dermatitis seboroik

24
DERMATITIS SEBOROIK I. PENDAHULUAN Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis, dan sering kambuh. Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa dimana merupakan penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Dermatitis seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebabnya belum diketahui pasti, beberapa teori menerangkan tentang etiopatogenesis. 1,2 Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi pada Odha, gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait dengan timbulnya dermatitis seboroik. 1, 2 Dermatitis seboroik disebut juga eczema flannellaire , hal ini berasal dari ide bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh sumbatan dengan katun (flanel), wol, atau pakaian dalam sintetik. 3 1

Upload: maya-dwi-utami

Post on 25-Jul-2015

1.349 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Seboroik

DERMATITIS SEBOROIK

I. PENDAHULUAN

Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan

kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat

seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis, dan sering kambuh.

Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa dimana

merupakan penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan

skuama. Dermatitis seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga

termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebabnya belum

diketahui pasti, beberapa teori menerangkan tentang etiopatogenesis. 1,2

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan dan agak

kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor predisposisinya ialah kelainan

konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,

bagaimana caranya belum dipastikan. Prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi

pada Odha, gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait dengan

timbulnya dermatitis seboroik. 1, 2

Dermatitis seboroik disebut juga eczema flannellaire , hal ini berasal dari ide

bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh sumbatan dengan katun (flanel),

wol, atau pakaian dalam sintetik. 3

II. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi penyakit

ini diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi setidaknya 2 sampai

5 persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang bayi ataupun pada orang

dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama,

kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya

pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih

1

Page 2: Dermatitis Seboroik

sering terjadi pada pria daripada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi

sampai 85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari

seluruh dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan

penyakit Parkinson juga tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis

seboroik.1, 4, 5

III.ETIOPATOGENESIS

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah kelainan

konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,

bagaimana caranya belum dipastikan. 1

Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang tampak berminyak (seborrhea).

dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula

tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12

tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Kematangan kelenjar

sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik.Walaupun

peningkatan produksi sebum tidak selalu ditemukan pada pasien dengan dermatitis

seboroik. Seborrhea adalah faktor predisposisi untuk dermatitis seboroik, tetapi

dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit dari glandula sebasea. Pada masa

kecil, produksi sebum dan dermatitis seboroik memang berhubungan tetapi pada

masa dewasa tidak. 1, 4

A. Efek Mikroba

Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit

manusia) - Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale mungkin

memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini ditemukan dalam

kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik. Komposisi lipid pada kulit

pasien ditemukan berbeda dalam proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan

parafin. Kelainan pada lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif

dan / atau aktivitas lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam

2

Page 3: Dermatitis Seboroik

lemak inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau

metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui respons

yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans dan kaskade

komplemen. 5, 6

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini

dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan flora normal

kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi

inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis, maupun

karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status

seboroik sering berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi

piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme iniliah yang menyebabkan

dermatitis seboroik. 1, 7

D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada

psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat

memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin mempengaruhi

seseorang untuk terkena dermatitis seboroik.5Dermatitis seboroik sering terkait

dengan variasi kelainan neurologi, contohnya postensefalitis parkinson, trauma

supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma unilateral gangglion Gasser, poliomielitis,

siringomelia, qudriplegia. Stress emotional tampaknya memperburuk penyakit ini.

Hal ini menunjukkan bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti

kuat belum untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8. Variasi musim dan temperatur

kelembapan juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan yang

rendah akan memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim dingin dan awal

musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas. 4,8

B. Imunodefisiensi dan Dermatitis Seboroik

Bentuk dermatitis seboroik pada AIDS tentunya berbeda dengan bentuk

dermatitis yang klasik, dimana dermatitis seboroik pada AIDS distribusinya lebih luas

dimana lesinya tidak hanya dikepala, tetapi juga di wajah, aksila, dada, paha dan

genitalia, gejala yang lebih berat, dan penatalaksanaannya yang sering kali

sulit.Dermatitis seboroik pada pasien immunocompromised (HIV / AIDS),

menunjukkan bahwa mereka tidak mampu menjaga jumlah Malassezia. Meskipun

3

Page 4: Dermatitis Seboroik

antijamur mungkin 'jelas' membuat gejala membaik dengan kondisi penurunan

jumlah mikroba, rekolonisasi dan relaps terjadi setelah menghentikan pengobatan.

Ini bisa dijelaskan dengan masalah imunologi yang mendasari, menunjukkan bahwa

yang immunocompromised mungkin bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah

Malassezia furfur. 1, 5, 7-9

Faktor – faktor predisposisi munculnya dermatitis seboroik :

A. Kelelahan

B. Stress emosional

C. Infeksi

D. Defisiensi imun1

IV.GEJALA KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak

kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai rasa gatal

walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-

skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh

kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan tersebut

disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut

pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1, 9

Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)

Sumber :http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM02630

Tidak jelas apakah dermatitis seboroik menyebabkan rambut rontok

permanen, meskipun peradangan melibatkan folikel rambut. Rambut pada tempat

4

Page 5: Dermatitis Seboroik

tersebut mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang ditemui, mulai dibagian

vertex dan frontal. Rambut rontok dapat disebabkan banyak faktor individu dan.

Digabungkan, termasuk produksi minyak berlebih dari ketidakseimbangan hormon,

stres, cuaca panas atau dingin yang ekstrim, daerah yang lembab, imunodefisiensi,

penyakit Parkinson, kondisi neurologis tertentu dan kebersihan kulit kepala.

Pertumbuhan rambut akan kembali seperti semula setelah diberikan terapi yang

efektif.1, 9, 11

Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul.

Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan

berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga

posaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada

bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor

dan berbau tidak sedap. 1 Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat

terlihat di alis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak

skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah

disertai skuama-skuama halus.1, 2

Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis

Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217.

Beberapa pasien muncul dengan mempunyai dua penyakit sekaligus yaitu

dermatitis seboroik dan psoriasis. Mereka menunjukan lesi klasik dari psoriasis dan

sekaligus lesi dermatitis seboroik, ini telah disebut sebagai “seborrhiasis” atau

“sebopsoriasis”. 9 Penyakit ini kronis dan akan berlangsung sampai nantinya akan

mereda selama beberapa waktu kemudian kambuh. 5

5

Page 6: Dermatitis Seboroik

Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak

terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga

bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak

mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah

presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah

anogenital) .6

Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama kehidupan,

biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada usia 8-12 bulan.

Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan

debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di

skalp namun dapat meluas ke regio lain, antara lain : bagian tengah wajah(dahi, alis,

hidung, bagian belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital

dan lipatan badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang

berminyak dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or “milk

crust”), biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal

ataupun tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi

ringan atau perdarahan. 5

Gambar 3 : cradle - capSumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cradle_cap

Leiner’s Disease atau disebut juga erythroderma desquamativum merupakan

kelainan kulit dengan gangguan sistem imun yang terjadi pada bayi baru lahir dan

ditandai oleh dermatitis seboroik generalisata, diare berulang, infeksi lokal pada kulit,

anemia dan kegagalan untuk berkembang, sehingga bayi dengan gejala-gejala ini

harus dievaluasi. Erythroderma desquamativum (Leiner’s Disease) merupakan

komplikasi dermatitis seboroik pada bayi (dermatitis seborrhoides infantum).

6

Page 7: Dermatitis Seboroik

Kelainan kulit pada Leiner’s Disease berupa eritema universal disertai skuama yang

kasar pada daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian lain dari

tubuh3, 4,10-11

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan dignosis dermatitis seboroik dapat dilakukan pemeriksaan

patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada dermatitis seboroik bervariasi sesuai

dengan tahap penyakit. Pada dermatitis seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat

ringan perivaskular superfisial , terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai

neutrofil; edema ringan pada papila dermis; adanya fokus spongiosis pada

infundibulum dan epidermis; serta mound parakeratosis sengan globus kecil plasma

pada bibir muara dan diantara muara infundibulum.3

Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda dengan

dermatitis seboroik biasa, keratinosit yang nekrosis, kerusakan setempat dari

dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid dan jarang ditemukan spongiosis. Pada

7

Gambar 4 : Leiner’s Disease

Sumber : http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-

and-failure-to-thrive.html

Gambar 5 : Leiner’s Disease

Sumber : http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446

Page 8: Dermatitis Seboroik

dermis tampak banyak pembuluh darah dengan dinding yang menebal, banyak

ditemukan sel plasma.10

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis seboroikdapat ditegakkan berdasarkan :

A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak

kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau kasar)1

B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak

terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala,

telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata,

kelopak mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah

presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha,

daerah anogenital) .6

VII. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak dan

kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1

A. Psoriasis

Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata

dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai

dengan Auspitz sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang

berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada

psoriasis jika dicoba dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama pada

dermatitis seboroik dengan sangat mudah dilepas. Tempat predileksinya pun

berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp, perbatasan skalp dengan

muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah

lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi, pipi,

hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial,

daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita,

8

Page 9: Dermatitis Seboroik

interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya

melibatkan kuku, disamping menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat

pula menyebabkan kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada dermatitis

seboroik rasa gatal akan muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis

gatal sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12

Gambar 6 : psoriasis di kepala

Sumber : Darya-Varia LABORATORIA

B. Kandidosis Kutis

Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutispada lipat paha,

lipatan payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas

tegas, bersisik, basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik

eritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang

jelas. Pada kandidosis, Lesi dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan

pustul – pustul yang kecil atau bula yang bila pecah meningalkan daerah yang

erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.

Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa juga dapat dibedakan pada

tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian

tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah kepala, wajah dan

badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis intertriginosa selain pada

lipat paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan kulit

ketiak, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan

umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis

kandidosis intertriginosa. 1

9

Page 10: Dermatitis Seboroik

Gambar 7: kandisosis intergluteal

Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg

Gambar 8: kandiosis di lipatan payudara

Sumber :

http://3.bp.blogspot.com/-yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/

s1600/blog+5.jpg

C. Rosasea

Rosasea memiliki kesamaan dengan dermatitis seboroik karena dapat

menghasilkan eritema wajah menyerupai dermatitis seboroik. 12Tempat

predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, dahi, dan

alis, terkadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki.

Sedangkan dermatitis seboroik terdapat pada tempat sebore, dengan skuama

yang berminyak dan agak gatal. Kelaianan kulit pada rosasea adalah eritema,

telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Adanya eritema dan telangiektasia

yang persisten pada setiap episode merupakan gejala khas rosasea. Lesi

umumnya simetris. 1

10

Page 11: Dermatitis Seboroik

Gambar 10 : Rosasea

Sumber : http://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html

VIII. PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar

disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi

hendaknya diperhatikan, misalnya stess emosional dan kurang tidur. Mengenai diet,

dianjurkan miskin lemak, kurangi konsumsi gula, dan banyak mengkonsumsi

sayuran. Kebersihan kulit kepala yang tepat merupakan hal utama dalam mengobati

dermatitis seboroik. Pengobatan dapat diberikan secara topikal ataupun sistemik.

Pengobatan secara topikal digunakan dalam sebagian besar kasus Dermatitis

Seboroik. 1, 10 -12

A. Pengobatan Sistemik

Kortikosteorid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison 20-30

mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau

disertai infeksi sekunder diberi anti biotik.1

Isotretinoin dapat digunakan pada kasus rekalsitran. Efeknya mengurangi

aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai

90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per

kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah empat minggu. Sesudah itu

11

Page 12: Dermatitis Seboroik

diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang

ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1

Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow

band UVB (TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x

seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.1

Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis seboroik

terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale yang banyak

dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama 1 – 3 minggu.

Selain itu oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama 1

minggu tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara

luas, tahan terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah

psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien. Efek anti peradangan dan

aktivitas antifungi terhadap Malassezia menunjukkan bahwa itraconazole oral

akan menjadi pengobatan lini pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di

masa depan. Itrakonazol adalah anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik

sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi yang sama untuk menyebabkan

hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin, karena itu, menjadi

alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan pengobatan

oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam

merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti dermatitis seboroik.1, 12,

14

B. Pengobatan Topikal

1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)

Tacrolimus dan pimecrolimus termasuk imunomodulator topikal

nonkortikosteroid. Cara kerjanya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Inhibitor kalsineurin topikal ini mengerahkan efek anti-inflamasi oleh limfosit

T menghambat aktivasi dan proliferasi, juga menunjukkan sifat anti-jamur

dan anti-inflamasi tanpa resiko atrofi kutaneus yang berhubungan dengan

topikal steroids. Dan mungkin menjadi alternatif yang tepat untuk untuk

dermatitis seboroik dengan kortikosteroid karena tidak memiliki efek

samping jangka panjang. 5, 10

2. Keratolitik

12

Page 13: Dermatitis Seboroik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.

Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar,

asam salisilat dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memiliki sifat

keratolitik non spesific dan antijamur dan dapat diterapkan dua atau tiga

kali per minggu. Pasien harus meninggalkan ini sampo pada rambut

selama paling sedikit lima menit untuk memastikan bahwa shampo

mencapai kulit kepala. Pasien juga dapat menggunakannya di tempat lain

yang terkena dampak, misalnya wajah. 10

3. Antijamur Topikal

Antijamur topikal merupakan andalan pengobatan dermatitis seboroik.

Dipelajari dengan baik agen termasuk ketokonazol, bifonazole, dan

ciclopiroxolamine (juga disebut ciclopirox), yang tersedia dalam formulasi

yang berbeda seperti krim, gel, busa, dan shampoo. Krim ketokonazol 2%

dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak

pityrosporum ovale. Penggunaan intermiten ketokonazol dapat

mempertahankan remisi. Tidak ada efek samping dalam penggunan

antijamur topikal. 1, 10, 12

4. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam pengobatan jangka pendek

terutama untuk mengontrol eritema dan gatal, misalnya krim hidrokortison 2

1/2 %. Pada kasus inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang

lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu

lama karena dapat terjadi atrofi kulit dan hipertrikosis dalam penggunaan

kortikosteroid jangka panjang. 1, 12

5. Preparat Selenium Sulfida

Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 – 3 kali pada kulit

kepala dikeramasi selama 5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sulfide

(selsun). 1, 12

Obat topikal lain yang dapat dipakai :

13

Page 14: Dermatitis Seboroik

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 – 5 % atau krim

pragmatar

- Resorsin 1 – 3 %

- Sulfur Praesipitatum 4 – 20 %, dapat digabung dengan asam

salisilat 3 – 6 %

Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1

Skuama yang melekat pada bayi dapat diberikan minyak mineral

hangat, dibiarkan 8-12 jam, kemudian skuama dilepas dengan sikat halus,

lalu dilanjutkan dengan sampo yang tepat. Sampo ketokonazol merupakan

pengobatan yang aman dan berkhasiat untuk bayi dengan cradle cap.

Menggunakan sampo ringan dan lembut memijat kulit kepala akan

membantu menghilangkan skuama. Dermatitis Seboroik yang sudah

melampaui kulit kepala, obat topikal seperti krim antijamur atau

kortikosteroid ringan diperlukan, contohnya hidrokortison 1%. Untuk kasus

yang parah pemberian kortikosteroid topikal perlu dibatasi karena mungkin

terjadi penyerapan sistemik. 6, 9 13

IX. PROGNOSIS

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor

konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.1 Prognosis

Eritroderma Desquamativum (Penyakit Leiner) pada bayi tidak terlalu baik kecuali

perawatan intensif yang tepat dan perawatan kulit disediakan. Telah dilaporkan pada

beberapa pasien cacat dalam fungsi leukosit (kemotaksis) dan C5 inhibitor. 4, 10

X. KESIMPULAN

Dermatitis seboroik termasuk penyakit yang sering ditemui, dan biasanya

sangat mudah dikenali. Biasanya pasien datang dengan keluhan ketombe di kulit

kepalanya. Dermatitis seboroik tidak mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan,

14

Page 15: Dermatitis Seboroik

namun terkadang memberikan rasa tidak nyaman. Dermatitis seboroik ini tidak

menular, dan bukan tanda kebersihan yang rendah. Dermatitis seboroik biasanya

memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun, karena tidak ada pengobatan yang

dapat benar-benar menyembuhkan penyakit tersebut., hal ini penting dalam

mengedukasi pasien dimana pengobatan yang diberikan tidak memberikan hasil

dengan penyembuhan yang total, namun dapat dikontrol. 1, 12, 15

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta; 2007.200-203

15

Page 16: Dermatitis Seboroik

2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL,

Hurley HJ, Eds, 3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc, New York. p : 214

3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General Medicine.

Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4 th Ed.

McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73

4. No name. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at

http://www.clinuvel.com/en/skin-science/skin-conditions/common-skin-

conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 19 may 2012.

5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology and

treatment. Journal of Drugs in Dermatology. 2004.

6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101. Accesed

on 15 may 2012.

7. Orkin M, Maibach HI, Dahl VD. Dermatologic manifestations of AIDS.

In:Dermatology. 1st Ed. Prentice-Hall International Inc. p. 144-145

8. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo

Surabaya. Dermatitis Seboroik. Atlas Penyakit kulit & kelamin. 4 th Ed.

Surabaya : Penerbit Airlangga University Press; 2008. P. 113-115

9. No name. Seborrheic Dermatitis. Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Seborrhoeic_dermatitis. Accesed on 19 may 2012.

10.Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis : An Overview.

Am Fam Physician. 2006 Jul 1;74 (1): 125-132

11.Ngan V. Leiner’s disease. Available

at :http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on 3 june 2012.

12.Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med 2009;360;368;387-96

13.L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the traetment of

seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association od Dermatologist

2011;21:102-105

14.Sheffield RC, Crawford P. What’s the best treatment for cradle cap. THE

JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 · Vol. 56, No. 3: 232-

233.

15.Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at

http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984. Accesed

16

Page 17: Dermatitis Seboroik

on 15 may 2012.

16.Leiner’s Disease. Available at http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-

and-failure-to-thrive.html . Accesed on 15 may 2012.

17.No name. Dermatitis and failure to thrive. Available at

http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446. Accesed on 15 may 2012.

18.Kusmayoni WM. Kandidosis intergluteal. Available

athttp://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg. Accesed on 15 may 2012.

19.Simatupang MM. Kandidosis. Available athttp://3.bp.blogspot.com/-

yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s1600/

blog+5.jpg . Accesed on 15 may 2012.

20.Alai NN, Cole GW, Shiel WC. Rosasea. Available

athttp://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html . Accesed on 15 may

2012.

17