denyut nadi

41
3. Denyut Nadi Nadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010). Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006). Ada 2 faktor yang bertanggung jawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan, yaitu: 1. Pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir tetap dari jantung ke aorta, tekanan tetap, sehingga tidak ada denyutan. 2. Elastisitas dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis, seperti dinding sebuah gelas, masih tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding

Upload: gomes-valen

Post on 16-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

jbjjhb

TRANSCRIPT

3. Denyut NadiNadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006).Ada 2 faktor yang bertanggung jawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan, yaitu:1. Pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir tetap dari jantung ke aorta, tekanan tetap, sehingga tidak ada denyutan.2. Elastisitas dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis, seperti dinding sebuah gelas, masih tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan aliran dan mengembalikan aliran sehingga denyut pun tidak dapat dirasakan.Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan mnyebabkan perubahan tekanan pada arterinya yang ditunjukkan dengan membesar mengecilnya arteri, disebut juga denyut nadi. Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Normalnya denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali per menit.Kecepatan normal denyut nadi (jumlah debaran setiap menit):Pada bayi yang baru lahir 140 Selama tahun pertama 120 Selama tahun kedua 110 Pada umur 5 tahun 96 100Pada umur 10 tahun 80 90Pada orang dewasa 60 80 (Evelyn, 2006).Denyut Nadi yang Perlu Diketahui a. Nadi Basal (nadi saat baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur) b. Nadi Istirahat (nadi waktu tidak bekerja) c. Nadi Latihan (nadi saat latihan fisik) Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik).Tempat Meraba Denyut Nadi Ada beberapa tempat yang dapat digunakan mengukur denyut nadi, antara lain radialis, temporalis, karotid, brachialis, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedal. Kecepatan denytu nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali/ menit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan, obat-obatan, kondisi emosional (stress), dan lain-lain (Murtiati et all, 2010).Denyut nadi dapat dipalpasi pada beberapa tempat, misalnya: a. Di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis). b. Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri carolis). c. Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri temperalis) d. Di pelipis Hal-hal yang Dapat Diperiksa pada Denyut Nadi a. Frekuensinya b. Isinya c. Iramanya (teratur/tidak teratur) Frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung meningkat. Bila kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan semakin cepat sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan yang dilakukan. Setelah latihan selesai, frekuensi nadi akan turun lagi. Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.

Cara Menghitung Denyut Nadi Penghitungan denyut nadi secara manual dapat dilakukan dengan cara: a. Nadi dihitung selama 6 detik; hasilnya dikalikan 10 atau b. Nadi dihitung selama 10 detik; hasilnya dikalikan 6 atau c. Nadi dihitung selama 15 detik; hasilnya dikalikan 4 atau d. Nadi dihitung selama 30 detik; hasilnya dikalikan 2. Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 60 - 80 denyut setiap menit. Penghitungan denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Pulse-Monitor atau Pulse-Meter, yaitu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengukur frekuensi nadi setiap menit. Panjang Denyut NadiIstilah panjang digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi tipe ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah awal denyut, bagian kedua adalah puncak denyut dan bagian ketiga adalah akhir denyut. Denyut nadi pendek (short pulse) apabila denyut tidak mampu mengisi ruangan di bawah tiga jari yang digunakan untuk memeriksa dan biasanya terasa hanya pada satu posisi jari saja.Denyut ini seringkali menunjukkan kekurangan Chi. Denyut nadi panjang (long pulse) adalah lawan dari denyut nadi pendek. Denyut ini terasa pada posisi bagian pertama dan bagian ketiga; di mana hal itu, apabila terjadi terus-menerus dan terasa makin dekat dengan tangan atau akan naik ke siku. Apabila denyut ini mempunyai kecepatan dan kekuatan normal, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien sehat. Akan tetapi jika disertai dengan denyut nadi liat dan denyut nadi ketat maka menunjukkan kondisi kelebihan. Irama Denyut NadiIstilah irama digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah tarik nafas dan buang nafas yang pertama kali, bagian kedua adalah tarik nafas dan buang nafas yang kedua kali dan bagian ketiga adalah tarik nafas dan buang nafas yang ketiga kali. Denyut nadi tersimpul (knotted pulse) adalah lambat, denyut tidak teratur dan ketukannya terputus-putus. Denyut ini menunjukkan bahwa dingin menghambat chi dan darah, yang mungkin memberi indikasi kekurangan chi, kurang darah, atau Jing. Denyut ini seringkali menunjuk bahwa jantung tidak mampu mengatur darah dengan baik, dan makin banyak interupsi pada irama, menunjuk makin parah kondisi. Denyut nadi terburu-buru (hurried pulse) adalah denyut cepat dengan irama yang meloncat-loncat tidak teratur. Hal ini merupakan pertanda bahwa panas menyerang chi dan darah. Denyut terputus-putus (intermittent pulse) biasanya mempunyai irama meloncat lebih dari dua kali denyut, tetapi mempunyai pola tetap dan diasosiasikan dengan organ jantung, yang mengalami ketidakharmonisan, atau dapat juga menunjukkan organ-organ lain yang terlalu lelah. Denyut nadi tersimpul, denyut nadi terburu-buru dan denyut nadi terputus-putus seringkali terkait dengan jenis kelamin, dan dalam banyak kasus tidak berhubungan dengan ketidak harmonisan dalam tubuh. Denyut nadi moderat (moderate pulse) adalah suatu denyut nadi yang bagus atau sempurna, kondisi badan sehat dan terjadi keseimbangan yang sempurna - normal pada kedalaman, kecepatan, kekuatan dan lebar denyut nadi. Kondisi ini sangat jarang terjadi, karena dalam banyak hal, denyut nadi juga dipengaruh oleh faktor usia.

D. METODOLOGI1. Suhu Tubuh Praktikum mengenai suhu tubuh dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ. Alat dan BahanTermometer aksila, Termometer oral, Jam, Tissue, Alkohol 70 %, dan Air es Cara Kerja1. Pengukuran Suhu Tubuh pada aksila.a. Termometer aksila disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan. Air raksa dalam thermometer diturunkan sampai di bawah garis terendah.b. Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.c. OP duduk dengan tenang. Termometer diletakkan pada permukaan aksila dengan tangan OP disilangkan di dada. Biarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran pada termometer dibaca dengan mata sejajar dan hasil pengukurannya dicatat.d. Air raksa dalam termometer diturunkan kembali sampai dibawah garis terendah.e. OP melakukan aktivitas olahraga selama 10 menit.f. Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.2. Pengukuran Suhu Tubuh pada oral.a. Termometer oral disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan dan air raksa dalam thermometer diturunkan sampai dibawah garis terendah.b. OP duduk dengan tenang, sambil bernapas seperti biasa tetapi mulut dalam keadaan tertutup. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.c. OP duduk dengan tenang sambil bernapas dengan mulut dalam keadaan terbuka selama 2 menit. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.d. Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, hasil pengukuran dibaca dan dicatat.e. OP duduk dengan tenang sambil berkumur dengan air es selama 1 menit. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan.Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

2. Berat Badan dan Tinggi Badan Praktikum mengenai berat badan dan tinggi badan dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ. Alat : Timbangan berat badan, alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm) Cara kerja Mengukur berat badan Menyiapkan alat penimbang dan lakukan kalibrasi Menanggalkan semua benda yang mungkin menambah berat badan OP OP berdiri sesuai dengan posisi tubuh normal di atas timbangan, ukur dan catat hasil pengukuran.

Mengukur tinggi badan Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan lakukan kalibrasi Tanpa menggunakan alas kaki, OP berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan serta tangan disamping Mengukur jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala. Dan mengusahakan garis jarak sejajar dengan poros tubuh Mencatat hasil pengukuran

Mengukur berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuha. Berat badan ideal = TB 110 ( 10%)b. Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)Tinggi badan2(m)

3. Denyut Nadi Praktikum mengenai denyut nadi dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ. Alat yang digunakan adalah penghitung waktu yaitu dapat berupa jam. Praktikum ini dilakukan terhadap b objek penelitian (OP). Langkah kerja yang dilakukan adalah meminta OP untuk duduk dengan tenang. Kemudian memegang pergelangan tangan OP untuk menentukan letak arteri radialis dengan tepat. Untuk meraba arteri digunakan dua atau tiga jari tangan selain jempol dan kelingking. Menekan dengan lembut hingga jari kita dapat merasakan denyut nadi. Selama pengukuran, beberapa karakteristik denyut nadi seperti kecepatan denyut nadi per menit, keteraturan irama denyut dan kekuatan denyut harus diperhatikan. Latihan diulangi sampai diperoleh hasil yang sama, dan hasil pengukuran dicatat. Lalu meminta OP untuk berolahraga selama 10 menit dan selanjutnya melakukan pengukuran denyut nadi dengan cara yang sama seperti diatas untuk mendapatkan data denyut nadi setelah beraktivitas.

E. HASIL1. Suhu TubuhTabel Hasil Percobaan Pengukuran Suhu TubuhNoNama OPUsiaJenis KelaminSuhu Aksial (0C)Suhu Oral (0C)

IstirahatAktivitasMulut TertutupMulut BukaKumur Air Es

5'10'5'10'

1Regina20P 36.4536.1

2Ratih20P37.337.137.136.936.736.536.8

3Dewi19P37.337.237.137.036.936.536.0

4Noor19L36.937.3

5Novia20P37.137.237.236.737.236.937.1

6Stephani21P37.337.15

7Anis19P36.837.3

8Melva20P37.537.2

2. Berat Badan dan Tinggi BadanTabel 2. Nilai Berat Badan dan BMI dari 8 OPNo.Nama OPUsiaJenis KelaminBerat Badan (kg)Tinggi Badan (cm)BB Ideal (kg)BMI (kg/m2)Keterangan

1.Lia214215238,07-46,5318,1Di bawah normal

2.Siti Jumroh2157,516235,8-68,221,9Normal

3.Yulia2046158,543,7-53,318,3Di bawah normal

4.Riski2057162,347,07-57,5521,64Normal

5.Afani214616347,7-58,317,313Di bawah normal

6.Rani Dwi2066158,443,56-53,2426,29Di atas normal

7.Anis1948155,540-5119,85Normal

8.Siti Hadianti205216448,6-59,419,3Normal

3. Denyut NadiTabel 3. Hasil pengukuran denyut nadiNONAMA OPUSIAJENIS KELAMINDENYUT NADI

KECEPATANIRAMAKEKUATAN

ISTIRAHATAKTIVITASISTIRAHATAKTIVITASISTIRAHATAKTIVITAS

1Dwi Atri H.U.H21P81101TeraturTidak TeraturNormalLebih Kuat

2Rosid Marwanto20L7498TeraturTidak TeraturLemahKuat

3Dwi Lusi R.21P83118TeraturLebih CepatKuatLebih Kuat

4Noor Andryan I19L5468TeraturTeraturNormalKuat

5Sintia Sundari20P82110TeraturCepatNormalKuat

6Veny Wurtaningrum21P90126TeraturCepatKuatSangat Kuat

7Anis Rahmawati19P87137TeraturCepatKuatSangat Kuat

8Yunita Kurniasih20P107141TeraturCepatNormalSangat Kuat

F. PEMBAHASAN1. Suhu TubuhPada praktikum kali ini, diperoleh hasil bahwa setiap OP (objek penelitian) memiliki suhu tubuh yang berbeda-beda. Pada praktikum ini, suhu tubuh OP diukur melalui aksila dan oral. Dari hasil, terlihat bahwa setiap OP memiliki suhu aksila pada waktu istirahat yang berbeda-beda. Rata-rata suhu tubuh kedelapan OP pada saat istirahat adalah 37.080C dan rata-rata suhu tubuh kedelapan OP pada saat aktivitas adalah 37.060C. Ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kondisi kesehatan, keadaan emosi, usia, jenis kelamin dan pakaian yang berbeda-beda pada setiap OP. Ada satu OP berjenis kelamin laki-laki, mereka mengenakan pakaian kemeja dan celana panjang, sedangkan tujuh OP yang berjenis kelamin perempuan mengenakan jilbab, baju panjang, dan rok panjang. Setelah OP melakukan aktivitas selama 10 menit, suhu tubuh OP meningkat, ini terjadi karena selama beraktivitas panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot berakumulasi dalam tubuh. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan mekanisme pembuangan panas untuk mengatasi pembentukan panas yang sangat besar. Selain itu terdapat bukti bahwa pada saat beraktivitas terjadi peningkatan suhu saat mekanisme pembuangan panas diaktifkan.Pada Praktikum pengukuran suhu tubuh pada aksila didapatkan hasil yang berjenis kelamin laki-laki dengan usia19 tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.3 oC. OP yang berusia 20 tahun, rata-rata suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37,06oC, hasil tersebut berdasarkan rata-rata dari satu OP berjenis kelamin laki-laki (Noor) dan OP yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 20 tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.06 oC.Suhu aksila OP saat melakukan aktivitas, rata-rata OP mengalami kenaikan suhu dibandingkan saat istirahat. Setelah dilakukan penelitian, ternyata aktivitas yang ia lakukan tidaklah terlalu besar sehingga proses yang berjalan kecil dan ia melakukan aktivitas di dekat AC yang suhunya rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh baju yang ia gunakan, baju yang ia gunakan longgar dan berwarna cerah sehingga penyerapan panas menjadi sukar terjadi (Sherwood, 2001).Pada manusia, nilai normal tradisional untuk suhu oral adalah 37C (98,6C), tetapi pada sejumlah besar orang-orang muda normal, suhu mulut pagi hari rata-rata adalah 36,7C dengan simpang baku 0,2C. Dengan demikian, 95% orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu mulut pagi hari sebesar 36,3-37,1C (97,3-98,8F) (rata-rata 1.96 simpang baku) (Ganong, 2008). Beberapa faktor dapat mempengaruhi suhu mulut, misalnya minuman panas atau dingin, merokok, bernapas dengan mulut terbuka, dan suhu lingkungan (Hooker dan Houston,1996). Pengukuran suhu pada oral dengan 3 perlakuan, yaitu mulut tertutup, mulut terbuka dan berkumur dengan air es. Pada perlakuan pertama, yaitu mulut tertutup, kelima OP memiliki suhu tubuh yang hampir sama. Perlakuan kedua, yaitu dengan membuka mulut dari 3 OP data yang didapat 3 OP mengalami penurunan suhu tubuh. Pada ketiga OP ini, yaitu Ratih, Dewi dan Novia mengalami penurunan suhu. Pada kondisi OP bernapas melalui mulut didapatkan hasil suhu oral o.p menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Pada kondisi OP berkumur dengan air es didapatkan hasil suhu oral OP juga menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus (Ganong, 2008). Pada pengukuran suhu oral hanya dilakukan masing-masing OP satu kali percobaan karena menggunakan termometer digital.

2. Berat Badan dan Tinggi BadanPada percobaan ini, kami melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan dengan skala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran ini akan menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai bagian protein, karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan. Setelah melakukan pengukuran terhadap 8 orang OP berjenis kelamin perempuan dengan usia 19-21 tahun., diperoleh hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme dakam tubuh yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis pekerjaan.Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP. Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut : Nilai BMI < 18,5 = Berat badan di bawah normal Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal Nilai BMI 30,0 = ObesitasDari Tabel 2 dapat terlihat bahwa nilai berat ideal dari kedelapan OP terendah pada 35,8 kg dan tertinggi pada 68,2 kg. Sedangkan nilai BMI yang ada adalah terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2. Dari kedelapan OP hanya 4 orang yang memiliki berat badan dan BMI normal yaitu Siti Jumroh (21,9 kg/m2), Riski (21,64 kg/m2), Anis (19,85 kg/m2) dan Siti Hadianti (19,3 kg/m2), hal itu berarti berat badan dan tinggi badan ketiga OP tersebut sesuai/ideal.Sedangkan terdapat juga OP yang memiliki BMI di bawah normal yaitu Lia (18,1 kg/m2), Yulia (18,3 kg/m2), dan Afani (17,313 kg/m2). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi ketiga OP tersebut adalah kurus tingkat ringan. OP dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal sampai nilai interval pada BMI masing-masing.Nilai BMI OP yang lebih rendah dari standar nilai IBM dapat disebabkan konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.Selain itu terdapat pula satu OP yang memiliki BMI di atas normal yaitu Rani Dwi (26,29 kg/m2) yang berarti OP memiliki risiko masalah kesehatan, salah satunya yaitu risiko mengalami obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik.Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktor psikis yaitu apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:- Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%- Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%- Obesitas berat: kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI: Resiko rendah: BMI < 27 Resiko menengah: BMI 27-30 Resiko tinggi: BMI 30-35 Resiko sangat tinggi: BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi: BMI 40 atau lebih.Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk tidak makan lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi kurang bergerak. Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung (Sherwood, 2001).Faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya. Masing-masing OP mungkin memiliki asupan gizi dan kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor genetic bias menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.

3. Denyut NadiDari tabel hasil pengukuran denyut nadi di atas ternyata setiap OP memiliki kecepatan, irama, dan kekuatan yang berbeda. Cara pengukuran denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah selama satu menit. Pengukuran dengan cara ini tidak menggunakan jari kelingking dan ibu jari karena pada ibu jari dan kelingking terdapat perpanjangan arteri sehingga jika kita melakukan pengukuran dengan ibu jari atau kelingking tidak akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu jari atau kelingking berasal dari ibu jari dan kelingking tersebut bukan dari arteri radialis.Pada pengukuran denyut nadi dalam kondisi istirahat, OP diminta untuk duduk dengan tenang, tujuannya adalah agar OP pada saat diukur denyut nadinya benar-benar dalam keadan istirahat total. Secara umum dari hasil pengukuran kecepatan denyut nadi istirahat dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:1. Kecepatan rendah (54-71) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I.2. Kecepatan sedang (72-89) terdiri dari lima OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, Dwi Lusi R., Sintia Sundari, dan Anis Rahmawati.3. Kecepatan tinggi (90-107) terdiri dari dua OP yaitu Veny Wuryaningrum dan Yunita kurniasih.Pada pengukuran kecepatan denyut nadi setelah beraktivitas lari selama 10 menit secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:1. Kecepatan rendah (68-92) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I.2. Kecepatan sedang (93-117) terdiri dari tiga OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, dan Sintia Sundari.3. Kecepatan tinggi (118-142) terdiri dari empat OP yaitu Dwi Lusi R,.Veny Wurtaningrum, Anis Rahmawati dan Yunita kurniasih.Kecepatan denyut nadi paling rendah baik sebelum maupun sesudah beraktivitas lari selama 10 menit adalah Noor Andryan I. Sedangkan kenaikan denyut nadi tertinggi terjadi pada Anis Rahmawati, kecepatan denyut nadi istirahat hanya 87, tetapi setelah melakukan aktivitas berlari kecepatan denyut nadinya mencapai 137. Namun denyut nadi paling cepat adalah Yunita kurniasih yang mencapai 141, hal ini dapat terjadi karena OP tersebut kemungkinan tidak terbiasa untuk melakukan banyak kerja dengan beban fisik yang besar, sehingga ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari selama 10 menit, tubuh merasa kerja berat, dan kecepatan denyut nadinya semakin tinggi. Dari data di atas juga diketahui bahwa OP laki-laki memiliki kecepatan denyut jantung yang lebih rendah, karena secara umum laki-laki lebih terbiasa melakukan aktivitas yang melibatkan fisik. Sedangkan untuk irama denyut nadi istirahat semua OP teratur, teratur di sini maksudnya adalah iramanya konstan (stabil, tidak berubah-ubah). Setelah melakukan aktivitas irama denyut nadi berubah mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada satu OP yaitu Noor Andryan I, hal ini terjadi karena OP tersebut sering melakukan olahraga, sehingga aktivitas olahraga berupa lari selama 10 menit sebelum melakukan percobaan tidak mempengaruhi irama denyut nadi, karena fisiologi tubuhnya sudah beradaptasi dengan kebiasaan aktivitasnya berolahraga, sedangkan pada OP yang lain terjadi perubahan irama denyut nadi karena reaksi fisiologi dalam tubuh akibat aktivitas lari selama 10 menit.Pada saat beraktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya.Kekuatan denyut nadi pada semua OP terjadi peningkatan, karena setiap OP diamati oleh pengamat yang berbeda, sehingga hasil pengamatan tersebut lebih bersifat subjektif, tidak seperti pengukuran kecepatan denyut nadi yang lebih objektif. Peningkatan kekuatan denyut nadi tersebut karena kecepatan aliran darah dalam tubuh juga meningkat.Perbedaan kecepatan denyut nadi baik saat istirahat maupun setelah beraktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin, aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional. Faktor lain yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi dalam praktikum dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada saat praktikum.

G. KESIMPULAN1. Suhu TubuhBerdasarkan tujuan praktikum dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ;1. Tempat pengukuran suhu tubuh ada di aksila dan oral (mulut).2. Suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas, suhu lingkungan, keadaan emosi, usia, jeni kelamin, kondisi kesehatan, dan pakaian.3. Cara mengukur suhu tubuh adalah dengan menggunakan thermometer.4. Rata-rata suhu tubuh di aksila saat keenam OP tidak melakukan aktivitas adalah 37.060C dan yang istirahat 37.080C.5. Rata-rata suhu tubuh di oral saat mulut kedelapan OP tertutup adalah 37.10C.6. Cara mengukur suhu tubuh haruslah secara benar, yaitu dengan menurunkan air raksa pada thermometer terlebih dahulu kemudian mengeringkannya dan menaruh pada bagian yang akan diukur (aksila maupun oral) dan memberi perlakuan serta waktu sesuai dengan penelitian yang akan diujikan (istirahat, aktivitas, berkumur air es, dll). Dan jangan lupa melihat suhu dengan mata sejajar dengan thermometer. Kesalahan dalam praktikum dapat terjadi apabila OP tidak mengikuti langkah kerja dengan baik.

2. Berat Badan dan Tinggi Badan1. Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak.2. Berat badan OP terkecil adalah Lia yaitu 42 kg, sedangkan berat badan terbesar adalah Rani yaitu 66 kg, rata-rata berat badan OP adalah 51,8125 kg. Tinggi badan terendah adalah Lia yaitu 152 cm, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah siti hadianti yaitu 164 cm, rata-rata tinggi badan OP adalah 159,4625 cm3. Nilai Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan OP berbeda-beda dengan BMI terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2.

3. Denyut Nadi1. Tempat pengukuran denyut nadi yaitu pada arteri radialis di pergelangan tangan.2. Irama dan kekuatan denyut nadi lebih teratur saat istirahat.3. Cara mengukur denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.4. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi yaitu jenis kelamin dan kebiasaan beraktivitas.5. Denyut nadi istirahat terendah adalah 54 pada OP Noor Andryan I, sedangkan denyut nadi tertinggi setelah beraktivitas lari selama 10 menit adalah 141 pada OP Yunita Kurniasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak Utama.Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG. Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.\

Sketsaist mAsterPieceSemangat Islam, Seni, dan Biologi..MenuSkip to content Beranda About Biologi dan Edukasi my art Serenade Islami Thausiyah TulisankuDenyut JantungMaret 23, 2013 by sketsaist Tujuan:1. Mengetahui tempat pengukuran denyut jantung2. Mengetahui karakteristik denyut jantung3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung4. Mengetahui cara mengukur denyut jantung5. Mengukur denyut jantungDasar Teori:Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama kontraksi jantung. S1 adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan mitral. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya katup pulmonal dan atrial. Setiap denyut merupakan kombinasi antara bunyi jantung S1 dan S2. kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/ menit dengan rata-rata 70 kali/ menit. Denyut apikal merupakan pengukuran frekuensi dan irama kontraksi jantung yang paling banyak (Refirmanet all, 2007).Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur, dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga (Evelyn, 2006).Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama sering dikatakan terdengar seperti lub. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam sering dikatakan terdengar seperti dup. Dengan demikian, dalam keadaan normal terdengar lub, dup, lub, dup, lub, dup, . . . . Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup AV, sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunaris. Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel (Sherwood, 2001).Debaran jantung atau lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba, dan sering terlihat juga pada ruang interkostal kelima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum.Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini tidak dapat ditangani maka terjadi udema.Udema karena payah jantung sebagian karena adanya tekanan-balik di dalam vena yang meningkatkan perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung rendah yang juga mengurangi pengantaran darah ke ginjal. Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan garam menyebabkan penimbuanan air (Evelyn, 2006).Urutan normal bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan selama diastolik ke empat ruangan relaksasi. Denyut jantung berasal khusus dari sistem konduksi jantung dan menyebar melalui sistem ini ke seluruh bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem konduksi adalah nodus sinoatriale (nodus SA), lintasan internodal atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, cabang-cabangnya, dan sistem Purkinye. Berbagai bagian sistem konduksi ini dan, dalam keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium secara spontan mampu mengeluarkan rangsangan. Tetapi dalam keadaan normal nodus SA mengeluarkan impuls paling cepat, depolarisasi menyebar dari SA ke bagian-bagian lain sebelum bagian ini mengeluarkan impuls secara spontan. Oleh karena itu, dalam keadaan normal vodus SA merupakan alat pacu jantung (pacemaker) normal, kecepatan mengeluarkan impuls menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang ditimbulkan paada nodus SA berjalan melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui nodus ini ke bunder His dan melalui cabang-cabang berkas His dengan perantaraan sistem Purkinye ke otot ventrikel (Ganong, 2001).Olahraga memang baik untuk kesehatan kita. Namun, bila terlalu berat dan melebihi batas kekuatan tubuh dan atau juga kurang, olahraga justru akan menjadi tidak efektif.Batas-batas kekuatan tubuh dapat dilihat dari detak jantung selama berolahraga. Memonitor detak jantung saat berolaraga sebaiknya dilakukan sebagai bagian dalam latihan rutin Anda. Pemonitoran detak jantung ini akan membuat latihan Anda lebih aman dan lebih efektif.Di bawah ini ada cara mudah untuk mengetahui batas-batas detak jantung Anda:- Perkirakan maksimum detak jantung Anda dengan melakukan pengurangan dari 220 dengan jumlah umur Anda.- Mengetahui batas bawah detak jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikan detakjantungmaksimumAndadengan0,6.- Mengetahui batas atas detak jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikandetak jantung maksimum Anda dengan 0,9 (www.keluargasehat.com).Dr. Lynn Fitzgerald, seorang ahli kekebalan tubuh pada Rumah Sakit George di London dan juga juara dunia 200 km wanita, menguji darah para pelari setelah pertandingan 100 km dan menemukan tingkat antibody mereka rendah. Bahkan sangat rendah dibandingkan sebelum pertandingan. Tampaknya bahwa T-sel (antibody) tertekan oleh tingginya kadar adrenalin dan kortikosteroid (hormon stress) yang dihasilkan oleh latihan gerak badan itu. Sementara gerak badan yang secukupnya (sedang) meningkatkan sistim kekebalan, terlalu banyak gerak badan melemahkan tubuh.Alat:v Stetoskopv Jamv Lampu senterCara Kerja:1. OP diminta berbaring/ duduk dengan tenang. Dilepaskan pakaian sehingga dada bagian kiri dapat terlihat. Diberikan sinar pada dada bagian kiri di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula agar denyut jantung terlihat lebih jelas.2. Dengan palpasi, ditentukan letak apeks jantung (tempat dimana denyut jantung teraba paling kuat). Diletakkan stetoskop pada apeks dan auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 (terdengar seperti lub dub). Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur, dihitung kecepatannya selama 30 detik. Diulangi latihan ini sampai memperoleh hasil yang sama.3. OP diminta melakuakn aktivitas (olahraga) selama 10 menit. Dilakukan pengukuran denyut jantung dengan cara yang sama seperti di atas dan dicatat hasil pengukuran.Hasil Pengamatan:Tabel Pengamatan Denyut JantungNo.Nama OPUsiaJenis KelaminDenyut Jantung

KecepatanIramaKekuatan

IstirahatAktivitasIstirahatAktivitasIstirahatAktivitas

1.Joko21Pria76126TeraturTeraturKuatKuat

2.Santi20Wanita7088TeraturTeraturKuatKuat

3.Hidayah21Wanita8390TeraturTeraturKuatKuat

4.Chafid20Pria77110TeraturTeraturKuatKuat

5.Novi20Wanita84100TeraturTeraturKuatKuat

6.Dina20Wanita86110TeraturTeraturKuatKuat

7.Hane20Wanita74130Tdk TrtrTeraturKuatKuat

8.Ervan20Pria76125TeraturTeraturkuatKuat

9.Bayuni20Wanita74102TeraturTeraturKuatKuat

10.Rose20Wanita93100TeraturTeraturLemahLemah

11.Jajang20Pria94104TeraturTeraturKuatKuat

12.Laelatul20Wanita88142TeraturTeraturKuatKuat

13.Pratiwi20Wanita80110TeraturTeraturSedangKuat

14.Fitri20Wanita88130TeraturTeraturKuatKuat

15.Arfi19Pria7086TeraturTeraturKuatKuat

16.Retno20Wanita6688TeraturTeraturKuatKuat

Pembahasan:Pengamatan denyut Jantung kali ini menggunakan data kelas yang setiap kelompok meberikan data dua dari data kelompoknya. Untuk kedua OP yang sekelompok, Bayuni dan Rose memiliki kecepatan denyut jantung yang normal yang berkisar antara 74 kali/menit 93 kali/menit pada waktu istirahat dan setelah melakukan aktivitas kecepatannya berkisar antara 102 kali/menit 100 kali/menit. Perubahan kecepatan denyut jantung itu dikarenakan OP yang melakukan aktivitas karena aktivitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan laju denyut jantung. Selain itu suhu tubuh juga mempengaruhi keadaan denyut jantung. Berdasarkan data pengamatan kelas ternyata denyut jantung kelas kami umumnya OP memiliki rata-rata denyut Jantung dikisaran normal 80an saat istirahat dan 100an pada saat aktivitas. Hal ini menunjukan OP kelas tergolong sehat. Denyut jantung juga dapat dipengaruhi oleh Epinefrin bila OP berada dalam keadaan stress, selain itu pengukuran denyut jantung semestinya berdasar pada satu ketukan (Lub atau Dub saja) mengingat kami tidak mengamati OP satu demi satu dalam pengambilan data. Menurut refrensi, kecepatan normal denyut jantung orang deawasa berkisar antara 55 sampai 90 kali/ menit.Dari hasil percobaan diperoleh data yang berbeda-beda. Kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/menit dengan rata-rata 70 kali/menit. Hasil pengamatan dari keseleruhan OP diperoleh data bahwa secara umum semua OP memiliki kecepatan normal denyut jantung. OP yang memiliki kecepatanl denyut jantung agak rendah adalah OP yang bernama Retno dengan kecepatan denyut jantung 66 kali/menit pada waktu istirahat dan setelah melakukan aktivitas 88 kali/menit. kecepatan denyut jantungnya ini masih tergolong rata-rata kecepatan normal denyut jantung. Hal ini bisa terjadi karena kecepatan denyut jantung pada saat aktivitas dipengaruhi oleh suhu tubuh yang naik sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh OP tersebut dan kekuatan jantung memompa darah. Pada saat aktivitas jantung memompa darah dengan cepat, sehingga laju denyut jantung juga menjadi cepat. Atau OP yang bernama Retno memiliki tekanan darah yang rendah, sehingga tekanan darah OP tersebut pada saat melakukan percobaan berada di bawah kecepatan normal denyut jantung. Berdasarkan pengamatan tekanan darah Retno saat istirahat yaitu 120/70(mmHg).Hal selanjutnya yang diamati adalah irama dan kekuatanya. Adanya irama pada jantung disebabkan oleh pukulan ventrikel kiri terhadap dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Pada hasil pengamatan diperoleh data bahwa terdapat hasil irama denyut jantung yang teratur dan ada juga yang tidak teratur. Pada semua OP didapat hasil bahwa pada waktu istirahat denyut jantung teratur dan setelah melakukan aktivitas denyut jantung tetap teratur. Irama denyut jantung yang terdengar berasal dari bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katup jantung. Irama denyut jantung pada waktu istirahat seharusnya tidak teratur, karena biasanya pada keadaan istirahat waktu antara suara jantung kedua dengan suara jantung pertama berikutnya kira-kira 2 kali lebih lama daripada waktu antara suara jantung pertama dan suara jantung kedua dalam satu siklus. Namun pada data pengamatan umumnya OP teratur, pengambilan data memungkinkan hal ini terjadi. Kami tidak dapat memastikan bagaimana proses pengambilan data pada setiap OP melihat keterbatasan waktu yang dimiliki. Kekuatan denyut jantung dipengaruhi jumlah darah yang keluar dari ventrikel kiri (ventrikel kanan) ke dalam aorta (arteri pulmonalis) setiap menit jumlah darah yang keluar tersebut dipengaruhi oleh: volume darah yang dipompa ventrikel setiap berdenyut dan jumlah denyut jantung setiap menit, sehingga seharusnya denyut jantung yang terjadi ada yang kurang, sedang dan kuat.Pada pengamatan secara umum didapatkan kekuatan denyut jantungnya yaitu kuat saat istirahat dan kuat saat aktivitas. Namun demikian ada satu OP yaitu Pratiwi yang kekuatan denyut jantungnya sedang ketika istirahat.Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari. Seharusnya kekuatan denyut jantung sedang saat istirahat dan kuat setelah aktivitas.Pada OP Bayuni kekuatannya jantung pada aktivitas dan istirahat kuat. Hal ini disebabkan karena mungkin pada saat percobaan OP dalam keadaan sehat dan aktivitas sehari-hari yang cukup padat sehingga mempengaruhi keteraturan irama dan kuatnya denyut jantung. Sedangkan pada OP Rose pada saat istirahat kekuatan jantung lemah begitu pula setelah aktivitas. Hal ini disebabkan karena dimungkinkan OP Rose memiliki aktivitas sehari-hari yang ringan hal ini didasarkan pada fisik OP yang relatif gemuk dan kurang aktivitas atau ada lemah jantung.Hal ini kurang baik untuk kesehatan, olahraga yang teratur bisa menjadi solusi.Berdasarkan teori bahwa denyut jantung pada saat istirahat sedang dan denyut jantung pada saat aktivitas kuat. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa denyut jantung dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.Kesimpulan:- Denyut jantung dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.- Pada saat istirahat irama denyut jantung seharusnya cenderung tidak teratur, sedangkan pada saat aktivitas irama denyut jantung menjadi teratur.- Kekuatan denyut jantung seharusnya pada saat istirahat sedang, sedangkan pada saat aktivitas menjadi kuat.- Urutan normal bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan selama diastolik ke empat ruangan relaksasi.Debaran jantung atau lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel.DAFTAR PUSTAKA- D. J, Refirman dan Trimurtiati. 2005. Bahan Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA UNJ: Jakarta- C. Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta- Murtiati, Tri dkk. 2007. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA UNJ: Jakarta- Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta- Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: JakartaAbout these ads Memuat...TerkaitDenyut NadiSuhu dan Berat BadanPraktikum UrinalisaIn "faktor-faktor yang mempengaruhi bau urin"Uncategorized Tinggalkan komentar Post navigation Denyut NadiPengecapan Dan GerakRefleks Berikan Balasan Top of Form

Bottom of FormHargai WaktuJumlah Pengunjung

Tulisan Terakhir Konsep Cicilan dalamKehidupan Kosong Adalah Isi..Isi AdalahKosong Tulus seperti Merpati. Cerdik seperti Ular. SABARRR sepertiSerigala! Janjiku Padanya Musuh di Duniamu, adalah dirimuSendiri Mutiara Islam :)KalenderMy MusicMy FacebookAl Qorina

Create Your BadgeBlog di WordPress.com. | The Something Fishy Theme. Ikuti Follow Sketsaist mAsterPieceTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.Bottom of FormDitenagai oleh WordPress.com