalam kondisi non-financial
distress (sehat) sebanyak 41 bank dan sisanya yaitu sebuah bank dalam
kondisi financial distress sehingga menghasilkan ketepatan untuk bank
yang non-financial distress sebesar 97,6 persen. Presentase ketepatan
prediksi secara keseluruhan dari persamaan model 2 berdasarkan variabel
corporate governance sebesar .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
Tabel 4.21 Prediksi Bank Financial Distress 2003-2005 (Model 3)
Observed
Predicted
FD
Percentage Correct
non financial distress
financial distress
Step 1
FD non financial distress
40 2 95.2
financial distress 2 10 83.3
Overall Percentage 92.6
Sumber: Hasil pengolahan data Signifikan: 5%
Pada penelitian ini, model 3 memasukkan variabel keuangan rasio
CAMEL dan variabel non-keuangan corporate governance dalam
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di
Indonesia. Berdasarkan analisis koefisien regresi, dapat diketahui bahwa
rasio ROE, LDR, dan ukuran dewan direksi berpengaruh pada tingkat
signifikan sebesar 10 persen terhadap model prediksi kondisi financial
distress pada perusahaan perbankan. Dalam tabel 4.21 menjelaskan
mengenai ketepatan variabel rasio CAMEL dan corporate governance
dalam memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan perbankan.
Hasilnya menunjukan pada kolom prediksi bank yang financial distress
ada 12 bank sedangkan pada baris hasil observasi sesungguhnya yang
mengalami financial distress 10 bank dan 2 bank sisanya tidak dalam
kondisi financial distress sehingga dapat disimpulkan bahwa ketepatan
model ini untuk bank yang mengalami financial distress sebesar 83,3
persen. Selain itu, dalam tes keakuratan pada tabel 4.20 dapat di lihat pula
bahwa penelitian ini memprediksikan 48 bank dalam kondisi non-financial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
distress (sehat), namun hasil obeservasi sesungguhnya bahwa bank dalam
kondisi non-financial distress (sehat) sebanyak 40 bank dan 2 bank
sisanya dalam kondisi financial distress sehingga menghasilkan ketepatan
untuk bank yang non-financial distress sebesar 95,2 persen. Presentase
ketepatan prediksi secara keseluruhan dari persamaan model 3 berdasarkan
variabel rasio CAMEL dan corporate governance sebesar
.
Berdasarkan presentase ketepatan dalam memprediksi kondisi
financial distress pada model 1, model, 2, dan model 3, dapat disimpulkan
bahwa model 3 dengan memasukkan variabel keuangan rasio CAMEL dan
variabel non-keuangan corporate governance menghasilkan presentase
ketepatan dalam memprediksi bank financial distress paling tinggi yaitu
sebesar 83,3 persen. Bahkan, jika di lihat dari presentase ketepatan
prediksi secara keseluruhan dari model berdasarkan rasio CAMEL dan
corporate governance memiliki nilai presentase yang tinggi dibandingkan
model 1 dan model 2 yaitu sebesar 92,6 persen. Hasil tersebut mendukung
penelitian terdahulu yang dilakukan Lu, Lee, dan Chang (2008) yang
menyatakan bahwa memprediksi kondisi financial distress hanya
menggunakan model rasio keuangan CAMEL lebih sulit dibandingkan
memprediksi kondisi financial distress menggunakan model rasio keungan
CAMEL dan variabel non-keuangan corporate governance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan bank dalam
kondisi financial distress dan bank non-financial distress melalui analisis
rasio keuangan CAMEL dan mekanisme corporate governance dan
mengetahui kemampuan rasio keuangan CAMEL dan variabel corporate
governance dalam memprediksi financial distress pada indusri perbankan di
Indonesia. Analisis uji t-test digunakan untuk menguji perbedaan rasio
keuangan CAMEL dan variabel corporate governance pada bank financial
distress dan bank non-financial distress. Hasilnya menunjukan bahwa rasio
ROE mempunyai perbedaan signifikan antara bank financial distress dengan
bank non-financial distress. Sedangkan untuk variabel corporate governance
disimpulkan bahwa variabel rapat dewan komisaris (RDK) mempunyai
perbedaan signifikan antara bank dalam kondisi financial distress dengan
bank dalam kondisi non-financial distress.
Berdasarkan tes ketepatan model 1 menghasilkan ketepatan model ini
untuk bank yang mengalami financial distress sebesar 41,7 persen dan
menghasilkan ketepatan untuk bank yang non-financial distress sebesar 97,6
persen. Presentase ketepatan prediksi secara keseluruhan dari persamaan
model 1 berdasarkan rasio CAMEL sebesar persen. Dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
prediksi bank financial distress kurang dari 50 persen yaitu sebesar 41,7
persen. Kesimpulannya rasio CAMEL kurang dapat digunakan untuk
memprediksikan financial distress.
Pada model persamaan 2 menghasilkan ketepatan model ini untuk
bank yang mengalami financial distress sebesar 0 persen dan ketepatan untuk
bank yang non-financial distress sebesar 97,6 persen. Presentase ketepatan
prediksi secara keseluruhan dari persamaan model 2 berdasarkan variabel
corporate governance sebesar persen. Kesimpulannya variabel corporate
governance kurang dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress.
Berdasarkan presentase ketepatan dalam memprediksi kondisi
financial distress pada model 1, model, 2, dan model 3, dapat disimpulkan
bahwa model 3 dengan memasukkan variabel keuangan rasio CAMEL dan
variabel non-keuangan corporate governance secara bersamaan menghasilkan
presentase ketepatan paling tinggi dalam memprediksi kondisi financial
distress pada suatu perusahaan perbankan.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan hasil dengan
penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan hasil dalam peneliti disebabkan
adanya perbedaan periode pengamatan, sampel yang digunakan, dan kriteria
yang digunakan dalam menentukan kondisi financial distress.
B. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
1. Faktor-faktor di luar rasio keuangan CAMEL dan variabel corporate
governance seperti variabel makroekonomi (tingkat suku bunga bank,
tingkat pengangguran, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, dan lain-lain) di
mana ikut mempengaruhi kondisi ekonomi belum digunakan dalam
penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan pengukurannya
dan keterbatasan waktu penelitian. Dengan adanya faktor internal maupun
faktor eksternal maka akan diperoleh tingkat prediksi financial distress
suatu perusahaan perbankan yang lebih baik dan akurat.
2. Periode yang digunakan dalam penelitian masih relatif terbatas yaitu tiga
tahun (2003-2005) sehingga kemungkinan hasil penelitian tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya.
3. Jumlah sampel dalam penelitian ini masih di bawah ideal yaitu 100-200
sampel.
4. Sampel perusahaan perbankan yang digunakan masih tebatas pada
perusahaan perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sehingga model prediksi kondisi financial distress pada perusahaan
perbankan belum dapat digunakan oleh perusahaan perbankan yang tidak
terdaftar di Busa Efek Indonesia.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya keterbatasan variabel keuangan rasio CAMEL yang digunakan
yaitu hanya diproksikan dalam lima rasio yang memiliki tingkat pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxviii
signifikan yang masih rendah. Untuk memperoleh pengaruh signifikan
rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kondisi financial distress
maka perlu diadakan penambahan variabel keuangan CAMEL. Hal ini
akan meningkatkan keakuratan dalam memprediksikan kondisi financial
distress pada perusahaan perbankan.
2. Adanya keterbatasan variabel non-keuangan corporate governance yang
digunakan yaitu hanya diproksikan dalam lima variabel yang memiliki
tingkat pengaruh signifikan yang masih rendah. Untuk memperoleh
pengaruh signifikan variabel corporate governance dalam memprediksi
kondisi financial distress maka perlu diadakan penambahan variabel
corporate governance. Hal ini akan meningkatkan keakuratan dalam
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan perbankan.
3. Untuk memperoleh penelitian yang lebih baik, maka untuk penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan
perbankan baik faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal
perusahaan.
4. Menambah periode pengamatan yang lebih panjang sehingga diperoleh
penambahan sampel penelitian.
5. Melakukan penambahan sampel yaitu dengan menambah objek penelitian
yaitu perusahaan perbankan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sehingga diperoleh model prediksi kondisi financial distress yang dapat
digunakan oleh seluruh perbankan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxix
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kritijadi. 2003. “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksikan Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 7 (2).
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio CAMEL
terhadap Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 7 (2), 131-147.
Altman, I. Edward. 2000. Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting
the Z-score and Zeta Models. Available at http://proquest.com. Aryati, Titik dan Hekinus Manao. 2000. “Rasio Keuangan sebagai Prediktor Bank
Bermasalah di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi III Jakarta. Bandyopadhyay, Arindam. 2006. “Predicting Probability of Default of Indian
Corporate Bonds: Logistic and Z-score Model Approaches”. The Journal of Risk Finance. 7 (3), 255-272.
Bank Indonesia. Keputusan direksi PT. BEJ Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004
tentang Pencacatan Saham Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Bank Indonesia.
. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/ 10/ PBI/ 2004 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.
. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/ 4/ PBI/ 2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.
. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.
. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP tanggal 30
Mei 2007 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.
. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Djarwanto, Ps. 2001. Statistik Sosial Ekonomi Bagian Pertama. Yogyakarta:
BPFE UGM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal.
Medan: USU Press. Fick, Eliezer M. dan Steve L. Slezak. 2008. “Can Corporate Governance Save
Distressed Firms from Bankruptcy? An Empirical Analysis”. Rev. Quant. Financial, 30, 225-251.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2003. The Roles of the Board of
Commissioners and the Audit Committee in Corporate Governance. Available at http://www.fcgi.org.id.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gruszczynski, Marek. 2006. “Corporate Governance and Financial Performance
of Copanies in Poland”. International Advances in Economics Research, 12 (2).
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi Ketiga Jilid 2.
Erlangga: Jakarta. Haryati, Sri. 2001. “Analisis Kebangkrutan Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 16 (4), 336-345. Hu, Yu-Chiang dan Jake Ansell. 2006. Developing Financial Distress Predicting
Models. University of Edinburgh. Available at http://www.ssrn.com/ Jean, Michel Sahut dan Mehdi Melli. 2009. Determinants of Banking distress and
Merger as Strategic Policy to Resolve Distress. University of Poitiers. Available at http://ssrn.com/abstract=1343814.
Jones, Stewart dan David A Hensher. 2004. “Predicting Firm Financial Distress:
A Mixed Logit Model”. The Accounting Review. 79 (4) Oktober, 1011-1038.
Kanaya, Akihiro dan David Woo. 2000. “The Japanese Banking Crisis of the
1990s: Sourses and Lessons”. International Moneter Fund Paper. Moneter and Exchange Affairs Departement.
Karbhari, Yusuf dan Z. M. Sori. 2006. Bankruptcy Prediction during the IMF
Crisis: Evidence from Malaysia Listed Industrial Companies. Available at http://www.econ.upm.edu.my/-zms/
. Prediction of Corporate Financial Distress: Evidence from
Malaysia Listed Firms during the Asian Financial Crisis. Available at http://www.econ.upm.edu.my/-zms/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Lu, Y.C, C.J. Lee dan S.L. Chang. 2008. Corporate Governance, Quality of
Financial Information, and Macroeconomic Variables on the Prediction Power of Financial Distress of Listed Companies in Taiwan. Ming Chuan University. Available at http://ssrn.com/abstract=1137046
Lyn, Esmeralda, Milena Petrova, dan Andrew C. Spieler. 2005. Does Corporate
Governance Impact the Probability and Resolution of Financial Distress? Available at http://ssrn.com/
National Committee on Corporate Governance (NCCG). 2001. Indonesian Code
for Good Corporate Governance. Parker, Susan, Gary F. Peters, dan Howard F. Turetsky. 2002. Corporate
Governance and Corporate Failure: A Survival Analysis. Available at http://www.emeraldinsight.com/1472.0701.htm.
Platt, Harlan D. dan Marjorie B. Platt. 2006. Comparing Financial Distress and
Bankcruptcy. Available at http://ssrn.com/abstract=876470 Primanda, N. 2009. Manfaat Rasio Keuangan dan Corporate Governance untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi UNS.
Santen, Bernard P.A dan Aloy Soppe. Financial Distress, Board Structure and
NED Characteristics in the Netherlands. Available at http://ssrn.com/abstract=1334566.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach.
Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sinkey, Joseph F. 2002. Commercial Bank Financial Management in Financial
Services Industry, 6th edition. New Jersey: Prentice Hall. Shirata, Cindy Yoshiko. Financial Ratios as Predictors of Bankruptcy in Japan:
An Empirical Research. Available http://www.ssrn.com/ Siswandari. 2006. Statistika Terapan Berbasis Komputer. Surakarta: UNS Press. Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Sukarno, Hari. 2005. “Informasi Akuntansi Keuangan dan Kegagalan Bank
Umum di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
Suseno, Piter Abdullah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PPSK Bank Indonesia.
Thomson, James B dan Gary Whalen. 1988. “Using Financial Data To Identify
Changes In Bank Condition”. Economics Review. Federal Reserve Bank of Cleveland, Second Quarter, 24 (2), 17.
Thomson, James B. 1988. “Predicting Bank Failures in the 1980s”. Economics
Review. Federal Reserve Bank of Cleveland, First Quarter, 27 (1), 9. Ugurlu, Mine dan Hakan Aksoy. (2006). “Prediction of Corporate Financial
Distress in a Emerging Market: the Case of Turkey”. Cross Cultural Mnagement: An International Journal, 13 (4), 277-295.
Wardhani, Ratna. 2006. “Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan
yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distress Firms)”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus 2006.
Wilopo. 2001. “Prediksi Kebangkrutan Bank”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
4 (2), 184-198. Wirnkar A. D. 2008. CAMEL Based Derived W-Score Function For Banks
Performance Evaluation: An Urgent Necessity, Available http://ssrn.com/abstract=1355043.
Wirnkar, A. D. dan Tanko M. 2008. CAMELs and Banks’ Performance
Evaluation: The Way Forward, Available http://ssrn.com/abstract=1150968.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii