dasar ekologi dalam pengelolaan hama terpadu

59
REKONSTRUKSI TUGAS II DASAR EKOLOGI DALAM PENGELOLAAN HAMA TERPADU DISUSUN OLEH : NAMA : PRATIWI NOVIAYANTI NIM : H0708137 AGROTEKNOLOGI

Upload: pratiwi-noviayanti

Post on 26-Jun-2015

912 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

REKONSTRUKSI TUGAS II

DASAR EKOLOGI DALAM PENGELOLAAN HAMA

TERPADU

DISUSUN OLEH :

NAMA : PRATIWI NOVIAYANTI

NIM : H0708137

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

DASAR EKOLOGI DALAM PENGELOLAAN HAMA TERPADU

A. Lingkup Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan

timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan

lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara

utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling

mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit

biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan

lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik

tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.

Makhluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi

tertentu. Organisasi terkecil dalam ekosistem disebut individu. Individu-

individu sejenis berkumpul dan berinteraksi membentuk organisasi yang lebih

besar yang disebut populasi. Beberapa populasi makhluk hidup dalam suatu

lingkungan berinteraksi membentuk komunitas. Komunitas dan

lingkungannya selalu berhubungan timbal balik membentuk ekosistem.

Beberapa ekosistem membentuk bioma dan keseluruhan ekosistem yang ada

di bumi merupakan biosfer.

1. Individu

Individu adalah makhluk hidup tunggal yang dapat hidup secara

fisiologis. Seekor kerbau, seekor rusa, sebatang pohon meranti, sebatang

pohon kelapa, dan seorang manusia merupakan individu dalam ekosistem.

Individu merupakan satuan fungsional terkecil penyusun ekosistem.

2. Populasi

Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu suatu spesies

organisme hidup yang sama. Populasi dipandang sebagai suatu sistem

yang dinamis daripada gejala individu yang selalu melakukan

hubungan.  Populasi merupakan kumpulan individu sebuah spesies yang

mempunyai potensi untuk berbiak silang antar satu individu dengan

individu yang lain.  Tentu saja individu dalam sebuah populasi itu tidak

Page 3: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

hanya berinteraksi melalui biak silang, tetapi juga berhubungan secara

dinamis dalam hal-hal lain.  Kalau jumlah individu per unit luas bertambah

dalam perjalanan waktu, maka kepadatan populasi naik.  Kalau kepadatan

populasi itu sedemikian rupa naikknya sehingga kebutuhan populasi itu

akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain

menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau

menyokong secukupnya, timbullah persaingan atau kompetisi.  Persaingan

ini menimbulkan dua akibat, 1) dalam jangka waktu yang singkat akan

menimbulkan akibat (efek) ekologi dan 2) dalam jangka waktu yang

panjang akan menimbulkan akibat evolusi.

Ada dua faktor lingkungan yang dapat menurunkan daya biak

populasi, yaitu faktor bergantung pada kepadatan populasi itu sendiri,

misalnya kekurangan bahan pangan, kekurangan ruang untuk hidup karena

populasi terlampau padat dan faktor yang tidak tergantung pada kepadatan

populasi misalnya terdapat penurunan suhu lingkungan secara drastis dan

mendadak.

3. Komunitas

Komunitas biotik adalah kumpulan populasi-populasi organisme

apapun yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah. ditentukan.,

sehingga hal tersebut merupakan satuan yang diorganisasi sedemikian rupa

bahwa komunitas mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen

individu beserta fungsi-fungsinya. Berdasarkan sifat komunitas dan fungsi

tersebut, komunitas biotik dapat terbagi menjadi komunitas utama /mayor,

dan komunitas minor. Komunitas mayor adalah komunitas yatrg cukup

besar kelengkapannya sehingga relatif. tidak tergantung pada komunitas

lain. Sedangkan komunltas minor adalah komunitas yang kurang lebih

masih tergantung pada komunitas lain.

Komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tertentu

dengan struktur trofik dan arus energi khas saja, tetapi juga merupakan

kesatuan yang di dalamnya terdapat peluang bagi jenis tertentu untuk

dapat hidup dan berdampingan. walaupun demikian tetap masih ada

Page 4: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

kompetisi diantaranya, sehingga akan ditemukan populasi tertentu

berperan sebagai dominansi suatu komunitas. Populasi yang mendominasi

tersebut terutama adalah populasi yang dapat mengendalikan sebagian

besar arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan pada semua

jenis yang ada di dalam komunitas yang sama.

4. Ekosistem

Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan

lingkungan abiotiknya. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada

suatu ekosistem bersifat khusus. Artinya interaksi komunitas di

lingkungan kutub berbeda dengan interaksi komunitas di lingkungan

tropis. Komunitas yang dipengaruhi oleh lingkungan abiotik yang spesifik

menghasilkan ekosistem yang spesifik pula. Berdasarkan proses

terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan

ekosistem buatan.

a. Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alamiah.

Misalnya ekosistem hutan, laut, sungai, dan rawa.

b. Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh

manusia. Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan dan hutan

budidaya.

Ekosistem adalah tatanan satuan secara utuh dan menyeluruh

antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling

mempengaruhi.  Ekosistem tidak hanya mencakup serangkaian spesies

tumbuhan, tetapi juga dalam bentuk materi yang melakukan siklus dalam

sistem itu dan energi yang menjadi sumber kekuatan bagi ekosistem.

Ekosistem dibentuk oleh komponen hidup dan tak hidup, disuatu tempat

dan beriteraksi dalam satu kesatuan yang teratur.  Ditinjau dari segi

komponen-komponennya, ekosistem dapat dibedakan menjadi :

a. Autotrofik, yaitu organisme yang dapat mensintesiskan makanannya

sendiri atau dapat menyediakan makanannya sendiri.  Organisme

tersebut mengubah bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik

Page 5: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

dengan bantuan energi matahari dalam butir-butir hijau daun

atau  klorofil

b. Heterotrofik, yaitu organisme yang hanya dapat memanfaatkan bahan

makanan yang disediakan oleh organisme lain.

5. Bioma dan Biosfer

Ekosistem darat yang ada di bumi dipengaruhi oleh posisi letak

geografis dan astronomis. Jadi ekosistem-ekosistem yang terdapat

Indonesia (daerah tropis) berbeda dengan ekosistem yang terdapat di hutan

Kanada (daerah subtropis). Ekosistem di daerah pegunungan juga berbeda

dengan ekosistem di daerah padang rumput. Ekosistem-ekosistem yang

terbentuk karena perbedaan letak geografis dan astronomis disebut bioma,

dan keseluruhan ekosistem/bioma yang ada di bumi membentuk biosfer.

Di bumi terdapat 6 bioma utama yaitu bioma gurun, padang rumput, hutan

basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Masing-masing bioma mempunyai

sifat yang khas yang dipengaruhi oleh kondisi komponen abiotiknya.

B. Sifat Ekosistem

Berdasarkan sifatnya, ekosistem terbagi menjadi ekosistem alami dan

buatan (agroekosistem):

1. Ekosistem Alami

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat

dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air

tawar dan ekosistem air Laut.

a. Ekosistem darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya

berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya),

ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai

berikut. 

a) Bioma gurun

Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika

(sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. 

Page 6: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25

cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga

penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah

(bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam

sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun

berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan

menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun

dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk

menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,

ular, kadal, katak, dan kalajengking.

b) Bioma padang rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah

tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih

25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas

(peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan

yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang

keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:

bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru,

serangga, tikus dan ular

c) Bioma Hutan Basah 

Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan

subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun.

Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu

dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon

utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun

lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah

terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di

sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari.

Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari

sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan

khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit.

Page 7: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau,

dan burung hantu.

d) Bioma hutan gugur 

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,

Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat

di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan

gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.

Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk,

dan rakoon (sebangsa luwak).

e) Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di

pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim

dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas

satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan

tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose,

beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan

pada musim gugur.

f) Bioma tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di

dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung

tinggi.Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh

tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji

semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada

umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang

dingin.

Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada

yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan

yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya

muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk

dan lalat hitam.

Page 8: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

b. Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak

menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan

cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,

sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat

dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya

telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.

Adaptasi tumbuhan: Tumbuhan yang hidup di air tawar

biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru

dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan

berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea

gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan

rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan

tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. 

Adaptasi hewan: Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton.

Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan

otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air

tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis

melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam

tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat

darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran

energi dan kebiasaan hidup.

1) Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof

(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora

predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada

substrat sisa-sisa organisme.

2) Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai

berikut. a. Plankton: terdiri alas fitoplankton dan

zooplankton, biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti

gerak aliran air; b. Nekton: hewan yang aktif berenang dalam air,

Page 9: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

misalnya ikan; c. Neuston: organisme yang mengapung atau

berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,

misalnya serangga air; d. Perifiton: merupakan tumbuhan atau

hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain,

misalnya keong; e. Bentos: hewan dan tumbuhan yang hidup di

dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau

bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air

mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa,

termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

a) Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan

luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter

persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi

cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari

sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang

tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau

juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis

atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas

dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai

dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut

danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

Daerah litoral: Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya

matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat

berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan tumbuhan air

yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas

permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk

jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom),

berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi,

reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan

Page 10: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di

danau.

Daerah limnetik: Daerah ini merupakan daerah air bebas yang

jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah

ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan

sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi

dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan

udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton

dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan

yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-

kura, dan burung pemakan ikan.

Daerah profundal: Daerah ini merupakan daerah yang dalam,

yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain

menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah

mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik.

Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

Daerah bentik: Daerah ini merupakan daerah dasar danau

tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi

materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :

Danau Oligotropik: Oligotropik merupakan sebutan untuk

danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena

fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya,

airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme dan di dasar

air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. 

Danau Eutropik: Eutropik merupakan sebutan untuk danau

yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena

fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh,

terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di

daerah profundal.

Page 11: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau

eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan

endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas

manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan

timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan

sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi

ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang

berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau

tersebut. Pengkayaan danau seperti ini

disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat

digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.

b) Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.

Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan

makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan

oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan

garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.

Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan

komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.

Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat

dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,

anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air

tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa

sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus

sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena

mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis

dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Page 12: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir

menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.

c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan

terumbu karang.

a) Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)

yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut

tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah

tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan

bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas

dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat

bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak

plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah

menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,

sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang

berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan

kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai

berikut. 

o Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. 

o Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus

cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300

meter.

o Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar

antara 200-2500 m

o Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam

dari pantai (1.500-10.000 m).

Page 13: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-

turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai

berikut.

o Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan

kedalaman air sekitar 200 m.

o Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan

kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.

o Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan

kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini

misalnya gurita.

o Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman

mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan

masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah

ini.

o Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar).

Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya

terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat

mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini

adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki

tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air

laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum

air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara

osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan

melalui insang secara aktif.

b) Ekosistem pantai

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem

darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi

oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di

pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di

substrat keras.

Page 14: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik

tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska,

dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.

Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang

rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut,

remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak

laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam

terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh

beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang

surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.

Formasi pes caprae

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di

gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang

tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini

menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex

littorius (rumput angin), Vigna,Euphorbia atoto, dan Canaualia

martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum

asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola

Fruescens (babakoan).

Formasi baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di

dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda,

dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur,

maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar

napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah

berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk

mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai

penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk

tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,

Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut

Page 15: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh

adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

c) Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai

dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur

intertidal yang luas atau rawa garam.  Salinitas air berubah secara

bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga

dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien

dari sungai memperkaya estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain

rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas

hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.

Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang

menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk

menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari

makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

d) Terumbu karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas

yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-

organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah

komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga

fotosintesis dapat berlangsung.

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang

merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium

karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam

bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan

ganggang.

Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme

mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata,

mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.

Page 16: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi

gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

2. Agroekosistem

Agroekosistem (ekosistem pertanian) ditandai oleh komunitas yang

monospesifik dengan kumpulan beberapa gulma. Ekosistem pertanian

sangat peka akan kekeringan, frost, hama/penyakit sedangkan pada

ekosistem alam dengan komunitas yang kompleks dan banyak spesies

mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap gangguan iklim dan

makhluk perusak. Dalam agroekosistem, tanaman dipanen dan diambil

dari lapangan untuk konsumsi manusia/ternak sehingga tanah pertanian

selalu kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur antara lain N,

P, K, dan lain-lain. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap

tinggi kita menambah pupuk pada tanah pertanian itu. Secara fungsional

agroekosistem dicirikan dengan tingginya lapis transfer enersi dan nutrisi

terutama di grazing food chain dengan demikian hemeostasis kecil.

Kesederhanaan dalam struktur dan fungsi agroekosistem dan

pemeliharaannya untuk mendapatkan hasil yang maksimum, maka

menjadikannya mudah goyah dan peka akan tekanan lingkungan seperti

kekeringan, frost, meledaknya hama dan penyakit dan sebagainya.

Peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang semakin meningkat akhir-akhir ini dihasilkan satu

tehnologi antara lain: mekanisasi, varietas baru, cara pengendalian

pengganggu, pemupukan, irigasi dan perluasan tanah dengan membuka

hutan dan padang rumput. Semua aktivitas pertanian itu menyebabkan

implikasi ekologi dalam ekosistem dan mempengaruhi struktur dan fungsi

biosfer.

Peningkatan hasil tanaman dimungkinkan melalui cara-cara

genetika tanaman dan pengelolaan lingkungan dengan menyertakan

peningkatan masukan materi dan enersi dalam agroekosistem. Varietas

baru suatu tanaman dikembangkan melalui program persilangan dan saat

akan datang dapat diharapkan memperoleh varietas baru melalui rekayasa

Page 17: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

genetika yang makin baik. Varietas baru mempunyai syarat-syarat

kebutuhan lingkungan dan ini penting untuk diketahui ekologinya sebelum

disebarkan ke masyarakat dengan skala luas. Pengelolaan lingkungan

menimbulkan beberapa persoalan pada erosi tanah, pergantian iklim, pola

drainase dan pergantian dalam komponen biotik pada ekosistem.

Struktur agroekosistem ada 5, yaitu:

a. Struktur Biotik

Kebanyakan tanaman merupakan tanaman semusim,

baik anual maupun bianual. Tanaman dipelihara dengan populasi

murni, biarpun beberapa gulma tumbuh bersama-sama tanaman.

Benih gulma, selalu ada di lapangan, tumbuh pada kondisi

yang biarpun kadang-kadang kurang menguntungkan. Kebanyakan

gulma, disebarkan dalam bentuk biji pada waktu penebaran dan juga

melalui air irigasi dan binatang perantara. Tanaman dan gulma

merupakan produsen dan konsumennya terutama herbivora, terdiri atas

beberapa spesies serangga, burung dan mamalia kecil. Populasi

dekomposer (pembusuk) kebanyakan bangsa fungi, bakteri dan

nematoda dan sebagainya.

b. Produsen Primer

Untuk mengendalikan gulma terbaik antara lain adalah dengan

mengatur daur hidup bersama dengan tanaman. Penelitian di lapangan

menunjukkan bahwa ada indikasi bahwa gulma sangat bervariasi dari

lapangan ke lapangan tergantung tipe tanaman dan musim

pertumbuhan. Sifat fisik dan kimia tanah, faktor iklim mikro di dekat

permukaan tanah, dominasi benih gulma memungkinkan adanya

variasi kualitatif dan kuantitatif dalam  flora gulma di lapangan

pertanian.

Gulma berkompetisi dengan tanaman pokok untuk faktor

pertumbuhannya dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil.

Biomas merupakan yang baik untuk struktur komunitas. Tidak seperti

Page 18: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

komunitas alam, biomas tanaman tetap bertambah dari permulaan,

stadium pertumbuhan vegetatif sampai panen.

c. Konsumen

Karena produsen yang homogen maka hanya beberapa

binatang yang sesuai saja mengambil bagian dari ekosistem tersebut.

Rantai makanan sangat sederhana dengan 2 - 3 tingkatan trofik. Lebih-

lebih dengan beberapa aktivitas pengolahan tanah, irigasi, penyiangan

dan sebagainya yang mempengaruhi binatang dalam tanah dan kadang-

kadang hal ini pengaruhnya sangat tegas sehingga tercipta kondisi

baru. Komunitas tanaman hanya dapat dijadikan tempat tinggal

binatang kecil yang hanya datang secara temporer.

d. Pengurai

Karena praktek-praktek pemeliharaan antara lain pemupukan,

penggunaan pestisida serta kecilnya kandungan bahan organik maka

mempersempit aktivitas dekomposer/pengurai dalam ekosistem

pertanian.

e. Abiotik

Praktek bercocok tanam yang berbeda dapat menyebabkan

komposisi fisik dan kimiawi tanah yang berbeda. Pemupukan kimia,

irigasi dan pola drainase menyebabkan perbedaan kualitas tanah. Ciri-

ciri tanah pertanian :

mudah tererosi

lapisan kesuburan ± 30 cm

akumulasi garam di lapisan bawah (pelindian)

miskin bahan organik

Untuk mengevaluasi struktur abiotik agroekosistem kita dapat

mengestimasi jumlah nutrien (N, P, K, dan sebagainya) yang ada

dalam biomas dan tanah pada setiap waktu dengan demikian dapat

untuk mempertimbangkan pemupukan dan irigasi yang tepat.

Page 19: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

C. Komponen Agroekosistem

a. Komponen Biotik

Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh

populasi yang berinteraksi dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada

suatu lingkungan adalah penyerbukan bunga oleh angin. Komponen biotik

apat dibagi berdasarkan fungsinya, adalah

Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya

sendiri. Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan

berklorofil.

Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen

sebagai sumber energinya. Berdasarkan jenis makannya konsimen

dibagi menjadi:

o Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan. Contohnya:sapi,

kambing, dan kelinci.

o Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain. Contohnya:

harimau, serigala, dan macan.

o Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan.

Contohnya: manusia dan tikus.

Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh

nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang

berasal dari makhluk hidup yang telah mati. Contohnya: bakteri,

jamur, dan cacing.

b. Komponen Abiotik

Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan

komponen abiotik untuk makhluk hidup adalah sebagai berikut,

Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung

pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya.

Sebagai faktor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan

organisme. Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang

menentukan jenis organisme yang hidup di padang pasir.

Page 20: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia

yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,

atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik

bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa

bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi

distribusi organisme, yaitu:

Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas

membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.

Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme

di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam

organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi

dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.

Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses

fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air,

fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya

matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan

suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.

Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur

fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme

berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.

Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam

suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal.

Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas

tertentu.

D. Karakter Agroekosistem

Individu yang menyusun populasi dalam ekosistem selalu tumbuh dan

berkembang. Komponen abiotik yang memengaruhi ekosistem juga terus-

menerus mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan

terjadinya perubahan pada komunitas dan ekosistem. Perubahan ekosistem

Page 21: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Perkembangan

ekosistem dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem yang kompleks

dan seimbang disebut suksesi. Ekosistem yang seimbang adalah ekosistem

yang komponen penyusunnya memiliki komposisi yang seimbang. Komposisi

seimbang bukan berarti jumlahnya sama. Misalnya pada waktu musim hujan,

jumlah rumput (produsen) di suatu padang rumput meningkat sehingga dapat

mencukupi kebutuhan makan populasi rusa. Ketika musim kemarau, jumlah

rumput berkurang sehingga menyebabkan jumlah rusa juga menurun. Apabila

perubahan komposisi itu terjadi secara seimbang dari waktu ke waktu, maka

ekosistem itu dikatakan seimbang dan dapat bertahan lama. Daya lenting

ekosistem adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali dalam keadaan

seimbang.

Apabila ekosistem yang seimbang mendapat gangguan, keseimbangan

ini dapat mengakibatkan perubahan yang dapat menyebabkan terbentuknya

keseimbangan baru. Sifat ekosistem sangat dinamis, sehingga dapat terjadi

perubahan jumlah komposisi komponen biotik dari waktu ke waktu. Tidak

semua gangguan ekosistem dapat diatasi dengan daya lenting ekosistem secara

alami. Kebakaran hutan atau penebangan hutan yang berlebihan dapat

mengakibatkan keseimbangan ekosistem tidak dapat pulih dengan segera.

Manusia merupakan komponen ekosistem yang dapat berpotensi

sebagai penyelamat dan perusak ekosistem. Banyak contoh berbagai aktivitas

manusia yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan ekosistem dan

lingkungan hidup. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan

keanekaragaman hayati. Namun kekayaan keanekaragaman hayati ini

terancam rusak dan punah akibat aktivitas alamiah maupun karena campur

tangan manusia. Perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian

keanekaragaman hayati akibat campur tangan manusia misalnya penebangan

hutan, penangkapan ikan di laut dengan cara-cara terlarang, penambangan liar,

dan pendirian berbagai industri berat. Oleh karena itu diperlukan berbagai

upaya untuk melestarikan sumber daya alam hayati di Indonesia.

Page 22: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari.

Segala sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu

stadium dari deretan proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya.

Keadaan keseimbangan yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat

relatif karena keadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari

komponennya mengalami perubahan. Lucy E. Braun (1956) mengatakan

bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan

pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat

hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah

mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di

alam menghasilkan konsep suksesi. Suksesi vegetasi menurut Odum adalah:

urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat,

sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu

dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut

Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian,

biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks. Odum (1971)

mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah

lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai

keseimbangan biotik dan abiotik tercapai. Clements (1974) membedakan 6

sub komponen dalam proses suksesi yaitu:

1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi

2. Migrasi : tersebarnya biji

3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi

4. Kompetisi : adanya pergantian spesies

5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies

6. Klimaks : komunitas stabil

Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan

adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase

klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara

diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu

Page 23: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

iklim. Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya

selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal:

1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian

itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.

2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).

Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa

mencakup hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan

kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan

seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah.

Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau

regresi (suksesi yang mengalami kemunduran). Penyebab Suksesi yaitu:

1. Iklim

Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar

dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa

akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya

suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya

adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air

dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada

vegetasi.

2.Topografi

Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:

Erosi.

Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses

erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin

(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.

Pengendapan (denudasi):

Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah

diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya.

Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat

tersebut.

Page 24: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

3.Biotik

Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di

lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi.

Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan

tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.

Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi

yang menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi

diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut

Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas,

mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh

diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut

tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri

tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan

pergantian yang lambat dan kompleks. Penempatan individu vegetasi ini

individu per individu, dan tidak merupakan loncatan-loncatan dari suatu

komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies dominan dari

suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian

akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin

menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila

komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi

dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).

Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya

tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang

sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan.

Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat

akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan

baik. Sehingga proses ini mencapai komunitas klimaks yang matang,

dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada

pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.

Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur

dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga

Page 25: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

cenderung untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini

Clements berpendapat:

1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya

punya klimaks yang sama.

2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga

klimaks dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini

disebut klimaks klimatik.

3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.

Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat

dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub

stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan

iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh

kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air. Klimaks seperti ini

disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain

dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini

disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang

tersendiri.

Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena

beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk

penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi

dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang

sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub

klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai

klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.

Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya

dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi).

Keadaan seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh

vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang

sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan

klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan

Page 26: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma polyanthum, Melaleuca

leucadendron dan Macaranga sp.

Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan

vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks (pre

klimaks). Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti

klimaks. Oleh karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga

teori klimaks dengan argumentasi masing-masing.

1. Teori monoklimaks:

Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori

klimaks berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks

klimatik di suatu wilayah iklim utama.

2. Teori poliklimaks:

Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri

sehingga pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi

selain iklim yang berbeda.

3. Teori informasi:

Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan

tengah antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks.

Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun

vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan

menghasilkan enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada

permulaannya memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem

tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan

informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan

dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan

informasi sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang

demikian ini oleh Odum disebut Klimaks. Pengertian ini berlaku sampai

sekarang. Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai

klimaks akan bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim

dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang

berbeda. Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan

Page 27: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan

vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti

Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini

disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia. Smitthusen (1950),

Whittaker (1951 - 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong

konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan

klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan

bukannya oleh iklim setempat.

Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses suksesi, suksesi

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Suksesi primer:

Suksesi yang terjadi belum ada vegetasinya atau di daerah yang

tadinya sudah ada vegetasi, kemudian terganggu (misalnya terbakar),

sehingga daerah tersebut menjadi kosong sama sekali. Pada habitat

tersebut tidak ada lagi organisme dan komunitas asal yang tertinggal

sehingga pada substrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas

yang baru pula.

2. Suksesi sekunder:

Suksesi yang terjadi pada habitat yang pernah ditumbuhi vegetasi

kemudian mengalami gangguan, tetapi gangguan tersebut tidak merusak

total organisme sehingga dalam komunitas tersebut, substrat lama dan

kehidupan masih ada. Perbedaan suksesi sekunder dan primer terletak

pada kondisi habitat awal. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi.

Denudasi dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, hujan,

gelombang laut dan penebangan hutan.

Page 28: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

E. Aliran Energi

Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan.

Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen.

Oleh produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kima Energi

kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik

melalui jalur rantai makanan. Energi kimia yang diperoleh organisme

digunakan untuk kegiatan hidupnya sehingga dapat tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan dan perkembangan organisme menunjukan energi kimia yang

tersimpan dalam organisme tersebut. Jadi, setiap organisme melakukan

pemasukan dan penyimpanan energi. Pemasukan dan penyimpanan energi

dalam suatu ekosistem disebut sebagai Produktifitas ekosistem. Produktifitas

ekosistem terdiri dari produktifitas primer dan produktifitas sekunder.

Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan,

pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies,pengaturan energi suatu

ekosistem bergantung pada produktivitas primer. Produktifitas primer adalah

kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam

bentuk bahan organik oleh organisme autotrof.

Produktifitas sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan

organik menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof. Bahan

organik yang tersimpan pada organisme atotrof dapat digunakan sebagai

makanan bagi organisme heterotrof. Dari makanan tersebut, organisme

heterotrof memperoleh energi kimia yang akan digunakan untuk kegiatan

kehidupan dan disimpan. Aliran energi dalam ekosistem tersebut sumber

utama dan proses pertamanya adalah cahaya matahari.

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi

satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen,

konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah.

Siklus ini berlangsung dalam ekosistem.

Page 29: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya

tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-

herbivora-carnivora-omnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–

90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam

rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin

pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.

Page 30: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Ada dua tipe dasar rantai makanan:

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-

herbivora-carnivora- omnivora.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme

(detrivora = organisme pemakan sisa) predator dan bangkai.

Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk

hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang

berperan sebagai konsumen, dan produsen. Konsumen yaitu makhluk hidup

yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Konsumen tergantung pada

makhluk hidup lain. Contohnya manusia dan hewan. Produsen adalah

makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Contohnya

tumbuhan hijau.

Konsumen yang memperoleh makanan langsung dari produsen disebut

konsumen tingkat satu (Konsumen I). Sementara itu, konsumen yang

menmperoleh makanan dari konsumen I dinamakan konsumen tingkat dua

(Konsumen II) dan seterusnya. Contoh Rantai makanan adalah:

Elang akan mati dan diuraikan oleh mikro organisme pengurai menjadi

mineral. Mineral ini diserap akar tanaman sebagai zat hara untuk tumbuh dan

berkembang. Padi, tikus, ular, dan burung elang membentuk suatu rantai

makanan. Dalam rantai makanan, herbivora (konsumen I) memerlukan

tanaman (produsen). Sementara karnivora (konsumen II) memerlukan

karnivora lain dan herbivora. Jadi, secara tidak langsung karnivora

memerlukan produsen.

Siklus dalam rantai makanan dapat berjalan seimbang apabila semua

komponen tersedia. Apabila salah satu komponen, misalnya konsumen I tidak

ada, maka akan terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan dalam

rantai makanan tersebut. Agar rantai makanan dapat berjalan terus menerut

maka jumlah produsen harus lebih banyak daripada konsumen I. Jumlah

konsumen I harus lebih banyak daripada jumlah konsumen II dan seterusnya.

Page 31: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Kumpulan dari beberapa rantai makanan akan membentuk jaring-jaring

makanan.

Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan

perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai

konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar

terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula

jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan

energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan

energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.. Dalam

ekosistem seringkali terdapat dua konsumen atau lebih yang menempati

puncak piramida, sehingga ada piramida makanan dengan satu puncak dan

piramida makanan dengan dua puncak. Piramida makanan dengan satu puncak

berarti hanya terdapat satu jenis karnivora yang menempati puncak piramida

(konsumen puncak). Piramida makanan dengan dua puncak berarti pada

puncak piramida ditempati oleh dua jenis karnivora yang keduanya tidak

saling memakan.

F. Manipuilasi Agroekosistem Guna Mengurangi Resiko Pertumbuhan

Populasi Hama

Manipulasi agroekosistem guna mengurangi resiko pertumbuhan

populasi hama merupakan tindakan yang penting dalam pengendalian hama

terpadu. Manipulasi agroekosistem diperlukan karena hama merupakan bagian

dari agroekosistem tersebut. Manipulasi agroekosistem yang dilakukan bisa

melalui jenis tanaman, pemupukan dan musuh alami.

1. Jenis Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan

kaidah pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) yang meliputi

pengelolaan varietas, pengaturan kultur serta tanaman sehat. Pengelolaan

varietas yang tahan terhadap hama tersebut. Sehingga serangan hama

tersebut tidak mempengaruhi hasil produksi panen. Tanaman yang sehat

akan lebih mampu menahan serangan berbagai spesies hamanya. Cara

Page 32: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat mencakup berbagai

aspek kultur teknik yaitu: pola tanam, pergiliran tanaman, sanitasi,

pemangkasan, waktu tanam, pemupukan, pengelolaan tanah dan

pengairan, tanaman perangkap, dan penggunaan mulsa. Pengaturan kultur

ini yang dimaksud adalah melakukan sistem tanam yang polikultur atau

tumpang sari. Sistem tanam ini akan mempersempit ruang lingkup hama

tersebut. Beberapa contoh pengendalian hama terpadu dengan manipulasi

jenis tanaman.

a. Pengendalian Hama Penggerek Batang (Sundep atau Beluk)

Cara Mekanis

- Mengairi sawah lebih awal sehingga mendorong semua ulat

menjadi kupu – kupu yang pada saat itu padi belum ada

- Pengambilan dan pemusnahan kelompok telur pada persemaian

- Pengambilan dan pemusnahan kelompok telur pada tanaman muda

b. Pengendalian Wereng Coklat

Cara Kultur Teknis

- Tanaam serempak, selang waktu tanam sehamparan tidak lebih dari

3 minggu

- Setiap varietas tidak ditanam lebih dari 2 kali berturut –

turut/tahun, diselinggi palawija

- Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit yang sehat

- Pemupukan berimbang, hindarkan pemupukan N yang berlebihan

pupuk K dapat menggurangi keparahan akibat serangan hama

wereng coklat

- Pada tanaman terserang keringkan petakan 3-4 hari

- Segera setelah panen tunggul jerami dibakar atau segera dibajak

2. Pemupukan

Pemupukan pun perlu pemberian dosis yang tepat. Karena apabila

tidak tepat, akan mempermudah serangan hama. Sebagai conyoh pada

kasus ini, kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu ini merusak tanaman

tembakau karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang di

Page 33: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.

Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi

lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik

mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi

mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan

alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.

Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat

menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured. Cara

pengendalian hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan

melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 %

tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor

kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

3. Musuh alami

Manipulasi dengan musuh alami merupakan tindakan pengendalian

yang berjalan sendiri tanpa kesengajaan yang dilakukan manusia. Dilihat

dari hubungan populasi hama dan musuh alaminya ketidakmampuan

musuh alami dalanm mengendalikan populasi hama di suatu

agroekosistem dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain:

a. Di ekosistem itu tidak ada jenis musuh alami yang efektif mengatur

poppulasi hama karena musuh alami yang ada kurang memiliki sifat

tergantung kepadatan yang tinggi. Dalam komunitas terjadi

kesenjangan atau kekosongan dalam susunan kompoen mush alami

maupun pada jejaring komunitas secra keseluruhan. Keadaan ini terjadi

terutama pada komunitas yang komponennya mungkin merupakan

serangga hama yang bukan asli dari ekosistem setempat

b. Kepadatan populasi musuh alami setempat rendah sehingga tidak

mampu membeikan resp;ons numeric cepat dalam mengimbangi

peningkatan populasi hama

c. Sebagai akibat terjadinya perubahan cuaca yang lebih menguntungkan

perkembgan populasi hama dan merugikan perkembangan populasi

hama dan merugikan perkembangan populasi musuh alami

Page 34: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Dalam PHT ini kita memerlukan adanya cara untuk memelihara

musuh alami tersebut. TErdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk

memodifikasi ekosistem. Menurut Stehr, cara yangb dapat dilakuakan

adalah:

a. Perlindungan ekosistem dari penggunaan pestisida kimiawi

b. Pengembangan atau penjagaan stadia tidak aktif musuh alami (pupa)

atau fase diapauses

c. Menghindari praktek budidaya tanaman yang merugikan kehidupan

musuh alami

d. Pengembangan musuh alami yang tahan terhadap pestisida

e. Penjagaan keanekaragaman komunitas setempat dan inang yang

diperlukan

f. Penyediaan inang alternative

g. Penyediaan makanan alami

h. Penyediaan suplemen makanan tambahan

i. Pembuatan tanaman berlindung musuh alami

j. Pengurangan populasi predator yang tidak diinginkan

k. Pengendalian semut pemakan madu

l. Pengaturan suhu yang mendukung perkembangan musuh alami

m. Menghindarkan debu-debu yang mengganggu efektivitas musuh alami

Pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT pada dasarnya

adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan

populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi

oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan

populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami

yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami

utama hama yang bekerja secara "terkait kepadatan populasi" sehingga tidak

dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya

populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi

bagi petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi

kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila

Page 35: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

musuh alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi

musuh alami, memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai

dampak negatif terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik.

Memodifikasikan lingkungan yang mengakibatkan pertumbuhan

tanaman menjadi baik dan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan

pertumbuhan gulma menjadi buruk adalah cara lain dalam pengendalian

gulma. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi dalam tanah saat

tertentu (pada saat ada atau tiada tanaman yang tumbuh pada suatu lahan),

dengan cara pemberoan setelah suatu tanaman dipanen, ataupun pemberoan

yagn diberi genangan. Di lain pihak membuat drainase bagi tanah berair dapat

membantu pengendalian gulma dan pengolahan lebih awal dapat

dilaksanakan.

Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memegang

peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain

secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat

berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras

ekonomik. Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain

terutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama

yaitu permanen, aman, dan ekonomi.

Arti permanen di sini karena apabila pengendalian hayati berhasil,

musuh alami telah menjadi lebih mapan di ekosistem dan selanjutnya secara

alami musuh alami akan mampu menjaga populasi hama dalam keadaan yang

seimbang di bawah aras ekonomi dalam jangka waktu yang panjang.

Pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak memiliki

dampak samping terhadap lingkungan terutama terhadap serangga atau

organisme bukan sasaran. Karena musuh alami biasanya adalah khas inang.

Meskipun pernah dilaporkan kasus terjadinya ketahanan suatu jenis hama

terhadap musuh alami antara lain dengan membentuk kapsul dalam tubuh

inang, namun kejadian tersebut sangat langka.

Page 36: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

Pengendalian hayati juga relatif ekonomis karena begitu usaha tersebut

berhasil petani tidak memerlukan lagi tambahan biaya khusus untuk

pengendalian hama, petani kemudian hanya mengupayakan agar menghindari

tindakan-tindakan yang merugikan perkembangan musuh alami.

G. Kesimpulan

Ekosistem merupakan kesatuan struktural dan fungsional antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk oleh kumpulan

berbagai macam makhluk hidup beserta benda-benda tak hidup. Berdasarkan

sifatnya, ekosistem terbagi menjadi ekosistem alami dan buatan

(agroekosistem). Komponen agroekosistem terdiri dari dua komponen yaitu

komponenn abiotik dan biotik. Dan agroekosistem tersebut meiliki karakter

yang berbeda antara ekosistem alami dan buatan. Suksesi adalah

perkembangan ekosistem dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem

yang kompleks dan seimbang. Suksesi di bagi menjadi suksesi primer dan

suksesi sekunder. Aliran energi dalam ekosistem ini tersalurkan melalui

adanya rantai makanan dan jaring – jaring makanan. Rantai makanan adalah

peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara skematis dalam

bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang. Dengan adanya ekosistem

tersebut dapat dilakukan manipulasi agroekosistem guna mengurangi resiko

pertumbuhan populasi hama merupakan tindakan yang penting dalam

pengendalian hama terpadu. Manipulasi agroekosistem diperlukan karena

hama merupakan bagian dari agroekosistem tersebut. Manipulasi

agroekosistem yang dilakukan bisa melalui jenis tanaman, pemupukan dan

musuh alami.

Page 37: Dasar Ekologi Dalam Pengelolaan Hama Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ekosistem dan pelestarian Sumber Daya Hayati. Crayonpedia.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15.00 WIB.

Anonim. 2009. Suksesi vegetasi. Agriculture Uniska Karawang. Blogspot.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15.00 WIB.

Anonim. 2010. Agroekosistem. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%208.htm. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Anonim. 2010. Ekosistem. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Praweda. 2000. Susunan dan Macam Ekosistem. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/ Biologi/0034%20Bio%201-7e.htm. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Riswan. 2008. Mahluk Hidup dan Ekosistem Alami. http://irfanzizi.multiply.com/journal/item/6. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Sofa. 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/sejarah-dan-ruang-lingkup-ekologi-dan-ekosistem/. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, UGM Press. Yogyakarta

Wasis. 2010. Ekosistem dan Pelestarian Sumber Daya Hayati. http://www.crayonpedia.org/mw/Ekosistem_dan_Pelestarian_Sumber_Daya_Hayati_-_wasis. Diakses tanggal 12 Oktober 2010.