dermatitis (2).docx

59
Makalah Dermatitis Kontak Iritan Posted: Agustus 3, 2010 in Asuhan Keperawatan 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis merupkan salah satu penyakit yang timbul gangguan pada sistem imun, dermatitis kontak merupakan suatu berntuk penyakit yangdisebabkan hipersensivitas IV, dan diawali oleh kontak langsung antara bahan allergik dan lain-lain. Ada banyak factor pencetus penyakit tersebut, dan perlu untuk diketahui oleh semua kalangan masyarakat, demi mewujudkan hal tersebut maka penulis membuat sebuah makalah yang berisikan tentang materi dermatitis. Di Era globalisasi saat ini, Perawat seharusnya mampu menguasai tentang konsep medis sehingga perawat dapat mengantisipasi secara dini mengenai dermatitis kontak iritan. B. Tujuan Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan pengetahuan mengenai defenisi dari Dermatitis kontak iritan. b. Memberikan pengetahuan mengenai etiologi dari Dermatitis kontak iritan.

Upload: dyla-faradhyla

Post on 29-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

famasi

TRANSCRIPT

Page 1: DERMATITIS (2).docx

Makalah Dermatitis Kontak Iritan

Posted: Agustus 3, 2010 in Asuhan Keperawatan

0

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dermatitis merupkan salah satu penyakit yang timbul gangguan pada sistem imun, dermatitis kontak merupakan suatu berntuk penyakit yangdisebabkan hipersensivitas IV, dan diawali oleh kontak langsung antara bahan allergik dan lain-lain.

Ada banyak factor pencetus penyakit tersebut, dan perlu untuk diketahui oleh semua kalangan masyarakat, demi mewujudkan hal tersebut maka penulis membuat sebuah makalah yang berisikan tentang materi dermatitis.

Di Era globalisasi saat ini, Perawat seharusnya mampu menguasai tentang konsep medis sehingga perawat dapat mengantisipasi secara dini mengenai dermatitis kontak iritan.

B. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pengetahuan mengenai defenisi dari Dermatitis kontak iritan.

b. Memberikan pengetahuan mengenai etiologi dari Dermatitis kontak iritan.

c. Memberikan pengetahuan mengenai patofisiologi Dermatitis kontak iritan.

d. Memberikan pengetahuan mengenai manifestasi klinis dari Dermatitis kontak iritan.

e. Memberikan pengetahuan mengenai pemeriksaan diagnostik pada penyakit Dermatitis kontak iritan.

f. Memberikan pengetahuan mengenai penatalaksanaan Dermatitis dan kontak iritan jika dipandang dari segi medis dan keperawatan.

g. Memberikan pengetahuan mengenai upaya pencegahan Dermatitis kontak iritan.

Page 2: DERMATITIS (2).docx

BAB II

ISI

A. Konsep Medis

1. Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.

Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan setempat yang non-imunologik pada kulit sesudah mendapat paparan iritan baik satu kali maupun berulang. Paparan sekali (tidak disengaja atau kecelakaan) biasanya dari iritan asam, basa dan sebagainya. Sedangkan paparan berulang yang merusak kulit secara kumulatif misalnya iritan yang lebih kecil dosisnya.

Menurut kelompok kami, dermatitis kotak iritan adalah reaksi peradangan yang timbul akibat terpapar suatu zat kimia yang dapat menimbulkan lesi.

2. Etiologi

Penyebab timbulnya dermatitis kontak iritan cukup rumit dan biasanya melibatkan gabungan berbagai iritan. Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi, waktu dan frekuensi yang cukup. Iritasi pada kulit merupakan sebab terbanyak dari dermatitis kontak. Beberapa contoh iritan akibat kerja yang lazim dijumpai adalah sebagai berikut :

a. Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.

b. Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.

Faktor predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstrim, kontak yang frekuen dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya.

Penggunaan berulang dari sabun basa kuat dan produk industri dapat merusak struktur lunak pada sel. Asam dapat larut pada air dan menyebabkan dehidrasi pada kulit. Ketika kulit telah mengalami gangguan, pajanan dari bahan iritan lemah pun dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Besar intensitas dari inflamasi bergantung pada konsentrasi dari iritan dan lamanya terpajan dari bahan iritan tersebut. Iritan yang lembut dapat menyebabkan kulit kering, fissura, dan eritema. A mild eczematous reaction dapat timbul pada eksposure yang berkelanjutan. Pajanan yang berkelanjutan pada daerah seperti tangan, area diaper, atau pada sekeliling kulit yang terkadang menyebabkan eczematous inflamatour. Zat kimia kuat dapat menyebabkan reaksi yang berat.

Page 3: DERMATITIS (2).docx

Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis. Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (oklusi, suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Tidak semua pekerja di area yang sama akan terkena. Siapa yang terkena tergantung pada predisposisi individu (riwayat atopi misalnya), personal higiene dan luas dari paparan. Iritan biasanya mengenai tangan atau lengan.

3. Patofisiologi

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. (Hetharia, Rospa. Halaman 95-96)

4. Manifestasi Klinis

Dua jenis bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis. Dermatititis kontak iritan akut. Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas.

Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

Page 4: DERMATITIS (2).docx

Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemeriksaan darah, sediaan apus sekresi tubuh test kkulit dan RASt (Radioallergosorbent test) hasil pemeriksaan darah akan memberikan data-data yang suportif untuk pelbagai kemungkinan diagnostik, kendati demikian tes darah hasil laboratorium bukan Kriteria utama dalam pemeriksaan gangguan alergik. Pemeriksaan awal dapat mencakup pemeriksaan ini :

Hitung darah lengkap dan hitung jeniseosinofil dalam keadaan normal merupakan 1% sampai 4% dari jumlah total sel darah putih. Tingkat antara 5% sampai 15% adalah nonspesifik tetapi benar-benar menunjukkan reaksi alergik.

Eosinofilia sedang 15%hingga 40% leukosit dalam darah sebagai eosinofel ditemukan pada pasien gangguan alerik disamping pasien gangguan malignitas, immunodefisiensi, infeksi parasit, penyakit jantung congenital, dan pada pasien yang mengalamidialisis peritoneal.

Kadar total serum Ig E, kadar total serum IgE, yang tinggi mendukung diagnosis penyakit atopik ; kendati demikian, kadar IGE yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosisi gangguan alergik. Kadar IgE tidak sesensitif pemeriksaan PRIST (paper radio immunosorbent test) dan ELISA (Enzyme-linked immunosrbent assay).

Tes kulit. Tes kulit mencakup penyuntikan intra dermal atau aplikasi superficial yang dilakukan secara bersamaan waktunya pada tempat-tempat terpisah dengan menggunakan beberapa jenis larutan. Larutan ini masing-masing mengandung antigen yang mewakili suatu jenis alergen, termasuk tepung sari.

Page 5: DERMATITIS (2).docx

Tes provokasi, tes provokasi meliputi pemberian allergen secara langsung pada mukosa respiratorius dengan mengamati respon target tersebut. Tipe pengujian ini sangat membantu dalam mengena allergen yang bermakna secara klinis pada pasien-pasien dengan hasil positif, kekurangan yang utama pada tipe pengujian ini adalah keterbatasan satu antigen persesi dan risike timbulnya gejala yang berat, khususnya bronkhospasme pada pasien asma.

“Tes radioallergosorbent, merupakan test pemeriksaan kadar IgE. Spesifik allergen. Sample serum pasien dikenakan dalam jumlah kompleks allergen yang dicurigai. Jika terdapat antibody, kompleks ini akan berikatan dengan allergen yang berlabel-radio aktif” (Smeltzer, Suzanne C, halaman 1760-1763)

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis.

1) Kortikosteroid

2) Antihistamin

3) Krim hidrofilik atau vaselin

4) Kortikosteroid topical

5) Antibiotik

b. Penatalaksanaan Keperawatan.

1) Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian jenis obat-obatan seperti Kortikosteroid, Radiasi ultraviolet, Imunosupresif topical, Siklosporin A, Antibiotika dan antimikotika, Pengobatan sistemik sesuai dengan medik.

2) berikan pendidikan kesehatan kepada klien bahwa gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif

3) hindarkan binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah. dan lain-lain.

7. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari kontak dengan zat seperti poison ivy atau sabun keras yang dapat menyebabkan hal itu. Strategi pencegahan meliputi:

Page 6: DERMATITIS (2).docx

a. Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda.

b. Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan pembersih atau larutan.

c. Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit Anda terhadap senyawa berbahaya.

d. Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan lapisan pelindung. Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan terluar kulit dan untuk mencegah penguapan kelembaban.

e. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut. Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.(http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html)

8. Penyimpangan KDM

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Untuk menetapkan bahan kimia penyebab dermatitis kontak iritan diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.

Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.

Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.

Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :

a. Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.

Page 7: DERMATITIS (2).docx

b. Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.

c. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.

d. Rasa gatal

e. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.

2. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3. Intervensi dan Rasional

a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit,ditandai dengan :

1) Keluhan nyeri

2) Klien tampak meringis

3) Klien tampak melindungi diri akibat nyeri

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol dengan kriteria:

1) Pernyataan verbal klien bahwa nyeri berkurang atau terkontrol.

2) Tanda vital dalam batas normal

3) Ekspresi tenang/nyaman

Intervensi dan rasional:

1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).

Page 8: DERMATITIS (2).docx

Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi dan terjadinya komplikasi.

2) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.

Sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil.

3) Libatkan pasien dalam penentuan jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian obat.

Meningkatkan rasa kontrol pasien dan kekuatan mekanisme koping.

4) Berikan tindakan kenyamanan dasar, contohnya pijatan pada area yang tidak sakit, perubahan posisi dengan sering.

Meningkatkan relaksasi; menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum

5) Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress

Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol, yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk ditandai dengan :

1) Adanya skuama kering, basah atau kasar.

2) Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperatawan selama 3×24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit dapat membaik dengan kriteria hasil:

1) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka yang terdapat lesi.

2) Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.

3) Menunjukkan regenerasi jaringan kulit.

Intervensi dan rasional:

1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritama.

Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.

2) Anjurkan agar permukaan kulit tetap kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.

Page 9: DERMATITIS (2).docx

Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.

3) Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diijinkan dokter.

Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.

4) Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban atau ekskresi.

Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.

5) Berikan obat sesuai indikasi: Antihistamin.

Menghilangkan gatal.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, ditandai dengan:

1) Demam

2) Luka terdapat eksudat

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelalah melakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, infeksi dapat di hindari dengan kriteria hasil:

1) Tanda-tanda vital dalam batas normal

2) Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.

Intervensi dan rasional:

1) Awasi atau batasi pengunjung bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu.

Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi harus seimbang mengalawan kebutuhan pasien utuk dukungan keluarga dan sosialisasi.

2) Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesai indikasi.

Tergantung tipe/luasnya luka dan isolasi dapat direntang dari luka sederhana/kulit sampai komlpit/sebaiknya untuk menurunkan resiko kontaminasi silang/ terpajannya pada florea bakteri multipel

3) Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.

Mencegah kontaminasi silang; menurunkan resiko infeksi.

Page 10: DERMATITIS (2).docx

4) Periksa luka tiap hari, periksa/catat perubahan penampilan, bau, atau kualitas drainase.

Mengidentifikasi adanya penyembuahan dan memberikan deteksi dini infeksi.

5) Awasi tanda vital untuk demam, peningkatan frekwensi kedalaman pernafasan sehubungan dengan perubahan sensori, adanya diare, penurunan jumlah trombosit dan hipoglikemia dan glikosuria.

Indikasi sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :

1) Klien merasa malu.

2) Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.

3) Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.

4) Perubahan dalam keterlibatan sosial.

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya , dengan kriteria hasil:

1) Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.

2) Membuat gambaran diri lebih nyata.

3) Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.

Intervensi dan Rasional:

1) Kaji persepsi klien tentang kondisi tubuhnya saat ini.

Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.

2) Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji prilaku diri.

Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.

3) Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima pengungkapan perasaan terhadap dirinya.

Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain.

4) Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang kecil.

Page 11: DERMATITIS (2).docx

Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi gambaran yang lebih besar tatapi dapat mengatasi satu bagian pada saat itu.

5) Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan tidak sebagai orang yang depresi.

Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari penguatannya.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :

1) Pasien sering bertanya / minta informasi.

2) Pernyataan salah tentang dermatitis kontak iritan.

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×45 Menit, Diharapkan klien mengetahui tentang penyakitnya dengan kriteria hasil:

1) Klien dapat menjelaskan kembali tentang penyakitnya dengan menggunakan bahasanya sendiri.

2) Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya.

Intervensi dan rasional:

1) Kaji ulang prognosis harapan yang akan datang.

Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan info.

2) Diskusikan harapan pasien kembali kerumah, bekerja, dan aktivitas normal.

Pasien sering mengalami kesulitan memutuskan pulang. Masalah sering terjadi yang mempengaruhi keberhasilan menilai tindakan hidup normal.

3) Identifikasi keterbatasan spesifik aktivitas sesuai individu.

Kemungkinan pembatasan tergantung pada berat/cedera dan tahap penyembuhan.

4) Anjurkan pasien atau keluarga pasien tentang kelelahan, kebosanan, emosi labil, masalah pengambilang keputusan. Memberi informasi tentang kemungkinan diskusi/interaksi dengan penasehat profesional yang tepat.

Memberikan pandangan terhadap beberapa masalah pasien/orang terdekat dapat menambah/membantu mereka menjadi waspada bahwa batuan/pertolongan tersedia bila perlu.

5) Tekankan perlunya/pentingnya mengevaluasi/rehabilitasi.

Page 12: DERMATITIS (2).docx

Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang pentingnya dan perubahan terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembhan optimal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Dermatitis kontak iritan ini disebabkan oleh terpapan oleh zat-zat kimia seperti:

a. Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.

b. Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.

Dermatitis kontak iritan ini dapat dicegah yaitu dengan cara: Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda, Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit Anda terhadap senyawa berbahaya. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut. Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.

B. Saran

Dari pembahasan diatas, maka penulis dapat memberikan saran kepada pembaca, diantaranya yaitu:

1. Untuk menjaga kontak langsung dengan bahan kimia yang memiliki konsentrasi tinggi terutama bagi orang-orang yang memiliki riwayat alergi sebelumnya agar dapat terhindar dari penyakit dermatitis kontak iritan.

2. Selalu menjaga kebersihan diri saat terpapar dengan bahan kimia.

3. Segera memeriksakan diri bila terkena dermatitis kontak iritan.

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN.

Page 13: DERMATITIS (2).docx

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda 2007).

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan resedif, disertai gatal yanmg umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi keluarga atau penderita (DA, rhinitis alergi, dan atau asma bronchial) (Sularsito., 2005).

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak, yang biasa ditandai oleh rasa gatal, penyakit sering kambuh, dan distribusi lesi yang khas. Dermatitis atopik ini penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk di antaranya faktor genetik, emosi, trauma, keringat, dan faktor imunologis (Mansjoer., 2000).

8

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural (Brunner 2008).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI.

Didapatkan dua bentuk dermatitis atopik, bentuk alergik yang merupakan bentuk utama (70-80% pasien) terjadi akibat sensitisasi terhadap alergen lingkungan disertai dengan peningkatan kadar IgE serum. Bentuk lain adalah intrinsik atau non alergik, terdapat pada 20-30% pasien, dengan kadar IgE rendah dan tanpa sensitisasi terhadap lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE bukan merupakan prasyarat patogenesis dermatitis atopik. Terdapat pula konsep murni (Pure Type), tanpa berkaitan dengan penyakit saluran nafas dan bentuk campuran (Mixed Type) yang terkait dengan sensitisasi terhadap alergen hirup atau alergen mkanan disertai dengan peningkatan kadar IgE (Soebaryo., 2009).

Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada dermatitis atopik, yaitu :

a. White dermatographism.

Goresan pada penderita kulit dermatitis atopik akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik dengan diikuti vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.

b. Reaksi vaskular paradoksal.

Page 14: DERMATITIS (2).docx

Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita dermatiitis atoik. Apabila ekstremitaspenderita dermatiti atopik mendapat pajanan hawa dingin akan akan terjadi percepatan pendingan dan perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang normal (Judarwanto., 2009). Hal ini diduga karena ada pelebaran kapiler dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya edema dan warna pucat dijaringan sekelilingnya. (Zulkarnain., 2009).

c. Lipatan telapak tangan.

Pada kondisi kronis terdapat penambahan mencolok lipatan pada telapak tangan meskiput hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk dermatitis atopik. (Judarwanto., 2009).

Pada umumya penderita dermatitis atopik sejak lahir mempunyai parmal. yang lebih dalam dan menetal sepanjang hidup. (Zulkarnain., 2009).

a. Garis morgan atau dennie.

Kalainan ini berupa cekungan yang menyolok dan simetris namun dapat ditemukan satu atau dua cekungan dibawah kelopak mata bagian bawah. Keadaan ini pada saat lahir atau sesudah itu dan bertahan bertahan sepanjang hidup, nampak seperti adema dari kelopat mata bawah namun bukan merupakan atonogmomik dermatitis atopik. (Zulkarnain., 2009).

b. Sindrom buffed-nail.

Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat dari rasa gatal.

c. Allergic shiner.

Sering dijumpai pada penderita penyakit allergi karena gosokan dan garukan berulang jaringan dibawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan peningkatan timbulnya melanin.

d. Hiperpigmentasi.

Terdapat daerah Hiperpigmentasi karena garukan terus menerus.

e. Kulit kering.

Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, bersisik, pecah-pecah dan berpapul folikular hiperkeratotik yang disebut peratotis pelaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan pembentukan sabun, sel pengeluaran air dan xerosis. Terutama pada musim panas.

f. Delayed dlanch.

Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan Delayed dlanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstistik atu peningkatan permeabilitas kapiler.

g. Kekeringan berlebihan.

Page 15: DERMATITIS (2).docx

Penderita dermatitis atopik cenderung berkeringat banyak Sehingga premitus bertambah.

h. Gatal dan garukan berlebihan.

Penyuntikan pada pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal akan menimbulkan gatal selama 10-15 menit, sedangkan pada dermatitis atopik akan bertahan selama 45 menit.

i. Variasi musim.

Mekanisme terjadinya ekseserbasi sesuai dengan perubahan musim belum difahami secara menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kelembapan nispi tinggi musim baik pada kekerongan kulit penderita dermatitis atopik. Pada daerah dengan kelembapan nispi tinggi musim panas berpengaruh buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik pada kulit penderita dermatitis atopik. (Judarwanto., 2009).

j. Hertoge sign.

Didevinisikan sebagai penipisan atau hilangnya lateral alis mata. (Zulkarnain., 2009).

C. ETIOLOGI.

Penyebab dermatitis atopik tidak diketahui dengan pasti,diduga disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (multifaktorial).

Faktor intrinsik berupa predisposisi genetik,kelainan fisiologi dan biokimia kulit, disfungsi imunologis, interaksi psikomatik dan disregulasi/ketidakseimbangan sistem saraf otonom, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen hirup,makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur dan trauma (Fauzi., 2001).

Faktor psikologis dan psikomatis dapat menjadi faktor pencetus (Mansjoer., 2001).

Faktor pencetus lain diantaranya :

a. Makanan.

Berdasarkan hasil (DBPCFC) double blind placibo controlled food challenge, hampir 40% bayi dan anak dengan dermatitis atopik sedang dan berat mempunyai riwayat alergi makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan biasanya diser tai uji kulit (skin pick test) da kadar IgE spesifik positif berbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alegi pada makanan tersebut, oleh karena itu masih diperlukan uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut untuk menentukan kepastinnya (Judarwanto W., 2009). Prevelensi reaksi alergi makanan lebih banyak pada anak dengan dermatitis atopik berat. Makanan yang sering menyebabkan alergi antara lain susu, telur, gandum, kacang-kacangan kedelai dan makanan laut (Roesyanto., 2009).

b. Alergen hirup.

Page 16: DERMATITIS (2).docx

Alergen hirup sebagai penyebab Dermatitis Atopik dapat lewat kontak,yang dapat di praktekan dengan uji tempel,positif pada 30-50% penderita dermatitik atopik, atau lewat inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah (TDR), bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara negara 4 musim (Judarwanto., 2009).

c. Infeksi kulit.

Mikroorganisme telah diketahui sebagai salah satu faktor ekstrintik yang berperan sebagai kontribusi sebagai pencetus kambuhnya dermatitis atopik. Mikroorganisme utamanya adalah stahyllococcus aureus (SA). Pada penderita dermatitis atopik didapatkan perbedaan yang nyata pada jumlah koloni stahyllococcus aureus pada kulit dengan lesi ataupun non lesi pada penderita dermatitis atopik, merupakan salah satu faktor pencetus yang penting pada terjadinya eksaserbasi, dan merupakan faktor yang dikatakan mempengaruhi beratnya penyakit. Faktor lain dari mikroorganisme yang dapat menimbulkan kekambuhn dermatitis atopik adalah adanya toksin yang dihasilkan oleh stahyllococcus aureus. Enterotoksin yang dihasilkan oleh stahyllococcus aureus ini dapat menembus fungsi sawar kulit, sehingga dapat mencetuskan terjadinya inflamasi. Enterotoksin tersebut bersifat sebagai superantigen, yang secara kuat dapat menstimulasi aktifasi sel T dan makrofag yang selanjutnya mengeluarkan histamin. Enterotoxin stahyllococcus aureus menginduksi inflamasi pada dermatitis atopik dan memprovokasi penngeluaran antibodi IgE spesifik terhadap enterotoksin stahyllococcus aureus, tetapi menurut penelitiann pada fauzi nurul.,2009., tidak didapatkan kolerasi antara jumlah kolonisasi stahyllococcus aureus dan kadar IgE spesifik enterotoksin stahyllococcus aureus. stahyllococcus aureus.

D. PATOFISIOLOGI.

Berbagai faktor turut berperan dalam patofisiologi dermatitis atopik, antara lain faktor genetik terkait dengan kelainan intrinsik sawar kulit, kelainan imunologik, dan faktor lingkungan (Soebaryo.,2009).

a. Genetik.

Genetik pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-33,kromosom 3q21 serta kromosom 1q21 dan 17q25 juga melibatkan gen yang independen dari mekanisme alergi. Ada peningkatan prevelensi HLA-A3 dan HLA-A9 pada umumnya berjalan bersama penyakit atopi lainnya,seperti asma, rhinitis. reSiko eorang kembar monosigotik yang saudara kembarnya menderita dermatitis atopik adalah 86% (Judarwanto., 2009).

Lebih dari kesempatan anak dari seorang ibu yang menderita atopi keluarga akan mengalami dermatitis atopik pada masa 3 bulan pertama kehidupan,bila salah satu orang tua menderita atopi,lebih dari setengah jumblah anak akan mengalami gejala alergi smpai usia 2 tahun,dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopi. Resiko mewarasi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu menderita dermatitis atopik di banding dengan ayah. Tetapi bila dermatitis atopik dialmi hingga berlanjut hingga masa dewasa maka resiko untuk mewariskan kepada anaknya Sama saja yaitu 50%.

b. Sawar kulit.

Page 17: DERMATITIS (2).docx

Hilangnya caremide dikulit,yang berfungsi sebagai molekul utama pengikat air diruang ekstraseluler srttum kornium dianggap sebagai penyebab kelainan fungsi sawar kulit. Variasi Ph kulit dapat menyebabkan kelainan metabolisme lipid di kulit. Kelinan fungsi sawar mengakibatkan peningkatan transepidermal water loss.kulit akan semakin kering dan merupakan port d’entry untuk terjadinya penetrasi elergen, iritan, bakteri, dan virus. Bakteri pada pasien dermatitis atopik mensekresi ceramide sehingga menyebab kan kulit semakin kering (Soebaryo.,2009).

Respon imun kulit sel-sel T baik subset CD4+ maupun subset CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari darah perifer, terbukti mengsekresi sejumlah besar IL-5 dan IL-15, sehingga dengan kondisi ini lifepan dari eosinofil memanjang danterjadi induksi pada produksi IgE, Lesi akut di dominasi oleh akspresi IL-5, GS-CSF, IL-12 dan IFNg serta infiltrasi makrofag dan aosinofil (Judarwanto., 2009).

Imunopatologi kulit pada dermatitis atopik, sel T yang ilfiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan menyeberangi andotelium pembuluh darah perifer pasien dermatitis atopic, sel T subset CD4+ maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+ dalam status teraktivasi (SD25+ CD40L+ HLADR+).sel yang terktivasi ini mengekspresikan Fan dan Fan ligand yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-sel itu sendiri tidak menunjukan apoptosis karena mereka diproteksi oleh sitokin dan protein extracellular matrik (ECM). Sel-sel T tersebut mengsekresi IFN g yang melakukan upregulation Fas pada keratinocytes dan menjadikan peka terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinosit diinduksi oleh Fas ligand yang diekspresi dipermukaan sel-sel T atau yang berada di microenvironment (Judarwanto., 2009).

c. Lingkungan.

Sebagai tambahan selain allergen hirup, allergen makanan, eksaserbasi pada dermatitis atopic dapat dipicu beberapa macam infeksi, antara lain jamur, bakteri dan virus, juga panjana tunggau debu rumah dan binatang peliharaan. Hal tersebut mendukung teori Hygiena Hypotesis (Roesmanto., 2009).

Hygiena Hypotesis menyatakan bahwa berkurangnya stimuasi sister imun oleh pajanan antigen microba dinegara barat mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit atopic (Sugito.,2009).

Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti dermatitis atopic belum semua diketahui, demikian pula prumitus pada dermatitis atopic. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin kesaraf spinal sensorik yang selanjutnya di salurkan ke thalamus kontralateral dan korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, seperfisial dengan intensitas rendah menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan nyeri. Sebagai pathogenesis dermatitis atopic dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik (Judarwanto., 2009).

d. Imunopatogenesis dermatitis atopic.

Page 18: DERMATITIS (2).docx

Histamine dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat hemotaksis dan menekan produksi sel T. sel mast meningkat lesi pada dermatitis atopic kronis. Sel ini menmpunyai kemanpuan melepaskan histamin. Histatamin sender dapat menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema,mungkin akibat garukan karena gatal mengakibatkan lesi ekzamatosa, pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik. Demikian pula defisiensi sel T penekan (suppressor). Difisiensi sel ini menyebabkan produksi berlebih IgE (Mansdjoer., 2000).

Respon imun sistemik terdapat IFN-g yang menurunkan. Interleukin spesifik elergen yang diproduk sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi eosinophilia dan peningkatan IgE (Judarwanto., 2009).

1. Reaksi imunologis dermatitis atopik.

Sekitar 70% anak dengan dermatitis atopik mempunyai riwayat atopi dalam keluarga seperti asma bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian besar anak dengan dermatitis atopik (sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan dermatitis atopik moderat dan berat akan berlanjutkan dengan asma dan atau rinitis alergika dikemudian hari (allergic march), dan semuanya memberikan dugaan bahwa besar dermatitis atopik adalah suatu penyakit atopi.

2. Ekspresi sitokin.

Keseimbangan sitokin yang berasaldari Th1 dan Th2 sangat berberan pada reaksi iflamasi penderita dermatitis atopik. Pada lesi yang akut biasanya ditandai dengan kadar II-4, II-5 dan II-13 yang tinggi, sedangkan dermatitis yang kroniS disertai kadar II-4 dan II-13 yang lebih rendah, tetapi II-5, GM-CSF (granulocyte-microphage colony-stimulating factor), II-12 dan INFg lebih tinggi dibandingkan pada dermatitis atopik akut.

Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap antigen lingkkungan (makanan dan inhalan), dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersentivitas tite 1, imunitas seluler dan respons terhadap hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada penderita dengan dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD8+) menurun dengan akibat kepekaan terhadap infeksi virus, bakteri dan jamur meningkat.

Diantara mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berparan pada pruritus adalah vasokvif amin, seperti histamin, kinin, bradikinin, leukotrien, prostaktaklandin dan sebagai, sehingga dapat dipahami bahwa dalam penatalaksanaan dermatitis atopik, walaupun antihistamin sering digunakan, namunhasilnya tidak terlalu menggembirakan dan sampai saat ini masih banyak silang pendapat para ahli mengenai antihistamin pada dermatitis atopik (Soebaryo.,2009).

Trauma mekanik (garukan) akan melepaskan TNF-a dan sitokinin pro inflammatory lainnya diepidermi, yang selannya akan meningkatkan kronisitas dermatitis atopik dan bertambah beratnya eskema (Judarwanto., 2009).

e. Antigen presenting cells.

Page 19: DERMATITIS (2).docx

Kulit penderita dermatitis atopik mengandung sel langerhans (LC) yang mempunyai afinitas tinggi untuk mengikat antigen asin (Ag) dan IgE lewat reseptor FceRI permukaannya, dan perberan untuk mempresepsikan alergen ke limfosit Th2, mengaktifkan Sel ,el memori Th2 di kulit dan yang juga berperan mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di sirkulasi (Judarwanto., 2009).

f. Faktor non imunologis.

Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada dermatitis atopik antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit dermatitis atopik kering (xerosis). Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, Sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan menyebabkan rasa gatal (Judarwanto., 2009).

g. Autoalergen.

Sebagian besar serum pasien dermatitis topik mengandung antibody IgE terhadap protein manusia. Auto alergi tersebut merupakan intraseluler, yang dapat di keluarkan karena adanya kerusaqkan kreatinosit akibat garukan dan dapat memicu pespon IgE dan sel T. pada dermatitis atopik berat, inflamasi tersebut dapat dipertahankan oleh adanya antigen endogen manusia sehingga dermatitis atopik dapat digolongkan sebagai penyakit terkait dengan alerga dan automunitas (Soebaryo.,2009).

E. MANIFESTASI KLINIS.

Manifetasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapan atau fase perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi sampai dewasa. Pada setiap anak didapat keparahan yang berbeda, tapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang serupa (Zulkarnain., 2009).

Kulit penderitan dermatitis atopik umumnya kering, pucat atau keruh, kadar lipid diepidermis berkurang dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Penderta dermatitis atopik cenderung tipe astenik, dengan intelegensia diatas rata-rata dan merasa cemas, egois, frustasi, agresif atau merasa tertekan (Sularsito 2005).

Subyektis selalu terdapat pruritus, terdiri dari 3 bentuk yaitu:

1. Bentuk infantil ( 0 - 2 tahun).

Lesi awal pada dermatitis atopik muncul pada bulan pertama kelahiran, biasanya bersifat akut, sup akut, rekuren, simetris kedua pipi (Zulkarnain I., 2009). Karena bentuknya di daerah pipi yang berkontak dengan payudara, sering diSebut eskema susu. Terdapat eritem berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar, yang menjadi erosis, eksudatif, derkrusta. Tempat predileksi kedua pipi, ekstremitas bagian fleksor, dan ekstensor (Mansjoer., 2001).

Ras gatal sangat mengganggu, Sehingga anak gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Pada umumnya lesi sermatitis atopik infentil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta dan dapat mengalami infeksi. Lesi

Page 20: DERMATITIS (2).docx

dapat meluas generalisata bahkan maupun jarang, dapat terjadi eritroderma. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi (Sularsito., 2005)

2. Bentuk anak ( 2 -12 tahun).

Awitan lesi mancul sebelum umur 5 tahun. Sebagian merupakan kelanjutan fase bayi. Pada kondisi kronis tampak lesi hiperkeratosis, hiperpigmentasi, likefinikasi,. Akibat adanya gatal dan garukan akan tampak erosi, eksoriasi linear yang disebut starch marks . Tempat predilaksi tengkuk, flesor tubital, fleksor poplitear sangat jarang di wajah (Mansjoer A.,dkk., 2001). Lesi dermatitis atopik pada anak bisa terjadi di paha dan bokong (Zulkarnain ., 2009).

Eskim pada kelompok ini dapat terjadi pada daerah.ekstensor (luar) daerah persendian (Sendi pergelangan, siku, dan lutut), pada daerah genetal juga dapat terjadi.(Simpson., 2005)

3. Bentuk dewasa ( 12 tahun <).

Bentuk lesi padafase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit fase akhir anak-anak (Zulkarnain., 2009). Lesi selalu kering dan dapat di sertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempak predileksi tengkuk serta daerah freksor kubital dan freksor popliteal.

Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukr ber keringat. Berbagai kelainan yang dapat menyertainya ialah xerosis kutis, iktoSiS, hiperlinearis palmaris et plantaris, pomfontoliks, ptiriasis alba, keratosis kelaris (berupa papul-papul miliar danditengahnya terdapat lekukan),dll (Mansjoer., 2001).

Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila mengalami stress, mungkin karena stress menurunkan rangsang ambang gatal. dermatitis atopik remaja cenderung berlangsung lama kemudian menurun dan membaik (sembuh) setelah uSia 30 tahun, jarang sampi usia pertengahan, hanya sebagian kecil berlangsung sampai tua (Sularsito., 2005).

Bagus

BAB IV SASARAN & STRATEGI TERAPIa. Sasaran (Gejala, Tanda, Prognosis, dll) Gejala klinis yang spesifik yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang khas, berlangsungkronis dan residif. Penderita dermatitis atopik mempunyai tingkat ambang rasa gatal yang rendah, gataldapat hilang timbul sepanjang hari tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari serta adanya stigmataatopik pada pasien maupun keluarga yang lain. Tempat predileksi adalah hal yang paling penting untukdiketahui dari pasien dermatitis atopik. Manifestasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapanatau fase perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi hingga saat dewasa. Pada setiap anak didapatkanderajat keparahan yang bervariasi, tetapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang serupa. Sedangkan tanda-tanda pada dermatitis atopik antara lain : Tanda Mayor : 1. Pruritus 2. Morfologi dan distribusi yang khas : - likenifikasi fleksural pada orang dewasa - gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi

Page 21: DERMATITIS (2).docx

2. 3. Dermatitis kronis atau kronis kambuhan 4. Riwayat atopi pribadi atau keluarga : asma, rinitis alergika, dermatitis atopik Tanda Minor : 1. Tes kulit tipe cepat yang reaktif (tipe 1) (terutama alergi multipel) 2. Onset pada usia muda (sebelum usia 5 tahun) 3. Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik 4. Katarak subkapsular anterior (terutama bilateral) 5. Xerosis (kulit tak terinflamasi, kasar, bersisik) 6. Iktiosis, hiperlinear Palmaris, keratosis pilaris 7. Pitiriasis alba 8. Kepucatan fasial atau eritem 9. Warna hitam sekitar orbita (alergic shiner) 10. Lipatan infraorbital Dennie-Morgan (terutama lipatan ganda) 11. Peningkatan kadar IgE 12. Keratokonus 13. Kecenderungan infeksi kulit yang berulang (khususnya Staphylococcus aureus, dan Herpes simpleks) atau kerusakan sistem imunitas seluler 14. Cheilitis (eczema jilatan, terutama pada bibir atas) 15. Konjungtivitis berulang 16. Gatal saat berkeringat 17. Intoleransi terhadap makanan 18. Dermatitis pada putting susu 19. Intoleransi terhadap wool dan pelarut lemak (penurunan batas ambang gatal) 20. Lipatan kulit leher anterior 21. Aksentuasi perifolikular (seperti kerikil) 22. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial Adapula faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik dermatitis atopik, yaitu : DA luas pada anak Menderita rhinitis alergik dan asma bronchial Riwayat dermatitis atopik pada orangtua atau saudara kandung Awitan (onset) dermatitis atopik pada usia muda Anak tunggal Kadar IgE serum sangat tinggi

3. b. Strategi (Mencegah, Mengurangi, Menghilangkan Gejala, dan/atau Tanda dengan Obat, Tanpa Obat, atau Gabungan Keduanya) Karena disfungsi barrier kulit dan peradangan kronis merupakan ciri khas dari dermatitis atopik,manajemen jangka panjang seharusnya diberikan untuk menekan pencegahan, intensif dan individudiadaptasi dengan perawatan kulit, penurunan kolonisasi bakteri melalui aplikasi lokal lotionmengandung antiseptik seperti triclosan dan klorheksidin, dan paling penting adalah kontrol peradangandengan menggunakan kortikosteroid topikal rutin atau inhibitor calcineurin topikal. Pada anak-anak, sebelum dan setelah diagnosis sensitisasi media IgE, tindakan mencegah paparanallergen seharusnya bermanfaat. Terapi dermatitis atopik saat ini adalah reaktif tetapi manajemen harustermasuk intervensi awal dan proaktif dengan efektif dan terus menerus mengendalikan peradangan kulitdan kolonisasi S. aureus. Strategi ini telah terbukti efektif dalam mengurangi jumlah dari flares. Biladiterapkan pada awal masa kanak-kanak, bisa berpotensi membantu mengurangi kemudian kepekaanuntuk lingkungan antigen dan autoallergens.

4. Dermatitis Atopik : Algoritma Terapi Penilaian awal tentang riwayat penyakit, luas/area yang terkena, dan tingkat keparahan Meliputi penilaian terhadap status stress psikologi serta dampak terhadap keluarga Emolien, edukasi Penanganan akut dari pruritus danRemisi peradanganpenyakit(tidak ada Kortikosteroid topikal atautanda atau Inhibitor kalsineuringejala) Pimekrolimus BID atau Takrolimus BID Terapi tambahan *Baca petunjuknya menghindari faktor pemicu Infeksi bakteri : antibiotik Pemeliharaan terapi untuk penyakit oral atau yang tidak kunjung membaik dan topikal atau kambuh Infeksi virus : Pada tanda pertama kemunculan penyakit, antivirus gunakan Inhibitor kalsineurin topikal untuk Intervensi mencegah perkembangan psikologikal penyakit Pimekrolimus mengurangi Antihistamin insidesi Untuk pemeliharaan jangka panjang, gunakan inhibitor topikal Penggunaan berselang- seling dengan kortikosteroid topikal Kekambuhan yang parah Fototerapi Steroid topikal yang kuat Siklosporin Methotrexat Steroid oral Azatioprin Psikoteraneutik

Page 22: DERMATITIS (2).docx

5. BAB V TATA LAKSANA TERAPIa. Tujuan Terapi Tujuan secara umum terapi dermatitis atopik ialah untuk mengendalikan kondisi dengan mencegahtimbulnya ruam/suar sehingga memberikan kualitas hidup yang lebih baik dan mencegah timbulnyakomplikasi. Penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan praktisi guna mengidentifikasi danmengeliminasi faktor pemicu dan alergen serta mengomunikasikan penanganan nonfarmakologi yangberkaitan dengan penyakit tersebut. Seluruh pasien dermatitis atopik harus diberi konseling untukmenekankan pentingnya penggunaan emolien dan upaya lain guna merawat kulit. Bergantung padatingkat keparahan penyakit, beberapa pasien mungkin membutuhkan kortikosteroid topikal denganpotensi rendah untuk terapi pemeliharaan.b. Tata Laksana (Obat dan/ atau Tanpa Obat serta KIE, dll) Syarat-syarat dasar pengobatan dermatitis atopik :- Pada eksaserbasi yang berat, sebaiknya penderita pindah lingkungan (misalnya rumah sakit)- Pengobatan Balneotherapeutic regimen ( mandi berendam dengan air yang telah ditambah bahan minyak; mandi dengan air dingin untuk menghilangkan gatal pada malam hari).- Hindari rangsangan pada kulit ( seperti tidak boleh menggaruk setelah mandi, pakai celana dalam yang lembut, hindari pakaian dari bahan wol dan bahan sintetik)- Bila dermatitisnya basah, sebaiknya psien menggunakan sarung tangan dari katun- Hindari bahan pembersih yang dapat merangsang kulit, hindari pembersih antibakterial karena dapat menginduksi resistensi- Bila harus memakai sarung tangan plastik pada waktu bekerja, sebaiknya dalam waktu singkat saja (misalnya dalam kamar mandi) Pengobatan pada bayi dan anak dengan DA harus secara individual dan didasarkan pada keparahanpenyakit. Sebaiknya penatalaksanaan ditekankan pada kontrol jangka waktu lama (Long-Term Control)bukan hanya untuk mengatasi kekambuhan. Protab pelayanan profesi untuk pengobatan DA di SMF kulit& kelamin RSUD dr.Moewardi Surakarta bertujuan untuk menghilangkan ujud kelainan kulit dan rasagatal, mengobati lesi kulit, mencari faktor pencetus dan mengurangi kekambuhan. Secara konvensionalpengobatan DA kronik pada prinsipnya adalah sebagai berikut : Menghindari bahan iritan Mengeliminasi allergen yang telah terbukti Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi) Pemberian pelembab kulit ( Moisturizing) Kortikostreroid topikal

6. Pemberian antibiotik Pemberian antihistamin Mengurangi stress Dan memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga (Kariossentono H., 2006). Beberapa tata pelaksanaan terapi dermatitis atopik yaitu :Non medikamentosa: Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinik Menjauhi antigen pencetus Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan pakaian dari wolMedikamentosaSistemik : Antihistamin golongan H1 untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering mengalami kekambuhan Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik seperti eritromisin, tetrasiklinTopikal: Pada bentuk bayi diberi kortikosteroid ringan dengan efek samping sedikit, misalnya krim hidroklortison 1-1,5% Pada bentuk anak dan dewasa dengan likenifikasi dapat diberi kortikosteroid kuat sepertibetametason dipropionat 0,05% atau desoksimetason 0,25%. Untuk efek yang lebih kuat, dapatdikombinasi dengan asam salisilat 1-3% dalam salep.Edukasi : Menjelaskan bahwa DA merupakan penyakit yang penyebabnya multifaktorial, cara perawatan kulityang benar untuk mencegah bertambahnya kerusakan sawar kulit dan memperbaiki sawar kulit sertapenting juga untuk mencari faktor pencetus serta menghindari atau menghilangkannya (Sugito T.L.,2009).1. Mandi dan emolien Jangan mandi dengan air terlalu panas, karena dapat menambah rasa gatal, jangan memakai handukdengan menggosok pada kulit melainkan menepuk-nepuknya, hindari sabun/ pembersih kulit yangmengandung antiseptik, karena dapat

Page 23: DERMATITIS (2).docx

mempermudah resistensi, kecuali bila ada infeksi sekunder. Penggunaan emolien/ pelembab yang adekuat secara teratur sangat penting untuk mengatasikekeringan kulit dan memperbaiki integritas sawar kulit. Bentuk salep dan krim memberi sawar lebih baikdaripada lotion.2. Mengatasi gatal

7. Gatal dapat diatasi dengan pemberian emolien, kompres basah, anti inflamasi topikal (kortikosteroid, inhibitor kalsineurin), dan antihistamin oral (Sugito T.L., 2009). Kompres basah bermanfaat dalam menangani eksema yang berat, sedangkan pembalut yang mengandung obat misalnya pasta zinc dan iktamol atau zinc oksida dan ter batu bara, yang dipakai di atas steroid topikal bermanfaat untuk mengobati eksema pada ekstremitas (Graham B.R., 2005). Kortikosteroid topikal dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping lokal (atrofi, striae, hipertrikosis, hipopigmentasi, teleangiektasis, dsb). Maupun sistemik (supresi aksis hipothalamus- pituitasi- adrenal, gangguan pertumbuhan, sindrom Chusing). Beberapa faktor perlu dipertimbangkan yakni vehikulum, potensi kortikosteroid, usia pasien, letak lesi, derajat dan luas lesi serta cara pemakaian. Prinsip penggunaan: i. Gunakan potensi terendah yang dapat mengatasi radang, dapat dinaikkan bila perlu. Hindari pemakaian dalam jangka waktu lamaii. Hindari potensi kuat untuk daerah kulit dengan permeabilitas tinggi (muka, interginosa, bayi)iii. Potensi kuat digunakan bila gatal sangat berat dan atau peradangan/ likenifikasi berativ. Gunakan potensi kuat hanya dalam jangka waktu pendek (≤ 2 minggu untuk potensi kelas 1). Bila lesi awal sudah teratasi ganti dengan potensi lebih rendah/ dengan antiinflamasi nonsteroid untuk terapi pemeliharaan v. Inhibitor kalsineurin topikal Obat ini dapat mengatasi kekurangan/ kerugian menggunakan kortikosteroid topikal, bekerja dengan menghambat transkripsi sistem inflamasi dalam sel T yang teraktifasi dan sel radang lainnya sehingga mencegah pelepasan sitokin oleh sel T helper, serta menghambat proliferasi sel T. Terdapat dua macam yaitu salep takrolimus 0.03% (untuk usia 2-12 tahun) dan 0.1% (untuk usia 3 tahun ke atas) Mengindari faktor pencetus / presdiposisi Bila eksudasi berat atau stadium akut beri kompres terbuka. Bila dingin dapat diberikan krim kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan salep kortikosteroid kuat (Mansjoer A.,dkk., 2001). Penderita DA yang disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman stafilokokus dan steroid topikal (Fauzi N., Sawitri, Pohan S.S., 2009). Probiotik dan DA Untuk penggunaan probiotik, beberapa randomized controlled trials dengan jumlah sampel kecil menunjukkan penurunan derajat keparahan DA dan dapat mencegah DA sampai derajat tertentu dkk . Menurut penelitian Isaular CFU Lactobacillus GG yang diberikan selama 2-4 minggu sebelum lahir

8. sampai 6 bulan sesudah lahir menurunkan kejadian DA sampai 50% pada bayi-bayi dengan risiko tinggiDA (Sugito T.L., 2009). Alergi merupakan bentuk “Th2-disease” yang upaya perbaikannya memerlukan pengembalianpenderita pada kondisi “Th1-Th2” yang seimbang. Perkembangan ilmu dan teknologi memungkinkanperubahan paradigma pencegahan alergi dari paradigma penghindaran faktor resiko menjadi paradigmainduksi aktif toleransi imunologik. Konsep probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktifrespon imunologik menuju keseimbangan “Th1-Th2”. Pada uji klinik, probiotik dibuktikan dapatmenurunkan gejala alergi yang berhubungan dengan dermatitis atopik dan alergi makanan. Kelemahan ujiklinik adalah ketidakmampuannya dalam menghasilkan informasi mengenai mekanisme dan hubungansebab akibat. Ekstrapolasi dan sintesis atas fakta-fakta ilmiah yang telah dihasilkan oleh uji klinik danpenelitian mekanisme probiotik pada

Page 24: DERMATITIS (2).docx

hewan coba menunjukkan bahwa probiotik dapat menurunkanreaksi alergi melalui aktivasi TLR2 dan TLR4. Penelitian probiotik pada ibu hamil menunjukkan bahwaefek dini probiotik pada sistem imun ibu bukanlah pada supresi Th1 tetapi pada aktivasi tregulator yangberfungsi menjaga homeostasis Th1-Th2, sehingga kelangsungan kehamilan tidak terganggu (EndaryantoE., & Harsono A., 2010). Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu, karena itu perludiidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut.- Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen, pemutih, dll)- Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi- Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat- Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA- Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu- Menghindarkan stres emosi- Mengobati rasa gatalDIET ELIMINASI Alergi makanan dapat mencetuskan kekambuhan lesi kulit penderita dermatitis atopik melaluimekanisme imunologi dan non imunologis. Hubungan antara alergi makanan dengan dermatitis atopikdapat diketahui dari gejala klinis. Dengan diet eliminasi dapat memperbaiki dermatitis atopik. Denganmengetahui daftar makanan sehari-hari secara detail dapat membantu penderita dan dokter dalammemperkirakan jenis makanan mana yang ada hubungannya dengan gejala-gejala alergi makanan yangtimbul seperti urtikaria dan pruritus. Makanan yang dicurigai dihindari dari diet selama 2 minggu atausampai gejala hilang.

9. Intervensi dan Pencegahan Nonmedis1. Memakai kain yang lembut untuk berpakaian.2. Menghindari keringat berlebihan.3. Menggunaka pelembab.4. Menghindari faktor-faktor pencetus.5. Pemberian ASI ekslusif Studi menunjukkan pemberian ASI ekslusif dalam 3 bulan pertama kehidupan berhubungan denganmenurunnya insidensi dermatitis atopik semasa anak-anak pada anak dengan riwayat atopi pada keluarga.TERAPI NON-FARMAKOLOGI Telah diketahui bahwa pasien dengan dermatitis atopik lebih rentan terhadap iritan daripada orangnormal. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor pemicu yang mungkinmemperparah keadaan ruam/suar. Rekomendasi yang diberikan dapat berupa menghindari parfum yangberlebihan dari sabun atau deterjen, membilas dua kali pakaian yang dicuci, menghindari perubahan suhuyang ekstrem, serta waspada terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai alergi. Tabir surya dapatdigunakan pada pasien dermatitis atopik, tetapi lebih baik menggunakan agen nonkimia sebab bahan-bahan tersebut lebih tidak menyebabkan iritasi atau dermatitis kontak (tabir surya kimia biasanyamengandung titanium atau seng oksida). Epidermis dari kulit atopik menunjukkan penurunan kemampuan dalam menahan kelembaban.Karakteristik tersebut diperparah oleh adanya perubahan eksternal, seperti perubahan udara dan paparanalergen. Oleh karena itu, amat penting untuk memelihara kenormalan kulit sebab iritasi, walaupun sedikit,dapat mengakibatkan mikrofisura yang bertindak sebagai jalur masuk berbagai patogen. Hidrasi kulitmerupakan penanganan nonfarmakologi yang paling utama. Losion dapat memperparah xerosis,sedangkan krim (seperti Cetaphil, Eucerin) atau salep (seperti Aquaphor, petroleum jelly) lebih baikdalam melindungi terhadap kekeringan. Pemberian emolien disarankan segera setelah mandi. Perludiperhatikan juga komposisi emolien yang akan dipilih sebab aroma, pewarna, dan pengawet tertentudapat menyebabkan iritasi. Penanganan Nonfarmakologi Dermatitis Atopik Identifikasi dan eliminasi alergen yang berpotensi memicu atau memperparah dermatitis

Page 25: DERMATITIS (2).docx

Kurangi frekuensi mandi, mandi sehari sekali Gunakan air yang hangat ketika mandi Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi Hindari penggunaan lap atau penggosok yang dapat

10. mengiritasi Lembabkan kulit yang kering, lalu tepuk-tepuk dengan lembut hingga kering Gunakan emolien dalam tiga menit setelah mandi Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih untuk mencegah timbulnya guratan ketika menggaruk Gunakan sarung tangan berbahan katun untuk mencegah menggaruk dimalam hari Gunakan baju dan piyama yang berbahan katun Hindari mencuci dengan deterjen yang keras Gunakan pelembab sesering mungkin guna menjaga kulit tetap lembut dan halus (minimal dua kali sehari)TERAPI FARMAKOLOGI1. Kortikosteroid Topikal Kortikoid topikal telah menjadi standard dalam penanganan peradangan serta pruritus yangberkaitan dengan dermatitis atopik. Biasanya, kortikesteroid topikal digunakan dalam terapi akut jangkapendek dari ruam/suar, tetapi harus dikombinasikan dengan emolien. Praktisi yang asing denganpenggunaan kortikosteroid topikal seringkali sulit menentukan penggunaannya sebab amat banyaknyatipe, kekuatan, nama generik, nama dagang, formulasi, serta indikasi produk. Dalam penggunaannya,kortikosteroid diurutkan berdasarkan potensinya serta kemampuan vasokonstriktornya. Pada umumnya,steroid dengan potensi yang paling tinggi digunakan untuk jangka waktu yang pendek (umumnya, kurangdari tiga minggu) dalam penanganan dermatitis atopik akut atau untuk lesi yang menebal. Karena efeksampingnya, steroid tipe ini tidak boleh digunakan pada area wajah, membran mukosa, kelopak mata,atau area kulit yang berlipat. Steroid dengan potensi sedang dapat digunakan untuk dermatitis atopik yanglebih kronik , terutama pada area leher atau punggung. Steroid dengan potensi rendah biasanya digunakanpada anak-anak. Pembawa yang digunakan dalam sediaan steroid juga merupakan hal penting yang sangat perludiperhatikan. Sama halnya deengan penggunaan emolien, bentuk sediaan salep lebih baik dipilih dalampenggunaan steroid sebab sediaan salep lebih baik dalam mengoklusi epidermis sehinngga dapatmeningkatkan absorbsi perkutan dari kortikosteroid dibandingkan sediaan krim dengan kekuatan yangsama. Hal tersebut dapat menjadi pilihan untuk lesi yang menebal atau untuk ruam/suar akut sebabkondisi tersebut membutuhkan tingkat oklusi yang tinggi guna menunjang absorbi. Metode lain oklusi,seperti pengunaan perban, pakaian yang ketat atau popok, juga dapat meningkatkan absorpsi secarabermakna. Hal ini bisa memberikan efek seperti yang diharapkan oleh praktisi, tetapi bisa juga tidak.Oleh karena itu, praktisi harus tetap waspada. Pemilihan pembawa juga dapat didasarkan oleh area tubuh.

11. Sebagai contoh, jika diinginkan penggunaan pada area berambut, seperti kulit kepala atau janggut, dapatdipilih bentuk sediaan larutan atau gel. Hal-hal tersebut merupakan pertimbangan yang dapat digunakanketika merekomendasikan penggunaan kortikosteroid atau ketika pemberian konseling kepada pasien. Biasanya, kebanyakan kortikosteroid digunakan satu hingga beberapa kali sehari walaupun belumada manfaat yang jelas dengan penggunaan lebih dari sekali sehari. Ketika digunakan bersama denganproduk topikal lain, seperti pelembab, penting diperhatikan bahwa kortikosteroid harus digunakan terlebihdahulu. Dalam meracik kortikosteroid, jumlah yang pas untuk penggunaan sekali dewasa untuk seluruhtubuh umumnya berkisar antara 30 gram krim atau salep. Ole karena itu, jika terapi dua kali sehari keseluruh tubuh selama dua minggu, jumlah rata-rata yang dibutuhkan ialah 1 kg. Kegagalan terapibiasanya disebabkan oleh jumlah yang tidak memadai. Keprihatinan terhadap efek samping yang muncul akibat penggunaan steroid berdampak

Page 26: DERMATITIS (2).docx

padapembatasan penggunaannya pada area tertentu anak-anak. Kurangnya kepercayaan praktisi dan pasienkeamanaan kortikosteroid topikal berdampak pada ketidakpatuhan dan subterapi. Efek samping yangterjadi bergantung pada berbagai faktor, seperti konsentrasi sediaan yang digunakan, jumlah yangdigunakan, frekuensi penggunaan, serta durasi penggunaan. Penggunaan kortikosteroid topikal jangkapanjang berdampak pada abnormalitas kulit, seperti atropi kulit, striae, hipopigmentasi, serta jerawatyang diinduksi steroid. Efek sistemik, seperti supresi HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal),keterlambatan pertumbuhan, serta abnormalitas adrenal lain, telah dilaporkan sehingga mempersempitpenggunaan steroid topikal pada anak-anak. Penggunaan Kortikosteroid Topikal Pada Dermatitis AtopikPotensi steroid berdasarkan kemampuan vasokonstriksinya Biasanya, steroid dengan potensi tinggi : Penggunaan tidak lebih dari tiga minggu Penggunaan untuk lesi yang tebalTidak untuk digunakan pada wajah, area lipatan kulit, atau membran mucusPembawa merupakan faktor penting yang harus diperhatikan selain konsentrasi steroid Sifat oklusif dapat meningkatkan absorbs perkutan Salep lebih kuat daripada krim yang mana krim lebih kuat daripada losion Bentuk gel dapat bermanfaat pada area berambut atau berminyakPenggunaan bersama dengan pelembab Gunakan kortikosteroid terlebih dahulu Tujuan kombinasi tersebut ialah untuk meningkatkan kelembaban sementara mengurangi penggunaan kortikosteroid.

12. 2. Antihistamin Karena dermatitis atopik seringkali menyebabkan pruritus, antihistamin biasanya digunakan untukmencegah terjadinya siklus “garuk-gatal “. Penggunaan antihistamin dalam kasus ini masih sedikitditunjang oleh uji klinik karena setiap pruritus yang dirasakan bukan dimediasi oleh histamine. Mediator,seperti neuropeptide dan sitokin, telah menunjukkan asosiasi dengan rasa gatal pada dermatitis atopik.Akan tetapi karena pruritus bertambah parah pada malam hari, antihistamin yang memberikan efek sedasi(seperti hidroksin atau difenhidramin) dapat membantu tidur, sedangkan antihistamin dengan efeknonsedasi memberikan hasil yang bervariasi. Antidepresan trisiklik, seperti doxepin, yang menghambatbaik reseptor h 1 dan h 2, juga dapat digunakan pada dosis 10-75 mg pada malam hari dan sampai 75 mgdua kali sehari dewasa. Penggunaan obat tersebut dapat bermanfaat, terutama pada pasien atopik yangmengalami depresi. Antihistamin topikal, seperti krim doxepin 5 % atau krim difenhidramin, jugamenunjukkan hasil yang netral, tetapi pada umumnya tidak direkomendasikan sebab menyebabkansensitifitas tinggi pada kulit karena bahan tambahannya.3. Imunomodulator topical Inhibitor kalsineurin topikal, seperti takrolimus dan pimekrolimus dapat menjadi pilihan untukterapi jangka panjang sebab produk tersebut dapat digunakan pada seluruh bagian tubuh dalam jangkawaktu yang cukup lama tanpa harus takut akan efek samping seperti yang timbul pada penggunaankortikesteroid. Merujuk pada efek samping yang muncul pada penggunaan kortikesteroid, dievaluasipotensi atropogenik dari takrolimus dan pimekrolimus pada orang sehat. Data menunjukan bahwa tidakada ancaman atropi kulit untuk penggunaan jangka panjang. Agen tersebut membentuk kompleks yangmenghasilkan inhibisi terhadap kalsineurin, suatu senyawa yang menginhibisi aktivitas sel T. Melaluiinhibisi tersebut, kompleks yang terbentuk dapat mengurangi komponen inflamasi dari dermatitis atopik.Walaupun struktur kedua senyawa tersebut mirip, pimekrolimus topikal lebih lipofilik daripadatakrolimus sehingga menunjukkan lebih sedikitnya penetrasi kutan. Sejumlah studi menunjukkan efektivitas, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dalampenggunaan salep takrolimus 0,03% dan 0,1% untuk dermatitis atopik pada anak-anak dan dewasa. Padapenggunaan dua kali sehari, pasien melaporkan

Page 27: DERMATITIS (2).docx

adanya pengurangan pruritus dan lesi secara bermaknasehingga menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, FDA mengizinkan penggunaan salep0,03% dan 0,1% untuk dermatitis atopik sedang hingga berat pada dewasa dan salep 0,03% untukdermatitis atopik anak-anak berusia 2-15 tahun. Takrolimus topikal diindikasikan untuk terapi lini keduadalam penanganan dermatitis atopik jangka pendek atau penanganan akut dermatitis atopik sedang hinggaberat yang gagal diterapi dengan jenis obat lain. Beberapa studi pada anak-anak dan dewasa menunjukkanpengurangan frekuensi ruam/ suar serta gejala dermatitis atopik pada penggunaan salep takrolimus. Suatuperbandingan menemukan adanya efikasi yang sebanding antara salep takrolimus 0,0% denganhidrokortison butirat 0,1% yang merupakan kortikosteroid dengan potensi sedang.

13. Evaluasi terhadap keamanan takrolimus topikal menunjukkan keluhan paling umum berupa rasagatal atau terbakar pada area aplikasi. Walaupun belum ada data yang menunjukkan pernyataan ini ,banyak praktisi merekomendasikan pemberian kortikosteroid topikal sebelum takrolimus untukmengurangi rasa terbakar dan eritema yang muncul. Terdapat efek samping sistemik untuk penggunaantakrolimus yang telah tercatat dengan baik, tetapi belum teramati pada pasien yang menggunakan salepuntuk dermatitis atopik. Pasien yang menerima imunosupresan sistemik secara jangka panjang cenderungmengalami aktinik keratosis, kulit akibat virus, serta kanker kulitnon melanoma. Walaupun mengeluarkanperingatan tentang penggunaan jangka panjang takrolimus dan pimekrolimus, FDA mengakui belumdiketahuinya hubungan sebab-akibat langsung antara kanker kulit inhibitor kalsineurin topikal. Studijangka panjang sedang berlangsung. Krim pimekrolimus 1% telah menunjukkan keamanan dan efektivitas pada terapi dermatitis atopikjangka panjang. Suatu studi multisenter, acak, double-blind pada bayi dan anak-anak ditemukan bahwakemunculan ruam/suar dapat dihambat dan terjadi penurunan keparahan penyakit secara umum. Bahkanpada pasien yang membutuhkan steroid sekalipun, penggunaan krim ini dapat mengurangi secarabermakna durasi penggunaan steroid. Hal tersebut mendukung penggunaan pimekrolimus sebagai terapilini pertama. Studi farmakokinetik telah mengevaluasi konsentrasi akibat absorpsi pimekrolimus padaanak-anak. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pimekrolimus dapat ditoleransi pada penggunaan lokaldan efek sistemik tidak nampak. Walaupun belum ada studi perbandingan, nampak bahwa takrolimus dapat lebih efektif dalammenangani kasus berat dermatitis atopik daripada pimekrolimus. Diduga juga bahwa penggunaantakrolimus dapat memunculkan rasa terbakar sementara yang lebih tinggi dibandingkan pimekrolimus.Hal tersebut disinyalir karena lebih tingginya aktivitas imunosupresan takrolimus. Suatu studi terbaruyang mengevaluasi penggunaan krim pimekrolimus 1% pada bayi mengalami tanda dan gejala dermatitisatopik menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala secara progresif. Fakta tersebut mendukungpenggunaan pimekrolimus pada tahap awal. Penggunaan bersama antara kortikosteroid dan pimekrolimusjuga dievaluasi pada bayi dan anak-anak berusia tiga bulan hingga 11 tahun dengan dermatitis atopikringan hingga berat. Pimekrolimus digunakan pada tahap awal munculnya tanda dan apabila tidakterkontrol, diberikan kortikosteroid potensi sedang di malam harinya. Ditemukan bahwa kombinasitersebut cukup efektif dalam penanganaan dermatitis atopik. Penggunaan Imunomodulator Topikal pada Dermatitis Atopik1. Salep Takrolimus 0,1% (protopic) : Untuk dermatitis atopik sedang hingga parah pada dewasa yang tidak cukup memberikan respon dengan terapi lain.2. Salep Takrolimus 0,03% : Untuk dermatitis atopik sedang hingga parah pada anak-anak yang berusia dua tahun ke atas.3. Krim pimekrolimus 1% : Untuk dermatitis atopik

Page 28: DERMATITIS (2).docx

ringan hingga sedang pada anak-anak dan dewasa ( telah dipelajari penggunaannya pada bayi berusia tiga bulan).

14. Gunakan dua kali sehari Dapat digunakan untuk jangka panjang Dapat menyebabkan penurunan ruam/ suar4. Sediaan Tar Sediaan tar batu bara menunjukkan aktivitas sebagai antipruritus dan antiinflamasi pada kulit. Tarbatu bara telah digunakan dalam kombinasi dengan kortikosteroid topikal sebagai tambahan untukmengurangi kekuatan kortikosteroid dan dalam hubungannya dengan terapi sinar UV. Produk tar batubara tersedia dalam bentuk tar batu bara kasar (1-3%) atau liquor carbonic detergens (LCD) (5-20%).Pada waktu tertentu, sediaan tar batu bara dapat dibuat sendiri oleh farmasis menjadi berbagai jeniskonsentrasi atau bahkan dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Sediaan tar batu bara tidak bolehdigunakan pada lesi akut yang berdarah sebab dapat menyebabkan iritasi dan sensasi menyengat. Baunyayang tajam dan dapat mewarnai pakaian merupakan faktor pembatas penggunaannya. Oleh karena itu,sebaiknya pasien diinstruksikan untuk menggunakan produk tersebut sebelum tidur dan segeramembilasnya ketika bangun. Selain itu, dilaporkan juga adanya folikulitis dan fotosensitivitas.Terapi untuk dermatitis atopik yang sukar disembuhkan1. Okulasi dan Pembalut yang basah Membalut atau membungkus seluruh badan dengan kain yang sejuk dapat efektif dalam meringankan rasa gatal, terutama di malam hari. Cara tersebut dapat digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk menangani ruam/suar akut atau lesi kronik yang menebal (likenifikasi). Maserasi kulit, fisura, serta infeksi dapat terjadi. Dengan demikian, cara ini hanya dibatasi pada lesi yang kronik dan berat. Mengompres dengan air hangat selama 20 menit empat sampai enam kali sehari dapat membantu mengeringkan luka berdarah.2. Sinar ultraviolet Sinar UV memilliki manfaat fototerapeutik bagi pasien dengan dermatitis atopik yang parah. Terapi sinar dengan sinar ultraviolet B gelombang pendek (UVB) dapat bermanfaat sebagai terapi tambahan untuk dermatitis atopik yang kronis dan membandel. Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang lebih tinggi dapat bermanfaat pada eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa eosinofil serta sel epidermal Langerhans dapat menjadi target dari intensitas tinggi UVA.IMUNOSUPRESAN SISTEMIK Jika terapi topikal atau fototerapi gagal mengendalikan gejala dermatitis atopik, agenimunosupresan sistemik dapat digunakan. Hal tersebut didasarkan oleh penjelasan yang menyimpulkanbahwa penyakit tersebut melibatkan sel langerhans, eosinofil serta sel mast.

15. 1. Kortikosteroid Sistemik Kortikosteroid oral diindikasikan untuk terapi dermatitis atopik kronik yang parah. Biasanya terapi jangka pendek ( seperti prednisone 40 -60 mg/hari selama 3-4 hari lalu 20 -30 mg/hari selama 3-4 hari) dapat digunakan untuk mengendalikan ruam/suar parah. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek samping sistemik, seperti hipertensi, masalah pertumbuhan dan prekembangan, atau gejala cushigoid. Terapi dengan kortikosteroid sistemik penting dikombinasikan dengan perawatan kulit secara intensif, yakni menggunakan kortikosteroid topikal dan emolien.2. Siklosporin Siklosporin oral dapat digunakan dalam jangka pendek untuk dermatitis yang parah dan membandel pada dewasa dengan dosis 5 mg/kg/hari. Anak-anak dengan kasus serupa dapat diberi siklosporin dengan dosis yang lebih rendah yakni, 3 mg/kg/hari dengan peringatan. Tolerabilitas dengan dosis anak baik dan kebanyakan efek samping yang muncul teratas pada nyeri abdominal dan sakit kepala.3. Azatioprin Azatioprin merupakan imunosupresan sistemik

Page 29: DERMATITIS (2).docx

yang lain bermanfaat pada dermatitis atopik parah. Kerugian utama penggunaan azatioprin dibandingkan siklosporin ialah onset yang tertunda selama 4-6 minggu. Walaupun tercatat banyak efek samping, seperti mielosupresi, hepatotoksisitas, gangguan gastrointestinal dan lain-lain, terbukti bahwa azatropin dapat membantu mengurangi gejala dermatitis atopik.4. Antimetabolit Mikofenolat mofetil suatu imunosupresan yang biasa digunakan dalam trasnplantasi organ, menunjukkan pengurangan dermatitis atopik yang resisten terhadap terapi lain dalam suatu studi terbuka dan berjangka pendek. Walaupun belum ada studi yang mengevaluasi penggunaannya untuk dermatitis atopik, terdapat bukti anekdotal tentang efektifitas metotrekstat pada dosis 2,5 mg/hari sebanyak empat kali seminggu. Karena efek mielosupresinya, parameter hematologi pasien perlu diawasi secara ketat. Efek samping lain meliputi hepatotoksitas, toksisitas paru-paru, dan toksisitas saluran cerna. Diperlukan pemberian suplemen asam folat.5. Interferon Interferon yang dikenal sebagai inhibitor sel TH, dipertimbangkan menjadi plihan yang logis untuk menekan respon lgE pada pasien dermatitis atopik. Injeksi interferon mahal dan seringkali menimbulkan gejala mirip flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, mialgia, arthralgia, mual, muntah, dan diare. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan rutin pada pasien dermatitis atopik.6. Kortikosteroid Topikal

16. Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim scabies bersama-sama dengan obat scabies. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan penekanan tanda- tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.Penggunaan Kortikosteroid TopikalIndikasi :Lesi perioralKrim hidrokortison 1% dapat digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari untuk mengatasi lesi radangyang tidak terinfeksi pada bibir dan kulit di sekitar mulut. Salep atau krim hidrokortison dan mikonazolbermanfaat pada inflamasi yang disertai infeksi oleh organisme yang peka, terutama pada awalpengobatan (sampai sekitar 7 hari), misalnya pada keilitis angular. Organisme yang rentan terhadapmikonazol adalah Candida spp, dan beberapa gram positif, termasuk streptokokus dan stafilokokus.Pemakaian Pada AnakAnak-anak, khususnya bayi, sangat rentan terhadap efek samping. Namun, jangan karena profil keamanankortikosteroid topikal, anak-anak menjadi tidak diobati. Tujuannya adalah untuk mengatasi kondisi sebaikmungkin; pengobatan yang tidak memadai akan memperparah kondisi. Kortikosteroid lemah, sepertisalep atau hidrokortison 1%, bermanfaat untuk mengobati ruam popok dan untuk eksim atopik pada masakanak-kanak. Kortikosteroid sedang sampai kuat cocok untuk eksim atopik parah pada anggota badan,digunakan hanya 1-2 minggu. Bila kondisi membaik, ganti ke sediaan yang kurang kuat. Pada keadaankambuhan akut eksim atopik, cocok digunakan sediaan kortikosteroid kuat dalam jangka pendek untukmengendalikan kondisi penyakit. Penggunaan harian terus-menerus tidak dianjurkan meskipunkortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1% sebanding dengan betametason 0,1% yang digunakansesekali. Untuk bayi di bawah 1 tahun, hidrokortison merupakan satu-satunya kortikosteroid yangdirekomendasikan penggunaannya. Kortikosteroid lain dengan potensi lebih kuat dikontraindikasikan.Untuk anak usia di atas 1 tahun, kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau kuat-sedang sebaiknyadigunakan dengan sangat hati-hati dan hanya digunakan dalam jangka pendek ( 1-2 minggu ).Kortikosteroid yang sangat poten hanya dapat digunakan berdasarkan konsultasi dengan dokter spesialiskulit. Kortikosteroid topical untuk anak dapat digunakan pada kondisi berikut : Gigitan dan sengatan serangga – kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti krim hidrokortison 1%.

Page 30: DERMATITIS (2).docx

17. Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada bayi di atas 1 bulan – kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti hidrokortison 0,5 atau 1% selama 5-7 hari ( dikombinasikan dengan antimikroba jika terjadi infeksi ). Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1%. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas tahun – kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama hanya 1-2 minggu, segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat kondisi membaik. Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, - kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea atau asam salisilat untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid.Pilihan Formulasi Krim larut air untuk lesi yang lembab atau eksudatif dan salep umumnya dipilih untuk lesi yangkering, lichenified atau bersisik, atau bila efek oklusif diperlukan. Losion mungkin berguna biladiaplikasikan minimal dibutuhkan untuk daerah yang luas atau untuk pengobatan luka eksudatif. Perbanoklusif polythene meningkatkan absorpsi, tetapi juga meningkatkan efek samping; karena itu, dipakaihanya di bawah kulit yang sangat tebal, seperti telapak tangan dan kaki. Penambahan urea atau asam salisilat meningkatkan penetrasi dari kortikosteroid. Sediaan yangmengandung kortikosteroid paling ringan denagn dosis efektif terendah merupakan salah satu pilihan;sedapat mungkin pengenceran harus dihindari. Kekuatan Kortikosteroid Topikal Potensi Contoh Ringan Hidrokortison 1% Kuat-sedang Klobetason butirat 0,05% Kuat Betametason 0,1% ( sebagai valerat ) Hidrokortison butirat Sangat kuat Klobetasol propionatPeringatan Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah karena dapat meninggalkanbekas yang tidak hilang dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak hindari penggunaan jangka panjang danpenggunaan kortikosteroid kuat atau sangat kuat; apabila digunakan, harus di bawah pengawasan dokterspesialis. Peringatan keras juga ditujukan pada dermatosis pada bayi, termasuk ruam popok, pengobatansebaiknya dibatasi 5-7 hari. Penggunaan yang kuat pada psoriasis dapat menyebabkan penyakit muncullagi, timbulnya psoriasis pustular yang merata dan toksisitas lokal dan sistemik.

18. Kontraindikasi Lesi kulit akibat bakteri, jamur, atau virus yang tidak diobati; rosasea ( jerawat rosasea ) danperioral dermatitis; kortokosteroid kulit dikontraindikasikan untuk plak psoriasis dengan sebaran yangluas.Efek Samping Berbeda dengan golongan yang kuat dan sangat kuat, kelompok kortikosteroid sedang dan lemahjarang menyebabkan efek samping. Semakin kuat sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati karenaabsorpsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan adrenal dan Cushing syndrome tergantung dari daerahtubuh yang diobati dan lamanya pengobatan. Perlu diingat bahwa absorpsi terbanyak terjadi dari kulityang tipis, permukaan kasar, serta daerah lipatan kulit dan absorpsi ditingkatkan oleh adanya oklusi. Efek samping lokal meliputi : Penyebaran dan perburukan infeksi yang tidak diobati; Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan dihentikan karena struktur asli mungkin tak akan kembali; Striae atrofis yang menetap; Dermatitis kontak; Dermatitis perioral; Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea; Depigmentasi ringan yang mungkin hanya sementara, tetapi bisa menetap sebagai bercak-bercak putih; Hipertrikosis.Catatan Untuk meminimalkan efek samping kortikosteroid topikal, pemakaian sediaan ini hendaknyadioleskan secara tipis saja pada daerah yang akan diobati dan gunakan kortikosteroid yang paling kecilkekuatannya, tapi efektif.Frekuansi Aplikasi Sediaan kortikosteroid sebaiknya diberikan sekali atau dua kali sehari saja. Tidak perlumengoleskan obat ini lebih sering. Kortikosteroid topikal

Page 31: DERMATITIS (2).docx

diratakan secara tipis pada kulit.Panjang/banyaknya salep/krim yang dikeluarkan dari tube dapat digunakan untuk menentukan banyaknyaobat yang dioleskan pada kulit. Berikut ini adalah besar kemasan sediaan kortikosteroid yang tepat untukperesepan bagi daerah tubuh tertentu. Daerah Tubuh Krim dan Salep

19. Wajah dan leher 15 hingga 30 gram Tangan 15 hingga 30 gram Kulit kepala 15 hingga 30 gram Lengan 30 hingga 60 gram Kaki 100 gram Badan 100 gram Selangkangan dan alat kelamin 15 hingga 30 gram Jumlah ini biasanya cocok untuk dewasa dengan penggunaan dua kali sehari selama seminggu. Mencampur sediaan topikal pada kulit sedapat mungkin dihindari; sekurang-kurangnya sebaiknyaberselang 30 menit antara pemakaian sediaan yang berbeda. Penggunaan emolien sesaat sebelumpemakaian kortikosteroid adalah tidak tepat.7. Antihistamin Antihistamin topikal dapat digunakan pada mata, hidung, dan kulit. Antihistamin oral juga dapatmencegah urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit pada urtikaria, gatal, gigitan dan sengatanserangga, serta alergi obat. Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik.Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek, tetapi beberapa (seperti prometazin)memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin nonsedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang.Semua antihistamin golongan lama menyebabkan sedasi meskipun alimemazin (trimeprazin) danprometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi inikadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yangmenunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyairespon yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin nonsedatif, seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin,terfenadin, dan mizolastin, lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibandinggolongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit.PERINGATAN DAN KONTRAINDIKASI Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harusdigunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko glaukoma sudutsempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati, dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan padagangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah2 tahun tidak dianjurkan, kecuali atas petunjuk dokter, dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyakantihistamin harus dihindari pada porfiria meskipun beberapa (seperti klorfeniramin dan setirizin)diperkirakan aman.

20. EFEK SAMPING Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama walaupunstimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang, terutama pada pemberian dosis tinggi atau padaanak dan pada lanjut usia. Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauhkurang dengan antihistamin yang lebih baru. Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamingolongan lama, meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik, seperti retensi urin,mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna. Efek samping lain yang jarang dariantihistamin, termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor,konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasmus, angioedema, dan anafilaksis, ruamkulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hati, dan glaukoma sudut sempit.ANTIHISTAMIN YANG TIDAK MENYEBABKAN KANTUK

Page 32: DERMATITIS (2).docx

Walaupun mengantuk jarang dijumpai, pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dandapat mempengaruhi aktivitas yang memerlukan keterampilan, misalnya mengendalikan mobil.Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari.ANTIHISTAMIN YANG MENYEBABKAN KANTUK Efek samping mengantuk akan mempengaruhi aktivitas yang memerlukan keterampilan sepertimengemudi mobil. Efek sedasi meningkat dengan pengaruh alkohol (Sukandar et al., 2011)

21. BAB VI EVALUASI & PEMILIHAN PRODUK OBAT TERKAIT YANG ADA DI PASARANTERAPI YANG TIDAK TERBUKTIInterferon γIFN γ dikenal untuk menekan respon IgE dan menurunkan regulasi proliferasi dan fungsi sel Th2.Beberapa penelitian pada pasien dermatitis atopik, termasuk pada multicentre, double-blind, placeco-controlled trial,58 dan two long-term open trials,59,60 telah menunjukkan bahwa pengobatan denganrekombinan IFNγ manusia menghasilkan perbaikan klinis. Berkurangnya keparahan dermatitis atopikterkait dengan kemampuan IFNγ untuk mengurangi angka eosinofil. Gejala menyerupai influenza secaraumum merupakan efek samping awal pada pengobatan ini.OmalizumabPengobatan pasien dermatitis atopik yang berat dan peningkatan level serum IgE dengan anti-IgEmonoclonal menunjukkan kemanjuran yang kecil pada tiga pasien dewasa dan perbaikan yang bermaknapada tiga pasien remaja.Imunoterapi alergenTidak seperti rhinitis alergika dan asma berat, imunoterapi dengan aeroalergen tidak menunjukkankemanjuran yang berarti. Ada laporan yang bersifat anekdot pada eksaserbasi penyakit dankesembuhannya. Penelitian terbaru tentang imunoterapi yang spesifik selama lebih dari 12 bulan padapasien dermatitis atopik dewasa yang disensitisasi dengan alergen debu menunjukkan perbaikan padaindeks SCORAD sama seperti pengurangan penggunaan steroid topikal. Bagaimanapun juga, penelitianyang terkontrol dengan baik masih dibutuhkan untuk menentukan hubungan imunoterapi dengan penyakitini.Extracorporeal PhotopheresisExtracorporeal Photopheresis terdiri dari bagian dari psoralen-pengobatan leukosit yang melalui sistemsinar UVA extracorporeal. Perkembangan klinis di lesi kulit berhubungan dengan penurunan level IgEyang telah dilaporkan pada beberapa pasien berat, dermatitis atopik resisten yang telah diobati denganExtracorporel Photopheresis dan glukokortikoid topikal.ProbiotikPemberian probitik Lactobacillus rhamnosus jenis GG pada perinatal menunjukkan penurunan insidensidermatitis atopik pada anak-anak berisiko selama 2 tahun pertama kehidupan. Ibu diberikan salah satuplasebo atau Lactobacillus GG setiap hari selama 4 minggu sebelum persalinan dan kemudian ibu yanglain (apabila menyusui) atau pada bayi dilanjutkan dengan terapi harian selama 6 bulan. Pada studiselanjutnya, grup yang sama dinilai potensi persisten pada pencegahan dermatitis atopik dalam 4 tahun.Hasilnya menunjukkan bahwa pencegahan efek Lactobacillus pada DA dapat diperpanjang hingga diluarmasa pertumbuhan anak-anak.

22. Studi yang kedua, anak-anak dengan dermatitis atopik diobati dengan 2 jenis Lactobacillus selama 6minggu mengalami perbaikan pada eksema dibandingkan pasien yang diberikan plasebo, meskipunindeks SCORAD tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Respon pengobatan yang ditemukanlebih menyatakan pada pasien dengan tes skin prick positif dan kenaikan level IgE. Studi yang lain padaanak-anak dari dermatitis atopik sedang sampai berat yang diobati selama 8 minggu dengan L. fermentumpada studi kontrol plasebo menunjukkan kemajuan persisten dari SCORAD dalam 16 minggu. Studi inimenunjukkan probiotik ini, atau sekurangnya beberapa jenis Lactobacillus, mungkin dapat mencegah,efek akhir dari insidensi dermatitis atopik pada sebuah subset

Page 33: DERMATITIS (2).docx

pasien.Penemuan lain dalam subkelompok responden, terapi optimal [rute yaitu (langsung pada bayi ataumelalui susu ibu) lama pengobatan; jenis Lactobacillus], sebagai mekanisme yang terlibat sangatlahdibutuhkan.Chinese Herbal MedicationBeberapa kontrol plasebo percobaan klinis telah menunjukkan pasien dengan dermatitis atopik berat lebihmenguntungkan dengan pengobatan tradisional terapi herbal China. Hal tersebut mengurangi secarasignifikan penyakit kulit dan menurunkan kejadian pruritus. Keuntungan hasil pengobatan terapi herbalChina, meskipun, seringkali untuk sementara, dan keefektivan membuthkan pengobatan yangberkesinambungan. Kemungkinan untuk hepatotoksik, efek samping ke jantung, atau reaksi aneh masihmenjadi perhatian. Kandungan spesifik herba juga dijelaskan dan beberapa preparasi telah ditemukanterkontaminasi dengan kortikosteroid. Saat ini, terapi herbal China untuk dermatitis atopik perludipertimbangkan untuk diteliti.MONOGRAFI OBAT KORTIKOSTEROID TOPIKALAlklometason DipropionatIndikasi : Kelainan radang kulit, seperti eksim.Peringatan : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 – 2 kali sehari.Sediaan Beredar : Aloderm (Bernofarm) Krim 0,5 mg/g (K). Armoclom (Armoxindo Farma) Krim 0,5 mg/g (K). Cloderm (Ikapharmindo) Krim 0,05% (K). Perderm (Schering Plough Indonesia) Krim 0,05% (K).Beklometason DipropionatIndikasi : Kelainan radang kulit yang berat, seperti eksim yang tidak member respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis; lihat keterangan diatas.Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.

23. Kontraindikasi : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 – 2 kali sehari.Sediaan Beredar : Bernocort (Bernofarm) Krim 0,25mg/g (K). Cleniderm (Soho) Krim 0,025% (K).Propaderm (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,025% (K).Betameason DipropionatIndikasi : Psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas. Pemberian lebih dari 100 g perminggu dari sediaan 0,1% menimbulkan peneknan adrenal.Kontraindikasi : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1 – 2 kali sehari.Sediaan Beredar : Beprosone (Hoe Pharmaceutical/Merapi Utama) Krim 0,05% (K). Diprosone OV (Schering Plough) Krim 0,05%; Gel 0,5%; Salep 0,5 mg/g (K). Mesonta (Otto) Krim 0,05% (K). Oviskin (Dankos) Krim 0,5 mg/g (K). Proson (Bernofarm) Krim 0,5 mg/g; Gel 0,5 mg/g (K). Scanderma (Tempo Scan Pacific) Krim 0,5 mg/g; Gel 0,5 mg/g (K). Skizon (Hexpharm) Krim 0,5 mg/g (K). Kombinasi dengan Kalsipotriol: Daivobet (Leo Pharmaceutical/Darya Varia) Salep (K). Kombinasi dengan Gentamisin; Betasin (Otto Pharmaceuticals) Krim (K).Diprogenta (Schring Plough) Krim; Salep (K).Mastroson (Darya Varia) Krim (K).Proson G (Bernofarm) Salep (K).Scanderma Plus (Tempo Scan Pacific) Krim (K).Skinal (Sandoz Indonesia) Krim (K).Kombinasi dengan Asan Salisilat: Diprosalic (Schering Plough) Cairan obat luar; Salep (K). Proson S (Bernofarm) Cairan obat luar; Salep (K).Temprosal (Tempo Scan Pacific) Salep (K).Kombinasi dengan Klotrimazol: Lotriderm (Schering Plough) Krim (K). Oviski-C (Dankos) Krim (K).Kombinasi dengan Mikonazol: Proson M (Bernofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Neomisin: Proson N (Bernofarm) Krim (K).DesoksimetasonIndikasi : Radang akut yang berat, kelainan kulit alergis dan kronis; psoriasis, lihat keteranga di atas.Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Cara penggunan : Dioleskan tipis 1 – 2 kali sehari

Page 34: DERMATITIS (2).docx

24. Sediaan Beredar : Denomix (Combiphar) Krim (K). Dercason (Global Multi Pharmalab) Salep 2,5 mg/g (K). Dexigen (Ilfars) Krim 2,5 mg (K). Dexocort (Kimia Farma) Krim 0,25% (K). Engson (Trpoica Mas) Cairan obat luar (K). Esperson (Aventis Indonesia) Gel 0,05%; Salep 0,25% (K). Inerson (Interbat) Salep 0,25% (K). Lerskin (Nufarindo) Krim 0,25% (K). Metsocrim (Tropica Mas) Krim 2,5 mg/g (K). Oxyzone (Dankos Laboratories) Gel 0,05%, 0,25% (K). Pyderma (Pyridam) Krim 2,5 mg/g (K). Restason (Kalbe Farma) Gel 0,5 mg/g (K). Topcort (Sanbe) Gel 0,5%; Krim 0,25% (K). Topifram (Hoechst Marion Roussel Indonesia) Krim (K).Diflukortolon valeratIndikasi : Radang kulit yang hebat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon dengan kortikosteroid kurang kuat, kekuatan tinggi (0,3%) pengobatan jangka pendek untuk eksaserbasi yang hebat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas; tidak lebih dari 60 g dari sedian 0,3% dioleskan per minggu.Kontraindikasi : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat hidrokortikosteroid dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis 1 – 2 kali sehari hingga 4 minggu (sediaan 0,1%) atau 2 minggu (sediaan 0,3%), kurangi kekuatan menurut respon.Sediaan Beredar : Neilon (Interbat) Krim 0,1% (K). Nerisona (Schering Indonesia) Krim 0,1%; Salep 0,1%, 0,3% (K). Valeron (Konimex) Krim 1 mg/g (K).Kombinasi dengan Klorquinaldol: Nerosona combi (Schering Indonesia) Krim 0,1% (K). Kombinasi dengan Isonazol Nitrat: Travocort (Schering Indonesia) Krim (K).Ester BetametasonIndikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada hidrokortison dan keterangan di atas. Pemberian lebih dari 100 g per minggu dari sediaan 0,1% menimbulkan penekanan adrenal.Kontraindikasi : Lihat pada hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari.Sediaan Beredar : Bethametasone (Generik) Krim 0,1% (K). Alphacort (Pharmac Apex) Krim 0,1% (K). Betason (Kimia Farma) Krim 0,1% (K). Betderma (Ikapharmindo) Krim 0,05 mg/g (K). Betanovate (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,1% (K). Betnovate Scalp Aplication (Combiphar) Cairan obat luar (K). Betodermin (Mugi) Krim 0,1% (K). Betopic (Armoxindo_ Krim 0,1% (K). Vason (Sandoz) krim 0,1% (K).

25. Kombinasi dengan Asam Salisilat:Celestoderm V (Schering Plough Indonesia) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Corsaderm (Corsa) Krim 0,1% (K). Metaskin (Mestika Farma) Krim 1,2 mg/g (K). Molason (Molex Ayus) 0,1% (K). Orsaderm (Ifars) Krim (K).Prosonex (Bufa Aneka) Krim 0,05% (K). Skizon (Bintang Toedjoe) Krim 0,05% (K). Betnasalic (Glaxo Wellcome Indonesia) Salep (K).Kombinasi dengan Asam Fusidat :Fusicort (Leo/Darya Varia) Krim (K). Kombinasi dengan Klioquinol :Krimbeson (Nurfarindo) Krim (K). Kombinasi dengan Garamisin :Celestoderm V With Garamycin (Schering Plough Indonesia) Krim (K). Kombinasi dengan Gentamisin :Benoson G (Bernofarm) Krim (K). Biocort (Medikon) Krim (K).Salgen Plus (Erlimpex) Krim (K).Skilone (Corsa) Krim (K).Sonigen (Global Multi Pharmalab) Krim (K).Zensoderm (Zenith) Krim (K).Kombinasi dengan Klotrimazol :Benoson C (Bernofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Mikonazol :Benosum M (Benofarm) Krim (K). Kombinasi dengan Neomisin :Bernosolon-N (Berlico Mulia Farma) Krim (K). Betnovate-N (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim; Salep (K).Bevalex (Molex Ayus) Krim (K).Metaskin-N (Metiska Farma) Krim (K).Mytaderm (Global Multi Pharmalab) Krim (K).Nisagon (Ifars) Krim (K).Tuderm-N (Meprofarm) Krim (K).FluokortolonIndikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan

Page 35: DERMATITIS (2).docx

di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari, kurangi kekuatan sesuai dengan respon.Sediaan Beredar : Ultralan (Schering Indonesia) Krim; Salep 0,25 mg/g (K). Kombinasi dengan Lidokain :Ultraproct N (Schering Indonesia) Krim (K). Fluokortolon kombinasi :Ultraproct * (Schering Indonesia) Salep (K).Fluosinolon AsetonidIndikasi : Kelainan radang kulit seperti eksim, psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari, kurangi kekuatan sesuai respon.

26. Sediaan Beredar : Bravoderm (BBufa Aneka) Krim 0,025% (K). Cinolon (Sanbe) Gel 0,25 mg/g; Krim 0,25 mg/g (K). Dermasolon (Ikapharmindo) Krim 0,25% (K). Esinol (Pharmacore Labs) Gel 0,25 mg/10 g (K). Inoderm (Meprofarm) Krim 0,025 (K).Kalcinol (Kalbe Farma) Krim 0,025% (K).Licosolon (Berlico Mulia Farma) Krim 0,25 mg/g (K). Ociderm (Pyridam) 0,025% (K). Synalar (Astra Zeneca) Gel 0,025; salep 0,025% (K).Synarcus (Ifars) Krim 0,25 mg/g (K). Kombinasi dengan Gentamisin :Cinogenta (Ferron Par Pharma) krim (K). Gentasolon (Ikapharmindo) Krim (K).Sinobiotik (Galenium Pharmasia Lab) Krim (K).Synalten (Ifars) Krim (K).Kombinasi dengan Neomisin :Cinolon N (Sanbe) Krim; 0,025% (K). Kalcinol N (Kalbe Farma) Krim (K).Neoderma (Emba Megafarma) Krim (K).Prodermis (Ifars) Krim (K).Synalar N (Astra Zeneca) Salep (K).Kombinasi dengan Klioquinol.Synalar C (Astra Zeneca) Salep (K).Flutikason propionatIndikasi : Kelainan radang kulit seperti dermatitis dan ekstrim, yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis krim 1 kali sehari atau salep 2 kali sehari.Sediaan Beredar : Cultivate (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Mediocort (Sura Dermato Medica Lab) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K).HalsinonidIndikasi : Pengobatan jangka pendek hanya untuk kelainan radang kulit yang resisten seperti eksim yang membandel tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari.Sediaan Beredar : Halog (Squibb Indonesia) Krim 0,1% (K). Halsinoid kombinasi :Halog Solution* (Squibb Indonesia) Cairan obat luar 0,1% (K).HidrokortisonIndikasi : Radang kulit ringan seperti eksim, ruam popok, lihat keterangan di atas.

27. Peringatan : Lihat keterangan di bawah; juga hindarkan penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (hati-hati pada dermatosis pada bayi termasuk dan anak-anak (hati- hati) pada dermatosis pada bayi termasuk ruam popok yang sedapat mungkin pengobatan harus dibatasi 6-7 hari) hindarkan penggunaan jangka panjang pada wajah (dan hindarkan dari mata); kortikosteroid yang tidak lebih kuat tidak boleh diberikan pada bayi di bawah 1 tahun (lihat keterangan di atas). PSORIASIS. Risiko dari kortikosteroid yang lebih kuat pada psoriasis antara lain kemungkinan kambuhnya, berkembangnya psoriasis pustuler, toksisitas lokal dan sistemik; obat-obat ini secara spesifik dikontraindikasikan dalam wajah psoriasis yang meluas.Kontraindikasi : Luka kulit akibat bakteri, jamur, atau virus yang tidak diobati; rosacea (jearawat rosacea) perioral dermatitis; tidak dianjurkan untuk akne vulgaris (kontraindikasi khususnya untuk kortikosteroid lebih kuat).Efek samping : Lihat

Page 36: DERMATITIS (2).docx

keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari. Bila krim atau salep hidrokortison diresepkan dan tidak ada kekuatan yang disebutkan, harus diberikan kekuatan 1%.Sediaan Beredar : Hydrocortisone (Generik) Krim 1%, 2,5% (K). Berlicort (Berlico Mulia Farma) Krim 2.5 (K).Calacort (Gelenium Pharmasi Lab) Krim 2,5% (K). Cartaid (Pharmacia Indonesia) Krim 2,5% (K). Certaid With Aloe (Pharmacia Indonesia) Krim 0,5% (K). Cortidermin (Mugi) Krim 1%, 2,5% (K). Cortina (Emba Megafarma) Krim 25mg.g (K).Cortil (Pfizer Indonesia) Krim 1% (K).Enkacort (Kimia Farma) Krim 1%, 2,5% (K). Flamacort (Pfizer Indonesia) Krim 1% (K).Hufacort (Gratia Husada) Krim 1%, 2,5% (K). Lexacorton (Molex Ayus) Krim 2,5% (K). Nestacort (Ifars) Krim 1%, 2,5% (K). Omnicort (Fimedco) 10 mg/g (K). Steroderm (Medikon) Krim 1% (K).Trifaderm (Trifa) Krim 1%, 2,5%, (K). Westcort (Squibb Indonesia) Krim 0,2 g/10 g (K). Zumason (Sandoz Indonesia) Krim 10 mg/ 5 g (K).Hidrokortison dan antiseptik :Cavicorta* (Ipha) 0,5% (K). Haemocaine* (Galenium Pharmasia) Salep (K).Visancort* (Sanbe) Krim (K).Hidrokortison dan Antibiotik :Amphecort* (Darya Varia) Krim (K). Erlaneohydrocort* (Erela) Krim (K).Nufacort* (Nufarindo) Krim (K).Particol* (Darya Varia) Salep (K).Sancortmycin* (Sanbe) Salep (K).Streofen* (Konimex) Krim (K).Kombinasi dengan Clioquinol :Kalviocort (Kalbe Farma) Krim (K). Kombinasi dengan Kloramfenikol :Armacort (Ifars) Krim (K). Chloramfecort (Kimia Farma) Krim (K).Colmecort (Interbat) Salep (K).Indoson (Nufarindo) Krim (K).Kemikort (Kimia Farma) Krim (K).Kemiderm (Berlico Mulia Farma) Krim (K).Solacort (Solas Langgeng Sejahtera) Krim (K).Trifamcort (Trifa Raya

28. Laboratories) Krim (K).Kombinasi dengan Mikonazol :Brentan (Squibb Indonesia) Salep (K). Micort (Fimedco) Krim (K).Thecort (Guardian Pharmatama) Krim (K).Kombinasi dengan Kampora :Viohydrocort (Combiphar) Krim (K). Hidrokortison kombinasi : Ambiod* (Nufarindo) Salep (K).Hidrokortison ButiratIndikasi : Kelainan radang kulit yang hebat seperti eksim tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Dioleskan tipis 1-2 kali sehari.Sediaan Beredar : Locoid (Yamanouchi/Combiphar) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Locoid Scalp Lotion (Yamanouchi/Combiphar) Cairan obat luar 0,1% (K).Klobetasol PropionatIndikasi : Pengobatan jangka pendek hanya untuk kelainan kulit inflamasi hebat seperti eksim bandel yang tidak responsif terhadap kortikosteroid yang kurang kuat, psoriasis lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas. Tidak lebih dari 50 g sediaan 0,005% dioleskan per minggu.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari hingga paling lama 4 minggu.Sediaan Beredar : Clobetasol (Generik) Krim 0,05% (K). Alderm (Merck Indonesia) Krim 0,05% (K). Bersol (Bermofarm) Salep 0,05% (K). Clonaderm (Ifars) Krim 0,5 mg (K). Closol (Fahrenheit Pratapa Nirmala) Krim 0,05 mg/g (K). Dermotave (Glaxo Wellcome Indonesia) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Elopro (Pharmacore Labs) Krim 0,05%; Gel 0,05%; Salep 0,05% (K). Forderm (Ferron Par Pharmaceutical) Krim 0,5 mg/g (K). Ikaderm (Ikapharmindo) Krim 0,05%; Salep 0,05% (K). Kloderma (Surya Dermato Medica Lab) Krim 0,05%; Gel 0,05%; Salep 0,05% (K). Klonat (Sandoz Indonesia) Krim 0,5 mg/g (K). Lamodex (Guardian Pharmatama) Krim 0,05% (K). Loderm (Pyridam) Krim 0,05% (K). Lotasbat (Interbat) Krim 0,5 mg/g; Salep 0,5 mg/g (K). Primaderm (Roy

Page 37: DERMATITIS (2).docx

Surya Prima Farma) Krim 0,5 mg/g; Salep 0,5 mg/ 5 g (K). Tempovate (Tempo Scan Pacific) Krim 0,05% (K).

29. Mometason FuroatIndikasi : Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat keterangan di atas.Efek samping : Lihat keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis, sekali sehari (untuk lotion pada kulit kepala).Obat Beredar : Metasone (Generik) Krim 0,1% (K). Dermovel (Ferron Par Pharma) Krim 0,1% (K). Elocon (Schering Plough Indonesia) Cairan obat luar 0,1%; Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Eloderma (Ethica) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Eloskin (Soho Industri Pharmasi) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Elox (Guardian Pharmatama) Krim 0,1%. Falcon (Fahrenheit Pratapa Nirmala) Krim 1 mg/g (K).Intercon (Interbat) Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Mesone (Pharmacore Labs) Gel 0,1%; Krim 0,1%; Salep 0,1% (K). Momet (Erlimpex) Krim (K).Motaderm (Bernofarm) Krim 1 mg/g; Salep 1 mg/g (K).Moteson (Konimex) krim 1 mg/g (K).Kombinasi dengan Asam Salisilat :Elosalic (Schering Plough) Salep (T). Kombinasi dengan Polysorbate 60 :Metagra (Graha Farms) Krim 0,1% (K).Triamsinolon AsetonidIndikasi : Kelainan radang kulit yang hebat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon terhadap kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.Peringatan : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Kontraindikasi : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Efek samping : Lihat pada Hidrokortison dan keterangan di atas.Cara penggunaan : Oleskan tipis 1-2 kali sehari.Obat Beredar : Bufacomb (Bufa Aneka) Salep 1 mg/g (K). Ketricin (Ferron Par Pharma) Salep 0,1% (K). Kenacort A (Squibb Indonesia) Krim (K).Traimcort-A (Interbat) Krim 0,1% (K). Tridez (Sandoz) Salep 0,1% (K). Trinolon A (Kimia Farma) Krim 0,1% (K). Uralog (Pharos) Pasta 0,1% (K). Kombinasi dengan Neomisin :Neolone (Darya Varia) Krim (K). Kombinasi dengan Nistatin : New Kenacomb (Squibb Indonesia) Krim; Salep (K).MONOGRAFI OBAT ANTIHISTAMIN1. Difenhidramin Hidroklorida A. Indikasi : Antihistamin, antiemetik, antispasmodik, parkinsonisme, reaksi ekstrapiramidal karena obat, anak dengan gangguan emosi.

30. B. Peringatan : Glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruktsi piloroduodenal, gejala hipertrofi prostat atau obstruksi struktural kandung kencing, riwayat asma bronkial, kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroid, penyakit kardiovaskular atau hipertensi, hamil. C. Kontraindikasi : Bayi baru lahir atau prematur, menyusui. D. Efek Samping : Pengaruh pada kardiovaskular dan SSP, gangguan darah, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, reaksi alergi. E. Interaksi : Alkohol, depresan SSP, penghambat MAO. F. Dosis : Dewasa 25-50 mg 3 kali sehari, anak 5 mg/kg bb sehari. G. Obat Beredar : Diphenhydramin (Generik) Cairan injeksi 10 mg/ml (K); Sirup 12,5 mg/5 ml (T). Adidryl (Aditama Raya Farmindo) Cairan injeksi 10 mg/mL (K).Arcodyl (Prafa) Cairan injeksi 10mg/mL (K). Drimpy 25 (Sanbe Farma) Tablet salut selaput 25 mg (T). Neo Ultradipe (Henson) Kapsul 50 mg (T). Novadryl (Novapharin) Cairan injeksi 10 mg/mL (K).2. Hidroksizin Hidroklorida A. Indikasi : Pruritus, ansietas (penggunaan jangka pendek) B. Peringatan : Awal kehamilan, hindari mengemudi dan menjalankan mesin, menyusui. C. Interaksi : Alkohol, depresan SSP. D. Kontraindikasi : Riwayat hipersensitivitas. E. Efek samping : Sedasi. F. Dosis, Pruritus : Dosis awal 225 mg malam hari dinaikkan bila perlu sampai 25 mg 3-4 kali sehari, untuk anak 6 bulan-6 tahun, dosiss awal 5-15 mg/hari dinaikkan bila perlu sampai 50 mg sehari dalam dosis terbagi, untuk anak lebih dari 6 tahun, dosis awal15-25 mg sehari

Page 38: DERMATITIS (2).docx

dinaikkan bila perlu sampai 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Ansietas (hanya dewasa) : 50-100 mg 4 kali sehari. G. Obat Beredar : Bestalin (LAPI) Tablet 25 mg. Sirup 10 mg/5mL (K). Iterax (UCB Pharma-Belgia/Darya Varin Laboratoria)Kaptabs salut selaput 25 mg (K).3. Doksepin Hidroklorida A. Indikasi : Pruritus sedang pada dewasa yang diikuti dengan bentuk eksem dermatitis; atopik dermatitis; liken simpleks kronis.

31. B. Dosis administrasi : Gunakan selapis tipis krim 4 kali sehari dengan jeda waktu sekitar 3-4 jam. Tidak ada data pendukung tentang keamanan dan efikasi pada penggunaan lebih dari 8 hari.Penggunaan kronik di atas 8 hari dapat berdampak pada kemungkinan meningkatnya efek sistemik.C. Mekanisme Kerja : Krim doxepin, senyawa trisiklik dibenzopin, merupakan antipruritus topikal. Mekanisme kerja yang pasti dari doxepin belum diketahui.Walaupun demikian, diduga bahwa senyawa tersebut memiliki aksi sebagai bloker reseptor H2 dan H2 yang poten.D. Kontraindikasi : Glaukoma sudut sempit yang tidak tertangani dengan baik, kecendrungan retensi urin (sebab doxepin memiliki efek antikolinergik dan karena sejumlah doxepin terdeteksi dalam plasma secara signifikan dalam penggunaan topikal); hipersensitivitas.E. Peringatan : Hanya untuk penggunaan luar jangan gunakan pada mata, secara oral, atau intravagina. Mengantuk terjadi pada lebih dari 20% pasien yang diterapi dengan menggunakan krim doxepin, terutama pada pasien yang menggunakan krim pada lebih dari 10% area tubuh. Peringatkan pasien akan kemungkinan tersebut dan ingatkan mereka agar waspada ketika menjalankan mesin-mesin bermotor.F. Interaksi obat : Alkohol, Simetidin, Inhibitor MAO.G. Efek samping : Sistemik : mengantuk (22%); mulut/bibir kering, rasa haus, sakit kepala, lemas, pusing, perubahan emosional, perubahan pengecapan (1-10%); nausea, kecemasan, demam (kurang dari 1%). Lokal : rasa terbakar atau perih pada daerah aplikasi (21%-25% dari jumlah tersebut parah).H. Overdosis : Ringan : mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, pingsan. Apabila terjadi, observasi dan terapi suportif perlu dilakukan.Dapat dilakukan pengurangan persentase area penggunaan krim atau frekuensi aplikasi atau jumlah yang digunakan.Parah : depresi pemanasan, hipotensi, koma, konvulsi, aritmia, takikardi, retensi urin (atoni kandung kemih), penurunan motilitas GIT, hipertermia, hipotermia, hipertensi, dilatasi pupil, refleks hiperaktif.I. Sediaan Beredar : Sagalon (Surya Dermato Medica Lab.) krim 5% (K)

32. MONOGRAFI OBATImunomodulator Topikal1. Takrolimus A. Indikasi : Atopi dermatitis (eksem) pada pasien yang tidak memberikan respon atau intoleran pada pengobatan lain untuk dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun sebagai pengobatan jangka pendek dan menengah. B. Peringatan : Infeksi pada tempat pengobatan, sinar UV (hindari paparan berlebih sinar lampu), konsumsi alkohol (resiko facial flushing dan iritasi kulit). C. Kontraindikasi : Hipersensitif; hindari kontakdengan mata dan membran mukosa, pengolesan pada tempat terluka, eritroderma secara umum; kehamilan dan menyusui. D. Efek samping : Reaksi pada tempat pengolesan, termasuk kemerahan, iritasi, nyeri, dan parestesia. E. Dosis : Dewasa dan remaja di atas 16 tahun : Pada awal pemberian gunakan salep takrolimus dengan kekuatan 0,1%. Oleskan tipis dua kali sehari sampai lesi hilang (pertimbagkan pengobatan lain jika tidak terjadi perbaikan setelah 2 minggu); turunkan menjadi sekali sehari atau gunakan salep dengan kekuatan 0,03% jika kondisi klinik tidak memungkinkan. F. Interaksi obat : Interaksi dengan obat topikal lain belum dievaluasi. Karena rendahnya konsentrasi pimekrolimus yang terdeteksi dalam darah, interaksi obat secara sistemik mungkin tidak terjadi, tetapi tidak dapat

Page 39: DERMATITIS (2).docx

diabaikan G. Sediaan Beredar : Protopic (Astellas/Johnson & Johnson Indonesia) Salep 0,03%, 0,1% (K).2. Pimekrolimus A. Indikasi : Dermatitis Atopik (eksim) B. Peringatan : Cahaya ultraviolet (hindarkan pemaparan berlebihan terhadap sinar matahari dan cahaya lampu), hindarkan pengobatan topikal lainnya, kecuali pelembab (emolien) pada lokasi pengobatan, konsumsi alkohol dapat menyebabkan resiko kemerahan pada wajah dan iritasi kulit. C. Kontraindikasi : Kontak dengan mata dan membran mukosa, penggunaan pada daerah oklusi, infeksi pada daerah pengobatan, congenital epidermal barrier defects, eritroderma secara umum.

33. D. Efek samping : Rasa terbakar, pruritus, eritema, infeksi kulit (termasuk folikulitis dan tidak umum impetigo, herpes simpleks dan zoster, molluscum contangiosum). E. Cara penggunaan : Gunakan dua kali sehari hingga gejala membaik. F. Sediaan Beredar : Elidel (Novartis Indonesia) Krim 1% (K).3. Siklosporin A. Indikasi : Lihat di bawah dosis. B. Peringatan : Pantau fungsi ginjal. Penurunan dosis pada pasien transplantasi dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar kreatinin serum dan urea (tidak ada reaksi penolakan pada cangkok ginjal) atau dihentikan pada pasien nontransplantasi. Pantau fungsi hati (penyesuaian dosis berdasarkan bilirubin dan enzim hati mungkin diperlukan). C. Interaksi : Alopurinol, analgesik, antagonis hormon, antagonis kalsium, antagonis reseptor angiotensin-II, antiaritmia, antibakteri, anti depresan, antidiabetes, antiepilepsi, antijamur, antimalaria, antivirus, asam empedu, barbiturat, beta bloker, bosentan, diuretik, estrogen, garam kalium, glikosida jantung, hipolipidemik, kolkisin, kortikosteroid. D. Efek samping : Dosis tergantung pada peningkatan kadar serum kreatinin dan urea selama beberapa minggu pertama. Meskipun sangat jarang, pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan struktur ginjal.Terjadi juga hipertrikosis, sakit kepala, tremor, hipertensi (terutama pada pasien transplantasi ginjal). E. Perhatian : Ekstra hati-hati pada dermatitis atopik dan psoriasis. F. Kontraindikasi : Fungsi ginjal abnormal, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi tidak terkendali, dan keganasan. G. Dosis : Penggunaan oral untuk dewasa lebih dari 16 tahun sesuai petunjuk ahli. Pengobatan jangka pendek (maksimum 8 minggu) untuk dermatitis atopik parah ketika terapi konvensional tidak lagi efektif dan sesuai, dosis awal 2,5 mg/kg bb sehari dalam 2 dosis terbagi. H. Sediaan Beredar : Cyclohexal (Sandoz) Kapsul lunak 25,50, dan 100 mg; Cairan injeksi 100 mg/mL (K), Gengraf (Abbot Indonesia) Kapsul 25 dan 100 mg (K), Sandimmun Neoral (Novartis) Kapsul lunal 25, 50, dam 100 mg; Cairan injeksi 100 mg/mL (K).

34. 4. Mikofenolat Mofetil A. Indikasi : Profilaksis penolakan organ akut pada pasien yang menerima transplantasi ginjal allogenik dan transplantasi jantung allogenik. Mikofenolat mofetil harus digunakan bersamaan dengan siklosporin dan kortikosteroid. B. Peringatan : Hitung darah total setiap minggu selama 4 minggu kemudian dua kali sebulan selama 2 bulan kemudian setiap bulan pada tahun pertama (pengobatan dapat dihentikan sementara jika neutropenia berlanjut); lansia (risiko infeksi meningkat, pendarahan gastrointestinal dan edema paru); anak-anak (kejadian efek samping lebih tinggi dapat terjadi, untuk itu diperlukan reduksi sementara dosis atau interupsi); penyakit saluran cerna serius aktif (resiko pendarahan, ulserasi, dan perforasi) C. Interaksi obat : Obat 1 Obat 2 Efek yang terjadi Mikofenolat mofetil Asiklovir Kadar asiklovir meningkat Mikofenolat mofetil Gansiklovir Kadar gansiklovir meningkat Mikofenolat mofetil Kolestiramin AUC mikofenolat menurun Mikofenolat mofetil Takrolimus AUC mikofenolat meningkat Mikofenolat mofetil Probenesid AUC

Page 40: DERMATITIS (2).docx

mikofenolat meningkat Mikofenolat mofetil Vaksin hidup Vaksin hidup tidak boleh diberikan pada pasien dengan kerusakan respon imun sebab respon antibodi terhadap vaksin lain dapat berkurang. D. Kontraindikasi : Hipersensitif, kehamilan dan menyusui E. Efek samping : Diare, gangguan abdominal, gastritis, mual, muntah, konstipasi, batuk, sindroma seperti influenza; sakit kepala, infeksi (viral, bakteri, dan jamur); peningkatan kreatinin darah; leukopenia, anemia, trombositopenia; refluks gastroesofagal, pendarahan, dan ulserasi saluran cerna. F. Dosis : Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi ginjal, dosis awal harus diberikan secara oral dalam 72 jam setelah transplantasi. Walaupun dosis 1,5 g yang diberikan dua kali sehari (dosis harian 3 g) digunakan dalam uji klinik dan terbukti aman dan efektif, tidak ada manfaat efikasi yang bisa diterbitkan untuk pasien transplantasi ginjal. Pasien yang menerima 2 gram mikofenolat mofetil

35. perhari menunjukkan profil keamanan keseluruhan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang menerima 3 g mikofenolat mofetil perhari. G. dosis Khusus : Neutropenia : Jika berkembang (jumlah neutrofil absolut < 1,3 x 103 mcL), pengobatan harus dihentikan atau dosis dikurangi. Gangguan fungsi ginjal berat : pada pasien transplantasi ginjal dengan kerusakan ginjal kronik parah (kecepatan filtrasi glomerular < 25 mL/menit/1,73 m3), di luar periode posttransplan atau setelah pengobatan rejeksi akut atau refraktori dosis lebih besar dari 1 gram yang di berikan dua kali sehari direkomendasikan untuk pasien transplantasi ginjal dan 1,5 gram dua kali sehari untuk pasien transplantasi jantung. H. Sediaan Beredar : Cellcept (Roche) Kapsul 250 mg; tablet salut selaput 500 mg (K), Asam mikofenolat sebagai garam natrium : Myfortic (Novartis) Tablet 180 mg, 300 mg (K).5. Azatioprin A. Indikasi : Transplantasi dan digunakan untuk pengobatan beberapa kondisi autoimun, umumnya bila penggunaan kortikosteroid tunggal tidak memberi hasil yang cukup baik. B. Peringatan : Hanya digunakan bila monitoring selama penggunaannya dapat dilaksanakan. Yang harus dipantau adalah darah lengkap, yaitu setiap minggu selama 8 minggu pertama, lalu setiap 3 bulan.Monitoring gejala mielosupresi perlu dilakukan pada penggunaan azatioprin jangka panjang.Enzim tiopurin metil tranferase (TPMT) metabolisme azatioprin sehingga risiko mielosupresi meningkat dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut. C. Interaksi : Obat 2 Efek yang terjadi Alopurinol Efek dan toksisitas azatioprin meningkat Aminosalisilat Meningkatkan resiko leukopenia Sulfametoksazol Meningkatkan resiko toksisitas hematologi Fenitoin Menurunkan absorbsi fenitoin Kumarin Mengurangi efek kumarin Klozapin Meningkatkan resiko agranulositosis Digoksin Menurunkan absorbsi digoksin Kaptopril Meningkatkan resiko leukopenia

36. D. Kontraindikasi : Hipersensitifitas azatioprin atau merkaptopurin, kehamilan.E. Efek samping : Reaksi hipersensitifitas (malaise, pusing, mual, demam, nyeri otot, nyeri sendi, gangguan fungsi hati, ikterus, aritmia, hipotensi, nefritis interstitial), supresi sumsum tulang yang bergantung dosis, rambut rontok, rentan terhadap infeksi bila digunakan bersama kortikosteroid, mual, pankreatitis, pneumonitis, efek terhadap respon imun.F. Dosis : Oral, 3 mg/kg bb/hari, dikurangi sesuai dengan respon, dosis pemeliharaan 1-3 mg/kg bb. Bila tidak ada perbaikan dalam 3 bulan, pertimbangkan untuk menghentikan terapi.G. Sediaan beredar : Azathioprine (Pharmachemie BV/Combiphar) Tablet 50 mg (K), Imuran (Heumann Pcs Gmbh/Glaxo Wellcome Indonesia) Tablet salut selaput 50 mg (K) (Sukandar, et al., 2011)

Page 41: DERMATITIS (2).docx