denudasional (tenaga eksogen)

27
MAKALAH GEOMORFOLOGI DASAR LAHAN ASAL DENUDASIONAL Dosen Pembimbing :YULI IFANA SARI, S.Pd Oleh: PETRUS KORNELIS DEHOTMAN :120401050128 NOBERTUS WAHYUDI :120401050150 SELVINUS UYO : 120401050137 APRIANUS : 120401050140 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 2013

Upload: cornelis-prisai

Post on 19-Jul-2015

106 views

Category:

Environment


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: denudasional (tenaga eksogen)

MAKALAH

GEOMORFOLOGI DASAR

LAHAN ASAL DENUDASIONAL

Dosen Pembimbing :YULI IFANA SARI, S.Pd

Oleh:

PETRUS KORNELIS DEHOTMAN :120401050128

NOBERTUS WAHYUDI :120401050150

SELVINUS UYO : 120401050137

APRIANUS : 120401050140

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

2013

Page 2: denudasional (tenaga eksogen)

Kata pengntar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Geomorfologi Dasar. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dalam memahami bentuk kan lahan dalam

geomorfologi, yaitu “Bentuk Lahan Asal Denudasional”, dan semoga makalah ini dapat

diterima dengan baik oleh siapa saja yang membaca makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih, pertama-tama kepada keluarga kami yang selalau

memberi dukungan baik morir maupun materi kepada kami, kepada dosen pengapu

Geomorfologi Dasar, dalam hal ini ibu YULI IFANA SARI, S.Pd. kami juga mengucapkan

terimakasih kepada siapa saja yang berpengaruh dalam pembuatan makalah ini , pihak yang

telah membantu hingga terselesaikan tugas ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini ada yang kurang sempurna,oleh karena itu

segala keritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan harapkan.

Page 3: denudasional (tenaga eksogen)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi merupakan satu-satunya planet yang memiliki kehidupan yang terus berubah dan

berkembang. Bumi juga dapat dikatakan planet yang hidup, karena selain memiliki

kehidupan berupa makhluk hidup yang mendiaminya, bumi juga dinamis atau berubah

sepanjang waktu.

Perubahan bumi ini terkadang dapat dilihat secara langsung dengan waktu yang relatif

singakat. Namun perubahan bentuk permukaan bumi juga ada yang tidak bisa dilihat secara

langsung, dalam artian membutuhkan pengamatan dan waktu yang relatif lama sampai

perubahan itu terlihat. Sederhananya bumi kita ini dari waktu kewaktu terus mengalami

perubahan yang diakibatkan oleh proses dan tenaga geomorfologi, baik yang berasal dari

dalam bumi(endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Lahan Asal Denudasional?

2. Bagaimana ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional?

3. Bagaimana Proses terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional?

4. Apa Contoh bentuk Lahan Asal Denudasional?

5. Apa dampak proses Bentuk Lahan Asal Denudasional?

6. Bagaimana mengatasi dampak proses Bentuk Lahan Asal Denudasional?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi dari bentuk lahan asal denudasional.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri bentuk lahan asal denudasional.

3. Untuk mengetahui Proses terbentuknya bentuk lahan asal denudasional

4. Untuk mengetahui Contoh bentuk lahan asal denudasional

5. Untuk mengetahui dampak proses bentuk lahan asal denudasional

6. Untuk mengetahui cara mengatasi dmpak dari proses bentuk lahan denudasional.

Page 4: denudasional (tenaga eksogen)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Bentuk Lahan Asal Denudasional

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi

berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat

didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi,

gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau

degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan

penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

B. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:

1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.

2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.

3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain

4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci

satuan bentuk lahan

5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi

terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

C. Proses Terbentuknya Lahan Asal Denudasional

Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses

pengendapan/sedimentasi

1. Pelapukan (weathering)

Dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga

pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan

kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan

Page 5: denudasional (tenaga eksogen)

diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut

Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan

terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.

Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-

coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini

berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka di

beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil

pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat

dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah

yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan

retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga

tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya.

Contoh :

Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.

Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering

b. Iklim, terutama temperatur atau suhu dan curah hujan yang sangat

mempengaruhi tingkat pelapukan.

Contoh:

Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik

c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar

terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:

1. Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah

panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.

2. Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat

kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan.

3. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses

pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan

mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan

susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan

yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan.

Page 6: denudasional (tenaga eksogen)

Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat

hubungan yang timbal balik.

4. Topografi, yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya

sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat pelapukan.

Jenis-jenis Pelapukan

a. Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan

volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan

(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan

petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan

- Berkurangnya Tekanan

Batuan beku yang penutupnya hilang, menyebabkan volume berkurang

sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya tekanan pada batuan

itu berubah. Oleh karena tekanan berubah maka kemampuan memuai atau

menyusut berbeda-beda pula pada permukaan batuan, sehinga terjadilan

retaka-retakan sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan

(ekfoliation)

- Insolasi

Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi tingkat

pemuaian bagian luar dan bagian dalam tidak sama. Ketidaksamaan

tingkat pemuaian tersebut menyebabkan batuan mengalami retak, lalu

pecah.

- Hidrasi

Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-pori

atau bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh pembentukan

mineral baru. Masuknya air kedalam pori-pori atau bidang belah mineral

menyebabkan batuan menjadi lapuk.

- Akar Tanaman

Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan

mengalami pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan akan

menyebabkan pelapukan kimiawi

- Binatang

Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan mengalami

pelapukan fisik pada batuan tersebut.

Page 7: denudasional (tenaga eksogen)

- Hujan dan Petir

Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami pelapukan

fisik pada batuan tersebut

- Perbedaan Temperatur yang Tinggi

Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau

beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat

mencapai 50º Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan

menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan

mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat

mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.

b. Pelapukan Kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia

terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi

dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan

cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan

kimiawi :

- Komposisi Batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam

arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air,

oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit

bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.

- Iklim

Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan

tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi

cepat lapuk.

- Ukuran Batuan

Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan

tersebut berarti makin cepat pelapukannya.

- Vegetasi dan Binatng

Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu,

oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan.

Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.

Page 8: denudasional (tenaga eksogen)

Jenis-jenis Pelapukan Kimiawi

- Hidrolisa

Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung

dengan mineral penyusun batuan, terjadi pengantian kation metal seperti

K+, Na+, Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa juga disebut reaksi senyawa air

dengan senyawa lain yang menyebabkan senyawa bersangkutan terurai

menjadi basa dan asam serta terlepas dari struktur mineral. Contoh

hidrolisa adalah seperti berikut:

4NaAlSiO3O8 + 6H2O ---------> Al4Si4O10(OH+8Si)2 + Na+

(albit) (air) +4OH kaolinit

- Oksidasi yaitu pelapukan kimia yang disebabkan reaksi oksigen terhadap

mineral besi terhadap batuan terutama jika batuan dalma keadaan basah.

Pengaruh oksidasi tampak jelas pada batuan yang mengandung besi.

Perubahan warna akibat oksidasi dapat mudah diamati. Salah satu

reaksinya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:4FeO + 3H2O +

O2 -------> 2FeO33H2O

- Karbonisasi yaitu pelapukan yang dusebabkab oleh CO2 dan air

membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan

mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg,Na dan K.

Pada proses ini tejadi dekomposisi pada batuan atau perubahan fisik. CO2

bekerja sebagai faktor pelapuk yang terpenting, air yang mengandung

asam arang mempunyai daya melapukkan yang kuat. Gas asam arang

dalam air itu diperoleh dari udara atau dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan

yang paling mudah lapuk oleh proses karbonasi adalah batu

gamping,dekomposisi batuan gamping adalah seperti berikut:

CaCO3 + H2O + CO2 -------> Ca (HCO3)2

CaCO3 : calsite

CaCO2 : Cacium bicarbonate

Page 9: denudasional (tenaga eksogen)

Cacium bicarbonate itu mudah larut dalam air, dengan demikian air yang

mengandung CO2 lebih mudah melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3)

dari pada yang tidak mengandung CO2.

- Hidrasi berarti adsorpsi air, ardsorpsi air adalah penarikan air oleh sesuatu

zat, tetapi tidak terus masuk ke dalam zat tersebut, melainkan hanya di

permukaan saja. Berbeda dengan absorpsi dimana meresapkan zat yang

tertangkap itu ke dalam seluruh zat penangkap. Contoh:

2Fe2O3 + 3H2O ----------> 2Fe2O33H2O

- Desilikasi yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat

pada batuan terutama basaltis.

- Pelarutan atau Penghancuran (solution/dissolution)

Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami

dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh: kuarsa mengalami

pelarutan. SiO2 + 2H2O --------> Si(OH)4

c. Pelapukan Organik, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup,

seperti lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat

bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya

akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya.

Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar

serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan

sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan

dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun

penambangan.

2. Gerakan massa batuan (mass wasting)

Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh

pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap

mass wasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal

ini memang tidak mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas,

karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada

batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah

sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu

memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut.

Page 10: denudasional (tenaga eksogen)

Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau

gaya tarik bumi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerakan massa batuan (mass wasting)

- Kemiringaan Lereng

Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin

besar peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat

pula

- Relief Lokal

Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah,

perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass

Wasting.

- Ketebalan hancuran batuan(debris) di atas Batuan Basar

Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal

hancuran batuan yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula

peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil

makin besar pula.

- Orientasi Bidang Lemah dalam Batuan

Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam

batuan, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu

kemudian materi yang lapuk akan bergerak.

- Iklim

Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya

Mass wasting.

- Vegetasi

Daerah yang tertutup oleh vegetasi atau tumbuh-tumbuhan peluang

untuk terjadinya Mass Wasting kecil, karena vegetasi dapat menahan

laju gerakan massa batuan di permukaan.

- Gempa Bumi

Daerah yang sering mngalami gempa bumi cenderung labil, sehingga

peluang terjadinya Mass wasting besar

- Tambahan material pada bagian atas lereng

Page 11: denudasional (tenaga eksogen)

Di daerah gunung api aktif sering terjadi penambahan material di bagian

atas lereng akibat letusan sehingga akan memperbesar peluang terjadinya

Mass wasting.

Klasifikasi mass wasting:

1. Slow flowage (gerakan lambat)

Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (creep) adalah

pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati.

Menurut bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat

diklasifikasikan lagi menjadi:

a. Rayapan tanah (soil creep):

Yaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th )

menuruni lereng, sebagai akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini

tidak jelas hanya saja pada tiang telepon, tiang listrik, pohon-pohon

menjadi miring/agak miring. Lahan seperti ini tidak baik untuk dijadikan

lahan persawahan ataupun untuk pemukiman.

b. Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep)

Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),pada prinsipnya

sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini

banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian antara

pembekuan dan pencairan kembali.

c. Rayapan batu (rock creep)

Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkah-bongkah

besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.

d. Rayapan lawina batuan (rock glacier creep)

Dilihat dari segi bahannya sama dengan rock creep. Perbedaannya

adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak seperti anak-anak

Page 12: denudasional (tenaga eksogen)

sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan tersebut

menuruni lereng)

e. Solifluksi

yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi

terutama di daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah

pegunungan tinggi). Oleh karena itu, jelaslah bahwa dalam proses ini

terdapat kadar air yang tinggi, namun demikian air dalam hal ini tidak

menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa faktor yang mendorong untuk

terjadinya solifluksi, yaitu:

- Proses pelapukan berlangsung cepat

- Adanya persediaan air yang cukup, biasanya dari pencairan salju

- Adanya lereng yang curam dan tidak bervegetasi

2. Rapid flowage (gerakan cepat)

Pemindahan cepat ini disebabkan oleh adanya kadar air yang lebih

tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu jenuh. Oleh karena itu,

diperoleh kesan bahwa batuan itu mengalir.

3. Very rapid flowage (gerakan sangat cepat), Gerakan ini didominasi

pengaruh gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping, debris slide, rock

slide, debris fall, dan rock fall.

a. slumping (nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau

batuan secara terputus-putus dan hanya menempuh jarak dengan

memperlihatkan gerak berputar ke belakang, hingga tampak pada

permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali tanah nedat

itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras

Page 13: denudasional (tenaga eksogen)

kecil. Penyebab slumping yang terpenting adalah pengirisan di

bawah lereng oleh sungai, gelombang atau secara antropogenis.

b. Debris slide merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi

gerakan ke belakang melainkan batuan itu berguling-guling atau

meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah. Jika kadar airnya tinggi

akan terjadi debris avalanhce.

c. Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur diatas bidang batas

lapisan atau bidang retakan yang miring.

d. Debris fall. Kalau lereng tempat bahan bahan rombakan itu bergerak

sangat curam, maka gerak bahan rombakan bongkah batuan bukan

meluncur tetapi jatuh. Dengan demikian gejala iti tidak dinamakan

lahan longsor, melainkan dinamakan jatuhan bahan rombakan

(debris fall).

e. rock fall. Apabila lereng tgak lurus, maka yang terjadi adalah rock

fall

4. Terban/ amblesan (subsidence), gerakan massa batuan tipe ini adalah ke

bawah atau vertikal tanpa disertai gerakan mendatar/horisontal. Hal ini

dapat terjadi apabila atap goa bawah tanah runtuh, ketika tidak kuat

menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa. Subsidence juga

bisa terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat menimbulkan

patahan ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut ambles ke

bawah dan dapat berupa slenk

3. Erosi

Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya

material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi.

Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari

jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan

dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.

Faktor yang mempengaruhi erosi adalah:

1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur,

kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi

Page 14: denudasional (tenaga eksogen)

hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran

permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport

dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban

dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi

kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara

tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.

2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah

lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau

persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan

memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian

memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya

lereng.

3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan,

aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:

No. Jenis tanah Jenis Tumbuhan Aliran

permukaan

(% terhadap CH)

Erosi

(ton/ha/th)

1. Podsolik merah

kuning

(lereng 15%)

Alang-alang 3,3 0,7

Alang-alang +semak 0,5 0,7

Albazia +semak campuran

5,8 0,7

Alabazia tanpa semak (umur 3 th)

71,4 79,8

2. Latosol (lereng 35%)

Rumput utuh 4,4 0,2

Rumput diinjak-injak 17,2 1,0

Fiscus allastica 21,4 43,1

Fiscus allastica + semak-semak

2,0 0

3. Regosol (lereng 30%,

19%, 30%,

Alag-alang, jagung, kacang tanah

11,9 345,0

Alang-alang +

gelagah

5,0 3,5

Page 15: denudasional (tenaga eksogen)

21%) Semak lantana 2,1 5,1

Alang-alang dibakar 1

x

5,0 7,3

Sumber: Arsyad (1989)

4. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang

mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.

5. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung

bagaimana manusia mengelolanya.

Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai

dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-

butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan

saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-

beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.

Untuk itu, dalam memperjelas bagaimana hubungan dari antar proses disajikan

dalam Tabel berikut:

Pelaku erosi Proses

pengambilan

Bahan lepas

Proses pengikisan

oleh bahan yang

diangkut

Proses saling

mengikis

antara bahan yang

diangkut

Cara

pengangkutan

Air mengalir Hydrolic action

atau fluviraption

Corrasion atau

abrasion dan

corrosion

Attrition Flotation, Solution

Suspension, Salta-

tion, Traction

Gelombang

dan arus

laut/ danau

Hydrolic action Corrasion atau

abrasion dan

corrosion

Attrition Flotation,Solution

Suspension

Saltation, Traction

Air tanah - Corrosion - Solution

Angin Deflation Corrasion dan

Abrasion

Attrition Suspension

Saltation, Traction

Page 16: denudasional (tenaga eksogen)

Gletser Scouring

Plucking

Corrasion/ abrasion

dan gouging

Attrition Suspension

Traction

Sumber: Adiwikarta & Akub, 1977

Penjelasan terhadap istilah-istilah yang ada dalam Tabel diatas, adalah sebagai

berikut:

a. Hydraulic action atau fluviraption adalah pengambilan bahan lepas oleh air

mengalir, oleh gelombang dan arus laut. Kalau pengambilan itu dilakukan oleh

angin dinamakan deflation (deflasi), sedangkan kalau dilakukan oleh gletser

dinamakan scouring. Dengan sendirinya air tanah tidak mengambil bahan lepas

b. Plucking adalah lepasnya batuan oleh gletser akibat dari pembekuan pada celah-

celah batuan yang dilampaui gletser, sedangkan sapping sama dengan plucking,

tetapiditujukan kepada dasar lembah.

c. Corrasion (korasi) atau abrasion (abrasi) adalah lepasnya butiran-butiran batuan

dari batuan induknya disebabkan oleh tumbukan atau gesekan batuan lain yang

sedang dalam pengangkutan.

d. Corrosion (korosi) adalah lepasanya butiran-butiran batuan oleh proses pelarutan.

Mudah dipahami bawa angin tidak dapat melarutkan.

e. Gouging adalah pembuatan cekungan pada permukaan batuan oleh pengerjaan

gletser.

f. Attrition (atrisi) adalah peristiwa saling bergesekan dan saling bertumbukan antara

butiran-butiran batuan yang bersama-sama dalam pengangkutan, sehingga butiran-

butiran itu makin lama makin kecil.

g. Flotation adalah cara pengangkutan diatas permukaan tenaga pengangkutnya

(terapung). Dari kelima pelaku erosi hanya air mengalir (sungai) dan air

laut/danaulah yang dapat mengangkut dengan cara ini.

h. Solution (larutan) berarti benda yang diangkut itu merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari tenaga/zat pengangkut. Cara ini berlaku untuk butiran-butiran

yang halus ringan, seperti abu di dalam udara atau lanau dalam air. Cara ini

disebabkan oleh turbulensi dari tenaga pengangkut.

Page 17: denudasional (tenaga eksogen)

i. Saltation berarti cara pengangkutan yang menyebabkan bahan yang pengangkut

itu melompat- lompat pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.

j. Traction adalah cara pengangkutan dengan jalan digulingkan/ digelundungkan

atau digeser-geser pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.

Klasifikasi bentuk erosi :

a. Erosi percik (splash erotion)

ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan

tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah

b. Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan atau

pemindahan lapisan tanah yang hampir merata ditanah permukaan oleh tenaga aliran

perluapan. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan

tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan

habis.

c. Erosi parit (channel erosion) Erosi ini terbentuk sama dengan erosi alur, tetapi

tenaga erosinya berupa aliran lipasan dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian

dalam sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa.

Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.

Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing

parit di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit.

Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di

tempat-tempat tertentu.

4. Sedimentasi atau Pengendapan

Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-

bahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi

Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil

erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses

Page 18: denudasional (tenaga eksogen)

erosi. Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang

(melambat). Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas :

Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.

D. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat

curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500

m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng

dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

2. Perbukitan Denudasional

Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 >

55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil

tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna

lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut

merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut

adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut

serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.

3. Dataran Nyaris (peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,

maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk

permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris

dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila

batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi,

maka disebut permukaan planasi.

Page 19: denudasional (tenaga eksogen)

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses

denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan

bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg

tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop).

Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada

sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila

bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.

5. Krucut Talus (Talus cones)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara

individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada

besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada

bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan

terendapkan di bagian bawah kerucut talus.

6. Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu

pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki

terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng

kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat

fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke

daerah yang lebih rendah.

7. Lahan Rusak (Bad land)

Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat

curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam

dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit

(gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan

(rock outcrops).

Page 20: denudasional (tenaga eksogen)

E. Dampak Proses Lahan Asal Denudasional

Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan.

Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi.

Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh

satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak lain.

1. Dampak Erosi

a. Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas,

diantaranya :

b. Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang

terkandung di dalam tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan

utama penentu kesuburan tanah.

c. Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya

penurunnan kapasitas infiltrasi tanah.

d. Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau,

dan bendungan sehingga terjadi pendangkalan.

e. Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan.

f. Memperluas daratan di bumi.

g. Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut

dan mengendap di dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan

tahun lamanya sehingga endapan yang terbentuk semakin lama semakin

luas dan tebal yang akhirnya membentuk daratan.

h. Pembalikan lapisan tanah

2. Dampak Pelapukan

a. Pemicu gerak massa batuan

b. Terjadinya Degradasi permukaan lahan

c. Memunculkan habitat

d. Dengan adanya pelapukan terhadap batuan, terbentuklah tanah sehingga

memunngkinkan tumbuh-tumbuhan hidup di atas tanah tersebut

Page 21: denudasional (tenaga eksogen)

e. Rusaknya struktur batuan sehingga terbentuk bentukan baru pada

permukaan bumi. Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh pelapukan, yaitu:

- Differential Watering

Istilah ini digunakan bagi semua jenis pelapukan yang melubangi

bagian-bagian yang lunak dari massa batuan. Hasilnya dapat berupa cekungan

atau jalur torehan atau menimbulkan relief yang kuat pada berkas-berkas

endapan yang terdiri dari materi yang tahan terhadap desintegrasi dan

dekomposisi.

- Demoiselles

Bentuk yang dihasilkan kadang-kadang terdapat pada glacial till,

materi-materi yang kecil dihilangkan karena materi tersebut tertutup oleh

batuan resisten yang selanjutnya akan berupa pilar-pilar yang bagian atasnya

mendapat penutup batuan yang keras tersebut.

- Boulders

Kadang-kadang batuan mempunyai pola beririsan sehingga berbentuk

blok-blok yang berbentuk romboedris. Retakan-retakan itu demikian sempit

sehingga sukar dilihat sepintas lalu, tetapi hal ini bukan suatu halangan untuk

terjadi pelapukan. Sudut-sudut atau rusuk-rusuk lebih cepat mengalami

penumpukan sehingga terjadi tumpukan-tumpukan batuan yang berbentuk

oval, batuan yang berbentuk oval tersebut yang disebut Boulders.

3. Dampak Masswaiting

a. Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana tanah

longsor apabila didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah.

b. Pengendapan atau sedimentasi di daerah bagian bawah.

c. Pembalikan lapisan tanah

4. Dampak Sedimentasi

a. Terjadi pendangkalan di DAS, danau, dan bendungan

b. Banjir akibat pendangkalan di daerah hilir sungai

Page 22: denudasional (tenaga eksogen)

c. Pengendapan secara terus menerus menyebabkan terbentuknya beberapa

bentukan alam antara lain : kipas alluvial, meander, dataran banjir, delta,

gosong, nehrung, haff, tombolo, gurun pasir, dan lain-lain.

F. Cara Mengatasi Dampak dari Proses Bentuk Lahan Asal

Denudasional

a. Upaya Pengendalian Erosi

Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam.

Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan

sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi

antara lain :

1. Pengolahan Tanah.

Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman

yang teratur akan mengurangi tingkat erosi

2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi

Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat

mengurangi erosi air sungai

3. Penghutanan Kembali, yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula

dari keadaan yang sudah rusak

4. Penempatan Batu-batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi akibat

air laut.

Page 23: denudasional (tenaga eksogen)

5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang, pohon-pohonan yang ditanam beberapa

garis untuk mengurangi kekuatan angin atau gelombang.

6. Pembuatan Teras Tanah Lereng teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan

tanah terhadap gaya erosi

b. Cara untuk mencegah gerakan massa batuan antara lain:

1. Menanami lereng dengan tumbuhan terutama yang berakar tunjang/dihutankan.

2. Membuat teras-teras pada lereng.

3. Bangunan di lereng dibuatkan beton penahan.

4. Apabila bagian bawah lereng dipotong/digali untuk keperluan tertentu, perlu

dibuatkan saluran pembuangan air di bawah tanah.

5. Menahan batuan agar tidak bergeser sepanjang bidang lemah batuan(bidang batas

batuan/bidang retakan)

C. Cara mengatasi sedimentasi

1. Melakukan pengerukan di muara-muara sungai yang mengalami pendangkalan karena

sedimentasi. Tujuannya adalah untuk memperlancar arus sungai sehingga dengan

demikian banjir dapat dikurangi.

Page 24: denudasional (tenaga eksogen)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Bentuk lahan asal denudasional merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat

proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses

sedimentasi yang terjadi karena agradasi atau degradasi.

2. Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:

-Relief sangat jelas,

-Tidak ada gejala struktural

-Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain

-Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci

satuan bentuk lahan

-Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.

3. Bentuk lahan asal denudasional disebabkan oleh tenaga eksogen, yaitu : Erosi,

Pelapukan, dan gerak massa batuan atau mass wasting serta pengendapan.

4. Adapun satuan bentuk lahan asal denudasioanal adalah

Pegunungan denudasional

Perbukitan denudasional

Dataran nyaris (peneplain)

Perbukitan Sisa terpisah

Kerucut talus

Lereng kaki

Lahan rusak

Page 25: denudasional (tenaga eksogen)

5. Dampak dari proses eksogen adalah membentuk lahan asal denudasional Selain itu

erosi dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tanah, pemandatan tanah,

pendangkalan pada sumber air, perluasan daratan, dan pembalikan lapisan tanah.

Untuk pelapukan mengakibatkan rusaknya struktur batuan dan tanah, pemicu mass

wasting, menimbulkan habitat baru, dan degradasi lahan. Sedangkan mass wasting

berpengaruh terhadap terjadinya bahaya longsor, pembalikan tanah, dan sedimentasi

pada bagian bawah. Sedimentasi berdampak pada pendangkalan dan pembentukan

bentuk alam yang baru.

3.2. Saran

Tenaga eksogen meupakan peristiwa alam yang pasti terjadi, namun membawa

dampak negatif oleh sebab itu diperlukan upaya penanggulangan. Penanggulangan harus

dilakukan oleh semua pihak. Adapun upaya penanggulangan yang dapat dilakukan

antara lain:

1. Pengolahan Tanah

Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman

yang teratur akan mengurangi tingkat erosi

2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi

Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat

mengurangi erosi air sungai

3. Penghutanan Kembali

Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang

sudah rusak

4. Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi akibat

air laut

5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang

Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin atau

gelombang

Page 26: denudasional (tenaga eksogen)

6. Pembuatan Teras Tanah Lereng

Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi

7. Melakukan pengerukan di muara-muara sungai yang mengalami pendangkalan karena

sedimentasi. Tujuannya adalah untuk memperlancar arus sungai sehingga dengan

demikian banjir dapat dikurangi.

Page 27: denudasional (tenaga eksogen)

Daftar Pustaka

Anonym. 2008.Taman Nasional Bukit Tiga Puluh,(online),

(balitbang.riau.go.id/index.php?bahasa=&litban...diakses 3oktober 2009)

Buranda, J.P. dan Sudarno Herlambang. 1983. Dasar-dasar Geologi. Malang: IKIP Malang

Ginting, P. dkk. 2007. IPS Geografi untuk SMP Kelas VII. Jakarta:Erlangga

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Geomorfologi. Malang: Universitas Negeri

Malang

Hestiyanto, Yusman. 2005. Geografi SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira