daftar tabel -...

97
x DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penyebab pneumonia komunitas menurut NAS dan BTS .............. 8 Tabel 2.2. Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ......... 12 Tabel 2.3. Derajat skor risiko menurut PORT ................................................. 13 Tabel 2.4. Perbedaan kekuatan otot diafragma pada usia lanjut dengan dewasa ............................................................................................ 20 Tabel 4.1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ......................................... 40 Tabel 4.2. Karakteristik berdasarkan kelompok usia ....................................... 41 Tabel 4.3. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ................................ 42 Tabel 4.4. Karakteristik berdasarkan status pernikahan .................................. 43 Tabel 4.5. Karakteristik indeks massa tubuh (Asia-Pasifik) ............................ 46 Tabel 4.6. Karakteristik tanda vital .................................................................. 47 Tabel 4.7. Perbandingan tanda vital pada penelitian ini dengan penelitian lain .................................................................................................. 48 Tabel 4.8. Karakteristik status kesadaran dan tekanan darah .......................... 48 Tabel 4.9. Perbandingan gambaran klinis penelitian ini dengan penelitian lain .................................................................................................. 51 Tabel 4.10. Karakteristik kebiasaan perilaku ..................................................... 51 Tabel 4.11. Karakteristik penyakit penyerta ...................................................... 52 Tabel 4.12. Karakteristik hasil radiologi toraks ................................................. 53 Tabel 4.13. Karakteristik lama rawat inap ......................................................... 54 Tabel 4.14. Karakteristik antibiotik yang diberikan .......................................... 55 Tabel 4.15. Karakteristik kematian .................................................................... 56 Tabel 4.16. Karakteristik penyebab kematian.................................................... 57

Upload: nguyentruc

Post on 03-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penyebab pneumonia komunitas menurut NAS dan BTS .............. 8

Tabel 2.2. Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ......... 12

Tabel 2.3. Derajat skor risiko menurut PORT ................................................. 13

Tabel 2.4. Perbedaan kekuatan otot diafragma pada usia lanjut dengan

dewasa ............................................................................................ 20

Tabel 4.1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ......................................... 40

Tabel 4.2. Karakteristik berdasarkan kelompok usia ....................................... 41

Tabel 4.3. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ................................ 42

Tabel 4.4. Karakteristik berdasarkan status pernikahan .................................. 43

Tabel 4.5. Karakteristik indeks massa tubuh (Asia-Pasifik) ............................ 46

Tabel 4.6. Karakteristik tanda vital .................................................................. 47

Tabel 4.7. Perbandingan tanda vital pada penelitian ini dengan penelitian

lain .................................................................................................. 48

Tabel 4.8. Karakteristik status kesadaran dan tekanan darah .......................... 48

Tabel 4.9. Perbandingan gambaran klinis penelitian ini dengan penelitian

lain .................................................................................................. 51

Tabel 4.10. Karakteristik kebiasaan perilaku ..................................................... 51

Tabel 4.11. Karakteristik penyakit penyerta ...................................................... 52

Tabel 4.12. Karakteristik hasil radiologi toraks ................................................. 53

Tabel 4.13. Karakteristik lama rawat inap ......................................................... 54

Tabel 4.14. Karakteristik antibiotik yang diberikan .......................................... 55

Tabel 4.15. Karakteristik kematian .................................................................... 56

Tabel 4.16. Karakteristik penyebab kematian .................................................... 57

Page 2: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi sistem pernapasan ................................................................ 16

Gambar 2.2. Diagram volume ekspirasi maksimal menurut usia ........................... 19

Gambar 4.1. Grafik karakteristik pekerjaan pasien .................................................. 44

Gambar 4.2. Diagram jalur masuk ke rumah sakit................................................... 45

Gambar 4.3. Grafik gambaran klinis pasien............................................................. 49

Page 3: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

xii

DAFTAR SINGKATAN

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome

ATS : American Thoracic Society

BTS : British Thoracic Society

CAP : Community Acquired Pneumonia

CHF : Congestive Heart Failure

DM : Diabetes Melitus

ELISA : Enzime Linked Immunosorbent Assay

HAP : Hospital Acquired Pneumonia

HIV : Human Immunodeficiency Virus

ICU : Intencive Care Unit

IDSA : Infectious Disease Society Of America

IGD : Instansi Gawat Darurat

IMT : Indeks Massa Tubuh

LRTI : Lower Respiratory Tract Infections

NAS : North American Studies

PA : Posterior Anterior

PORT : Pneumonia Patient Outcome Research Team

PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RR : Respiratory Rate

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

TB : Tuberkulosis

WHO : World Health Organization

Page 4: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, pengaruh lingkungan, kebiasaan perilaku dan gaya hidup masa

kini telah membuat kondisi tubuh manusia semakin rentan terhadap serangan

berbagai macam penyakit salah satunya adalah yang berhubungan dengan saluran

pernapasan.1

Keadaan ini tidak boleh dipandang sebelah mata, karena data World Health

Organization (WHO) telah menyebutkan dari 10 macam penyakit penyebab

angka kematian di dunia, tercatat bahwa infeksi saluran pernapasan bawah

merupakan penyakit infeksi terbesar ke-4 yang menyebabkan kematian di dunia

selama 1 dekade terakhir dengan jumlah kematian mencapai 3,1 juta kematian

pada tahun 2012.1

Di Indonesia pada tahun 2014, diketahui bahwa pneumonia merupakan

salah satu penyakit menular langsung yang dapat menjadi ancaman kesehatan bagi

masyarakat Indonesia.2

Hal ini didukung berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) pada tahun 2013 melalui Riset

Kesehatam Dasar (Riskesdas), yang mendapatkan bahwa peningkatan prevalensi

pneumonia pada semua jenjang usia dari 2,1 % pada tahun 2007 menjadi 2,7%

pada tahun 2013. Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada

kelompok usia 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada kelompok usia 45-54

tahun dan semakin meningkat sesuai bertambahnya usia.3

Pneumonia komunitas merupakan infeksi saluran pernapasan yang

berhubungan dengan tingkat kesakitan dan kematian, terutama pada anak-anak di

negara berkembang. Insidensi pneumonia lebih tinggi pada usia lanjut, hal ini

disebabkan oleh perubahan anatomi, fisiologi dan sistem imun pada usia lanjut

yang menjadi faktor risiko penting terhadap terjadinya pneumonia komunitas.

Perubahan fisiologi pada paru disebabkan karena proses penuaan yang

menyebabkan penurunan elastisitas paru, penurunan pengembangan rongga dada

Page 5: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

2

dan penurunan kekuatan otot rongga dada. Pada proses penuaan juga terjadi

perubahan imunitas yaitu penurunan sel imun. Dari perubahan-perubahan tersebut

dapat mempermudah terjadinya infeksi pada paru-paru.4-8

Di Amerika, prevalensi pneumonia tampak lebih banyak ditemukan pada

kelompok usia lanjut. Pneumonia komunitas merupakan penyebab paling umum

kematian pada usia lanjut dari beberapa penyakit menular lainnya. Sebuah

penelitian terhadap 46.237 pasien usia lanjut yang dimonitoring selama 3 tahun,

memperlihatkan jumlah kasus pneumonia komunitas di antara usia 65 – 69 tahun

terdapat 18.2 kasus dari 1000 pasien pertahun. Sedangkan pada usia lebih dari 85

tahun terdapat 52.3 kasus dari 1000 pasien pertahun. Dari data tersebut dapat

diperkirakan, 1 dari 20 orang pada usia lebih dari 85 tahun mengalami pneumonia

komunitas.9-11

Di Indonesia, prevalensi pneumonia semakin meningkat sesuai

bertambahnya usia, peningkatan terjadi terutama pada kelompok usia 45-54 tahun

sebesar 5,4%, kelompok usia 55-64 tahun sebesar 6,2%, kelompok usia 65-74

tahun sebesar 7,7%, dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 7,8%.3

Usia lanjut sangat berkaitan dengan berbagai perubahan akibat proses

penuaan seperti perubahan anatomi, fisiologi dan sistem imun yang apabila

disertai pengaruh psikososial akan berdampak pada perubahan gambaran klinis

pasien usia lanjut tersebut dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.12

Khususnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian tentang profil pasien

usia lanjut dengan pneumonia komunitas belum pernah diteliti. Oleh karena itu,

berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan tersebut di atas peneliti tertarik dan

merasa perlu untuk melakukan penelitian ini, sehingga dapat diketahui profil

pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yang sesungguhnya.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah profil pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng tahun 2013 - 2014?

Page 6: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

3

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas di

RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status sosio-demografi pasien usia lanjut dengan

pneumonia komunitas di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014.

b. Mengetahui gambaran klinis pasien usia lanjut dengan pneumonia

komunitas di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014.

c. Mengetahui penyakit penyerta pasien usia lanjut dengan pneumonia

komunitas yang dirawat di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014.

d. Mengetahui angka kematian pasien usia lanjut dengan pneumonia

komunitas yang dirawat di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan peneliti

mengenai profil pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan tambahan kepada masyarakat

tentang gambaran klinis pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yang

berbeda tampilan klinisnya dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

1.4.3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya.

Page 7: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pneumonia Komunitas

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi

Menurut World Health Organitation (WHO), pneumonia merupakan

infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Ketika paru-paru

seseorang terkena pneumonia, alveolusnya akan terisi oleh nanah dan cairan, yang

dapat menyebabkan sesak napas dan mengurangi pemasukan oksigen.13

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus

respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat

mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.14

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI), pneumonia

adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi

disertai batuk berdahak, napas cepat, sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala,

gelisah dan nafsu makan berkurang).3

Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya :

1. Community-Acquired Pneumonia

Community-Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas

merupakan suatu infeksi pada paru-paru yang dimulai dari luar rumah sakit

atau didiagnosis dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit pada pasien yang

tidak menempati fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang selama 14

hari atau lebih sebelum gejala muncul, serta biasanya disertai dengan adanya

gambran infiltrat pada pemeriksaan radiologi dada.15

Pneumonia komunitas merupakan salah satu subtipe dari pneumonia

dengan bentuk epidemiologis yaitu sebagai infeksi pada parenkim paru-paru

yang didapatkan dari luar rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Pneumonia

komunitas sering disebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumoniae

(Penicillin sensitive and resistant strains), Haemophilus influenza

(ampicillin sensitive and resistant strains) and Moraxella catarrhalis (all

Page 8: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

5

strains penicillin resistant). Ketiga bakteri tersebut dijumpai hampir di 85%

kasus pneumonia komunitas. Pneumonia biasanya menular karena

masuknya patogen melalui inhalasi atau aspirasi ke segmen paru atau lobus

paru.16,17

2. Hospital-Acquired Pneumonia

Berdasarkan American Thoracic Society (ATS), Hospital-Acquired

Pneumonia atau pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang muncul

setelah dirawat di rumah sakit lebih dari 48 jam tanpa pemberian intubasi

endotrakeal. Pneumonia nosokomial terjadi karena terdapat

ketidakseimbangan pertahanan tubuh dengan kolonisasi bakteri sehingga

menginvasi saluran napas bagian bawah. Pneumonia nosokomial sering

disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeroginosae, Klebsiella sp,

Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae. ATS membagi

pneumonia nosokomial menjadi early onset (biasanya muncul selama 4 hari

perawatan di rumah sakit) dan late onset (biasanya muncul setelah lebih dari

5 hari perawatan di rumah sakit).18,19

2.1.2. Epidemiologi

Lower respiratory tract infections (LRTI) dan CAP adalah penyebab

terbesar dari angka kesakitan dan kematian pada kelompok usia lebih dari 65

tahun di Inggris Raya dan beberapa Negara di Eropa.20

Di Amerika, prevalensi pneumonia tampak lebih banyak ditemukan pada

usia lanjut. Sebuah penelitian pada 46.237 pasien usia lanjut yang diikuti selama 3

tahun, didapatkan bahwa jumlah kasus CAP pada kelompok usia 65 – 69 tahun

adalah sebanyak 18,2 kasus dari 1000 pasien pertahun. Sedangkan pada usia lebih

dari 85 tahun terdapat 52,3 kasus dari 1000 pasien per tahun. Dari data tersebut

dapat diperkirakan, 1 dari 20 orang pada usia lebih dari 85 tahun mengalami

CAP.8-10

Insiden dan prevalensi pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 adalah

1,8% dan 4,5%. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi

pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,

Page 9: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

6

Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Di Indonesia prevalensi

kejadian pneumonia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan insiden

paling banyak terjadi pada usia 65 tahun keatas. Pada tahun 2013 prevalensi

pneumonia pada usia 65- 74 tahun sebesar 7,7% dan pada usia 75 tahun keatas

sebesar 7,8% baik yang telah terdiagnosis oleh dokter maupun yang belum

terdiagnosis pneumonia tetapi menderita gejala klinis pneumonia.3

2.1.3. Etiologi

Mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan pneumonia adalah:

a) Bakteri

Streptococccus pneumonia: merupakan bakteri anaerob fakultatif.

Bakteri patogen ini dapat ditemukan pada pneumonia komunitas

rawat inap di luar Intensive Care Unit (ICU) sebanyak 20-60%,

sedangkan yang di dalam rawat inap ICU sebanyak 33%.21

Staphylococcus aureus: merupakan bakteri anaerob fakultatif.

Penyebaran tersering melalui obat secara intravena yang

memungkinkan infeksi kuman menyebar secara hematogen dari

kontaminsi injeksi awal menuju paru-paru.21

Enterococcus (E.faecalis, E. faecium): merupakan organisme

streptococcus group D yang merupakan flora normal usus.21

Pseudomonas aeruginosae: Bakteri anaerob, yang berbentuk

batang dan memiliki bau yang khas.21

Klebsiella pneumonia: Bakteri anaerob fakultatif, yang berbentuk

batang tidak berkapsul.21

Haemophillus influenza: Bakteri anaerob yang berbentuk batang

dengan berkapsul atau tidak berkapsul.21

b) Virus

Virus yang dapat menyebabkan pneumonia yang menyebar melalui

droplet adalah cytomegalovirus, herpes simplex virus, varicella zoster

virus.21

Page 10: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

7

c) Jamur

Infeksi pneumonia yang diakibatkan oleh jamur biasanya disebabkan

oleh jamur oportunistik, dimana spora dari jamur masuk ke dalam

tubuh melalui udara. Jamur yang dapat menginfeksi seperti Candida

sp., Aspergillus sp., Crytococcus neoformans.21

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri

virus dan jamur namun penyebab pneumonia komunitas berdasarkan prevalensi

kejadian menurut North American Studies (NAS) dan British Thoracic Society

(BTS) dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.22

Tabel 2.1. Penyebab pneumonia komunitas menurut NAS dan BTS

Penyebab Prevalensi

NAS BTS

Kuman tipikal

Streptococcus pneumonia 20-16 60-75

Haemophilus influenza 3-10 4-5

Staphylococcus aureus 3-5 1-5

Basil gram negative 3-10 Jarang

Lainnya 3-5 -

Kuman atipikal 10-20 -

Legionella 2-8 2-5

Mycoplasma pneumonia 1-6 5-18

Clamydia pneumonia 4-6 -

Virus 2-15 8-16

Aspirasi 6-10 -

Sumber : Nair, G. B., & Niederman, M. S. Community-acquired pneumonia: an unfinished battle.

2011.

Menurut pedoman diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia komunitas di

Indonesia, setelah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dengan pengambilan

bahan dan metode yang berbeda – beda di beberapa pusat pelayanan kesehatan

paru, seperti di Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar, ditemukan

Page 11: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

8

bahwa bakteri golongan gram positif terbanyak yang menjadi penyebab

pneumonia komunitas adalah Streptococcus pneumonia (14,04%) dan dari

golongan gram negatif yaitu Klebsiella pneumonia (45,18%).23

2.1.4. Patofisiologi

Pneumonia disebabkan oleh adanya proliferasi dari mikroorganisme

patogen di dalam alveolus dan respon tubuh terhadap patogen. Terdapat 3 faktor

yang mempengaruhi yaitu, keadaan individu atau imunitas tubuh, jenis

mikroorganisme patogen dan lingkungan sekitar. Ketiga faktor tersebut dapat

menentukan berat ringannya penyakit, diagnosis, rencana terapi serta prognosis

dari pasien.14

Proses infeksi dimana patogen masuk ke saluran napas bagian bawah

setelah melewati mekanisme pertahanan oleh tubuh berupa pertahanan mekanik

(epitel, silia, mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler

(leukosit, makrofag, limfosit, dan sitokin). Infeksi menyebabkan peradangan pada

membran paru sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk ke

dalam alveoli. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun dan saturasi

oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan

dipenuhi sel radang dan cairan, dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk

membunuh patogen, tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun yang

akan mengakibatkan kesulitan bernapas sehingga dapat terjadi sianosis, asidosis

respiratorik dan kematian.14

2.1.5. Patologi

Pada paru yang terinfeksi oleh bakteri S. Pneumonia dapat menyebabkan 2

pola pneumonia, yaitu pneumonia lobaris atau bronkopneumonia. Pada pola

bronkopneumonia fokus konsolidasi terdistribusi di satu atau beberapa lobus

terutama di daerah lateral atau basal. Sebelum diberikan antibiotik, bakteri ini

mengenai hampir seluruh lobus dan berkembang dalam 4 stadium:23, 24

Kongesti: Lobus yang terinfeksi menjadi berat, merah dan sembab secara

histologis dapat terlihat kongesti vaskular dengan cairan protein, beberapa

neutrofil dan banyak bakteri di alveolus.

Page 12: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

9

Hepatisasi Merah: Lobus paru memperlihatkan konsistensinya menyerupai

hati karena rongga alveolusnya dipenuhi oleh neutrofil, sel darah merah dan

fibrin. Dan pleura biasanya memperlihatkan eksudat fibrinosa atau

fibrinopurulen.

Hepatisasi Abu Abu: Paru paru terlihat menjadi kering, abu abu dan padat

karena seldarah merah mengalami lisis.

Resolusi: Terjadi pada kasus yang tidak mengalami komplikasi, eksudat di

alveolus di cerna secara enzimatis dan diserap atau dibatukan sehingga

arsitektur paru tetap utuh.

2.1.6. Tanda dan Gejala

Setiap orang dapat menderita pneumonia, meskipun orang tersebut sudah

usia lanjut. Gambaran klinis yang timbul akibat pneumonia dapat di temukan

dengan gejala sebagai berikut, batuk (baik non produktif atau produktif), demam,

menggigil, berkeringat, nafas pendek, nyeri dada seperti ditusuk saat nafas dalam

atau sedang batuk, sakit kepala, sesak nafas, lemah dan gelisah.14,25

Kelainan yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisik paru adalah saat

inspeksi bagian yang sakit akan tertinggal saat bernafas, pada saat palpasi akan

terdapat peningkatan fremitus vokal dan raba, pada saat perkusi terdapat suara

perkusi redup/pekak, pada saat auskultasi akan terdapat pleural friction rub

terdapat suara napas bronkial dan terdapat ronkhi basah.26,27

Manifestasi klinis pneumonia komunitas pada pasien usia lanjut berbeda

dengan kelompok usia lainnya. Pada pasien usia lanjut kadang tidak terdapat

demam, penurunan batuk dan sputum, perubahan status mental mungkin adalah

hal yang paling menonjol. Pada pasien usia lanjut, gejala pneumonia pada infeksi

awal tidak memperlihatkan gejala klinis, kebanyakan gejala klinis timbul pada

saat pneumonia yang dideritanya sudah kronis.28

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang

a) Gambaran Radiologis

Foto toraks (PA/Lateral) merupakan pemeriksaan utama untuk

menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrasi

Page 13: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

10

sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab bronkogenik

dan interstisial serta gambaran kavitas.

b) Kultur darah.

c) Deteksi antigen patogen pada urin

L. pneumophila sero group 1 dapat dideteksi di urin pasien dengan

Legionnaires oleh enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).27

2.1.8. Diagnosis

Diagnosis pneumonia komunitas ditegakkan dengan cara anamnesis, gejala

klinis pemeriksaan fisik, foto toraks dan laboratorium. Diagnosis peneumonia

komunitas ditegakkan jika pada foto toraks didapatkan infiltrat baru atau infiltrat

progresif ditambah dengan paling sedikit 1 kriteria gejala mayor atau 2 kriteria

gejala minor bawah ini:29

a. Kriteria gejala mayor

Batuk-batuk

Produksi sputum

Demam > 37,8oC

b. Kriteria gejala minor

Sesak napas

Nyeri dada pleuritik

Pemeriksaan fisik: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas

bronkial dan ronkhi

Leukosit > 12.000 ribu/ml.

2.1.9. Prognosis

Angka kejadian pneumonia komunitas, di Amerika terdapat 3,4-4 juta

kasus pertahun, dan 20% di antara perlu dirawat di rumah sakit. Secara umum

angka kematian pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokkus adalah sebesar

5%, namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi yang buruk.

Pneumonia dengan influenza di Amerika merupakan penyebab kematian ke-6

dengan kejadian sebesar 59%, 89% diantaranya adalah pasien usia lanjut.

Page 14: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

11

Mortalitas pasien pneumonia komunitas yang di rawat di ICU adalah sebesar

20%.29

Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat dilakukan

dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient

Outcome Research Team (PORT) seperti yang tertera pada tabel 2.3. di bawah

ini:30

Tabel 2.2. Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT

Karakteristik pasien Jumlah poin

Faktor demografi

Usia: Laki-laki Usia (tahun)

Perempuan Usia (tahun) - 10

Perawatan di rumah +10

Penyakit penyerta

Keganasan +30

Penyakit hati +20

Gagal jantung kongestif +10

Penyakit serebrovaskular +10

Penyakit ginjal +10

Pemeriksaan fisik

Perubahan status mental +20

Frekuensi napas > 30 kali/menit +20

Tekanan darah sistolik < 90 mmHG +20

Suhu tubuh < 35oC atau > 40

oC +15

Nadi ≥ 125 kali/menit +10

Hasil laboratorium/Radiologi

Analisis gas darah arteri: pH < 7,35 +30

Blood urea nitrogen > 30 mg/dL +20

Natrium < 130 mmol/L +20

Glukosa > 250 mg/dL +10

Hematokrit < 30% +10

PO2 < 60 mmHg +10

Efusi pleura +10

Sumber: Ewig S, Ruiz M, Mensa J, Marcos MA, Martinez JA, Aranbica F, Niederman MS. Severe

community-acquired pneumonia assessment of severity criteria. 1998.

Page 15: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

12

Tabel 2.3. Derajat skor risiko menurut PORT30

Risiko Kelas Risiko Total Skor Perawatan

Rendah I Tidak diprediksi Rawat jalan

II < 70 Rawat jalan

III 71 - 90 Rawat inap/rawat jalan

Sedang IV 91 - 130 Rawat inap

Berat V > 130 Rawat inap

Sumber: Ewig S, Ruiz M, Mensa J, Marcos MA, Martinez JA, Aranbica F, Niederman MS.

Severe community-acquired pneumonia assessment of severity criteria. 1998.

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih

kriteria di bawah ini: 29

a) Kriteria minor:

• Frekuensi napas > 30 kali/menit

• Rasio Pa02/FiO2 < 250 mmHg

• Foto toraks paru menunjukkan infiltrat bilateral

• Infiltrat paru melibatkan > 2 lobus

• Tekanan sistolik < 90 mmHg

• Tekanan diastolik < 60 mmHg

• Disorientasi

• Blood Urea Nitrogen > 20 mg/dL

• Leukopenia ( leukosit < 4.000 sel/mm3)

• Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3)

• Hipotermia ( suhu < 36oC)

b) Kriteria mayor:

• Membutuhkan ventilasi mekanik

• Infiltrat bertambah > 50%

• Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

• Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada pasien

yang mempunyai riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang

membutuhkan dialisis

Page 16: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

13

Kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pasien pneumonia

komunitas adalah :23

a. Skor PORT lebih dari 70.

b. Bila skor PORT kurang < 70 maka pasien tetap perlu dirawat inap bila

dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini:

Frekuensi napas > 30/menit

PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg

Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus

Tekanan sistolik < 90 mmHg

Tekanan diastolik < 60 mmHg

c. Pneumonia pada pengguna NAPZA

Untuk kriteria perawatan intensif pada pneumonia komunitas adalah sebagai

berikut:29

a. Pasien yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu

(membutuhkan ventilasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam

(syok septis) atau

b. 2 dari 3 gejala minor tertentu (PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto

toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90

mmHg).

Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor pasien, bakteri

penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang

baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada pasien yang

dirawat.

Angka kematian pasien pneumonia komunitas kurang dari 5% pada pasien

rawat jalan, sedangkan pasien yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut

Infectious Disease Society Of America (IDSA) angka kematian pneumonia

komunitas pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6%

dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian pasien pneumonia

komunitas dengan peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat

Page 17: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

14

inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%,

sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.35

2.1.10. Komplikasi

Jika pneumonia tidak ditatalaksana dengan baik maka akan terjadi beberapa

komplikasi seperti, pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan

bakterimia, pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,

emboli paru dan infark miokard akut, ARDS (Acute Respiratory Distress

Syndrome), sepsis, gagal napas, syok, abses paru dan efusi pleura.14

Penelitian yang dilakukan oleh MJ Fine,dkk menunjukkan bahwa

kebanyakan pasien yang masih hidup memiliki 1 atau lebih komplikasi medis,

sedangkan dari semua pasien yang meninggal, penyebab utamanya adalah gagal

napas (42,5%), aritmia jantung (8%), dan sepsis (5,3%). Hasil pada penelitian lain

menunjukkan komplikasi gagal napas, sepsis atau bakteremia, dan aritmia jantung

merupakan penyebab kematian paling banyak.32

2.2. Lanjut Usia

2.2.1. Definisi

Usia lanjut adalah tahap akhir dari proses perkembangan pada siklus

kehidupan manusia. Seorang individu yang usianya telah mencapai lebih dari 60

tahun dapat dikatakan sebagai usia lanjut. Usia lanjut merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan.33,34

Usia lanjut sangat berkaitan dengan berbagai perubahan akibat proses

penuaan seperti perubahan anatomi, fisiologi dan sistem imun yang apabila

disertai pengaruh psikososial akan berdampak pada perubahan gambaran klinis

pasien usia lanjut tersebut dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.12

Page 18: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

15

2.2.2. Anatomi dan Fisiologi Sitem Pernapasan Dewasa

Gambar 2.1. Anatomi sistem pernapasan Sumber: Cecie Starr dan Ralph Taggart. Biology: The Unity and Diversity of Life, 8

th ed. 1998.

Fungsi respirasi adalah adalah memperoleh oksigen (O2) untuk digunakan

oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan karbon dioksida (CO2) yang diproduksi

oleh sel. Respirasi meliputi, respirasi internal yaitu reaksi-reaksi metabolik

intrasel yang mengggunakan O2 dan menghasilkan CO2 sewaktu oksidasi molekul

nutrient untuk menghasilkan energi dan respirasi eksternal yaitu berbagai tahap

dalam pemindahan O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel jaringan.35

Saluran napas menghantarkan udara dari atmosfer ke alveolus, yang

berfungsi sebagai pertukaran gas. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara di paru dan

darah di kapiler paru berlangsung di dinding alveolus yang dibentuk oleh sel

alveolus tipe I. Paru terletak di dalam kompartemen thoraks , yang volumenya

dapat diubah oleh akyivitas kontraktil otot-otot respirasi yang mengelilinginya.

Paru dikelilingi oleh suatu kantung tertutup yaitu kantung pleura.35

Ventilasi atau bernapas, adalah proses pemasukan ke dan pengeluaran

udara dari paru secara bergantian sehingga udara di alveolus lama yang telah ikut

serta dalam pertukaran O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru dapat ditukar

dengan udara di atmosfer. Ventilasi dilakukan secara mekanis dengan mengubah

secara bergantian arah gradient tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan

alveolus melalui ekspansi dan recoil siklik paru. Pada saat tekanan intra alveolus

berkurang akibat ekspansi paru selama inspirasi, udara masuk ke paru dari

tekanan atmosfer yang lebih tinggi. Pada saat tekanan intra alveolus meningkat

Page 19: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

16

akibat recoil paru selama ekspirasi, udara keluar paru menuju tekanan atmosfer

yang lebih rendah.35

Volume paru biasanya sekitar 2-2,5 liter sewaktu volume napas rata-rata

500 ml udara masuk dan keluar setiap kali bernapas. Jumlah udara yang masuk

dan keluar paru dalam satu menit, ventilasi paru, sama dengan volume napas kali

kecepatan napas. Tidak semua udara yang masuk dan keluar untuk pertukaran O2

dan CO2 dengan darah, karena sebagian menempati saluran napas penghantar,

yang dikenal sebagai ruang rugi anatomi.35

Kontraksi dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi secara tidak langsung

menimbulkan inflasi dan deflasi paru dengan secara siklik mengembangkan dan

mengempiskan rongga thoraks , dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya.

Ekspirasi aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot abdomen semakin mengurangi

ukuran rongga thoraks dan paru, yang meningkatkan graden tekanan intra alveolus

terhadap atmosfer.35

O2 dan CO2 berpindah menembus membran melalui difusi pasif mengikuti

penurunan gradient tekana parsial. Tekanan parsial suatu gas dalam udara adalah

bagian dari tekanan atmosfer total yang disumbangkan oleh gas tersebut, yang

berbanding lurus dengan persentase gas ini dalam udara. Tekan parsial suatu gas

dalam darah bergantung pada jumlah gas tersebut yang larut dalam darah. Difusi

netto O2 terjadi pertama antara alveolus dan darah, kemudian antar darah dengan

jaringan akibat gradien tekana parsial O2 yang terbentuk karena pemakaina terus-

menerus O2 di sel dan penggantian terus-menerus O2 di alveolus adri ventilasi.

Difusi netto Co2 terjadi pertama antara jaringan dan darah lalu antara darah dan

alveolus, akibat gradien tekanan parsial CO2 yang terbentuk oleh produksi secara

terus-menerus CO2 alveolus melalui ventilasi.35

Karena O2 dan CO2 tidak terlalu larut dalam darah, maka akan berikatan

secara kimiawi dengan hemoglobin (Hb). Faktor utama yang menentukan

seberapa banyak Hb berikatan dengan O2 adalah tekanan O2 darah,. Karbon

dioksida yang diambil di kapiler sistemik diangkut dalam darah melalui tiga cara,.

yaitu 10% larut secara fisik, 30% berikatan dengan Hb, dan 60% mengambil

bentuk bikarbonat (HCO3-).

35

Page 20: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

17

Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda, keduanya berada di bawah

kontrol saraf, yaitu pergantian siklik antara inspirasi dan ekspirasi, dan regulasi

besar ventalasi yang sebaliknya bergantung pada kontrol laju pernapasan dan

kedalamman volume napas. Irama bernapas dihasilkan oleh anyaman saraf

kompleks yang mengaktifkan neuron-neuron inspirasi yang terletak di kelompok

respirasi dorsal (KRD) pada pusat pernapasan di medulla batang otak. Neuron-

neuron inspirasi ini melepaskan muatan, impuls akhirnya mencapai otot-otot

inspirasi untuk menimbulkan inspirasi.35

Pada saat neuron-neuron inspirasi berhenti melepaskan muatan, maka otot-

otot inspirasi akan relaksasi dan terjadi proses ekspirasi. Jika akan terjadi ekspirasi

aktif, maka otot-otot ekspirasi diaktifkan oleh impuls dari neuron ekspirasi

medulla di kelompok respirasi ventral (KRV) pusat control pernapsan di

medulla.35

Irama ini diperhalus oleh keseimbangan aktivitas di pusat apnustik dan

pneumotaksik yang terletak lebih tinggi di batang otak, di pons. Pusat apnustik

memperlama inspirasi sedangkan pusat pneumotaksik yang lebih kuat membatasi

inspirasi.35

2.2.3. Perubahan pada Sistem Pulmonal Lanjut Usia

Pada usia lanjut terjadi perubahan dari anatomi paru-paru sehingga

berdampak juga terhadap perubahan fisiologinya, yaitu terjadi degenerasi dari

serat elastis di sekitar saluran pernapasan yang dimulai pada usia 50 tahun,

keadaan tersebut membuat saluran pernapasan pada usia lanjut menjadi kaku

sehingga menyebabkan penyempitan saluran napas. Penyempitan ini akan

meningkatkan resistensi saluran napas, sehingga udara yang masuk ke dalam

paru-paru sedikit yang menyebabkan kompensasi tubuh berupa sesak napas saat

beraktivitas.36

Usia lanjut membuat penurunan fungsi pada sistem pertahanan saluran

napas, salah satunya adalah silia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing

yang ada di saluran pernapasan, pada usia lanjut silia yang terdapat di sepanjang

saluran pernapasan akan mengalami penurunan getaran, hal ini membuat

penurunan fungsi dari pembersihan saluran napas sehingga mengakibatkan

Page 21: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

18

menurunnya sekresi dari kelenjar mukus ke saluran pernapasan atas yang

membuat mukus terakumulasi di saluran pernapasan bawah, sekret menjadi kental

dan mikroorganisme akan terperangkap di dalam paru paru hal ini dapat

meningkatkan terjadinya infeksi pada paru-paru.36

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada parenkim paru, khususnya

elastisitas dari alveolus yang mulai menurun pada proses penuaan, hilangnya

elastisitas dari alveolus tersebut membuat daya rekoil dari alveolus menurun atau

terganggu, sehingga pertukaran gas dari rongga dada ke pembuluh darah

berkurang yang menyebabkan oksigen yang masuk ke dalam pembuluh darah

sedikit dan sedikit karbon dioksida yang dikeluarkan sehingga menyebabkan sulit

untuk bernapas, hal ini juga dipengaruhi oleh otot- otot bantu napas dan diafrgama

yang melemah, sehingga akan menurunkan fungsi bernapas yaitu menurunnya

inspirasi oksigen dan ekspirasi karbon dioksida.36,37,38

Perubahan anatomi seperti penurunan komplian paru dan dinding dada turut

berperan dalam peningkatan kerja pernapasan dan penurunan laju ekspirasi paksa

sekitar 20% pada usia 60 tahun.36,39

Gambar 2.2. Diagram volume ekspirasi maksimal menurut usia

Sumber: Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on respiratory system physiology and

immunology. 2006.

Penuaan juga dapat merubah anatomi pada tulang dan otot-otot dada.

Penuaan membuat kalsifikasi kartilago kosta sehingga menyebabkan kekakuan

pada tulang iga pada saat pengembangan paru dan akan mengakibatkan

pernapasan abdominal dan menurunnya suara paru pada bagian dasar.36

Diafragma merupakan otot pernapasan yang mempunyai peranan sangat

penting dalam fungsi inspirsi. Informasi tentang efek penuaan terhadap fungsi

Page 22: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

19

diafragma hanya sedikit yang bisa didapatkan. Pengukuran kekuatan otot-otot

pernapasan ditentukan oleh transdiapraghmatic pressure (Pdi), maximum

voluntary ventilation (MMV), dan maximum inspiratory pressure (MIP). MIP

merupakan indeks kekuatan untuk pengukuran fungsi kekuatan diafragma yang

dilakukan dengan pemberian tekanan mekanik dengan menutup mulut saat

inspirasi. MIP merupakan indikator kekuatan otot-otot inspirasi dan determinan

dari kapasistas vital paru. Penurunan MIP dapat mengakibatkan ventilasi yang

inadekuat dan gangguan fungsi sekret saluran napas yang biasa ditemukan pada

penyakit neuromuskular. MIP pada laki-laki 30% lebih besar dibandingkan

dengan perempuan pada semua kelompok usia dan terjadi penurunan MIP sekitar

0,8-2,7 cm H2O/tahun pada usia 65-85 tahun. Penurunan nilai MIP yang lebih

besar terjadi pada laki-laki. Menurut penelitian Tolep dkk, terjadi penurunan nilai

Pdi sekitar 25% yang diukur menggunakan Mueller maneuver pada individu yang

berusia 65-75 tahun pada 10 orang sampel.39

Tabel 2.4. Perbedaan kekuatan otot diafragma pada usia lanjut dengan dewasa

Tekhnik Pdi (cmH2O)

Penurunan Dewasa Usia Lanjut

Mueller manuever 171 + 8 128 + 9 25%

Sumber: Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on respiratory system physiology and

immunology. 2006.

Penurunan kekuatan otot diafragma pada usia lanjut berhubungan dengan

proses penuaan yaitu terjadi karena atrofi otot dan penurunan fungsi serat saraf

akibat penuaan. Penurunan kekuatan diafragma akibat penuaan ini dapat menjadi

predisposisi untuk terjadinya diapraghmatic fatigue dan gagal napas saat terjadi

peningkatan kebutuhan ventilasi pada sistem respirasi.39

2.2.4. Perubahan pada Sistem Pencernaan Lanjut Usia

Banyak masalah sistem pencernaan yang dihadapi oleh usia lanjut berkaitan

dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik

degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-

otot pencernaan.40

Page 23: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

20

Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang

telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai

penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada

gigi, pengaontrol flora pada mulut dan penyiapan makanan untuk dikunyah.41,42

Proses penuaan membuat dilatasi esofagus dan penurunan refleks muntah

sehingga menyebabkan peningkatan terjadinya risiko aspirasi.

2.2.5. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Lanjut Usia

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan

metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan

pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon

esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang

trabekular menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan sering patah baik

akibat benturan ringan maupun spontan.40

Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan diskus

intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini

adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest.40

Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai

perlindungan terhadap beban gerakan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini

adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur. Waktu untuk kontraksi dan relaksasi

muskular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan waktu untuk

bereaksi dan pergerakan yang kurang aktif.40

2.2.6. Perubahan pada Sistem Imun Lanjut Usia

Leukosit merupakan unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan

imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau

menyingkirkan benda asing atau sel abnormal yang berpotensi menginfeksi tubuh.

Leukosit dan turunan-turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma,

membentuk sistem imun.33

Di dalam darah terdapat lima jenis leukosit yang berbeda, yaitu neutrofil,

eosinofil, basofil, monosit dan limfosit masing-masing dengan struktur dan fungsi

khas tersendiri.33

Page 24: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

21

Pada usia lanjut akan mengalami perubahan imunitas sistemik, yaitu

imunitas alami, dan imunitas adaptif. Imunitas alami adalah respon imun yang

terdiri dari makrofag, Natural killer cell (sel NK), dan neutrofil yang menjadi

sistem pertahanan lini pertama terhadap masuknya mikroorganisme patogen. Pada

usia lanjut fungsi sel-sel tersebut akan menurun, karena terdapat defek pada

sumsum tulang individu yang mengalami penuaan sehingga menyebabkan

penurunan kemampuan makrofag, dan neutrofil untuk menghilangkan mikroba.

Sel NK berperan dalam interaksi antara respons imun alami, dan adaptif. Produksi

sel NK terjadi penurunan pada usia lanjut yang dapat menyebabkan peningkatan

risiko infeksi, dan kematian pada pasien usia lanjut.43

Pada usia lanjut, timus mengalami involusi progresif sehingga output sel-

sel baru berkurang secara signifikan sejak usia 40 tahun. Perubahan morfologi,

dan fungsional berupa perluasan ruang perivaskular. Penurunan timopoisis adalah

proses aktif yang dimediasi oleh sitokin timosupresi, terutama IL-6, faktor

penghambat leukemia (LIF), dan oncostatin M (OSM). Produksi IL-7 yang

diperlukan dalam timopoisis untuk menjamin kelangsungan hidup sel dengan

mempertahankan protein anti-apoptosis Bcl-2 secara signifikan menurun. Atrofi

kronis timus disebabkan oleh kekurangan reseptor leptin, dan progenitor sel T

yang bertambah tua. Leptin berperan sebagai zat perlindungan terhadap bakteri

endotoksin yang mengawali proses atrofi. Sedangkan sel T yang menua

mengakibatkan produksi sitokin timus menurun, seperti IL-1, IL-3, TGF-β, OSM

dan LIF yang berperan merangsang fase dini hematopoiesis serta IL-6, IL-7 yang

berperan sebagai sitokin timosupresi.43

Peningkatan kadar kolesterol yang umum terjadi pada dewasa tua berperan

terhadap penurunan kemampuan T-cell signaling. Kolesterol tinggi dapat

mempengaruhi ketebalan lapisan lipid berupa berkurangnya cairan plasma

membran sel T dibanding pada dewasa muda, sehingga mengakibatkan aktivasi

sel T terhambat. Dewasa tua mengalami penurunan kadar tirosin kinase yang

penting untuk stimulasi sel T. Untuk membangun respons imun yang adekuat, T

cell receptor (TCR) harus dijaga keberadaannya secara terus-menerus pada

populasi klon sel T yang beragam. Keragaman TCR masih terjaga baik hingga

usia 60-65 tahun, meskipun telah terjadi penurunan output timus yang

Page 25: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

22

mengakibatkan rendahnya respons imun dalam menghadapi infeksi, dan

vaksinasi.44

Kualitas respons imun humoral menurun sesuai usia. Perubahan ini ditandai

dengan respons antibodi yang lebih rendah, dan penurunan produksi antibodi

berafinitas tinggi. Penurunan proliferasi sel B karena usia menurunkan aktivasi sel

B dan memberikan defek pada afinitas reseptor, dan sinyal permukaan sel B. Sel

Th CD4+ membantu secara tidak adekuat di pusat-pusat germinal, dan

menghasilkan antibodi berafinitas rendah akibat penurunan pelepasan IL-2, dan

IL-4. Proses penuaan berperan pada perubahan sitokin dari Th1 ke Th2 sebagai

respons terhadap rangsangan kekebalan tubuh. Kelebihan produksi sitokin Th2

dapat meningkatkan gangguan autoimun yang dimediasi sel B dengan

meningkatkan produksi antibodi autoreaktif. Dengan penurunan imunitas

humoral, produksi antibodi berafinitas tinggi menjadi rendah sehingga

melemahkan respons antibodi pasien usia lanjut.43

2.2.6. Patofisiologi

Dengan diketahuinya perubahan - perubahan pada berbagai organ tersebut

di atas maka akan dapat diketahui bahwa tampilan klinis pneumonia komunitas

pada pasien usia lanjut berbeda dengan kelompok usia lainnya.45

Pada orang usia lanjut lebih mudah terinfeksi pneumonia hal ini disebabkan

oleh adanya gangguan refleks muntah, melemahnya imunitas, gangguan

kardiopulmoner, dan gangguan respon pengaturan suhu. Gangguan refleks

muntah, dan sistem saraf pusat mengakibatkan pneumonia aspirasi. Gangguan

pada kardiopulmoner mempengaruhi penurunan dari fungsi jantung, dan paru.

Sistem imunitas humoral pada usia lanjut terjadi gangguan pada fungsi limfosit B

sehingga akan menurunkan produksi antibodi, yang akan menjadi faktor

predispoposi infeksi mikroorganisme patogen yang menyebabkan pneumonia.46,47

Penurunan fungsi silia saluran pernapasan pada usia lanjut dapat

mengakibatkan risiko seorang individu untuk terjangkit infeksi pada sistem

pernapasan semakin meningkat. Pada infeksi saluran pernapasan, saluran napas

akan mengeluarkan sekret berupa mukus. Mukus yang diproduksi akan

dikeluarkan melalui proses batuk. Proses batuk sangat ditentukan oleh fase

Page 26: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

23

inspirasi maksimal. Pada usia lanjut, volume inspirasi dan ekspirasi jumlahnya

menurun karena menurunnya fungsi otot-otot pernapasan. Penurunan volume

tersebut mengakibatkan penurunan fungsi batuk untuk mengeluarkan mukus yang

diproduksi. Mikroorganisme yang terperangkap oleh mukus tidak akan bisa

dikeluarkan karena fungsi mukosilia yang menurun dan akan mengakibatkan

mukus terakumulasi pada saluran pernapasan bawah sehingga manifestasi klinis

pneumonia komunitas pada usia lanjut akan mengalami penurunan pada respon

batuk dan sputum.33,36,37

Mukus di saluran napas yang terakumulasi karena tidak dapat dikeluarkan

dengan respon batuk menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan. Disamping

itu, proses degenerasi serat elastis pada saluran pernapasan juga terjadi sehingga

membuat resistensi jalur napas meningkat sehingga mengganggu proses

masuknya oksigen ke dalam paru paru yang membuat tubuh melakukan

kompensasi melalui peningkatan frekuensi napas untuk mencukupi kebutuhan

oksigen dalam tubuh.36

Selain itu, defek sumsum tulang yang terjadi pada individu berusia lanjut

menyebabkan penurunan produksi sel-sel imun seperti makrofag dan neutrofil.

Makrofag berfungsi memfagosit patogen yang masuk ke dalam tubuh lalu

melepaskan sitokin pirogen endogen, sitokin ini diduga mencapai organ

sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak dan menyebabkan

reaksi demam melalui prostaglandin PGE2.. Pada usia lanjut, fungsi tersebut mulai

mengalami penurunan sehingga sitokin pirogen endogen tidak mengubah set point

hipotalamus. Perubahan ini mengakibatkan reaksi demam pada usia lanjut tidak

terjadi.28,48

Page 27: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

24

2.3. Kerangka Teori

Page 28: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

25

2.4. Kerangka Konsep

Page 29: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

26

2.5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat

Ukur

Cara

Ukur

Skala

Ukur

1. Pneumonia

Komunitas

(CAP)

infeksi pada paru-paru

yang dimulai dari luar

rumah sakit atau

didiagnosis dalam 48

jam setelah masuk

rumah sakit pada pasien

yang tidak menempati

fasilitas perawatan

kesehatan jangka

panjang selama 14 hari

atau lebih sebelum

gejala muncul, serta

biasanya disertai

dengan adanya gambran

infiltrat pada

pemeriksaan radiologi

dada.15

Rekam

Medis

Baca Kategorik

2. Jenis

Kelamin

Jenis kelamin adalah

perbedaan antara

perempuan dengan laki-

laki secara

biologis sejak seseorang

lahir.50

Rekam

Medis

Baca Kategorik

3. Usia Lanjut Seorang individu yang

usianya telah mencapai

lebih dari 60 tahun.51

Menurut WHO usia

lanjut dikelompokkan

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 30: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

27

menjadi berikut:

Lansia 60-74

tahun

Lansia tua 75-90

tahun

Lansia sangat

tua > 90 tahun

4. Riwayat

Pendidikan

Riwayat pendidikan

adalah tingkat

pendidikan yang

dicapai seseorang

setelah mengikuti

pelajaran pada kelas

tertinggi suatu tingkatan

sekolah dengan

mendapatkan tanda

tamat (ijazah).52

Tidak sekolah

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Perguruan

Tinggi

Rekam

Medis

Baca Kategorik

5. Status

Pernikahan

Pernikahan adalah

sebuah ikatan lahir batin

antara seorang pria

dengan seorang wanita

ssebagai suami isteri

dengan tujuan untuk

membentuk keluarga

atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal.53

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 31: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

28

Dikelompokkan menjadi

:

Menikah

Belum Menikah

Pernah Menikah

6. Jenis

Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah

macam pekerjaan yang

dilakukan seseorang

atau ditugaskan kepada

seseorang yang sedang

bekerja atau yang

sementara tidak

bekerja52

Rekam

Medis

Baca Kategorik

7. Indeks

Massa

Tubuh

(IMT)

IMT adalah nilai yang

diambil dari

perbandingan antara

berat badan (BB)

dengan tinggi badan

(TB) seseorang.54

Menurut kriteria Asia-

Pasifik dikelompokkan

menjadi :

Underweight

Normal weight

Pre obesitas

Obesitas Grade I

Obesitas Grade

II

Rekam

Medis

Baca Kategorik

8. Hipotensi Tekanan darah sistolik

< 90 mmHg atau

tekanan darah diastolik

< 60 mmHg.55

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 32: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

29

9. Takikardi Frekuensi nadi >100

kali/menit.56

Rekam

Medis

Baca Kategorik

10. Takipneu Frekuensi napas lebih

dari 20 kali/menit.57

Rekam

Medis

Baca Kategorik

11. Demam Kenaikan suhu tubuh >

37,8oC.

30

Rekam

Medis

Baca Kategorik

12. Batuk Batuk adalah

pengeluaran sejumlah

volume udara secara

mendadak dari rongga

toraks dalam sistem

pertahanan

respiratorik.58

Rekam

Medis

Baca Kategorik

13. Sputum Sputum atau dahak

adalah mukus yang

keluar saat batuk dari

saluran pernapasan

atas.59

Rekam

Medis

Baca Kategorik

14. Sesak Napas Sesak napas adalah

perasaan sulit bernapas,

ditandai dengan napas

yang pendek dan

penggunaan otot

bernapas.60

Rekam

Medis

Baca Kategorik

15. Nyeri Dada Nyeri, tekanan, sesak,

atau ketidaknyamanan

lain yang berasal atau

menjalar ke dada.61

Rekam

Medis Baca Kategorik

16 Gangguan

Suara napas

Wheezing merupakan

suara nafas seperti

musik yang terjadi

karena adanya

Rekam

Medis Baca Kategorik

Page 33: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

30

penyempitan jalan

udara atau tersumbat

sebagian.62

Ronkhi adalah nada

rendah dan sangat

kasar yang terdengar

karena terdapat

cairan atau mukus di

saluran pernapasan.63

17. Mual Mual adalah perasaan

tidak menyenangkan

yang ada sebelum

muntah.64

Rekam

Medis Baca Kategorik

18. Muntah Muntah adalah

keluarnya isi lambung

hingga ke mulut dengan

paksa atau dengan

kekuatan.65

Rekam

Medis

Baca Kategorik

19. Anoreksia Anoreksia adalah tidak

adanya nafsu makan.65

Rekam

Medis

Baca Kategorik

20. Minum

alkohol

Minum alkohol adalah

seseorang yang yang

meminum minuman

yang mengandung

alkohol atau etanol 5%

hingga 40% volume.65

Rekam

Medis

Baca Kategorik

21. Perokok Individu yang

menghisap udara napas

dari lingkungannya

yang mengandung asap

rokok.65

Rekam

Medis

Baca Kategorik

22. Asma Asma adalah gangguan Rekam Baca Kategorik

Page 34: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

31

inflamasi kronik saluran

napas yang

menyebabkan obstruksi

saluran napas.23

Medis

23. Diabetes

Mellitus

DM adalah penyakit

atau gangguan

metabolisme kronis

dengan multi etiologi

yang ditandai dengan

tingginya kadar glukosa

darah.66

Rekam

Medis

Baca Kategorik

24. Gagal

jantung

kongestif

Gagal jantung kongestif

adalah ketidak -

mampuan jantung untuk

memompakan darah ke

seluruh jaringan tubuh

secara adekuat.67

Rekam

Medis

Baca Kategorik

25. Renal

diseases

Renal diseases adalah

gangguan ginjal yang

disebabkan oleh

kelainan vaskular.68

Rekam

Medis

Baca Kategorik

26. Penyakit

paru

obstruktif

kronik

PPOK adalah penyakit

paru kronik yang

ditandai oleh hambatan

aliran udara di saluran

napas yang bersifat

progressif nonreversibel

atau reversibel parsial.69

Rekam

Medis

Baca Kategorik

27. Infiltrat Infiltrat adalah

gambaran pada

parenkim paru yang

solid mengandung

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 35: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

32

sedikit udara.70

28. Efusi pleura Efusi pleura adalah

suatu keadaan dimana

terdapat penumpukan

cairan dari dalam

kavum pleura diantara

pleura parietalis dan

pleura viseralis dapat

berupa cairan transudat

atau cairan eksudat.70

Rekam

Medis

Baca Kategorik

29. Rawat inap Rawat inap adalah

ruang untuk pasien

yang memerlukan

asuhan dan pelayanan

keperawatan dan

pengobatan secara

berkesinambungan

lebih dari 24 jam.71

Rekam

Medis

Baca Kategorik

30. Antibiotika Antibiotika adalah

segolongan senyawa,

baik alami maupun

sintetik, yang

mempunyai efek untuk

menekan atau

menghentikan suatu

proses biokimia di

dalam suatu organisme,

khususnya dalam proses

infeksi oleh bakteri.72

Rekam

Medis

Baca Kategorik

31. Meninggal Meninggal adalah

sudah menghilangnya

nyawa atau tidak hidup

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 36: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

33

lagi.72

32. Sepsis Sepsis adalah respons

sistemik pejamu

terhadap infeksi dimana

patogen atau toksin

dilepaskan ke dalam

sirkulasi darah sehingga

terjadi aktivasi proses

inflamasi.70

Rekam

Medis

Baca Kategorik

34. Multiple

organ failure

Multiple organ failure

adalah adanya fungsi

organ yang berubah

pada pasien sehingga

homeostasis tidak dapat

dipertahankan tanpa

intervensi, yang

melibatkan dua atau

lebih sistem organ.73

Rekam

Medis

Baca Kategorik

35. Gagal napas Gagal napas adalah

sindrom yang ditandai

oleh peningkatan

permeabilitas membran

alveolar-kapiler

terhadap air, larutan dan

protein plasma.72

Rekam

Medis

Baca Kategorik

Page 37: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang (cross-sectional)

dengan pendekatan retrospektif yang menggunakan data sekunder berupa rekam

medik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng. Desain ini digunakan

untuk mengetahui profil pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yang

dirawat di RSUD Cengkareng pada bulan Januari 2013 - Desember 2014.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Cengkareng periode Januari 2013 -

Desember 2014 selama bulan Juli-Agustus 2015.

3.3. Populasi Penelitian

a. Populasi target :

Pasien yang didiagnosis menderita pneumonia di RSUD Cengkareng.

b. Populasi terjangkau :

Pasien usia lanjut yang didiagnosis pneumonia komunitas yang dirawat

di RSUD Cengkareng pada Januari 2013 - Desember 2014.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Pasien dengan usia lebih dari 60 tahun.

Pasien yang sudah terdiagnosis pneumonia komunitas oleh dokter di

RSUD Cengkareng.

Pasien pneumonia komunitas yang dirawat di RSUD Cengkareng

dari Januari 2013 sampai dengan Desember 2014.

Page 38: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

35

b. Kriteria Eksklusi

Pasien pneumonia pada anak.

Pasien pneumonia komunitas dengan usia kurang dari 60 tahun.

Pasien pneumonia nosokomial

Pasien dengan HIV positif.

3.5. Besar dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Rumus besar

sampel yang digunakan adalah :

n =

n =

n = 385

Zα = Derajat kepercayaan

P = Prevalensi pneumonia (dari kepustakaan)

Q = 1-P

d = Limit dari eror atau presisi absolut

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Tingkat kepercayaan ditetapkan sebesar 95%, sehingga α = 5% dan Zα =

1,96 dengan kesalahan prediksi yang bisa diterima (d) sebesar 5%. Prevalensi (P)

ditetapkan sebesar 0,5 karena prevalensi pneumonia di Indonesia kurang dari

10%, sehingga Q (1-P) didapatkan 0,5. Dengan demikian, besar sampel minimal

yang diperlukan adalah 385.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dari data

rekam medik pasien pneumonia yang dirawat di RSUD Cengkareng selama

Januari 2013 sampai Desember 2014, semua sampel dipilih jika memenuhi

kriteria inklusi.

Page 39: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

36

3.6. Cara Kerja Penelitian

Melakukan persiapan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Mengurus perizinan ke RSUD Cengkareng untuk mengambil data.

Mengambil data rekam medik yang sesuai dengan syarat penelitian

peneliti melalui seleksi subjek dari populasi terjangkau berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi.

Didapatkan pasien sesuai dengan besar sampel yang peneliti tentukan.

Masukan data rekam medik kedalam lembaran data penelitian.

Melakukan pengolahan data berdasarkan hasil lembaran data penelitian.

Melaporkan hasil penelitian.

3.7. Alat dan Bahan

a. Alat

Program Software SPSS 21

Pulpen

Pensil

b. Bahan

Rekam Medik Pasien

Page 40: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

37

3.8. Alur Penelitian

Persiapan

Penelitian

Pemilihan

Sampel

Pembuatan

Proposal

Pengolahan

Data

Pembahasan

Hasil Data

Pengambilan

Data Rekam

Medik

Distribusi

Proposal ke

RSUD

Cengkareng

Input Data

Laporan Hasil

Penelitian

Page 41: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

38

3.9. Manajemen Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat langsung melalui

rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi pasien pneumonia komunitas di atas

usia 60 tahun di RSUD Cengkareng. Pengolahan data penelitian ini menggunakan

software statistic, yaitu semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing

dan coding untuk kemudian dimasukan kedalam program Statistical Package for

Social Sciences (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Cleaning

Data “dibersihkan” terlebih dahulu dengan cara meneliti data yang ada

supaya tidak terdapat data yang tidak perlu.

b. Editing

Pada tahapan ini, dilakukan pemeriksaan kelengkapan data.

c. Coding

Tahapan ini merupakan tahapan dimana data yang telah terkumpul diberi

kode-kode untuk memudahkan pemasukan data.

d. Entry

Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam komputer untuk

kemudian dilakukan analisis data. Kemudian data diolah lebih lanjut dan

kemudian data disajikan dalam bentuk teks, grafik, dan tabel.

Page 42: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang (cross-sectional)

dengan pendekatan retrospektif, yang menggambarkan profil pasien usia lanjut

dengan pneumonia komunitas yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Cengkareng yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data ini diolah

berdasarkan distribusi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan,

pekerjaan, indeks massa tubuh (IMT), tanda vital, gejala klinis, kebiasaan

perilaku, penyakit penyerta, foto radiologi toraks, lama rawat inap, pemberian

antibiotik, kematian dan penyebab kematian yang ditampilkan dalam bentuk tabel

dan grafik.

4.1. Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas

dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, status pernikahan,

pekerjaan. Berikut gambaran karakteristik pasien usia lanjut dengan pneumonia

komunitas di RSUD Cengkareng.

Tabel 4.1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 41 53,2

Perempuan 36 46,8

Pada penelitian ini, didapatkan data jumlah pasien pneumonia komunitas

pada usia lebih dari 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 41

pasien (53,2%) lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan yang

berjumlah 36 pasien (46,8%). Lebih tingginya frekuensi jenis kelamin laki-laki

dibandingkan perempuan pada pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas,

didukung oleh penelitian Malik AS,dkk (2012) yang membahas tentang profil

Page 43: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

40

pneumonia komunitas di Pakistan, didapatkan bahwa jumlah laki-laki lebih

banyak yaitu sebesar 55% dibandingkan perempuan sebesar 45%. Hal serupa juga

ditemukan oleh Rodriguez L,dkk (2009) pada penelitiannya di Spanyol bahwa

laki-laki lebih mendominasi (52%) dibandingkan perempuan (48%). Di negara

India yang merupakan negara berkembang, yang memiliki keidentikan sama

halnya dengan Indonesia, didapatkan data pneumonia komunitas dari penelitian

Bilal BA,dkk (2012) bahwa pasien pneumonia komunitas lebih banyak pada laki-

laki berjumlah 35 pasien (70%) dibandingkan perempuan yang berjumlah 15

pasien (30%). Namun, jika melihat penelitian lain, seperti penelitian Viegi G,dkk

(2006) yang membahas epidemiologi pneumonia komunitas di Napoli, Italia,

mendapatkan bahwa perempuan lebih banyak sebesar 53,1% dibandingkan laki-

laki yang berjumlah 46,7%. Akan tetapi dari semua data penelitian tersebut, Vila-

Corcoles A,dkk (2008) menyampaikan bahwa tidak adanya hubungan yang

signifikan antara pasien pneumonia komunitas dengan jenis kelamin

pasien.74,75,76,77,78

Tabel 4.2. Karakteristik berdasarkan kelompok usia

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Kelompok Usia

60-74 tahun 60 77,9

75-90 tahun 16 20,8

>90 tahun 1 1,3

Untuk distribusi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas

berdasarkan kelompok usia yang tertera pada tabel 4.2. didapatkan kelompok

lansia(60-74 tahun) sebanyak 60 pasien (77,9 %), kelompok lansia tua (75-90

tahun) sebanyak 16 pasien (20,8 %) dan lansia sangat tua (>90 tahun) sebanyak 1

pasien (1,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Vila-Corcoles A,dkk (2008) di Tarragona, Spanyol yang mengatakan angka

kesakitan pneumonia komunitas pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 55,2%,

kelompok usia 75-84 tahun sebesar 34.3%, kelompok usia lebih dari 85 tahun

sebesar 10,5%, hal serupa juga ditemukan oleh Bilal BA,dkk (2012) bahwa

Page 44: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

41

didapatkan penurunan jumlah kasus yaitu, pada kelompok usia 65-74 tahun

sebesar 64%, kelompok usia 75-84 tahun sebesar 28% dan kelompok usia lebih

dari 85 tahun sebesar 8%. Perbedaan peningkatan angka morbiditas pasien

pneumonia komunitas pada kelompok usia lanjut tersebut kemungkinan

disebabkan oleh perbedaan populasi yang diteliti yang apabila ditelusuri lebih

lanjut hal ini berhubungan erat dengan akses pasien tersebut ke pusat layanan

kesehatan atau rumah sakit.76,78

Tabel 4.3. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Pendidikan

Tidak sekolah 1 1.3

Tamat SD 46 59,7

Tamat SMP 8 10,4

Tamat SMA 17 22,1

Perguruan tinggi 5 6,5

Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan riwayat tingkat pendidikan

pasien paling banyak adalah tamat SD sebanyak 46 pasien (59,7%), lalu tamat

SMA sebanyak 17 pasien (22,1%), tamat SMP sebanyak 8 pasien (10,4%),

perguruan tinggi sebanyak 5 pasien (6,5%), dan tidak bersekolah sebanyak 1

pasien (1,3%). Tingkat pendidikan pasien berpengaruh terhadap tingkat

morbiditas atau kasus kejadian pneumonia komunitas. Menurut penelitian yang

telah dilakukan oleh Torres A,dkk (2013) bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan terakhir pasien maka semakin rendah risiko terjadinya pneumonia

komunitas dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan

terakhirnya yang rendah. Schnoor M,dkk (2007) menjelaskan dalam penelitiannya

bahwa tingkat pendidikan terakhir pasien yang lebih atau sama dengan 12 tahun

(setara tamat SMA) memiliki risiko terkena pneumonia komunitas lebih rendah

dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan terakhirnya yang

kurang atau sama dengan 9 tahun (setara tamat SMP) dan memiliki risiko terkena

pneumonia komunitas lebih tinggi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan

Page 45: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

42

oleh Izquierdo C,dkk (2010) menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan terakhir pasien dengan hasil pengobatan yang dilakukan

pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat mortalitas pasien pneumonia

tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir pasien.79,80,81

Tabel 4.4. Karakteristik berdasarkan status pernikahan

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Status pernikahan

Menikah 47 61

Belum menikah 7 9,1

Pernah menikah 23 29,9

Dari hasil penelitian, pada tabel 4.4 didapatkan data status pernikahan pasien

usia lanjut dengan pneumonia komunitas yaitu pasien yang belum menikah

sebanyak 7 pasien (9,1%), sudah menikah sebanyak 47 pasien (61%) dan pernah

menikah sebanyak 23 pasien (29,9%). Terkait dengan kekerapan penyakit

penyerta dan risiko kematian, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

Metersky ML,dkk (2012) di Amerika yang menyatakan bahwa pria yang belum

menikah pada pasien pneumonia komunitas pada usia lebih dari 65 tahun dan

dirawat di rumah sakit memiliki risiko kematian lebih tinggi dan sangat signifikan

dibandingkan kelompok usia lainnya, namun kelompok ini memiliki risiko lebih

rendah terhadap penyakit komorbidnya. Metersky ML,dkk (2012) juga

menambahkan bahwa pasien yang sudah menikah lebih rendah terhadap risiko

kematian, karena pasien yang sudah menikah memiliki status sosioekonomi lebih

tinggi dan tingkat kekerasan lebih rendah.82

Page 46: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

43

Gambar 4.1. Grafik karakteristik pekerjaan pasien

Dari data penelitian ini, diketahui pekerjaan ibu rumah tangga (IRT)

sebanyak 34 pasien (44,2%), buruh sebanyak 10 pasien (13%), tidak bekerja

sebanyak 10 pasien (13%) pegawai swasta sebanyak 9 pasien (11,7%), PNS

sebanyak 7 pasien (9,1%), wiraswasta sebanyak 3 pasien (3,9%), diikuti dengan

pensiunan sebanyak 2 pasien (2,6%), petani sebanyak 1 pasien (1,3%) dan

pedagang sebanyak 1 pasien (1,3%). Berdasarkan data hasil penelitian ini, terlihat

tingkat sosio-ekonomi populasi pasien mayoritas berada pada golongan yang

masih rendah. Malik AS,dkk (2012) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan

antara status sosio-ekonomi populasi dengan frekuensi pasien pneumonia

komunitas, yaitu pada status sosio-ekonomi yang rendah didapatkan frekuensi

yang tinggi terhadap morbiditas pneumonia komunitas (68,75%). Hal ini pun

serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Loeb MB (2004) yang

mendeskripsikan bahwa status sosio-ekonomi pasien yang rendah dapat

meningkatkan risiko kejadian pneumonia komunitas. Lebih lanjut pada penelitian

Malik AS,dkk (2012) mengemukakan pendapat bahwa pengaruh status sosio-

ekonomi terhadap frekuensi pneumonia kemungkinan disebabkan pada golongan

sosio-ekonomi rendah tidak dapat membayar biaya pengobatan pada tahap awal

sakit karena kemiskinan, yang dapat menjadi faktor predisposisi tinggi untuk

memperberat morbiditas dan meningkatkan risiko kematian.74,83

34

9 10 7 10 3 2 2 0

5

10

15

20

25

30

35

40

Pekerjaan

Page 47: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

44

IGD 71

(92,2%)

Poli 6

(7,8%)

Jalur Masuk Rumah Sakit

IGD Poli

Namun pada beberapa penelitian yang lalu menunjukkan bahwa tidak

adanya hubungan antara status sosio-ekonomi terhadap kejadian pneumonia

komunitas. Seperti pada dua penelitian Farr BM,dkk (2000) dengan judul yang

berbeda, menyatakan bahwa diagnosis pneumonia komunitas dan status sosio-

ekonomi tidak memiliki hubungan antar keduanya. Selain itu, status sosio-

ekonomi juga tidak berpengaruh terhadap hasil dari perawatan pneumonia

komunitas seperti pada penelitian Izquierdo C,dkk (2010) di Barcelona, Spanyol

yang pada kesimpulan penelitiannya menyatakan bahwa status sosio-ekonomi

tidak memiliki hubungan terhadap hasil perawatan pneumonia komunitas. Hal

serupa juga disampaikan oleh Vrbova L,dkk (2005) di Ontario, Kanada yang

berkesimpulan bahwa status sosio-ekonomi tidak berpengaruh terhadap frekuensi

pneumonia komunitas dan tingkat mortalitasnya.81,84,85

Gambar: 4.2. Diagram jalur masuk ke rumah sakit

Adapun distribusi pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas

berdasarkan jalur masuk ke RSUD seperti yang terlihat pada diagram 4.2

didapatkan pasien yang masuk melalui IGD adalah sebanyak 71 pasien (92,2%),

sedangkan yang masuk melalui poli sebanyak 6 pasien (7,8%).

Page 48: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

45

4.2. Karakteristik Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 4.5. Karakteristik indeks massa tubuh (Asia-Pasifik)

Pada tabel 4.5. didapatkan hasil indeks massa tubuh pasien usia lanjut

dengan pneumonia komunitas sebanyak 55 pasien yang memiliki data

antropometri (BB dan TB) di RSUD Cengkareng dan 22 pasien tidak memiliki

data antopometri. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebanyak 29 pasien (52,7%)

memiliki indeks massa tubuh yang baik (normoweight), sebanyak 13 pasien

(23,6%) memiliki indeks masaa tubuh yang kurang (underweight), sebanyak 8

pasien (14,5%) mengalami pre obesitas, sebanyak 4 pasien (7,3%) mengalami

obesitas grade 1, dan sebanyak 1 pasien (1,8%) mengalami obesitas grade 2. Pada

hasil penelitian, didapatkan indeks massa tubuh (IMT) pasien pneumonia lebih

tinggi pada pasien yang memiliki IMT normal sebanyak 37,7%, kemudian yang

tertinggi kedua adalah pasien yang memiliki IMT underweight sebanyak 16,9%.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Rodriguez L,dkk (2009) dimana IMT

pasien pneumonia komunitas yang terbanyak adalah normal, namun terdapat

perbedaan pada IMT terbanyak kedua, yaitu pre-obesitas. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Phung DT,dkk (2013) menyatakan bahwa pada status IMT

underweight dan obesitas berat dapat meningkatkan risiko kejadian pneumonia

komunitas. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Tores A,dkk (2013)

yang menyatakan bahwa status IMT underweight meningkatkan risiko lebih tinggi

terhadap kejadian pneumonia komunitas dibandingkan dengan status IMT yang

normal, sedangkan status IMT overweight mempunyai risiko lebih kecil atau

Variabel Frekuensi (n=77) Presentase (%)

IMT

Underweight 13 16,9

Normal 29 37,7

Pre obesitas 8 10,4

Obesitas grade I 4 5,2

Obesitas grade II 1 1,3

Tidak ada data 22 28,6

Page 49: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

46

mempunyai risiko yang sama dengan status IMT normal. Lebih lanjut pada

penelitian Lee J,dkk (2015) menekankan bahwa status IMT underweight dapat

meningkatkan risiko terjadinya kematian.75,79,86,87

4.3. Karakteristik Tanda Vital

Tabel 4.6. Karakteristik tanda vital

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Tekanan darah

Sistolik < 90 mmHg 3 74 3,9 96,1

Diastolik < 60 mmHg 15 62 19,5 80,5

Frekuensi nadi > 100

kali/menit 9 68 11,7 88,3

RR > 20 kali/menit 62 15 80,5 19,5

Suhu > 37,8 0C 6 71 7,8 92,2

Dari tabel 4.6. didapatkan pasien pneumonia komunitas pada usia lebih dari

60 tahun yang memiliki tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg sebanyak 3

pasien (3,9%), tekanan darah diastolik kurang dari atau sama dengan 60 mmHg

sebanyak 15 pasien (19,5%), denyut nadi lebih dari 100 kali/menit sebanyak 9

pasien (11,7%), frekuensi napas lebih dari 20 kali/menit sebanyak 62 pasien

(80,5%) dan suhu lebih dari 37,8oC sebanyak 6 pasien (7,8%). Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saldias Penafiel F,dkk (2003)

pada pasien usia lanjut ( > 65 tahun) dengan frekuensi tertinggi yaitu respiratory

rate > 20 kali/menit sebesar 87%, diikuti frekuensi nadi > 100 kali/menit sebesar

41%, suhu > 37,8oC sebesar 40%, dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg

sebesar 26%.88

Page 50: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

47

Tabel 4.7. Perbandingan tanda vital pada penelitian ini dengan penelitian Saldias

Penafiel F,dkk

Tanda Vital

Saldias Penafiel

F,dkk

(n=306)

Peneliti

(n=77)

Ya Tidak

RR > 24 x/menit 87% 80,5% 19,5%

Frekuensi nadi >100 x/menit 41% 11,7% 88,3%

Suhu > 37,80C 40% 7,8% 92,2%

Sistolik < 60 mmHg 26% 19,5% 80,5%

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Heckerling P,dkk (1990)

dikatakan bahwa pasien yang mempunyai suhu lebih dari 37,8oC dan frekuensi

nadi yang lebih dari 100 kali/menit merupakan faktor prediktor independen yang

signifkan dalam mendiagnosis pneumonia komunitas. Pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Gennis P,dkk (1990) dan Metlay J,dkk (2003) menyatakan bahwa

indikasi perlunya pemeriksaan radiologi pada pasien pneumonia komunitas adalah

pada saat pasien mempunyai gambaran tanda vital berupa suhu lebih dari 37,8oC,

frekuensi nadi lebih dari 100 kali/menit, dan frekuensi napas lebih dari 20

kali/menit.89,90,91

Tabel 4.8. Karakteristik status kesadaran dan tekanan darah

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Status Kesadaran

Compos Mentis 69 89,6

Apatis 2 2,6

Somnolen 5 6,5

Sopor 1 1,3

Tekanan Darah

Normal 31 40,3

Pre-Hipertensi 9 11,7

Hipertensi Derajat I 21 27,3

Hipertensi Derajat II 16 20,8

Page 51: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

48

0

3

7

10

9

9

14

3

6

71

61

52

41

34

24

17

25

16

6

13

18

26

34

44

46

49

55

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Demam

Nyeri dada

Muntah

Gangguan suara nafas

Sputum

Batuk

Anoreksia

Mual

Sesak nafas

Ya Tidak Tidak ada data

Berdasarkan hasil dari tabel 4.8, didapatkan data tanda vital pasien dengan

status kesadaran yang terbanyak adalah compos mentis, yaitu sebanyak 69 pasien

(89,6%), diikuti oleh somnolen 5 pasien (6,5%) apatis sebanyak 2 pasien (2,6%)

dan sopor 1 pasien (1,3%). Adapun pada tanda vital tekanan darah, lebih banyak

yang memiliki tekanan darah dalam batas normal, yaitu 31 pasien (40,3%).

Jumlah interpretasi lain dalam tekanan darah, yaitu pre-hipertensi didapat

sebanyak 9 pasien (11,7%), hipertensi derajat I 21 pasien (27,3%), dan hipertensi

derajat II 16 pasien (20,8%).

4.4. Karakteristik Gambaran Klinis

Gambar 4.3. Grafik gambaran klinis pasien

Dari data grafik 4.3 diketahui karakteristik gambaran klinis pasien usia

lanjut dengan pneumonia komunitas, didapatkan gejala paling banyak adalah

Page 52: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

49

sesak napas sebanyak 55 pasien (71,4%), kemudian mual sebanyak 49 pasien

(63,6%), anoreksia sebanyak 46 pasien (59,7%), batuk sebanyak 44 pasien

(57,1%), dahak sebanyak 34 pasien (44,2%), gangguan suara napas sebanyak 26

pasien (33,8%), nyeri dada pleuritik sebanyak 13 pasien (16,9%) dan demam

adalah gejala pasien yang paling sedikit yaitu sebanyak 6 pasien (7,8%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riquelme dkk (1997),

yang didapatkan gejala yang paling banyak adalah sesak napas sebesar 71%, lalu

batuk sebesar 67% dan demam sebesar 64%. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Bilal BA,dkk(2012) di dapatkan hasil gambaran klinis pasien pneumonia

komunitas pada usia lebih dari 65 tahun, yaitu gejala paling banyak adalah batuk

sebesar 74%, sputum sebesar 64%, demam 56%, sesak napas 22%, nyeri dada

pleuritik 20% dan gangguan saluran cerna 8%.76,92

Menurut Zalacin R,dkk (2003) didapatkan gejala pasien pneumonia usia

lanjut di Spanyol yang paling banyak adalah batuk sebesar 81%, lalu demam

sebesar 76%, lalu sesak napas sebesar 70%, sputum 66% dan nyeri dada sebesar

43%. Menurut penelitian yang dilakukan Masahiro T,dkk (2014) di Jepang

didapatkan gejala pasien pada usia 65-74 tahun paling banyak adalah batuk

68,4%, demam 31,6% dan sesak napas sebesar 26,3%.93,94

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saldias Penafiel F, dkk (2003)

didapatkan gejala paling banyak adalah batuk sebesar 83%, sesak napas 71%,

sputum 71%, demam 63% dan nyeri dada sebesar 12%.88

Tabel 4.9. Perbandingan gambaran klinis penelitian ini dengan penelitian lain.

Variabel Zalacin

(n=503)

Saldias

(n=306)

Riquelme

(n=101)

Bilal

(n=50)

Masahiro

(n=19)

Peneliti

(n=77)

Sesak 70% 71% 71% 22% 26,3% 71,4%

Batuk 81% 83% 67% 74% 68,4% 57,1%

Sputum 66% 71% 52% 64% - 44,2%

Nyeri dada 43% 12% 34% 20% - 16,9%

Demam 76% 63% 64% 56% 31,6% 7,8%

Page 53: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

50

4.5. Karakteristik Kebiasaan Perilaku

Tabel 4.10. Karakteristik kebiasaan perilaku

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Merokok 15 62 19,5 80,5

Minum alkohol 1 76 1,3 98,7

Dari data tabel 4.10. diketahui karakteristik kebiasaan perilaku pasien

pneumonia komunitas pada usia lebih dari 60 tahun, didapatkan bahwa jumlah

pasien merokok sebesar 15 pasien (19,5%) dan meminum minuman beralkohol

sebanyak 1 pasien (1,3%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bilal

BA,dkk (2012) menunjukkan hasil pasien pneumonia yang memiliki kebiasaan

merokok sebesar 74% dan mengatakan bahwa terdapat peran penting antara

kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko kejadian pneumonia. Merokok

dapat meningkatkan faktor risiko pneumonia komunitas karena dapat mengubah

flora normal di saluraan pernapasan, mekanisme pembersihan jalur napas dan

pertahanan seluler di saluran pernapasan. Pembersihan jalan napas oleh

mukosiliar berjalan tidak sempurna pada pasien dengan kebiasaan merokok

karena menurunnya frekuensi gerakan siliar sehingga terjadi peningkatan

kolonisasi bakteri di saluran pernapasan bawah yang lebih banyak ditemukan pada

pasien yang memiliki kebiasaan merokok dibandingkan yang tidak merokok.

Sependapat dengan Nuorti J,dkk (2000) yang mengatakan bahwa kebiasaan

merokok merupakan faktor risiko terpenting yang dapat meningkatkan kejadian

pneumonia komunitas.73,90

Pada penelitian Bilal BA,dkk(2012) juga didapatkan frekuensi pasien

pneumonia komunitas yang mempunyai kebiasaan meminum alkohol berjumlah

sedikit yaitu sebesar 6%. Bilal BA,dkk menjelaskan bahwa alkohol juga

berpengaruh terhadap faktor risiko dalam pertahanan sistem saluran napas seperti

perubahan flora normal, meningkatkan risiko aspirasi, menurunnya mekanisme

pembershian saluran napas dan penurunan imunitas seluler. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Torres A,dkk (2013) yang menyebutkan

bahwa terdapat risiko peningkatan kejadian pneumonia komunitas pada pasien

Page 54: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

51

yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Namun pada penelitian lain

yang dilakukan oleh Baik I,dkk (2000) menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan secara statistik antara kebiasaan meminum minuman alkohol terhadap

pneumonia komunitas. Hal ini kemungkinan terjadi karena penggunaan statistik

yang lemah atau adanya kriteria inklusi untuk peminum alkohol yang

rendah.76,79,96

4.6. Karakteristik Penyakit Penyerta

Tabel 4.11. Karakteristik penyakit penyerta

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Asma 2 75 2,6 97,4

Diabetes melitus (DM) 10 67 13,0 87

Congestive heart failure 2 75 2,6 97,4

Renal diseases 3 74 3,9 96,1

Penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK) 1 76 1,3 98,7

Dari tabel 4.11. didapatkan karakteristik penyakit penyerta yang menyertai

pasien pneumonia komunitas pada usia lebih dari 60 tahun yang terbanyak adalah

DM sebanyak 10 pasien (13%), lalu gangguan ginjal (renal diseases) sebanyak 3

pasien (3,9%), asma sebanyak 2 pasien (2,6%), congestive heart failure sebanyak

2 pasien (2,6%), dan PPOK sebanyak 1 pasien (1,3%). Menurut Torres A,dkk

(2013) frekuensi dari penyakit penyerta secara umum lebih besar pada pasien

yang berusia ≥65 tahun dibandingkan pasien yang berusia <65 tahun. Penyakit

penyerta yang paling sering diderita adalah penyakit saluran napas kronik

mencapai 68%, penyakit jantung mencapai 47%, diabetes mellitus dan demensia

mencapai 33%, gangguan ginjal kronik mencapai 27% dan gangguan hati

smencapai 20%. Torres menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit

penyerta pasien dengan risiko kejadian pneumonia komunitas. Pasien pneumonia

komunitas yang mempunyai penyakit penyerta diabetes melitus mempunyai

hubungan dalam meningkatkan risiko kejadian pneumonia komunitas, penyakit

Page 55: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

52

saluran napas kronik termasuk PPOK dan asma meningkatkan risiko 2 kali sampai

4 kali lebih besar terhadap risiko terjadinya pneumonia komunitas, penyakit

penyerta kardiovaskular kronik meningkatkan risiko terjadinya pneumonia

komunitas hingga 3 kali lebih besar, gangguan fungsi hepar dan ginjal juga

meningkatkan risiko terjadinya pneumonia komunitas 2 kali lebih besar.79

4.7. Karakteristik Hasil Radiologi Toraks

Tabel 4.12. Karakteristik hasil radiologi toraks

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Ada radiologi 61 79,2

Tampak infiltrat 50 82

Tidak tampak infiltrat 11 18

Tidak ada radiologi 16 20,8

Pada tabel 4.12. diketahui dari 77 pasien yang di diagnosis pneumonia

terdapat 61 pasien (79,2%) yang memiliki data foto radiologi toraks. Dari 61

pasien yang memliki data foto toraks sebanyak 50 pasien (82%) memperlihatkan

hasil foto toraks berupa infiltrat dan sebanyak 11 pasien (18%) tidak tampak

infiltrat. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Viegi G,dkk (2006) di

Italia bahwa sebanyak 413 subyek (77,2%) melakukan pemeriksaan radiologi

toraks dan yang tidak melakukan pemeriksaan radiologi sebanyak 121 subyek

(22,8%) yang diantaranya sebanyak 50,8% dikarenakan alasan logistik, 8,2%

menolak untuk melakukan pemeriksaan, dan 41% pasien tidak direkomendasikan

dokter untuk melakukan pemeriksaan. Keputusan ini mengindikasikan kurang

aplikatifnya guideline diagnosis dan manajemen dari pneumonia komunitas dari

ketetapan Infectious Disease Society of America (IDSA), American Thoracic

Society (ATS), dan British Thoracic Society (BTS) yang merekomendasikan

pemeriksaan radiologi paru sebagai prosedur diagnosis pasien yang diduga

menderita pneumonia komunitas. Meskipun demikian, guideline Canadian

Infectious Disease Society dan Canadian Thoracic Society memperbolehkan

Page 56: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

53

untuk melakukan terapi pneumonia komunitas tanpa konfirmasi radiologi bagi

pasien yang mempunyai kesulitan untuk melakukan pemeriksaan.77

4.8. Karakteristik Lama Rawat Inap

Tabel 4.13. Karakteristik lama rawat inap

Dari tabel 4.16. didapatkan data rawat inap pasien dari 0-3 hari sebanyak 22

pasien (28,5%), 4-7 hari sebanyak 40 pasien (52%), 8-11 hari sebanyak 10 pasien

(13%), dan 12-14 hari sebanyak 5 pasien (6,5%). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Masotti L,dkk (2000) menyatakan beberapa hal yang dapat

memperpanjang lama rawat inap yaitu demam tinggi menunjukkan hubungan

yang bermakna dengan lamanya rawat inap. Penyakit penyerta, kateterisasi

saluran kemih, dan ISK sekunder, dan tingginya laju endap darah juga

mempunyai hubungan yang bermakna terhadap lamanya rawat inap pada pasien

pneumonia komunitas. Dehidrasi pada pasien pneumonia komunitas usia lanjut

juga diketahui berpengaruh terhadap lamanya rawat inap. Menurut Masotti L,dkk

(200) data tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko

tinggi sehingga dapat mengurangi biaya perawatan. Menurut Isabella S,dkk

(2012) menyatakan bahwa frekuensi napas lebih dari 20 kali per menit dan

tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg pada pasien pneumonia usia lanjut

dapat memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit.97,99

Lama Rawat Inap Frekuensi (n=77) Persentase (%)

0-3 hari 22 28,5

4-7 hari 40 52

8-11 hari 10 13

12-15 hari 5 6,5

Page 57: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

54

4.9. Karakteristik Antibiotik yang Diberikan dalam Pengobatan Pneumonia

Komunitas di pada Usia Lanjut

Tabel 4.14. Karakteristik antibiotik yang diberikan

Golongan Antibiotik Frekuensi (n=67) Persentase (%)

Derivat Beta Laktam

Sefalosporin Generasi ke-3 52 67,5

Karbapenem 9 11,7

Fluoroquinolone 1 1,3

Sefalosporin + fluoroquinolone 3 3,9

Karbapenem + fluoroquinolone 2 2,6

Tidak ada data 10 13

Dari 77 pasien yang dirawat hanya 67 pasien yang mempunyai data

pemberian antibiotik di rumah sakit sedangkan 10 pasien tidak ada data

pemberian antibiotik. Dari 67 pasien, didapatkan pemberian antibiotik monoterapi

dari derivat beta laktam yaitu golongan sefalosporin generasi ke-3 seperti

ceftizoxime, cefixime, ceftazidime, ceftriaxone, cefoperazone sebanyak 52 pasien

(77,6%), sedangkan dari golongan karbapenem sebanyak 9 pasien (11,7%).

Pemberian antibiotik monoterapi golongan fluoroquinolone(ofloxacin,

levofloxacin, dan ciprofloxacin) sebanyak 1 pasien (1,5%), dan pemberian

antibiotik kombinasi yaitu antara golongan beta laktam dan fluoroquinolone

sebanyak 3 pasien (4,5%). Penemuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Viegi G,dkk (2006) yang menyebutkan bahwa pemberian

sefalosporin generasi ketiga paling sering digunakan untuk initial therapy pada

pasien infeksi saluran pernapasan bawah di Italia. Penelitian yang dilakukan oleh

Viegi G,dkk menggunakan antibiotik monoterapi pada 70,1% kasus pneumonia

komunitas. Penggunaan antibiotik cefalosporin (45,8%) diberikan sebagai

monoterapi pada lebih dari seperempat pasien (27,1%) dan sekitar seperlima

pasien (18,7%) diberikan dengan kombinasi antibiotik lain. Penggunan antibiotik

makrolid monoterapi sebanyak 18%, dan kombinasi sebanyak 20,2%.

Fluoroquinolone digunakan sebagai monoterapi pada 12% kasus dan 12,2%

sebagai terapi kombinasi. Menurut Mandell L,dkk (2007) pemberian antibiotik

monoterapi fluoroquinolene digunakan untuk pasien pneumonia komunitas yang

Page 58: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

55

dirawat dirumah sakit tetapi tidak di rawat di ICU sedangkan untuk pasien

pneumonia komunitas yang dirawat di rumah sakit dan di rawat di ICU serta

dicurigai terinfeksi bakteri pesudomonas diberikan kombinasi terapi

antipesudomonas beta laktam(meropenem atau imipenem) dan

fluoroqinolone(levofloxacin atau levofloxacin).77,100

4.10. Karakteristik Kematian

Tabel 4.15. Karakteristik kematian

Variabel Frekuensi (n=77) Persentase (%)

Tidak meninggal 60 77,9

Meninggal 17 22,1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 77 pasien yang dirawat, sebanyak

60 pasien hidup (77.9%) dan 17 pasien meninggal dunia (22.1%). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Shah BA,dkk (2009) mengatakan bahwa mortalitas

akan semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya skor dari PSI dan CURB-

65.98

4.11. Karakteristik Penyebab Kematian

Tabel 4.16. Karakteristik penyebab kematian

Penyebab Kematian Frekuensi (n=17) Persentase (%)

Sepsis 2 11,7

Multiple organ failure 1 5,9

Gagal napas et causa sepsis 6 35,3

Gagal napas et causa pneumonia berat 3 17,6

Gagal napas et causa pneumonia

dengan efusi pleura 1 5,9

Tidak ada data penyebab 4 23,5

Dari tabel 4.19. didapatkan komplikasi yang paling banyak menyebabkan

kematian yaitu gagal napas et causa sepsis sebanyak 6 pasien (7,8%), lalu gagal

napas et causa pneumonia berat sebanyak 3 pasien (3,9%), diikuti sepsis sebanyak

Page 59: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

56

2 pasien (2,6%), multiple organ failure sebanyak 1 orang (1,3%), dan gagal napas

et causa efusi pleura sebanyak 1 pasien (1,3%), sebanyak 4 pasien (5,2%) tidak

ada data penyebab kematiannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bilal

BA,dkk (2012) memperlihatkan hasil komplikasi yang bervariasi di penelitiannya

dengan penyebab kematian yang tertinggi yaitu efusi pleura sebanyak 12%, syok

sepsis sebanyak 6%, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) sebanyak 6%,

abses paru 4%, emfisema 4% dan gagal jantung dekompensata sebesar 8%.73

Page 60: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

57

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a) Status sosiodemografi 77 pasien usia lanjut dengan pneumonia

komunitas yang dirawat di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014

adalah sebagai berikut: pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41

pasien (53,2%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 pasien

(46,8%), dengan kelompok lansia (60-74 tahun) sebanyak 60 pasien

(77,9%), kelompok lansia tua (75-90 tahun) sebanyak 16 pasien

(20,8%) dan lansia sangat tua (>90 tahun) sebanyak 1 pasien (1,3%).

Sebanyak 46 pasien (59,7%) adalah tamatan SD, dengan 31 pasien

(40,3%) merupakan ibu rumah tangga.

b) Gambaran klinis yang menonjol pada pasien usia lanjut dengan

pneumonia komunitas di RSUD Cengkareng tahun 2013 - 2014 adalah

sebagai berikut: sesak napas sebanyak 55 gejala (71,4%), mual

sebanyak 49 gejala (63,6%), nafsu makan berkurang sebanyak 46

gejala (59,7%), batuk sebanyak 44 gejala (57,1%), dahak sebanyak 34

gejala (44,2%) dan gejala yang paling sedikit yaitu demam sebanyak 6

gejala (7,8%).

c) Penyakit penyerta yang banyak menyertai pasien usia lanjut dengan

pneumonia komunitas yang dirawat di RSUD Cengkareng tahun 2013

- 2014 yaitu DM sebanyak 10 pasien (13%), lalu gangguan ginjal

sebanyak 3 pasien (3,9%), diikuti asma bronkial dan Congestive Heart

Failure sebanyak 2 pasien (2,6%) serta PPOK sebanyak 1 pasien

(1,3%).

d) Angka kematian pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas yang

dirawat di RSUD Cengkareng tahun 2013-2014 adalah sebanyak 17

pasien (22,1%).

Page 61: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

58

5.2. Saran

a) Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik pada peneliti

selanjutnya, maka sebaiknya dilakukan pengambilan sampel dengan

rentang waktu yang panjang dengan jumlah sampel yang lebih besar

pada lokasi yang berbeda.

b) Staff medik RSUD Cengkareng Jakarta disarankan lebih melengkapi

data rekam medik pasien, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, baik pada pasien rawat inap maupun rawat

jalan. Diharapkan, dengan begitu, penelitian-penelitian selanjutnya

yang akan dilakukan dapat mencapai hasil yang lebih optimal dengan

jumlah sampel yang lebih memadai.

c) Pihak Manajemen RSUD Cengkareng diharapkan membuka akses

yang lebih luas kepada para peneliti khususnya kepada bagian rekam

medik sehingga tidak terjadi hambatan/kendala-kendala dalam proses

pengambilan sampel seperti yang terjadi pada penelitian ini.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan beberapa faktor keterbatasan dalam proses

pengambilan data. Faktor-faktor keterbatasan tersebut adalah :

a) Pengambilan data sekunder berupa rekam medik dari RSUD

Cengkareng, hanya terbatas dari tahun Januari 2013-Desember 2014.

Sehingga membatasi jumlah sampel yang akan diambil. Hal ini

dikarenakan, adanya regulasi baru dari pihak manajemen RSUD

tentang rekam medik di bawah tahun 2013 yang sudah diarsipkan.

b) Pengambilan data sekunder tersebut di atas dibatasi hanya untuk 10

hari saja dan pihak bagian rekam medik hanya memberikan 10 rekam

medik per hari.

c) Rekam medik RSUD Cengkareng, memiliki mobilisasi yang tinggi,

sehingga mengganggu proses pendataan.

Page 62: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

59

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The 10 leading causes of death in the world,

2000 and 2012. The top 10 causes of death. Fact sheet No310. Diakses dari:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit menular penyebab

kematian terbanyak di Indonesia.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2014.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. 2013.

4. Stuckey-Schrock K, Hayes B, George C. Community-Acquired Pneumonia in

Children. Amecican Academy Family Physicians. 2012 Oct 1;86(7):661-667.

5. Chong CP, Street PR. Pneumonia n the elderly: a review of the epidemiology,

pathogenesis, microbiology, and clinical features. South Med. J.

2008;101(11):1141–1145.

6. Velez JA, Mortensen EM, Anzueto A, Restrepo MI. Antimicrobial treatment

of community-acquired pneumonia in the elderly. Aging Health.

2006;2(6):999–1011.

7. Ho JC, Chan KN, Hu WH, et al. The effect of aging on nasal mucociliary

clearance, beat frequency, and ultrastructure of respiratory cilia. Am. J.

Respir. Crit. Care Med. 2001;163(4):983–988.

8. Meyer KC. The role of immunity in susceptibility to respiratory infection in

the aging lung. Respir. Physiol. 2001;128(1):23–31.

9. File TM Jr, Marrie TJ. Burden of community-acquired pneumonia in North

American adults. Postgrad Med. 2010;122(2):130-41.

10. Fung HB, Monteagudo-Chu MO. Community-acquired pneumonia in the

elderly. Am J Geriatr Pharmacother. 2010;8(1):47-62.

11. Jackson ML, Neuzil KM, Thompson WW, Shay DK, Yu O, Hanson CA, et

al. The burden of community-acquired pneumonia in seniors: results of a

population-based study. Clin Infect Dis. 2004;39(11):1642-50.

12. Darmojo RB. Teori proses menua. Dalam: Martono H,Pranarka K (editor).

Buku ajar boedhi-darmojo geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke-4.

Page 63: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

60

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. h3-13.

13. World Health Organization. Pneumonia. Fact Sheet N0331. Diakses dari:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.

14. Dahlan Zul. Pneumonia. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid III, Jakarta :

Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009. h2196.

15. Bansal, S., Kashyap, S., Pal, L. S., & Goel, A.Clinical and bacteriological

profile of community acquired pneumonia in Shimla, Himachal Pradesh.

Indian Journal of Chest Diseases and Allied Sciences. 2004;46(1):17-22.

16. Ruiz M, Ewig S, Marcos MA, Martinez JA, Arancibia F, Mensa J, et al.

Etiology of community-acquired pneumonia: impact of age, comorbidity, and

severity. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.

1999;160(2):397-405.

17. Cunha BA. Swine Influenza (H1N1) Pneumonia: Clinical Considerations.

Infect Dis Clin N Am. 2010;24:203-228.

18. Cunha BA. Multi-drug Resistant (MDR) Klebsiella, Acinetobacter, and

Pseudomonas aeruginosa. Antibiotics for Clinicians. 2006;10:354-355.

19. Ferrara AM. Potentially multidrug-resistant non-fermentative Gram-negative

pathogens causing nosocomial pneumonia. Int J Antimicrob Agents. 2006

Mar;27(3):183-95.

20. Millett ERC, Quint JK, Smeeth L, Daniel RM, Thomas SL. Incidence of

Community-Acquired Lower Respiratory Tract Infections and Pneumonia

among Older Adults in the United Kingdom: A Population-Based Study.

Heimesaat MM, ed. PLoS ONE. 2013;8(9):e75131.

21. Warsa C Usman. Buku Ajar Mikrobiologi. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa

Aksara, 1993.

22. Nair, G. B., & Niederman, M. S. Community-acquired pneumonia: an

unfinished battle. Medical Clinics of North America. 2011;95(6):1143-1161.

23. Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.Pneumonia Komunitas :

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia, 2003.

24. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7nd

ed, Vol. 1. Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007. h189.

Page 64: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

61

25. Watkins RR, Lemonovich TL. Diagnosis and management of community-

acquired pneumonia in adults. American Family Physician. 2011 Jun

1;83(11): 1299-306.

26. Hoare Z, Lim WS. Pneumonia: update on diagnosis and management.

BMJ  : British Medical Journal. 2006;332(7549):1077-1079.

27. Longo DL, Kapser DL, Jameson JL, et al. Harrison's principles of internal

medicine. 18th

ed. Mc Graw Hill Medical. 2012:P2130-2136.

28. Simonetti AF, Viasus D, Garcia-Vidal C, Carratalà J. Management of

community-acquired pneumonia in older adults. Therapeutic Advances in

Infectious Disease. 2014;2(1):3-16.

29. American thoracic society. Guidelines for management of adults with

community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity,

antimicrobial therapy, and prevention. Am J Respir Crit.Care Med.

2001;163:1730-54.

30. Ewig S, Ruiz M, Mensa J, Marcos MA, Martinez JA, Aranbica F, Niederman

MS. Severe community-acquired pneumonia assessment of severity criteria.

Am J Respir Crit Care Med. 1998;158:1102-08.

31. Supriyantoro. Perbandingan hasil pemeriksaan bakteriologis dari dahak dan

sikatan bronkus penderita infeksi saluran napas akut (ISNA). Tesis Bagian

Pulmonologi FKUI, Jakarta 1989.

32. Kolditz, M., Halank, M., & Höffken, G. Monotherapy versus combination

therapy in patients hospitalized with community-acquired pneumonia.

Treatments in respiratory medicine. 2006;5(6):371-383.

33. Maryam, R. Siti, dkk. Mengenal usia lanjut dari perawatannya. Jakarta:

Salemba medika, 2008. h32.

34. Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009. h243.

35. Lauralee, S. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2012. h506-509.

36. Tamher dan Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009. h41-49.

Page 65: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

62

37. Gillooly M, Lamb D. Airspace size in lungs of lifelong non-smokers: effect

of age and sex. Thorax. 1993;48:39–43.

38. Davies GA, Bolton CE. Age-related changes in the respiratory system. In:

Fillit HM, Rockwood K, Woodhouse K, eds. Brocklehurst's Textbook of

Geriatric Medicine and Gerontology. 7th ed. Philadelphia PA: Elsevier

Saunders, 2010. chap 15.

39. Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on respiratory system physiology and

immunology. Clinical Interventions in Aging. 2006;1(3):253-260.

40. Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari

Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

41. Miller, Carol A. Nursing care of older adults: Theory and Practice. 3rd ed.

Philadepia: Lippincott, 1999.

42. Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. Buku Ajar Keperawatan

Gerontik. ed 2. Jakarta: EGC, 2006.

43. Ongradi J, Kovesdi V. Factors that may impact on immunosenescence:

appraisal. Immunity and Ageing. 2010;7:7.

44. Fulop T, Le Page A, Garneau H, Azimi N, Baehl S, Dupuis G, Pawelec G,

Larbi A. Aging, immunosenescence and membrane rafts: the lipid

connection. Longevity & Healthspan. 2012;1:6.

45. Rahmatullah P. Penyakit paru pada usia lanjut. Dalam: Martono H, Pranarka

K. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI, 2009. h466-73.

46. Cunha BA. Pneumonia in the elderly. Clin Microbiol Infect. 2001;7:581-88.

47. Frank SM, Raja SN, Bulcao C, Goldstein DS. Age-related thermoregulatory

diff erences during core cooling in humans. Am J Physiol Regul Integr Comp

Physiol. 2000;279:R349-R354.

48. Silbernagl S, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Jakarta: EGC, 2006.

h20.

49. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Rekam Medis.

Nomor 269. Menkes/Per/III. 2008.

50. Hungu. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Penerbit Grasindo, 2007.

Page 66: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

63

51. Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia.

52. Badan pusat statistik. keadaan angkatan kerja indonesia agustus 2010. BPS-

statistic Indonesia. 2010; ISSN.0126-647X.

53. Undang - Undang Republik Indonesia. Perkawinan. Undang-undang No. 1

Tahun 1974.

54. Mei Zuguo, Grummer-Strawn LM et al. Validity of body mass index

compared with other body-composition screening indexes for the assessment

of body fatness in children and adolescents. Am J Clin Nutr. 2002

June;75(6):978-985.

55. National Heart, Lung, and Blood Institute. What is hypotension. Diakses dari:

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hyp.

56. American Heart Association. Tachycardia. Diakses dari:

http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Arrhythmia/AboutArrhythmia

/Tachycardia-Fast-Heart-Rate_UCM_302018_Article.jsp#.

57. Lindh WQ, Pooler M, Tamparo CD, et al. Delmar's Comprehensive medical

as-sisting: Administrative and clinical competencies. New york: cengage

learning, 2006. 573p.

58. Phelan PD. Cough. Dalam : Phelan PD, Olinsky A, Robertson CF:

Penyunting Respiratori illness in children. Oxford: Blackwell S Publications,

1994.

59. Richard F. LeBlond. Diagnostics Expectoration. US: McGraw-Hill

Companies, Inc. ISBN 0-07-140923-8.

60. Price, A. S., Wilson M. L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.

Alih bahasa: de. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC, 2006.

61. Hickam DH. Chest Pain or Discomfort. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW,

editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths, 1990. Chapter 9. Diakses

dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK416/.

62. Gong H JR.. Wheezing and Asthma. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW,

editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Page 67: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

64

Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths, 1990. Chapter 37. Diakses

dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK358/.

63. Williams Mark E. The basic geriatric Respiratory Examination. Medscape.

Diakses dari: http://www.medscape.com/viewarticle/712242.

64. Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Ilmu penyakit

dalam edisi V jilid I. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009.

h441.

65. Wood Jd, Alpers DH, Andrews PL. Fundamentals of Neurogastroenterology

Gut. Sep. 1999. 8. David Arnot, dkk. Pustaka Kesehtan Populer Saluran

Pencernaan, Volume 4. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2009.

66. WHO study Group. Diabetes mellitus. Report of a WHO Study Group. World

Health Organ Tech Rep Ser 1985. 10 William Reusch. Alkohol. Virtual Text

of Organic Chemistry. 2007.

67. Ghanie A. Gagal jantung kronik. Ilmu penyakit dalam edisi V jilid II. Jakarta:

Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009. h1596.

68. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Ilmu penyakit dalam edisi V jilid II.

Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009. h1035.

69. Perhimpunan dokter paru Indonesia. Pedomanan Diagnosis & Penatalaksaan

PPOK Di Indonesia. 2003.

70. Sudoyo AW, Setiando B, Alwi I, Simadibata M, Setiati S. Buku ajar ilmu

penyakit dalam jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

71. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang

Bangunan Gedung.

72. Harmita dan Radji M. Kepekaan terhadap antibiotik. Buku ajar analisis hayati

edisi III. Jakarta: EGC, 2008.

73. Kabay B, Kocaefe C, Baykal A, et al. Interleukin-10 gene transfer:

prevention of multiple organ injury in a murine cecal ligation and puncture

model of sepsis. World J Surg 31. 2007 (1): 105–15.

74. Malik AS, Khan MI. Profiles of community acquired pneumonia cases

admitted to a Tertiary Care Hospital. Pak J Med Sci. 2012;28(1):75-78.

Page 68: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

65

75. Rodriguez LAG, Ruigomez A, Wallander M, Johansson S. Acid-suppressive

drugs and community-acquired pneumonia. Epidemiology. 2009;20: 800–

806.

76. Bilal Bin Abdullah, Mohammed Zoheb, Syed Mustafa Ashraf, Sharafath Ali,

and Nida Nausheen. A Study of Community-Acquired Pneumonias in Elderly

Individuals in Bijapur, India. ISRN Pulmonology. 2012;10:5402.

77. Viegi G, Pisteli R, Cazzola M, dkk. Epidemiological survey on incidence and

treatment of community-acquired pneumonia in Italy. Respiratory Medicine.

2006;100:46-55.

78. Vila-Corcoles A, Ochoa-Gondar O, Rodriguez-Blanco T, dkk. Epidemiology

of Community-Acquired Pneumonia in Older Adults: A Population-Based

Study. Respiratory Medicine Elsevier. 2009;103:309-316.

79. Torres A, Peetermans WE, Viegi G, dkk. Risk factors for community-

acquired pneumonia in adults in Europe: a literature review. 2013;68:1057-

1065.

80. Schnoor M, Klante T, Beckmann M, dkk. Risk factors for community-

acquired pneumonia in German adults: the impact of children in the

household. Epidemiol Infect. 2007;135:1389-1397.

81. Izquierdo C, Oviedo M, Ruiz L, et al. Influence of socioeconomic status on

community-acquired pneumonia outcomes in elderly patients requiring

hospitalization: a multicenter observational study. BMC Public Health.

2010;10:421.

82. Metersky ML, Fine MJ, Mortensen EM. The effect of martial status on the

presentation and outcomes of elderly male veterans hospitalized for

pneumonia. Chest. 2012; 142(4): 982-987.

83. Loeb MB. Use of broader determinants of health model for community-

acquired pneumonia in seniors. Clin Infect Dis. 2004; 38(9):1293-1297.

84. Farr BM, Bartlett CL, Wadsworth J, Miller DL. Risk Factors for community-

acquired pneumonia diagnosed upon hospital admission. British thoracic

society pneumonia study group. Respir Med. 2000; 94(10): 954-63.

85. Vrbova L, Mamdani M, Moineddin R, Jaakimainen L, Upshur RE. Does

socioeconomic status affect mortality subsequent to hospital admission for

Page 69: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

66

community acquired pneumonia among older persons? Journal of Negative

Results in Biomedicine. 2005;4:4.

86. Phung DT, Wang Z, Huang C, dkk. Body mass index and risk of pneumonia:

a system review and meta-analysis. Obes Rev. 2013; 14(10):839-57.

87. Lee J, Kim K, Jo YH, Lee JH, Kim J, Chung H, Hwang JE. Severe thinness is

associated with mortality in patients with community-acquired pneumonia: a

prospective observational study. Am J Emerg Med. 2015; 33(2):209-13.

88. Saldias Penafiel, F., Gederlini Gollerino, A., Farías Gontupil, G., & Díaz

Fuenzalida, A. Community-acquired pneumonia requiring hospitalization in

immunocompetent elderly patients: clinical features, prognostic factors and

treatment. Archivos de Bronconeumología (English Version). 2003; 39(08);

333-340.

89. Heckerling PS, Tape TG, Wigton RS, et al. Clinical prediction rule of

pulmonary infiltrates. Ann Intern Med. 1990 Nov 1;113(9): 664-70.

90. Gennis P, Gallagher J, Falvo C, dkk. Clinical criteria for the detection of

pneumonia in adults: Guidelines for ordering chest roentgenograms in the

emergency department. J Emerg Med. 1989;7(3):263-268.

91. Metlay JP, Fine MJ. Testing strategies in the initial management of patients

with community-acquired pneumonia. Ann Intern Med. 2003; 138(2): 109-

118.

92. Riquelme R, Torres A, el-Ebiary M, Mensa J, Estruch R, Ruiz M, Angrill J,

Soler N. Community-acquired pneumonia in the elderly. Clinical and

nutritional aspects. American Journal of Respiratory and Critical Care

Medicine. 1997; 156(6): 1908-1914.

93. Zalacin R, Torres A, Celis R, et al. Community-acquired pneumonia in the

elderly: Spanish multicentre study. Eur Respir J. 2003 Feb; 21(2): 294-302.

94. Masahiro Takaki, Takahiro Nakama, Masayuki Ishida, et al. High incidence

of community-acquired pneumonia among rapidly aging population in Japan:

A prospective hospital-based surveillance. Jpn. J. Infect. Dis. 2014; 67: 269-

275.

Page 70: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

67

95. Nuorti JP, Butler JC, Farley MM, et al. Cigarette smoking and invasive

pneumococcal disease. Active Bacterial Core Surveillance Team. N Engl J

Med. 2000;342(10):681-9.

96. Baik I, Curhan GC, Rimm EB, Bendich A, Willett WC, Fawzi WW. A

prospective study of age and lifestyle factors in relation to community-

acquired pneumonia in US men and women. Arch Intern Med. 2000;

13;160(20):3082-3088.

97. Isabelle Suter-Widmer, Mirjam Christ-Crain, Werner Zimmerli, Werner

Albrich, Beat Mueller, Philipp SchuetzandFor the ProHOSP Study Group.

Predictors for length of hospital stay in patients with community-acquired

pneumonia: results from a swiss multicenter study. BMC Pulmonary

Medicine. 2012;12:21.

98. Shah BA, Ahmed W, et al. Validity of pneumonia severity index and CURB-

65 Severity Scoring systems in community acquired pneumonia in an indian

setting. Indian J Chest Dis Allied Sci. 2010;52:9-17.

99. L Masotti, E. Ceccarelli, et al. Length of hospitalization in elderly patients

with community-acquired pneumonia. Aging Clinical and Experimental

Research. 2000; 12(1): 35-41.

100. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious diseases society

of america/american thoracic society consensus guidelines on the

management of community-acquired pneumonia in adults. CID. 2007; 44

Suppl 2: S27-72.

Page 71: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

68

Lampiran 1

Page 72: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

PROFIL PASIEN USIA LANJUT

DENGAN PNEUMONIA KOMUNITAS DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

TAHUN 2013-2014

Disusun Oleh :

Alwi Muarif Kurniawan

NIM: 1112103000049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 73: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,
Page 74: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,
Page 75: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,
Page 76: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat

dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Profil

Pasien Usia Lanjut dengan Pneumonia Komunitas di Rumah Sakit Umum Daerah

Cengkareng Tahun 2013-2014”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. DR. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter.

3. dr. Sayid Ridho, SpPD, FINASIM dan dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD

selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan

penelitian ini.

4. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggung jawab

riset mahasiswa PSPD 2012.

5. Kepala Rekam Medik Rumah Sakit Daerah Cengkareng Bu Gadis yang

telah mengizinkan kami untuk melakukan penelitian ini.

6. Kedua Orang tuaku tercinta, H. Angin Sugino dan Hj. Purwati, S.Pd

yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, mendukung dalam suka dan

duka, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk putra-putrinya.

7. Kepada adik yang tercinta Adji Maruf Huda dan Ambar Purwaningrum

yang telah banyak mendukung, semangat dan doanya, sehingga tugas

ini dapat diselesaikan.

Page 77: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

vi

8. Kelompok riset Ahmad Sofyan, Ahmad Nabil, Auliya Fahmi dan Najib

Askar yang selalu bekerja sama dalam suka maupun duka untuk

menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2012, dan

semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya

harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata Wallahul Muwaffiq ila aqwamit thoriq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Page 78: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

vii

ABSTRAK

Alwi Muarif Kurniawan. Program Studi Pendidikan Dokter. Profil Pasien

Usia Lanjut dengan Pneumonia Komunitas di Rumah Sakit Umum Daerah

Cengkareng Tahun 2013 - 2014.

Pneumonia komunitas merupakan infeksi saluran pernapasan yang berhubungan

dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada usia lanjut.

Hal ini disebabkan karena adanya perubahan anatomi, fisiologi dan sistem imun

pada orang usia lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penyakit

pneumonia komunitas pada pasien usia lanjut. Dengan menggunakan studi potong

lintang diperoleh sampel sebanyak 77 pasien yang dirawat di RSUD Cengkareng.

Dari hasil penelitian didapatkan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41

pasien (53,2%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 pasien (46,8%),

kelompok lansia (60-74 tahun) sebanyak 60 pasien (77,9 %), kelompok lansia tua

(75-90 tahun) sebanyak 16 pasien (20,8%) dan lansia sangat tua (>90 tahun)

sebanyak 1 pasien (1,3%). Gejala yang paling menonjol yaitu sesak napas

sebanyak 55 pasien (71,4%), mual sebanyak 49 (63,6%), nafsu makan berkurang

sebanyak 46 (59,7%). batuk sebanyak 44 (57,1%) dan keluhan yang paling sedikit

adalah demam sebanyak 6 (7,8%). Penyakit penyerta yang paling banyak adalah

DM sebanyak 10 (13%) dan gangguan ginjal sebanyak 3 (3,9%). Pasien yang

tetap hidup sebanyak 60 pasien (77,9%) dan yang meninggal sebanyak 17 pasien

(22,1%).

Kata kunci : pneumonia, usia lanjut, pneumonia komunitas usia lanjut.

ABSTRACT

Alwi Muarif Kurniawan. Medical Student Program. The Profile of

Community-Acquired Pneumonia in Elderly Patient at Cengkareng General

Hospital in 2013-2014.

Community-Acquired Pneumonia (CAP) is a respiratory infection associated with

high level of morbidity and mortality, especially in the elderly patient these are

caused by changing in anatomy, physiology and immunological state in elderly

patient. This study was conducted to determine profile of CAP in elderly patients.

By using the cross-sectional study, we obtained 77 patients whom hospitalized in

Cengkareng General Hospital with male patients proportion were 41 patients

(53.2%) and female patients were 36 patients (46.8%). There were 60 patients

(77.9%) in range of 60-74 years, 16 patients (20,8%) in range 75-90 years, and 1

patient (1,3%) was in range of >90 years. The most common symptoms were

dyspnea which found in 55 patients (71,4%), nausea in 49 patients (63,6%),

anorexia in 46 patients (59,7%) and the fewest symptoms was fever which found

in only 10 patients (13%). The most common comorbid illnesses were Diabetes

Mellitus which found in 10 patients (13%) and kidney disease found in 3 patients

(3,9%). The patients whom still alive were 60 patients (77,9%) and 17 patients

were dead (22,1%).

Keywords : Pneumonia, Elderly, Community-Acquired Pneumonia in elderly

Page 79: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 3

1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

1.4.1. Bagi Peneliti .................................................................................. 3

1.4.2. Bagi Masyarakat ........................................................................... 3

1.4.3. Bagi Institusi ................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pneumonia Komunitas ................................................................................. 4

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi ................................................................. 4

2.1.2. Epidemiologi ................................................................................. 5

2.1.3. Etiologi .......................................................................................... 6

2.1.4. Patofisiologi .................................................................................. 8

2.1.5. Patologi ......................................................................................... 8

2.1.6. Tanda dan Gejala .......................................................................... 9

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 10

2.1.8. Diagnosis ....................................................................................... 10

2.1.9. Prognosis ....................................................................................... 10

2.1.10. Komplikasi .................................................................................... 14

2.2. Lanjut Usia ................................................................................................... 14

2.2.1. Definisi .......................................................................................... 15

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan Dewasa ...................... 15

2.2.3. Perubahan pada Sistem Pulmonal Lanjut Usia ............................ 17

2.2.4. Perubahan pada Sistem Pencernaan Lanjut Usia ......................... 20

2.2.5. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Lanjut Usia .................. 20

2.2.6. Perubahan pada Sistem Imun Lanjut Usia ................................... 20

2.3.6. Patofisiologi .................................................................................. 22

Page 80: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

ix

2.3. Kerangka Teori ........................................................................................... 24

2.4. Kerangka Konsep ........................................................................................ 25

2.5. Definisi Operasional ................................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ......................................................................................... 34

3.2. Tempat danWaktu Penelitian ....................................................................... 34

3.3. Populasi Penelitian ....................................................................................... 34

3.4. Krieria Inklusi dan Eksklusi ......................................................................... 34

3.5. Besar dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian ......................................... 35

3.6. Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 36

3.7. Alat dan Bahan ............................................................................................. 36

3.8. Alur Penelitian ............................................................................................. 37

3.9. Manajemen Data .......................................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Demografi .............................................................................. 39

4.2. Karakteristik Indeks Massa Tubuh (IMT) .................................................. 45

4.3. Karakteristik Tanda Vital ............................................................................ 46

4.4. Karakteristik Gambaran Klinis ................................................................... 48

4.5. Karakteristik Kebiasaan Perilaku ................................................................. 50

4.6. Karakteristik Penyakit Penyerta .................................................................. 51

4.7. Karakteristik Foto Radiologi Toraks ........................................................... 52

4.8. Karakteristik Lama Rawat Inap ................................................................... 53

4.9. Karakteristik Antibiotik yang diberikan dalam Pengobatan Pneumonia

Komunitas pada Usia Lanjut ........................................................................ 54

4.10. Karakteristik Kematian ................................................................................ 55

4.11. Karakteristik Penyebab Kematian ................................................................ 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ...................................................................................................... 57

5.2. Saran ............................................................................................................ 58

5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59

LAMPIRAN ......................................................................................................... 68

Page 81: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,
Page 82: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,
Page 83: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

71

Lampiran 4

LEMBAR DATA PENELITIAN

Profil Pasien Usia Lanjut dengan Pneumonia Komunitas di RSUD Cengkareng

Tahun 2013-2014

Pemeriksaan Fisik (ketika masuk)

TD : ……………/……………mmHg Kesadaran 1. compos mentis

Nadi : …………………………. 2. apatis

Pernapasan : ……………………/menit 3. somnolen

Suhu : ………………….. 4. comatose

Riwayat Obat

Data Demografi

Nama :

………………………….. Nomor sampel : ………………………

Jenis kelamin :

………………………….. Nomor rekam medik : ……………………..

Usia : ………………………….

Alamat : …………………………. Tanggal masuk RS : ……………………..

BB : ………………………… Tanggal keluar RS : ………………………

TB :

………………………….. Ruang Rawat : ………………………

Jalur masuk RS 1. IGD

Riwayat pekerjaan 1. tidak bekerja 2. Poli

2. PNS Tanggal meninggal : ……………………..

3. karyawan swasta Penyebab Kematian :

4. petani

5. pedagang Tingkat pendidikan 1. tidak sekolah

6. wirausaha 2. tidak tamat SD

7. dll ……………………. 3. tamat SD

Status pernikahan 1. belum menikah 4. tamat SMP

2. menikah 5. tamat SMA

3. pernah menikah 6. perguruan tinggi

Page 84: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

72

Lampiran 4 (Lanjutan)

Gejala Klinis (ketika masuk)

Batuk YA TIDAK

Sputum YA TIDAK

Demam YA TIDAK

Sesak napas YA TIDAK

Nyeri dada YA TIDAK

Gangguan pernapasan YA TIDAK

Ronkhi Wheazing

Rales Stridor

Mual YA TIDAK

Muntah YA TIDAK

Sulit tidur YA TIDAK

Nafsu makan turun YA TIDAK

Dll :

Pemeriksaan Laboratorium (ketika masuk)

Hb : ……………………………mg/dL

Hematokrit : ………………………………..

Leukosit : ……………………………../mL

Trombosit : ……………………………../mL

Gula darah sewaktu : ……………………………mg/dL

Albumin : ……………………………mg/dL

Globulin :…………………………….mg/dL

Total protein :……………………………..

AGD

pH : ……………………….

pCO2 : ……………………… mmHg

pO2 : ……………………… mmHg

HCO3 : …………………………

SO2 : ………………………….

LED : ……………………… mm/jam

Page 85: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

73

Lampiran 4 (Lanjutan)

Hasil Foto Thorax

Sinus

Diafragma

Jantung

Konfigurasi arkus aorta

Paru

Corakan bronkovaskular

Hilus

Pleura

Tulang

Jaringan Lunak

Kesan

Page 86: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

74

Lampiran 5

Hasil Statistik

Coding Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 41 53.2 53.2 53.2

Perempuan 36 46.8 46.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

usia_who

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-74 60 77.9 77.9 77.9

75-90 16 20.8 20.8 98.7

>90 1 1.3 1.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

CODING PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK SEKOLAH 1 1.3 1.3 1.3

TAMAT SD 46 59.7 59.7 61.0

TAMAT SMP 8 10.4 10.4 71.4

TAMAT SMA 17 22.1 22.1 93.5

PERGURUAN TINGGI 5 6.5 6.5 100.0

Total 77 100.0 100.0

CODING PERNIKAHAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MENIKAH 47 61.0 61.0 61.0

BELUM MENIKAH 7 9.1 9.1 70.1

PERNAH MENIKAH 23 29.9 29.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 87: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

75

Lampiran 5 (Lanjutan)

CODING PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK BEKERJA 10 13.0 13.0 13.0

PNS 7 9.1 9.1 22.1

PEGAWAI SWASTA 9 11.7 11.7 33.8

WIRASWASTA 3 3.9 3.9 37.7

PETANI 1 1.3 1.3 39.0

PEDAGANG 1 1.3 1.3 40.3

PENSIUNAN 2 2.6 2.6 42.9

IRT 34 44.2 44.2 87.0

BURUH 10 13.0 13.0 100.0

Total 77 100.0 100.0

LAMA DI RS (HARI)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 2 2.6 2.6 2.6

1 9 11.7 11.7 14.3

2 4 5.2 5.2 19.5

3 7 9.1 9.1 28.6

4 9 11.7 11.7 40.3

5 15 19.5 19.5 59.7

6 11 14.3 14.3 74.0

7 5 6.5 6.5 80.5

8 3 3.9 3.9 84.4

9 2 2.6 2.6 87.0

10 1 1.3 1.3 88.3

11 4 5.2 5.2 93.5

12 3 3.9 3.9 97.4

14 2 2.6 2.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 88: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

76

Lampiran 5 (Lanjutan)

TAHUN MASUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2013 41 53.2 53.2 53.2

2014 36 46.8 46.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

MENINGGAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MENINGGAL 17 22.1 22.1 22.1

TIDAK MENINGGAL 60 77.9 77.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

PENYEBAB KEMATIAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60 77.9 77.9 77.9

GAGAL NAFAS E.C

PNEUMONIA 1 1.3 1.3 79.2

GAGAL NAFAS E.C

PNEUMONIA DGN EFUSI

PLEURA

1 1.3 1.3 80.5

GAGAL NAFAS E.C SEPSIS 2 2.6 2.6 83.1

GAGAL NAPAS E.C

PNEUMONIA 1 1.3 1.3 84.4

GAGAL NAPAS E.C

PNEUMONIA BERAT 1 1.3 1.3 85.7

GAGAL NAPAS E.C SEPSIS 4 5.2 5.2 90.9

MULTIPLE ORGAN

FAILURE 1 1.3 1.3 92.2

SEPSIS 2 2.6 2.6 94.8

Tidak tahu penyebab 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 89: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

77

Lampiran 5 (Lanjutan)

PENYEBABMENINGGAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK MENINGGAL 60 77.9 77.9 77.9

GAGAL NAFAS 10 13.0 13.0 90.9

SEPSIS 2 2.6 2.6 93.5

MULTIPLE ORGAN

FAILURE 1 1.3 1.3 94.8

tidak tahu penyebab 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

JALUR_MASUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid IGD 71 92.2 92.2 92.2

POLI 6 7.8 7.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

C_IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid UNDERWEIGHT 13 16.9 23.6 23.6

NORMAL 29 37.7 52.7 76.4

PRE OBESITAS 8 10.4 14.5 90.9

OBESITAS GRADE I 4 5.2 7.3 98.2

OBESITAS GRADE II 1 1.3 1.8 100.0

Total 55 71.4 100.0

Missing System 22 28.6

Total 77 100.0

Page 90: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

78

Lampiran 5 (Lanjutan)

KESADARAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 3.9 3.9 3.9

APATIS 2 2.6 2.6 6.5

COMPOS MENTIS 66 85.7 85.7 92.2

SOMNOLEN 5 6.5 6.5 98.7

SOPOR 1 1.3 1.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

TDFIX

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 31 40.3 40.3 40.3

pre hiper 9 11.7 11.7 51.9

hiper grade 1 21 27.3 27.3 79.2

hiper grade 2 16 20.8 20.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

NADI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 100 5 6.5 6.5 6.5

102 1 1.3 1.3 7.8

106 1 1.3 1.3 9.1

108 1 1.3 1.3 10.4

114 1 1.3 1.3 11.7

118 1 1.3 1.3 13.0

120 4 5.2 5.2 18.2

<100 63 81.8 81.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 91: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

79

Lampiran 5 (Lanjutan)

rr20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >20 62 80.5 80.5 80.5

tidak 15 19.5 19.5 100.0

Total 77 100.0 100.0

Suhu378

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid suhu>=37,8 6 7.8 100.0 100.0

Missing System 71 92.2

Total 77 100.0

BATUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BATUK 44 57.1 64.7 64.7

TIDAK BATUK 24 31.2 35.3 100.0

Total 68 88.3 100.0

Missing System 9 11.7

Total 77 100.0

SPUTUM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ADA SPUTUM 34 44.2 50.0 50.0

TIDAK ADA SPUTUM 34 44.2 50.0 100.0

Total 68 88.3 100.0

Missing System 9 11.7

Total 77 100.0

Page 92: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

80

Lampiran 5 (Lanjutan)

DEMAM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid DEMAM 10 13.0 13.3 13.3

TIDAK DEMAM 65 84.4 86.7 100.0

Total 75 97.4 100.0

Missing System 2 2.6

Total 77 100.0

SESAK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SESAK NAFAS 55 71.4 77.5 77.5

TIDAK SESAK NAFAS 16 20.8 22.5 100.0

Total 71 92.2 100.0

Missing System 6 7.8

Total 77 100.0

NYERI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid NYERI DADA 13 16.9 17.6 17.6

TIDAK NYERI DADA 61 79.2 82.4 100.0

Total 74 96.1 100.0

Missing System 3 3.9

Total 77 100.0

SUARA NAFAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 13.0 13.0 13.0

RONKHI 25 32.5 32.5 45.5

TIDAK 41 53.2 53.2 98.7

WHEAZING 1 1.3 1.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 93: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

81

Lampiran 5 (Lanjutan)

OTOT BANTU NAFAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 9 11.7 11.7 11.7

TIDAK 47 61.0 61.0 72.7

YA 21 27.3 27.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

MUAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MUAL 49 63.6 66.2 66.2

TIDAK MUAL 25 32.5 33.8 100.0

Total 74 96.1 100.0

Missing System 3 3.9

Total 77 100.0

MUNTAH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MUNTAH 18 23.4 25.7 25.7

TIDAK MUNTAH 52 67.5 74.3 100.0

Total 70 90.9 100.0

Missing System 7 9.1

Total 77 100.0

SULITTIDUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SULIT TIDUR 10 13.0 14.9 14.9

TIDAK SULIT TIDUR 57 74.0 85.1 100.0

Total 67 87.0 100.0

Missing System 10 13.0

Total 77 100.0

Page 94: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

82

Lampiran 5 (Lanjutan)

NAFSUMAKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid NAFSU MAKAN

BERKURANG 46 59.7 73.0 73.0

NAFSU MAKAN BAIK 17 22.1 27.0 100.0

Total 63 81.8 100.0

Missing System 14 18.2

Total 77 100.0

MEROKOK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 13 16.9 16.9 16.9

YA 15 19.5 19.5 36.4

TIDAK 49 63.6 63.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

MINUMAN KERAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 13 16.9 16.9 16.9

YA 1 1.3 1.3 18.2

TIDAK 63 81.8 81.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

ASMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 44 57.1 57.1 57.1

TIDAK 31 40.3 40.3 97.4

YA 2 2.6 2.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 95: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

83

Lampiran 5 (Lanjutan)

DM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 44 57.1 57.1 57.1

TIDAK 23 29.9 29.9 87.0

YA 10 13.0 13.0 100.0

Total 77 100.0 100.0

JANTUNG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 44 57.1 57.1 57.1

TIDAK 31 40.3 40.3 97.4

YA 2 2.6 2.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

GINJAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 44 57.1 57.1 57.1

TIDAK 30 39.0 39.0 96.1

YA 3 3.9 3.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

PPOK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 44 57.1 57.1 57.1

TIDAK 32 41.6 41.6 98.7

YA 1 1.3 1.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

Page 96: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

84

Lampiran 5 (Lanjutan)

VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sepal 52 67.5 77.6 77.6

F 1 1.3 1.5 79.1

sepal+F 3 3.9 4.5 83.6

carbapenem 9 11.7 13.4 97.0

Carba + fluoro 2 2.6 3.0 100.0

Total 67 87.0 100.0

Missing System 10 13.0

Total 77 100.0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada radiologi 16 20.8 20.8 20.8

ada radiologi 61 79.2 79.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Infiltrat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tampak infiltrat 36 46.8 67.9 67.9

Tidak tampak infiltrat 11 14.3 20.8 88.7

fibroinfiltrat 4 5.2 7.5 96.2

Bercak inhomogen 1 1.3 1.9 98.1

Bercak homogen 1 1.3 1.9 100.0

Total 53 68.8 100.0

Missing System 24 31.2

Total 77 100.0

Page 97: DAFTAR TABEL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29472/1/Alwi... · Sistem skor pada pneumonia komunitas berdasarkan PORT ... Klebsiella sp,

85

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PERSONAL

Nama : Alwi Muarif Kurniawan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir: Boyolali, 29 November 1994

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bina Marga Perumahan Grandbima Mansion Blok B

no.1 CIPAYUNG, Jakarta Timur.

No. Telepon/HP : 081289242783

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1999 - 2000 : Taman Kanak-Kanak Attahiriyah CIRACAS

2000 – 2006 : Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 49 Jakarta

2009 – 2012 : Sekolah Menengah Atas Negeri 48 Jakarta

2012 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta