charolina dtw

31
MANADO Disusun oleh kelompok : 1. Charolina Ria Putri Asmara 2. Ririn Fatmawati 3. Sophia Noor Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Surabaya Tahun Ajaran 2012-2013

Upload: chaby-penjual-baju

Post on 04-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: charolina DTW

MANADO

Disusun oleh kelompok :

1. Charolina Ria Putri Asmara

2. Ririn Fatmawati

3. Sophia Noor

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Surabaya

Tahun Ajaran 2012-2013

Page 2: charolina DTW

Kata Pengantar

Kata penutup

Page 3: charolina DTW

Daftar isi

Page 4: charolina DTW

SEJARAH KOTA MANADO

Pada tahun 800-san Masehi di Cotabato Mindanauw sekarang Filipina dahulu ada sebuah kerajaan suku bangsa negrito yang dipimpin oleh seorang Kulano(raja). Kerajaan ini diserang oleh suku bangsa Mongolia, akan tetapi seorang anak raja yang bernama Humansadulage beristeri Tendensehiwu berhasil meloloskan diri beserta

Page 5: charolina DTW

para pengikutnya antara lain Batahasulu atau Manderesulu orang sakti kerajaan yang memeliki papehe(ikat pinggang dengan ukuran satu jengkal), lenso (saputangan), dan paporong (ikat kepala). Dengan melemparkan ikat pinggang berukuran satu jengkal kelaut yang kemudian menjelmah menjadi Dumalombang atau ular naga besar. Dumalombang membawa mereka ke Selatan lalu tiba di daerah Molibagu. Ditempat ini mereka berkabung sambil menangis selama empat puluh hari empat puluh malam. kemudian mereka berikhar menjadi suku bangsa yang baru yaitu Suku Bangsa Sangihe. Setelah masa perkabungan berakhir mereka hidup menetap dihutan yang terletak di sebuah puncak bukit lalu mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Wowontehu/Bowontehu. Bowontehu berasal dari bahasa Sangihe yaitu Bowong artinya atas dan Kehu artinya hutan. Jadi Bowontehu adalah kerajaan yang terletak diatas hutan. Humansadulage sebagai Kulano (Datu/Raja) dan Tenden Sehiwu sebagai Boki (Permaisuri). Humassadulage dan TendenSehiwu memperanakan Budulangi. Budulangi bersiteri Putri Ting yang berasal dari khayangan. Budulangi dan Putri Ting memiliki seorang anak perempuan yang bernama Toumatiti. Toumatiti hamil dari seorang Pangeran yang datang dalam mimpinya, Maka lahirlah seorang putra diberi nama Mokodaluduh atau Mokoduludud Versi Bolmong. Mokodaluduh yang artinya Pangeran dari khayangan. Mokodaluduh menikah dengan Bania/Baunia yang keluar dari buluh tipis kuning ditemukan dihutan oleh pasangan suami istri yaitu Sanaria dan Amaria lalu dipelihara.

Pada Suatu ketika Tahun 1000-an Masehi terjadi pergolakan perang disana-sini sehingga Mokodaluduh beserta para pengikut yang setia meninggal Molibagu lalu tiba di Pasang Bentenan. Bentenan berasal dari kata Bentengang, bahasa sangir yang berarti “angkat bersama, perjuangan bersama,membawah beban berat oleh beberapa orang" di baling-baling yaitu tempat yang bernama Posolo berada disebelah timur Malesung atau Minahasa sekarang disebut Lembe berasal dari bahasa Sangir artinya sisa. Ditempat ini mereka tinggal tidak lama sebab diserang oleh Suku Mori utara teluk Tomini, Laloda dan Mangindanouw. Kemudian Mokodaludhu dan rombongan mengungsi lalu tiba di Pulisang. Pulisang berasal dari bahasa sangir yaitu kata Pelisang yang bearti terhindar dari musuh, tidak ketemu musuh. Rombongan membentuk sebuah formasi barisan pasukan berangkat menuju ke arah sebuah gunung, mereka berjalan mengintari (belitan) gunung lalu tempat itu diberi nama Gunung Lokong berarti (mengintari, mengelilingi,mengerumuni,menutupi) sekarang disebut Lokon. Mokodaluduh dan Baunia serta rombongan tinggal ditempat ini dan Baunia melahirkan seorang anak laki-laki lalu diberi nama Lokongbanua. Kemudian Mokodaluduh ingin mencari tempat seperti pasang Bentenan yaitu tempat berangkatnya perahu-perahu lalu tiba di pulau Manarauw (Manado Tua). Kata Manarou berasal dari bahasa Sangir yaitu Mararau; Marau yang artinya Jauh.

Mokodaluduh bersama rombongannya membangun kembali kerajaan Bowontehu dengan pusat pulau Manarouw dengan gelar Kulano. Di Manarouw ini Mokodoludud dan Baunia dikaruniai lagi anak yang bernama, Jayubangkai, Uringsangiang dan Sinangiang. Penduduk kerajaan ini berkembang bertambah banyak sehingga sebagian

Page 6: charolina DTW

mendiami daerah bagian utara dataran pulau Sulawesi yaitu Gahenang/Mahenang nama kuno untuk Wenang berasal dari bahasa Sangir Tua yaitu artinya api yang menyala/bercahaya/bersinar(suluh, obor, api unggun). Perpindahan dilakukan dengan menggunakan perahu (Bininta), melalui tempat yang bernama Tumumpa berasal dari bahasa Sangir yang artinya turun sambil melompat,kemudian menetap di Singkil berasal dari bahasa sangir Singkile artinya pindah/menyingkir. Mereka menyebar sampai ke Pondol bahasa Sangir disebut Pondole artinya di ujung,dll. Wilayah kerajaan Manarouw sesuai memori Padtbrugge disebut menurut nama asalnya meliputi : P. Manado Tua, P. Siladeng, P. Bunaken, P. Mantehage, P. Nain, P. Talise, P. Gangga, P. Bangka dan P. Lembeh serta daerah pesisir pulau Sulawesi. .***[Sumber tulisan: Buku karya Shinzo Hayase, Domingo M. Non, dan Alex J. Ulaen yang berjudul “SILSILAS/TARSILAS (GENEALOGIES) AND HISTORICAL NARRATIVES IN SARANGGANI BAY AND DAVAO GULF REGIONS, SOUTH MINDANAO, PHILIPPINES, AND SANGIHE-TALAUD ISLANDS, NORTH SULAWESI, INDONESIA” halaman 251-252].

Dalam Buku KAKAWIN NEGARA KERTAGAMA karya Empu Prapanca 1365 disebut "UDAMAKATARAYA DAN PULAU-PULAUNYA terjemahan Mohammad Jamin 1969 yaitu kerajaan-kerajaan Sangihe (Bowontehu = Raja Mokodaluduh dan Tampungan Lawo = Raja Gumansalangi), keduanya berasal dari satu keturunan yaitu raja Cotobatu Mindano selatan negara Pilipina sekarang. Kerajaan Majapahit berlabu ditanjung Pulisang kemudian ke Manado Tua lalu ke Petta kemudian ke Talaud ditempat yang bernama Makatara atau Desa Makatara untuk dijadikan pangkalan guna menyerang Kerajaan Sulu.

Penduduk Kerajaan Bowontehu/Manarouw adalah orang sangir (Graafland, Minahasa masa lalu dan masa kini, terjemahan Joost Kulit).

Pada suatu ketika kembali Mokodaluduh memerintahkan rakyatnya membuat perahu(Bininta), setelah selesai pembuatannya maka diuji kemampuan untuk mengapung, mendayung serta berlayar dari perahu. Kapal tersebut memuat putra-putri raja yaitu Lokonbanua, Uringsangiang, Sinangiang beserta Batahalawo, Manganguwi, Bikibiki, Banea dan Tungkela. Raja Mokodaludu berpesan kepada anak-anaknya agar selama dalam pelayaran tidak boleh mengeluarkan sepatah katapun, akan tetapi Sinangiang lupa ketika melihat sebuah pulau lalu bertanya pulau apakah itu ?. Maka tiba-tiba badai mengamuk sehingga terdampar di pulau Tagulandang, Siau dan Sangir. Ditempat ini Uringsangiang dan Sinangiang menangis terus menerus sehingga tempat ini disebut Sangihe yang bersasal dari kata Sangi, Sangitang, Masangi, Mahunsangi artinya menangis. Mereka hidup dan menetap ditempat ini, Lokonbanua menikah dengan Sinangiang menetap di Ngalipaeng.

Pada tahun 1380 seorang pedagang arab bernama Sharif Makdon setelah mengunjungi ternate lalu tiba di Manarouw(Manado Tua) menyebarkan Agama Islam kemudian berangkat ke Mindanouw. Kemudian jalur ini diikuti oleh pelaut asal Portugis Pedro Alfonso pada tahun 1511, Pedro Alfonso menemukan Ternate, setelah itu

Page 7: charolina DTW

armada dagang asal Portugis secara resmi mengirimkan Antonio de Abreu ke Maluku tahun 1512. Pada tahun itu juga Portugis mengirimkan tiga kapal layar ke Manarouw,(Pulau Manado Tua).

Lokon Banua II (leken artinya nama yang diangkat kembali) adalah anak dari Pahawongseke dan Ombun Duata, keturunan ke tujuh dari Raja Humansaduluge dengan Boki Tendensehiwu Kulano(raja) Bowontehu. Berlayar dari Manarouw bersama dengan pengikutnya pergi ke pulau Siauw lalu mendirikan kerajaan Karangetang pada tahun 1510.

Bangsa barat yang pertama-tama menemukan Manarouw(Manado) ialah pelayar Portugis Simao d’Abreu pada tahun 1523.

Nama Manarow dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manarouw menjadi pintu gerbang transit kawasan timur Indonesia bagi kapal-kapal dagang bangsa asing, sehingga menjadi daya tarik bagi pedagang Cina.

Pada tahun 1563 Peter Diego de Magelhaes dari Portugis berangkat dari Ternate menuju Manarouw mengajarkan pokok-pokok iman Kristen. Lalu Raja Manarouw bersama rakyatnya 1500 orang dibaptis kesemuanya adalah orang Sangir. Baptisan dilakukan di muara sungai Tondano yakni Raja Siauw(Manarauw) bernama Possuma. Raja Possuma lalu diberi nama baptis dengan nama Don Jeronimo (nama portugis) Kemudian Peter Diego de Magelhaes ke Kaidipan (pesisir utara Gorontalo) membaptis 2000 orang selama 8 hari.

Tahun 1570 Bulango dari kerajaan Bowontehu (pulau Manarouw) berlayar menuju Tagulandang. Bulango mempunyai seorang anak perempuan bernama Lohoraung mendirikan kerajaan Taghulandang atau Kerajaan Mandorokang di pulau itu bersama para pengikutnya. Bulango adalah saudara kandung dari Lokongbanua II dimana keduanya adalah keturunan ke tujuh dari raja Humansaduluge dengan Boki Tendensehiwu dari kerajaan Bowontehu.

Pada tahun 1585 Peter lain mengunjungi Manarouw ternyata iman Kristen telah lenyap kembali menjadi kafir. 1606 Spanyol merebut kembali Maluku Utara maka penyebaran agama Kristen kembali dilakukan di Ternate.

Pada tahun 1614 Spanyol memusatkan kekuatannya di Manarouw untuk menghadapi serbuan Belanda, dibangun sebuah benteng dipesisir kota itu yang berhadapan dengan pulau Manado Tua .

1619 Penduduk Manarouw sebagian besar telah beralih agama menjadi islam dan sebagian kembali ke agama suku yaitu "kepercayaan Mana"(medaroro). Oleh karena itu Misi Injil mengalihkan penyebaran ke pegunungan yaitu orang-orang dari suku

Page 8: charolina DTW

pedalaman yang disebut alifuru lalu tiba Tomohon dan Tondano. Namun misi ini gagal, karena kedatangan misionaris dihubungkan dengan hasil panen. Saat itu panen tidak berhasil sehingga dikatakan dewa telah murka, para misionaris di usir. Seperti dalam surat Pater Blas Palomino tanggal 8 Juni 1619. Sebelum dia terbunuh di Minahasa pada tahun 1622, dia menulis mengenai sikap permusuhan para Walian pemimpin agama suku terhadap para Missionaris asal Spanyol. Juga Walian Kali yang menghasut kepala Negeri Kali bernama Wongkar untuk menolak dan melarang para Missionaris Spanyol untuk masuk ke pedalaman Minahasa.

Pada tahun 1623 Kerajaan Bawontehu yang berpusat di pulau Manarouw (Manado Tua) dipindakan ke Gahenang/Mahenang nama kuno Wenang berasal dari bahasa Sangir artinya api yang menyala atau bersinar (Suluh,obor), oleh karena dialek bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda mereka mengucapkan Wenang atau Benang demikian juga dengan Manarouw disebut Manado. Kemudian Bowontehu/Wowontehu berubah menjadi Kerajaan Manarouw dengan raja bernama Laloda Daloda Mokoagow pada kurun waktu tahun 1644-1674. Penduduk kerajaan ini adalah orang sangihe (Graafland, Minahasa masa lalu dan masa kini, terjemahan Joost Kulit). Raja Loloda Daloda Mokoagow ini adalah anak dari Raja Tadohe. Sedangkan Tadohe sendiri adalah cucu dari Raja Siauw yang bernama Possuma dan cicit dari raja Tabukan(Rimpulaeng) Don Francesco Macaapo Juda I. Kerajaan Manarouw adalah sebagai kerajaan terjauh dari wilayah toritorial kerajaan Sangihe. Setelah Raja Laloda Daloda Mokoagow kemudian menjadi raja adalah Donangbala yang memiliki pedang sakti.

Suku Bantik bukan penduduk pertama yang mendiami Manarow menurut cerita Pada Tahun 1654 Salah satu kerajaan di Sangir yakni kerajaan Malingaheng Kendahe yang dipimpin oleh Raja Sahmensi Arang (Syam Syach Alam)mempunyai seorang anak bernama Putri Bulaeng Tanding. Kerajaan ini dengan wilayah bagian barat pulau sangihe,pulau Kaluwurang, Maluku Utara bahkan hingga sampai ke Mindano Selatan. Kerajaan ini tenggelam oleh karena peritiwa Dimpuluse (air jatuh dari langit)mereka terdampar di tempat yang bernama Panimbuhing.

Bukti peristiwa ini adalah Tanjung Maselihe di dalam terkubur kursi emas dan makota raja konon katanya di jaga oleh ikan hiu. Dari peristiwa tersebut sebagian selamat termasuk seorang yang bernama Bantik. Kemudian mereka mengangkat Bantik sebagai pemimpin lalu berihkrar menjadi satu suku yang baru yaitu Suku Bantik, dengan catatan mereka tidak boleh hidup bersama dalam satu wilayah, agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Maka diatur kelompok-kelopok berlayar dengan perahu menuju ke Mindanao,ke Beo, ke kema, ke Belang,ke Manaraw, Leok-Buol sedangkan Bantik sendiri pergi ke Mongondow. Bahasa suku Bantik, menurut Ernst Kausen 2005, termasuk dalam AUSTRONESISCH,MALAYO-POLYNESISCH[1123, † 18; 295.3 Mio] WEST-MALAYO-POLYNESISCHPHILIPPINEN[6, † 0; 600 Tsd] kelompok Sangir (280 T)(D Tahulangdan, Lembeh, Siau, Karikitang, Tamako,Manganitu, Tahuna, Kandar, Tabukang, Sangil)Talaud (60 T)(D Kaburuang, Lirang, Karakelong, Beo, Awit, Dapalan,Arangka'a, Essang,

Page 9: charolina DTW

Miangas)Ratahan (30 T), (D Ratahan, Bentenan, Pasan), Bantik (10 T),Tondano (100 T) (D Remboken, Ka'kas),Tonsea (90 T) (D Kalabat-Atas, Maumbi, Airmadidi, Likupang,Kauditan)Jadi Etnis Bantik merupakan anak suku Sangir Talaud.

Dalam surat Pater Juan Yranzo yag ditulis di Manila tahun 1645 menyebutkan tentang pengusiran Spanyol dari tanah Minahasa pada tanggal 10 Agustus 1644. Pengusiran tersebut mengakibatkan terbunuhnya Pater Lorenzo Garalda. Para Walian Minahasa menghasut masyarakat untuk membunuh semua Missionaris Spanyol. Rencana para walian bocor hingga para Missionaris Spanyol sempat mengungsi ke tepi pantai dan berperahu ke Siauw.

Tahun 1655 Pembangunan Benteng ‘De_Nederlandsche_Vastigheit‚’ dari kayu-kayu balok sempat menjadi sengketa sengit antara Spanyol dengan Belanda. Kos berhasil meyakinkan pemerintahannya di Batavia bahwa pembangunan benteng sangat penting untuk mempertahankan posisi Belanda di Laut Sulawesi. Dengan menguasai Laut Sulawesi akan mengamankan posisi Belanda di Maluku dari Spanyol. Setelah memperoleh dukungan sepenuhnya dari Batavia, Awal Tahun 1661 Kos dari Ternate berlayar menuju Manarouw disertai dua kapal perang Belanda, Molucco dan Diamant. Kekuatan ini mengalahkan Spanyol di Manarow. Tahun 1673 Belanda memapankan pengaruhnya di Manarouw dan merubah benteng semula dengan bangunan permanen dari beton. Lalu Benteng ini diberi nama baru, ‘Ford Amsterdam‚’ dan diresmikan oleh Gubernur VOC dari Ternate. Cornelis Francx‚ pada 14 Juli 1673 (Benteng terletak dikota Manado dibongkar oleh Walikota Manado pada 1949 - 1950).

Tahun 1675 Pendeta J. Montanus mendapati bahwa jemaat-jemaat di Manado sudah sangat lemah. Tahun 1677 VOC menetapkan Pendeta Zacharias Cacheing di Manado. Sampai tahun 1700 tidak banyak lagi pendeta yang mau datang ke Indonesia. Kekristenan pada masa VOC terjadi bukan karena keimanan tetapi karena tekanan politik. (Prof.Dr.I.H.Enklaar.Sejarah gereja ringkas,81,1966)

Pada tahun 1677 Compeni mengadakan perjanjian dengan Raja Siau dengan persaratan kesepakatan bahwa Raja serta rakyat harus beralih agama dari Kristen Katolik menjadi Protestan.

Gubernur VOC Maluku, Robertus Padtbrugge ketika berada di Manado tahun 1677 mengatakan bahwa orang Sangir Tualah adalah penduduk pribumi yang pertama di Manado, yakni sekitar tahun 1332.

Manado bukan Minahasa,(sejarah Minahasa-Kontrak 19 Januari 1679 hal 61). Minahasa itu Malesung, disebut oleh orang Sangir Tau Kaporo (orang yang hidup digunung), sehingga kini orang Minahasa disebut orang gunung. Manarauw adalah wilayah toritorial dari kerajaan Sangihe-Talaud.

Perserikatan Pekabaran Injil Belanda Van der Kamp mendirikan NZG Tahun 1797.

Page 10: charolina DTW

Tahun 1817 Pendeta Josep Kam berkunjung ke Minahasa. Tahun 1819 Lenting berkunjung ke Minahasa.Pendeta Josep Kam dan Ds. Lenting mendapati orang Kristen tidak ada pelayanan lagi,lalu mereka melaporkan keadaan itu pada NZG di Belanda. Pada tahun 1822 atas laporan diatas maka NZG mengirim 2 orang berkebangsaan Swiss, L.Lamers di Kema ( meninggal 1824 di Kema ) W. Muller di Manado (meninggal 1827 di Manado) Mereka meninggal karena penyakit Typus.Dalam pelayanan, mereka mengalamai banyak hambatan dan tantangan terutama dari kalangan turunan Eropa.Tahun 1827 pelayanan manado diganti oleh Ds. G. J. Helendoorn. 4 tahun kemudian tahun 1831 dikirim lagi 2 Orang pelayan yaitu : Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwars. Tahun 1855, NZG mengutus S.D. van der Velde van Capellen dari Minahasa ke Sangihe dan membaptis 5033 orang.Ketika itu S.D. van der Velde van Capellen sedang bertugas di Tareran,Minahasa.

Menurut Catatan Robertus Padburgge,1867, kerajaan Manarouw hancur akibat perang berkepanjangan dengan kerajaan Bolaang. Perang ini menyebabkan penduduk berserak sebagian ke pulau Sangir, Likupang dan Bitung. Menurut penuturan tua-tua bahwa sebagian orang sangir meninggalkan Manarouw akibat kekurangan makanan karena diserang oleh gerombolan kera serta adanya wabah penyakit. Penduduk yang kuat pergi ke Sangir, Likupang dan Bitung sedangkan yang sakit-sakitan mereka tetap tinggal menetap di Manarouw. Manarauw(Manado)wilayah kerajaan terjauh dari kerajaan Sangihe sejak purbakala di Molibagu,Ratahan,Bentenan,Lembe,pulisang,Lokon dan Manado Tua, Gahenang/Mahenang (wenang).

Kerajaan ini disebut dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 dengan sebutan Uda Makataraya dan pulau-pulaunya (terjemahan Moh. Yamin 1969). Menurut para ahli khususnya penguuasaan Udamakataraya bahkan Indonesia Timur, baru merupakan wacana dari Pati Gajah Mada, dengan alasan tidak ada bukti peninggalan berupa candi, prasasti,ataupun pajak/upeti seperti ditemukan pada wilayah kekuasaan lainnya. Penguasaan Majapahit itu kemungkinannya hanya dalam penguasaan wilayah perdagangan (Berniaga).

Menurut penuturan orang tua Sangihe bahwa dahulukala Kerajaan Majapahit pernah berlabu di tanjung Pulisang, kemudian di ijinkan masuk ke Manado Tua lalu berangkat menuju pelabuhan Petta Tabukan. Dengan seizin raja Gumansalangi kerajaan Tampungang Lawo,maka kerajaan Majapahit menjadikan Makatara di pulau Karakelang (Talaud) sebagai pangkalan armada perang untuk menyerang kerajaan Solok atau Sulu atau Sulug dalam bahasa sangir disebut Suluge sekarang masuk wilayah Negara Philipina.

Raja Siauw XIV. Raja Jacob Ponto 1850 – 1882Putra Raja Bolang Itang Daud Ponto saudara dari Raja Nicolaus Ponto Tawere. Pemerintahan colonial melihat bahwa Raja Jacob Ponto adalah seorang yang berbahaya dimata pemerintah Belanda, dan menjadi duri dalam tubuh kolonial maka

Page 11: charolina DTW

pada tahun 1882 beliau dibuang keluar daerahnya ke pesisir utara Jawa Barat ke kota Cirebon. Beliau menetap di Cirebon sampai wafat pada tahun 1890, dan dimakamkan di selatan kota Cirebon bernama Sangkanurip 12 km dari kota Cirebon. Bagi generasi tua di kota Cirebon beliau dikenal dengan sebutan Raja Menado.

Manado sebagai pusat kedudukan residen sehingga VOC ingin menguasainya, maka sejak itu kekuasaan para-raja dikurangi. Perdagangan dengan VOC di Sulawesi Utara ditandatangani di Manado oleh Raja Siau (ada di Arsip Sulut). Wilayah-wilayah khususnya Manado dan sekitarnya terakhir di serahkan oleh Raja Siau ke XVII bernama A.J.Mohede pada tahun 1908-1912 kepada asisten residen. Wilayah ini terpisah dari sejarah orang Sangir-Talaud oleh karena penjajah Belanda dan setelah Pada tahun 1951 dimana Manado menjadi Daerah Bagian Kota dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223, tapi hingga kini penduduk terbanyak di Kota Manado berasal dari Etnis Sangihe Talaud.

BUDAYA masyarakat manado

Masyarakat Kota Manado terdiri dari bermacam-macam suku, etnik, ras, bahasa, dan agama, atau disebut masyarakat multietnik dan multikultural. Artinya setiap kelompok etnik, selalu terdapat mosaik budaya yang masih hidup dan berkembang di lingkungannya. Masyarakat Kota Manado yang agamais dan memiliki aturan serta berbagai ciri warisan budaya khas dan nilai-nilai tradisional masih tetap dipertahankan. Perkampungan tradisional di Kota Manado yang tersebar di tujuh kabupaten mempunyai budaya tradisional yang khas dan masih terpelihara di kelompok-kelompok etnik tertentu.

TRADISI KEAGAMAAN DI MANADO

Masyarakat Kota Manado memeluk agama Kristen Protesatan, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik.  Sebagai masyarakat beragama, kehidupan antar umat beragama terjalin dengan sangat harmonis serta hidup rukun dan damai berdasarkan semangat “Torang Samua Basudara” (Kita Semua Bersaudara),-

Masyarakat manado juga memilikii sikap Toleransi yang amat tinggi, dengan cara menghormati pemeluk agama lain yang sedang menjalankan ibadahnya serta sikap saling mendukung, bantu – membantu dalam acara – acara besar antar umat beragama tanpa memandang perbedaannya. Adapun Pertanyaannya, dari manakah asal-usul tradisi penggunaan dan pemanfaatan bunga sebagai hiasan atau dekorasi? Mengapa dan bagaimanakah bunga bisa menjadi barang komoditi, lalu dikatakan sebagai “satu bentuk industri budaya”? Apakah pemaknaan terhadap bunga muncul secara tiba-tiba? Siapa yang mulai 

Page 12: charolina DTW

mempromosikannya?BUNGA DALAM RITUAL DAN FESTIVAL:Pemaknaan terhadap bunga awalnya berkaitan dengan ritual, yakni satu upacara keagamaan dalam rangka penyembahan dan pengagungan sang dewa atau Tuhan. Upacara keagamaan ini mulanya diperkenalkan oleh Pangeran Shotoke Taishi di Jepang abad ke-6, di mana Rahib (Pendeta) Buddha memimpin ritual untuk memediasi (bertindak sebagai pengantara) umat dengan Sang Kebenaran Abadi. 

TARIAN TRADISIONAL

Tari Maengket

Adalah tari tradisional Minahasa yang dari Zaman dulu kala sampai saat ini

masih berkembang. Tari Maengket sudah ada ditanah Minahasa sejak rakyat

Minahasa mengenal pertanian. Tarian maengket dilakukan pada saat sedang

panen hasil pertanian dengan gerakan-gerakan sederhana. Sekarang tarian

Page 13: charolina DTW

Maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan

keasliannya. Maengket terdiri dari 3 babak yaitu : Maowey Kamberu, Marambak,

Lalayaan

Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan pada acara

pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian

terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak.

Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan, rakyat Minahasa

Bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka

diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak”

atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampong diundang

dalam pengucapan syukur.

Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa

pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari

pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.

BAHASA DAERAH

Mungkin sudah tidak banyak masyarakat tanah Minahasa atau Sulawesi Utara yang mau untuk mempergunakan bahasa asli Minahasa atau Sulawesi Utara, namun semoga beberapa arti dan istilah dibawah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua.

MARI KITA GUNAKAN BAHASA DISETIAP KECAMATAN (roong) terlebih dahulu misalnya : Kec.Tondano kata LAKER = Banyak ,MAEMOU = Mau pergi sedangkan Kec.Langowan kata KELIAN : banyak , MASALE MANGE : Mau pergi tapi ada juga kesamaan antaranya misalnya : LEWO : Jahat, POOT : Perut, Wuuk : Rambut dll,

BAHASA DAERAH ASLI MINAHASA : misalnya:Bahasa Indonesia : Ubi jalarManado : Ubi maraya ,BatataTolour : Kapu maanapTombulu : Kapu karengan

Page 14: charolina DTW

Toutemboan : Wola'ang tanaTonsea : Kapu madangow UCAPAN BILANGAN/ MENGHITUNG (dipakai di semua daerah di Minahasa) :Satu : Esa-----Dua : Rua(ruwa)---Tiga : Telu---Empat :epat(nepat)----Lima : Lima---Enam : Enem---Tujuh : Pitu----Delapan : ualu (walu)----Sembilan : Siuw---Sepuluh : Mapulu (sangapulu)Sebelas -------------Mapulu Wo EsaDuabelas------------Mapulu Wo rua .DstDuapuluh------------RuangapuluSeratus--------------Maatusseribu----------------Mariwu. Dst

Misalnya : Tujuh ribu lima ratus tiga puluh dua---------Pitu nga riwu wo Lima nga atus wo Telu nga pulu wo rua(7532)

Inilah kata/kalimat Makatana yg sering digunakan> PAKATUAN WO PAKALOWIREN artinya Pakatuan = sampai tua___wo = dan/dgn___pakalowiren = selamat,sehat (terhindar dari yg jahat/yg jelek2),jadi Pakatuan wo Pakalowiren = semoga umur panjang dan sehat sensa/sehat walafiat ( terhindar dari yg tdk diinginkan).> I YAYAT U SANTI artinya I yayat = angkat tinggi___U = itu___Santi= Perisai,ungkapan ini dipakai pd masa perang merupakan ajakan perang,skg I yayat u santi = ajakan membangkitkan semangat persatuan bg seluruh warga Minahasa.> MINAHASA= kata dasar Esa (mahesa)artinya satu (menyatu,bersatu) yg dulunya terbagi kelompok subetnik,skg Minahasa diartikan Persatuan.Dahulu Minahasa disebut Tanah Malesung = tanah yg berlembah dan bergelombang .> KAWANUA asal kata Wanua = wilayah pemukiman (desa,negara,daerah).Kata Kawanua sering dipakai orang yg ada di luar daerah/negara yg artinya teman satu kampung,satu daerah,satu keturunan.> TONAAS = Kata asal Ta"as ( nama pohon kayu besar/tinggi ).Tonaas ini dulunya menentukan diwilayah mana rumah itu dibangun dan menjaga keamanan maupun urusan perang yg disebut kepala/pemimpin adat /Pemerintahan> KABASARAN (cakalele bhs maluku) = tarian/permainan yg diperagakan oleh laki2 merupakan upacara menyambut tamu2 terhormat yg diperagakan utk aba2 mengangkat pedang.WARANEI = Pengawal/perajurit perang dibawah komando panglima Tonaas.Waranei skg diartikan orang yg terpilih/utusan.

Page 15: charolina DTW

MAKANAN KHAS MANADO

Sayur santan daun kelor kacang hijau dalah salah satu makanan kegemaranku. Ketika pulang kampung ke Jeneponto di rumah orang tua »

Ini salah satu menu wajib disetiap rumah yang ada di tanah Sumatera, lebih tepatnya Sumatera Utara. Daun ubi tumbuk yang »

Januari adalah bulan yang akrab dengan hujan, apalagi kota Makassar yang dikenal bercurah hujan tinggi. Ketika puncaknya tiba, bisa saja »

Tempat makan sederhana dengan citarasa luar biasa. Begitulah kesan kami saat bersantap di warung makan tepi Bendungan Walahar yang dibangun »

Page 16: charolina DTW

Sebagai pecinta kuliner, mungkin ini bisa menjadi salah satu referensi bagi teman-teman penikmat kuliner untuk menikmati hidangan coto kuda khas »

Bahan: -1/4 Kg Ikan ( Utamakan ikan yang banyak dagingnya ) -1 bh kelapa matang -1/2 bh kelapa tua (1/2 »

Masyarakat Indonesia tentunya sudah tidak asing dengan makanan bernama bakwan. Makanan yang begitu familiar ini memang digemari oleh berbagai lapisan »

Bagi masyarakat Indonesia terutama daerah kepulauan Jawa, siapa yang tidak kenal dengan jajanan yang satu ini. Gula kacang merupakan sajian »

Page 17: charolina DTW

Indonesia memang negeri maritim, letak geografis yang strategis dan terdiri dari ratusan bahkan ribuan pulau, menjadikannya kaya akan sumber daya »

Ramahnya mentari belakangan ini membuat cuaca menjadi sedikit lebih hangat. Yang paling enak sih berteduh di bawah pohon sambil nyeruput »

Kuliner tanah air nampaknya tidak bisa dipisahkan dengan sate. Selain sate yang dengan mudah kita temukan hampir di seluruh pelosok »

pakaian adat minahasa

Page 18: charolina DTW

PAKAIAN ADAT MINAHASA

CBUSANA WANITA MINAHASA. Pada mulanya disebut ‘ Karai Momo” ada juga yang disebut “wuyang”pakaian pengantin wanita bagian atas disebut kebaya,dengan model lengan panjang dan lengannya sempit berwarna putih,dihiasi dengan sulaman sujiber bentuk bunga padi dan bunga kelapa dan pada dada sebelah kiri kebaya dilengkapi dengan kembang kaca piring dan bunga melati yang berbau harum.Pada bagian bawah berbentuk lipatan seperti ikan duyung dan agak melebar pada bagian bawah.

BUSANA PRIA MINAHASA. Terdiri atas dua potong bagian atas dan bagian bawah.Pakaian bagian atas disebut “baniang”,yaitu kemeja yang berlengan panjang memakai kerah ataupun tanpa kerah dan pada bagian bawah sebelah kiri dan kanan dan bagian atas sebelah kiri kemeja memakai saku.Pada bagian bawah dari lengan dan bagian depan kemeja dihiasi dengan sulaman tergantung dari keinginan pemakai.Motifnya padi,kelapa dan ular naga.Celana pada pengantin pria panjangnya sampai ketumit ,makin kebawah makin lebar.Berwarna hitam tidak dihias.Mempergunakan ikat pinggang dari kulit ular patola yang berbentuk mahkota pada bagian depannya

Rumah Adat Minahasa

Page 19: charolina DTW

Rumah Adat Minahasa

- Asal Usul Suku Minahasa

Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda

purbakala. Di tanah Minahasa sendiri kaum pendatang mempunyai ciri seperti:

Kaum Kuritis (berambut keriting),Kaum Lawangirung (berhidung pesek) dan Kaum

Malesung/ Minahasa yang menurunkan suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa,

Tolour, Bantenan (Pasan,Ratahan),Tonsawang, Bantik (sekitar tahun 1590).

Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina

dan Jepang, yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata

tampak dalam bentuk fisik seperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll.

-Tingkatan atau status social

Golongan Makasiow (pengatur ibadah yang disebut Walian/ Tonaas) hingga saat

ini istilah yang dipakai adalah 2 X 9 ( 9 orang tonaas yang menempati posisi

antara Sang penguasa dengan Surga dan Bumi, Baik tidak Baik, dan semua hal

tentang keseimbangan Golongan Makatelu pitu (pengatur/ pemerintah dengan

gelar Patu’an atau 3 X 7 Teterusan/ kepala desa dan pengawal desa disebut

Waranei ( 7 orang pengatur/ pemerintah)

Golongan Makasiow Telu 9 x 9

Seiring waktu, jumlah penduduk bertambah, tempat tinggal mulai padat dan

lahan terbatas, maka keturunan Toarlumimuut berpencar tumani (membuka

lahan baru)untuk kelangsungan taranak mereka serta Golongan Pasiyowan Telu

(rakyat).

Page 20: charolina DTW

Sejak awal bangsa Minahasa tiada pernah terbentuk kerajaan atau mengangkat

seorang raja sebagai kepala pemerintahan

Kepala pemerintah adalah kepala keluarga yang gelarnya adalah Paedon Tu’a

atau Patu’an yang sekarang kita kenal dengan sebutan Hukum Tua.

-Sistem kekerabatan suku minahasa (kota Manado)

Kota Manado secara hukum adat merupakan wilayah dari Tanah Minahasa,

dimana masyarakatnya sebagian besar berasal dari Suku Minahasa yakni Sub

Suku Tombulu, Tonsea, Tontemboan atau Tompakewa, Toulour, Tonsawang,

Pasan atau Ratahan, Ponosakan, dan Bantik. Ada juga masyarakat pendatang dari

luar negeri, seperti Bangsa Cina yang telah kawin mawin dengan orang Manado-

Minahasa dan keturunannya disebut Cina Manado, Bangsa Portugis dan Spanyol

yang keturunannya disebut Orang Borgo Manado, Bangsa Belanda yang

keturunannya disebut Endo Manado serta Bangsa Arab, Jepang, dan India dimana

perkawinan mereka bersifat endogam.

Disamping itu, ada pula penduduk Kota Manado yang berasal dari Suku Sangihe

Talaud, Bolaang Mongondouw, Gorontalo serta daerah lainnya dari seluruh

Indonesia yang telah sekian lama menetap.

-Sistem mata pencaharian

Seperti perikanan darat dan laut, pertanian, peternakan, dan kerajinan. Namun

rata-rata masyarakat Kota Manado mempunyai profesi sebagai Pegawai Negeri

Sipil (PNS), Anggota TNI dan POLRI, Pengusaha dan Karyawan, Buruh, Sopir,

Tukang, dan Pembantu.

-Sistem Kepercayaan

Masyarakat Kota Manado masih memiliki kepercayaan lama, yakni kepercayaan

kepada dewa-dewa yang menghuni alam sekitar, seperti Opo Empung (Tuhan),

Opo nenek moyang, Opo kerabat, mahluk-mahluk penghuni gunung, sungai, mata

air, hutan, bawah tanah, pantai dan laut, hujan, dan mata amgin.

Selain itu ada juga kepercayaan yang berhubungan dengan mahluk halus lainnya,

seperti mukur, pontianak, setang mangiung-ngiung, pok-pok, panunggu, jin, dan

lulu.

Page 21: charolina DTW

-Perkampungan

Pola perkampungan dari tiap-tiap kelurahan di wilayah Kota Manado pada

umumnya terletak diatas tanah dataran, baik dataran tinggi maupun dataran

rendah secara berkelompok padat. Kelurahan yang satu dengan kelurahan yang

lainnya sambung-menyambung menjadi satu kesatuan mengikuti jalan raya

maupun memanjang mengikuti jalan-jalan kecil dan juga lorong-lorong.

-Letak & Orientasi

Luas Minahasa pada jaman ini adalah dari pantai likupang, Bitung sampai ke

muara sungai Ranoyapo ke gunung Soputan, gunung Kawatak dan sungai Rumbia

Wilayah setelah sungai Ranoyapo dan Poigar, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan

adalah termasuk wilayah kerajaan Bolaang Mongondow.

-Pengaruh system kekerabatan&kepercayaan pada rumah adat minahasa

Rumah tradisional Minahasa berbentuk rumah panggung atau rumah kolong.

Rumah adat Minahasa merupakan rumah panggung yang terdiri dari dua tangga

didepan rumah. Menurut kepercayaan nenek moyang Minahasa peletakan tangga

tersebut dimaksudkan apabila ada roh jahat yang mencoba untuk naik dari salah

satu tangga maka roh jahat tersebut akan kembali turun di tangga yang

sebelahnya.

-Konsep ruang dalam arsitektur tradisional

Bahan material yang dipergunakan umumnya adalah kayu dari jenis pohon yang

diambil dari hutan, yaitu kayu besi, linggua, jenis kayu cempaka utan atau pohon

wasian, jenis kayu nantu, dan kayu maumbi. Kayu besi digunakan untuk tiang,

kayu cempaka untuk dinding dan lantai rumah, kayu nantu untuk rangka atap.

Bagi masyarakat strata ekonomi rendah menggunakan bambu petung/ bulu jawa

untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai rumah, untuk dinding dipakai

bambu yang dipecah.

Arsitektur rumah tradisional Minahasa dapat dibagi dalam periode sebelum

gempa bumi tahun 1845 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945.

Karakteristik ruang dalam rumah, hanya terdapat satu ruang bangsal untuk

semua kegiatan penghuninya. Pembatas territorial adalah dengan merentangkan

Page 22: charolina DTW

rotan atau tali ijuk dan menggantungkan tikar. Orientasi rumah menghadap ke

arah yang

ditentukan oleh Tonaas yang memperoleh petunjuk dari Empung Walian Wangko

(Tuhan).

Karakteristik ruang dalam rumah masa 1845-1945 berbeda dengan sebe

lumnya, karena sudah terdapat beberapa kamar, seperti badan rumah terdepan

berfungsi sebagai ruang tamu/ ruang setup emperan, ruang tengah/ pores

difungsikan untuk menerima kerabat dekat, dan ruang tidur untuk orang tua dan

anak perempuan, ruang tengah belakang tempat lumbung padi (sangkor). Ruang

masak terpisah p

ada bangunan lainnya. Fungsi loteng/ soldor adalah sama dengan masa

sebelumnya yang diperuntukkan menyimpan hasil panen (gambar 3 dan gambar

4).Karakteristik konstruksinya:

Atap:

- rangka atapnya adalah gabungan bentuk pelana dan limas.

- Atapnya berupa konstruksi kayu/ bambu batangan yang diikat dengan tali ijuk

pada usuk dari bambu.

- badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan sistem sambungan pen.

Tiang:

- kolong bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga.

- ukuran ∅80-200 cm (ukuran dapat dipeluk oleh dua orang dewasa).

- Tinggi tiangnya 3-5 cm.

- Tiang tangga terbuat dari akar pohon besar atau bambu.

Tiang (thn 1845-1945)

- tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek, , yaitu sebesar 30/30

cm atau 40/40 cm.

- Tinggi 1,5-2,5 meter

Perubahan Fisik Rumah Tradisional Minahasa

Perubahan fisik rumah tradisional Minahasa nampak pada perubahan konstruksi

dan material, sebagai berikut:

Page 23: charolina DTW

1) Perubahan konstruksi atap kasau di Desa Tonsealama menjadi konstruksi atap

peran

dengan kuda kuda berdiri, perubahan dilakukan setelah 30-40 tahun

pembangunan ( pada

waktu daya tahan kayu menurun sesuai dengan umur konstruksi kayu).

Di Desa Rurukan, masyarakat tetap mempertahankan konstruksi atap rumahnya,

baik dalam bentuk konstruksi atap kasau ataupun atap peran.

Rangka badan rumah tetap, tetapi perubahan nampak pada pengisi konstruksi

dinding dan konstruksi jendela. Perubahan konstruksi dinding terjadi setelah

bangunan rumah berumur 70 tahun. Material konstruksi dinding terpasang

horisontal dirubah dengan memasang secara vertikal

(khususnya di Desa Tonsealama). Konstruksi jendela 2 sayap diubah menjadi

jendela kaca nako/ jalusi (di Desa Tonsealama dan Desa Rurukan).

material konstruksi atap rumbia diganti dengan atap seng. Perubahan material

konstruksi atap di Desa Tonsealama, dilakukan sejak tahun 1920 sampai saat ini,

dan di Desa Rurukan perubahan dilakukan sejak 1932 sampai saat ini. Sesuai

penuturan penghuni rumah, umur atap rumbia adalah 10-15 tahun, dan saat ini

material atap rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya menurun karena masa

pakainya hanya 1-3 tahun.

Page 24: charolina DTW
Page 25: charolina DTW

Sejarah manado : http://marthinusm.blogspot.com/2011/11/asal-usul-sejarah-kota-manado.html

AGAMA : http://manadonyaman.wordpress.com/2012/05/19/manado-menjadi-kota-model-kerukunan-umat-beragama/o DAN http://pesonamdo.wordpress.com/keadaan-umum-kota-manado/

BUDAyA http://pesonamdo.wordpress.com/keadaan-umum-kota-manado/

Makanan khas notaris-ppat-manado.blogspot.com/.../makanan-khas-di-kota-manado..

Baju adat http://www.persit-kckviiwrb.org/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=61&Itemid=100

Rumah adat http://rumahadat.blog.com/2011/06/07/rumah-adat-minahasa/

Tarian maengket http://indotimnet.wordpress.com/tari-maengket/

Bahasa http://rafansdetik.blogdetik.com/index.php/2012/05/03/kebudayaan-daerah-kota-manado-bahasa-manado/